Pengembangan Material
Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan
atau pengurangan material/tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut
kondisi material dibagi dalam tiga bagian. Seperti pada gambar 1 berikut ini :
GAMBAR 1
Contoh 1 : bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah biasa asli digali sehingga
menjadi gembur, maka berapa volumenya sekarang ?
Jawab
: Dari tabel faktor konversi, disapat data, bahwa tanah berpasir, faktor
konversi dari asli ke gembur adalah 1.25, maka volume sekarang
menjadi,
volume gembur = Volume asli x faktor
= 300 x 1.25
= 375 LCM (Loose Cubic Meter)
Contoh 2 : Ada 400 LCM tanah berpasir dalam keadaan gembur. Apabila kemudian
tanah ini
dipadatkan dengan compactor, maka berapakah volume
sekarang :
Jawab
Berat Material
Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk
melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain, akan
dipengaruhi oleh berat material tersebut. Seperti yang di alami oleh alat pada gambar 2,
dibawah ini :
Waktu mengangkut tanah dengan berat 1.5 ton/m3, alat bekerja dengan baik. Tetapi pada
saat mengangkut tanah dengan berat 1.8 ton/m3, ternyata alat angkut mengalami beban
berat sehingga unit terlihat berat untuk menggelinding.
Bentuk Material
Faktor ini harus dipahami, karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material
tersebutdapat menempati suatu ruangan tertentu. Mengingat material yang kondisi
butirannya kecil, kemungkinan isi dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang
ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai
volume ruangan yang ditempati.
Oleh karena itu, material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang memakan
sebagian isi ruangan. Beberapa material yang mampu ditampung oleh suatu ruangan
dapat di hitung dengan caramengoreksi ruangan tersebut dengan suatu faktor yang
disebut faktor muat :Bucket Factor atau Pay Load Factor.
Kohesivitas Material
Yang disebut kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat
diantara butir-butir material itu sendiri.
Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung. Jadi apabila material itu
berada pada suatu tempat, akan mujung. Volume material yang menempati ruangan ini
ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangannya. Umpamanya tanah liat. Sedangkan
material yang kohesivitas yang kurang baik, misalnya pasir, apabila menempati suatu
ruangan akan sukar menggunung. Melainkan cenderung peres/rata (struck).
Kekerasan Material.
Material yang keras akan lebih sukar untuk di koyak, di gali atau di kupas oleh alat berat.
Hal ini akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang tergolong keras
adalah obat-batuan.
Aplikasi alat berat yang paling umum untuk material batu-batuan ialah : pembongkaran
batu dengan cara ripping. Oleh karena itu sebelum menentukan alat berat yang akan
digunakan meripping batuan, terlebih dahulu di tentukan tingkat appabilitasnya.
Metode untuk menentukan rippabilitas :
A. Mengklasifikasi jenis dan tekstur batuan.
Batuan sedimen
1. Berbentuk lapisan-lapisan
2. Semakin tipis lapisan semakin mudah di ripping
3. Contoh : Sand stone, limestone, shale, konglomerate.
Batuan Beku
4. Tidak membentuk perlapisan
5. Relatif sulit untuk di ripping
6. Contoh : Granite, basalt, andesite, dll.
Batuan Metamorfik
7. Berbeda-beda rippabilitasnya tergantung pada : tebal perlapisan dan kekuatan
ikatan kristalnya
8. Contoh : Gneiss, schist, kwarsit, dll.
Cara pengetesan :
Dengan menempatkan /sedikit tertanam alat ceophone a b c d e dengan jarak tertentu
kemudian dirangkaikan sedemikian rupa, ujung kabel pada power source, satu lagi di
hubungkan dengan peralatan khusus (Signal Stacking Seismograph).Setelah power
source dipukul beberapa kali, maka akan diperoleh gambaran mengenai kekerasan
material tersebut. Sehingga dapat di simpulkan type alat berat yang cocok.
Daya Dukung Tanah
Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran/test langsung di
lapangan seperti gambar di atas. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung
tanah disebut Cone Penetro Meter.
Tambahkan komentar
o
May
8
manusia sekarang ini tak dapat lepas dari peranan input-input hasil sumber daya alam
terutama pertambangan, dan aktivitas ini terkait erat dengan peningkatan kesejahteraan
manusia. Tambang dan sumberdaya mineral tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
pembentukannya di bumi. Daerah dengan tatanan geologis tertentu akan menghasilkan
cadangan mineral yang ekonomis. Dan bagi daerah tertentu, kehadiran cadangan ini dapat
menjadi tulang punggung pendapatan daerah.
Pertambangan berpotensi untuk menjadi agen perubahan (development agent) di suatu
daerah karena umumnya tambang berlokasi di daerah remote yang akhirnya dapat
mebuka akses dan meningkatkan infrastruktur di sekitar lokasi tersebut.
Aktivitas pertambangan haruslah dijalankan secara berkelanjutan karena sifatnya yang
temporary dan mengambil sumber daya yang tak pulh (unrenewable resources). Oleh
karenanya pemulihan lahan yang terganggu akibat aktivitas pertambangan harus
dioptimalkan sehingga menjadi lahan yang produktif. Selain itu, manfaat dari aktivitas
pertambangan perlu di konversi ke dalam bentuk lain (transformasi manfaat) agar
Kemudian siapa yang harus melaksanakan Good Mining Practice ini..? Seharusnya
seluruh perusahaan tambang wajib melakukan Good Mining Practice sebagai inisiatif
global. Karena ini akan menjadi parameter kepatuhan dan integritas perusahaan sebagai
Tambahkan komentar
2.
Apr
14
dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density),
porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi dan sudut geser
dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.
- Bobot Isi
Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor.
Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan
lereng longsor akan semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut
semakin berkurang.
- Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian
bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.
- Kandungan Air
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi besar juga.
Dengan demikian kuat geser batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga
kemantapannya pun berkurang.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
........................................................................... ) tg + = c + (
Dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)
c = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= tekanan air pori (ton/m2)
= sudut geser dalam (derajat)
- Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Geser
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined
compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan
yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih mantap.
- Kohesi dan Sudut Geser Dalam
Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin
besar juga. Dengan demikian akan lebih mantap.
- Pengaruh Gaya
Biasanya gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng antara lain :
getaran alat-alat berat yang bekerja pada atau sekitar lereng, peledakan, gempa bumi dll.
Semua gaya-gaya tersebut akan memperbesar tegangan geser sehingga dapat
mengakibatkan kelongsoran pada lereng.
2. Klasifikasi Longsoran Batuan
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure),
longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular failure).
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang
luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun
bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah (Gambar 2.1):
- Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200) dengan
arah lereng.
- Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul di muka
lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan lereng.
- Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
- Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
Gambar 2.1
Longsoran Bidang
b. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah
yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih
besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.
(Gambar 2.2)
Gambar 2.2
Longsoran Baji
c. Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Hoek & Bray (1981), telah membuat
grafik yang dapat memberikan gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar
2.3). Dari gambar tersebut dapat diartikan : Jika > dan b/h < , maka balok akan
meluncurTan dan mengguling. Jika < dan b/h > , maka balok akanTan langsung
mengguling.
Gambar 2.3
Posisi Balok Pada Longsoran Guling
d. Longsoran Busur
Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material tanah
atau batuan yang lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi bila
batuan mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi kekar
yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai sifat seperti tanah.
(Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Longsoran Busur
Metode grafis yaitu metode yang digunakan untuk menentukan arah dan
jenis longsoran yang mungkin terjadi, berdasarkan data geologi yang ada.
Dalam analisis ini batuan ditinjau mempunyai bidang-bidang diskontinu
seperti bidang perlapisan, sesar, kekar. Hubungan antara orientasi
bidang-bidang lemah dengan jenis-jenis longsoran. (Gambar 3.1. dan
3.2.).
Gambar 3.1.
Jenis Longsoran & Stereoplot
Gambar 3.2.
Informasi struktur geologi dan evaluasi jenis longsoran yang mungkin terjadi dari
suatu rentana tambang open pit
Gambar 3.3.
Geometri Longsoran Bidang Dengan Rekahan Tarik
Persamaan yang digunakan untuk menentukan faktor keamanan adalah sebagai berikut :
p}.............. (3-1) p+Vcos}/{Wsinp)tanp-U-VsinF = {cA + (Wcos
Dimana :
U = p wzw(H-z)cosec
V = wzw2
Bila lereng batuan tersebut berada di daerah rawan gempa dan percepatan W, maka
perhitunganyang ditimbulkan dimodelkan menjadi gaya statis faktor keamanan dapat
dilakukan dengan memasukkan pengaruh gempa dengan cara memodifikasi persamaan
(3-1) menjadi sebagai berikut :
p} p)+Vcoscosp+W(sin
- Longsoran Baji
Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan
kedua bidang lemah. Faktor keamanannya dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Dimana :
X = 2.na) 45sin24/(sinsin
Y = 1.nb) 35sin13/(sinsin
A = na.nb) 5sin2na.nb)/(sinbcosa-cos(cos
B = na.nb) 5sin2na.nb)/(sinacosb-cos(cos
1.nb = sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah A dan muka
lereng.
2.na = sudut antara bidang lemah B dengan garis perpotongan bidang lemah B dan
muka lereng.
24, dsb = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti terlihat
pada Gambar 3.5.
Gambar 3.4.
Geometri Baji Untuk Analisis Kemantapan Dengan Memperhitungkan Kohesi
dan Air
Gambar 3.5.
Stereoplot Data Longsoran Baji
Longsoran Guling
Asumsi yang digunakan adalah longsoran guling yang terjadi
mempunyai n buah blok berbentuk teratur x dan tinggi ydengan lebar
n
atas lereng
adalah u, sedangkan dip dari bidang-bidang lemah adalah . Undakundakan yang terjadi (akibat longsoran) berbentuk teratur dan90mempunyai kemiringan b. Konstanta a 1, a2 dab b (Gambar 3.6)
selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a1)-x.tan( =
a2-x.tan( = u)
)..............................................................................
(3-5)-x.tan(b
yn-1-a2-b
Gambar 3.6.
Model Longsoran Guling Untuk Analisis Kesetimbangan Batas
Berdasarkan model pada Gambar 3.6, terlihat ada tiga grup blok yang
mempunyai tingkat kemantapan berbeda, yaitu :
Satu set blok yang akan tergelincir (di daerah toe)
Satu set blok yang mantap (di daerah atas)
Satu set blok yang akan terguling (di daerah tengah)
Gambar 3.7.
Kondisi Kesetimbangan Batas Blok Ke-n yang Akan Terguling dan Tergelincir
: Mn = yn-a2; Ln = yn-a1; Kn = 0
: Mn = yn-a2; Ln = yn; Kn = 0
= Pntan
Qn-1
= Pn-1tan
Rn
= Wn+(Pcosn-Pn-1)tan
Sn
= Wn+(Psinn-Pn-1)...............................................................
(3-7)
Dimana Wn = ynx.
Pn-1,t
= {Pn(Mn)+(Wx.tan-n/2)(yn)}/Lxcos-sinn..... (3-8)
Pn
Untuk kontrol lebih lanjut bisa dilihat bahwa pada blok ini harga
Rn>0 dan Sn < Rn .tan
Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan S n=Rn,tan maka
:
Pn-1,s
Pn-{Wn)}/(1-tan-sincos(tan2).................. (3-9)
Pn
Longsoran Busur
Metoda yang banyak digunakan untuk menganalisa longsoran ini
adalah metoda Fellnius dan metoda Bishop. Namun untuk keperluan
praktis, Hoek & Bray (1983), telah menuangkan dalam bentuk
diagram. Cara ini merupakan cara yang sangat mudah, cepat dan
hasilnya masih dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi yang digunakan
:
Jenis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen
dan kontinyu.
Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur
lingkaran
Tinggi permukaan air tanah pada lereng.
Hoek & Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masih kondisi
air tanah tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat
Gambar 3.8.) :
Langkah 1 : Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat,
tentukan kondisi air tanah yang ada dan sesuaikan
dengan Gambar 3.9. Pilih yang paling tepat atau
mendekati.
Langkah 2 : Hitung angka c/(gHtanf), kemudian cocokan angka
tersebut pada lingkaran terluar dari diagram (chart) yang
dipilih.
Gambar 3.8.
Langkah Perhitungan Faktor Keamanan Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan
Diagram Hoek & Bray
Gambar 3.9.
Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5
Tambahkan komentar
3.
Apr
11
PELAKSANAAN REKLAMASI
Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan
rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui
dan harus sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam
melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan
bertanggung jawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati
tercapai.
PERSIAPAN LAHAN
Tambahkan komentar
4.
Apr
11
Penebangan
penambangan,
pohon
sebatas
areal
yang
akan
dilakukan
kecepatan
air
limpasan
a) Pembuatan teras-teras
b) Pembuatan saluran diversi (pengelak)
c) Pembuatan SPA
d) Dam pengendali
3. Meningkatkan infiltrasi (peresapan air tanah)
a) Dengan penggaruan tanah searah kontur,
b) Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah
meningkat sebagai media perakaran tanah,
c) Pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi penambangan
a) Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai
dengan perlakuan yang berlaku dan harus di dalam wilayah Kuasa
Tambang,
b) Membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak
mengandu8ng sedimen,
c) Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan
permanen yang dilengkapi dengan saluran pengelak,
d)
e)
Tambahkan komentar
5.
Apr
11
PERENCANAAN REKLAMASI
PERENCANAAN REKLAMASI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
PEMERIKSAAN LAHAN
dimaksud
diperlukan
suatu
penelitian
faktor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis
tanah merupakan
faktor yang terpenting.
PEMETAAN
akan
saling
mendukung
dalam
reklamasi.
Selanjutnya
peta
tersebut
Tambahkan komentar
o
Apr
11
PRINSIP REKLAMASI
Prinsip Prinsip Reklamasi Tambang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Permasalahan social
Definisi
9. Penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian
yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang
meliputi pemberaian, pemuatan, pengangkutan dan
penimbunan.
10. Tambang permukaan ialah usaha penambangan dan penggalian
bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan
dengan udara terbuka.
11. Reklamasi ialah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan
yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuan.
12. Restorasi lahan bekas tambang ialah upaya mengembalikan
fungsi lahan bekas tambang menjadi seperti keadaan semula.
13. Rehabilitas lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali
dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat
berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media
DASAR HUKUM
22. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertambangan.
23. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup.
24. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tantang Penataan Ruang.
25. Mijn Politie Reglement (MPR Stbl 1930 No. 341).
Tambahkan komentar
o
Apr
10
1. Batas penambangan
2. Geometri penambangan
3. Kontrol lingkungan
Banyak cara untuk merancang sebuah batas tambang (untuk tambang terbuka disebut ultimate
open pit). Metodenya dibedakan oleh ukuran deposit, kuantitas dan kualitas data, kemampuan
analisis, dan asumsi dari seorang enginer tersebut.
Langkah pertama untuk perencanaan jangka panjang atau pendek adalah menentukan batas dari
tambang (baik terbuka maupun bawah tanah). Batas ini menunjukkan jumlah batubara yang dapat
ditambang, dan jumlah material buangan (overburden) yang harus dipindahkan selama operasi
penambangan berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari tambang utama sangat penting
dalam perencanaan tempat penimbunan tanah penutup (overburden), jalan masuk, stockpile, dan
semua fasilitas lain pada tambang tersebut. Pengetahuan tambahan dari rancangan batas tambang
juga berguna dalam membantu pekerjaan eksplorasi mendatang.
Dalam merancang batas tambang, seorang engineer akan memberi nilai pada parameter fisik dan
parameter ekonomi. Batas tambang utama merupakan batas maksimum seluruh material yang
memenuhi kriteria fisik dan ekonomi. Material yang terkandung dalam tambang tersebut
mempunyai dua sasaran :
1) Material dalam blok harus mampu membayar seluruh biaya untuk penambangan, proses,
pemasaran, maupun pengupasan material di atas blok tersebut.
2) Untuk konservasi dari sumber daya alam, maka material dalam blok harus termanfaatkan
secara optimal.
Hasil dari sasaran-sasaran ini adalah rancangan yang akan meningkatkan keuntungan total
tambang berdasarkan parameter fisik dan ekonomi yang digunakan. Perubahan parameterparameter ini di masa yang akan datang, akan mengakibatkan perubahan pada rancangan
tambang. Karena nilai dari parameter tidak diketahui pada saat merancang, seorang enginer
diharapkan dapat merancang tambang untuk berbagai nilai untuk menentukan faktor yang paling
penting maupun efeknya terhadap batas tambang.
Cadangan batubara yang akan ditambang dengan cara teknik tambang terbuka sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor kedalaman
dari permukaan dari cadangan batubara tersebut. Keadaan topografi mencakup daerah
pegunungan sampai daerah dasar lembah. Oleh karena itu terdapat beberapa
pertimbangan geometri yang harus diperhatikan.
Adapun pertimbangan geometri yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Geometri jenjang
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang disebut dengan
bench (lihat Gambar 3.2).
Harus mampu menampung alat-alat/peralatan yang dipakai untuk bekerja (working bench).
Pembuatan jenjang pertama kali biasanya dilakukan dengan cara membuat suatu bukaan
(biasanya berbentuk empat persegi panjang). Bukaan tersebut biasanya dibuat dengan
cara peledakan. Di bawah ini diberikan contoh perhitungan geometri jenjang dengan cara
peledakan dari US Army Engineers.
Lebar jenjang minimum = Wmin = y + Wt + Ls + G + Wb
dimana :
Y
Wt
Ls
Sedangkan tinggi jenjang dibuat sesuai dengan kemampuan alat gali yang digunakan.
Gambar 3.3 Pembuatan Bench cara US Army Engineer (Pit & Quaries, No. 5-332, 1967)
2. Jalan tambang
Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik itu jalan masuk
ke dalam tambang untuk pengangkutan batubara/endapan bahan galian yang ditambang
ataupun juga jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup. Geometri dari
jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan secara umum. Geometri
dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis
alat yang digunakan dalam operrasi penambangan).
Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam kegiatan
penambangan adalah dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah pengupasan. Stripping ratio
(SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah
batubara yang diinginkan. Ratio ini secara umum digambarkan sebagai berikut :
Dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR (Break Even
Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh bahwa secara teknis
batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai BESR yang dicapai dalam
perhitungan stripping ratio. Sebagai contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Batasan penambangan berdasarkan nilai Stripping Ratio dan BESR
Cadangan batubara yang akan ditambang dengan cara teknik tambang bawah tanah
sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor
kedalaman dari permukaan dari cadangan batubara tersebut. Oleh karena itu terdapat
beberapa pertimbangan geometri yang harus diperhatikan.
1. Geometri pilar
Pertimbangan tegangan insitu dan kemantapan lubang bukaan menyebabkan harus meninggalkan
pilar-pilar batubara dengan ukuran tertentu. Ratio luas beban yang harus ditanggung oleh sebuah
pilar batubara dapat dilihat pada Gambar 3
Keterbatasan alat dan kemantapan lubang bukaan menyebabkan ekstraksi batubara hanya
mempunyai lebar dan tinggi yang terbatas. Selain itu, lebar ekstraksi batubara bawah tanah ini
akan berpengaruh pada penurunan permukaan tanah (subsidence) yang sketsanya dapat dilihat
pada Gambar 3.6.
Kondisi lingkungan dimana tambang tersebut berada akan mengontrol operasi penambangan.
Keterbatasan-keterbatasan itu antara lain adalah:
Kendala subsidence akan menyebabkan keharusan meninggalkan pilar dengan dimensi yang
cukup besar.
Struktur geologi yang ada akan mengubah layout penambangan, khususnya penambangan
bawah tanah.
Keberadaan air tanah dengan debit yang besar menyebabkan perubahan layout penambangan
bawah tanah.
Tambahkan komentar
o
Apr
10
1)
2)
a. Topografi
b. Parameter kualitas batubara (cv, total moisture, ash content, sulphur content)
c. Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontinu, intrusi)
d. Bidang lemah (kekar, retakan, rekahan dalam batubara)
e. Keseragaman, oksidasi, erosi
f. Air tanah dan hidrologi
3)
Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan batuan
sekelilingnya
4)
Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan
keuntungan
5)
6)
a.
b.
Produksi
c.
Umur tambang
d.
Produktivitas
e.
Faktor teknologi
a.
Perolehan tambang
b.
c.
d.
e.
Faktor lingkungan
a.
b.
c.
d.
Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan suatu endapan mineral
tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling cocok di bawah suatu
lingkungan yang aktual (Hamrin, 1982).
Diposkan 10th April 2012 oleh DUNIA TAMBANG
Label: Dunia Tambang KONSEP DASAR ASPEK TEKNIS DALAM TAMBANG
TERBUKA UNTUK BATUBARA
0
Tambahkan komentar
o
Apr
10
Penambangan Terbuka
1.1
1.1.1
1.1.2
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan
alat-alat mekanis yang dipergunakan.
Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang
akan ditambang.
1) Contour mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng
pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup
(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian
(kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya. Penambangan
dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila
ditambang.
Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa metode, antara lain :
a.
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah dimana batubara
tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau
menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan
ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah (Gambar 1.1). Pengupasan dengan contour stripping
akan menghasilkan jalur operasi yang bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi
seluruh sisi bukit.
Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang bertujuan untuk
mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada
tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya. Tanah penutup
tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali
kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka
lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan menimbun
tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup blok 4
dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok
5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan
seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2). Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah
lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.
c.
Metode haulback ini (Gambar 1.3 dan 1.4) merupakan modifikasi dari konsep block-cut, yang
memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini
membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan
overburden secara efektif.
d.
Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah penutup yang sudah digali,
ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu
tanggul-tanggul yang rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah
timbunan.
Metode mountaintop removal method ini (Gambar 1.6) dikenal dan berkembang cepat, khususnya
di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas
seluruhnya, sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.
3)
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat permukaan pada daerah
mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang
mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.
a.
Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal sehingga penggalian lapisan
tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan
tanah penutup ini ditimbun di belakang daerah yang sudah ditambang (Gambar 1.7).
b.
Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 1015 m di bawah permukaan tanah.
Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi empat. Lapisan tanah penutup
ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar
ini dilakukan sampai seluruh endapan tergali (Gambar 1.8).
Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi daerah penambangan
dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini terbatas untuk endapan batubara dengan
tebal lapisan tanah penutup maksimum 12 m. Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer.
Tanah hasil penggalian kemudian didorong pada daerah yang berdekatan dengan daerah
penggalian (Gambar 1.9).
4)
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip) yang
besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya cukup
tebal.
a. Lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan (single
seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yang telah dapat
ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan (Gambar 1.10).
a.
Lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah penutup dan
penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia
dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya
(Gambar 1.11).
Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun penggalian batubaranya, digunakan
sistem jenjang (benching system).
Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu:
-
Longwall
1.2.1
Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara sebagai penyangga
alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana penurunan (subsidence) tidak diijinkan.
Layout Metode Room and Pillar
1.2.2
Longwall
Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panel-panel penambangan dimana ambrukan
batuan atap diijinkan terjadi di belakang daerah penggalian. Layout Metode Longwall dapat
dilihat pada Gambar 1.13. Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara manual maupun
mekanis.
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan dinding
yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran
ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup.
Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan batubara
dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional.
Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit rotary
drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang
dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam
truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang mudah jika
dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah kondisi
dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi.
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan
Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya
mendekati horisontal, serta kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding
dimana auger ditempatkan, lihat Gambar 1.14 dan 1.15).
Tambahkan komentar
Memuat