Anda di halaman 1dari 1

Kesimpulan bangunan-bangunan Renzo Piano :

memperlihatkan kompleksitas strategi dalam perancangannya, khususnya nilai-nilai konteks terhadap


nilai budaya, urban, alam dan lingkungannya. Piano mencoba mengelaborasikan nilai-nilai modern dan
teknologinya sebagai seorang late modernist dengan nilai-nilai kontekstual yang ada dalam karyakaryanya. Penelitian mengenai strategi dan aplikasi pendekatan kontekstual dalam perancangan karya
arsitektural Renzo Piano bertujuan untuk mengetahui strategi dan aplikasi pendekatan kontekstual
Renzo Piano yang ditinjau dari 4 parameter kontekstual, yaitu: (1) pendekatan budaya (cultural
respect) dalam skala makro,(2) pendekatan alam (nature) dalam skala messo,(3) pendekatan urban
(urban context) dalam skala messo, dan (4) pendekatan fisik bangunan (physical respect) dalam skala
mikro.
Studi kajian dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rasionalistik dan metoda content
analysis. Metoda ini berisi tentang kasus-kasus yang diangkat melalui datadata berupa wacana
tekstual, gambar serta diagram yang mewakili perumusan dalam tahapan parameter kontekstual,
kemudian strategi dan aplikasi pendekatan kontekstual Renzo Piano, serta konsistensi penerapan dan
faktor yang mempengaruhi strategi dan aplikasinya. Hasil penelitian berdasarkan parameter
kontekstual terhadap tujuh kasus objek penelitian, yaitu Centre Georges Pompidou, Menil Collection,
Kansai Air Terminal, UNESCO Laboratory, Tjibaou Cultural Center, National Center for Science and
Technology dan Potsdamer Platz menunjukkan bahwa pendekatan alam (nature) banyak digunakan
dalam karya-karyanya, khususnya responsif terhadap kondisi iklim kawasan. Pada pendekatan urban
(urban context) lebih pada penyelesaian karya dalam lingkup kota atau kawasan urban. Kaitan antara
pendekatan kontekstual tersebut ditemukan empat strategi yang digunakan Piano dalam perancangan
karya arsitekturalnya, yaitu: (1) strategi reinvensi (reinvention) dalam lingkup pendekatan budaya, (2)
strategi pelapisan (layering) dalam lingkup pendekatan alam, (3) strategi multifungsionalitas
(multifunctionality) dalam lingkup pendekatan urban, dan (4) strategi fragmentasi (fragmentation) dan
integrasi (integration) dalam lingkup pendekatan fisik bangunan. Pemikirannya dalam berarsitektur,
khususnya strategi dan aplikasinya dalam pendekatan kontekstual sangat dipengaruhi oleh latar
belakang keluarga dan kota kelahirannya.

the key architectural element in peter eisenman's wexner center for the arts is the
unique scaffolding element that pierces the complex by mimicing the angle of the
columbus, ohio city grid. this scaffolding system acts as the main circulation
corridor for the complex and provides an unique aesthetic effect. one can argue that
this scaffolding element can be viewed as creating an unfinished aesthetic to the
complex and therefore classifying the structure as a part of the movement known as
deconstructivism. although this "unfinished" part of the complex does not provide
any shelter from the elements, it provides an implied feeling of being indoors and
mimics a hallway with access to other programmatic elements within the complex.

Anda mungkin juga menyukai