Anda di halaman 1dari 3

Penyakit Gudik

GUDIK
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam
hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur dan
pakaian.
Sarcoptes scabiei adalah kutu (atau tungau) mungil berwarna putih transparan, berbentuk
bulat lonjong. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan si jantan setengah dari
ukuran betina. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar
dan kelembaban 40-80%.

Kutu Sarcoptes scabei dalam mikroskop elektron


Cara berkembang biak dan penularan:
Setelah membuahi kutu betina maka si pejantan mati. Kutu betina yang sudah dibuahi akan
membuat liang terowongan di kulit, kemudian bertelor sekitar 40-50 butir telor, dan akan
menetas setelah sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan
kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16-17 hari. (referensi lain
menyebutkan 10-14 hari)
Penularan terjadi melalui:

Kontak langsung, kontak seksual

Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian.

TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:

Rasa gatal terutama waktu malam hari.

Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.

Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak,
daerah payudara, sekitar pusar dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat.
Sedangkan pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, sela-sela jari kaki dan telapak
kaki.
Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur kemaluan.
DIAGNOSA
Penetapan diagnosa skabies (gudik) berdasarkan riwayat gatal terutama pada malam hari dan
adanya anggota keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita ( ini menunjukkan
adanya penularan ).
Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal
dan arena penyebarannya.
Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk
melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya.
PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei dan mengurangi keluhan
gatal serta penyulit yang timbul karena garukan.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang
terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat garukan.
TIPS dan ANJURAN

Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat
bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan.

Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas.

Mandi teratur dengan sabun.

Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang
kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara
serempak agar tidak terjadi penularan ulang.

Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies
(gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara
serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.

PENGOBATAN TRADISIONAL
Untuk pengobatan luar, cukup ambil daun, kulit, batang, atau akar salam seperlunya. Cuci
bersih, lalu giling halus sampai menjad adonan seperti bubur. Balurkan ke tempat luka,
kemudian dibalut.

Obat Untuk Gudik atau Skabies

Sahabat frenita, memang tidak enak kalau kita mengalami gatal pada malam hari. Lagi asyikasyiknya istirahat, eh malah disibukkan dengan garuk-garuk sela-sela jari tangan sampai
berair.
Mungkin sahabat frenita juga pernah mengalaminya ya? ayo ngaku.. ini yang orang jawa
sering bilang sebagai GUDIK ataupun dalam bahasa medis sebagai SKABIES. Penyebabnya
yaitu Kutu yang bernama Sarcoptes scabei.
Menurut Purba Kuncara, seorang dokter umum yang bertempat tinggal di Malang, Jawa
Timur, biasanya penyakit ini dialami oleh orang-orang yang tinggal di pondok ataupun
asrama. Dan biasanya anak-anak. Kenapa demikian? karena dikaitkan dengan higiene
individu. Misalnya, sering memakai handuk secara bersamaan, padahal seorang temannya
tengah terkena skabies. Nah loh
Lokasi yang paling sering terkena adalah di sela-sela jari tangan, siku bagian dalam, lipak
ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah payudara, sekitar
kelamin dan pinggang. Nah, pada pria sangat khas ditemukan pada penis, sedang pada wanita
di sekitar aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan
telapaknya.
Pengobatan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk membasmi skabies
(mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat
tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama, dll).
Untuk pasien dewasa, biasa diberikan gama benzen heksa klorida atau sering disebut
dengan gameksan, atau mereknya di pasaran adalah Scabisid. Obat ini tidak dianjurkan
pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil. Pemberian cukup sekali pada malam hari
(sekali saja), tapi bila gejala masih ada, boleh diulangi seminggu kemudian dan
pemberiannya juga cukup sekali.
Permetrin 5% dalam bentuk krim, atau mereknya di pasaran adalah Scabimite, boleh dipakai
untuk bayi di atas 2 bulan karena obat tersebut kurang toksik dibandingkan gameksan. Tetapi
efektivitasnya sama. Pemberian dioleskan cukup sekali, biasanya malam hari dan didiamkan
selama 10-12 jam, kemudian pagi harinya dicuci bekas salepnya/dimandikan. Bila belum
sembuh, boleh diulangi setelah seminggu.
Obat yang diminum untuk menghilangkan rasa gatal, bisa dengan meminum antihistamin oral
(CTM, loratadin atau cetirizin). CTM boleh diberikan 1-3 x/hari, sedang loratadin atau
cetirizin cukup 1 x sehari pada malam hari.
Segera obati jika ada anggota keluarga atau teman asrama yang terkena skabies karena
penyakit ini sangat menular. Dan jangan lupa, untuk merendam dengan air panas semua
pakaian yang digunakan oleh penderita, termas uk handuk. Juga kasur harus sering dijemur,
imbuhnya.

Anda mungkin juga menyukai