pemberian Gun? Kamu boleh aja nebak-nebak akhir ceritanya. Tapi, biar
nggak meleset, mendingan baca aja sendiri! Di buku ini, masih ada
belasan cerita keren lainnya dari penulis yang suka banget bikin
pembacanya nyengir sendirian!
te, ditii
Buat kamu yang lagi bete, ditinggal pacar, ngejomblo, ataupun ditolak
cinta ... mendingan baca buku ini biar bisa happy! Apalagi buat yang lagi
jatuh cinta. Dijamin tambah sayang sama gebetannya, deh!
r lu i i i
CTNTA
Katakan saja dengan cinta .
CINDERELLA JAKARTA Penulis: Zaenal Radar T. Ilustrator: Sinta Sari
Penyunting naskah: Benny Rhamdani Penyunting ilustrasi: Andi Y.A. dan
Iwan Y. Desain sampul dan isi: Bunga Melati dan Andi Y. A. Layout sampul
dan seting isi: KemasBuku Hak cipta dilindungi undang-undang All rights
reserved Cetakan I, Januari 2006 Diterbitkan oleh Penerbit Cinta Jin.
Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. (022)
7834315-Faks. (022) 7834316 e-mail: penerbitcinta@yahoo.com
t-1 * n
CINTA
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Radar T.,
Zaenal
Cinderella Jakarta/Zaenal Radar T.; penyunting, Benny Rhamdani.
Cet. 1.Bandung: Cinta, 2006.
200 him.: ilus.; 17 cm.
ISBN979-3800-24-0I. Judul. II. Rhamdani, Benny.
813
Didistribusikan oleh: Mizan Media Utama (MMU) Jin. Cinambo
(Cisaranten Wetan) No. 146
Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7815500-Faks. (022)
7802288 e-mail: mizanmu@bdg.centrin.net.id
Lukisan Elliza
ELLIZA gemar melukis, terutama melukis wajah cowok yang
ditaksirnya. Bila Elliza melihat cowok yang disukai di sekolah maupun di
jalan maka ia simpan sketsa wajah cowok itu di benaknya. Setibanya di
rumah, barulah ia tuangkan ke kanvas.
Seperti malam itu. Elliza baru saja melukis wajah seorang cowok
yang ia lihat di sebuah taman. Cowok itu Elliza temukan di sebuah kursi
taman saat ia pulang sekolah. Ketika melintasi taman itu, wajahnya
sempat beradu pandang dengan wajah si cowok.Sekilas senyum si
cowok mengembang, hingga membekas dalam ingatan Elliza. Senyum
cowok itu begitu manis, semanis susu rasa stroberi yang sering
disediakan mama di rumah.
Sayangnya,cowok di taman itu duduk berdua dengan seorang cewek.
Entah siapa cewek yang duduk bersanding dengan cowok itu. Mungkin
adiknya, sodaranya, teman sekolahnya, atau ...?
Ah,Elliza enggan berpikir yang nggak-nggak! Ia nggak mau termakan
perasaan. Melenyapkan rasa cemburu yang tiba-tiba menghampiri
jiwanya. Kemudian,Elliza mengandaikan cowok di bangku taman itu
masih sendirian, dan senyumnya itu memberikan
Aku sendiri lagi menikmati sebatang cokelat yang tadi aku beli,sebelum
melanjutkan mengetik kalimat berikut-nya.
Hmmm ... asyik banget cokelatnya f
Akhirnya, Tira meninggalkan rumah majikannya yang luar biasa
megah itu menuju rumahnya yang sederhana di kampung. Ketika
keluarganya bertanya mengapa ia pulang, Tira menjawab kalo ia sengaja
berhenti karena majikannya pindah.
Setelah kembali tinggal di rumahnya, Tira tak
pernah bisa melupakan Gun. Setiap malam, Tira memandangi gaun
indah dan sepatu hak tinggi pemberian Gun. Tira ingat, ketika membeli
gaun indah dan sepatu hak tinggi itu, Gun bilang kalo ia ingin sekali
mengajak Tira jalan-jalan dengan mengenakan gaun indah dan sepatu
hak tinggi itu. Tira jadi cantik seperti putri Cinderella!
Mengingat semua itu, Tira hanya bisa menangis. Ya, Tira sering
menangis sendirian.Ketika salah satu keluarganya memergoki Tira
sedang menangis, mereka menanyakan kenapa Tira menangis. Tira
menjawab, kalo dirinya menangis karena kehilangan pekerjaan.
SEMINGGU kemudian, kampung Tira menjadi ramai. Serombongan
anak berlarian mengikuti sebuah Ferari merah menya-la. Sedan itu
menuju rumah Tira! Pak Samson, si pengemudi Ferari itu, tersenyum ke
arah Tira yang berdiri kebi-ngungan di depan rumahnya. Kebetulan sekali,
hari itu Tira sedang mencoba-coba gaun dan sepatu hak tinggi pemberian
Gun. Dan Tira nggak sengaja memakainya sampai ke halaman rumahnya
yang lumayan becek ketika sedan Ferari itu tiba.
Beberapa saat kemudian,seorang cowok turun dari dalam Ferari,
membawa setangkai bunga dan
memberikannya pada Tira.
"Untuk apa kamu ke sini? Bukankah kamu lagi di Inggris?"
Gun menggeleng. "Aku sengaja ke sini mau ngajak kamu jalan-jalan.
Asal kamu tau, sebelumnya aku nggak pernah naik mobilku ini. Aku ingin
jalan-jalan sama kamu dengan mobil ini."
"Tapi ...."
"Sudahlah! Kamu jangan pikirin papa sama mama. Mereka nggak tau.
Tenang aja, Pak Samson nggak bakalan ngasih tau, deh!"
"Tapi ...."
Gun mengajak Tira naik Ferari miliknya. Entah bagaimana perasaan
Tira saat itu, antara takut dan senang jadi satu.
Dan maafkanlah aku, karena cerita ini harus berakhir sampai di
sini.Aku nggak akan melanjutkannya, karena aku harus mengha-biskan
dua batang cokelat yang belum ku nikmati ini.
Unjuk Rasa
SUDAH tiga hari, murid-murid SMA 1973 nggak masuk kelas. Hampir
semua murid melakukan aksi unjuk rasa. Mereka menuntut Dewan
Sekolah yang dianggap mengeluarkan keputusan sepihak. Dewan
Sekolah menaikan SPP, tanpa kesepakatan orangtua siswa.
"Ini namanya kesewenang-wenangan!" protes Winy, dengan lantang.
"Bener, Win! Kita harus meluruskannya!"sambar Nien, tak kalah
semangat.
"Kalo perlu, kita demo setiap hari sampai mereka mendengar protes
kita!" Hilna menam-bahkan.
itu, gue balik lagi ke kelas, lewat ke kelasnya Tristan. Pas mau lewat
kelasnya, Tristan keluar kelas, berpapasan ama gue. Tapi, dia cuek aja!
Kok, dia cuek aja?!
SEJAK kejadian hari itu, gue jadi sering melamun. Kenapa cowok
bernama Tristan yang sengak dan tengil itu nggak lagi ngeganggu gue?
Apakah dia udah menyadari kesalahannya? Atau jangan-jangan, mungkin
karena penyakit yang dideritanya. Dia kan, nggak masuk sekolah karena
sakit. Karena sakitnya itulah dia jadi nyadar. Nggak mau ngego-dain gue
lagi. Begitu kali, ya?
Hm, gue jadi penasaran. Besok,gue mau lewat di depan Tristan lagi.
Gue mau ngepang rambut. Dulu, dia pernah ngomentarin rambut gue. Dia
pernah bilang kalo rambut gue sebaiknya ditutupin topi, biar enak diliat.
Tapi, topinya topi proyek! (Yang kayak helm itu, lho!). Ugh!
Nah, kalo sekarang gue lewat di depan dia pake rambut kepang dua,
siapa tau dia jahil lagi, ngatain rambut kepang gue? Nggak dimacemmace-min aja
dia jahil, apalagi ... dikepang dua begini! Yup! Gue coba.
Pas jam istirahat, rambut gue minta dikepang dua sama Audi. Gue
mau melintas di depan Tristan dengan rambut kepang dua. Pasti, dia
bakalan nyin-dir gue.
Ternyata ... udah susah payah dikepang dua dan dikasih pita segala,
Tristan cuek-cuek aja! Malahan, kayaknya dia nggak terpengaruh sama
keberadaan gue! Sial!
Gue semakin penasaran! Gue coba ngegulung tangan baju seragam.
Dulu, gue pernah dibilang preman terminal waktu tangan baju seragam
gue nggak sengaja terlipat. Hm, gue coba, deh.
Ternyata ... Tristan cuek aja!!!
Kenapa, ya?! Apakah Tristan udah ngeiupain
gue?!
Waduh, kenapa justru sekarang gue jadi inget terus sama Tristan?!
"Mami bilang juga apa? Kalo kamu digodain cowok, nggak usah
ditanggepin. Apalagi dipikirin! Nanti, lama-lama kamu bisa seneng sama
dia," ucap mami waktu gue curhat.
"Ah, Mami. Siapa sih, yang seneng sama dia?! Dhini cuma
penasaran. Kenapa dia jadi berubah."
"Itu bagus, kan?" tanya mami.
"Bagus sih, bagus ... tapi, apa dong, penyebabnya?"
"Kenapa tanya Mami? Tanya dong, sama anaknya langsung!"
"Hah?! Tanya sama Tristan?! Amit-amit, deh!" "Jangan begitu, dia itu
temen kamu juga!" "Iya juga, sih."
Besoknya, gue harus tanya langsung, kenapa Tristan berbuat begini
sama gue. Kenapa kemarin-kemarin itu dia sok tengil sama gue.
Tibalah saatnya gue ketemu Tristan di depan lapangan upacara
bendera. Gue sengaja ngedate-ngin dia pas latihan basket.
"Tan, gue mau ngomong sama elo!" teriak gue keras.Tristan tampak
sok bego.Dia cuma menunjuk-nunjuk dadanya.
"Iya, sama elo! Gue mau ngomong!" Tristan pun nyamperin gue. Tapi
sewaktu dia jalan ke arah gue, kakinya tersandung. Dia nyaris jatuh dan
kelihatan culun dan lucu. Gue sempet senyam-senyum, tapi langsung
ditahan. Nanti jadi nggak keliatan gahar lagi di depan dia.
"Ada apa?" tanya Tristan dengan ramah sekali.
Papa dan mama yang sekarang ini udah punya dana buat ngoperasi
bekas koreng kedua lutut Dita itu, nggak rela Dita punya pacar. Mereka
membujuk Dita buat mutusin hubungan.Sebagai imbalan, bekas koreng
kedua lututnya itu akan dioperasi plastik!
"Dita udah nggak butuh lagi operasi-operasian, Pa, Ma!"
"Kamu nggak nyesel?!"
"Nggak, Ma!"
"Ya udah! Kamu boleh berteman dekat dengan cowok, tapi harus hatihati!"
"Iya, Pa! Tenang! Nanti, Dita ngenalin Acid ke Papa dan Mama!"
Mendengar penjelasan Dita, papa dan mama nyerah. Namun, papa
dan mama nggak ngerti mengapa tiba-tiba Dita berubah pikiran. Mengapa Dita nggak
mau dioperasi seperti yang pernah ia inginkan.
"Jadi, elo nggak mau bekas koreng di kedua lutut elo diilangin, Ta?!"
"Bukannya nggak mau, Ti! Nih, elo liat sendiri!" Dita membuka rok
panjangnya hingga ke atas lutut.Ternyata ... kedua lututnya yang bagus
... nggak ada bekas korengnya lagi. Lututnya mulus seperti nggak pernah
korengan!
"HAH! Bekas koreng elo udah nggak ada! Kok, papa sama mama elo
nggak tau?!"
"Ssst! Yang tau cuma elo dan Acid, ya! Nanti kalo Acid dateng ke
rumah, baru gue kasih tau
mereka. Biar surprise]"
"Terus, elo kok, nggak pake rok pendek lagi?!"
"Nggak, ah!"
"Pasti karena Acid, ya?!"
"Nggak juga! Acid juga suka kok, gue pake rok pendek. Asal nggak
kependekan. Dan, sebenernya justru Acid yang nganter gue ke dokter
spesialis kulit waktu gue terus terang ke dia, kalo gue punya bekas
koreng!"
"Hah?! Beruntung banget elo punya koreng."
"Hus!"
"Eh, maksud gue ... punya cowok care kayak Acid!"
"Ini kan, yang disebut hikmah, Ti! Acid bilang, setiap apa yang terjadi
menimpa kita, meskipun musibah sekalipun,pasti ada hikmahnya! Gue
bersyukur banget pernah punya koreng di kedua lutut gue!"
"Aaah mau dong, punya koreng!"
"Hus! Apa-apaan, sih?! Punya koreng tuh nggak enak, tau!"
"Iya! Gue cuma bercanda. Sekarang, gue ngerti. Gue yang pernah
sombong karena nggak pernah punya koreng kayak elo, ternyata nggak
lebih beruntung dari elo!"
Ojek Cewek
DPA yang bisa dilakukan cewek sebatangkara yang nggak punya lagi
sanak saudara? Apakah harus mengemis? Apakah harus merengekrengek minta tolong
pada orang-orang yang ditemuinya? Atau, datang ke
yayasan untuk sekadar mendapat bantuan dana?
Nggak. Tatu nggak mau melakukan itu semua. Tatu adalah seorang
cewek yang kuat. Tatu yang sempat menangis bermalam-malam karena
teman, kerabat, dan seluruh keluarganya tewas secara mengenaskan di
Aceh itu, tetap sabar dan tabah menjalani hidup. Tatu harus bisa survive.
SIANG cukup terik. Tatu pulang dari sekolah dengan perut kosong.
Nggak ada uang sepeser pun yang tersisa di rumah kosnya. Mestinya,
hari ini kiriman wesel dari Aceh udah tiba. Seharusnya, semuanya baikbaik saja
kalo gempa dan gelombang tsunami enggak meluluhlantahkan
rumah keluarganya di Banda Aceh.
Di tempat kosnya ini, Tatu nggak tinggal sendirian. Tatu yang sekolah
di sebuah SMA di pinggiran Jakarta, ikut keluarga kakaknya. Namun, kakak
dan istri serta anak-anaknya saat ini tengah berkunjung ke Aceh
menengok keluarga besar yang jadi korban tsunami.
Tatu kini sendirian dan nggak ikut sama kakaknya pulang ke Aceh,
karena Tatu nggak ingin bolos sekolah. Lagi pula,kakak Tatu berjanji
nggak lama di Aceh,nggak lebih dari dua minggu. Dan yang terjadi, hingga
saat ini Tatu nggak pernah dapat kabar dari kakaknya, ataupun keluarga
lainnya. Sejak sambungan telekomunikasi diberitakan terputus, Tatu
nggak pernah mendapat kabar apa pun. Dan kini, semuanya udah
jelas.Tatu nggak bakalan dapat kabar dari keluarganya. Tatu bisa lihat
sendiri melalui televisi, kalo daerah tempat rumahnya berada, kini udah
rata dengan tanah.
Siang ini, Tatu harus mengisi perutnya. Tatu udah mempersiapkan
segala sesuatunya untuk bisa bertahan hidup. Kakak Tatu memiliki
sepeda motor. Tatu jago naik sepeda motor dan mau coba jadi pe-ngojek
motor buat cari uang, buat nyambung hidup. Caranya gampang,Tatu ikut
mangkal di tempat ojek!
Apakah bisa?
Selama ini, memang nggak pernah ada cewek jadi tukang ojek motor
di daerah tempat tinggalnya. Dan Tatu sebenarnya nggak mau membuat
sejarah. Tatu nggak mau disebut sebagai cewek yang memelopori
pengojek cewek. Makanya, Tatu memutuskan akan merombak
penampilannya jadi cowok!
Nggak susah bagi Tatu. Tatu punya jaket dan topi serta kacamata
hitam yang bisa menipu mata calon penumpang. Tatu adalah cewek Aceh
yang kulitnya lumayan gelap. Wajahnya nggak secantik Cut Tary, atau CutCut artis
lainnya. Boleh dibilang, Tatu memang lebih mirip cewek
kelahiran Jawa. Bisa jadi, karena ayah Tatu yang pensiunan tentara itu
emang orang Jawa yang menikah dengan cewek Aceh.Gen ayah lebih
kuat dari ibu. Tatu pun terlahir sebagai blasteran Jawa-Aceh.
Selama ini, Tatu nggak pernah mengeluh kalo dirinya nggak secantik
teman-temannya, atau artis sinetron Aceh yang cantik-cantik itu. Dan saat
ini, Tatu justru bersyukur pada Tuhan, karena dikarunia bentuk serta raut
wajah seperti yang kini dimilikinya. Penyamaran yang Tatu lakukan akan
berjalan dengan baik dan lancar.Tatu akan menjadi pengojek dengan
penampilan cowok.
<*>.
NGGAK akan ada orang lain yang tau siapa Tatu, kecuali Pak
Anggoro. Pak Anggoro adalah lelaki tua yang udah lebih dari sepuluh
tahun menjadi tukang ojek. Pak Anggoro tinggal nggak jauh dari rumah
kos kakak Tatu. Tatu udah bilang ke Pak Anggoro, kalo ia mau ngojek. Pak
Anggoro nggak percaya apa yang dikatakan Tatu. Dan tentu saja, Pak
Anggoro nggak pernah nyadar kalo Tatu itu cewek Aceh yang keluarganya
habis diterjang gem-
Ajeng, yang jadi ketua panitia, terlihat paling sibuk. Saat ini, dia lagi
mampir ke rumah Dea, ngo-mongin prom night.
"DJ oke, pengisi acara oke, susunan acara rapi, terus Ajeng berhenti
sebentar, "Apa lagi yang kurang?"
"Tema kostumnya, Jeng! Tema kostumnya!" tukas Dea seraya
menjentikkan jemarinya, sebagaimana seseorang menemukan ide
brilian."Maksud elo?"
"Pas prom night nanti, kita-kita mesti pake baju apa?"
"Bener juga. Punya ide, nggak?"
"Ada, sih. Kata majalah yang gue baca, ada
beberapa pilihan baju yang bisa kita pake pas prom night. Sweet
prom, Giam punk prom, Vintage prom, atau Eksentrik prom?"
"Wah, ribet juga, ya? Jelasin, dong satu-satu!" pinta Ajeng.
"Oke, deh, gue jelasin satu-satu, berdasarkan majalah yang gue
baca. Sweet prom itu, model bajunya lebih feminin dan manis, seperti
warna-warna pastel; hijau, biru, atau kuning pastel. Sedangkan Giam punk
prom, mentingin aksesori yang keliatan nge-punk. Vintage prom, nah ini
yang agak ribet! Kayak pemakaian tiie pada roknya dan draperi atau
kerutan-kerutan pada atasannya. Dan gue rasa, saat kita make baju
seperti ini, kita akan terlihat anggun, hehehe ...!" Dea ketawa, lalu narik
napas panjang.
"Nah, yang satunya lagi?"
"O, ya. Eksentrik prom,,'Sesuai namanya, tentu kita bakal banyak
menarik perhatian mata. Sebab, baju yang kita pake emang nggak
standar! Keliatan eksentrik, gitu! Nih, contoh-contohnya bisa elo liat di
majalah gue."
Kemudian, Dea mengeluarkan majalah dari rak. Keduanya pun sibuk
membolak-balik majalah itu, memilih baju apa yang nantinya bakal
mereka kenakan di acara prom night.
"Gimana kalo kita pake tema sweet prom aja?!" usul Ajeng sambil
menunjuk gambar sebuah gaun di majalah yang dipegangnya.
"Oke banget, tuh!"
"Ya udah, kalo elo setuju, gue juga oke! Terus
... pas acara nanti, semua pada dateng, kan?"
"Beres! Anak-anak udah setuju semua, kecuali Nira, yang mungkin
nggak bisa dateng."
"Kenapa?"
"Gue nggak bisa ngejelasin detilnya. Kayaknya, elo yang mesti
ngebujuk dia!"
Ajeng pun menghela napas, begitu berat. Kalo sampe ada anak kelas
tiga yang nggak ikut acara prom night nanti, kayaknya nggak sreg! Apalagi
Nira, cewek paling jenius dan terkenal kreatif itu!
"Kenapa ya, Nira nggak mau ikutan?" tanya Ajeng akhirnya, setelah
keduanya diam.
"Mungkin karena Nira nggak suka pesta, kali?" tebak Dea.
"Iya juga, sih. Nira emang antiparty1. Tapi, masa saat malam
perpisahan nanti dia nggak mau dateng?!"
"Kalo kamu bujuk, mungkin dia bisa ikutan kali?" usul Dea.
"Oke deh, gue coba."
Esok siang, saat bel istirahat, Ajeng nyari-nyari Nira di tempat Nira
anak-anak kebingungan.
"Bima mau dikemanain, Dea?!" kata Nira, sambil senyum.
"Ya, udah. Nggak usah basa-basi. Aku pasti dateng di acara prom
night nanti. Ada atau nggak ada pasangan. Lagian, aku udah biasa
sendirian, kok," ucap Nira akhirnya, membuat Ajeng dan anak-anak nggak
percaya. Mereka nggak menduga kalo akhirnya Nira luluh juga. Barangkali
karena hampir semua anak memaksa Nira untuk hadir di prom night.
"Kamu mau dateng, Ra?" Ajeng melotot, masih nggak percaya.
"Kamu bisa dateng?!" Dea ikutan terbelalak.
"Ya, aku pasti dateng!" Nira meyakinkan.
"Nira ... makasih, ya?!" semua anak memeluk
Nira.
ACARA prom night pun berlangsung meriah. Semua anak kelas tiga
hadir. Termasuk Nira! Anak-anak menyambutnya senang. Apalagi, ternyata
Nira "dikawal" oleh Ahmad, cowok paling ganteng di kelas tiga! Ahmad always
berdiri di belakang kursi roda Nira. Semua
anak nggak nyangka, termasuk Ajeng dan Dea.
"Ahmad ...!" mata Dea terbelalak.
"Bener kata gue, segala hal bisa terjadi tanpa kita duga!" kata Ajeng,
sok berfilosofis.
"Gue pikir, Ahmad bakal ngajak siapa, gitu," kata Dea lagi.
"Udahlah, emangnya kamu ngiri, ya? Bima mau dikemanain?!" tukas
Ajeng, bikin Dea me-rengut.
Semua anak, terutama cewek, nggak pernah nyangka kalo Ahmad
datang bareng Nira. Ahmad, salah satu cowok paling keren di sekolah,
rupanya sengaja datang menemani Nira atas inisiatif sendiri. Ternyata,
udah lama Ahmad membanggakan sosok Nira.
Di tengah acara, Ajeng meletakkan mahkota kecil yang anggun dan
indah di kepala Nira. Nira di-Mnobatkan sebagai prommiss, alias yang
menjadi ratu di acara prom night kali ini! Semua anak bertepuk tangan
meriah buat Nira.
Acara ini pasti sungguh berkesan di hati Nira. Akhirnya, Nira
menyadari kalo selama ini anak-anak kelas tiga sangat tulus
menyayanginya. Yang jelas, pada akhirnya menjadi begitu berat berpisah
dengan mereka yang selama tiga tahun ini bersamanya di sekolah.
Ehm...!
EHM ...!" Aku berdehem untuk mencari perhatiannya. Celaka dua
belas, dia masih tetep aja cuek. Aku berdehem aja dia cuek, apalagi diemdieman?
Bisa makin diem aja ...! Bener-bener cool banget tuh cowok!
"Ehm ...!"
Sekali lagi aku berdehem. Bukan untuk apa-apa, cuma sekadar cari
perhatian. Paling, nggak di-liriklah. Tapi, dia tetep aja cuek dan sok serius
dengan bacaannya. Aku jadi semakin sebal dengan diriku Apakah aku
nggak menarik di mata dia?
Sungguh, aku nggak tau gimana cara mencari perhatiannya,menarik
simpati agar dia mau bertegur sapa denganku.Paling nggak,dia ngasih
respons di-kit.Biar aku nggak merasa dicuekin.Disepelein.Emang enak
dianggurin,dicuekin! Meskipun anggur itu enak, dianggurin tuh jadi kayak
sapi ompong! Beda banget dibanding diapelin! Hah,diapelin? Boro-boro
diapelin, kasih perhatian dikit aja nggak!
"Ehm ...!"
Bujuk buneng! Aku bener-bener jadi mati rasa! Padahal, dehemku
udah digedein dikit volumenya.
Dia masih tetep aja cuek bebek. Aku jadi sebel sekaligus
penasaran.Padahal, di ruang perpustakaan ini cuma ada aku dan dia. Aku
duduk di tengah, sekitar tiga langkah dari posisi-nya yang duduk di sudut.
Daripada capek hati, mending aku tinggalin dia aja. Uh,
tenggorokanku jadi sakit. Lebih baiknya aku ke kantin aja, deh! Pengin
minum cola. Siapa tau bisa bilang, "Hey! Hey! How are you?!"
NGGAK biasanya, kantin sepi sekali. Aku cuma liat satu cowok yang
duduk di bangku panjang sambil ngangkat sebelah kakinya. Posisi ini
mirip orang lagi ngopi di warung pinggir jalan. Tapi, cowok itu nggak lagi
ngopi. Dia duduk santai menikmati jus al-pukat yang tinggal sete-ngahnya.
Aku nggak terlalu kenal dengan cowok ini. Mungkin anak kelas satu.
Terlalu sulit bagiku menghafal cowok-cowok yang ada di sekolah ini.
Selain karena aku belum terlalu lama berada di sekolah baru ini, mungkin
juga karena aku cewek yang nggak punya rasa pede tinggi.
Barangkali mama benar. Aku ini orangnya minder.
Oke, deh. Aku akan membuang jauh-jauh rasa minderku ini. Kalo di
perpustakaan tadi, aku gagal menarik perhatian cowok yang menurutku
lumayan keren. Sekarang, aku akan mencoba mencari perhatian cowok keren lainnya
yang lagi duduk santai di kursi kantin ini!
Uh, begitu banyak cowok keren di sekolah ini. Masa nggak ada satu
pun yang bisa nyangkut? Hi hihi nyangkut kayak jemuran aja!
Rasanya nggak mungkin kalo langsung kutanyakan namanya. Hm,
nggak etis banget deh, kalo cewek nanya duluan. Ntar dikira sok akrab.
Sok kenal. Atau, bisa jadi aku dibilang cewek kegatelan! Sori, yah! Aku
harus berusaha mem-buat dia bertanya padaku lebih dulu! Gimana
caranya?
"Ehm ...!"
Aku berdehem, mudah-mudahan dia melirik-ku. Kalo dia melirikku,
aku akan langsung tersenyum padanya! Tapi ... setelah aku berdehem
tadi, kok dia nggak menatap wajahku. Dia cuma menoleh ke samping kiri
dan kanan, lalu wajahnya melongok ke kolong meja, seolah mencari-cari
sesuatu! Brengsek! Woooi ... aku di sini!!!
Lebih baik, aku pesan minum dulu, sambil nunggu dia sadar kalo di
kantin ada aku.
"Bu, cola satu!" lancar benar suaraku. Sengaja kukeraskan, biar tuh
cowok sadar ada cewek di kantin ini!
"Yang dingin apa biasa, Non?"
"Yang dingin! Berapa?!"
"Seribu tujuh ratus, Non!"
"Eits ..!" Aku mengeluarkan jurus-jurus silat, mendengar Bu Kantin
menyebut seribu tujuh ratus! Aku tau harga sebenarnya seribu tiga ratus.
Paling nggak, diluruskan jadi seribu lima ratus!
"Hehehe ..., seribu lima ratus aja deh, Non!"
"Seribu tujuh ratus juga nggak pa-pa, Bu. Saya cuma becanda."
Aku melirik lagi, berharap si cowok memerhatikan keramahanku pada
Bu Kantin. Tetapi, rasanya dia tetap pada posisinya. Duduk dengan
sebelah kakinya terangkat, dengan tatapan wajah lurus ke luar kantin.
nggak mau jadi cewek pengkhayal! Aku harus sebisa mungkin berusaha
mendapatkan perhatianya. Tapi, kok mulutku berat sekali,ya? Benar kata
mama, mungkin aku harus mengambil kursus kepribadian! Biar nggak
minder begini. Menanyakan teman satu sekolah aja nggak berani.
"Ehm ...!"
Tiba-tiba, aku mendengar suara dehem. Jelas ini bukan suaraku! Aku
mendengar dengan jelas bunyi itu dari mulut seseorang yang berada di
kelas ini. Tak ada seorangpun yang ada di ruangan ini, kecuali aku dan si
ganteng Markum! Apakah aku nggak salah dengar? Apakah telingaku
sedang nggak normal?
Aku melirik Markum, tapi dia duduk cuek sambil melap keringatnya.
Eh, siapa sih, yang tadi berdehem?Jangan-jangan, emang cuma
perasaanku aja?!
"Ehm!"
Suara dehem lagi! Kali ini aku yakin, pasti Markum yang berdehem.
"Ehm ...!"
Kubalas dehem itu.
"Ehm!"
"Ehm ...!"
Hihihi aku dan Markum main dehemdeheman! Kulihat wajahnya tersenyum ke arahku!
Hm,bener-bener
manis! Sekarang,aku percaya sama omongan Sania, temen sebangkuku,
kalo Markum emang cowok paling manis di dunia!
"Ehm! Emmm ...! Ehm!!!"Markum berdehem lagi.
"Ke-ke-ke ... ke ... na ... ke-na-pa, Kum ...?" akhirnya, keluar juga
keberanianku.
"Eh, ini Lin,tenggorokan aku gatel banget!Ehm!" Ooo aku kira, dia
berdehem untuk cari perhatianku? Ternyata ....
"Kamu kok, gitu sih, Lin? Orang lagi sakit tenggorokan malah
diledek?!11
"So-so-so ... ri ... a-a-aku ... tadi ... ng ... ng ... nggak sengaja!"
"Hehehe nggak pa-pa, Lin. Aku nggak marah! Ngomong-ngomong,
kamu betah sekolah di sini?!"
"Be-be-betah ju-ga, sih. Ta-ta-tapi ... a-a-aku belum bi-bisa ngingilangin gugu-gugupku ini."
"Nggak pa-pa, Lin! Nanti juga kamu nggak gugup lagi, asal kamu mau
berusaha menyem-buhkan kegugupanmu ini. Sori ya, kalo selama
seminggu berada di sekolah ini temen-temen pada ngeledekin kamu."
"Ng ... ng ... nggak pa-pa, Kum. A-a-aku u-udah biasa, kok."
"Oh ya, ntar siang kamu ada acara nggak?! Aku
mau ke toko sport, mau nggak nganter aku?!"
"HAH!? Nga-nga-nga-nganter ... kamu?!"
"Iya, Lin! Mau, kan?!""Mau!"
"Ya udah, sampe ntar siang, ya?! Sekarang, aku mau ke lapangan
lagi. Kamu kok, nggak nonton aku main basket, sih? Takut diledek tementemen
lagi, ya?"
"Ng ... ng ... nggak kok, Kum."
"Yuk, bareng aku! Nih, kamu bawa handukku. Kalo sama aku, nggak
bakalan ada anak yang berani ngeganggu kamu! Yuk!"
Akhirnya, aku menuruti ajakan Markum ke lapangan basket. Aku
menurut cerita Rene tadi, amnesia yang diderita Andre belum terlalu
parah. Andre masih mengenali beberapa anggota keluarganya, meskipun
nggak semuanya.
Masih menurut Rene, Andre mengalami amnesia
karena kecelakaan sepeda motor. Andre me-nubruk sebuah sedan
yang sedang berada di tempat parkir.
Meskipun nggak mengalami luka-luka serius, Andre mengalami
amnesia karena kepalanya membentur body sedan itu. Menurut Rene,
kecelakaan itu terjadi waktu Andre melamun. Andre melamun karena
kemarin sempat marahan sama Belia.
"Masa sih, gara-gara gue, Andre jadi gitu?" ucap Belia, saat menuju
rumah Andre tadi.
"Makanya, elo harus minta maaf. Sebelum penyakitnya tambah
parah!"
"Maksud elo?"
"Menurut keterangan salah satu keluarganya, penyakit Andre bisa aja
tambah gawat, kalo enggak ditangani serius. Andre harus didatangi dokter
ahli, dan harus banyak istirahat."
Belia mengangguk-angguk. Akhirnya, Belia jadi ngerasa bersalah.
Itulah sebabnya, Belia antusias banget waktu Rene ngajak ke rumah
Andre. Bella mau minta maaf.
"Ndre
aku Belia. Kamu masih inget aku, kan?" Belia kembali
mencoba menyadarkan Andre. Andre tersenyum sambil mengangguk
pelan.
"Kapan dateng dari Bandung?" tanya Andre kemudian.
Hal itu membuat Belia nyaris melonjak ke belakang. Bela luar biasa
kagetnya.
"Kok, dari Bandung, sih?" Bela kebingungan. Rene yang
memerhatikan keduanya, segera menarik tangan Belia, menyingkir ke
salah satu sudut beranda. Keduanya menjauh dari Andre.
"Belaaa ... elo harus sabar! Mungkin, Andre belum ingat elo."
"Gue ngerti! Tapi, kok, dia bilang gue dari Bandung?"
"Ya, namanya juga orang kena amnesia!"
"Tapi, masa sih, dia nggak ngenalin gue? Gue kan, pacarnya! Udah
ah, gue coba lagi!"
Belia kembali mendatangi Andre, yang tampak acuh atas
kedatangannya. Rene nggak bisa berbuat apa-apa, mengikuti langkah
Belia di belakang.
"Andre ... gue emang dari Bandung!" ujar Belia, sambil mencoba
merapikan lengan kaus Andre, dengan maksud memberikan perhatian.
Kening Andre tampak berkerut, namun nggak lama kemudian, Andre
tersenyum. Belia jadi bingung. Kenapa Andre tersenyum?
"Makasih ya, oleh-olehnya ... aku jadi makin sayang sama kamu," ujar
Andre, membuat Belia kembali tersentak kaget.
"Oleh-oleh?"Bella seperti mengulang perkataan Andre. Kayaknya, gue
nggak pernah ngasih oleh-oleh, deh I
Belia lalu geleng-geleng kepala.
"Aku nggak ngerti maksud kamu, Ndre. Ka-yaknya aku nggak
pernah bawa oleh-oleh buat kamu."
"Lho, yang kemarin itu dari siapa? Kayaknya, kamu ngasih aku jaket
Aku ngerti, mungkin seandainya ada, pasti taksi itu cuma beralasan,nggak
mau ngantar penumpang yang jaraknya nggak terlalu jauh.Akhirnya
terpaksa,untuk pertama kalinya terjadi dalam hidupku, aku ke sekolah naik
angkot alias ang-kut-an kota!
Dari jalan depan rumahku, mama nyuruh tukang ojek yang lagi
mangkal mengantarku sampai gerbang perumahan.Aku naik ojek yang
tukang ojeknya bertampang tengil dan genit,tapi aromanya lumayan
harum; bau parfum aneh.Meskipun begitu,dia nggak bisa ngumpetin bau
badannya yang asem campur asin. Hufffh hidungku sangat sensitif sama
bau-bauan. Baik bau harum maupun bau tak sedap.
"Tumben naik ojek?" kata si tukang ojek tengil itu, di tengah
perjalanan.
"Ya," kujawab malas-malasan. "Sekolahnya di mana, sih?"
Ya ampun! Males banget pagi-pagi ngobrol sama tukang ojek. Aku
diem ajaKalo ditanggapi, aku takut dia semakin cerewet Apalagi akhirnya
dia tanya begini, "Udah punya pacar belum? Hehehe
Aku tetap nggak jawab. Dan, si tukang ojek terus aja tertawa. Aku
benci sekali dan sangsi, kah dia udah sikat gigi hingga begitu pedenya
ketawa di dekat seorang Bunga Citra Lestari?
"Pasti belum punya pacar ya? Hehehe Si tukang ojek mungkin nggak
tau kalo aku sedang cemberut. Uh, kenapa perjalanan dari jalan depan
rumah belum juga sampai ke gerbang perumahan ?
"Ngomong-ngomong, namanya siapa, sih?" Alhamdulillah, udah
nyampe. Aku nggak mau menjawab pertanyaan si tukang ojek ini. Aku
keluarkan uang pecahan dua puluh ribu. Lalu kuberikan padanya, "Nih,
Bang! Jangan banyak ngomong, deh!"
"Deuelaaah cakep-cakep kok, galak amat, sih?! Hehehe .... Duh,
duitnya besar banget!"
What? Dua puluh ribu ... apakah terlalu besar?
"Nggak ada kembaliannya, Neng!"
"Nama saya Bunga! Bukan Neneng!" ralatku, sambil melotot. Si
tukang ojek itu bukannya takut, tapi malah tersenyum.
"Hehehe nggak ada kembaliannya. Saya tukar dulu, ya?!"
"Terserah deh, Bang!" Kutunggu si tukang ojek itu menukarkan uang
dua puluh ribuan. Hampir lima menit aku menunggu, ia belum juga
kembali. Namun, aku bisa melihat kegigihannya mendatangi para
pedagang di sekitar gerbang perumahan, menukarkan uang itu pada
tukang bubur ayam, bubur kacang ijo, susu kedelai, soto ayam, dan pada
teman-temannya sesama tukang ojek. Setelah itu, dia kembali padaku.
"Bunga, nggak ada kembaliannya. Pakai uang receh aja! Emangnya
nggak ada?"
"Berapa, sih?"
"Tiga ribu lima ratus!" Kucari uang pecahan yang diminta. Dan
kutemukan empat lembar ribuan di dalam tas, lalu kuserahkan pada si
tukang ojek menyebalkan itu.
"Nih, Bang! Makasih, ya!"
Kutinggalkan si tukang ojek. Tetapi, ia memanggilku.
"Bunga! Ini kembaliannya!" Si tukang ojek itu mengejarku sambil
memberikan kembalian uang receh lima ratus rupiah.
Hm jujur juga nih orang. Andai saja dia jadi pejabat, bukan jadi tukang
ojek, pasti negara ini udah maju meninggalkan Malaysia atau Singapura .
Negara kita mendatangkan pekerja perempuan dari negara-negara
tetangga, nggak sebaliknya seperti sekarang ini. Yeah, Aku baca di koran,
banyak pejabat yang nggak jujur. Tapi, seandainya tukang ojek yang jujur
ini jadi pejabat, jangan-jangan genitnya malah menjadi-jadi?
"Kembaliannya buat Abang aja!" kataku, sambil terus bergegas
meninggalkannya.
SETELAH lepas dari tukang ojek, kutunggu angkot. Tadi, mama
mengingatkan, jika gagal mendapatkan taksi untuk sampai ke sekolah,
aku harus naik angkot D1S. Daripada telat, aku harus naik angkot.
Kulambaikan sebelah tanganku setiap kulihat tulisan D1S di kaca
bagian atas angkot-angkot yang lewat. Tetapi, tak satu pun berhenti.
Muatannya selalu penuh. Kalo udah begini, Pak Abdul yang kuingat!
Kenapa pagi ini sopir pribadiku harus sakit perut, ya?
Akhirnya, setelah sepuluh menit,ada juga angkot D1S yang berhenti.
Tetapi, ketika separuh tubuhku udah masuk,setelah kulihat ke dalamnya,
tak ada tempat duduk kosong.Seseorang berteriak pada sopir, "Udah
penuh, Bang! Mau ditaruh di mana?!" "Naik di depan, Dik!" sopir itu
berteriak.
Apa dia bilang? Dik? Emangnya, aku adiknya
apa?
Aku kembali turun dan melongok ke depan, ke arah sopir.Pintu depan
terbuka, dan seorang cowok berseragam sekolah turun. Lalu, cowok itu
mempersilakan aku naik.
"Kamu di dalam aja," ujar cowok itu. Sekilas kutatap wajahnya. Ia
tersenyum dan mengangkat bahunya.Tadinya, aku males banget naik
angkot ini. Apa enaknya naik mobil sempit ini bertiga di depan ?
Toh, aku tetap naik juga. Dengan alasan, pertama susah menunggu
angkot yang kosong. Kedua, karena cowok supercare di sebelahku keren
banget!
Ups!
Kalo tau ada cowok keren kayak dia naik angkot, mungkin udah tiap
hari aku naik angkot. Sumpah! Selama ini, aku nggak pernah liat tampang
cowok seperti cowok di sebelahku ini di sekolah. Atau jangan-jangan, dia
emang lain sekolah?
Aku berharap cowok di sebelahku ini mau bertanya padaku, seperti
tukang ojek genit tadi. Tetapi, cowok ini diam aja. Ia malah membuka
tasnya, lalu mengambil sebuah buku lumayan tebal berwarna cokelat.
Hilang sudah harapanku untuk bisa ngobrol dengannya.
Wow, dia membaca novel The Da Vinci Code.Novel kesukaanku! Ini
mungkin kesempatan aku buat nanya-nanya dia. Tapi, apa enaknya kalo
orang lagi baca diajak ngobrol? Apalagi pagi-pagi gini. Duh, janganjangan di
mata cowok ini nantinya aku jadi seperti tukang ojek tadi. Biarin
aja, deh!
"Kamu suka Dan Brown juga?"tanyaku akhirnya. Cowok itu
mengangguk, lalu menoleh ke arahku dan tersenyum, "Kamu suka juga?"
"Suka banget! Aku juga udah baca Angels and Demons, Robert
Langdon's First Adventure ...."
"Ummm ... Malaikat dan Iblis, ya? Aku juga udah baca. Dua buku Dan
Brown yang udah diter-jemahin, kan?"
ada cara lain untuk bisa ketemu sama cowok itu, aku harus naik angkot
D1S setiap pagi. Terkadang, pulang sekolah pun aku nggak mau
dijemput. Pak Abdul kusuruh menunggu di gerbang perumahan,biar aku
terhindar dari si tukang ojek itu.
SUDAH sebulan lebih aku naik angkot D1S, tetapi nggak pernah
ketemu sama cowok yang pernah satu angkot denganku. Bukan aja aku
punya utang seribu rupiah padanya.Namun,aku masih ingin banyak
ngobrol tentang banyak hal dengannya. Pasti asyik banget punya temen
cowok yang punya hobi sama.
Papa dan mama menghargai pilihanku naik angkot ke sekolah,
meskipun sebenarnya mereka agak-agak khawatir. Tapi, mereka nggak
bisa berbuat banyak, apalagi udah tiga minggu ini Pak Abdul nggak
pernah masuk karena sakit.
Sore ini, papa dan mama mengajakku menengok Pak Abdul ke
rumahnya. Meskipun malas, aku mau ikut.Pak Abdul sudah kuanggap
bagian dari keluargaku. Dia orang yang baik, rajin, dan penyabar.
Setibanya di rumah Pak Abdul yang sangat sederhana, kami
disambut dengan ramah oleh beliau. Pak Abdul masih tampak lemah.
Papa dan mama
pernah bilang, Pak Abdul yang udah nggak punya istri ini nggak
pernah mau berobat ke rumah sakit. "Sekarang sudah agak lumayan,
Tuan. Saya mulai enak makan. Mungkin dua hari lagi saya sudah bisa
masuk kerja."
"Nggak apa-apa, Pak. Barangkali Pak Abdul memang perlu istirahat.
Lagi pula, Bunga mulai suka naik angkot, kok."
Pak Abdul tersenyum mendengar pengakuan
papa.
"Ya ampun, saya lupa menyediakan minuman. Sebentar, ya? Sam!
Sam! Tolong bawa minumannya! Dari tadi baca terus, sih!" Pak Abdul
berteriak-teriak memanggil seseorang. Tak lama, seorang cowok
membawa minuman dengan sebuah nampan.
"Iya, Pak. Ini minumannya ujar cowok itu, sambil melirik ke arahku.
Cukup lama kami bertatapan.
"Kamu Aku menunjuk-nunjuk ke arahnya, sambil mencoba
mengembalikan ingatannya. Siapa tahu, dia lupa sama aku. Aku adalah ...
cewek yang pernah satu angkot dengannya!
"Kamu ... Sophie Neveu ... from The Da Vinci Code, kan?" ujar cowok
itu, sambil meletakkan minuman.
"Benar, Robert Langdon ...do you remember about Angels and
Demons?" aku ikut menyebutkan tokoh cerita dari salah satu bacaan
favorit kami lainnya.
"Kalian sudah saling kenal, ya?" terka mama, melihat keakraban
kami.
Aku cuma tersenyum malu-malu. Sore ini, aku bahagia sekali.
Akhirnya, aku bisa bertemu kembali dengan cowok ini. Aha, yang pasti
namanya bukan Robert Langdon, melainkan Sam!
Rahasia Cowok
DI antara teman-temannya, Lulu terkenal paling tau soal cowok. Dari A
sampai Z. Ia tahu cara menghadapi persoalan bila dijauhin cowok, cara
meredakan kemarahan cowok kalo marah, cara mengambil simpati
nih?!"
"Oh, itu. Ya, siapa tau cewek yang jalan bareng cowok elo itu bukan
siapa-siapa.Maksudnya, jangan mikir macam-macam dulu! Kadang,
cowok suka iseng. Cowok kan, emang sifatnya mata keranjang, walaupun
nggak semua cowok gitu. Nah, yang jenis mata keranjang ini, sebenernya
dia juga punya cewek yang bener-bener jadi dambaan hatinya. Kalo seandainya
cowok elo jenis ini, elo nggak perlu khawatir.
Siapa tau cewek yang jalan bareng dia tuh, cuma temen jalan aja, atau
jangan-jangan ... sodaranya?!"
"Tapi, cowok gue bukan mata keranjang, Lu! Dan, dia nggak punya
sodara cewek!"
"Kok, elo bisa tau kalo dia bukan mata keranjang?! Emangnya, dia
pernah ngomong ke elo kalo dia bukan mata keranjang?!"
"Senggaknya menurut gue, Lu!"
"Buktinya, dia jalan sama cewek lain?! Apa itu bukan mata
keranjang?!"
"Iya, juga, ya?"
"Sori, Al, tadi itu cuman becanda! Gue yakin, cowok elo bukan tipe
kayak gitu. Elo juga harus yakin, kalo cowok elo tuh cowok baik-baik.
Sebelum bisa membuktikan bahwa dia mata keranjang, jangan percaya
dulu!"
"Aduh, bikin bingung aja, Lu! Gimana dong, jalan keluarnya?"
"Oke, oke. Sekarang gini aja, deh. Elo selidiki dulu baik-baik,tanya
pelan-pelan ke doi, soal cewek yang jalan bareng dengannya. Selama ini,
elo nggak pernah mau denger penjelasan dia. Nah, kasih dia
kesempatan! Biarin dia ngeluarin alasan-alasannya jalan bareng cewek
lain. Ada kemungkinan dia juga butuh perhatian ekstra dari elo!"
"Oke deh, Lu. Gue coba."
Seminggu kemudian, Allisa balik lagi ke Lulu. Allisa datang dengan
wajah berbinar-binar. Bukan main senangnya Allisa, karena akhirnya
kembali akur
dengan cowoknya!
"Elo emang temen yang paling hebat, Lu! Ternyata setelah gue mau
denger penjelasannya, gue jadi tau kalo ternyata cewek yang jalan bareng
dengannya itu anak omnya! Sial, hampir aja gue ke-jebak! Kalo nggak
minta penjelasan dari elo, mungkin udah gue putusin tuh cowok! Oke deh,
Lu! Trims ya, udah bantu gue."
"Sama-sama, Al. Gue juga seneng banget bisa nolong elo, apalagi
soal cowok. Menurut gue, meskipun cowok makhluk misterius, kita mesti
bisa tau rahasia-rahasia yang ada di dalamnya.Makanya,gue seneng
banget mecahin perkara kayak gini. Bukan cuma elo yang punya masalah
sama cowok. Minggu lalu, Nanda hampir putus sama cowoknya. Dan dua
minggu sebelumnya,Riana.Anita juga pernah nanya-nanya soal cowok ke
gue! Padahal, si Anita kan, udah lebih dari lima kali pacaran!"
"Elo emang hebat, Lu! Gue beruntung punya sobat kayak elo!"
SETELAH masalah Allisa selesai, giliran Intan yang harus mengalami
masalah dengan cowoknya. Seperti yang ia katakan di HP, Intan telah
mengucapkan kata-kata yang sangat sakral dalam dunia pacaran. Ia
langsung mengatakan "putus" sama cowoknya. Padahal, dia masih cinta
berat.
Meskipun ada yang bilang bahwa dulunya ada yang gantung diri di
rumah itu, Rara nggak peduli. Ada yang cerita kalo di sekitar rumah itu
suka ada cewek cantik "jadi-jadian" yang hobi menggoda pejalan kaki,bisa
menghilang atau berubah jadi nenek-nenek jelek kayak Mak Lampir. Rara
juga nggak peduli. Dan, ada pula hal-hal yang juga nggak pernah Rara
pedulikan tentang rumah sebelahnya itu, yakni adanya suara seseorang
merintih tengah malam!
Tiba-tiba, semua yang nggak pernah Rara pedulikan itu, malam ini
muncul secara seketika di kepalanya. Rara kembali teringat adegan di
teve tadi, seorang perempuan cantik tertawa-tawa di depan rumah
kosong, tetapi setelah didekati oleh seorang pejalan kaki atau pengendara sepeda
motor, perempuan itu menghilang!
Rara bangkit dari tidurnya, merapatkan tubuhnya ke
dinding.Mendadak napasnya ngos-ngosan turun naik, seperti seseorang
yang berlari berjarak ribuan meter! Sekujur tubuhnya bermandi keringat.
Ketika tubuhnya telah rapat ke dinding, yang jaraknya beberapa senti dari
jendela kamarnya,
Rara menyibak gorden jendela itu. Tampaklah rumah kosong itu yang
tampak gelap. Pepohonan yang tumbuh nggak keurus di halaman rumah
itu, meliuk-liuk tertiup angin.Rara terus menatap pintujendela-jendela, dan
keseluruhan rumah kosong itu. Sepertinya, ada seorang cewek bergaun
putih-putih melambai-lambaikan tangan ke arahnya! Sepertinya ....
JLEGER!
Suara petir bergemuruh setelah dua kali kilatan yang menyambarnyambar di atas
atap rumah kosong itu.Rara menjerit kaget.Bersamaan
dengan itu, hujan turun.
JLEGER!
Petir bergemuruh lagi, diiringi hujan. Rara kembali menatap rumah
kosong itu dari balik jendela kamarnya. Nggak ada siapa-siapa di sana!
Tetapi, bulu kuduknya merinding. Rara kembali teringat adegan di
acara misteri, hantu perempuan tertawa cekikikan di tengah gemuruhnya
hujan. Tawa cekikikan hantu itu sungguh menakutkan Rara. Kini, suara itu
seperti terdengar dari rumah kosong!
Rara segera menghambur ke luar kamar, mengetuk pintu kamar
Mbok Yum!
m
SORE ini, sepulang sekolah, Rara mendapati sekumpulan orang di
depan halaman rumahnya. Orang-orang itu ternyata lagi melihat rumah
kosong itu. Entah apa yang terjadi di sana, hingga begitu
banyaknya orang berkumpul sampai ke halaman rumah Rara.
"Ada apa, Pak?" Rara bertanya sama satpam kompleks. Satpam ini
udah nggak asing lagi bagi Rara karena beliau udah bekerja sejak
kompleks perumahan elite ini baru dibangun.
"Itu lho, Non! Katanya, dini hari tadi ada tukang bakso lewat di depan
rumah kosong ini. Lalu,ia berhenti tepat di depan rumah ini karena ada
yang memesan bakso," jelas satpam itu.
"Siapa yang memesan bakso? Bukankah itu rumah kosong?" potong
Rara.
"Saya juga nggak tau, Non. Tau-tau, mangkuknya udah tergeletak di
depan rumah kosong ini! Tukang bakso itu tiba-tiba menghilang!"
tengah sendirian!
Rara makin ngeri aja! Pada saat bersamaan, iseng-iseng Rara
menyibak gorden jendela kamarnya. Rara mengamati sosok berbaju putih
melambai-lambaikan tangannya. Rara langsung menutup gordennya.Tapi
... tiba-tiba,Rara merasa kenal dengan orang yang melambai-lambaikan
tangan itu. Perempuan itu seperti ... mamanya!
Rara kembali menyingkap gorden jendela
kamarnya. Mendongakkan kepala, mendapati mama, papa, dan
satpam yang berteriak-teriak. Tampak mamanya menghidupkan HP.Dan
terdengarlah dering telepon di kamarnya.
"Halo ...!" Rara mengangkatnya, karena merasa telah mengenali
orang yang meneleponnya.
"Halo, Ra! Kok, nggak diangkat-angkat? Ini Mama sama papai Kamu
ini gimana, sih? Semua pintu kamu kunci dari dalam! Mama sama papa
nggak bisa masuk!"
Rara langsung menutup telepon, setengah berlari keluar kamar
membuka pintu rumah.
Mimpi Selebritis
SUDAH dua hari ini, Siska nggak masuk sekolah. Semua teman di
kelas nggak heran. Siska nggak masuk karena izin buat keperluan
casting. Ia bilang, memenuhi tawaran seorang produser untuk
membintangi sebuah sinetron! Seisi kelas jadi seneng abis. Karena
sebentar lagi, sohib mereka bakal ada yang jadi bintang sinetron! Jadi
selebritis!
"Duh, Siska! Coba, gue punya tampang manis kayak dia. Gue juga
kepengin main sinetron!" ucap Dara, pada Rini dan Sasa. Temen-temen
lainnya ikutan nguping.
"Emangnya, jadi pemain sinetron harus yang manis-manis, apa?"
celetuk Kiki, yang katanya selalu sirik sama manusia bertampang
manis.Habis, te-men-temennya bilang, doi ini bertampang misterius,
semacam Tante Suzana yang demen banget berperan jadi Sundel Bolong
itu! Hihihi padahal aslinya Tante Suzana itu manis, lho! Kalo Kiki, emang
sehari-harinya keliatan misterius!
"Nggak juga sih, Ki. Kalo semua bintang sinetron bertampang manis,
ntar siapa dong, yang berperan jadi pembokat?" sodok Jejen yang
belakangan ini diam-diam suka merhatiin Kiki.
"Kalo cuma jadi pembokat, gue sih, ogah jadi bintang sinetron! Malumaluin aja!"
sambar Dara sambil pasang muka sinis.
"Emangnya, siapa yang sudi ngajak elo jadi bintang sinetron, Ra?!"
Rini kesal.
"Iya, Ra. Lagian, biar peran pembokat, yang penting bintang sinetron!
Elo pasti nggak tau sinetron Inem Pelayan Seksi, ya? Coba kalo elo
tonton, bakalan kaget ngeliat Inem yang pembokat itu tampangnya cute
banget!" Sasa ikutan komentar.
"Nggak seberuntung Siska. Sampe peran pembantu pun, gue nggak
mungkin!" ucap Dara, lunak tapi kenes.
"Maaf ya, Ra! Gue nggak bermaksud nyakitin elo.Dan, Siska emang
udah sepantasnya meraih apa yang ia cita-citakan sejak lama, jadi
bintang sinetron. Nggak percuma kalo selama ini, Siska suka kelilingkeliling mal
atau ikutan lomba foto model," Rini ikutan melunak.
"Mmm ... Siska ikutan lomba foto model sih,gue udah tau, Rin.
Bahkan, dia pernah masuk nominasi cover gir/. Tapi ... keliling-keliling mal
itu apa maksudnya?" tanya Dara akhirnya.
"Ooo elo belum tau ya, Ra? Siska itu sering ke mal karena berharap
ada produser yang mengajaknya main sinetron! Kan, emang enggak
sedikit artis sinetron yang ditemuin dari mal?" kata Rini.
"Elo bener, Rin. Gue juga pernah baca di tabloid hiburan,artis sinetron
yang awalnya diajak main sinetron gara-gara ditemuin di mal!" Sasa
menambahkan.
"Wah ... coba gue sering-sering nongkrong di mal?!" Jejen, cowok
yang seneng berpenampilan dekil itu, ikutan ngomong lagi.
"Waduh, kalo elo sampe sering nongkrong di mal, bisa gawat, Jen!
Kasian sama satpamnya! Mereka bakal sibuk merhatiin elo!" cerocos
Sasa.
"Eh ... emangnya, tampang gue kayak maling, apa?" Jejen kesal.
"Beda-beda tipis, lah!" sahut Kiki, sambil ketawa ngakak.Semua anak
ikutan ngetawain Jejen.
"Ya, udah! Liat aja nanti!"ancam Jejen. "Paling nggak, kalo Siska udah
ngetop,gue bakalan selalu mendampingi dia jalan-jalan ke mal. Jadi ...
body guard-r\ya\" lanjutnya bersemangat, sampe-sampe mulutnya
berbusa.
"Eh, ngaca! Ngaca! Siska nggak bakalan mau sama elo! Jijay, tau?!"
sambar Rini, sengit.
"Tunggu tanggal mainnya!"teriak Jejen, nggak kalah sengit. Setelah
itu, Jejen keluar kelas sambil menutupi kedua telinganya, karena semua
anak mendamparatnya.
"Huuu ...! Jejen dekil!"
"Jejen kumal!"
"Jejen kumuh!"
"Psssttt ... udah, udah ... kasian Jejen! Kalo rapi, sebenernya Jejen itu
lumayan, tau!" Kiki menengahi teman-temannya.
"Ketauan, ya?! Kalo naksir, sana kejar!" teriak anak-anak.
"Gue, naksir si Jejen? Sori, ya! Enggak level! Soalnya, gue pun bentar
lagi jadi bintang sinetron!"
"Hah? Elo, Ki? Jadi bintang sinetron? Mimpi kali, yeee ...!"
"Tunggu aja! Mulai siang ini, pas bubar sekolah,gue langsung
nongkrong di mal!!!11
"Mau ngapain?!" tanya anak-anak, heran.
"Masa nawarin parfum? Ya cari produser sinetron, lah!" sahut Kiki,
sambil ngacir keluar kelas, nyusul Jejen.
HARI ini,Siska masuk sekolah dan keliatan lelah setelah dua hari
berturut-turut nggak masuk lantaran ikutan casting sinetron itu.
"Emang, capek ya, Sis?!" selidik Dara.
"Gila, Ra! Yang casting antre!"
"Terus, elo lulus nggak?"
"Tinggal nunggu kabar. Paling,satu-dua hari ini." "Gue doain, Sis.
Mudah-mudahan, elo lulus tes!" "Makasih, Ra."
"Tapijangan lupa sama kita-kita ya,Sis!" harap
Rini.
"Maksud, elo?"
"Gue khawatir aja. Ntar, kalo elo udah ngetop, elo lupa sama kita-kita."
"Don t worry, friends! Gue bukan 'kacang lupa sama kulitnya'."
"He-eh,Sis! Gue ngerti maksud elo!"serobot Jejen, yang tau-tau udah
masuk ke kerumunan anak-anak cewek.
"Sok tau! Kacang lupa sama kulitnya itu apa, hayo?!" sembur Kiki.
"Gini, Ki. Siska itu kan, nantinya bintang sinetron. Nah, pas doi makan
kacang, doi enggak lupa mesti ngupas kulitnya dulu! Masa, mentangmentang bintang
sinetron, makan kacang sampai sama kulit-kulitnya?!"
"Huuu ...!" semua anak yang mendengar ocehan Jejen, serentak
mencubiti tubuhnya.
"Ampuuun ...! Ampuuun ...!"Jejen teriak-teriak.
"Ngakunya mau jadi body guard?1. Baru dikeroyok lima cewek aja
udah kalang-kabut!" umpat Dara.
m
PAGI ini, Siska nggak masuk sekolah. Menurut kabar, doi udah mulai
syuting sinetron hari ini!
"Elo tau dari siapa, Ra?" selidik Sasa.
"Semalam, Siska nelepon gue. Katanya, dia lulus casting1. Wuih,
heboh banget, ya?!" ucap Dara berapi-api, tapi mulutnya enggak sampe
ngeluarin asap, sih.
"Ya, Tuhan! Siska lulus casting?! Woooy ... semuanya! Denger, ya!
SISKAMAIN SINETRON!" teriak Sasa sambil berlari ke sana-kemari, kayak
orang kebakaran jenggot. Untung, Sasa nggak punya jenggot.
"Aduh, duh, duh ... hik, hik, hik akhirnya, sohib gue jadi bintang
sinetron!" Jejen malah terharu,
"Hah? Gila! Hebat! Agnes Monica bakal punya saingan beraaat .,,!"
teriak Kiki, sambil melompat-lompat, persis nenek-nenek kebakaran bulu
ketek! Hihihi kalah tuh hutan di Kalimantan.
"Judul sinetronnya apa, sih?"
"Lawan mainnya siapa? Roger? Revaldo? Syah-rul? Atau ...
Irwansyah? Ck, ck,ck!"
"Nggak tau,deh. Kita tunggu aja kabar selanjutnya."
HAMPIR seminggu, Siska nggak masuk sekolah. Semuanya menanti
kehadirannya. Mereka pada enggak sabar menunggu.
"Emangnya, berapa hari sih, syutingnya?"tanya Sasa.
"Bisa jadi sebulan," jawab Dara asal.
"Walah ...! Sebulan? Apa nggak lebih baik sekalian berhenti sekolah
aja?"
"Hus! Udah nggak aneh bintang sinetron tuh kayak gitu! Tapi,
biasanya orang macam Siska da-pet dispensasi dari sekolah. Artis kan,
emang gitu? Nanti mendatangkan guru privat ke lokasi syuting! Mmm ...
pokoknya, jadi bintang sinetron itu oke banget!" Jejen sok tau.
"Gue enggak percaya sama omongan elo, Jen! Mulut elo aja bau
jengkol!!"
"Emangnya, kenapa kalo mulut gue bau jengkol?! Asal elo pada tau,
bagi gue, rasa jengkol tuh,
surga dunia!"
"Bau jengkol aja bangga! Biar bau jengkolnya ilang, sono, makan
pete!" hardik Kiki.
"Bodyguard kok, suka makan jengkol? Kasian atuh, para
penggemar!"
"Udah, udah ...! Kenapa jadi ngebahas jengkol, sen?"
"Iya, neh! Sono, Jen, bersihin mulut elo! Perasaan, di kantin kita
nggak ada menu jengkol?" "Jejen pesen di warteg seberang sekolah, bo!"
"Pantes."
"Terus, masalah Siska, gimana, dong?" "Ya mau gimana? Kita
tunggu aja kabar selanjutnya."
"Udah dihubungi lewat HP?"
"Enggak aktif. Sibuk ngelayanin wartawan,
kali?"
"Uh, bintang sinetron!"
SISKA kembali masuk. Kontan, semua anak pada mengerumuninya.
Malah, ada yang pura-pura minta tanda tangan segala.
Gimana syutingnya, Sis?"
Lawan mainnya siapa aja?"
Judul sinetronnya apa, sih?"
Tayangnya kapan?"
Di stasiun apa?"
Gimana rasanya main sinteron?"
Bertumpuk-tumpuk pertanyaan menyerang Siska. Sayang, Siska
nggak mau menjawab.Ia cuma bilang, "Tunggu aja beritanya di tabloid,
satu atau dua minggu lagi. Soalnya, sang produser ngelarang para
pemain ngasih bocoran sama siapa pun! Masih rahasia!"
"Jeee elo, Sis! Kita-kita kan, bukan wartawan. Kenapa mesti rahasiarahasiaan,
sih?!" Kiki yang paling penasaran, protes keras.
"Iya, Sis. Please deh, ah Semua anak
merengek-rengek.
Siska nggak peduli sama rengekan teman-temannya. Lagi puia,
Siska pikir, pasti teman-temanku nggak bakaian puas seandainya aku
menjawab.
Namun,karena serangan teman-temannya yang bertubi-tubi, terutama
Kiki yang cerewet, akhirnya Siska menjawab satu pertanyaan yang
membuat teman-temannya puas.
"Gue main di FTV ucap Siska, yang langsung membuat temantemannya paham.
Semua pada tau, FTV itu Film Televisi alias telesinema, sinetron yang
sekali tayang langsung tamat.
"Judulnya?" sodok Kiki.
"Misteri Rumah Hantu." Ups! Siska keceplosan, ngasih tau judulnya!
"FTV Misteri, ya?" tebak Dara.
"Udah, ah! Kok, jadi terus-terusan tanya, sih? Nanti aja, tunggu
tanggal mainnya!" Siska jadi berang.
"Pertanyaan terakhir," ucap Kiki, persis reporter yang mau menyudahi
wawancara. "Tayangnya kapan?" lanjut Kiki.
Karena ngerasa bosan dikerumuni anak-anak, akhirnya Siska nyerah.
"Hari Jumat depan, jam delapan malam!"jawab Siska, dan nggak lupa
menyebut stasiun teve yang bakal menayangkannya.
Merasa puas akan jawaban itu, anak-anak akhirnya menyingkir dari
Siska. Siska menghela napas, merasa lega dijauhin sohib-sohibnya.
Kasihan Siska, baru mengalami sekali syuting, udah merasakan seperti
Namun, ia sendiri berlatih setiap hari di rumah. Angkat barbel, push up, sit
up, lompat, lari, renang, semua ia lakukan agar tubuhnya bisa lentur dan
kuat. Tak lupa pula menghafalkan semua gerakan cheer's-nya.
Hebatnya, ternyata Bianca mampu menandingi teman-temannya
sesama cheer's. Bianca bahkan bisa menjadi maskot cheer's karena
gerakannya yang gesit dan lincah. Setiap kali cheerleader yang
beranggotakan Bianca, selalu mendapat sambutan yang sangat meriah
dari orang-orang.
Pada akhirnya,karena kehebatannya itu,Bianca jadi cheerleader inti
sekolah. Di setiap pertandingan, Bianca selalu tampil bareng tim cheer'snya.
Bahkan, para penonton selalu menanti-nantikan kehadiran Bianca
dalam setiap penampilannya. Bianca mampu tampil seperti anak-anak
cewek lain yang bertubuh langsing.
Hanya, semua itu cuma dalam cerita yang dibuat Bianca! Karena yang
terjadi sesungguhnya, Bianca tetaplah Bianca, si gendut pendek yang
nggak akan mampu bisa jadi anggota cheer's, kecuali menuliskannya
dalam sebuah cerita.
TULISAN Bianca tentang anggota tim cheer's sekolah yang gendut
pendek itu,dibaca oleh temen-temen sekelas. Ketika selesai
membacanya, salah satu teman Bianca terenyuh, namun lega ketika baca
ending-nya.Naskah Bianca yang sudah dijilid rapi itu, diberikan pada
anak-anak di kelas lain. Bahkan jadi rebutan!
Seorang guru bahasa Indonesia ikut membaca tulisan Bianca. Beliau
meminta disketnya dan mengatakan akan memberikan disket berikut
naskah yang sudah d\-print out itu pada penerbit.
"Kamu akan menjadi penulis terkenal, Bianca!" ujar guru bahasa
Indonesia pada Bianca.
BUKU itu diterbitkan!
Bianca nggak nyadar kalo cewek seperti dirinya bisa menjadi
'sesuatu1. Meskipun nggak bisa jadi anggota cheerleader, dia bisa bisa
jadi seorang penulis! Apalagi, ketika dihubungi, penerbit mengatakan kalo
novel itu udah dua kali cetak ulang dalam waktu seminggu sejak
diterbitkan!
Aha, Bianca kini menjadi sangat berarti hidupnya. Ketika promosi
novelnya di salah satu sekolah, seorang cowok keren meminta tanda
tangannya.Dia mengaku sangat menyukai novel itu. Si cowok itu juga
meminta nomor HP Bianca.
Pada akhirnya, cowok itu jadi temen curhat Bianca. Mereka seringkah
saling SMS-an. Dan pada
suatu malam Minggu, si cowok ngajak Bianca jalan-jalan. Tapi,
Bianca menolaknya, karena dia mengaku sedang sibuk menulis cerita
lainnya.
Zaenal Radar T., kelahiran Tangerang,7 Desember 1973 Bu-kunya
yang telah terbit: Jerawatan (Cinta, 2005), Bunda, Aku Jatuh Cinta (MU: 3
Books, 2DD5), The Last Lajang-er (Lajang Terakhir), ditulis bareng Dono
Indarto (Gagas Media, 2DDS), Kantin Love Story (LPPH, 2DD4), Airmata
Laki-laki (FBA, 2DD4), Ketemu Camer (DARI Mizan, 2DD4), Harga
Kematian (DARI Mizan, 2DD3), dan beberapa buah buku anak-anak serta
sejumlah antologi bersama penulis lain. Cerpen-cerpennya dimuat dalam
sejumlah media, di antaranya majalah CEWEK, Kawanku, ANEKA Yessl,