Anda di halaman 1dari 16

Pedoman Pemeriksaan Pesawat Angkut (Crane)

PEDOMAN PEMERIKSAAN PESAWAT ANGKAT (CRANE)


Oleh: Warid Nurdiansyah
Berikut saya sampaikan garis besar pedoman pemeriksaan pesawat angkat (crane).
Rencananya pedoman ini akan dicetak dalam bentuk buku yang disertai dengan
gambar dan penjelasan yang lebih detai. Doakan saja. ..Semoga Bermanfaat!
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pesawat angkat (crane) adalah setiap peralatan mesin atau alat yang digerakkan
tenaga mekanis, tenaga listrik atau tenaga hidrolis yang dapat digunakan sebagai
mesin pengangkat termasuk rel, jalan rel atau alat pembantu lainnya, tetapi tidak
termasuk pemajat lubang naik (raise climber) yang dipasang pada sumuran tambang.
Petunjuk teknis ini berlaku dalam pengawasan/inspeksi pesawat angkat (crane) yang
meliputi overhead dan gantry crane serta mobile crane.
I.2. DASAR
1.

UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

2.

UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

3.

UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi

4.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

5.

UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

6.

PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi

7.

PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,


Pemprov dan Pemkab/Kota

8.

PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang


Pertambangan

9.

Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi,
Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi

10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen No. 255.K Tahun 1993 tentang Pelaksana Inspeksi Tambang
13. Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.
1247.K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya

BAB II
JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE SERTA MOBILE CRANE
II.1 JENIS-JENIS OVERHEAD DAN GANTRY CRANE
Overhead dan Gantry Crane terdiri atas:
a.

Top-running single or multiple girder bridge with top running trolly hoist

b.

Top-running single-girder bridge with underhung trolly hoist

c.

Monorails and underhung crane

II.2 JENIS-JENIS MOBILE CRANE


Mobile Crane terdiri atas:
a.

Crawler Crane (Pesawat Angkat Rantai Kelabang)

b.

Wheel Mounted Crane (Pesawat Angkat Ban)


Yang termasuk Wheel Mounted Crane antara lain:
1. Kabin Pengemudi Tunggal
2. Kabin Pengemudi Lebih dari satu

c.

Locomotive Crane

d.

Tyre Monted Crane Floating Crane

BAB III
PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan umum adalah objek pemeriksaan yang berlaku pada seluruh
crane, baik overhead dan gantry crane maupun mobile crane.
III.1 PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
a.

Sertifikat Kelayakan Penggunaan Perlatan (SKPP) Pesawat Angkat dan Angkut


1. Periksa masa berlaku SKPP.
2. Periksa kesesuaian data Pemilik, Lokasi Penggunaan, Jenis Pesawat, Merk/ Type, No.
Seri Pembuatan/ Unit, Kapasitas, Rantai Pengangkat, Pabrik Pembuat, dan Tahun
Pembuatan/ Penggunaan antara yang ada di SKPP dengan yang ada di unit.
3.

Pastikan label kapasitas beban angkat yang ada di unit sesuai dengan yang ada di
SKPP.

b. Surat Izin Operasi (SIO) Operator Pesawat Angkat dan Angkut


Periksa kesesuaian SIO Operator dengan jenis unit yang dioperasikannya.
c. Standard Operational Procedure (SOP)
1. Harus tersedia SOP pengoperasian unit.
2. Pastikan operator memahami isi SOP tersebut.
d. Laporan Hasil Pemeriksaan, Pemeliharaan dan Pengujian
1. Pastikan terdapat pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian terhadap unit secara
berkala.
2. Pastikan laporan hasil pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian menyatakan bahwa
unit layak dioperasikan.
III.2 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI
a. Area Kerja

1.

Periksa apakah terdapat tanda keselamatan (safety sign) yang menunjukkan area
pengoperasian crane.

Safety sign harus jelas terlihat oleh orang yang akan memasuki area pengoperasian
crane.

Safety sign harus mudah dipahami.


2. Periksa apakah pencahayaan di area kerja cukup baik.
Periksa apakah house keeping area kerja cukup baik.
Area kerja harus menjamin kemudahan dalam proses pengangkatan dan pemindahan
material dengan crane.

Area kerja harus menjamin keselamatan operator dalam mengoperasikan unit.


Contohnya area kerja harus bebas dari risiko terpleset dan tersandung pada
pengoperasian gantry crane dengan menggunakan remote control; area kerja harus
bebas dari risiko mobile crane menabrak material ketika melakukan swing.

Jika memungkinkan, terdapat garis demarkasi yang menunjukkan area pengoperasian


crane.
3. Periksa apakah label kapasitas aman beban angkat jelas terlihat.
Label kapasitas aman harus sesuai dengan kapasitas yang tercantum dalam SKPP.
Label harus mudah terlihat.
Periksa beban yang biasa diangkat oleh unit. Beban yang diangkat tidak boleh melebihi
kapasitas yang diizinkan.
b. Main and Auxiliary Hook
1. Periksa kesesuaian antara data manufaktur hook dengan hook yang ada, seperti data
kapasitas, serial number dan tipe.
2.

Periksa secara visual terhadap adanya excessive wear, perubahan bentuk


(deformation), bengkokan diluar batas (out of plane bending), excessive gouges dan
hilangnya tanda kapasitas.

Pada hook tidak boleh ada bekas las-an.

Tidak boleh ada retakan (crack), perubahan bentuk (deformation), kemelaran dan
keausan pada hook.

Hook didisain untuk menempatkan beban di bawah sadle. Lakukan uji coba angkat
beban. Pastikan posisi hook tetap lurus dan beban berada di bawah sadle.

Hook harus dilengkapi dengan kunci keselamatan (safety latch). Pastikan safety latch
berfungsi dengan baik.

c.

Wire Roop

Wire Rope tidak boleh digunakan lagi jika:


1. Terdapat kawat yang putus dengan kriteria:

Secara random (acak) terdapat 6 buah atau lebih kawat yang putus dalam satu belitan
(lay), atau 3 buah kawat putus dalam satu pilinan dalam satu lay (Satu lay adalah satu
belitan penuh dari satu pilinan dalam wire rope)

Pada pendant (wire rope yang langsung terlibat pengangkatan/standing rope) terdapat
3 atau lebih kawat yang putus dalam satu lay.

Dalam satu wire rope terdapat satu atau lebih kawat yang putus dekat posisi fitting
yang terpasang (putusnya kawat di dekat soket merupakan gejala kelelahan wire rope).

Terdapat satu atau lebih gejala wire rope yang putus pada lembah di antara pilinan
(valley).

2.

Terdapat keausan pada kawat


Penampang kawat wire rope sebelah luar akan berubah bentuk dari bundar menjadi
datar. Keausan tersebut terjadi akibat friksi di dalam sheave, roller, drum, dan lain-lain.
Bagian yang datar ini akan terlihat jelas sebagai bagian yang mengkilat karena tidak
terkena lubrikasi/pelumasan. Jika tingkat keausannya mencapai lebih dari 1/3 diameter
kawat, maka wire rope harus diganti.
3. Terdapat pengurangan diameter wire rope

Pengurangan diameter wire rope merupakan faktor kerusakan yang kritis.


Pengurangan diameter disebabkan oleh abrasi yang berlebihan pada kawat lapis luar,
kehilangan dukungan inti wire rope, serangan karat di sebelah luar maupun di sebelah
dalam wire rope, kegagalan kawat sebelah dalam atau melongarnya belitan kawat.

Semua wire rope baru akan sedikit memanjang dan diameternya sedikit tereduksi
setelah digunakan beberapa saat lamanya.

Jika pengurangan diameter wire rope melebihi parameter di bawah ini, maka wire rope
harus diganti yaitu:
3/64 untuk kawat wire rope berdiameter
1/16 untuk kawat wire rope berdiamater 7/8 hingga 1 1/8
3/32 untuk kawat wire rope berdiameter 1 hingga 1
4. Terdapat perpanjangan rope (rope stretch)
Wire rope yang baru apabila digunakan akan memanjang sedikit, dan perpanjangannya
dapat mencapai 6 per 100 kaki pada rope 6 pilinan dan 9 hingga 10 per 100 kaki
untuk rope dengan 8 pilinan. Jika perpanjangan wire rope melebihi angka tersebut di
atas, maka wire rope harus diganti.
5. Terdapat serangan karat

Serangan karat jauh lebih berbahaya dari pada kerusakan akibat keausan karena
seringkali kerusakannya tidak tampak.

Tanda-tanda kerusakan pada wire rope akibat serangan karat adalah:


Terdapat perubahan warna
Produk karat timbul dari dalam rope
Terdapat tanda-tanda cacat berupa pitting (takik-takik)
Apabila tanda ini ditemukan pada wire rope, maka wire rope harus diganti. Jika
serangan karat terjadi di dasar soket, maka soket harus diganti.

6.

Kurangnya lubrikasi
Wire rope pada awalnya (saat wire rope baru) telah dilumasi sebelah dalamnya melalui
inti rope yang kenyang dengan bahan lubrikan. Namun sering mengering karena
terkena panas atau terperas oleh himpitan. Oleh karena itu, periksa lembah antara
pilinan. Kurangnya lubrikasi terlihat pada lembah yang terisi dengan gemuk yang telah
mengering dan keras atau kotoran yang memadat.

7.

Terdapat kerusakan pada splice


Inspeksi yang dilakukan terhadap splice adalah: adanya kawat aus atau putus, pilinan
yang terjepit, pilinan yang kendor, fitting yang retak, serangan karat. Jika salah satu dari

cacat tersebut di atas ditemukan, maka bagian itu harus dipotong dan dibuat splice
baru.
8.

Terdapat kerusakan pada penghubung akhir (end connection)


Apabila dalam melakukan inspeksi ditemukan kondisi berkarat, retak, bengkok, aus
atau digunakan secara kurang tepat maka end connection harus diganti. Hal lain yang
harus diperiksa adalah keausan thimble pada crown-nya, tanda-tanda throat-nya
menggigit ke rope dan distorsi atau closure (kincup) akibat beban berlebihan.

9.

Terdapat pilinan yang terjepit, pipih atau terhimpit

Jika hal tersebut terjadi pada wire rope, maka wire rope harus diganti, karena cacat
tersebut sangat berbahaya akibat kawat yang terderformasi hebat.

Rope besar dengan jumlah kawat yang banyak, misalnya tipe 6 x 37, tidak boleh
digulung lebih dari satu lapis, sebab kawat terlalu kecil untuk fleksibilitasnya.
10.

Terdapat pilinan tinggi (high strand) dan belitan terurai (unlaying)

Jika terjadi high strand pada rope, rope harus diganti atau ganti end connection-nya
untuk mengatur kembali belitan (lay).
11.

Terdapat sarang burung (bird cages)


Jika terjadi, wire rope harus ganti dengan yang baru atau potong bagian yang cacat.

12.

Terdapat tekukan tetap (kink)


Jika ini terjadi, wire rope harus diganti atau dipotong bagian yang cacat.
13.

Wire rope mengembang (bulged)

Jika cacat ini ditemukan, maka wire rope harus diganti (sering terjadi pada tambang
konstruksi tak berotasi).
14.

Celah antar pilinan terlalu besar

Jika ditemukan cacat ini, wire rope harus diganti.


15.

Inti menyembul keluar


Jika ditemukan cacat ini, wire rope harus diganti.

16.

Terdapat ketidakseimbangan bagian yang aus hebat


Jika terdapat bagian wire rope yang mengalami keausan hebat secara tidak seimbang,
potong bagian tersebut.

17.

Terdapat cacat akibat panas, terkena obor las atau singgung nyala busur las listrik
Jika ditemukan cacat ini, maka bagian yang cacat dipotong atau ganti keseluruhan.

d. Rantai (Chain)
1. Jika tersedia, periksa kesesuaian serial number dan kapasitas aman (SWL) tiap rantai.
Periksa pula buku log pemeriksaan rantai. Pastikan hasil pemeriksaan menunjukkan
rantai layak dioperasikan.
2.

Periksa kemungkinan mulurnya rantai. Ketika mata rantai telah mengalami


perpanjangan berlebih maka akan cenderung menguncup sehingga mata rantai saling
mengunci satu dengan lainnya atau menggantung tidak sempurna. Jika kondisi rantai
telah memanjang melebihi 3%, maka rantai harus diganti.

3. Perhatikan cacat pada rantai seperi rusak, bengkok, terpuntir, dan lainnya. Hal ini sering
terjadi pada rantai yang digunakan untuk mengangkat barang yang bersudut-sudut
tajam. Jika terjadi cacat tersebut, maka rantai harus diganti.
4. Periksa kemungkinan keretakan pada rantai. Jika ditemukan keretakan, walaupun
sangat kecil, seluruh rantai harus diganti dan dihancurkan.
5. Periksa kemungkinan cacat berupa parit (gouge), sisik (chip) atau goresan (cut) yang
cukup lebar dan dalam pada setiap mata rantai. Jika cacat tersebut ditemukan, maka
rantai harus diganti.
6. Periksa tingkat keausan. Jika pengausan rantai satu sama lainnya melebihi dari
diameter rantai semula, maka rantai harus diganti.
7. Periksa kemungkinan adanya takik tajam (sharp nick). Jika ada, maka takik tersebut
harus dihilangkan karena takik selalu merupakan penyebab keretakan.
8. Periksa kemungkinan adanya dekukan kecil (small dent), tanda pukulan (peen marks),
permukaan mengkilat, yang merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah digunakan
secara berlebihan (workhardened), atau telah lelah (fatigued). Jika ditemukan, maka
rantai harus diganti.
9. Periksa kemungkinan adanya sirip yang terangkat (lifted fin) pada sambungan las. Jika
ada, ini merupakan tanda-tanda bahwa rantai telah mengalami pembebanan yang
sangat berlebih, sehingga rantai harus diganti.
10. Perhatikan kemungkinan serangan karat. Serangan karat yang berlebihan dapat
mengurangi diameter rantai. Jika pengurangan diameter rantai melebihi dari diameter
rantai semula, maka rantai harus diganti.

e. Synthetic Sling
Pastikan synthetic sling dalam kondisi baik, tidak tergores, terpotong, cacat atau
adanya perubahan warna.
f. Rem (Brake)
Pemeriksaan fungsi rem:

Lakukan uji coba pengangkatan beban. Naik-turunkan unit, lalu rem. Unit harus
langsung berhenti ketika di rem.

Selanjutnya, angkat beban dengan unit (jika memungkinkan beban sebesar kapasitas
amannya/SWL). Biarkan unit tergantung tidak terlalu tinggi. Lalu ukur ketinggian beban
dari tanah. Biarkan beberapa saat, sekitar 10 menit. Ukur kembali ketinggian beban dari
tanah. Pastikan tidak ada perbedaan ketinggian antara pengukuran pertama dan
kedua.

BAB IV
PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan khusus adalah objek pemeriksaan yang berlaku khusus pada
overhead dan gantry crane atau khusus pada mobile crane.
IV.1 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI UNTUK OVERHEAD DAN GANTRY
CRANE
a. Rel
1. Periksa kelurusan rel. Secara visual perhatikan kelurusan rel, bisa dilakukan dengan
menyorot lampu senter menelusuri sepanjang rel. Pastikan rel lurus. Kemudian, lakukan
uji coba dengan menggerakkan unit ke timur, barat, utara, dan selatan. Perhatikan
pergerakan dan suara pergerakkan. Pastikan pergerakkan lancar dan suara
pergerakkan halus.

2.

Periksa kemungkinan adanya cacat seperti keretakan pada rel. Secara visual
perhatikan sepanjang rel, bisa dilakukan dengan menyorot lampu senter menelusuri
sepanjang rel. Pastikan tidak ada cacat pada rel.

3. Periksa adanya petunjuk arah pergerakan unit.


b. Lampu dan Alarm
1. Lampu harus berfungsi ketika unit dioperasikan.
2. Alarm harus berfungsi ketika unit dioperasikan.
3. Suara alarm harus terdengar jelas ketika unit dioperasikan.

c. Remote Control
1. Periksa kondisi fisik remote control.
Remote control harus dalam kondisi yang terawat, bersih dan tidak ada cacat.
2. Periksa fungsi remote control.
Lakukan uji pengoperasian tiap tombol yang ada:
Pastikan operator mengerti fungsi setiap tombol yang ada.
Pastikan semua tombol berfungsi dengan baik.
Pastikan semua tombol mudah dioperasikan.
3. Periksa petunjuk arah pergerakan yang ada di remote.
Pastikan petunjuk arah masih terlihat jelas.
Lakukan uji pengoperasian tiap tombol. Pastikan pergerakan unit sesuai dengan arah
yang ada pada remote control.
d. Kabel
1. Pastikan kabel tidak ada yang terlekuk.
2. Pastikan kabel terisolasi sempurna.
e. Tangga menuju Kabin (Untuk crane yang menggunakan kabin)
1. Periksa kondisi pijakan tangga.

Pijakan tangga harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2. Pariksa kondisi handrail atau kerangkeng

Pastikan handrail dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan ukurannya sesuai
dengan genggaman tangan.

Pada tangga yang tegak lurus, maka harus ada kerangkeng. Pastikan kerangkeng
dalam kondisi baik, kokoh dan tidak keropos.

f. Platform (Untuk crane yang mempunyai kabin)


1. Periksa kondisi platform.

Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
2. Pariksa kondisi pagar pengaman

Pastikan pagar pengaman dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat
melindungi dari bahaya jatuh.

g. Kabin
1. Periksa rangka / dinding kabin (cabin frame wall).
Rangka/ dinding kabin harus dalam kondisi baik, kokoh dan lapisan catnya masih baik.
2. Periksa kondisi jendela kabin.
Kaca jendela tidak pecah.
Kaca harus bersih sehingga pandangan operator jelas.

Ketika jendela ditutup, pastikan udara dari luar sudah tidak dapat masuk ke dalam
kabin.

Jendela mudah untuk di buka dan ditutup.


3. Periksa kondisi pintu kabin.
Pintu dalam kondisi baik, tidak ada cacat.
Ketika pintu ditutup, pastikan udara dari luar sudah tidak dapat masuk ke dalam kabin.
Pintu mudah untuk di buka dan ditutup.
4. Periksa lantai kabin.
Lantai kabin dalam kondisi baik, kuat, tidak ada cacat.
5. Periksa pencahayaan kabin.
Pencahayaan dalam kabin harus cukup untuk operator mengoperasikan unit.

6. Periksa house keeping.


Pastikan house keeping dalam kabin baik.
7. Periksa tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol lain.
Operator harus mengetahui fungsi setiap tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol yang
ada.
Pastikan label petunjuk yang ada pada setiap tombol dan alat control lain terlihat jelas.

Lakukan uji coba pengoperasian, pastikan tuas, pedal dan alat pengontrol dapat
berfungsi dengan baik.

Ketika dilakukan uji coba, pastikan label petunjuk sesuai.


Pastikan tuas, pedal, tombol dan alat pengontrol lain mudah dalam pengoperasiannya.
Pastikan emergency stop dapat berfungsi dengan baik.

Pastikan tersedia indicator penentu batas angkat beban aman (LMI, Load Maximum
Indicator) yang sudah dikaliberasi.

Pastikan LMI berfungsi.


8. Periksa sabuk pengaman (seat belts).

Pastikan sabuk pengaman tersedia.

Pastikan sabuk pengaman baik kondisinya.


9. Periksa Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pastikan APAR tersedia.
Pastikan APAR tersebut telah diperiksa kondisinya.
Pastikan APAR dalam kondisi masih layak digunakan.
Pastikan operator mengerti cara penggunaan APAR
10. Periksa Alat Komunikasi Radio

Pastikan Alat Komunikasi Radio tersedia.

Pastikan Alat Komunikasi Radio dapat digunakan dengan baik.

Pastikan suara dari radio terdengar jelas.


11. Periksa Kondisi Kotak P3K

Pastikan Kotak P3K tersedia.


Pastikan isi kotak P3K masih tersedia dengan baik.

Pastikan terdapat sistem pencatatan terhadap penggunaan isi kotak P3K.


IV.2 PEMERIKSAAN VISUAL DAN UJI FUNGSI UNTUK MOBILE CRANE
a. Pemeriksaan Kabin
Pemeriksaan kabin pada inspeksi mobile crane ditambahkan beberapa unsur yaitu:
1. Pemeriksaan Lampu dan Alarm

Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan seluruh lampu (lampu depan, lampu
belakang, lampu sorot, lampu sign, dan rotary) dapat berfungsi.

Pastikan lampu-lampu tersebut cukup terang.

Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan back alarm berfungsi ketika unit
dioperasikan mundur.

Suara alarm harus terdengar jelas.


2. Pemeriksaan kaca spion
Pastikan terdapat kaca spion.
Pastikan kaca spion dalam kondisi baik, jelas dan bersih.

Pastikan melalui kaca spion, operator dapat melihat bagian belakang dan samping
unit.

3. Pemeriksaan Pembersih Kaca (Wiper)


Pastikan terdapat pembersih kaca.
Pastikan pembersih kaca dalam kondisi baik.

Lakukan uji pengoperasian, pastikan pembersih kaca berfungsi dengan baik.

4. Pemeriksaan Klakson
Lakukan uji pengoperasian. Pastikan klason berfungsi dengan baik.
Pastikan suara klakson terdengar jelas.
5. Pemeriksaan Tanda Petunjuk (Tanda Petunjuk Kecepatan/ Speedometer, Suhu Mesin,
Arus dan Tegangan, Tekanan Udara, Tekanan Pelumas)
Pastikan terdapat tanda petunjuk.
Pastikan tanda petunjuk dalam kondisi baik.

Lakukan uji pengoperasian, pastikan tanda petunjuk berfungsi dengan baik.


b. Pemeriksaan Tangga
Pijakan tangga harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat, dan tidak licin.
c.

Platform
1. Platform harus kuat, tidak keropos, tidak ada cacat dan tidak licin.
2. Tersedia pagar pengaman.
3. Pagar pengaman harus dalam kondisi baik, kokoh, tidak keropos, dan dapat melindungi
dari bahaya jatuh.
d. Pemeriksaan Ban atau Rantai (Track)
1. Pemeriksaan Ban
Periksa kondisi velg .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan kondisi velg baik, tidak ada keretakan dan
karat pada velg.
Periksa mur dan baut .
Pemeriksaan visual harus menunjukkan tidak ada mur dan baut yang hilang.
Mur dan baut harus kencang.
Periksa kondisi ban.
Pemeriksaan secara visual harus menunjukkan kondisi ban baik, tidak gundul dan tidak
kempes.
2. Pemeriksaan Rantai (Track)
Pemeriksaan Laporan Hasil Pemeriksaan Rantai
Laporan Hasil Pemeriksaan harus menunjukkan rantai dalam kondisi yang baik dan
layak operasi.
Pemeriksaan Visual
Pastikan tidak terdapat crack dan kerusakan pada rantai seperti rantai yang miring.
Pemeriksaan Uji Fungsi
Lakukan uji pengoperasian, pastikan rantai dapat berfungsi dengan baik.

e. Pemeriksaan Meja Putar (Slewing Mechanism)


1. Pemeriksaan Laporan Hasil Pemeriksaan Meja Putar
Laporan Hasil Pemeriksaan harus menunjukkan meja putar dalam kondisi yang baik
dan layak operasi.
2. Pemeriksaan Fungsi
Lakukan uji pengoperasian, unit melakukan swing. Pastikan unit dapat melakukan
manufer swing dengan baik.
f. Periksa Sistem Hidrolik dan/atau Sistem Pneumatik
1. Pemeriksaan Visual
Pastikan tidak terdapat kebocoran pada sistem.
2. Pemeriksaan Fungsi
Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan sistem dapat berfungsi dengan baik.
Selanjutnya, angkat beban dengan unit (dengan menggunakan sistem hidrolik dan/atau
sistem pneumatic). Biarkan unit tergantung tidak terlalu tinggi dan sistem hidrolik
dan/atau pneumatic bekerja. Biarkan beberapa saat, sekitar 10 menit. Pastikan tidak
ada penurunan tinggi beban dari ketinggian awal.
g.

Pemeriksaan Outrigger
1. Pastikan outrigger dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada crack, dan tidak berkarat.
2. Jika dilakukan secara manual, pastikan kunci outrigger bisa berfungsi dengan baik.
3. Pastikan terdapat safety sign. Safety sign harus terlihat jelas dan dimengerti.
4. Pastikan outrigger sandpad dalam kondisi baik, kokoh dan tidak ada crack.
h. Pemeriksaan Boom
1. Pastikan boom dalam kondisi baik, kokoh, tidak ada deformasi, bend (bengkok), dent
(penyok), crack (retak) dan korosi.
2. Pastikan sambungan-sambungan boom, baut, mur dan pin telah terpasang dengan
sempurna.
3. Harus terdapat boom angle indicator.

4. Lakukan uji coba pengoperasian. Pastikan boom angle indicator dapat berfungsi
dengan baik.
i. Load Chart
1. Pastikan terdapat load chart.
Pastikan operator memahami load chart tersebut

Anda mungkin juga menyukai