TIM PENYUSUN;
PENULIS
RONNY F. RONODIRJO
AHMAD SJAHID
EDITOR
EDY SASMITO
iii
KATA
PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Tim Penyusun
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
iv
Pendahuluan
vi
vi
viii
Desain Pelatihan
Manajemen Waktu
xiv
xvi
Metode Pelatihan
xix
xxiii
xxv
xxvii
Daftar Periksa
xxviii
xxxi
xxxiii
xxxvi
xxxvii
Modul
Modul 1
Pembukaan Pelatihan
Modul 2
Mengelola Perubahan
15
Modul 3
Kerangka Kerja Advokasi
31
Modul 4
Dialog dengan Narasumber
47
Modul 5
Perumusan Isu Strategis
57
Modul 6
Permainan Negosiasi
67
Modul 7
Pembahasan Negosiasi
81
Modul 8
Untung Rugi Berubah
91
Modul 9
Pengemasan Pesan dengan NLP
105
Modul 10
Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing
117
Modul 11
Advokasi Media
127
Modul 12
Bahasa Sugestif Berbasis NLP
139
Modul 13
Bahasa Tubuh dan Intonasi
153
Modul 14
Strategi Hearing
171
Modul 15
Simulasi Hearing
187
Modul 16
Praktek Hearing dengan Legislatif
195
Modul 17
Review Hasil Hearing dan Penyesuaian Ulang
207
Modul 18
Praktek Hearing dengan Eksekutif
217
Modul 19
Review Hasil Hearing dengan Eksekutif
227
Modul 20
Mengatasi Keberatan
233
Modul 21
Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu
247
Modul 22
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)
257
Referensi
266
Lampiran
Sekilas NLP
267
269
273
284
291
299
Index
304
309
vi
PENDAHULUAN
MENGAPA
DIPERLUKAN
SATU BUKU
ADVOKASI
LAGI?
vii
Sesuai garis kerja Unicef yang selama ini bermitra dengan Bappeda
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) provinsi, panduan ini disusun
dengan kondisi ideal gabungan peserta dari staf Pemda terkait, LSM,
Orsos/Ormas dan wartawan lokal. Dengan demikian, pelatihan ini akan
memiliki situasi unik yakni menggunakan tiga tahap advokasi:
1. Pada saat proses pelatihan, terjadi proses advokasi secara internal
kepada peserta yang berasal dari jajaran Pemda terkait. Di mana
dalam proses akan terjadi perbenturan nilai-nilai, keyakinan dan
kepentingan pribadi/golongan dengan kepentingan yang diperjuangkan.
Di sini pentingnya melibatkan LSM, Orsos/Ormas yang kompeten
dalam persoalan isu dan peserta dari dinas/instansi pemerintah
terkait agar terjadi dialektika yang diinginkan.
Misalnya saat pelatihan advokasi Penyederhanaan Prosedur/
Penggratisan Akta Kelahiran, tak jarang telihat bahwa peserta dari
Dinas Catatan Sipil merasa gamang untuk terlibat pada awal pelatihan
karena implikasi pada pekerjaannya sudah terasa sangat jelas.
Pada saat yang sama juga terjadi advokasi media, karena wartawan
yang menjadi peserta pun akan mengalami benturan-benturan konsep
dan pemahaman yang mungkin berbeda dengan yang selama ini
dianutnya (lihat modul 11: Advokasi Media).
2. Mengadvokasi Legislatif/DPRD melalui hearing dengan bertumpu
pada kekuatan gabungan peserta eksekutif (staf Pemda) LSM,
dan Orsos/Ormas.
3. Mengadvokasi Eksekutif (Bupati atau Walikota) melalui hearing
oleh peserta yang sama.
Keberhasilan di tahap 1 akan berpengaruh pada tahap 2, keberhasilan
tahap 2 akan mempengaruhi tahap 3. Di sinilah peran kemampuan
persuasi dibutuhkan semua pihak dan sekaligus hal ini menjadi ciri
khas modul ini.
viii
CARA
MENDAPAT
MANFAAT
SEPENUHNYA
DARI BUKU INI
ix
DESAIN
PELATIHAN
Sesi
Deskripsi
1.
Mengawali Pelatihan
2.
Mengelola Perubahan
3.
Kerangka Kerja
Advokasi
4.
Pendalaman Isu
Dengan Narasumber
5.
Perumusan
Isu Strategis
6.
Permainan
Negosiasi
7.
Pembahasan
Negosiasi
8.
Untung Rugi
Berubah
xi
NO
Sesi
Deskripsi
9.
Pengemasan Pesan
dengan NLP
10.
11.
Advokasi Media
12.
Bahasa Sugestif
Berbasis NLP
13.
Bahasa Tubuh
Dan Intonasi
14.
Strategi Hearing
15.
Simulasi Hearing
xii
NO
Sesi
Deskripsi
16.
Praktek Hearing
dengan Legislatif
17.
Review
Hasil Hearing dan
Penyesuaian Ulang
18.
Praktek Hearing
dengan Eksekutif
19.
20.
Mengatasi Keberatan
21.
Bagian-bagian Lain
Bagan Arus Advokasi
Terpadu
22.
xiii
xiv
MANAJEMEN
WAKTU
Pelatihan dengan jumlah 22 modul ini didesain untuk 5 hari kerja. Empat
hari pertama dilakukan sampai malam, sedangkan hari ke- 5 hanya
setengah saja. Pelatihan ini sebaiknya dilaksanakan di hotel, sehingga
peserta bisa menginap dan bekerja hingga jam 21.30.
Adapun rincian slot waktu yang biasanya dilakukan dalam pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
WAKTU
DURASI
SLOT
08.30 10.00
90 menit
Slot 1
10.00 10.15
10.15 12.00
Break 1
105 menit
12.00 13.00
13.00 15.00
Istirahat
120 menit
15.00 15.30
15.30 17.00
Slot 2
Slot 3
Break 2
90 menit
17.00 19.30
Slot 4
Istirahat
19.30 21.30
120 menit
Slot 5
Total 5 Slot
525 menit
5 slot
xv
Menimbang hal di atas dan bahwa waktu yang diperlukan untuk setiap
sesi tidak sama dengan besarnya slot waktu yang tersedia, maka ada
dua cara yang direkomendasikan untuk dilakukan fasilitator:
Mengubah penjadwalan untuk break/istirahat sesuai
dengan kebutuhan.
Jika suatu sesi sudah selesai dan masih tersisa waktu dalam slot
tersebut, maka lakukan break pendek (5 menit) dan bisa mulai
dengan sesi berikutnya.
xvi
SISTEMATIKA
TIAP MODUL
xvii
xviii
BAGIAN 5 LAMPIRAN
Terdiri dari sejumlah dokumen berisi informasi pendukung yang
diperlukan, yaitu:
Kisah/Metafora
Prosedur Permainan
Gambar/Bagan
Materi untuk dasar penyusunan powerpoint presentasi
Dan lain-lain.
xix
METODE
PELATIHAN
1.
xx
xxi
xxii
xxiii
FASILITATOR
DAN
NARASUMBER
Fasilitator
Untuk meningkatkan keberhasilan program pelatihan ini, berikut
beberapa catatan penting mengenai kriteria fasilitator yang disarankan
untuk menggunakan panduan ini:
Idealnya diperlukan tim fasilitator yang terdiri dari 2 orang, mereka
harus merupakan satu tim, bukan 2 orang yang sekedar diundang
dan baru bekerjasama pada saat itu juga. Fasilitator bertanggung
jawab dalam merencanakan, melaksanakan proses fasilitasi dan
mengevaluasi pelatihan. Mengapa perlu 2 orang, tujuannya adalah:
o Agar terbentuk variasi penyampaian dan proses fasilitasi tanpa
kehilangan arah.
o Agar bisa saling menggantikan saat yang satu sedang berhalangan.
o Agar saling melengkapi saat memfasilitasi suatu aktivitas seperti
game dan sebagainya dimana diperlukan lebih dari satu fasilitator.
Kemampuan fasilitatif yang diperlukan adalah:
o Mampu menerima dan mengelola perbedaan pendapat.
o Mampu memimpin dan mengarahkan pembicaraan tanpa
memaksakan.
o Bersedia dan mampu menerima kondisi peserta secara apa
adanya, menghindari memberikan cap buruk, menertawakan
dan sebagainya.
o Memahami keseluruhan pelatihan sehingga bisa mengawal
proses pelatihan dari awal sampai akhir.
Secara garis besar, disarankan fasilitator yang cukup berpengalaman
dalam membawakan suatu pelatihan bagi orang dewasa.
o Pernah memfasiliasi pelatihan orang dewasa.
o Pernah memfasilitasi pelatihan bagi NGO, Ormas/Orsos.
o Pernah memfasilitasi pelatihan untuk staf Pemda.
Fasilitator yang punya background NLP akan lebih diuntungkan
dalam menggunakan modul ini, sungguhpun fasilitator yang tanpa
background NLP juga dapat menggunakan dengan baik,
xxiv
Narasumber
Kehadiran narasumber diperlukan mutlak dalam beberapa sesi dari
pelatihan ini. Hal ini menyangkut isu spesifik, misalnya saat pelatihan
membahas isu pencatatan kelahiran, kesehatan ibu dan anak,
manajemen berbasis sekolah dan lain-lain.
Narasumber dipilih yang memiliki kompetensi sesuai isu yang
dibahas. Perannya adalah memberikan penjelasan mengenai
isu secara lebih detail, misal berupa data-data penelitian dan
konsep terkait.
Jauh lebih baik apabila narasumber berasal dari wilayah yang
bersangkutan, karena bisa diharapkan yang bersangkutan memiliki
data-data yang akurat mengenai situasi dan kondisi daerah.
Sangat disarankan agar para narasumber bertemu sebelumnya
dengan tim fasilitator untuk menyelaraskan berbagai hal antara lain:
o Memberikan gambaran besar dari pelatihan.
o Arah/tujuan dari sesi yang dimaksud.
o Metode penyampaian dan alat bantu yang diperlukan.
xxv
TATA
LETAK DAN
PERALATAN
RUANG
PELATIHAN
xxvi
L ay ou t R u an g P elat ih an
T ertutup da ri si nar matah ari
Spanduk Pelatihan
Layar Infocus
White board
Listrik
Notebook
Projector
F lipchart
F lipchart
F lipchart
F lipchart
K ursi pes erta y ang memiliki papan untuk menulis,
atau jika tidak a da, letakk an m eja di belakang kursi
Listrik
xxvii
CARA MEMULAI
PELATIHAN
xxviii
DAFTAR
PERIKSA
Gunakan daftar periksa ini dengan cara memberikan tanda apabila sudah
tersedia dengan baik. Kolom catatan dipergunakan jika ada sesuatu hal
yang masih membutuhkan tindakan lebih lanjut.
Disediakan dua jenis Daftar Periksa, yakni Daftar Periksa sebelum mulai
Pelatihan dan Daftar Periksa sebelum udah mulai suatu Sesi.
No
1.
PERIHAL
Property Pelatihan
ADA
CATATAN
xxix
xxx
No
1.
PERIHAL
ADA
CATATAN
xxxi
CARA ORANG
DEWASA
BELAJAR
(ANDRAGOGY)
Seorang fasilitator perlu mengetahui perbedaan cara belajar anakanak dan orang dewasa, sehingga mampu memperlakukan peserta
secara tepat.
Cara anak belajar
Anak punya rasa ingin tahu yang besar hampir pada semua hal.
Dengan demikian cukup mudah untuk mengajak seorang anak
mempelajari hal baru.
Proses belajar pada anak sangat tergantung pada orang lain yang lebih
berpengalaman (guru/pembimbing). Mereka memerlukan jawaban dari
orang lain atas berbagai pertanyaan di pikirannya.
Cara orang dewasa belajar
Rasa ingin tahu pada orang dewasa terbatas pada apa yang tengah
menjadi kebutuhan atau keinginannya.
o Tantangan bagi fasilitator untuk menghidupkan suatu topik agar
dirasa penting dan dibutuhkan.
o Mampu menumbuhkan pikiran bahwa suatu sesi bermanfaat
bagi peserta.
Orang dewasa mengalami suatu hambatan belajar, ditandai dengan:
rasa enggan, malu terlihat bodoh atau tidak mengerti, rasa takut gagal
dan tidak percaya diri.
o Tantangan bagi fasilitator dalam mendesain dan menumbuhkan
iklim pembelajaran yang sifatnya tidak berisiko sosial seperti
malu, dan lain-lain.
o Fasilitator perlu bersikap mendukung, mendorong, tidak mencela,
dan menerima apa adanya.
Orang dewasa lebih senang diperlakukan secara setara, karena
mereka juga sudah memiliki pengalaman, pendapat, pandangan,
kemauan, kesadaran, tanggung jawab dan tujuan.
xxxii
xxxiii
MENGHADAPI
SITUASI SULIT
Dalam modul pelatihan ini, tidak dikenal adanya istilah peserta sulit, yang
ada adalah situasi sulit. Penyebutan peserta sulit sangat perlu dihindarkan
karena bersifat memberi stigma. Selain itu istilah itu akan membuat kesan
bahwa kita mempersamakan antara subyek dengan perilakunya.
Selain itu, pemberian stigma peserta sulit akan mempengaruhi
kondisi pikiran fasilitator untuk mempercayai bahwa memang sulit
menghadapinya, dan tindakannya kemudian cenderung akan mengikuti
kepercayaan itu.
Kenyataan dalam kehidupan, tidak ada orang yang benar-benar sulit bagi
setiap orang. Selalu saja ada orang yang sanggup menangani seorang
yang dianggap sulit dalam pandangan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kita dapat mengendalikan sepanjang mengetahui caranya.
Dalam terminologi NLP ada suatu keyakinan yang perlu diinternalisasi
oleh seorang fasilitator: Tidak ada yang namanya peserta sulit, yang
diperlukan adalah seorang fasilitator yang lebih fleksibel. Jadi, fleksibilitas
sikap dan perilaku yang tepat dari fasilitator akan menentukan apakah
dia bisa mengarahkan seorang peserta yang dianggap berperilaku sulit
atau tidak.
Seorang peserta menjadi berperilaku yang menyulitkan fasilitator
umumnya terpicu oleh suatu kondisi yang mendahului. Beberapa kondisi
yang memicu munculnya situasi sulit adalah:
Pelatihan yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik, seperti
kurangnya fasilitas dasar untuk akomodasi, manajemen waktu yang
buruk, ruangan yang tidak memadai dan sebagainya.
Peserta yang terpaksa datang, biasanya disebabkan pemberian
tugas yang mendadak, peserta memiliki beban tugas saat
meninggalkan pekerjaan, sehingga peserta tidak tahu apa manfaat
datang ke pelatihan.
o Mengatasi hal ini adalah dengan mengirimkan Paket Pre Kit
Pelatihan kepada peserta seminggu sebelum pelaksanaan acara.
Isi Pre Kit ini dibahas di bagian lain dalam Panduan ini.
Pengalaman negatif dalam pelatihan sejenis yang sebelumnya,
sehingga peserta memiliki ekspektasi buruk pada pelatihan ini.
xxxiv
Dari penjelasan di atas, jelas sekali bahwa pada awal suatu pelatihan,
seorang fasilitator punya tugas penting dalam menyelesaikan dengan
baik berbagai persoalan laten yang disebut di atas. Untuk itulah, sesi
pertama (modul 1) memiliki kedudukan sangat penting dan Fasilitator
perlu menginvestasikan waktu dan energinya dengan sungguh-sungguh
agar terhindar dari Situasi Sulit yang sewaktu-waktu bisa muncul.
Beberapa jenis situasi sulit yang biasanya muncul di suatu pelatihan:
1. Cara bertanya peserta
a. Beberapa peserta, punya kecenderungan cara bertanya yang
tidak efektif. Pertanyaan ini akan terdengar sulit dan menyerang
bagi seorang fasilitator. Biasanya ditandai dengan pertanyaan
yang mempertanyakan, mendebat, menyalahkan, memonopoli,
menentang atau menertawakan.
xxxv
xxxvi
CARA MEMPERTAHANKAN
PERHATIAN
xxxvii
TOLOK UKUR
KINERJA
xxxviii