PENCAMPURAN SEMEN
YANG BAIK
Siapa yang tidak kenal semen, apalagi yang sehari-harinya bergelut
dengan dunia bangunan dan konstruksi beton. Tanpa semen, bangunan
modern tidak mungkin bisa berdiri seperti saat ini. Fungsi semen sebagai
bahan pengikat campuran, mulai dari campuran beton, plesteran dan acian
dinding juga untuk mengikat pasangan bata atau batako. Tanpa semen,
mungkin akan dibutuhkan banyak putih telor sebagai perekat untuk
membangun sebuah gedung, kayak candi gitu lho..!!
Bukan hanya developer dan kontraktor, Anda yang membangun rumah
tinggal pribadi juga penting untuk memperhatikan bagaimana seharusnya
tukang melakukan pemakaian dan pencampuran semen. Kesalahan dalam
aplikasi semen akan membuat hasil tidak sempurna. Jangan hanya
mengandalkan tukang, pengawas juga harus tahu cara pencampuran dan
pemakaian semen yang baik dan benar serta sesuai dengan kebutuhan.
Jangan sampai bangunan retak-retak atau dinding terkelupas karena
pencampuran yang tidak benar. Anda harus tahu bahwa campuran yang
benar untuk dinding kamar mandi tidaklah sama dengan campuran untuk
dinding kamar tidur. Bagaimana seharusnya agar pencampuran dan
pemakaian semen baik dan benar, simak artikel ini sampai tuntas.
tidak sehat menyebabkan semen tidak bisa menyatu dengan pasir. Tak
hanya mencampurnya dengan pasir berkualitas buruk, semen terkadang
dicampur dengan batu kapur. Tujuannya untuk mengurangi pemakaian
semen. Padahal hal ini justru bisa merusak hasil akhir aplikasi semen.
Bagaimana Seharusnya..??
Gunakan pasir yang bersih. Pastikan pasirnya tidak mengandung lumpur
atau tanah liat lebih dari 5%. Jika memang pasir yang dipakai mengandung
lumpur, usahakan untuk mencuci pasir tersebut sebelum dipakai.
Kesalahan Keempat : Campurannya tidak homogen.
Dalam membuat campuran, semen diaduk terlebih dahulu dengan pasir
atau batu kerikil sebelum dituang air. Permasalahan yang terjadi, sebelum
pasir atau batu kerikil tercampur semen dengan merata, air sudah dituang
terlebih dahulu. Alasannya untuk menghemat waktu. Akibatnya, ketika
campuran tersebut diaplikasikan, ada beberapa bagian yang mudah
terlepas karena komposisi semen sebagai perekat tidak merata.
Bagaimana Seharusnya..??
Pastikan campuran antara semen dengan pasir atau batu kerikil tercampur
secara merata terlebih dahulu sebelum dituang air.
Selain dalam memakai dan mencampur, dalam pengaplikasiannya pun
semen harus diperlakukan dengan baik dan benar. Contohnya dalam
pengacian. Campuran acian seringkali diaplikasikan sebelum permukaan
plesteran mengering. Akibatnya, campuran acian tidak bisa menempel
sempurna pada permukaan plesteran. Selain itu, ketika diaplikasikan ke
permukaan plesteran, campuran acian ini banyak yang rontok. Begitu pula
dalam penyimpanan. Jangan menyimpan semen di tempat yang lembap.
Akibatnya, uap air meresap ke dalam semen yang ujung-ujungnya semen
bisa mengeras. Simpanlah semen di dalam ruangan yang kering. Jangan
menaruhnya langsung di permukaan tanah atau lantai. Berilah alas di
Kali ini aku ingin menuliskan sebagian apa yang sedang aku baca, pelajari dan pahami,
yaitu: korosi. Mengapa baja terkorosi pada beton? Atau pertanyaan yang lebih tepat
adalah mengapa baja tidak terkorosi di beton? Telah diketahui dari pengalaman bahwa
batang baja tulangan baja karbon terkorosi saat udara dan air hadir. Oleh karena beton
bersifat porus dan berisi kelembaban mengapa baja pada beton umumnya tidak
terkorosi?
Jawabannya adalah karena beton bersifat alkali. Alkalinitas adalah kebalikan dari
keasaman. Logam terkorosi pada kondisi asam; sehingga logam tersebut terlindungi dari
korosi oleh alkalinitas. Hal ini merupakan kasus umum pada beton.
Saat dikatakan bahwa beton bersifat alkali artinya bahwa beton berisi pori-pori
mikroskopis yang berisi kalsium, oksida sodium, oksida potassium dalam konsentrasi
yang tinggi. Hal ini membetuk sebuah hidroksida saat bertemu dengan air, dimana
hidroksida tersebut sangat alkali, dengan kondisi pH antara 12-13. Komposisi air pori
dan pergerakan ion-ion dan gas-gas melalui pori-pori merupakan hal penting saat
menganalisis kemungkinan korosi pada struktur beton bertulang.
PROSES KOROSI
(1)
Dua buah elektron (2e) yang dihasilkan pada reaksi anodik haruslah di konsumsi di
tempat yang lain pada permukaan baja untuk memberikan kenetralan elektrik. Dengan
kata lain kita tidak bisa mendapatkan sejumlah besar muatan elektrik pada satu tempat
pada baja. Harus terdapat reaksi kimia lain yang mengkonsumsi elektron-elektron.
Berikut ini adalah reaksi yang mengkonsumsi air dan oksigen:
Reaksi katodik:
(2)
Hal ini digambarkan pada gambar 1. Teramati bahwa dihasilkan ion-ion hidroksil pada
reaksi katodik. Ion-ion ini meningkatkan alkalinitas lokal dan dengan demikian
menguatkan lapisan/lembaran pasif, menangkal efek karbonasi dan ion-ion klorida pada
katoda. Perlu dicatat bahwa air dan oksigen diperlukan pada katoda agar korosi muncul.
Gambar 1. Reaksi anodik, katodik, oksidasi dan hidrasi pada korosi baja tulangan
Reaksi anodik dan katodik merupakan langkah pertama pada proses pembentukan
korosi. Namun, sebagian dari reaksi-reaksi tersebut merupakan hal yang kritis dalam
rangka pemahaman korosi dan digunakan secara luas dalam setiap diskusi korosi dan
pencegahan korosi baja pada beton.
Bila besi akan larut pada air pori (ion ferous Fe 2+ pada persamaan di atas bersifat larut)
kita tidak akan melihat retak dan hancurnya beton. Beberapa tahapan harus muncul
agar korosi terbentuk. Hal ini dapat digambarkan dalam beberapa cara dan salah
satunya diperlihatkan dimana ferrous hydroxide menjadi ferric hydroxide dan
kemudian hydrated ferric oxide atau korosi:
Gambar 2. Volume relatif besi dan oksidanya diambil dari Mansfield Corrosion, 1981
(5): 301-307
Beberapa faktor pada penjelasan yang diberikan pada bagian ini penting dan akan
digunakan nantinya untuk menjelaskan bagaimana mengukur dan menghentikan korosi.
Aliran arus elektrik dan pengembangan dan konsumsi elektron pada reaksi anoda dan
katoda digunakan pada pengukuran potensialhalf-cell dan proteksi katodik.
Pembentukan ion hidroksil alkali protektif digunakan pada proteksi katodik,
pembuangan klorida elektrokimiawi dan re-alkalisasi. Fakta bahwa reaksi anodik dan
katodik harus seimbang satu sama lain agar proses korosi dapat berjalan digunakan
dalam proteksi pelapisan epoksi batang tulangan.
Terdapat sebuah alternatif lain dalam pembentukan korosi merah normal yang
dijelaskan pada reaksi (3) hingga (5) di atas. Bila anoda dan katoda terpisah dengan baik
(beberapa ratus milimeter) dan anoda pada keadaan lapar oksigen (katakanlah pada
kondisi di bawah air) besi sebagai Fe2+ akan tetap di dalam larutan. Hal ini berarti bahwa
tidak akan terdapat gaya-gaya seperti yang dijelaskan sebelumnya untuk meretakkan
beton sehingga korosi bisa jadi tidak terdeteksi.
Tipe korosi ini (dikenal dengan korosi hitam atau hijau karena warna dari cairan
pertama kali yang terlihat di udara setelah kehancuran) ditemukan di bawah membran
anti-air yang rusak dan beberapa di kondisi bawah air ataupun keadaan jenuh air. Korosi
hitam secara secara potensial sangat berbahaya disebabkan karena tidak terdapatnya
indikasi korosi dengan retak dan hancurnya beton dan batang baja tulangan mungkin
sama sekali dilemahkan sebelum korosi terdeteksi. Batang tulangan bisa jadi terlubangi
seperti pada kondisideoxygenated khususnya dibawah membran-membran atau saat air
tergenang secara permanen pada permukaan.
Contoh-contoh batang-batang tulangan yang terserang dengan cara ini diperlihatkan
pada gambar 3. Batang-batang tulangan ini diambil dari bagian bawah membranmembran anti-air yang rusak. Noda korosi pada permukaan beton mungkin merupakan
indikasi tipe serangan ini, tetapi sangat jelas bila air berada di bawah membran dan
mengabaikan oksigen sangatlah tidak mungkin bahwa besi dalam larutan akan
mencapai permukaan beton dimana ia kemudian akan merembes keluar untuk
membentuk noda korosi.
Gambar 3. Batang baja tulangan yang diambil dari bagian bawah lapisan membran
kedap air
Korosi bakteri
Komplikasi lain datang dari korosi bakterial. Terdapat bakteri di tanah (thiobaccilli)
yang mengubah sulfur dan sulfida menjadi asam sulfida. Terdapat spesies lain
(ferrobaccili) yang menyerang sulfida pada baja (FeS). Hal ini seringkali dihubungkan
dengan bau sulfida hidrogen (telur busuk) dan produk lubang halus dengan korosi hitam
saat batang tulangan diangkat dari kondisi jenuh air. Pada kondisi anaerobik (lapar
oksigen) bakteri tersebut dapat berkontribusi dalam korosi lubang yang didiskusikan
sebelumnya.
Arus nyasar (stray current) pada awalnya menjadi tumpuan kesalahan untuk setiap
korosi pada beton di Amerika Serikat hingga masalah serangan klorida teridentifikasi
pada 1950an. Penyebab utama korosi yang diinduksikan oleh arus nyasar yaitu arus
langsung dari sistem DC trek tram (kereta jalan), saat arus mengalir melalui baja yang
terbenam atau tertanam. Saat mencari jalan tahanan (resistansi) terendah hingga ke
tanah, arus akan melompat dari satu logam konduktor ke logam konduktor lainnya
melalui media ionik saat logam tidak bersentuhan. Hal ini mungkin dari sebuah wadah
penulangan kepada yang lainnya melalui air pori beton. Salah satu ujung wadah
penulangan akan menjadi negatif (katoda), dan tidak akan berkarat. Ujung yang lain
akan menjadi positif dan secara aktif akan terkorosi.
Saat ini, korosi karena arus nyasar pada jembatan, bangunan dan struktur di atas tanah
merupakan sebuah permasalah khusus yang berhubungan langsung dengan teknik
desain dan pemeliharaan sistem rel ringan. Permasalahan di bawah tanah juga muncul
pada sistem proteksi katodik untuk jaringan pipa dan struktur lainnya. Sistem proteksi
katodik pada jaringan pipa yang terkubur dapat berhubungan dengan fasiltas yang
bersebelahan ataupun yang bersilangan. Pastilah ada alur ionik antara sumber arus dan
logam beresiko yang pastilah pada alur resistansi rendah. Untuk alasan ini korosi yang
terinduksi oleh arus nyasar sangatlah tidak mungkin terjadi pada struktur di atas tanah
dimana sumber arus DC berada di bawah tanah.
Terdapat beberapa diskusi pada literatur tentang induksi arus nyasar AC. Umumnya hal
ini jauh di bawah efek arus DC meskipun literatur terbaru menyarankan bahwa untuk
beberapa kasus hal tersebut menjadi signifikan. Salah satu kasus dimana arus AC
signifikan yaitu pada sebuah struktur yang dipasangi proteksi katodik. Pada kondisi
demikian, arus AC dapat menggeser potensial baja menjadi daerah spektrum
elektrokimia terkorosi aktif yang menyebabkan korosi.
Korosi seringkali terjadi secara lokal, dengan korosi beberapa sentimeter dan kemudian
menjadi beberapa meter batang tulangan pasif bersih, khususnya untuk korosi yang
terinduksi oleh klorida. Hal ini mengindikasikan pemisahan reaksi anodik dan reaksi
katodik untuk membentuk sebuah sel makro (macrocell). Sebagian hal ini disebabkan
karena mekanisme serangan klorida, dengan pembentukan lubang dan dengan anodaanoda kecil terkonsentrasi yang disuapi oleh katoda-katoda yang besar. Hal ini juga
disebabkan serangan klorida umumnya berhubungan dengan tingkat kelembaban tinggi
yang memberikan resistansi elektrik rendah pada beton dan transport ion-ion yang
mudah sehingga anoda-anoda dan katoda-katoda dapat berpisah dengan mudah. Di
Amerika Utara hal ini digunakan sebagai sebuah cara untuk mengukur korosi dengan
mengukur arus sel makro (macrocell current).
Dua buah reaksi yang pertama kali ditampilkan di atas merupakan reaksi anodik dan
katodik baja pada beton. Istilah anoda dan katoda diambil dari istilah elektrokimia yang
mempelajari kimiawi sel elektrik. Gambar 2.5 merupakan sel dasar Daniel yang
digunakan pada sekolah menengah untuk menggambarkan bagaimana reaksi-reaksi
kimia menghasilkan listrik. Sel tersebut tersusun atas dua buah sel setengah (half cells),
tembaga di tembaga sulfat (copper sulphate) dan seng di seng sulfat (zinc sulphate).
Tegangan total sel tersebut ditentukan dengan logam yang digunakan dan oleh sifat
alami dan komposisi larutan. Apa yang terjadi adalah bahwa di setiap half cell logam
terlarutkan dan ion-ion mengendap, yaitu:
Tembaga lebih tahan terhadap reaksi ini daripada seng sehingga saat kedua larutan
tersebut dihubungkan dengan membran semi permeabel dan menghubungkan dua
logam tersebut dengan kabel, maka seng bergerak menuju larutan dan sulfat tembaga
keluar sebagai tembaga murni pada elektroda tembaga.
Tegangan dari setiap half cell dapat dicatat dan dibandingkan elektroda hidrogen
standar (half cell atau elektroda referensi). Tabel 2.1 memberikan potensial-potensial
elektroda referensi standar atau half cell yang menarik saat mengevaluasi masalah
korosi.
Potensial elektroda referensi adalah fungsi konsentrasi larutan seperti halnya pada tipe
logam dan tipe larutan. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi (umumnya) lebih
korosif dari pada larutan dengan konsentrasi rendah sehingga arus akan mengalir dalam
sebuah sel yang tersusun atas satu buah logam pada dua konsentrasi yang berbeda
dalam satu larutan yang sama. Sehingga dapat dianggap bahwa korosi baja di beton
sebagai konsentrasi sel.
Resiko korosi dalam sebuah sel dapat diukur dengan mendekatkannya dengan elektroda
referensi eksternal. Hal ini secara mudah digambarkan dengan elektroda referensi
tembaga/sulfat tembaga jenuh yang digerakkan sepanjang permukaan beton yang
terdapat batang tulangan baja di dalamnya dimana terdapat daerah anodik (terkorosi)
dan daerah katodik (pasif).
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, dengan menempatkan elektroda referensi
pada permukaan beton dan menghubungkannya dengan sebuah pengukur tegangan
listrik (voltmeter) pada baja, akan diperoleh sebuah sel yang mirip dengan sel Daniel.
Perbedaan potensial listrik akan merupakan sebuah fungsi dari besi pada lingkungan air
porinya. Apabila selnya digerakkan sepanjang baja akan diperoleh perbedaan potensial
yang disebabkan karena besi dalam lingkungan yang berbeda. Pada bagian anoda dapat
berpindah ke larutan seperti seng (zinc) dalam sel Daniel. Pada bagian katoda,
lapisan/lembaran pasif masih kuat dan akan diperkuat lebih lanjut dengan reaksi
katodik sehingga baja akan menolak proses pelarutan.
Sebagai hasilnya akan didapatkan potensial tegangan yang lebih tinggi pada pembacaan
voltmeter pada bagian anodik, daerah yang terkorosi dan tegangan yang lebih rendah
pada bagian katodik, daerah pasif.
Pada pemakaian teori dan elektrokimia perlulah bersifat hati-hati untuk menjelaskan
apa yang sedang terjadi pada sel elektrokimia. Teori elektrokimia umumnya dapat
digunakan pada kondisi kesetimbangan dan larutan yang dapat dijelaskan dengan baik.
Korosi merupakan sebuah ketidakseimbangan namun merupakan situasi dinamik.
Sehingga pemakaian teori dan persamaan elektrokimia merupakan sebuah pendekatan
dan dapat mengantarkan pada kesalahan-kesalahan bila modelnya terlalu berbeda.
Gambar 1. Baja tulangan yang digunakan pada struktur bangunan sudah terkorosi dengan parah
Selain dilihat dari faktor biaya, kejadian ini akan membahayakan penghuni bangunan,
bayangkan jika hal semacam ini tidak ditangani dengan baik dan hanya dianggap hal sepele,
memang dalam waktu beberapa bulan mungkin tidak akan terjadi apa-apa tetapi ketika telah
beberapa tahun, mungkin saja hal yang tidak diinginkan akan terjadi.
Sering kita melihat beton yang berwarna kuning kemerahan seperti berkarat, tetapi
jarang orang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh
struktur baja yang terdapat didalam bangunan terkorosi. Jika hal ini terjadi di sebuah tempat
yang harus mencerminkan suatu keindahan, kesempurnaan seperti contohnya perusahaan
besar, mall, jembatan layang, hal ini akan mencitrakan tempat itu berkurang keindahannya.
Kredibilitas tempat itu pun jadi taruhannya.
2 Penyebab Korosi Pada Baja Tulangan
Setiap konstruksi setelah dibangun harus dilakukan evaluasi secara terus menerus untuk
menentukan kinerja bangunan. Ambruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan layang,
dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan kerugian
finansial yang sangat besar. Hal ini merupakan bagian dari tugas pemilik bersama pihak yang
berkepentingan untuk menjamin keselamatan masyarakat umum sebagai pengguna. Salah
satu penyebab kerusakan bangunan dilingkungan laut adalah korosi pada beton dan tulangan.
Secara umum, tulangan baja didalam beton tidak akan terkorosi, karena beton pada
umumnya memiliki PH tinggi (sekitar 12.5), Sifat PH tinggi atau basa / alkali pada beton
terjadi saat semen tercampur dengan air. Karena sifat alkali ini, dipermukaan baja dalam
beton terbentuk sebuah lapisan pasif yang menyebabkan baja terlindung dari pengaruh luar.
Baja baru bisa terkorosi bila lapisan pasif ini rusak (PH Beton turun), yang biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Karbonasi (carbonation)
Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara
bebas / atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut
menyebabkan PH beton turun (< 9) dan ini mengakibatkan penurunan ketahanan dari lapisan
pasif di permukaan baja tulangan.
Klorida (Chlorides)
Ion klorida mempunyai kemampuan untuk penetrasi kedalam beton dan merusak
lapisan pasif dipermukaan baja dan logam. Ion klorida bisa berasal dari lingkungan eksternal,
misalnya air laut atau proses hyrolysis auto katalisis dari bahan logam itu sendiri yang
menyebabkan baja terkorosi.
Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan
karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang
terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut.
Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut retak,
terkelupas atau pecah, sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang.
3 Proses Terjadinya Korosi
Korosi yang tetrjadi pada baja tulangan bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi.
Adanya air dari hasil sisa-sisa reaksi antara air dan semen.
Tembok atau beton yang menggunakan baja tulangan tidak kedap air.
Jika baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi, akan
menimbulkan resiko korosi pada baja tulangan. Ada berbagai cara untuk terjadi korosi pada
baja tulangan. Air dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara,
melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton
tidak kedap air. Bila ada sisa-sisa air yang tidak ikut tereaksikan pada saat pencampuran
semen dengan air. Air yang tertinggal bisa mengenai baja tulangan dan akan menyebabkan
korosi pada baja tulangan yang tidak diproteksi karena unsur-unsur yang ada pada air akan
bereaksi dengan baja yang akan menyebabkan baja menjadi terkorosi.
Tembok atau beton yang menggunakan struktur baja tulangan yang tidak kedap air juga
dapat menimbulkan korosi pada baja tulangan, hal ini memungkinkan air yang ada diluar
tembok atau tergenang d atas tembok dapat masuk kedalam tembok atau beton, setelah air
sampai di daerah baja tulangan maka baja tulangan akan bereaksi dengan air yang masuk dari
luar tembok dan akan menghasilkan proses korosi.
Korosi yang terjadi pada baja tulangan bisa menimbulkan cracking pada tembok atau
beton, hal ini dikarenakan adanya seolah-olah penebalan pada permukaan baja tulangan
akibat adanya produk korosi yang berupa oksida. Pada saat terjadi penebalan ini, pada
tingkatan yang parah tembok atau beton tidak akan sanggup menahan laju penebalan ini
sehingga terjadilah cracking pada paermukaan tembok atau beton.
4 Dampak dari Baja Tualangan yang Mengalami Korosi.
Terjadinya korosi pada suatu bangunan dapat mempengaruhi masa pakai bangunan
tersebut, karena kinerja komponen struktur bangunan menurun. Guna mencapai umur
bangunan sesuai dengan rencana diperlukan pemeliharaan bangunan dan perawatan bangunan
secara terus menerus. Adapun beberapa kerugian yang timbul akibat korosi pada suatu
konstruksi yaitu:
Keluarnya biaya tambahan untuk memperbaiki kerusakan karena korosi.
Kekuatan bangunan yang akan berkurang.
Membahayakan keselamatan.
Mengurangi keindahan bangunan.
5 Pencegahan Korosi pada Baja Tulangan.
Jika kita tidak mau berbagai dampak negatif yang telah dibahas diatas terjadi pada
bangunan tentu kita harus melakukan pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi. Pencegahan
korosi pada baja tulangan dapata dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
Memproteksi baja tulangan yang akan digunakan.
Proteksi Beton dengan cat waterproof
Monitoring.
Ada beberrapa hal yang perlu dilakukan agar baja tulangan yang digunakan pada
struktur bangunan tidak mengalami korosi. Sebelum baja tulangan digunakan kita harus
melihat apakah sudah terjadi korosi pada permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan
yang kurang baik di udara terbuka dalam jangka waktu yang tertentu, jika baja tulangan
sudah terlihat kemerahan akibat korosi bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang
dari permukaan material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat
bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.
Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan tanpa diproteksi terlebih
dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan dengan cara melapisi permukaan bangunan
dengan cat. Jika permukaan bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat
dengan cat tembok, tetapi jika permukaan banguna itu akan kontak langsung dengan cuaca
harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca (weather shield).
Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara teratur, agar diketahui jika ada
sesuatu yang tidak normal dengan bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol
korosi yang terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang diaanggap perlu untuk merawat bangunan.
DURABILITAS BETON
00:15 Teknologi Beton No comments
Durabilitas beton
beton harus mampu menghadapi segala kondisi dimana dia direncanakan, tanpa mengalami
kerusakan (deteriorate) selama jangka waktu layannya ( service ability). Beton yang demikian disebut
mempunyai ketahanan yang tinggi (durable)
Berkurangnya durabilitas beton dapat disebabkan oleh :
1. pengaruh fisik
2. pengaruh kimia
3. pengaruh mekanis
pengaruh fisik (physical attack) : pelapukan oleh cuaca
membeku dan mencair (freezing and thawing), terjadi pada pasta semen dan aggregate
basah dan kering bergantian, terjadi pada pasta semen
perubahan temperatur yang drastis, terjadi pada pasta semen dan aggregate
pengaruh kimia (chemical attack) : penetras larutan / unsur kimia kedalam beton
serangan sulfat, terjadi pada pasta semen
reaksi alkali-aggregate, terjadi pada aggregat
serangan asam dan alkalis, terjadi pada pasta semen
korosi baja tulangan, terjadi pada tulangan
pengaruh mekanis
perubahan volume akibat perbedaan sifat thermal dari aggregat thd pasta semen, terjadi pada pasta
semen dan aggregat
abrasi (pengikisan), terjadi pada pasta semen dan aggregat
aksi elektrolisis, terjadi pada pasta semen
sifat beton yang paling penting agar memiliki ketahanan yang tinggi dari pengaruh diatas adalah
permeabelitas beton yang terdiri atas :
permeabelitas thd udara
permeabelitas thd zat cair
beton dengan durabilitas tinggi
1. kepadatan struktur tinggi
2. porositas rendah
3. permeabelitas rendah
4. tahan terhadap pengaruh lingkungan (pembekuan, serangan sulfat dan alkasi, korosi)
5. masa layan struktur panjang
dapat dicapai dengan :
kompone
n
Type
Penyebab
Terjadinya
Faktor
Lingkungan
Pemicu
Variabel untuk
pencegahan
Semen
Tidak tentu
Pengembangan
volume
Kelembaban
Retak susut
Gaya akibat
temperatur
Temperatur
Panas hidrasi,
tingkat
pendinginan
Reaksi alkali
silica
Pengembangan
volume
Kelebihan
kelembaban
Alkali dalam
semen, komposisi
aggregate
Retak D
Tekanan hidrolis
Pembekuan dan
pencairan
Absorpsi
aggregate,
diameter
aggregate
maksimum
Susut Plastis
Kehilangan
kelembaban
Angin,
temperatur,
kelembaban
relatif
Temperatur beton,
prlindungan
permukaan beton
Susut
Pengembangan
volume
Kelembaban
relatif
Serangan
sulfat
Pengembangan
volume
Ion-ion sulfat
Pengembang
an panas
Pengembangan
volume
Perubahan
temperatur
Tingkat perubahan
temperatur
Beton
Settlement
Konsolidasi beton
p;astis di sekeliling
tulangan
Slump, selimut
beton, diameter
tulangan
Tulangan
Korosi
Pengembangan
Oksigen,
Selimut beton,
permeabelitas
aggregate
Pasta
semen
Elektro-kimia
volume
kelembaban
beton
pengujian/pembebanan beton
detructive tests
teknik pengujian (load control, displacement control)
prosedur dan peraturan (codes)
pengujian material
jenis pengujian (uji tekan, uji tarik, uji belah, uji lentur)
faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beto (jenis pembebanan, kecepatan pembebanan,
metode pengujian, bentuk dan dimensi benda uji, dll)
non-destructive tests
hammer test
core drill
ultra sonic velocity pulse (bisa untuk beton umur muda)
acoustic emission testing
leak testing
liquid penetrant testing
infrared and thermaltesting
Evaluasi Mutu Beton
pengujian langsung (destructive test)
Hasil pengerjaan beton dapat diterima jika kekuatan tekannya memenuhi dua syarat berikut
(pedoman beton 1989, pasal 4.7) :
1. nilai rata-rata dari hasil uji tidak kurang dari : (f'c + 0,8 S)
2. tidak satupun dari benda uji yang nilainya kurang dari 0,85 f'c
S= (sigma n, i=1 (f'ci - f'c)^2 / n-1 )
f'c = sigma n, i= 1 f'ci / n