Anda di halaman 1dari 34

PEMERIKSAAN

EKSTREMITAS

OTOT
Bentuk otot:
eutrofi (normal)
hipertrofi (membesar) atau
atrofi (mengecil).
Tonus otot
harus diperiksa secara pasif yaitu dengan mengangkat lengan
atau tungkai pasien kemudian dijatuhkan. Pada keadaan
hipotonus, anggota gerak tadi akan jatuh dengan cepat sekali.
Sedangkan tonus otot yang tinggi disebut hipertonus (spastisitas)
dapat diperiksa dengan cara memfleksikan atau mengekstensikan
lengan atau tungkai akan terasa tahanan yang bila dilawan terus
akan menghilang dan disebut fenomena pisau lipat.

Selain spastisitas, juga terdapat rigiditas dimana pada


pemeriksaan seperti spastisitas akan terasa tersendat-sendat
dan disebut fenomena roda bergerigi.
5 tingkat kekuatan otot
Derajat 5

: normal, dapat melawan tahanan yang diberikan

Derajat 4

: Masih dapat meawan tahan yang ringan

Derajat 3

: hanya dapat melawan gaya berat

Derajat 2
berat

: otot hanya dapat digerakan bila tidak ada gaya

Derajat 1

: kontraksi minimal, tidak menimbulkan gerakan

Derajat 0

: tidak ada kontraksi sama sekali

Sendi
Harus diperiksa dengan inspeksi, palpasi dan
lingkup geraknya. Termasuk sendi bahu, siku,
pergelangan tangan, metkarpofalangeal,
interfalang proksimal, interfalang distal,
panggul, lutut, pergelangan kaki,
metatarsofalangeal.

Cara berdiri
Perhatikan secara keseluruhan bantuk badan, asimetris
atau deformitas. Tes keseimbangan (tes romberg)

Cara Berjalan
Pasien disuruh berjalan pada satu garis lurus,
mula-mula membuka mata kemudian dengan
mata tertutup.
Langkah ayam, berjalan dengan mengangkat kaki
setinggi mungkin supaya jari-jari kaki yang masih
tertinggal menyentuh tanah dapat terangkat,
kemudian pada waktu kaki dijatuhkan jari-jari kaki
akan lebih dulu menyentuh tanah. Keadaan ini
pada pasien polineuritis
Langkah mabuk, pasien berjalan dengan kedua
kaki terpisah jauh. Pada penyakit ataksia

Langkah menggeser, pasien berjalan dengan langkah


pendek dan kaki menyeret ke tanah, hampir tidak
pernah terangkat. Keadaan ini terdapat pada
penyakit parkinsonisme
Langkah spastik, pasien berjalan dengan cara
melempar tungkainya keluar sehingga membentuk
setengah lingkaran. Lengan serta tangan dan jari-jari
ipsilateral dalam keadaan fleksi. Pada pasien paralitik
spastik akibat stroke.
Berjalan dengan mengangkat pinggul, terdapat pada
pasien poliomielitis

Gerakan Spontan
Abnormal
Tremor, gerakan involunter bolak-balik pada anggota
tubuh, sehingga tampak seperti gemetar.
Atetosis, gerakan onvolunter pada otot lurik yang
terjadi pada bagian distal.
khorea, gerakan involunter yang tidak teratur, tanpa
tujuan, asimetris, tiba-tiba, dan cepat.
Balismus, gerakan involunter yang sangat kasar,
sebentar, berulang-ulang dan kuat sehingga anggota
tubuh seakan-akan berputar tidak teratur
Spasme, ketegangan otot yang menyebabkan
pergerakan yang terbatas

Tes Koordinasi Gerak


Tes jari-hidung-jari
Tes jari hidung, pasien dengan posisi lengan dan
tangan ekstensi diminta menunjuk hidungnya
berulang kali, mula-mula lambat kemudian cepat.
Tes pronasi supinasi, pasien dalam posisi duduk,
meletakan tangannya diatas paha dan melakukan
gerakan pronasi dan supinsai berulang-ulang dengan
cepat.
Tes tumit-lutut pasien dalam posisi berbaring diminta
meletakan tumit kananpada lutut kiri kemudian
disuruh menggeser tumit kanannya sepanjang tibia
kiri berulang-ulang bergantian untuk kedua tungkai.

Tes Jari-Hidung-Jari

Tes jari hidung

Tes pronasi supinasi

Refleks Fisiologis
Refleks biseps, lengan bawah pronasi rileks diatas
paha, kemudian ibu jari pemeriksa menekan tendon
biseps diatas fosa kubiti dan diketok, positif jika fleksi
lengan bawah
Refleks brakioradialis, lengan bawah pasien posisi
diantara pronasi dan supinasi kemudian ujung distal
radius diketok sambil dirasakan adanya kontraksi.
Yang melibatkan fleksi dan supinasi lengan bawah
Refleks triseps, posisi pasien masih sama sperti diatas
kemudian diketok pada tendon triseps dari belakang 5
cm diatas siku, amati adanya kontraksi triseps

Refleks patela, pasien dalam posisi duduk,


tungkai bawah tergantung, atau pasien dalam
posisi tidurdengan posisi tungkai bawah rileks
difleksikan, kemudian dilakukan ketokan pada
tendon patela, positif bila ekstensi tungkai
bawah dan kontraksi kuadriseps femoris
Refleks Achiles, pasien dalam posisi duduk
dengan kaki dorso fleksimaksimal secara pasif,
kemudian dilakukan ketokan pada tendon
achiles, bila + akan tampak kontaksi m.
gastroknemius dan gerakan plantar fleksi

Refleks kremaster, dilakukan pada posisi


pasien telentang dengan paha sedikit
abduksi, kemudian permukaan dalam paha
digores dengan benda tajam, + bila kontraksi
m. kremaster

Refleks Patologis
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

Chaddock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaeffer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky

Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman

Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman
Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap
lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk
tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari

Pemeriksaan
Sensibilitas
Reseptor Eksteroseptif
Pemeriksaan rasa raba
Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian
yang simetris dengan cara menggoreskan kapas ke
tubuh
Pemeriksaan rasa nyeri
Tusukkan hendaknya cukup kuat hingga betul-betul
dirasakan rasa nyeri dan bukan rasa sentuh atau rasa
raba. Periksa seluruh tubuh dan bagian yang simetris
dan bandingkan

Pemeriksaan rasa suhu


Diperiksa menggunakan tabung reaksi berisi air
panas dan dingin secara bergantian ke tubuh
penderita.Tanyakan pada penderita apa yang
dirasakannya

Reseptor Proprioseptif

Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap/ posisi


Gerakkan salah satu jari pasien secara pasif, dengan
cara memegang jarinya pada bagian lateral dan
usahakan tidak menyentuh jari yang lainnya.
Tanyakan apakah pasien dapat merasakan gerakan
tersebut serta mengetahui arahnya

Pemeriksaan rasa getar


Getarkan garpu tala (128 Hz)
Tempatkan pada ibu jari, maleolus lateral dan medial
kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sakrum,
prosesus spinosus vertebra, sternum, kalvikula,
prosesus stiloideus radius, ulna dan jari-jari. Tanyakan
apakah pasien merasa getarannya dan ia disuruh
memberitahukan apabila ia mulai tidak merasakan
getaranya lagi

Pemeriksaan rasa tekan dalam


Menekan kulit pasien dengan jari atau dengan benda
tumpul. Tanyakan padapasien apakah ia merasakan
tekanan tersebut dan suruh pasien untuk menetukan
lokasinya

Pemeriksaan rasa nyeri dalam


Menekan otot atau tendon pasien dengan jari atau
dengan benda tumpul. Tanyakan pada pasein apakah ia
merasakannya

Nyeri
Nyeri adalah rasa dan pengalaman emosinal yang
tidak nyaman yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan seperti kerusakan jaringan. Nyeri
merupakan sensasi dan reaksi terhadap sensasi
tersebut.
Toleransi nyeri adalah tingkat nyeri tertinggi yang
dapat diterima oleh seseorang.
Toleransi nyeri berbeda-beda antara satu individu
dengan individu lain dan dapat dipengaruhi oleh
pengobatan

Alodinia, nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat


rangsangan yang pada orang normal tidak
menimbulkan nyeri
Hiperpatia, nyeri yang berlebihan yang
ditimbulkan oleh rangsangan berulang. Respon
berlebihan terhadap rangsang multiple. Kadangkadang disebut disestesi sumasi
Disestesi, parestesi yang nyeri. Keadaan ini dapat
ditemukan pada neuropati perifer alkoholik
Parestesi, rasa eperti tertusuk jarum atau titik-titik
yang dapat timbul spontan atau dicetuskan.
Parestesi tidak selalu disertai nyeri.

Hipoestesia, turunnya sensitifitas terhadap


rangsangan nyeri. Area hipoestesia dapat
ditimbulkan dengan anestesi lokal.
Analgesia, hilangnya sensasi nyeri pada
rangsangan nyeri yang normal. Secara
konsep,analgesia merupakan kebalikan dari
alodinia.
Anastesia dolorosa, nyeri yang timbul didaerah
yang hipoestesia atau daerah yang didesensitisasi
neuralgia, nyeri yang timbul sepanjang distribusi
suatu persyarafan

Nyeri tabetik, nyeri neuropatik yang timbul sebagai


komplikasi dari sifilis
Nyeri sentral, nyeri yang diduga berasal dari otak atau
medula spinalis.
Nyeri pindah (referred pain), nyeri yang dirasakan
ditempat lain, bukan ditempat kerusakan jaringan yang
menyebabkan nyeri
Nyeri Fantom, nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh
yang baru diamputasi.
Substansia Algogenik, substansia yang dilepaskan oleh
jaringan yang rusakatau dapat juga diinjeksi
subkutaneusdari luar.

Nyeri akut, nyeri yang timbul segera setelah


rangsangan dan hilang setelah penyembuhan
Nyeri kronik, nyeri yang menetap lebih dari 3
bulanwalaupun proses penyembuhan sudah
selesai

Rasa Somestesia Luhur


Perasaan somestesia luhur ialah perasaan yang
mempunyai sifat deskriminatif dan sifat tiga dimensi /
fungsi persepsi.
Rasa diskriminasi
membedakan 2 titik yang berbeda pada tubuh
Barognesia
Adalah kemampuan untuk mengenal berat benda
yang dipegang atau kemampuan membeda-bedakan
berat benda
Stereognosia
Adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda
dengan jalan meraba, tanpa melihat.

Topostesia (topognosia)
Adalah kemampuan untuk melokalisasi
tempat dari rasa raba.
Grafestesia
Adalah kemampuan untuk mengenal angka.

Kelainan Kuku
Jari tabuh (cubbing fingers),
ujung jari mengembung
termasuk kuku yang berbentuk
konveks; terdapat pada
penyekit paru krinik dan
kelainan jantung kongenital
Koilonikia (spoon nails), kuku
tipis dan cembung dengan tepi
yang meninggi terdapat pada
gangguan metabolisme besi dan
sindrom Plummer Vinsen
onikokauksis, kuku menebal
tanpa kelainan bentuk, terdapat
pada akromegali, psoriasis

Onikogrifosis, kuku berubah bentuk,


menebal seperti cakar, biasanya
disebabkan pemotongan kuku yang tidak
teratur.
Anonikia, tidak tumbuknya kuku, biasanya
berhubungan kelainan kongenital, iktiosis ,
infeksi berat dan fenomena Raynaud,
Onikoatrofi, kuku menjadi tipis dan lebih
kecilbiasanya berhibungan dengan
kelainan vaskuler, epidermolisis bulosa
dan liken planus
Onikolisis, terpisahnya kuku dari dasar
terutama bagian distal dan lateral
biasanya berhubungan dengan infeksi
jamur, taruma atau zat kimia

Pakionikia, penebalan lempeng kuku berhubungan


dengan hiperkeratosis pada dasar kuku
Kuku Psoriais, kelainan kuku pada pasien psoriasis yang
ditandai oleh warna kuku yang menjadi putih dan
adanya terowongan dan cekungan transversal yang
berjalan dari lunila kearah distal

Paronikia, inflamasi yang meliputi lipatan kulit


disekitar kuku, biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur

Onikomikosis, infeksi jamur pada kuku

Anda mungkin juga menyukai