Anda di halaman 1dari 38

1

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

PANDUAN PELATIHAN ADVOKASI


BERBASIS KOMUNIKASI PERSUASIF
Pendekatan Neuro Linguistic Programming (NLP)

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

TIM PENYUSUN;
PENULIS
RONNY F. RONODIRJO
AHMAD SJAHID

EDITOR
EDY SASMITO

Terima kasih atas dukungan, informasi dan kolaborasi yang telah


diberikan oleh mitra kerja serta para program officer dan para kepala
kantor-kantor perwakilan UNICEF di penjuru Indonesia.

iii

KATA
PENGANTAR

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan


khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya
dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat.
Mengadvokasikan hak anak berarti menyuarakan kepedulian Anda untuk
anak - agar setiap anak dapat tumbuh sehat, aman dan memiliki kesempatan
dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Sebagai advokator, Anda
menjadi pencentus perubahan tersebut.
Advokasi adalah alat yang ampuh. Di dalam negara demokratis seperti
Indonesia, masyarakat dan para wakilnya membutuhkan individu-individu
yang memiliki pengetahuan, komitmen dan kepedulian untuk mengangkat
isu-isu yang ada agar keputusan yang diambil tepat sasaran. Hanya dengan
menyuarakan kepedulian Anda, baik secara perorangan maupun secara
kolektif, Anda dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang menyangkut
anak-anak di negeri ini. Suara Anda dapat memperbaiki kehidupan keluarga
dan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, menghilangkan
diskriminasi dan mencegah kematian dan kesengsaraan yang tidak
seharusnya terjadi.
Advokasi memiliki beragam bentuk implementasi. Modul ini memberikan
perhatian khusus kepada upaya menggunakan komunikasi secara persuasif
untuk mempengaruhi para pengambil keputusan dan masyarakat secara
luas tentang isu-isu yang menyangkut anak. Modul ini didasari atas berbagai
pengalaman melakukan advokasi kolaboratif di beberapa kabupaten dan
propinsi di Indonesia di mana UNICEF bekerja. Upaya-upaya tersebut
membuahkan hasil yang menciptakan berbagai peraturan dan kerangka
hukum serta pengalokasian sumber daya yang mendukungnya. Isu-isu
tersebut termasuk pecatatan kelahiran, garam beryodium, pekerja anak,
eksploitasi seksual komersil anak, dan perdagangan anak. Modul ini dapat
juga diaplikasikan langsung untuk isu-isu lain terkait anak, seperti misalnya
pendidikan, kesehatan dan gizi, HIV/AIDS, air dan sanitasi serta berbagai
isu lainnya.
Sebagai organisasi non-partisan, UNICEF percaya bahwa perbaikan taraf
kehidupan dan masa depan anak-anak kita berada di tangan kita semua
tanpa batasan agama, suku, ras atau golongan. Karena pada dasarnya hanya
dengan melalui upaya bersama kita akan dapat mewujudkan hak-hak anak
dan menciptakan dunia yang layak bagi anak-anak kita.

Dr. Gianfranco Rotigliano


Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia

iv

DAFTAR ISI

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Tim Penyusun

ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

iv

Pendahuluan

vi

Mengapa Diperlukan Satu Buku Advokasi Lagi?

vi

Cara Mendapat Manfaat Sepenuhnya dari Buku Ini

viii

Desain Pelatihan

Manajemen Waktu

xiv

Sistematika Tiap Modul

xvi

Metode Pelatihan

xix

Fasilitator dan Narasumber

xxiii

Tata Letak dan Peralatan Ruang Pelatihan

xxv

Cara Memulai Pelatihan

xxvii

Daftar Periksa

xxviii

Cara Orang Dewasa Belajar (Andralogy)

xxxi

Menghadapi Situasi Sulit

xxxiii

Cara Mempertahankan Perhatian

xxxvi

Tolok Ukur Kinerja

xxxvii

Modul

Modul 1
Pembukaan Pelatihan

Modul 2
Mengelola Perubahan

15

Modul 3
Kerangka Kerja Advokasi

31

Modul 4
Dialog dengan Narasumber

47

Modul 5
Perumusan Isu Strategis

57

Modul 6
Permainan Negosiasi

67

Modul 7
Pembahasan Negosiasi

81

Modul 8
Untung Rugi Berubah

91

Modul 9
Pengemasan Pesan dengan NLP

105

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Modul 10
Mengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing

117

Modul 11
Advokasi Media

127

Modul 12
Bahasa Sugestif Berbasis NLP

139

Modul 13
Bahasa Tubuh dan Intonasi

153

Modul 14
Strategi Hearing

171

Modul 15
Simulasi Hearing

187

Modul 16
Praktek Hearing dengan Legislatif

195

Modul 17
Review Hasil Hearing dan Penyesuaian Ulang

207

Modul 18
Praktek Hearing dengan Eksekutif

217

Modul 19
Review Hasil Hearing dengan Eksekutif

227

Modul 20
Mengatasi Keberatan

233

Modul 21
Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu

247

Modul 22
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

257

Referensi

266

Lampiran

Sekilas NLP

267

Pre Workshop Kit

269
273

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomer 16/2006 tentang


Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah

284

Pembentukan Peraturan Daerah

291

Lembar Evaluasi Pelatihan

299

Index

304

Tentang Penulis & Editor

309

vi

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

PENDAHULUAN

MENGAPA
DIPERLUKAN
SATU BUKU
ADVOKASI
LAGI?

Khazanah kepustakaan Indonesia di bidang advokasi sekalipun masih


cukup terbatas, namun sudah cukup beragam. Berbagai literatur tersebut
umumnya lebih mengedepankan mengenai jenis advokasi, alur advokasi
dan hal-hal lain yang perlu dilakukan dalam gerakan advokasi.
Buku Panduan Advokasi ini akan menjadi pengisi ceruk buku advokasi
secara unik, karena mengedepankan mengenai aspek komunikasi
persuasif dalam setiap tahap proses advokasi. Pendekatan komunikasi
persuasif ini secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai bentuk
kegiatan advokasi apapun.
Pendekatan persuasif ini secara lebih spesifik menggunakan ilmu baru
yang disebut Neuro Linguistic Programming (NLP), yang akan dijelaskan
secara khusus dalam modul ini. Salah satu teknik yang dipergunakan
adalah penggunaan bahasa-bahasa sugestif untuk mendorong stake
holder agar bersedia berubah. Bahasa sugestif ini dimodel oleh NLP
berbasif dari pola bahasa hipnotik yang sangat terkenal dan dipakai secara
ekstensif dalam memfasilitasi perubahan dalam dunia kesehatan mental.
Panduan advokasi ini didesain untuk bisa dipergunakan sesuai dengan isu
yang berkaitan dengan program kerja Unicef (United Nations Childrens
Fund). Dari pengalaman melakukan pelatihan ini di berbagai kabupaten
dan kota, materi ini sudah diaplikasikan untuk beberapa isu berikut:
Advokasi Penyederhanaan Prosedur Pencatatan Kelahiran.
Advokasi Penggratisan Akta Kelahiran.
Advokasi Garam Beryodium.
Advokasi Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk pada Anak (BPTA).
Advokasi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA).
Advokasi Trafficking (Perdagangan manusia, khususnya anak
dan perempuan)
Aplikasi panduan pelatihan advokasi ini untuk wilayah kerja lain seperti
pendidikan, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan sebagainya juga sangat
dimungkinkan, karena metode-metode yang digunakan amat fleksibel
untuk berbagai isu.
Penerapan Panduan Advokasi ini dititikberatkan dalam tataran legislatif
dan eksekutif, sekalipun prinsip-prinsipnya tetap bisa diterapkan dalam
tataran mobilisasi sosial juga.

vii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Sesuai garis kerja Unicef yang selama ini bermitra dengan Bappeda
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) provinsi, panduan ini disusun
dengan kondisi ideal gabungan peserta dari staf Pemda terkait, LSM,
Orsos/Ormas dan wartawan lokal. Dengan demikian, pelatihan ini akan
memiliki situasi unik yakni menggunakan tiga tahap advokasi:
1. Pada saat proses pelatihan, terjadi proses advokasi secara internal
kepada peserta yang berasal dari jajaran Pemda terkait. Di mana
dalam proses akan terjadi perbenturan nilai-nilai, keyakinan dan
kepentingan pribadi/golongan dengan kepentingan yang diperjuangkan.
Di sini pentingnya melibatkan LSM, Orsos/Ormas yang kompeten
dalam persoalan isu dan peserta dari dinas/instansi pemerintah
terkait agar terjadi dialektika yang diinginkan.
Misalnya saat pelatihan advokasi Penyederhanaan Prosedur/
Penggratisan Akta Kelahiran, tak jarang telihat bahwa peserta dari
Dinas Catatan Sipil merasa gamang untuk terlibat pada awal pelatihan
karena implikasi pada pekerjaannya sudah terasa sangat jelas.
Pada saat yang sama juga terjadi advokasi media, karena wartawan
yang menjadi peserta pun akan mengalami benturan-benturan konsep
dan pemahaman yang mungkin berbeda dengan yang selama ini
dianutnya (lihat modul 11: Advokasi Media).
2. Mengadvokasi Legislatif/DPRD melalui hearing dengan bertumpu
pada kekuatan gabungan peserta eksekutif (staf Pemda) LSM,
dan Orsos/Ormas.
3. Mengadvokasi Eksekutif (Bupati atau Walikota) melalui hearing
oleh peserta yang sama.
Keberhasilan di tahap 1 akan berpengaruh pada tahap 2, keberhasilan
tahap 2 akan mempengaruhi tahap 3. Di sinilah peran kemampuan
persuasi dibutuhkan semua pihak dan sekaligus hal ini menjadi ciri
khas modul ini.

viii

CARA
MENDAPAT
MANFAAT
SEPENUHNYA
DARI BUKU INI

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Buku Panduan ini terdiri dari:


1. Pendahuluan
Berisi petunjuk-petunjuk, dasar-dasar pelatihan, sistematika dan
lain-lain yang perlu diketahui oleh fasilitator dalam membawakan
modul. Bagi fasilitator yang sangat berpengalaman, tetap dianjurkan
membaca minimal satu kali agar mendapatkan gambaran dan
pemahaman sepenuhnya terhadap istilah-istilah yang digunakan.
2. Modul
Berisi modul dari sesi 1 sampai 22.
3. Lampiran-lampiran
Berisi mengenai bahan bacaan penunjang dan berbagai lampiran informasi/
dokumen yang diperlukan bagi fasilitator dalam melaksanakan pelatihan.
Untuk mendapatkan manfaat yang sepenuhnya dari panduan ini, fasilitator
perlu memperhatikan hal berikut:
1. Seyogyanya fasilitator sudah mempelajari seluruh isi buku ini jauh-jauh
hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Untuk mempermudah, cetaklah
seluruh dokumen yang diperlukan. Hal ini penting untuk menumbuhkan
rasa memahami secara utuh panduan ini, sehingga mudah bagi Anda
dalam membawakannya.
2. Pelajari baik-baik Bagian 2 setiap modul (Bacaan Pengantar Untuk
Fasilitator). Hal ini akan memberikan latar belakang dan alur berpikir
yang sistematis untuk memahami modul tersebut.
3. Cobalah aktivitas yang ada (permainan, studi kasus atau role playing)
kepada diri Anda sendiri atau mainkan secara simulatif dengan
teman Anda sebagai percobaan. Hal ini penting untuk menumbuhkan
rasa kenal dengan aktivitas itu dan bisa menemukan berbagai
kemungkinan reaksi yang akan muncul dari peserta pelatihan.
Fasilitator boleh melakukan adaptasi aktivitas dalam suatu modul
sepanjang tujuan dari aktivitas itu tercapai. Misalnya mengganti suatu
permainan dengan permainan lain yang dirasakan lebih sesuai situasi
dan kondisi pelatihan.
4. Ajukan pertanyaan pemandu kepada Anda sendiri setiap kali selesai
mencoba aktivitas dari suatu modul. Elaborasi kemungkinan jawaban
dan perkirakan kemungkinan pertanyaan lanjutannya.

ix

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Setelah empat langkah di atas, kaji kemungkinan variasi yang dapat


dilakukan, kendati Anda belum pernah membawakan secara riil.
Kemampuan mengolah variasi akan memunculkan suatu sense
of mastery.

DESAIN
PELATIHAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Buku Panduan ini dibuat dengan pendekatan siap pakai yang


melingkupi konsep dan teknik secara terpadu. Di buku panduan ini
terdapat 22 modul yang merupakan suatu urutan penyampaian,
terdiri dari:
NO

Sesi

Deskripsi

1.

Mengawali Pelatihan

Keberhasilan pelatihan ini ditentukan


seberapa jauh peserta terlibat, dan
keterlibatan dipicu oleh excitement.
Sesi ini merangsang keterlibatan peserta
melalui berbagai aktivitas dalam suasana
yang hidup.

2.

Mengelola Perubahan

Sesi ini membawa peserta untuk


menginternalisasi nilai-nilai yang diperlukan
agar sukses dalam melakukan advokasi.

3.

Kerangka Kerja
Advokasi

Peserta mendiskusikan suatu kasus


untuk mengidentifikasi unsur-unsur
advokasi dan merangkumnya ke dalam
alur. Alur versi peserta kemudian
dibandingkan dengan Kerangka Kerja
Alur Advokasi Terpadu untuk melengkapi
pemahaman peserta.

4.

Pendalaman Isu
Dengan Narasumber

Diskusi pleno membahas isu yang dipakai


dalam sesi 3 bersama narasumber.

5.

Perumusan
Isu Strategis

Diskusi kelompok sebagai kelanjutan


diskusi pleno, peserta belajar merumuskan
isu strategis yang akan diperjuangkan.

6.

Permainan
Negosiasi

Peserta melalui game mempelajari


bagaimana tiap tahap negosiasi dapat
dikendalikan untuk meraih hasil
yang berbeda.

7.

Pembahasan
Negosiasi

Negosiasi memiliki esensi yang


sama dengan advokasi: keterampilan
memperjuangkan kepentingan.

8.

Untung Rugi
Berubah

Mempelajari motif dasar manusia dalam


berubah: mengejar keuntungan atau
menghindari kerugian.

xi

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

NO

Sesi

Deskripsi

9.

Pengemasan Pesan
dengan NLP

Sesi ini mempelajari bagaimana NLP


memberikan strategi pengemasan pesan
(frame), peserta dapat mengarahkan
cara lawan menafsirkan pesan peserta.
Dengan demikian, peserta dapat
mengendalikan hasil negosiasi.

10.

Pengemas Isu Anak


dengan Framing
dan Reframing

Prinsip yang sudah dipelajari di sesi


sebelumnya akan diterapkan secara
langsung di sesi ini, dengan cara
mempelajari dan praktek pengemasan
pesan untuk isu anak.

11.

Advokasi Media

Media massa memiliki kekuatan


penembus batas yang luar biasa.
Mengadvokasi media berarti memiliki
channel dan alat transmisi pesan yang
memainkan peran yang mempengaruhi
keberhasilan persuasi.

12.

Bahasa Sugestif
Berbasis NLP

Kata - kata memiliki kekuatan


yang dahsyat apabila tahu cara
menggunakannya. Di sesi ini dipelajari
bahwa unsur-unsur tersebut dapat
memberi sugesti yang besar.

13.

Bahasa Tubuh
Dan Intonasi

Sesi ini secara interaktif menunjukkan


bagaimana memadukan kekuatan body
language dan intonasi dengan unsur
persuasi yang lain sehingga memberi
dampak yang lebih besar.

14.

Strategi Hearing

Dengar pendapat adalah satu


aktivitas advokasi yang menuntut
tingkat persiapan yang tinggi. Sesi ini
memastikan peserta memahami peran
masing-masing dan aturan-aturan
.yang berlaku.

15.

Simulasi Hearing

Sesi ini memastikan peserta benar-benar


memahami perannya dan menyiapkan diri
untuk situasi sebenarnya.

xii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

NO

Sesi

Deskripsi

16.

Praktek Hearing
dengan Legislatif

Peserta mempraktekkan apa yang


telah mereka pelajari selama 2 hari
sebelumnya dalam situasi nyata
dengan parlemen.

17.

Review
Hasil Hearing dan
Penyesuaian Ulang

Peserta mempelajari pengalaman


melakukan dengar pendapat
dengan parlemen, sehingga dapat
mengidentifikasi bagian mana yang
perlu disempurnakan agar kelak kinerja
peserta meningkat.
Dengar pendapat dengan eksekutif
mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan parlemen. Dalam sesi ini, peserta
diajak mengenali perbedaan tersebut
dan menindaklanjuti dengan langkahlangkah penyesuaian.

18.

Praktek Hearing
dengan Eksekutif

Peserta mempraktekkan apa yang telah


mereka pelajari sebelumnya dalam situasi
nyata dengan eksekutif.

19.

Review Hasil Hearing


dengan Eksekutif

Peserta mempelajari pengalaman


melakukan dengar pendapat
dengan parlemen, sehingga dapat
mengidentifikasi bagian mana yang
perlu disempurnakan agar kelak kinerja
peserta meningkat

20.

Mengatasi Keberatan

Dengan teknik NLP, keberatan bisa


diperlakukan secara tepat, fokus tidak
hanya pada teknik menjawab namun
juga manajemen diri.

21.

Bagian-bagian Lain
Bagan Arus Advokasi
Terpadu

Peserta mempelajari aspek-aspek lain


dalam Kerangka Kerja Advokasi yang
belum dibahas sebelumnya.

22.

Rencana Kerja Tindak


Lanjut (RKTL)

Peserta membuat RKTL untuk


menyempurnakan hasil yang sudah
diperoleh dari 2 kali hearing.

xiii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Modul 6 dan 7 sebenarnya merupakan satu modul yang berkelanjutan,


tapi karena perlu waktu panjang maka dipecah menjadi 2 sesi.
Desain di atas merupakan suatu urutan logis yang mirip dengan batu
undakan yang artinya sebuah modul akan menjadi dasar bagi modul
berikutnya. Dengan demikian, mengikuti urutan di atas akan merupakan
desain paling aman dalam mencapai tujuan pelatihan.
Dalam beberapa kasus, di mana dituntut suatu fleksibilitas skedul,
misalnya tidak diperolehnya jadwal audiensi dari DPRD sesuai dengan
urutan di atas, maka pengubahan urutan boleh dilakukan dengan catatan
sesi Persiapan Hearing harus mendahului acara hearing itu sendiri.
Sekalipun urutan hearing dengan DPRD atau Bupati/Walikota digeser
ke waktu yang berbeda, perlu diupayakan agar urutan sesi yang lain tetap
mengikuti pakem di atas.

xiv

MANAJEMEN
WAKTU

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Pelatihan dengan jumlah 22 modul ini didesain untuk 5 hari kerja. Empat
hari pertama dilakukan sampai malam, sedangkan hari ke- 5 hanya
setengah saja. Pelatihan ini sebaiknya dilaksanakan di hotel, sehingga
peserta bisa menginap dan bekerja hingga jam 21.30.
Adapun rincian slot waktu yang biasanya dilakukan dalam pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
WAKTU

DURASI

SLOT

08.30 10.00

90 menit

Slot 1

10.00 10.15
10.15 12.00

Break 1
105 menit

12.00 13.00
13.00 15.00

Istirahat
120 menit

15.00 15.30
15.30 17.00

Slot 2

Slot 3
Break 2

90 menit

17.00 19.30

Slot 4
Istirahat

19.30 21.30

120 menit

Slot 5

Total 5 Slot

525 menit

5 slot

Sesi 1 merupakan sesi yang harus diperlakukan sangat fleksibel dalam


hal waktu, mengingat berbagai kemungkinan terjadi:
Pelatihan dimulai terlambat, karena alasan apapun.
Pejabat yang memberi sambutan awal melampaui waktu yang tersedia.
Dengan demikian, fasilitator harus pintar-pintar mengatur waktu untuk
sesi satu dengan cara melakukan penyesuaian pada tiap-tiap aktivitas
yang diperlukan.

xv

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Menimbang hal di atas dan bahwa waktu yang diperlukan untuk setiap
sesi tidak sama dengan besarnya slot waktu yang tersedia, maka ada
dua cara yang direkomendasikan untuk dilakukan fasilitator:
Mengubah penjadwalan untuk break/istirahat sesuai
dengan kebutuhan.
Jika suatu sesi sudah selesai dan masih tersisa waktu dalam slot
tersebut, maka lakukan break pendek (5 menit) dan bisa mulai
dengan sesi berikutnya.

xvi

SISTEMATIKA
TIAP MODUL

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Setiap modul dibagi dalam tiga bagian yang menjelaskan bagaimana


suatu sesi dibawakan.
BAGIAN 1 HALAMAN JUDUL
Terdiri dari sebuah tabel sebagai berikut:
Nomor Modul
Judul Sesi
Tujuan Sesi
Waktu Total
Perlengkapan
BAGIAN 2 BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR
Berisi mengenai bahan-bahan yang perlu dibaca dan dikuasai seorang
fasilitator sehubungan dengan materi dalam sesi dimaksud. Misalnya
dalam modul negosiasi, akan dibahas mengenai materi negosiasi:
prinsip-prinsip, contoh penerapan, teknik dan sebagainya.
BAGIAN 3 RINGKASAN ALUR SESI
Terdiri dari sebuah tabel dengan kolom sebagai berikut:
Topik
Tujuan
Kegiatan
Alat Bantu
Metode
Waktu
Seyogyanya alur tidak diubah, kecuali fasilitator sudah mengujicobakan
hasilnya di kelompok percobaan terlebih dahulu. Urutan yang dituliskan
dalam modul ini sudah diujicobakan dan memperhitungkan kesiapan
mental (state of mind) para peserta.
BAGIAN 4 PROSES LENGKAP
Terdiri dari sebuah tabel proses kegiatan yang umumnya berisi
sebagai berikut:
CIPTA SUASANA
Aktivitas kecil yang mengawali suatu sesi untuk menciptakan
suasana yang sesuai (state of mind).

xvii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Misalnya fasilitator menceritakan mengenai sebuah kisah atau


metafora tertentu untuk menumbuhkan insight pada peserta.
(Penjelasan mengenai metafora dapat dibaca pada Lampiran 1:
Sekilas NLP)
AKTIVITAS
Menjelaskan mengenai pengalaman berstruktur yang digunakan
dalam sesi ini. Misalkan aktivitasnya adalah game, analisa kasus
atau role playing.
Penting sekali bagi fasilitator untuk menguasai bagian ini, sehingga
saat pelaksanaan pelatihan tidak perlu lagi mencontek.
PERTANYAAN PEMANDU
Bagian ini menjelaskan pada fasilitator cara membangkitkan
insight yang sudah diperoleh peserta dari mengikuti pengalaman
berstruktur di atas.
Tanpa melalui pertanyaan panduan ini, biasanya insight yang
diperoleh peserta belum tentu tajam, mendalam dan jumlahnya
hanya sedikit.
PRESENTASI
Bagian ini dijelaskan oleh fasilitator dengan menggunakan bahan
yang diambil di lampiran tiap modul. Berisi mengenai materi,
prinsip-prinsip dan berbagai teknik yang relevan.
Di beberapa sesi, akan dilakukan praktek mengenai teknik yang
baru saja dipresentasikan. Praktek ini bisa dilakukan dalam kelompok
berdua, bertiga atau bentuk kelompok lain mengikuti petunjuk
yang ada.
DISKUSI
Menjelang akhir sesi, fasilitator akan membuka forum diskusi untuk
memberikan ruangan bagi peserta bertanya sesuai dengan apa yang
ingin diketahuinya.
Penerapan tahapan di atas bisa berbeda di setiap sesi tergantung tujuan
dan metode yang digunakan.

xviii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Di bagian bawah terdapat dua tabel tambahan yang berisi:


Catatan

o Penjelasan tambahan bagi fasilitator mengenai

pembahasan suatu topik dalam modul.

o Perkiraan atas kemungkinan reaksi peserta, atau perkiraan
kemungkinan jawaban yang muncul dari pertanyaan Anda.

Perkiraan ini berdasarkan pengalaman uji coba modul yang

telah dilakukan sebelumnya.

o Keterangan lainnya.
Variasi: Bagian ini menjelaskan kemungkinan variasi yang biasa
dilakukan fasilitator sesuai situasi dan kondisi tertentu.

BAGIAN 5 LAMPIRAN
Terdiri dari sejumlah dokumen berisi informasi pendukung yang
diperlukan, yaitu:
Kisah/Metafora
Prosedur Permainan
Gambar/Bagan
Materi untuk dasar penyusunan powerpoint presentasi
Dan lain-lain.

xix

METODE
PELATIHAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Pelatihan ini menggunakan berbagai metode yang variatif, sehingga


fasilitator punya kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan dan
fleksibilitasnya dalam membawakan suatu metode. Jika suatu sesi
secara spesifik menyebutkan suatu metode yang direkomendasikan,
maka menurut penulis, metode itu paling sesuai untuk menimbulkan
insight bagi peserta. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi
fasilitator untuk mengganti dengan metode lain yang dianggap lebih
sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai dengan baik.
Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus dijaga jangan
sampai tujuannya hanyalah semata-mata untuk tujuan variasi itu sendiri.
Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih variasi metode:
1. Apakah metode yang dipilih akan membuat lebih mudah mencapai
tujuan sesi pelatihan?
2. Apakah waktu yang tersedia cukup?
3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut?
o Misalnya: Game Untung Rugi Berubah, sangat mengandalkan
adanya perbedaan individual peserta, sehingga jumlah peserta
di bawah 15 orang akan kurang menghasilkan efek maksimal.
4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa disediakan?

Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah:


Games
Role Playing
Diskusi Kasus
Diskusi Film
Metaplan dan Anjangsana
Ceramah
Penjelasan lebih detailnya ada pada halaman berikut:

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

1.

xx

xxi

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Metode dan Teknik Bertanya


Setelah peserta menjalani berbagai aktivitas melalui suatu metode, tidak
semuanya secara otomatis akan mampu melakukan ekstraksi nilai-nilai,
ataupun mendapatkan aha. Fasilitator perlu membantu memfasilitasi
proses kognitif melalui teknik mengajukan pertanyaan sehingga peserta
dapat melakukan pengendapan dari pengalamannya.
Fasilitator perlu mengenali berbagai teknik bertanya, tidak saja untuk
membantu peserta mendapatkan manfaat dari suatu metode, namun
juga menggunakan pertanyaan sebagai bagian dari proses fasilitasi.
Di bawah ini diuraikan berbagai teknik bertanya sebagai cara-cara untuk
mencapai tujuan tertentu:

Apakah 5 pelajaran penting yang kita tarik dari


permainan tadi?
Bagaimana jika hasil diskusi tersebut dikaitkan
dengan rendahnya kesadaran masyarakat
mengenai Akta Kelahiran?
Menurut Anda, bagaimana jika role play tadi
diterapkan pada sistem Manajemen Berbasis
Sekolah di sekolah Anda?
Tahukah Anda saja yang bisa dilakukan oleh
seorang yang jago berkomunikasi?
Apa yang akan terjadi jika bentuk pekerjaan
terburuk bagi anak terus dibiarkan?
Ada yang belum jelas dan ingin mengajukan
pertanyaan?
Baik, saudara X, ada yang ingin Anda bagikan
kepada forum...? (Gunakan nada yang halus)

xxii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Cara mengajukan pertanyaan


Cara mengajukan pertanyaan sangat penting diperhatikan agar fasilitator
tidak terkesan merasa menjadi orang yang paling hebat dan ahli di dalam
ruang pelatihan.
Sebagai contoh, ada peserta mengobrol dan anda ingin mengajukan
pertanyaan agar perhatian peserta kembali pada forum, jangan lakukan
dengan suatu pertanyaan yang sulit seperti mau memberikan hukuman
supaya malu. Lakukan pertanyaan sederhana seperti dalam tabel di atas,
tujuannya bukan menghukum atau mempermalukan korban, namun
sekedar membuat mereka mengembalikan perhatian ke forum.
Cara yang lebih halus adalah cara lempar bola bebas. Jika cukup banyak
peserta yang kurang memperhatikan, maka ajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas. Tunggu waktu secukupnya agar kelas merespon, arahkan
pandangan secara lembut kepada seluruh kelas secara memutar.
Jika respon tidak muncul dan perhatian dari kelas masih tetap kurang,
maka perlu dilakukan pembagian kelompok untuk diskusi. Pembagian
kelompok dilakukan dengan metode direct splitting, yakni membuat
peserta yang bersebelahan menjadi terpisah. Misalnya menggunakan
potongan kata dis-ku-si, yakni setiap peserta secara bergantian diminta
menyebut kata dis, peserta sebelahnya ku, peserta berikutnya si,
dilanjutkan dis lagi dan seterusnya. Sebagai variasi bisa saja digunakan
kata lain, misal 1 kemudian 2, kemudian 3, kembali lagi ke 1 dan
seterusnya. Untuk membuat suasana menjadi segar bisa dengan kata
lucu rokok, susu dan donat.
Teknik ini akan membelah peserta dalam kelompok di mana peserta
yang tadinya duduk bersebelahan dan mengobrol akan langsung terpisah
dalam kelompok yang berbeda. Kemudian berikan pertanyaan untuk
dijawab melalui diskusi kelompok dan minta mereka menulis di metaplan
atau flipchart.

xxiii

FASILITATOR
DAN
NARASUMBER

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Fasilitator
Untuk meningkatkan keberhasilan program pelatihan ini, berikut
beberapa catatan penting mengenai kriteria fasilitator yang disarankan
untuk menggunakan panduan ini:
Idealnya diperlukan tim fasilitator yang terdiri dari 2 orang, mereka
harus merupakan satu tim, bukan 2 orang yang sekedar diundang
dan baru bekerjasama pada saat itu juga. Fasilitator bertanggung
jawab dalam merencanakan, melaksanakan proses fasilitasi dan
mengevaluasi pelatihan. Mengapa perlu 2 orang, tujuannya adalah:
o Agar terbentuk variasi penyampaian dan proses fasilitasi tanpa
kehilangan arah.
o Agar bisa saling menggantikan saat yang satu sedang berhalangan.
o Agar saling melengkapi saat memfasilitasi suatu aktivitas seperti
game dan sebagainya dimana diperlukan lebih dari satu fasilitator.
Kemampuan fasilitatif yang diperlukan adalah:
o Mampu menerima dan mengelola perbedaan pendapat.
o Mampu memimpin dan mengarahkan pembicaraan tanpa
memaksakan.
o Bersedia dan mampu menerima kondisi peserta secara apa
adanya, menghindari memberikan cap buruk, menertawakan
dan sebagainya.
o Memahami keseluruhan pelatihan sehingga bisa mengawal
proses pelatihan dari awal sampai akhir.
Secara garis besar, disarankan fasilitator yang cukup berpengalaman
dalam membawakan suatu pelatihan bagi orang dewasa.
o Pernah memfasiliasi pelatihan orang dewasa.
o Pernah memfasilitasi pelatihan bagi NGO, Ormas/Orsos.
o Pernah memfasilitasi pelatihan untuk staf Pemda.
Fasilitator yang punya background NLP akan lebih diuntungkan
dalam menggunakan modul ini, sungguhpun fasilitator yang tanpa
background NLP juga dapat menggunakan dengan baik,

xxiv

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Narasumber
Kehadiran narasumber diperlukan mutlak dalam beberapa sesi dari
pelatihan ini. Hal ini menyangkut isu spesifik, misalnya saat pelatihan
membahas isu pencatatan kelahiran, kesehatan ibu dan anak,
manajemen berbasis sekolah dan lain-lain.
Narasumber dipilih yang memiliki kompetensi sesuai isu yang
dibahas. Perannya adalah memberikan penjelasan mengenai
isu secara lebih detail, misal berupa data-data penelitian dan
konsep terkait.
Jauh lebih baik apabila narasumber berasal dari wilayah yang
bersangkutan, karena bisa diharapkan yang bersangkutan memiliki
data-data yang akurat mengenai situasi dan kondisi daerah.
Sangat disarankan agar para narasumber bertemu sebelumnya
dengan tim fasilitator untuk menyelaraskan berbagai hal antara lain:
o Memberikan gambaran besar dari pelatihan.
o Arah/tujuan dari sesi yang dimaksud.
o Metode penyampaian dan alat bantu yang diperlukan.

xxv

TATA
LETAK DAN
PERALATAN
RUANG
PELATIHAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Satu ruangan yang dapat menampung peserta untuk duduk


dengan membentuk tapal kuda atau U-shape. Ada ruang/space
kosong yang cukup luas di tengah-tengah, untuk memainkan
berbagai aktivitas seperti game dan sebagainya.
Ruangan sebaiknya tidak silau sinar matahari sehingga bisa
dilakukan pengaturan terang-gelapnya cahaya ruangan. Hal ini
berguna saat pemutaran film atau slide-slide yang perlu kegelapan.
Sangat disarankan agar peserta menggunakan kursi yang memiliki
papan untuk menulis, jadi tidak menggunakan meja sama sekali.
Sebisa mungkin kursi cukup ringan untuk digeser-geser/diangkat.
Jika tidak tersedia, letakkan meja di belakang kursi.
Perencanaan persiapan alat yang akan dipergunakan, akan dirinci
dalam daftar periksa.
4 papan flipchart yang berisi masing-masing 10 kertas flipchart
untuk kegiatan diskusi kelompok, beserta spidol.
Sangat disarankan menggunakan wireless mic bagi fasilitator,
alasannya adalah membantu memproyeksikan suara (hemat
energi fisik) dan memungkinkan mobilitas yang tinggi.
Layout yang disarankan untuk pelatihan ini bisa dilihat dalam
halaman berikut ini.

xxvi

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

L ay ou t R u an g P elat ih an
T ertutup da ri si nar matah ari

Spanduk Pelatihan
Layar Infocus

White board

Listrik
Notebook
Projector

K ursi tinggi untuk roleplay

F lipchart
F lipchart

K ursi P es erta de ngan


konfigurasi U

F lipchart

F lipchart
K ursi pes erta y ang memiliki papan untuk menulis,
atau jika tidak a da, letakk an m eja di belakang kursi

Meja Ob server / Pan itia

Listrik

xxvii

CARA MEMULAI
PELATIHAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Fasilitator perlu datang lebih awal, sehingga memiliki waktu cukup


untuk melakukan persiapan.
Berkenalan dengan peserta sebelum acara dimulai akan sangat
membantu kelancaran proses pelatihan. Beberapa fasilitator
pemula tanpa alasan jelas sering mengambil jarak dengan peserta
untuk mempertahankan posisinya (red: jaga image).
Sesi Pertama (Modul 1) perlu dilakukan dengan waktu dan
perhatian yang penuh, ini adalah investasi berharga yang akan
sangat menentukan kesuksesan sesi berikutnya.
Apresiasi kepada peserta yang datang tepat waktu harus menjadi
pegangan seorang fasilitator. Mulai tepat waktu, jangan menunda,
menunggu peserta yang datang terlambat. Menunggu peserta
yang terlambat artinya memberi reward kepada yang salah dan
memberi punishment kepada yang tepat waktu.
Di awal proses sangat penting untuk membangun kepercayaan
peserta pada modul dan para fasilitator yang membawakannya.
Ungkapkan kepada peserta bagaimana modul dikembangkan dan
di daerah mana saja sudah diuji cobakan serta hasil-hasil yang
sudah diperoleh.

xxviii

DAFTAR
PERIKSA

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Gunakan daftar periksa ini dengan cara memberikan tanda apabila sudah
tersedia dengan baik. Kolom catatan dipergunakan jika ada sesuatu hal
yang masih membutuhkan tindakan lebih lanjut.
Disediakan dua jenis Daftar Periksa, yakni Daftar Periksa sebelum mulai
Pelatihan dan Daftar Periksa sebelum udah mulai suatu Sesi.

DAFTAR PERIKSA SEBELUM MULAI PELATIHAN

No
1.

PERIHAL

Apakah sudah dibentuk Panitia Lokal ?

2. Apakah Anda sudah menyiapkan Pre Kit Pelatihan?


(melakukan modifikasi pada Pre Kit yang tersedia)

3. Apakah sudah berkoordinasi dan mengirimkan


dokumen terkait untuk pelatihan?

Pre Kit Pelatihan

Property Pelatihan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan

4. Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan panitia


pada peserta?
5. Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan balik
kepada panitia?
6. Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan?
7.

Apakah DPRD sudah dihubungi dan bersedia?

8. Apakah Bupati/Walikota sudah dihubungi dan


bersedia?
9. Apakah sudah tersedia laptop untuk presentasi
di DPRD/Bupati?
10. Apakah sudah tersedia kendaraan untuk berangkat

ke lokasi hearing (Gedung DPRD/Bupati)?

11. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak


komisi DPRD terkait?
12. Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak
Bupati dan instansi Pemda terkait?
13, Apakah kain berwarna gelap sudah tersedia (hitam,
biru atau coklat)

ADA

CATATAN

xxix

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

14. Apakah kertas metaplan sudah tersedia?


Jumlah 3 warna x 50 lembar. Ukuran 10 x 20 cm.

15. Apakah sudah tersedia lem semprot (3M) atau


double tape dan gunting?
16. Jika menggunakan lem semprot, apakah sudah
disemprotkan ke pada kain hitam?
17. Apakah LCD Projector dan layar sudah tersedia
18. Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala
dengan baik?
19. Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf
dari LCD Projector sudah tepat, dan dapat terlihat
dari orang yang duduk paling belakang?
20. Apakah memerlukan kabel gulung tambahan?
21. Apakah sudah tersedia colokan kabel untuk LCD
Projector?
22. Apakah Narasumber sudah dihubungi dan
bersedia?
23. Apakah sudah dilakukan pertemuan koordinasi
dengan narasumber?
24. Apakah data-data yang diperlukan dimiliki oleh
Narasumber?
25. Apakah data-data penunjang lain sudah tersedia?
26. Apakah papan flipchart sudah tersedia 4 buah
dan masing-masing dengan kertas 10 lembar?
27. Apakah sudah tersedia spidol white board
berbagai warna dalam jumlah cukup? (+/- 20)
28. Apakah sound system sudah tersedia?

3 wireless mic, atau

1 wireless mic dan 2 cable mic (untuk peserta)

Audio jack untuk output suara dari laptop

29. 1 unit komputer dan printer untuk tugas peserta


30. Apakah kertas HVS sudah tersedia (5 rim)
31. Apakah peserta sudah terdiri dari:
Pemda Terkait
Anggota LSM
Anggota Ormas/Orsos terkait
Wartawan

xxx

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DAFTAR PERIKSA SEBELUM MEMULAI SESI

No
1.

PERIHAL

Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan?

2. Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala


dengan baik?
3. Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari
LCD Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari
orang yang duduk paling belakang?
4. Apakah semua powerpoint sudah tersedia
dengan lengkap?
5. Apakah sudah tersedia alat penunjuk (pointer)
untuk menjelaskan di layar proyektor?
6. Apakah peralatan sound system sudah dicoba dan
berfungsi dengan baik?
Periksa baterai wireless mic
7.

Apakah peralatan untuk aktivitas peserta sudah


tersedia dengan lengkap dan dalam kondisi baik?

(Alat peraga, kertas kerja, dll)

8. Apakah lay out ruangan sudah sesuai dengan


tujuan Sesi?

ADA

CATATAN

xxxi

CARA ORANG
DEWASA
BELAJAR
(ANDRAGOGY)

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Seorang fasilitator perlu mengetahui perbedaan cara belajar anakanak dan orang dewasa, sehingga mampu memperlakukan peserta
secara tepat.
Cara anak belajar
Anak punya rasa ingin tahu yang besar hampir pada semua hal.
Dengan demikian cukup mudah untuk mengajak seorang anak
mempelajari hal baru.
Proses belajar pada anak sangat tergantung pada orang lain yang lebih
berpengalaman (guru/pembimbing). Mereka memerlukan jawaban dari
orang lain atas berbagai pertanyaan di pikirannya.
Cara orang dewasa belajar
Rasa ingin tahu pada orang dewasa terbatas pada apa yang tengah
menjadi kebutuhan atau keinginannya.
o Tantangan bagi fasilitator untuk menghidupkan suatu topik agar
dirasa penting dan dibutuhkan.
o Mampu menumbuhkan pikiran bahwa suatu sesi bermanfaat
bagi peserta.
Orang dewasa mengalami suatu hambatan belajar, ditandai dengan:
rasa enggan, malu terlihat bodoh atau tidak mengerti, rasa takut gagal
dan tidak percaya diri.
o Tantangan bagi fasilitator dalam mendesain dan menumbuhkan
iklim pembelajaran yang sifatnya tidak berisiko sosial seperti
malu, dan lain-lain.
o Fasilitator perlu bersikap mendukung, mendorong, tidak mencela,
dan menerima apa adanya.
Orang dewasa lebih senang diperlakukan secara setara, karena
mereka juga sudah memiliki pengalaman, pendapat, pandangan,
kemauan, kesadaran, tanggung jawab dan tujuan.

xxxii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

o Tantangan pada fasilitator untuk mampu membawakan pelatihan


dengan cara membangkitkan minat melalui cara bertanya, teknik
menggali jawaban dan membuka ruang diskusi/berpendapat.
Kemampuan berpikir abstraktif pada orang dewasa membuat mereka
lebih senang belajar dari pengalamannya.
o Tantangan bagi fasilitator dalam mengembangkan metode yang
sifatnya experiencial learning, yakni aktivitas pengalaman
berstruktur seperti; game, diskusi, brainstorming, role playing, dll.

xxxiii

MENGHADAPI
SITUASI SULIT

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Dalam modul pelatihan ini, tidak dikenal adanya istilah peserta sulit, yang
ada adalah situasi sulit. Penyebutan peserta sulit sangat perlu dihindarkan
karena bersifat memberi stigma. Selain itu istilah itu akan membuat kesan
bahwa kita mempersamakan antara subyek dengan perilakunya.
Selain itu, pemberian stigma peserta sulit akan mempengaruhi
kondisi pikiran fasilitator untuk mempercayai bahwa memang sulit
menghadapinya, dan tindakannya kemudian cenderung akan mengikuti
kepercayaan itu.
Kenyataan dalam kehidupan, tidak ada orang yang benar-benar sulit bagi
setiap orang. Selalu saja ada orang yang sanggup menangani seorang
yang dianggap sulit dalam pandangan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kita dapat mengendalikan sepanjang mengetahui caranya.
Dalam terminologi NLP ada suatu keyakinan yang perlu diinternalisasi
oleh seorang fasilitator: Tidak ada yang namanya peserta sulit, yang
diperlukan adalah seorang fasilitator yang lebih fleksibel. Jadi, fleksibilitas
sikap dan perilaku yang tepat dari fasilitator akan menentukan apakah
dia bisa mengarahkan seorang peserta yang dianggap berperilaku sulit
atau tidak.
Seorang peserta menjadi berperilaku yang menyulitkan fasilitator
umumnya terpicu oleh suatu kondisi yang mendahului. Beberapa kondisi
yang memicu munculnya situasi sulit adalah:
Pelatihan yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik, seperti
kurangnya fasilitas dasar untuk akomodasi, manajemen waktu yang
buruk, ruangan yang tidak memadai dan sebagainya.
Peserta yang terpaksa datang, biasanya disebabkan pemberian
tugas yang mendadak, peserta memiliki beban tugas saat
meninggalkan pekerjaan, sehingga peserta tidak tahu apa manfaat
datang ke pelatihan.
o Mengatasi hal ini adalah dengan mengirimkan Paket Pre Kit
Pelatihan kepada peserta seminggu sebelum pelaksanaan acara.
Isi Pre Kit ini dibahas di bagian lain dalam Panduan ini.
Pengalaman negatif dalam pelatihan sejenis yang sebelumnya,
sehingga peserta memiliki ekspektasi buruk pada pelatihan ini.

xxxiv

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Dari penjelasan di atas, jelas sekali bahwa pada awal suatu pelatihan,
seorang fasilitator punya tugas penting dalam menyelesaikan dengan
baik berbagai persoalan laten yang disebut di atas. Untuk itulah, sesi
pertama (modul 1) memiliki kedudukan sangat penting dan Fasilitator
perlu menginvestasikan waktu dan energinya dengan sungguh-sungguh
agar terhindar dari Situasi Sulit yang sewaktu-waktu bisa muncul.
Beberapa jenis situasi sulit yang biasanya muncul di suatu pelatihan:
1. Cara bertanya peserta
a. Beberapa peserta, punya kecenderungan cara bertanya yang
tidak efektif. Pertanyaan ini akan terdengar sulit dan menyerang
bagi seorang fasilitator. Biasanya ditandai dengan pertanyaan
yang mempertanyakan, mendebat, menyalahkan, memonopoli,
menentang atau menertawakan.

Perlu digarisbawahi di sini, tidak semua kondisi di atas


dimaksudkan untuk menyerang pembicara, ada berbagai
kemungkinan sebab lain: misalnya peserta kurang pandai
pemilihan kata (lack of argumentation skill), atau ekspresi limiting
belief dari si penanya. Contoh:

Menurut saya, itu tidak mungkin karena .

Apa yang Anda sampaikan adalah omong kosong,

bahwa

2. Peserta bergurau/melawak secara berlebihan, biasanya peserta ini


merasa bosan atau mungkin membutuhkan perhatian khusus. Jelas
di sini dituntut suatu fleksibilitas dari fasilitator.
3. Peserta yang tidak menyimak, tidur atau mengobrol bisa disebabkan
berbagai sebab. Misalnya terpaksa datang, kebosanan, merasa
topik tidak penting dan tidak menarik. Sekali lagi di sini jelas sekali
pentingnya Pre Kit Pelatihan dan pelaksanaan Sesi 1 (Modul 1)
untuk mendapatkan rasa penting, berguna dan menarik dari peserta.
4. Pembahasan topik yang sensitif. Di beberapa daerah tertentu,
adanya sejarah konflik rasial, agama atau suku dapat menyebabkan
sebuah topik menjadi sensitif. Apabila fasilitator kurang fleksibel
dan pandai mengemas isu (framing), peserta mungkin akan merasa

xxxv

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

tidak nyaman. Tantangan bagi fasilitator adalah; peserta belum tentu


menyuarakan ketidaknyamanan mereka, namun dengan mengamati
bahasa non-verbalnya, maka kita bisa mendapatkan petunjuk
ketidaknyamanan tersebut.

xxxvi

CARA MEMPERTAHANKAN
PERHATIAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Berikut ini sejumlah teknik untuk membantu mempertahankan agar sesi


tetap dapat menarik:
1. Pelajari dan terapkan materi-materi dalam modul ini yang
merupakan teknik NLP untuk Anda aplikasikan sendiri dalam
pelatihan. Inilah yang disebut Walk the Talk, menerapkan sendiri
apa yang kita ajarkan.
2. Beberapa hal penting sebagai panduan:
a. Memulai suatu sesi dengan mantap dan suara cukup lantang.
b. Gunakan sikap yang simpatik, ramah, bersahabat, dan
menyenangkan.
c. Tunjukkan gaya yang serius namun tetap santai.
d. Gunakan bahasa tubuh yang menarik:
i. Berdiri tegak
ii. Kepalkan tangan Anda saat menunjukkan semangat.
iii. Tunjukkan ekspresi perasaan pada muka Anda saat
berbicara hal yang menunjukkan perasaan: gembira,
sedih, prihatin, dan sebagainya.
e. Berbicara dengan intonasi yang menarik. Untuk mengesankan
suatu hal menjadi penting, rendahkan suara dengan mimik
cukup serius.
3. Peka terhadap bahasa tubuh peserta yang menunjukkan perasaan
jenuh, bosan atau ngantuk.
4. Sesekali ajukan pertanyaan sederhana (persoalan yang mudah
saja) dengan tujuan mendapatkan/mempertahankan perhatian,
bukan untuk menguji pengetahuan. Apapun jawaban peserta bukan
hal yang penting, sebab yang terpenting adalah mengembalikan
perhatian mereka ke sesi.
5. Secara alami peserta akan terpecah perhatiannya karena kepenatan
duduk dalam menyimak suatu sesi, untuk itu sangat disarankan
fasilitator siap untuk menggunakan ice breaker/energizer agar
kembali segar.

xxxvii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

6. Penggunaan humor yang sesuai dengan ikon juga bisa mengusir


kejenuhan dan mempertahankan perhatian peserta. Namun jangan
sampai seorang fasilitator berubah peran menjadi pelawak atau
penghibur. Humor semata-mata hanyalah bumbu penyedap atau
bagian dari suatu teknik metafor yang berguna dalam mengarahkan
suatu makna.

TOLOK UKUR
KINERJA

1. Banyaknya pertanyaan dari peserta selama sesi atau setelah


sesi menunjukkan Anda berhasil menumbuhkan minat peserta.
Utamanya jika pertanyaan itu berupa:

a. Pertanyaan pendalaman atas apa yang Anda jelaskan.

b. Pertanyaan aplikasi pada suatu kasus tertentu.

c. Pertanyaan mengenai penerapan di luar konteks yang diajarkan.

2. Banyaknya pertanyaan yang mempertanyakan pengetahuan Anda


atau meragukan apa yang Anda sampaikan, hal itu menunjukkan
belum terjadinya proses penerimaan dari peserta kepada Anda
atau modul.
3. Minat dan semangat yang ditunjukkan peserta selama sesi
berlangsung mengindikasikan keberhasilan Anda membangun
suasana partisipatif dan membangkitkan daya tarik.
4. Di luar sesi pelatihan, banyaknya peserta yang menggunakan
jargon-jargon, komentar dan sebagainya mengindikasikan adanya
internalisasi suatu konsep.
5. Ketepatan waktu kehadiran peserta menunjukkan bahwa peserta
sudah meletakkan prioritas yang tinggi pada sesi dan bisa
membayangkan manfaatnya.
6. Memonitor proses hearing secara langsung akan dapat membantu
Anda menilai sejauh mana akuisisi skill knowlege dan attitude
sudah terjadi pada peserta.

xxxviii

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Anda mungkin juga menyukai