Konjungtivitis
Konjungtivitis
KUNJUNGTIVITIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Tidar Magelang
Diajukan kepada
dr. M. Junaedi, Sp. M
Disusun oleh :
Yudhi Setiabudi
20080310180
PENGALAMAN
IDENTITAS PASIEN:
Nama pasien
: Ny. T
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Surojoyo Candimulyo Kec. Candimulyo Kab. Magelang
II.1. ANAMNESIS :
- Keluhan Utama :
Mata merah
- Keluhan Tambahan :
Nerocos, pegel, ganjel
- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Sakit yang diderita sudah sejak 5 hari yang lalu semakin hari semakin memberat,
awalnya OD sekarang mata sebelah terkena, dikasih insto tidak membaik
- Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah
II.2. KESAN :
- Kesadaran
: Compos Mentis
- Keadaan Umum : Baik
- OD : tampak mata kemerahan
- OS : tampak mata kemerahan
II.3. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
PEMERIKSAAN
OD
Visus Jauh
20/30
Koreksi
Tidak dilakukan
Visus Dekat
Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar
Tidak dilakukan
Persepsi Warna
Tidak dilakukan
OS
20/25
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
OS
N
PENILAIAN
Kedudukan alis
baik, jaringan
parut (-), simetris
peradangan
- Lebar rima
- Kulit
9 mm
Hiperemis
10 mm
N
- Tepi kelopak
peradangan
Dakrioadenitis (-)
Dakriosistitis (-)
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Simetris
Tidak ada
gangguan gerak
(syaraf dan otot
penggerak bola
mata normal)
DBN
- Gerakan
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar gland.
lakrimalis
- Sekitar sakus
lakrimalis
- Uji flurosensi
- Uji regurgitasi
4. Bola mata
- Pasangan
N
- Gerakan
+
+
+
- Ukuran
5. TIO
6. Konjungtiva
- Palpebra
superior
- Forniks
N
+
+
+
Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
N
N
+
+
+
+
+
+
Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
N
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Dalam
Dalam
Tampak bengkak
di OS
Gangguan gerak
(-), blefarospasme
(-)
Normal 9-13 mm
Hiperemi (-),
hiperpigmentasi (-)
trikiasis (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Tanda peradangan
(-)
Palpasi kenyal
(tidak ada
peningkatan dan
penurunan TIO)
- Palpebra
inferior
- Bulbi
7. Sclera
8. Kornea
- Ukuran
- Kecembungan
9.
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
11 mm horizontal
Lebih cembung dari
sklera
Limbus
Benjolan (-)
Benda asing (-)
Licin, Mengkilap
Permukaan
Uji flurosensi
Tidak dilakukan
Placido
Reguler konsentris
Kamera Okuli anterior
Ukuran
COA dalam
Isi
Jernih, Fler (-),
hifema (-),
hipopion (-)
11 mm horizontal
Lebih cembung dari
sklera
Benjolan (-)
Benda asing (-)
Licin, Mengkilap
Tidak dilakukan
Reguler konsentris
COA dalam
Jernih, Fler (-),
hifema (-),
hipopion (-)
N : 12 mm
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
10. Iris
- Warna
- Pasangan
- Gambaran
- Bentuk
11. Pupil
- Ukuran
- Bentuk
- Tempat
- Tepi
- Refleks direct
- Refleks indrect
12. Lensa
- Ada/tidak
- Kejernihan
- Letak
- Warna
kekeruhan
13.Korpus Vitreum
14.Refleks fundus
Coklat
simetris
Gambaran baik
Bulat
Coklat
simetris
Gambaran baik
bulat
3 mm
Bulat
Sentral
Reguler
+ (positif)
+ (positif)
3 mm
Bulat
Sentral
Reguler
+ (positif)
+ (positif)
Ada
jernih
Di tengah belakang
iris
Tidak ada
Ada
jernih
Di tengah belakang
iris
Tidak ada
Jernih
(+) orange
Jernih
(+) orange
N : 3-6 mm
Refleks fundus
positif
OS
III. DIAGNOSIS
- OD : Konjungtivitis
- OS : Konjungtivitis
IV. TERAPI
- Gentamicin 0,3% setiap 4 jam
- Dexametason 0,1% setiap 4 jam
V. PROGNOSIS
Visum (Visam)
Kesembuhan (Sanam)
Jiwa (Vitam)
Kosmetika (Kosmeticam)
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
B. PEMBAHASAN
1. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,
infiltrasi selular dan eksudasi.1, 3
2. Klasifikasi
a. Konjungtivitis Karena agen infeksi
b. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
c. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
d. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
a. Konjungtivitis Karena agen infeksi
1) Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan
menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh
sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza.
Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu
dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam
beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae
2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim
panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya).
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki
papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal,
dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak
eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi
lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
3) Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla
halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda
kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
11
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10
mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai
200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru,
seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasienpasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat
4) Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat
terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus
spp, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan
Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Tanda dan Gejala
Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah,
menimbul, dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga,
dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang
segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada
pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga
yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,
namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.
Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi
sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi
reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam
berikutnya.
Antibiotika
topical
hendaknya
ditambahkan
untuk
12
13
14
Viral
Bacterial
Chlamydial
Allergic
Itching
Minimal
Minimal
Minimal
Severe
Hyperemia
Generalized Generalized
Generalized
Generalized
Tearing
Profuse
Moderate
Moderate
Moderate
Exudation
Minimal
Profuse
Profuse
Minimal
Preauricular
adenopathy
Common
Uncommon
Common only in
None
inclusion conjunctivitis
Bacteria,
PMNs1
Eosinophils
Never
Never
Occasionally Occasionally
15
C. DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
5. www.eyepathologisyt.com/disease
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html
16