Anda di halaman 1dari 5

1.

Pergerakan tipping
Pergerakan tipping merupakan pergerakan yang paling sederhana, dan salah
satu yang paling mudah dilakukan. Tekanan yang diaplikasikan pada satu titik
mahkota gigi yang akan menyebabkan gigi miring menjauhi asal tekanan. Pusat rotasi
gigi tergantung pada titik sesungguhnya dimana tekanan diaplikasikan, menjadi
makin dekat terhadap apeks akar ketika titik aplikasi menjadi makin dekat dengan
ujung incisal atau oklusal dari mahkota. Christiansen dan burrstone (1969)
menunjukkan bahwa jumlah tekanan yang diaplikasikan tidak mempengaruhi posisi
pusat rotasi.
Pergerakan tipping dapat diperoleh dengan mudah, tekanan yang dibutuhkan
umumnya agak lebih kecil daripada untuk pergerakan lainnya. Crabb dan Wilson
(1972) menemukan bahwa tekanan sebesar 0,3 N, 0,4 N, dan 0,5 N akan
menghasilkan pergerakan tipping kedistal yang memuaskan pada gigi-gigi kaninus
atas permanen, derajat tekanan tidak mempunyai efek material terhadap kecepatan
pergerakan, tetapi tekanan sebesar 0,5 N cenderung menyebabkan timbulnya rasa
tidak nyaman dan kesulitan dengan pemakaian pesawat. Reitan (1957) menemukan
bahwa tekanan intermiten sebesar 70-100 g (c.0,7-1,0 N) bisa menimbulkan daerah
bebas sel pada ligament periodonsium dari gigi kaninus atas. Buck dan Church (1972)
menunjukkan bahwa tekanan tipping sebesar 0,7 N menimbulkan resorpsi
undermining pada gigi-gigi premolar atas.
2. Pergerakan rotasi
Rotasi gigi dalam soketnya membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Tekanan ini
bisa diperoleh baik dengan mengaplikasikan tekanan pada satu titik di
mahkota gigi dan stop untuk mencegah pergerakan dibagian lain dari
mahkota, atau yang lebih efisien adalah dengan mengaplikasikan tekanan
berlawanan terhadap daerah-daerah gigi yang berbeda. Bentuk penampang

melintang dari akar jelas mempunyai pengaruh yang penting terhadap


kemudahan melakukan pergerakan rotasional.
Pergerkan rotasi biasanya tidak membutuhkan tekanan yang lebih
besar daripada pergerakan tipping , tetapi ada kecenderungan yang lebih besar
bagi pergerakan rotasi untuk mengalami relaps. Kelihatannya hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa meskipun serabut yang melekatkan gigi pada
tulang akan dengan cepat terorganisir selama dan sesudah pergerakan gigi,
serabut-serabut yang menghubungkan gigi dengan jaringan gingival akan
tetap utuh untuk waktu yang lama, hanya mengalami distorsi selama
pergerakan gigi. Pada pergerakan rotasi, sebagian besar serabut gingiva ini
akan meregang, dan menyebabkan kecenderungan relaps.
3. pergerakan bodily
Istilah pergerakan bodily mempunyai arti pergerakan translasi yang
menyeluruh dari sebuah gigi ke posisinya yang baru, dengan semua bagian
dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara. Pergerakan ini sulit dilakukan
sebagai suatu pergerakan tunggal, tetapi sesuatu yang mendekati pergerakan
bodily sempurna bisa diperoleh dengan bantuan pesawat yang tepat.
Karena tekanan yang hanya diaplikasikan langsung pada mahkota gigi,
harus diaplikasikan pada daerah mahkota yang lebar, dan setiap pergerakan
tilting harus dibatasi, jika ingin diperoleh pergerakan bodily.
Pada pergerakan bodily, tekanan didistribusikan lebih merata pada
seluruh panjang struktur pendukung, disamping itu, agar bisa terjadi
pergerakan bodily, tekanan penahan harus diaplikasikan untuk mencegah
miringnya gigi. Nikolai (1975) menemukan bahwa pergerakan bodily dari gigi
membutuhkan tekanan dua atau tiga kali lebih besar daripada tekanan yang
dibutuhkan untuk gerak tipping sederhana dari gigi yang sama, dan Quinn
serta yoshikawa (1985) melaporkan bahwa tekanan sebesar 0,1 N-0,2 N
menghasilkan pergerakan bodily yang memuaskan dari gigi-gigi atas dan
bawah.

4.pergerakan torque
Istilah torque dalaam peraktik orthodonsi diartikan sebagai pergerakan yang
berbeda dari satu bagian gigi, dengan penahan secara fisik setiap pergerakan dari
bagian yang lain. Seringkali disebut torque gigi atau torque apical , ketika
pergerakan akar diinginkan, dengan hanya sedikit pergerakan mahkota.
Torque akar biasanya diperoleh dengan memberikan tekanan koupel pada
mahkota gigi, dan pada saat bersamaan secara mekanis mencegah pergerakan
mahkota kearah yang berlawanan. Tekanan umumnya diaplikasikan didaerah
mahkota bukan pada daerah titik tunggal, sehingga memberikan control yang lebih
besar terhadap pergerakan. Tekanan pada struktur-struktur pendukung lebih besar
didaerah apikal, apeks akar bergerak lebih jauh daripada bagian gigi yang lainnya.
Pada tipe ini resiko terjadinya resorbsi apikal lebih besar, bila dibandingkan dengan
tipe lainnya. Jika tekanan tidak dikendalikan dengan baik, maka tekanan yang
dibutuhkan tidak oleh sebesar tekanan pergerakan bodily, meskipun lebih besar dari
pada gerakan tipping, karena ada kebutuhan untuk mengaplikasikan tekanan
berlawanan guna membatasi pergerakkan dari mahkota. Tekanan kira-kira sebesar 0,5
N menghasilkan pergerakan torque yang menguntungkan dari gigi gigi premolar
atas.
Intrusi gigi melibatkan resorpsi dari tulang khususnya disekitar apeks.
Pergerakkan ini seluruh struktur pendukung dibawah tekanan, sama sekali tanpa
daerah-daerah tegangan.

Pergerakan Gigi Orthodontik

Pergerakan gigi terjadi sebagai akibat langsung dari remodeling jaringan disekitar
akar gigi oleh karena adanya gaya sel sel yang dapat meresorpsi dan membentuk
matrix ekstra selular dari ligament periodontal dan tulang alveolar. Ketika daya
orthodontic diaplikasikan, ligamer periodontal akan menyempit pada sisi yang akan
mengalami tekanan, diikuti dengan resorpsi tulang alveolar akibat aktivitas osteoclas.
Sebaliknya, pada sisi regangan terjadi aposisi tulang oleh osteoblas. Adanya sel sel
osteoclas multinuclear dalam lacuna Howsip pada sisi tekanan dan terbentuknya
tulang baru pada sisi tegangan,
Gaya orthodontic juga menyebabkan trauma jaringan dalam jumlah tertentu. Setelah
itu, enzim hidrolitik akan dilepaskan dan kemudian akan mengaktifkan enzim
kolagenase yang menyebabkan resorpsi tulang.
Pergerakkan gigi yang terjadi akibat aplikasi gaya orthodontic menyebabkan
terjadinya proses inflamasi. Aplikasi gaya orthodontic segera akan menyebabkan
penurunan jumlah sel mast yang dapat diwarnai dengan toluidin biru, yang
menandakan terjadinya inflamasi. Penurunan jumlah sel mast ini terjadi lebih banyak
pada sisi tekanan dari pada sisi regangan dari ligament periodontal gigi yamng
mendapat gaya orthodontic. Diamana perbedaannya tidak signifikan. Proses inflamasi
yang terjadi terdiri dari degranulasi granular intraselular, peningkatan permeabilitas
vascular, perubahan degenerative dan revormatif pada ligamer periodontal, sintesis
dan progstaglandin, yang kemudian diikuti dengan remodeling tulang.
Selain itu, remodeling tulang juga dipengaruhi oleh mekanisme lokal yang
melibatkan sitokin yang timbul dalam keadaan inflamasi, serta mekanisme sistemik
yang melibatkan hormone paratiroid, vitamin D3 dan hormone seksual.
Progstaglandin E2 akan berikatan dengan reseptor EP4 pada permukaan sel osteoblas,
yang kemuadian akan memicu RANKL untuk menginisiasi deferensiasi osteoclas.

e. Pergerakan vertikal
Pergerakan vertikal ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi dan intrusi
dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang berlawanan.
Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota.
Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang yang
dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada
umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur
pendukung ( Gambar 5 ).2,6
Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. Intrusi gigi
menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam pergerakan ini,
terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan pendukung, tanpa adanya daerah
tarikan ( Gambar 6 ).2

Gambar 5. Pergerakan vertikal : ekstrusi. Peregangan timbul


pada strutur pendukung dan aposisi tulang untuk mempertahankan dukungan
gigi. ( Foster T.D Buku Ajar Ortodonti, Alih Bahasa Lilian Yuwono, 1997 : 179 )

Anda mungkin juga menyukai