Pada tahapan eksplorasi, salah satu tahapan yang memegang peranan penting
adalah tahapan pemboran, dimana pada tahapan ini diperlukan adanya pengawasan
lapangan yang merupakan peranan seorang
wellsite
geologist.
geologist merupakan
lapangan
yang
bertanggung
seorang
pengawas
Wellsite
bertugas
dan
eksplorasi pemboran demi kelancaran pemboran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka
peranan seorang wellsite geologist
dalam
kelancaran
pemboran
sangat
dibutuhkan. Oleh karena itu, akan dijelaskan peranan seorang wellsite geologist
dalam eksplorasi pemboran batubara yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Berdasarkan atas pentingnya peranan wellsite geologist dalam tahapan
eksplorasi pemboran, maka diperlukan adanya kemampuan dan pengetahuan yang akan
menunjang tugas dan tanggung jawab sebagai wellsite geologist. Adapun pengetahuan
yang harus diketahui dan dimiliki sebagai wellsite geologist antara lain sebagai berikut :
Memiliki pengetahuan mengenai dasar - dasar geologi.
Memahami tahapan-tahapan eksplorasi yang dilakukan.
Memahami teori-teori tentang batubara.
Mengenali kondisi daerah yang akan di eksplorasi.
Memahami metoda pengambilan data pemboran sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure).
Memahami metoda pengambilan dan perlakuan terhadap sampel batubara.
1. Tahap Pemboran
(percussion drilling).
Umumunya dilakukan untuk pemboran pada batuan / tanah yang relatif lunak dan
pengambilan contoh batuan dalam kondisi undisturb (kondisi tidak terganggu).
c) Pemboran dengan menggunakan sistem campuran antara rotary drilling dengan
sistem tumbukan (percission drilling). Umumnya dilakukan untuk pemboran pada
batuan atau tanah yang relatif lunak, keras dan pengambilan contoh batuan dalam
kondisi disturb dan undisturb
pemboran adalah menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses pemboran.
Penentuan titik bor ini diinstruksikan oleh wellsite geologist kepada juru bor (driller)
berdasarkan data pada peta topografi dan data survei yang meliputi letak, nomor titik bor,
dan elevasinya atas persetujuan geoevaluator site. Dalam penentuan titik bor terkadang
terdapat ketidak sesuaian antara data survei pada peta topografi dengan kondisi di lapangan.
Berdasarkan hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut untuk memperbaiki
penetuan titik bor tersebut. Apabila penentuan suatu titik bor selesai, maka wellsite
geologist memberikan surat perintah dimulainya pemboran.
1.2
wellsite geologist, jadi dengan kata lain seorang operator pemboran bertanggung jawab
kepada wellsite geologist yang sedang bertugas di lokasi pemboran tersebut.
Selama pemboran berlangsung menjadi tugas seorang Wellsite geologist
merecord dan mengawasi setiap hal yang terjadi menyangkut proses pemboran. Wellsite
Geologist berhak pula untuk menghentikan atau meneruskan proses pemboran dengan
berbagai alasan teknis atau dalam keadaan yang tidak aman, serta memastikan semua
peralatan pemboran berfungsi dengan baik. Peralatan pemboran yang berfungsi dengan
baik akan menunjang kelancaran proses pemboran dan keamanan dalam proses
pemboran. Adapun alat - alat yang digunakan dalam proses pemboran, antara lain, yaitu :
1. Mesin Bor
Merupakan alat yang digunakan pada pit drilling untuk membuat lubang dengan
cara penetrasi ke dalam tanah/formasi. Terdapat beberapa jenis mesin bor yang dipakai
dalam pemboran batubara yang didasarkan pada asal pabrikasi pembuatanya, misalnya :
tipe longyear, tipe jacro, tipe koken, dan sebagainya. Jenis - jenis mesin bor yang dipakai
oleh kontraktor pemboran dalam melakukan kegiatann pemboran antara lain :
Tipe Koken, yang terdiri dari jenis OP1, OP2, dan OE2L.
Perbedaan antara berbagai jenis bor itu terletak pada kemampuan penetrasi
pemboran, dimana Koken OP1 dan OP2 kemampuan penetrasinya maksimal
sampai 100 - 125 meter, sedangkan jenis OE2L bisa sampai 150 meter dan
penggerak transmisi 4 langkah.
Tipe Toho dengan jenis TDC, kemampuan penetrasinya maksimal sampai 175
meter dan penggerak transmisi mempunyai 4 langkah.
50 meter dan
TRIPOD
Foto Tripod
3. Mata Bor atau Bit
Alat ini berfungsi untuk menggerus batuan. Ada 2 macam bit yang digunakan
untuk melakukan pemboran touch core yaitu diamond bit untuk pemboran corring dan
tri wing bit untuk pemboran non coring. Mata bor yang digunakan berukuran T101
Dop out
Inner tube
Split
tube
Outer tube
Reamer sheel
Diameter Lubang(mm)
AQ
27,0
48,0
BQ
36,5
60,0
NQ
47,6
75,7
HQ
63,5
96,0
PQ
85,0
122,6
BMLC
35,2
60
NMLC
52,0
75,7
HLMC
63,5
99,2
Core Barel
Diameter (mm)
AQ
44,5
34,9
BQ
55,6
46,0
NQ
69,9
60,3
HQ
88,9
77,8
PQ
117,5
103,2
memudahkan casing masuk ke dalam lubang bor, dimana panjang casing bervariasi dari
1 - 3 m.
Jenis Casing
NW
76,0
91,8
HW
99,7
117,5
PW
123,8
143,5
SW
146,7
172,5
7. Core Box
Alat yang berfungsi untuk menempatkan cutting dan core hasil pemboran. Core
box terbuat dari papan kayu dengan panjang 1m dan lebarnya disesuaikan dengan
kebutuhan menempatkan core.
pemboran open hole dengan pemboran coring, dimana pemboran coring hanya
dilakukan pada lapisan batuan yang diinginkan. Sehingga dalam teknis pemboran
terdapat dua tahapan pemboran, yaitu pemboran pada pilot hole dan pada actual hole.
1.2.1 Pemboran Pilot Hole
Dalam tahap eksplorasi pemboran dengan metode touch coring, yang pertama kali
dilakukan yaitu melakukan pemboran open hole pada satu titik yang dinamakan pilot
hole. Dimana lubang ini berfungsi untuk mengetahui batuan penyusun (dalam bentuk
hancuran/cutting) pada lokasi bor tersebut sekaligus sebagai data awal dalam
memperkirakan letak kedalaman seam batubara yang menjadi target dalam pemboran
tersebut. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui estimasi lapisan/seam batubara yang
menjadi target, seorang wellsite geologist harus dapat melakukan korelasi manual dari
titik pemboran sebelumnya ataupun dari croopline.
Pada tahapan pemboran pilot hole, seorang wellsite geologist bertanggung
jawab dan bertugas sebagai pengawas lapangan selama proses pemboran pada pilot
hole ini berlangsung. Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai
pengawas dalam proses pemboran pilot hole antara lain, yaitu :
Melakukan penyetopan pemboran pilot hole setelah target seam atau target
Melakukan interpretasi hasil E-log dengan cara mengukur kurva. Untuk kurva
gamma ray : 1/3 dari bagian atas garis kelurusan kurva, sedangkan untuk kurva
density : 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva
kedalaman batubara yang nantinya akan diambil conto batuannya (dalam hal ini melalui
proses corring).
Untuk mengambil inti/core batuan, maka digunakan suatu alat yang dinamakan
core barel. Biasanya dalam satu penangkapan inti/core batuan dengan menggunakan
core barel, panjang maksimal inti/core batuan yang dapat tertangkap yaitu + 1.60 m.
Namun ada pula core barel yang mampu mengangkat inti/core batuan sepanjang 3 m
tergantung pada panjang dan kapasitas isi core barel tersebut.
Kegiatan eksplorasi pemboran batubara yang menggunakan core barel dengan
kapasitas 1.60 m maka dimana satu kali proses penangkapan atau pengambilan inti/core
batuan dengan menggunakan core barrel biasanya disebut satu run.
Pada
actual
hole,
wellsite
pengawas lapangan terhadap proses pemboran seperti halnya pada proses pemboran
pilot hole.
Adapun tugas dan peranan wellsite geologist sebagai pengawas dalam proses pemboran
actual hole antara lain, yaitu :
Melakukan pencatatan kedalaman (interval) run setiap kemajuan coring
Melakukan pengukuran panjang core pada tabung inner split setiap kemajuan
coring (run). Inner split dikeluarkan dari tabung split dengan cara
menyemprot
memakai pompa air, tidak dengan cara yang bisa merusak core di dalam
inner
split, misalnya : memukul core barrel
Meletakkan core batubara pada core box (tabung split/paralon), pastikan core
tidak ada kontaminasi, tentukan bagian roof dan floor, lengkapi dengan
keterangan lain (parting, clinker, washout, roof & floor, core loss,
dll),
dan
lakukan pemotretan
Membungkus core batubara dengan plastik wrap dan letakkan pada tempat
yang terhindar dari cahaya matahari langsung dengan tujuan tetap menjaga
kelembaban inti/core sample.
hasil
Peralatan pemboran.
Dalam hal ini, peralatan pemboran yang sangat menentukan untuk memperoleh
hasil pemboran (inti/core), yaitu core barel. Kondisi core barel beserta bagian
bagiannya yang tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan hasil pemboran
(core) yang tidak maksimal, yaitu adanya sampel coring batubara yang hilang
atau tidak terangkat (lost core) sehingga hasil pemboran tidak memenuhi standar
yang ditentukan (nilai recovery).
Formasi batuan.
Hasil pemboran berupa coring yang tidak maksimal dapat juga disebabkan oleh
formasi batuan pada lokasi pemboran. Di mana lapisan seam batubara yang jelek
akan sulit untuk diperoleh dalam proses coring. Hasil coring batubara pada
formasi yang jelek/tidak bagus akan memiliki kenampakan fisik yang hancur
(broken core). Salah satu data penunjang yang dapat dijadikan parameter untuk
mengetahui keadaan formasi batuan (baik atau tidaknya), yaitu data rekaman
elektrik logging berupa log caliper.
2.1
Electrical Logging
Perekaman data secara manual kadang kala kelihatannya kurang akurat
dikarenakan dalam kegiatan pemboran biasanya sering terjadi kesalahan- kesalahan yang
disebabkan dari kesalahan teknik pemboran (adanya water lost, core lost, dan
pengambilan data lapangan bisa menjadi lebih akurat walaupun tidak secara detail,
sebagai pendamping pelaksana kegiatan pemboran..Dengan metode Logging Geofisika Elektrik Logging, seorang wellsite geologist dapat mengetahui dan memperoleh
data
unsur radioaktif. Shale dan batulempung (mudstone) mempunyai tingkat radioaktif yang
density yaitu dengan cara menentukan 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang
menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di atasnya (untuk
perhitungan top batubara) dan 1/2 dari bagian atas garis kelurusan kurva yang
menunjukkan perubahan lithologi dari batubara dengan lithologi lain di bawahnya (untuk
bottom batubara)
Batubara
(17.00-22.80)
2. Winch :
Berupa alat yang digunakan untuk menggulung kabel dan untuk penyambungan
probe serta penghantar arus menuju probe (alat yang masuk ke dalam lubang bor yang
mengandung sensor) dengan panjang kabel maksimal. 300 meter.
Probe
Foto Probe
4. Baterai/ACCU
Alat yang menyimpan arus listrik, digunakan untuk menghantar tenaga listrik
pada alat logging yang lain.
5. Radio Active
Salah satu sumber energi yang digunakan untuk pengukur gamma dan
density. Jenis radio aktif yang digunakan berupa cobal 66. Radio aktif ini dibawah
tanganan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional).
6. Modul
Salah satu bagian dari geologer yang berfungsi untuk mengolah data yang
diterima dari probe.
2.2
ini, perekaman data secara manual tersebut berupa pendeskripsian pada conto (sampel
batuan). Perekaman data dengan sistem manual ini dilakukan secara langsung di
lapangan. Adapun data-data yang direkam meliputi pendeskripsian sampel cutting pada
open hole (pilot hole) drilling dan pendeskripsian sampel core/inti batuan (batubara
dan
nonbatubara) pada actual hole drilling. Pendeskripsian sampel cutting dan
sampel
core/inti batuan tersebut dilakukan sesuai aturan standar yang ditentukan oleh
perusahaan.
merupakan
tanggung
jawab
wellsite
geologist
melakukan pendeskripsian secara detail dan lengkap pada setiap perubahan litologi.
Cutting Batubara
Cutting Batupasir
Cutting Soil
untuk
parameter
melakukan pendeskripsian
tersebut,
cutting
seorang
dengan
wellsite
baik
dan
geologist
benar.
dapat
Berikut
2) Grain size (ukuran butir) : Very fine grain/sangat halus (1/16-1/8 mm)
Fine grain / halus
(1/8-1/4 mm)
(1/4-1/2 mm)
(1/2-1 mm)
ini
4) Mineral
mineral
C. Mudstone
1) Color (warna)
digunakan seorang
wellsite
geologist
dalam
parameter
tersebut,
seorang
wellsite
geologist
dapat
melakukan pendeskripsian inti/core batuan dengan baik dan benar. Berikut ini
merupakan contoh pendeskripsian inti/core batuan :
A. Coal
1) Color
2) Streak
3) Brightness
: Bright, bright with minor dull, bright and dull, dull with
numerous bright, dull with minor bright, dull.
4) Fracture
5) Another features :
B R IG H T N E S S
90 to 1 0 0 %
C O A L D E S C R IP T IO N
B rig h t C o a l (V itrin ite )
70 to 9 0 %
B rig h t w ith m in o r d u ll b a n d s
50 to 7 0 %
B rig h t a n d d u ll
30 to 5 0 %
10 to 3 0 %
0 to 1 0 %
4) Sorting
5) Sediment
structure
laminasi,
slump
nodules,
plant
C. Mudstone
1) Colour
2) Hardness
Soft, Hard
Berdasarkan hasil deskripsi cutting dan deskripsi inti/core (batuan batubara) yang
dilakukan wellsite geologist, nantinya akan diperoleh kedalaman dan ketebalan
lapisan seam batubara yang dicari. Hasil deskripsi tersebut dibandingkan dan
dikorelasikan dengan data kedalaman serta ketebalan yang diperoleh dari hasil
perekaman electrical logging. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh akurasi data
kedalaman dan ketebalan lapisan seam batubara yang dicari.
Setelah pendeskripsian inti/core batuan, seorang wellsite geologist
akan melakukan pengukuran panjang inti/core batuan yang nantinya akan digunakan
untuk menentukan nilai recovery. Penentuan nilai recovery merupakan salah satu tugas
penting dari wellsite geologist. Hal ini dikarenakan, nilai recovery merupakan
salah satu dasar atau parameter penting dalam penentuan apakah proses pemboran
dan data hasil pemboran dapat digunakan atau tidak dalam proses evaluasi lanjut.
Penentuan nilai recovery yang dilakukan pada kegiatan pemboran eksplorasi meliputi
perhitungan core recovery dan coal recovery. Core recovery merupakan nilai
perbandingan antara panjang coring yang dilakukan dengan panjang inti/core batuan
yang diperoleh dalam sekali proses coring (satu run), Sedangkan Coal recovery
merupakan nilai perbandingan antara panjang core batubara yang diperoleh dengan tebal
batubara berdasarkan hasil perekaman electrical logging. Standar penilaian yang
digunakan untuk nilai recovery berkisar antara 90 - 110 %. Berikut ini merupakan cara
perhitungan core dan coal recovery :
Core Recovery
Panjang core yang diperoleh
Core recovery =
X100%
= 120 cm
120
Core Recovery =
x 100 % = 80 %
150
Coal Recovery
Panjang core batubara yang diperoleh
Coal recovery =
X100%
= 190 cm
x 100 % = 95 %
200
2.3.
dan deskripsi conto batuan, seorang wellsite geologist juga bertanggungjawab dan
bertugas mengambil sampel batuan (proses sampling). Sampel atau conto batuan yang
diambil nantinya akan dianalisis secara kimia dan fisika di laboratorium dengan tujuan
untuk mengetahui
kadar air, nilai kalori, kadar sulfur, kadar gas, kadar volatil, dan
unsur lainnya yang terdapat dalam batubara yang berpengaruh terhadap kualitas batubara.
Dalam proses pengambilan sampel batuan, seorang
wellsite
geologist
harus dilengkapi dengan beberapa peralatan yang nantinya akan membantu dalam
proses pengambilan sampel batuan. Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam
proses pengambilan sampel batuan antara lain, yaitu :
Plastik wrap, digunakan untuk membungkus sampel batubara supaya terhindar
dari kontaminasi dan cahaya matahari langsung.
Core box, digunakan untuk menyimpan inti/core batubara setelah dilepaskan dari
split.
Alat tulis menulis.
Kartu sampel, digunakan sebagai keterangan di dalam plastik sampel.
Plastik sampel, digunakan untuk menyimpan sampel batubara.
Meteran, digunakan untuk mengukur inti/core.
Cutter, digunakan dalam proses deskripsi untuk memeriksa keadaan batubara.
Tali ikat, digunakan untuk mengikat plastik sampel.
Kamera digital, digunakan untuk perekaman gambar/foto sampel batubara.
Sebelum
seorang
wellsite
geologist
melakukan
proses
pengambilan
clay
band, parting ikut disampel, core loss, dll). Masukan kartu sample ke
dalam plastic.
: 01
: DDL - 0 5 - 2 1
: Lati
: 12.25-12.50
: 0,25m
: 1 of 4
:
: 02
: DDL - 0 5 - 2 1
: Lati
: 12.50-14.50
: 2.00m
: 2 of 4
: Bag 1
: 02
: DDL - 0 5 - 2 1
: Lati
: 12.50-14.50
: 2.00m
: 3 of 4
: Bag 2
: 03
: DDL - 0 5 - 2 1
: Lati
: 14.50-14.75
: 0.25m
: 4 of 4
:
Kita ketahui bahwa wilayah eksplorasi/site batubara terdiri dari beberapa daerah
dengan kondisi geologi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan metode
pengambilan/sampling batubara di setiap site memiliki metode sampling yang berbedabeda yang disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diambil. Berikut merupakan
metode pengambilan sampel batubara di daerah/site ekplorasi yang berbeda.
Pangea Area
Lati Area
Seam dengan ketebalan 2 - 3,5 dijadikan
5 (lima) ply
2 meter,
Sisa _ ply 3
Maybe more than 1 bag
Sisa _ ply 2
Maybe more than 1 bag
0.50 m _ ply 4 _ 1 bag
0.25 m _ ply 5 _ 1 bag
eksplorasi,
mulai
dari
tahap
pemboran
sampai
dengan
tahap
pengambilan/perekaman data. Tahap pelaporan data ini nantinya akan menghasilkan suatu
laporan yang mencakup seluruh rangkaian pemboran eksplorasi pada suatu titik/lokasi
bor. Dimana laporan tersebut selanjutnya diserahkan kepada supervisor lapangan yang
bertanggung jawab atas keseluruhan pemboran di area tersebut. Seorang wellsite
geologist bertanggungjawab penuh akan kesempurnaan dan kelengkapan laporan yang
akan dibuat. Oleh karena itu,
tahapan-tahapan sebelumnya, berupa tahap pemboran dan tahap pengambilan data, harus
dilaksanakan dengan baik.
Adapun jenis laporan yang menjadi tanggung jawab seorang wellsite geologist
untuk dikerjakan dan diselesaikan antara lain, yaitu :
1) Laporan Harian (Daily Report)
Laporan harian ini merupakan laporan yang dikerjakan seorang wellsite
geologist
setiap harinya setelah selesai bertugas pada titik bor yang diawasinya. Secara umum
laporan ini berisi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan proses atau aktivitas
pemboran. Hal-hal yang harus dilaporkan dalam menulis laporan harian di antaranya
yaitu :
Nomor titik bor yang diawasi.
Tanggal dan waktu shift kerja, biasanya terdiri dari dua shift yaitu shift siang dan
malam.
Seam target pada lokasi/titik bor yang diawasi.
Nama operator bor (driller) yang bertugas di lokasi/titik bor yang diawasi.
Unit mesin bor yang digunakan.
Waktu dimulainya (start) pemboran dan waktu dihentikannya (finish) pemboran
pada hari tersebut.
Kedalaman penetrasi pemboran pada proses open hole.
Interval dan tebal coring (apabila pada hari tersebut dilakukan proses coring).
Perhitung coal recovery pada setian run.
Interval dan tebal non coring.
penyemplingan)
Setiap kegiatan lainnya yang terjadi yang berhubungan dengan proses pemboran,
seperti break time (istirahat), adanya masalah (trouble), adanya kecelakaan kerja
(accident), dan lainnya.
Wellsite geologist yang bertugas yang disertakan dengan paraf.
2) Laporan Akhir Pemboran
Laporan akhir pemboran dibuat apabila kegiatan di suatu titik pemboran telah
selesai dilakukan. Pembuatan laporan akhir ini merupakan gabungan dari laporan-laporan
harian yang telah dibuat. Laporan akhir pemboran ini terdiri dari log bore secara
keseluruhan dan berita acara pemboran
A. Log Bore
Log bore ini berisi deskripsi hasil pemboran secara keseluruhan, baik dari
pilot hole maupun dari actual hole. Laporan log bore ini dikerjakan pada buku
log bore yang tersedia dengan skala 1 : 1000. Dari laporan log bore ini
diperoleh ketebalan dan kedalaman batubara serta kenampakan fisik lapisan batubara
dan juga litologi yang mengapit batubara.
B. Berita Acara Pemboran
Pelaporan ini merupakan pelaporan paling akhir yang menandakan suatu
titik/lokasi bor telah selesai.
Hal-hal yang harus dicatat dalam berita acara pemboran yaitu :
Hari, tanggal, dan waktu pemboran.
Lokasi dan nomor titik bor.