2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi,
Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen No. 255.K Tahun 1993 tentang Pelaksana Inspeksi Tambang
13. Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.
1247.K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya
BAB II
JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE SERTA MOBILE CRANE
II.1 JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE
Overhead dan Gantry Crane terdiri atas:
a.
Top-running single or multiple girder bridge with top running trolly hoist
b.
c.
b.
c.
Locomotive Crane
d.
BAB III
PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan umum adalah objek pemeriksaan yang berlaku pada seluruh
crane, baik overhead dan gantry crane maupun mobile crane.
III.1 PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
a.
Pastikan label kapasitas beban angkat yang ada di unit sesuai dengan yang ada di
SKPP.
1.
Periksa apakah terdapat tanda keselamatan (safety sign) yang menunjukkan area
pengoperasian crane.
Safety sign harus jelas terlihat oleh orang yang akan memasuki area pengoperasian
crane.
Tidak boleh ada retakan (crack), perubahan bentuk (deformation), kemelaran dan
keausan pada hook.
Hook didisain untuk menempatkan beban di bawah sadle. Lakukan uji coba angkat
beban. Pastikan posisi hook tetap lurus dan beban berada di bawah sadle.
Hook harus dilengkapi dengan kunci keselamatan (safety latch). Pastikan safety latch
berfungsi dengan baik.
c.
Wire Roop
Secara random (acak) terdapat 6 buah atau lebih kawat yang putus dalam satu belitan
(lay), atau 3 buah kawat putus dalam satu pilinan dalam satu lay (Satu lay adalah satu
belitan penuh dari satu pilinan dalam wire rope)
Pada pendant (wire rope yang langsung terlibat pengangkatan/standing rope) terdapat
3 atau lebih kawat yang putus dalam satu lay.
Dalam satu wire rope terdapat satu atau lebih kawat yang putus dekat posisi fitting
yang terpasang (putusnya kawat di dekat soket merupakan gejala kelelahan wire rope).
Terdapat satu atau lebih gejala wire rope yang putus pada lembah di antara pilinan
(valley).
2.
Semua wire rope baru akan sedikit memanjang dan diameternya sedikit tereduksi
setelah digunakan beberapa saat lamanya.
Jika pengurangan diameter wire rope melebihi parameter di bawah ini, maka wire rope
harus diganti yaitu:
3/64 untuk kawat wire rope berdiameter
1/16 untuk kawat wire rope berdiamater 7/8 hingga 1 1/8
3/32 untuk kawat wire rope berdiameter 1 hingga 1
4. Terdapat perpanjangan rope (rope stretch)
Wire rope yang baru apabila digunakan akan memanjang sedikit, dan perpanjangannya
dapat mencapai 6 per 100 kaki pada rope 6 pilinan dan 9 hingga 10 per 100 kaki
untuk rope dengan 8 pilinan. Jika perpanjangan wire rope melebihi angka tersebut di
atas, maka wire rope harus diganti.
5. Terdapat serangan karat
Serangan karat jauh lebih berbahaya dari pada kerusakan akibat keausan karena
seringkali kerusakannya tidak tampak.
6.
Kurangnya lubrikasi
Wire rope pada awalnya (saat wire rope baru) telah dilumasi sebelah dalamnya melalui
inti rope yang kenyang dengan bahan lubrikan. Namun sering mengering karena
terkena panas atau terperas oleh himpitan. Oleh karena itu, periksa lembah antara
pilinan. Kurangnya lubrikasi terlihat pada lembah yang terisi dengan gemuk yang telah
mengering dan keras atau kotoran yang memadat.
7.
cacat tersebut di atas ditemukan, maka bagian itu harus dipotong dan dibuat splice
baru.
8.
9.
Jika hal tersebut terjadi pada wire rope, maka wire rope harus diganti, karena cacat
tersebut sangat berbahaya akibat kawat yang terderformasi hebat.
Rope besar dengan jumlah kawat yang banyak, misalnya tipe 6 x 37, tidak boleh
digulung lebih dari satu lapis, sebab kawat terlalu kecil untuk fleksibilitasnya.
10.
Jika terjadi high strand pada rope, rope harus diganti atau ganti end connection-nya
untuk mengatur kembali belitan (lay).
11.
12.
Jika cacat ini ditemukan, maka wire rope harus diganti (sering terjadi pada tambang
konstruksi tak berotasi).
14.
16.
17.
Terdapat cacat akibat panas, terkena obor las atau singgung nyala busur las listrik
Jika ditemukan cacat ini, maka bagian yang cacat dipotong atau ganti keseluruhan.
d. Rantai (Chain)
1. Jika tersedia, periksa kesesuaian serial number dan kapasitas aman (SWL) tiap rantai.
Periksa pula buku log pemeriksaan rantai. Pastikan hasil pemeriksaan menunjukkan
rantai layak dioperasikan.
2.
3. Perhatikan cacat pada rantai seperi rusak, bengkok, terpuntir, dan lainnya. Hal ini sering
terjadi pada rantai yang digunakan untuk mengangkat barang yang bersudut-sudut
tajam. Jika terjadi cacat tersebut, maka rantai harus diganti.
4. Periksa kemungkinan keretakan pada rantai. Jika ditemukan keretakan, walaupun
sangat kecil, seluruh rantai harus diganti dan dihancurkan.
5. Periksa kemungkinan cacat berupa parit (gouge), sisik (chip) atau goresan (cut) yang
cukup lebar dan dalam pada setiap mata rantai. Jika cacat tersebut ditemukan, maka
rantai harus diganti.
6. Periksa tingkat keausan. Jika pengausan rantai satu sama lainnya melebihi dari
diameter rantai semula, maka rantai harus diganti.
7. Periksa kemungkinan adanya takik tajam (sharp nick). Jika ada, maka takik tersebut
harus dihilangkan karena takik selalu merupakan penyebab keretakan.
8. Periksa kemungkinan adanya dekukan kecil (small dent), tanda pukulan (peen marks),
permukaan mengkilat, yang merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah digunakan
secara berlebihan (workhardened), atau telah lelah (fatigued). Jika ditemukan, maka
rantai harus diganti.
9. Periksa kemungkinan adanya sirip yang terangkat (lifted fin) pada sambungan las. Jika
ada, ini merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah mengalami pembebanan yang
sangat berlebih, sehingga rantai harus diganti.
10. Perhatikan kemungkinan serangan karat. Serangan karat yang berlebihan dapat
mengurangi diameter rantai. Jika pengurangan diameter rantai melebihi dari diameter
rantai semula, maka rantai harus diganti.
e. Synthetic Sling
Pastikan synthetic sling dalam kondisi baik, tidak tergores, terpotong, cacat atau
adanya perubahan warna.
f. Rem (Brake)
Pemeriksaan fungsi rem:
Lakukan uji coba pengangkatan beban. Naik-turunkan unit, lalu rem. Unit harus
langsung berhenti ketika di rem.
Selanjutnya, angkat beban dengan unit (jika memungkinkan beban sebesar kapasitas
amannya/SWL). Biarkan unit tergantung tidak terlalu tinggi. Lalu ukur ketinggian beban
dari tanah. Biarkan beberapa saat, sekitar 10 menit. Ukur kembali ketinggian beban dari
tanah. Pastikan tidak ada perbedaan ketinggian antara pengukuran pertama dan
kedua.
BAB IV
PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan khusus adalah objek pemeriksaan yang berlaku khusus pada
overhead dan gantry crane atau khusus pada mobile crane.
IV.1 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI UNTUK OVERHEAD DAN GANTRY
CRANE
a. Rel
1. Periksa kelurusan rel. Secara visual perhatikan kelurusan rel, bisa dilakukan dengan
menyorot lampu senter menelusuri sepanjang rel. Pastikan rel lurus. Kemudian, lakukan
uji coba dengan menggerakkan unit ke timur, barat, utara, dan selatan. Perhatikan
pergerakan dan suara pergerakkan. Pastikan pergerakkan lancar dan suara
pergerakkan halus.
2.
Periksa kemungkinan adanya cacat seperti keretakan pada rel. Secara visual
perhatikan sepanjang rel, bisa dilakukan dengan menyorot lampu senter menelusuri
sepanjang rel. Pastikan tidak ada cacat pada rel.
c. Remote Control
1. Periksa kondisi fisik remote control.
Remote control harus dalam kondisi yang terawat, bersih dan tidak ada cacat.
2. Periksa fungsi remote control.
Lakukan uji pengoperasian tiap tombol yang ada:
Pastikan operator mengerti fungsi setiap tombol yang ada.
Pastikan semua tombol berfungsi dengan baik.
Pastikan semua tombol mudah dioperasikan.
3. Periksa petunjuk arah pergerakan yang ada di remote.
Pastikan petunjuk arah masih terlihat jelas.
Lakukan uji pengoperasian tiap tombol. Pastikan pergerakan unit sesuai dengan arah
yang ada pada remote control.
d. Kabel
1. Pastikan kabel tidak ada yang terlekuk.
2. Pastikan kabel terisolasi sempurna.
e. Tangga menuju Kabin (Untuk crane yang menggunakan kabin)
1. Periksa kondisi pijakan tangga.
Pijakan tangga harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2. Pariksa kondisi handrail atau kerangkeng
Pastikan handrail dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan ukurannya sesuai
dengan genggaman tangan.
Pada tangga yang tegak lurus, maka harus ada kerangkeng. Pastikan kerangkeng
dalam kondisi baik, kokoh dan tidak keropos.
Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2. Pariksa kondisi pagar pengaman
Pastikan pagar pengaman dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat
melindungi dari bahaya jatuh.
g. Kabin
1. Periksa rangka / dinding kabin (cabin frame wall).
Rangka/ dinding kabin harus dalam kondisi baik, kokoh dan lapisan catnya masih baik.
2. Periksa kondisi jendela kabin.
Kaca jendela tidak pecah.
Kaca harus bersih sehingga pandangan operator jelas.
Ketika jendela ditutup, pastikan udara dari luar sudah tidak dapat masuk ke dalam
kabin.
Lakukan uji coba pengoperasian, pastikan tuas, pedal dan alat pengontrol dapat
berfungsi dengan baik.
Pastikan tersedia indicator penentu batas angkat beban aman (LMI, Load Maximum
Indicator) yang sudah dikaliberasi.
Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan seluruh lampu (lampu depan, lampu
belakang, lampu sorot, lampu sign, dan rotary) dapat berfungsi.
Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan back alarm berfungsi ketika unit
dioperasikan mundur.
Pastikan melalui kaca spion, operator dapat melihat bagian belakang dan samping
unit.
4. Pemeriksaan Klakson
Lakukan uji pengoperasian. Pastikan klason berfungsi dengan baik.
Pastikan suara klakson terdengar jelas.
5. Pemeriksaan Tanda Petunjuk (Tanda Petunjuk Kecepatan/ Speedometer, Suhu Mesin,
Arus dan Tegangan, Tekanan Udara, Tekanan Pelumas)
Pastikan terdapat tanda petunjuk.
Pastikan tanda petunjuk dalam kondisi baik.
Platform
1. Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat dan tidak licin.
2. Tersedia pagar pengaman.
3. Pagar pengaman harus dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat melindungi
dari bahaya jatuh.
d. Pemeriksaan Ban atau Rantai (Track)
1. Pemeriksaan Ban
Periksa kondisi velg .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan kondisi velg baik, tidak ada keretakan dan
karat pada velg.
Periksa mur dan baut .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan tidak ada mur dan baut yang hilang.
Mur dan baut harus kencang.
Periksa kondisi ban.
Pemeriksaan secara visual harus menunjukkan kondisi ban baik, tidak gundul dan tidak
kempes.
2. Pemeriksaan Rantai (Track)
Pemeriksaan Laporan Hasil Pemeriksaan Rantai
Laporan Hasil Pemeriksaan harus menunjukkan rantai dalam kondisi yang baik dan
layak operasi.
Pemeriksaan Visual
Pastikan tidak terdapat crack dan kerusakan pada rantai seperti rantai yang miring.
Pemeriksaan Uji Fungsi
Lakukan uji pengoperasian, pastikan rantai dapat berfungsi dengan baik.
Pemeriksaan Outrigger
1. Pastikan outrigger dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada crack, dan tidak berkarat.
2. Jika dilakukan secara manual, pastikan kunci outrigger bisa berfungsi dengan baik.
3. Pastikan terdapat safety sign. Safety sign harus terlihat jelas dan dimengerti.
4. Pastikan outrigger sandpad dalam kondisi baik, kokoh dan tidak ada crack.
h. Pemeriksaan Boom
1. Pastikan boom dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada deformasi, bend (bengkok), dent
(penyok), crack (retak) dan korosi.
2. Pastikan sambungan-sambungan boom, baut, mur dan pin telah terpasang dengan
sempurna.
3. Harus terdapat boom angle indicator.
4. Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan boom angle indicator dapat berfungsi
dengan baik.
i. Load Chart
1. Pastikan terdapat load chart.
Pastikan operator memahami load chart tersebut