Anda di halaman 1dari 16

REFLEKSI KASUS

KUNJUNGTIVITIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Tidar Magelang

Diajukan kepada
dr. M. Junaedi, Sp. M

Disusun oleh :
Yudhi Setiabudi
20080310180

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

LAPORAN REFLEKSI KASUS


KUNJUNGTIVITIS
A.
1.
-

PENGALAMAN
IDENTITAS PASIEN:
Nama pasien
: Ny. T
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Surojoyo Candimulyo Kec. Candimulyo Kab. Magelang

II.1. ANAMNESIS :
- Keluhan Utama :
Mata merah
- Keluhan Tambahan :
Nerocos, pegel, ganjel
- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Sakit yang diderita sudah sejak 5 hari yang lalu semakin hari semakin memberat,
awalnya OD sekarang mata sebelah terkena, dikasih insto tidak membaik
- Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah
II.2. KESAN :
- Kesadaran
: Compos Mentis
- Keadaan Umum : Baik
- OD : tampak mata kemerahan
- OS : tampak mata kemerahan
II.3. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
PEMERIKSAAN
OD
Visus Jauh
20/30
Koreksi
Tidak dilakukan
Visus Dekat
Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar
Tidak dilakukan
Persepsi Warna
Tidak dilakukan

OS
20/25
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

II.4. PEMERIKSAAN OBYEKTIF


PEMERIKSAAN
OD
1. Sekitar mata
N
(supersilia)
2. Kelopak mata
- Pasangan

OS
N

PENILAIAN
Kedudukan alis
baik, jaringan
parut (-), simetris

peradangan

- Lebar rima
- Kulit

9 mm
Hiperemis

10 mm
N

- Tepi kelopak

peradangan

Dakrioadenitis (-)

Dakriosistitis (-)

Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan

Simetris
Tidak ada
gangguan gerak
(syaraf dan otot
penggerak bola
mata normal)
DBN

- Gerakan

3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar gland.
lakrimalis
- Sekitar sakus
lakrimalis
- Uji flurosensi
- Uji regurgitasi
4. Bola mata
- Pasangan
N
- Gerakan
+
+
+
- Ukuran
5. TIO

6. Konjungtiva
- Palpebra
superior
- Forniks

N
+
+
+

Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
N

N
+
+
+

+
+
+
Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
N

Hiperemi (+)

Hiperemi (+)

Dalam

Dalam

Tampak bengkak
di OS
Gangguan gerak
(-), blefarospasme
(-)
Normal 9-13 mm
Hiperemi (-),
hiperpigmentasi (-)
trikiasis (-)
entropion (-)
ektropion (-)
Tanda peradangan
(-)

Palpasi kenyal
(tidak ada
peningkatan dan
penurunan TIO)

- Palpebra
inferior
- Bulbi
7. Sclera
8. Kornea
- Ukuran
- Kecembungan
9.

Hiperemi (+)

Hiperemi (+)

Hiperemi (+)

Hiperemi (+)

11 mm horizontal
Lebih cembung dari
sklera
Limbus
Benjolan (-)
Benda asing (-)
Licin, Mengkilap
Permukaan
Uji flurosensi
Tidak dilakukan
Placido
Reguler konsentris
Kamera Okuli anterior
Ukuran
COA dalam
Isi
Jernih, Fler (-),
hifema (-),
hipopion (-)

Sklera ikterik (-)

11 mm horizontal
Lebih cembung dari
sklera
Benjolan (-)
Benda asing (-)
Licin, Mengkilap
Tidak dilakukan
Reguler konsentris
COA dalam
Jernih, Fler (-),
hifema (-),
hipopion (-)

N : 12 mm
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN

10. Iris

- Warna
- Pasangan
- Gambaran
- Bentuk
11. Pupil
- Ukuran
- Bentuk
- Tempat
- Tepi
- Refleks direct
- Refleks indrect
12. Lensa
- Ada/tidak
- Kejernihan
- Letak
- Warna
kekeruhan
13.Korpus Vitreum
14.Refleks fundus

Coklat
simetris
Gambaran baik
Bulat

Coklat
simetris
Gambaran baik
bulat

3 mm
Bulat
Sentral
Reguler
+ (positif)
+ (positif)

3 mm
Bulat
Sentral
Reguler
+ (positif)
+ (positif)

Ada
jernih
Di tengah belakang
iris
Tidak ada

Ada
jernih
Di tengah belakang
iris
Tidak ada

Jernih
(+) orange

Jernih
(+) orange

II.5. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD

N : 3-6 mm

Refleks fundus
positif

OS

Tampak hiperemis (injeksi konjungtiva)


dengan palpebra oedem disertai epifora

Tampak hiperemis (injeksi konjungtiva)


disertai epifora

III. DIAGNOSIS
- OD : Konjungtivitis
- OS : Konjungtivitis
IV. TERAPI
- Gentamicin 0,3% setiap 4 jam
- Dexametason 0,1% setiap 4 jam
V. PROGNOSIS
Visum (Visam)
Kesembuhan (Sanam)
Jiwa (Vitam)
Kosmetika (Kosmeticam)

: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam

B. PEMBAHASAN
1. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,
infiltrasi selular dan eksudasi.1, 3
2. Klasifikasi
a. Konjungtivitis Karena agen infeksi
b. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
c. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
d. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
a. Konjungtivitis Karena agen infeksi
1) Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan
menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh
sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza.
Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu
dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam
beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae

atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak


diobati secara dini
a) Tanda dan Gejala
- Iritasi mata,
- Mata merah,
- Sekret mata,
- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
- Kadang-kadang edema palpebra
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan
kuman seperti seprei, kain, dll.1,5
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak
neutrofil polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika
empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik
dapat diteruskan.
c) Komplikasi dan Sekuel
Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus
kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut
konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan pada
kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi.
Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N konchii,
N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk
camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3
d) Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus
dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah
materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret

konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga


diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
e) Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak
diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena
konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah
dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri
dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.
2) Konjungtivitis Virus
a) Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler
sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring.
Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit
kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler
(tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe
3 dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel
HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit,
virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer
antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih
praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak
ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anakanak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1
b) Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
7

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada


satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien
merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti
dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel
bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah
khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase
akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam.
Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan
subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap
berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian
luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi
virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi
dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan
konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk
pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi
melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril,
atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama
anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat
menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat
bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan
unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan
serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga
suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau
hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hatihati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen
antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1

c) Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks


Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak
kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh
darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan.
Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak
(dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang
muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.
Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun
jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat
kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel
konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya
sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung
kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke
jaringan biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun,
antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan
hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan
obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun
atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap
jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis
herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama
10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang
adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus
dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena
makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit
dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat
panjang dan berat. 1,3
d) Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
9

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami


epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama
kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan
oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan
air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadangkadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun
dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi
superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial.
Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada
25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
b. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung
1) Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
Tanda dan gejala
Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam
jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput,
bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata
merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan tenggelam dalam
jaringan sekitarnya. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat (yang
menjadi sebab tenggelamnya tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata,
khususnya jika pasien telah mengucek matanya.
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000
yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam
30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin
hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik,
namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
10

2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim
panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya).
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki
papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal,
dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak
eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi
lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
3) Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla
halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda
kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

11

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10
mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai
200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru,
seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasienpasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat
4) Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat
terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus
spp, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan
Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Tanda dan Gejala
Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah,
menimbul, dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga,
dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang
segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada
pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga
yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,
namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.
Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi
sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi
reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam
berikutnya.
Antibiotika
topical
hendaknya
ditambahkan
untuk
12

blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap


penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya hanya dipakai untuk
mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut kornea berat
mungkin memerlukan tranplantasi. 1
5) Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika
spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis
infiltrate ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi
mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa
sering hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel polimorfonuklear
dan mononuclear tanpa eosinofil. 1
Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan
menghilangkannya. Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan
kortikosteroid topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid
jangka panjang pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid dan atropi
kulit dengan telangiektasis yang menjelekkan.
c. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoim
1) Keratokonjungtivitis Sicca
Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
Gejala:
- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak
sebanding dengan tanda-tanda radang.
- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis
- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi
menjelang siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.
- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)
- Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik.
Pengobatan:
- air mata buatan vitamin A topikal
- obliterasi pungta lakrimal.
d. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
1) Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate,
yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan
dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak
nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi
penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat
iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada

13

pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus


conjungtivae.
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,
beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh.
Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang
lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva
menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah
penyebabnya dihilangkan.
2) Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk
ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan
kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik
dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya nonspesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena
seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan
efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat
menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini
mereka terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya,
tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan
antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar
kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh
darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat
diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan
garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara
mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum
adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua
kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat
diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic
terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea
prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai
dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik

14

Diagnosis banding konjungtivitis.


Clinical Findings
and Cytology

Viral

Bacterial

Chlamydial

Allergic

Itching

Minimal

Minimal

Minimal

Severe

Hyperemia

Generalized Generalized

Generalized

Generalized

Tearing

Profuse

Moderate

Moderate

Moderate

Exudation

Minimal

Profuse

Profuse

Minimal

Preauricular
adenopathy

Common

Uncommon

Common only in
None
inclusion conjunctivitis

Bacteria,
PMNs1

PMNs, plasma cells,


inclusion bodies

Eosinophils

Never

Never

In stained scrapings Monocytes


and exudates
Associated sore
throat and fever

Occasionally Occasionally

15

C. DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
5. www.eyepathologisyt.com/disease
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html

16

Anda mungkin juga menyukai