Anda di halaman 1dari 4

Nilai Kejuangan Pangsar Jenderal Soedirman

Nilai Kejuangan Pangsar Jenderal Soedirman


Pangsar Jenderal Soedirman lahir pada tanggal 24 Januari 1916 atau 18 Maulud 1336 H
di desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga
Orang tuanya adalah seorang Mandor Tebu di Kalibagor Banyumas yang bernama Karsid
sedang Ibunya bernama Siyem. Sejak bayi dijadikan anak angkat oleh R. Cokrosunaryo, Asisten
Wedana (Camat) di Rembang Purbalingga.
Pendidikan : Hollandsch Inlandsche School (HIS), HIS Taman Siswa, HIS Wiworotomo, Meer
Uitgereid Lage Onderwijs (MULO) Wiworotomo.
Nilai Kejuangan Pangsar Jenderal Soedirman itu adalah :
1. Pangsar Jenderal Soedirman Sang Mubaligh
Walaupun secara formal beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren, tetapi
bakat dan pengalamannya sering berpidato ia terdorong untuk menjadi seorang Dai yang cukup
terkenal di wilayah Cilacap, Banyumas dan sekitarnya.
Dalam berdakwah beliau lebih menekankan pada ajaran tauhid, kesadaran beragama, dan
kesadaran berbangsa.
2. Pangsar Jenderal Soedirman Sang Pendidik
Beliau menyadari bahwa sebagai lulusan MULO tidak berwenang menjadi guru, tetapi
beliau ingin menjadi guru agar dapat mendidik generasi muda bangsa di HIS Muhammadiyah.
Pangsar Jenderal Soedirman berkeinginan agar siswa-siswanya memiliki jiwa tangguh,
berani, tetapi rendah hati, jujur dan konsisten, memiliki semangat juang dan nasionalisme. Hal
ini penting karena guna menanamkan kepada siswa-siswanya untuk memiliki kesadaran
berbangsa dan menjunjung tinggi tanah airnya.
3. Pangsar Jenderal Soedirman Sang Demokrat
Sewaktu menjadi guru di HIS Muhammadiyah sifat demokratnya nampak pada waktu
kegiatan belajar mengajar di depan murid-muridnya. Dalam menyampaikan materi tidak
monoton, tetapi divariasikan dengan tanya jawab kepada murid.
4. Pangsar Jenderal Soedirman Sang Prajurit
Pada waktu menjadi komandan PETA Pangsar Jenderal Soedirman mencerminkan sifatsifat kebapakan, sehingga menjadi kebanggan anggota PETA. Para anggota PETA merasa
dilindungi dan juga masyarakat segan serta hormat kepada kepemimpinan Pangsar Jenderal
Soedirman karena beliau adalah pemimpin yang kharismatik.
Pangsar Jenderal Soedirman Sebagai Panglima Besar TKR
Pangsar Jenderal Soedirman Memimpin Pertempuran Ambarawa
Pangsar Jenderal Soedirman Mengatur Siasat Perang Gerilya
Pangsar Jenderal Soedirman Menghindari Perburuan Belanda
Pangsar Jenderal Soedirman Memimpin Langsung Perang Gerilya (Markas Perang Gerilya)
Pangsar Jenderal Soedirman Kembali ke Yogyakarta

BAB IV Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang sangat kuat untuk
kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi.
Wawasan berarti cara memandang, cara meninjau, cara melihat, cara tanggap inderawi.
Bangsa adalah sekelompok manusia yang : memiliki cita-cita yang sama; memiliki
sejarah yang sama; memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama; memiliki karakter dan perangai
yang sama; menempati wilayah yang sama; terorganisir dalam suatu pemerintahan berdaulat.
Konsep kebangsaan dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam
Pancasila sebagaimana terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945.
Wawasan Kebangsaan di mulai sejak timbulnya kesadaran kebangsaan yang di tandai
dengan berdirinya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908, lalu Sumpah Pemuda tanggal 28 0ktober
1928, dan puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945.
Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul,
keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kedudukan maupun status sosial.
Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalahsuatu paham yang menyatakan bahwa
loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi (supreme secular loyality) dari setiap warga bangsa
kepada negara bangsa.
Nasionalisme pada setiap bangsa diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang berkembang dalam
masyarakatnya masing-masing, sehingga memeberikan ciri khas atau jati diri bagi masingmasing bangsa
Bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang
akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.
Wawasan Kebangsaan dan Tantangannya :
1. Ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi terutama di
kalangan generasi muda. Seringkali sifat materialistik telah menggantikan idealisme.
2. Ada kekhawatiran ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat gejala yang terjadi di
berbagai negara. Paham kebangsaan merosot menjadi paham kesukuan.
3. Ada keprihatinan adanya upaya untuk melarutkan pandangan hidup bangsa ke dalam pola pikir
yang asing untuk bangsa kita.
Peningkatan kualitas pengamalan Wawasan Kebangsaan perlu selalu dipupuk,
dikembangkan, dimasyarakatkan, dibudidayakan, serta didukung oleh institusi politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Kesadaran kebangsaan bersifat dinamis, artinya ia bisa tumbuh dengan mantap jika
kondisinya sesuai, tetapi bisa juga merosot jika kondisinya tidak sesuai.
Wawasan kebangsaan mempunyai tiga dimensi yaitu : rasa kebangsaan, paham
kebangsaan, dan semangat kebangsaan.

Rasa Kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yaitu rasa persatuan dan kesatuan yang
lahir secara alamiah karena kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, serta
aspirasi perjuangan masa lampau dan masa kini.
Paham kebangsaan atau nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa
loyalitas terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukkan kepada negara dan
bangsa.
Rasa kebangsaan dan paham kebangsaan secara bersamaan akan menumbukan semangat
kebangsaan (patriotisme) yang merupakan tekad sejati seluruh masyarakat bangsa itu untuk
membela dan rela berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara.
Membangun wawasan kebangsaan Indonesia pada setiap diri anak bangsa.
Dengan ciri : Ada rasa ikatan yang kokoh dalam satu kesatuan dan kebersamaan diantara sesama
anggota masyarakat, saling membantu antara sesama komponen bangsa, tidak membangun
primordialisme dan ekslusifisme, membangun kebersamaan, mengembangkan sikap berpikir dan
berperilaku positif, senantiasa berpikir jauh ke depan.
Wawasan kebangsaan untuk menghadapi perang modern.
Perang Modern adalah masalah eksternal yang mempengaruhi beberapa masalah internal
negara sasaran. Oleh karena itu perlu memahami perkembangan lingkungan strategis yang
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara Indonesia yaitu :
1. Lingkungan Global
Pemaksaan nilai, norma dan kepentingan universal justru kadang bertentangan dengan
prinsip demokrasi.
Globalisasi adalah bentuk baru penjajahan oleh negara agresor terhadap negara-negara
sasaran yang dikemas dalam skenario perang modern.
2. Lingkungan Regional
Tidak ada satu negarapun yang mau membantu Indonesia secara tulus dalam menghadapi
berbagai permasalahan, sehingga bangsa Indonesia harus bisa menolong dirinya sendiri dengan
cara mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dan itu hanya dapat dicapai bila bangsa
Indonesia dalam satu perspektif wawasan kebangsaan.
3. Lingkungan Nasional
Agenda Reformasi yang berorientasi pada isu-isu global justru kontraproduktif dengan
harapan rakyat dan inkonsisten terhadap idealisme perjuangan bangsa. Sehingga menimbulkan
kerusuhan sosial dan konflik di hampir seluruh penjuru tanah air, seperti :
Ide separtisme muncul kembali, timbulnya rivalitas politik yang semakin tajam,
komunikasi politik semakin sulit mencair, menguatnya isu kedaerahan akibat kesalah pahaman
otonomi daerah, menguatnya primordialisme, apresiasi Pancasila sebagai ideologi semakin
menipis dan menjadi formalitas belaka.
Demokrasi bukan tujuan utama yang ingin dicapai bangsa Indonesia, tetapi hanya sebagai
alat untuk mencapai kepentingan nasional dan bukan sebaliknya kepentingan nasional
dikorbankan untuk sekedar mempraktekkan demokrasi.
Perang Modern

Perang modern tahap I


Penjajahan Paradigmatis, yaitu merubah pandangan dan tata kehidupan negara sasaran
sesuai dengan nilai, norma, dan kepentingan negara agresor.
Perang modern tahap II
Perang ini dilakukan apabila perang I tidak berhasil. Dimana negara agresor
meningkatkan tekanannya dengan menciptakan sel-sel perlawanan di segala bidang, seperti sel
bersenjata, sel klandestin, sel politik, sel hukum dan HAM, sel pendukung (media massa dan
LSM).
Perang modern tahap III
Perang ini dilakukan apabila aksi sel-sel perlawanan gagal untuk memaksa negara
sasaran untuk mengikuti kemauan negara agresor sehingga perang modern tahap III dilakukan,
yaitu berupa invasi militer negara agresor bersama koalisinya.
Diposkan 18th August 2012 oleh KREASI ANAK OCE RT 07
http://belajarilmuhukumoch.blogspot.com/2012/08/nilai-kejuangan-pangsar-jenderal.html
waktu : Selasa, 11 Maret 2014 , jam 01.07 WIB

Anda mungkin juga menyukai