Anda di halaman 1dari 8

DI SUSUN OLEH:

RENI KARMILA
07.040.84
PEMBIMBING : ERFANDI

DEPRESI DAN BUNUH DIRI PADA LANSIA


1.Depresi Pada lansia
A.Pengertian
Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan. Dapat di
gunakan untuk menunjukan berbagai fenomena, tanda, gejala sindrom, keadaan emosional,
reaksi, penyakit atau klinik yang terjadi pada lansia ( usia 40 tahun ke atas ) hal ini biasanya
disebabkan ketidakmampuan pola piker lansia menerima kenyataan-kanyataan yang
mengenai lingkungan, keluarga, kekurangan diri dan lain-lain.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis
seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, penyesalan patologis
.Depresi juga dissertai dengan komponen somatic, seperti anoreksia konstipasi, tekanan
darah dan nadi menurun.
B.Tanda dan gejala depresi pada lansia
individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya memnurun
berfikirnya sangat lambat
kepercayaan dirinya menurun
semangat untuk hidup hilang
kelelahan yang sangat dank insomnia
terjadi gangguan fisik seperti : sakit kepala, gangguan pencernaan,rasa sesak di
dada hingga keinginan untukk bunuh diri yang sangat
Salah satu gejala depresi adalah fikiran dan gerak motorik yang lamban (retardasi)
psikomotor, fungsi kognitif, aktifitas mental emosional untuk pelajar, menngingat,
meerencanakan, menciptakan.
Jadi deprersi yang terjadi pada lansia mencakup 2 hal yaitu menurunnya aktifitas fisik
dan perubahan suasana hati.perubahan perilaku lansia yang depresi berbeda-beda dari yang
ringan sampai pada kesulitan-kesulitan yang meendaalmm diseertai kesedihan, tubuh lunglai,
gaya gerak lambat
C.Proses terjadinya depresi
Depresi pada lansia kemungkinan akan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi
pada diri lansia pada fase tersebut akan terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke
penuaan fungsi. Proses mejadi tua menhadapkan lansia pada salah satu tugas yang sulit dalalm
perkembangan hidup manusia. Beberapa massalah pada lansia

keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga bergantung pada orang lain
status ekonomi yang tidak memadai sehingga cukup beralasan untuk melakukan
perubahan besar pada hidupnya
menentukan kondisi fisik yang sesuuai dengan kondisi ekonominya
mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal, hilang atau cacat
mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah
mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dirancang untuk orang dewasa
mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan ynag sesuai dengan orang yang berusia
lanjut dan memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat
dengan kegiatan yang lebih cocok

D Penyebab terjadinya depresi


Dalam kehidupan individu ada priode-priode kritis yang berpengaruh pada
perkembangan mental individu itu sendiri, kurangnya kasih sayang dan perhatian dari
figure yang penting bagi individu pada periode kritis akan mempengruhi depresi pada
masa yang akan datang . pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurang
kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi lebih
tinggi dari pada orang yang tidak mengalami situasi demikian. Depresi dapat tmbul dari
beberapa factor baik dari dalam maupun luar
Marah dan benci pada pasangan yang telah meninggalkannya
Rasa bersalah dan kehilangan pasangan
Lingkungan dan keluarga yang tidak sesuai dengan individu
Depresi pada lansia tersering disebabkan karena mereka kehilangan pasangan
baik passangan itu meninggal, atau pergi. Selain itu depresi dapat disebabkkan karena
gaya hidup yang tidak sesuai keinginan dan keinginan memiliki anak yang tidak tercapai.
Harapan-harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi
kegagalan dan individu menyalahkan diri sendiri.
E. Aspek Depresi
1. aspek emosional
perasaan kesal dan marah
perasaan ini menggambarkan keadaan sedih , bosan dan kesepian yang dialami
individu baik yang sementara maupun terus menerus
perasaan negatif terhadap diri sendiri
perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas
hanya berbeda ini di tujukan pada diri sendiri
hilangnya rasa puas
maksudnya dalah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.maksudnya dalah
kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.perasaan ini dapat terjadi pada setiap
kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial seperti aktifitas yang
menuntut adanya tanggung jawab
hilangnya keterlibatan emosional

keterlibatan emosional dalam melakukan suatu pekerjaan atau hubungan dengan


orang lain hal ini disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini di manifestasikan
dalam maktifitas tertentu , kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap
orang lain
kecenderunggan untuk menangis di luar kemauan. Gejala ini banyak di alaami
oleh penderita depresi khususnya wanita.
2. Aspek kognitif
Rendahnya evaluasi diri
Citra tubuh yang terdistorsi, hal iini sering terjadi pada wanita lansia , mereka
merasa dirinya jelek dan tidak menarik
Harapan yang negative
Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri
3. Aspek motifasional
Meliputi pengalaman yang di sadari penderita yaitu tentang usaha, dorongan dan
keinginan, cirri utamanya adalah sifat regresif motifasi penderita penderita tampaknya
menarik diri dari aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab inisiatif bertindak
atau adanya energi yang kuat
2.BUNUH DIRI PADA LANSIA
A.Pengertian bunuh diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain
Bunuh diri pada lansia adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang lanjut usia
untuk memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang di
anggap tidak dapat di tangani.
Bunuh diri adalah tidakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam
keadaan stress yang tinggi dan menggunakan koping yang mal adaptif
. Orang-orang tua berisiko tinggi untuk bunuh diri daripada kelompok umur lainnya.
Tingkat bunuh diri pada orang kulit putih yang berusia lebih dari 65 tahun lima kali lebih
tinggi daripada populasi yang lainnya. Sepertiga dari lansia melaporkan bahwa kesepian
dan kesendirian merupakan alasan dasar untuk bunuh diri. Kira-kira 10% dari lansia
dengan ide-ide untuk bunuh diri melaporkan bahwa masalah keuangan, kesehatan yang
buruk atau depresi merupakan alasan timbulnya pemikiran untuk bunuh diri. Sekitar 70%
percobaan bunuh diri dilakukan dengan cara meminum obat-obatan sampai overdosis dan
20% dengan cara mengiris atau melukai tubuh mereka.
B.Pembagian bunuh diri
Perilaku bunuh diri biasanya di bagi menjadi tiga kategori,yaitu:
i. ancaman bunuh diri
peringatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri.Orang tersebut mungkin menunjukan secara verbal bahwa ia tidak akan
beradadisekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara non
verbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan-pessan ini
harus diperhatikan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancamamn menunjukkan

ambivalensi tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat di tafsirkan sebagai


dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
ii.
Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang di arahklan pada tidakakn bunuh diriyang dilakukan oleh individu
yang mengarah pada kematian jika tidak di cegah.
iii.
bunuh diri
mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.orang yang
melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati
jika tanda-tanda tersebut tidak di ketahui tepat pada waktunya.

Menurut Durkheim (dalam Lyttle, 1986 & Nevid., dkk., 1997) yang konsern mengkaji
bunuh diri dengan menggunakan perspektif sosiologi, menyebutkan jika bunuh diri terdiri
atas beberapa prinsip tipe. Beberapa prinsip tipe tersebut adalah :
1. Anomic Suicide. Kondisi ketidaknormalan individu berada pada posisi yang sangat
rendah, individu adalah orang yang terkatung-katung secara sosial. Anomic suicide adalah
hasil dari adanya gangguan yang nyata. Sebagai contoh, seseorang yang tiba-tiba harus
kehilangan pekerjaannya yang berharga kemudian melakukan tindakan bunuh diri
termasuk ke dalam tipe ini. Anomie disebut juga kehilangan perasaan dan menjadi
kebingungan.
2. Egoistic Suicide. Kekurangan keterikatan dengan komunitas sosial atau masyarakat, atau
dengan kata lain individu kehilangan dukungan dari lingkungan sosialnya atau
masyarakat. Sebagai contoh, orang-orang yang sudah lanjut usia (elderly) yang
membunuh diri mereka sendiri setelah kehilangan kontak atau sentuhan dari teman atau
keluarganya bisa dimasukkan ke dalam kategori ini.
3. Altruistic Suicide. Pengorbanan diri (self-sacrifice) sebagai bentuk peran serta sosial dan
untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat, sebagai contoh kamikaze atau seppuku
di jepang. Tipe ini disebut juga formalized suicide
4. Fatalistic Suicide. Merupakan bunuh diri sebagai akibat hilangnya kendali diri dan
merasa jika bisa menentukan takdir diri sendiri dan orang lain. Bunuh diri massal yang
dilakukan oleh 39 orang anggota Heavens Gate cult adalah contoh dari tipe ini.
Kehidupan 39 orang ini berada di tangan pemimpinnya.
5. Meyer (1996) memaparkan beberapa tipe bunuh diri yang merupakan pengembangan atas
tipe-tipe bunuh diri yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Berikut pemaparannya :
6. Realistic. Bunuh diri yang dipercepat oleh tiap-tiap kondisi sebagai suatu prospek dari
rasa sakit yang mendahului suatu kesungguhan untuk mati.
7. Altruistic. Perilaku-perilaku mengabdi dari suatu individu terhadap kelompok ethic yang
memerintahkan atau mengharuskan indvidu tersebut untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
8. Inadvervent. Individu membuat sikap seolah-olah akan melakukan bunuh diri agar bisa
mempengaruhi atau memanipulasi seseorang, tetapi sebuah kesalahan pengambilan
keputusan akan membawa kekondisi fatal (kematian) yang tidak diharapkan.
9. Spite. Hampir mirip dengan inadvervent suicide. Bunuh diri ini terfokus pada seseorang,
tetapi keinginan untuk membunuh diri sendiri adalah sungguh-sungguh, dan hal tersebut

dilakukan dengan harapan agar orang lain atau seseorang benar-benar menderita karena
adanya perasaan bersalah.
10. Bizzare. Keinginan bunuh diri dari suatu individu adalah hasil dari adanya halusinasi
(seperti adanya suara yang memerintahkan untuk melakukan bunuh diri) atau delusi
(seperti adanya kepercayaan bila bunuh diri akan merubah dunia).
11. Anomic. Bunuh diri yang terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam kondisi ekonomi
dan sosial (seperti dengan tiba-tiba kehilangan pendapatan atau pekerjaan). Secara nyata
hal ini akan mengubah situasi kehidupan individu. Ketidakmampuan untuk melakukan
coping yang baik, bisa mengakibatkan bunuh diri.
12. Negative self. Depresi yang kronis dan gangguan perasaan yang kronis menghasilkan
percobaan bunuh diri yang berulang yang pada akhirnya menjadi faktor terdepan menuju
kondisi yang fatal.

C.Faktor pencetus
Lima dominan factor risiko ( kotak 12.2 ) menunjang pada perilaku destruktif diiri
sepanjang siklus kehidupan
Kotak 12.2
Factor-faktoor risiko bunuh diri
Psikososial dan kinik
Keputusasaan
Ras kulit putiih
Jenis kelamin laki-laki
Usia lebih tua
Hiidup sendiri
Riwayat
Pernah mencoba buunuh diri
Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
Riwayat keluarga tentang penyalah gunaan zat
Diagnostik
Riwayat medik umum
Psikosis
Penyalah gunaan zat
1. diagnosa psikiatrik__ lebih dari 90 % lansia yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri mempunyai hubungandengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko bunuuh diri yaitu ganguan afektif, penyalah gunaan zat dan
skizofrenia
2. sifat kepribadian________ tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsive, dan depresi.
3. lingkungan psikososial______ baru mengalami kehilengan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan social merupakan factor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.

4. Riwayat keluarga _________ riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan factor risiko penting untuk destruktif.
5. Faktor biokomia _____________ data menunjukan bahwa secara serotonegik, apiatergik,
dan dopaminergik menjadi media pross yang dapat menimbullkan perilaku destruktif diri
lansia.
Cook dan Fontain (dalam Keliat, 1994) menerangkan penyebab bunuh diri berdasarkan
golongan umur. Cook dan Fontain menyebutkan bahwa penyebab bunuh diri pada lansia sebagai
berikut :
Penyebab bunuh diri pada lanjut usia (Hendlin)
Perubahan situasi dari mandiri keketergantungan
Penyakit yang menurunkan kemampuan fungsi
Perasaan tidak berarti di masyarakat
Kesepian dan isolasi sosial
Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
Sumber hidup berkurang

D.Stresor pencetus
Perilaku destruktiif diri dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang di alami
individu. Pencetuenya sering kali berupa kejadian kehidupan yang memalukan,
seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan,
atau ancaman pengurungan. Selain itu mengetahui seseorang yang telah mencoba
atau melakukan bunuh diri atau membaca melalui media dapat juga membuat
individu makin rentan untuk melakukan perilaku destruktif diri.
E.Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku destruktif diri. Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
bunuh diri. Kualitas hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup.dilema
etik mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku
merusak diri.tidak ada jawaban yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini
F.Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tak
langsung adalah
1.denial, mekanisme koping yang paling menonjol
2. rasionallisasi
3. intelektualisasi
4.regresi
mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya di tantang tanpa memberikan cara koping
yang alternative. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada di antara individu dan bunuh
diri.

Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme kopping.


Ancaman bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalh. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif.

G. Bunuh Diri dalam Perspektif Teori-Teori Psikologi


Teori-teori psikologi tentang bunuh diri, fokus pada pikiran dan motivasi dari orang-orang yang
melakukan percobaan bunuh diri (Barlow & Durand, 2002). Teori-teori psikologi humaniseksistensialis misalnya, menghubungkan bunuh diri dengan persepsi tentang hidup yang sudah
tidak mempunyai harapan atau tidak mempunyai tujuan yang pasti. Beck (dalam Halgin &
Whitbourne, 2003) mengatakan bahwa bunuh diri adalah ekspresi dari hilangnya harapan yang
dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stres.
Shneidman (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) menyatakan bahwa individu yang mencoba
bunuh diri adalah individu yang mencoba untuk mengkomunikasikan rasa frustrasinya kepada
seseorang yang dianggap penting oleh individu tersebut. Secara garis besar bunuh diri dalam
tinjauan psikologis dibahas dengan menggunakan pendekatan teori psikodinamik, teori kognitifbehavior dan teori gangguan mental.
Teori Psikodinamik
Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang individu adalah
merupakan masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang mempunyai agresifitas yang
tinggi dalam menyerang dirinya sendiri (Meningger, dalam Meyer & Salmon, 1998). Konsep
Freud tentang insting mati (death instinct), thanatos, merupakan konsep yang mendasari hal
tersebut dan menjadi pencetus bagi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Teori
Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab individu
tersebut melakukan bunuh diri (Meyer & Salmon, 1998).
Freud menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan kepada dirinya
sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang berada pada kondisi seperti hal
tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih
besar jika orang yang depresi berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang
meninggalkannya. Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada
dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri.
Teori ini menyatakan jika bunuh diri merujuk pada suatu manifestasi kemarahan kepada orang
lain. Teori psikodinamik menyepakati atau menghendaki orang-orang yang bunuh diri jangan
mengekspresikan kemarahannya ke dalam catatan atau surat, karena mereka tidak akan bisa
mengekspresikan emosi tersebut dan mengembalikan perasaan tersebut kepada diri mereka.
Aliran-aliran psikodinamik terbaru yang muncul, masih terfokus pada kemarahan pada diri
sendiri sebagai inti permasalahan atau penyebab terjadinya tindakan bunuh diri atau usaha bunuh
diri (Maltsberger, dalam Hoeksema, 2001).
Teori Kognitif-Behavior

Teori kognitif-behavior meyakini jika kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap memberikan


kontribusi terhadap terjadinya perilaku bunuh diri. Konsistensi prediksi yang tinggi dari variabel
kognitif terhadap bunuh diri adalah kehilangan harapan (hopelessness), perasaan jika masa depan
sangatlah suram dan tidak ada jalan untuk menjadikan hal tersebut menjadi lebih baik atau positif
(Beck, dkk., dalam Hoeksema, 2001). Adanya pemikiran yang bercabang (dichotomous
thinking), kekakuan dan ketidak luwesan dalam berpikir menjadi penyebab seseorang bunuh diri.
Kekakuan dan ketidak luwesan tersebut menjadikan seseorang kesulitan dalam menemukan
alternatif penyelesaian masalah sampai perasaan untuk bunuh diri yang dirasakan oleh orang
tersebut menghilang.
Karakteristik perilaku yang menunjukkan atau yang menjadi penyebab seseorang melakukan
bunuh diri adalah impulsifitas. Perilaku ini (impulsif), akan semakin berisiko jika
terkombinasikan dengan gangguan psikologis yang lain, seperti depresi atau tinggal di
lingkungan dengan potensi untuk menghasilkan stres yang tinggi (Hoeksema, 2001).

Referensi :
stuart gail wiscarz dan sundeen sandra J.1995.Keperawatan Jiwa.jakarta:EGC
www.depresi dan bunuh diri pada lansia.com
Departemen Kesehatan RI. 1999. Manajemenn Upaya Kesehatan Usia Lanjut di
Puskesmas. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai