IJARAH
IJARAH
NIM : A31112296
AKUNTANSI IJARAH
A. KONSEP DASAR TRANSAKSAKSI IJARAH
Al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al iwadhu (ganti).Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui upah pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan
pemindahan
kepemilikan
(ownership/milkiyah)
atas
barang
itu
sendiri. Ijarah berarti lease contractdimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan
peralatan (equispment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang
sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).
B. LANDASAN FIQH DAN FATWA DSN TENTANG TRANSAKSI IJARAH
a. Al Quran
Q.S. Al Baqarah: 233 Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kammu kerjakan.
b. Al Hadist
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa rosulullah SAW bersabda, Berbekam kamu,
kemumdian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. (Hr. Bukhari dan
Muslim). Dari Umar bahwa Rosulullah bersabda, Berikanlah upah pekerja sebelum
kering keringatnya. (Hr. Ibu Majah).
C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN TRANSAKSI DALAM AKUNTANSI BANK
SYARIAH
Dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan angin segar bagi praktik
akuntansi di Bank Syariah. Sebab pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan
akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan) transaksi khusus yang
berkaitan dengan aktivitas bank syariah.
Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah,
dan kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal umum
yang tidak diatur dalam pernyataan ini mengacu pada pernyataan standar akuntansi yang
berlaku umum sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Pernyataan ini bukan
merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus pemerintah,
lembaga pemerintah independen, dan bank sentral (Bank Indonesia). Usaha bank banyak
dipengaruhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berbeda dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan pernyataan ini
tidak dimaksudkan untuk memenuhi peraturan perundang-undangan tersebut.
1. Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
a. Karakteristik
Ijarah adalah
akad
sewa-menyewa
antara
pemilik majur (objek
sewa)
dan mustajir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya.
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa-menyewa antara peemilik objek sewa
dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya
dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad
sewa.
Perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dapat dilakukan dengan :
1) Hibah;
2) Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa
cicilan sewa;
3) Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati
pada awal akad; dan
4) Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dan tercantum
dalam akad.
Pemilik objek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis objek sewa harus jelas
diketahui dan tercantum dalam akad.
1) Bank sebagai Pemilik Objek Sewa
Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa dan
disusutkan sesuai dengan :
a) Kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika
merupakan ijarah; dan
b) Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.
Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad
secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlikmemulai
penjualan secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun
secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian
objek sewa pada setiap periode tersebut.
Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Jika biaya akad
menjadi beban pemilik objek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara
konsisten
dengan
alokasi
pendapatan ijarah dan ijarah
muntahiyah
bittamlik selama masa akad.
Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut :
a) Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat terjadinya;
b) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan
pemilik objek sewa, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik objek
sewa dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya pebaikan tersebut;
dan
a)
b)
c)
d)
a)
b)
c)
penurunan nilai timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta
jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka
selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan
pembelian aktiva dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai kewajiban kepada
penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan
nilai.
2. Bank sebagai Penyewa
Beban ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara proporsional selama
masa akad. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah
muntahiyah bittamlik selama masa akad.
Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan akad
menjadi beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi
dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek sewa secara
bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan
kepemilikan objek sewa.
Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlikmelalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah
diselesaikan dan objek sewa telah diterima penyewa. Objek sewa yang diterima
diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya.
Penerimaan objek sewa tersebut di sisi lain akan menambah :
a) Saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
b) Dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari simpanan
pihak ketiga; atau
c) Saldo laba dan dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal
dari modal bank dan simpanan pihak ketiga.
Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlikmelalui pembelian objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa
sebelum berakhirnya masa sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa
sebesar kas yang dibayarkan.
Pengakuan penerimaan objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlikmelalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut :
a)
Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran
sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik
objek sewa;
b)
Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang
dibayarkan
Pengakuan penerimaan objek dalam ijarah muntahiyah bittamlikmemalui
pembelian objek sewa bertahap adalah sebagai berikut :
a) Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran
sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian objek sewa
dari pemilik objek sewa; dan
3.
a)
b)
4.
b) Bagian objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
biaya perolehannya.
Objek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan
penyusutan penyewa. Jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen
sebalum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut
timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan
sewa yang sudah dibayar melebihi sewa yang dibayar melebihi nilai sewa yang
wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk
tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai
piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi
beban ijarah muntahiyah bittamlik.
Penjualan dan Penyewaan Kembali
Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kambali, maka
perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa diterapkan. Jika
bankmenjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai berikut :
Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat
terjadinya transaksi penjual jika penyewaan kembali dilakukan
secara ijarah; dan
Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai
penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika penyewaan
kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah bittamlik.
Sewa dan Penyewaan Kembali
Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya disewa oleh
bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek
sewa dan penyewa diterapkan.
Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang timbul dari
transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva produktif
dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan denominasi mata uang aktiva
produktif dan piutang yang diberikan.
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun
valuta asing yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan antara lain dalam
bentuk
pembiayaan mudharabah,
musyarakah,
murabahah,
salam
paralel, dan istishna paralel.
Pendapatan aktiva produktif yang nonperforming diakui pada saat
pendapatan tersebut diterima. Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan
sebagai nonperforming, pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima
harus dibatalkan.
Rp 8.333.333
2. AKUNTANSI PENYEWA
Ilustrasi kasus ini memberikan gambaran transaksi ijarah aset berwujud, LKS sebagai
penyewa obyek ijarah yang akan disewakan kembali pada pihak lain. Ilustrasi kasus
selengkapnya sebagai berikut: BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan
pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan eksportir kerjinan PT HANDICRAFT di
Yogyakarta untuk menyediakan mobil ekslusif bagi manajer perusahaannya. PT
HANDICRAFT tidak ingin memiliki mobil tersebut sehingga hanya bermaksud menyewa
saja. Oleh karena itu BPRS ABARAKAH tidak memiliki mobil yang dimaksud, maka
BPRS menghubungi PT RENCARINDO. Adapun spesifikasi kendaraan yang dimaksud
dan informasi lain berkaitan dengan akad adalah sebagai berikut:
Jenis kendaraan
: sedan
Merek
: Toyota All New Camry
Kapasitas mesin
: 4000 cc
Tahun pembuatan
: 2008
Dealer
: PT TOYOTA ASTRA MOTOR (TAM)
Umur Ekonomis
: 5 tahun (12 bulan)
Harga perolehan
: Rp. 500.000.000 (OTR)
Uang muka sewa
: Rp. 50.000.000
Sewa per bulan
: Rp. 15.000.000
Jangka waktu sewa
: 4 tahun (48 bulan)
Waktu pembelian barang
: bulan ke-48
Biaya notaris
: Rp 3.000.000
Ilustrasi 1. Beban Ijarah
1. Pada saat pembayaran sewa
a. Jika dalam satu periode
Biaya Sewa Aset Ijarah (D)
Rp 15.000.000
Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K)
Rp 15.000.000
Catatan: Biaya sewa obyek ijarah selama satu bulan
b. Jika lebih dari satu periode
Sewa Dibayar Dimuka (D)
Rp 720.000.000
Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K)
Rp 720.000.000
Catatan: biaya sewa untuk 4 tahun (Rp 15.000.000 x 48 bulan)
- Pada saat amortisasi sewa dibayar dimuka (per bulan)
Biaya sewa aset ijarah (D)
Sewa dibayar dimuka aset ijarah (K)
Rp 15.000.000
Rp 15.000.000
Catatan: amortisasi dihitung dari total sewa dibayar dimuka dibagi masa sewa
- Pada saat perbaikan aset ijarah atas beban pemilik obyek ijarah
Jika BPRS ALBARAKAH melakukan perbaikan atas aset ijarah yang disewa karena
kerusakan sehingga mengeluarkan biaya perbaikan sebesar Rp 20.000.000.
Pituang kepada pemilik obyek ijarah (D)
Kas/Rekening pemilik obyek Ijarah (K)
Rp 20.000.000
Rp 20.000.000
Rp 18.000.000
Rp 15.000.000
Beban pemeliharaan**
Rp
Beban Lain-lain
500.000
0
Total Pengeluaran
(Rp15.500.000)
Rp
2.500.000
Catatan:
* Beban sewa kepada pemilik merupakan amortisasi dari sewa dibayar di muka yang
diakui sebagai pengeluaran LKS pada periode tersebut.
**Jika biaya pemeliharaan pada periode tersebut ditanggung LKS sesuai kesepakatan
dengan pemilik obyek ijarah.
Referensi:
Umar, Rizky, Utami,. 2014. Akuntansi Ijarah PSAK 107. (Online)
(http://mimiakuntansi.blogspot.com/2014/04/akuntansi-ijarah-psak-107_7184.html. diakses pada
tanggal 31 Maret 2015)