Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan lembar tugas mandiri ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga lembar tugas mandiri ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga lembar tugas mandiri ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi lembar tugas mandiri ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Lembar tugas mandiri ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan lembar tugas mandiri ini.

Depok, 11 Mei 2015

Penyusun

Lembar Tugas Mandiri

FAKTOR FAKTOR PEMBENTUKAN BANGSA


Bangsa adalah persatuan sekelompok besar manusia yang memiliki
kesadaran hidup bersama dalam ikatan politik kenegaraan, yang ditimbulkan oleh
beberapa faktor persamaan. Proses bersatu dalam kelompok besar manusia yang
berbagai suku bangsa dari berbagai pulau di Nusantara yang kemudian diperbesar
dengan keturunan asing, merupakan kodrat manusia dalam hidup bersama,
berkeinginan yang kuat untuk hidup bersama dan bersatu dalam satu kesatuan
sekelompok manusia. Pancasila dalam berbangsa sebagai filsafat hidup bangsa,
yang merupakan inspirasi pembentukan bangsa indonesia yaitu cita-cita yang kuat
untuk hidup bersama dalam satu negara.
Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat berkaitan dengan identitas
yang menyatukan masyarakat. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1.Primordial yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan,
kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat istiadat.
2.Sakral dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut oleh
masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu ideologi doktrin
yang kuat dalam masyarakat, sehingga keterkaitannya dapat menimbulkan
bangsa.
3.Tokoh menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi masyarakat,
tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan misi-misi bangsa.
4.Sejarah merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena sejarah dan
pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan melahirkan solidaritas
sehingga memungkinkan untuk membentuk satu tekad dan satu tujuan antar
kelompok masyarakat.
5.Perkembangan Ekonomi dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa karena
semakin meningkatnya perkembangan ekonomisemakin beragam pula
kebutuhan

masyarakat

sehingga

membuat

masyarakat

semakin

ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan membuat
masyarakat ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa bansa sebagai jalan
untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.

Unsur-unsur yang merupakan faktor-faktor penting bagi pembentukan dan


pembinaan bangsa Indonesia antara lain (menurut Ismuwan,1981) ada 5 faktor
yaitu :
1. Persamaan asal keturunan bangsa (etnis), yaitu bangsa indonesia berasal
dari rumpun bangsa melayu, yang merupakan bagian dari ras mongoloid dan
kemudian diperkaya oleh variasi percampuran darah antar ras.
2. Persamaan pola kebudayaan, terutama cara hidup suatu suku-suku bangsa
petani dan pelaut dengan segala adat istiadat dan perantara sosialnya,
manifestasi persamaan budaya itu jelas nyata sekarang dalam wujud
persamaan bahasa nasional : bahasa Indonesia.
3. Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan nama khas Tanah Air,
Nusantara, yaitu tanah tumpah darah seluruh bangsa yang merupakan satu
kesatuan wilayah laut yang didalamnya terhimpun beribu-ribu pulau.
4. Persamaan nasib kesejahteraannya, baik kejayaan bersama dimasa
kerajaan-kerajaan besar zaman bahari Sriwijaya dan Majapahit, maupun
penderitaan bersama dikala meringkuk dibawah dominasi penjajah asing.
5. Persamaan cita-cita hidup bersama sebagai kesadaran dari inspirasi
kenangan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat serta membangun
negaranya dalam ikatan kesatuan dan persatuan Indonesia.
Dengan uraian diatas maka bangsa indonesia adalahsekelompok besar
manusia Indonesia baik asli maupun keturunan asing, yang berbeda-beda dalam
bersuku-suku bangsa, berbagai agama dan berbagai aliran politik, yang beraneka
ragam yang bersatu untuk hidup bersama sebagai satu kesatuan bangsa besar yaitu
bangsa Indonesia.
Berikut ini merupakan faktor-faktor pemersatu bangsa Indonesia sebagai
perekat persatuan.
1. Latar Belakang Sejarah Bangsa Indonesia
Terjadinya negara Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan,
penggabungan, pemecahan atau penyerahan. Bukti menunjukan bahwa negara
Indonesia terbentuk melalui proses perjuangan, yaitu perjuangan melawan
penjajahan sehingga berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Usaha mendirikan negara melalui perjuangan sangat membanggakan diri

seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berbeda bila bangsa Indonesia mendapatkan
kemerdekaan karena diberi oleh bangsa lain.
2. Pancasila dan UUD 1945
Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai
kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari
jika kita mengadakan perbandingan dengan keadaan masyarakat nasional di
banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir bersamaan waktu
dengan kita. Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar oleh
sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim
sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya
kesenjangan sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum
dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya Pancasila.
3. Simbol-Simbol/Lambang-Lambang Persatuan Bangsa
Contoh simbol-simbol/lambang-lambang pemersatu bangsa Indonesia
yaitu Bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia, Lagu kebangsaan yaitu
Inonesia raya, lambang negara yaitu Garuda Pancasila dan Bendera
kebangsaan yaitu bendera merah putih.
4. Kebudayaan Nasional
Tersebarnya budaya daerah tertentu ke wilayah lain di Nusantara
tetunya memungkinkan terjadi persaingan antarbudaya daerah tersebut. Hal
ini perlu disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan dalam dalam
hal ini pemerintah. Kalau dibiarkan pergesekan antarbudaya daerah tersebut,
dikhawatirkan akan menjadi pemicu di sintegrasi bangsa. Apalagi Indonesia
memiliki banyak pulau dan banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan
berimbas kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan
bangsa yang berbeda budaya, yaitu salah satunya dengan mempersatukan
bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.

MASALAH-MASALAH YANG SERING DIHADAPI OLEH


MASYARAKAT PLURALISME
Masyarakat indonesia dan kompleks kebudayaannya masing-masing
plural (jamak ) dan heterogen (anekaragam). Pluralitas sebagai kontradiksi dari
singularitas mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan,
yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak bisa di satu
kelompokkan satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kebudayaan
mereka, sementara heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas
mengindikasi suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidak samaan dalam
unsur-unsurnya.
Hambatan-hambatan yang potensial dimiliki oleh suatu masyarakat yang
plural dan heterogen juga dapat ditentukan dalam banyak aspek lainnya : struktur
sosial yang berbeda aka menghasilkan pola dan proses pembuatan keputusan
sosial yang berbeda, pluralitas danheterogenitas seperti diuraikan diatas juga tanpa
memperoleh tantangan yang sama kerasnya dengan tantangan terhadap upaya
untuk

mempersatukannya

melalui

konsep

negara

kesatuan

yang

mengimplikasikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara


sentralistik.
Masyarakat Indonesia yang majemuk yang terdiri dari berbagai budaya,
karena adanya berbagai kegiatan dan pranata khusus dimana setiap kultur
merupakan sumber nilai yang memungkinkan terpeliharanya kondisi kemapanan
dalam kehidupan masyarakatta pendukungnya, setiap masyarakat pendukung
kebudayaan (culture bearers) cenderung menjadikan kebudayaannya sebagai
kerangka acuan bagi perikehidupannya yang sekaligus untuk mengukuhkan jati
diri sebagai kebersamaan yang berciri khas (Fuad Hassan, 1998). Sehingga
perbedaan antar kebudayaan, justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar
identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat
dalam tatanan sosial agama, dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek
moyang,

kebhinekaan

budaya

yang

dapat

hidup

berdampingan

secara

damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam khasanah budaya nasional
karena diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok masyarakat,

bukan berarti tidak dihiraukannya nilai-nilai lainnya melainkan kurang


dijadikannya sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan dengan
nilai

yang

diunggulkannya.

Sehingga

permasalahan multicultural

justru

merupakan suatu keindahan bila indentitas masing-masing budaya dapat


bermakna dan diagungkan oleh masyarakat pendukungnya serta dapat dihormati
oleh kelompok masyarakat yang lain , bukan untuk kebanggan dan sifat egoisme
kelompok apalagi bila diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu
misalnya digunakanya symbol-simbol budaya jawa yang salah kaprah untuk
membengun struktur dan budaya politik yang sentralistik.
Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya
persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan
kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan nasional. Diantara hubunganhubungan ini yang paling kritis adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa
dan umum local di satu pihak dan kebudayaan nasional di pihak lain. Pemaksaan
untuk merubah tata nilai atau upaya penyeragaman budaya seringkali dapat
memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah, atau yang lebih parah bila
upaya mempertahankan tersebut, justru disertai dengan semakin menguatnya
Etnosentrime. Etnosentrisme secara formal didefinisikan sebagai pandangan
bahwa kelompok sendiri adalah pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu
dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelmok sendiri. Etnosentrisme
membuat kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau
tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi
kemiripannya dengan kebudayaan sendiri, adanya. kesetiakawanan yang kuat dan
tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai dengan prasangka
terhadap kelompok etnis dan bangsa yang lain. Orang-orang yang berkepribadian
etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang mempunyai banyak
keterbatasan baik dalam pengetahuan, pengalaman, maupun komunikasi,
sehingga sangat mudah terprofokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia masih berada pada berbagai keterbatasan tersebut.
Ditambahkan oleh Budiono bahwa; Dalam masyarakat selalu bekerja dua
macam kekuatan yaitu kekuatan yang ingin menerima perubahan dan kekuatan
yang menolek adanya perubahan. Meskipun selalu terdapat dua kekuatan, namun

sejarah memperlihatkan bahwa kaum konserfatif cepat atau lambat akan terdesak
untuk memberi tempat pada adanya perobahan. Proses itu seringkali tidak
berjalan secara linier, tapi berjalan maju mundur. Konflik antara kaum progresif
dengan kaum konserfative maupun konflik diantara kaum progresif itu
sendiri. Dalam masyarakat yang sudah selesai konflik itu sudah ditempatkan
dalam suatu mekanisme yang biasanya merupakan tatanan sosial politik yang
sudah dirasionalisasikan sehingga konflik itu didorong untuk diselesaikan secara
argumentatif. Sebaliknya pada masyarakat berkembang (masyarakat yang belum
selesai) konflik itu biasanya berlangsung secara liar karena para pelakunya
masih

sama-sama

mencari

mekanisme

untuk

menyelesaikan/

mengatasi perbedaan-perbedaan di antara mereka secara rasional, susahnya


dalam bersama-sama mencari mekanisme itu masing-masing kekutan progresif
itu juga berusaha untuk mencari kekuatan yang dominan, untuk mencari dan
menentukan bentuk mekanisme penyelesaian, kadang-kadang bentuk mekanisme
itu bisa diusahakan serasional mungkin tetapi bisa saja terjadi bahwa usaha-usaha
itu dipadu dengan pemaksaan fisik.
Dengan pemahaman pada fenomena tersebut landasan sosial budaya
masyarakat Indonesia yang bercorak pada masyarakat majemuk (plural society)
perlu memperoleh perhatian dan dikaji kembali, karena ideology masyarakat
majemuk lebih menekankan pada keanekaragaman suku bangsa akan sangat sulit
untuk diwujudkan dalam masarakat yang demokratis dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Untuk mencapai tujuan proses-proses demokratisasi, ideology
harus digeser menjadi ideology keanekaragaman budaya atau multi kulturalisme,
Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa maka
yang nampak menyolok dalam kemajemukan masyarakat Indonesia adalah
penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam komunitaskomunitas suku bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan tersebut sebagai
acuan utama bagi jati diri individu. Ada sentimen-sentimen kesuku bangsaan yang
memiliki potensi pemecah belah dan penghancuran sesama bangsa Indonesia
karena masyarakat majemuk menghasilkan batas-batas suku bangsa yang didasari
oleh stereotip dan prasangka yang menghasilkan penjenjangan sosial, secara
primordial dan sobyektif. Konflik-konflik yang terjadi antar etnik dan antar

agama yang terjadi, sering kali berintikan pada permasalahan hubungan antara
etnik asli setempat dengan pendatang, konfkil konflik itu terjadi karena adanya
pengaktifan

secara

berlebihan

jatidiri

etnik

untuk

solidaritas

memperebutkan sumber daya yang ada (Hamengku Buwono X. 2001).

dalam

GAMBARAN PEMUDA INDONESIA SAAT INI TERHADAP


IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA
Ditengah gencarnya arus globalisasi yang sulit dibendung serta mudahnya
akses budaya asing yang masuk ke Indonesia, menyebabkan problem kultural
yang kian parah. Masalah cultural sebenarnya bisa mencakup banyak hal, seperti
cara berpikir, bertutur, bersikap, berperilaku, gaya hidup (lifestyle) dan
sebagainya. Selain itu, godaan gaya hidup hedonistic-kapitalistik yang notabennya
buah dari globalisasi dikalangan pemuda sangat luar biasa kuat. Parahnya, hal ini
tidak hanya terjadi pada pemuda di kota, tetapi juga pemuda di desa karena
adanya televisi. Iklan-iklan gaya hidup yang menawarkan kenyamanan dan
kenikmatan hidup di media elektronik ini semakin gencarnya dan massive
sehingga mampu meruntuhkan sendi-sendi pertahanan para pemuda. Melihat
realita ini, harapan kita seakan menipis. Akankah pemuda sekarang bisa menjadi
generasi pengganti pelopor perubahan dan kebangkitan ataukah bahkan penerus
generasi tua sekarang menuju kepunahan. Kekhawatiran ini bukan khayalan,
fakta-fakta berbicara bahwa kerusakan generasi muda sudah menjadi sedemikian
parah. Narkoba, putus sekolah dan mutu pendidikan rendah, pengangguran muda,
free sex, fenomena ABG hedonis, tawuran dan kriminalitas remaja. Krisis jati diri
inilah kuncinya.
Globalisasi yang ditandai revolusi teknologi informasi yang begitu besar,
bisa menjadi persoalan tersendiri bagi negara-negara yang tidak siap menghadapi
kondisi seperti ini. Bangsa yang tidak siap akan semakin terpuruk, tereksploitasi
dan menjadi tong sampah budaya barat yang menimbulkan krisis terhadap
nilai-nilai yang dianut. Nilai yang kami maksud disini adalah kebudayaan bangsa
dan Pancasila sebagai identitas bangsa.

PERAN PEMUDA DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS


NASIONAL BANGSA INDONESIA
Pemuda sebagai agent of change sudah semestinya bisa membawa
perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan pemikiran, jiwa, dan semangat yang
masih menggelora dalam diri pemuda diharapkan dapat menjadi modal dalam
membangun bangsa atau setidaknya melanjutkan pembangunan yang telah dirintis
sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan penjagaan identitas bangsa yang berupa
kebudayaan bangsa dan Pancasila, pemuda memiliki peranan yang sangat penting.
Dalam kaitannya dengan kebudayaan, faktor yang paling penting adalah rasa
kepemilikan. Hal ini menjadi pondasi bagi pemuda untuk bisa mencinta
budayannya sendiri, tanpa harus menelan secara mentah-mentah setiap budaya
asing yang masuk. Pengklaiman beberapa budaya bangsa Indonseia oleh Malaysia
dapat

dijadikan contoh bahwa kita belum seratus persen memiliki rasa

kepemilikan terhadap budaya bangsa. Dalam hal ini sudah terlihat jelas peran
pemuda, tidak hanya memiliki rasa kepemilikan terhadap budaya, melainkan
sebagai pemuda yang menjadi agen perubah seharusnya mampu memberikan
pengetahuan kepada masyarakat Indonesia terkait dengan kebudayaan bangsa.
Sehingga budaya bangsa yang merupakan nilai luhur nenek moyang dapat terjaga
dan terlestarikan keberadaannya.
Kemudian dalam kaitannya pancasila sebagai identitas Nasional Bangsa,
peran pemuda juga sangat penting dalam penegakan nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam pancasila. Pancasila merupakan dasar Negara yang dijadikan
acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila mampu menyatukan
bangsa Indonesia yang bersuku-suku dari sabang sampai merauke. Pemuda
sebagai tulang punggung bangsa dimasa yang akan datang sudah sepantasnya
menjalankan apa yang terkandung dalam pancasila. Sehingga nilai-nilai luhur
pancasila dapat merasuk kedalam kalbu para pemuda yang menjadikan pemuda
cinta dan bangga terhadap tanah airnya. Serta akan tercermin ke dalam setiap

tingkah laku para pemuda yang dapat dijadikan sebagai identitas bangsa Indonesia
yang berbudi luhur.

USAHA-USAHA PEMUDA DALAM MEMELIHARA


IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA
Kita adalah pemuda dan pemudi yang menjadi pewaris masa depan
bangsa. Jika kita sebagai pemuda tidak mampu memelihara identitas bangsa, siapa
lagi? Tugas pemuda adalah memelihara keutuhan identitas bangsa. Menurut Habib
(2011:01)

cara

efektif

yang

bisa

digunakan

untuk

membangun

dan

mengembalikan jati diri bangsa Indonesia serta menekan pengaruh buruk pihak
lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang mengikis jati diri bangsa
Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari diri kita sendiri. Hal itu dapat
dilakukan dengan membiasakan diri dari sekarang untuk bersikap sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai jati diri kita. Seperti harus
bertakwa kepada Tuhan YME, maksudnya kita harus selalu menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja sebanarnya jika
diterapkan dengan baik bangsa Indonesia ini pasti akan menjadi bangsa yang
damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera. Sebab pemuda Indonesia akan takut
terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.
Selain itu pemuda harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan. Pemuda harus memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan
bersikap

adil

kepada

siapa

saja

dan

tidak

boleh

sewenang-wenang

memperlakukan orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang
mempunyai kekuasaan tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini
terjadi dapat menjadiakn keadilan bangsa kita ini menjadi lemah, karena hukum
hanya bersifat tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah sementara bagi
kalangan atas hukum sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang.
Sehingga nilai keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan di semua
kalangan terutama pada kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian pemuda juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan
republik Indonesia, walaupun sebenarnya kita mempunyai kebudayaan, agama,
ras, dsb yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya

kalau disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar
yang saling melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia. Sehingga pemuda
tidak perlu mempersoalkan kebinekaan tersebut apalagi terlalu fanatik dan ingin
menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan
Indonesia dan memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Persatuan dapat
menjadi benteng ketika antar pemuda diadu domba. Hal ini terlihat paemuda
zaman sekarang begitu mudah dibodohi ketika disuruh menghancurkan suatu
kaum lain untuk menmperlemah kedaulatan Bangsa Indonesi. Peradu dombaan
antar pemuda dapat dicegah apabila pemuda Indonesia memiliki nilai-nilai
persatuan antar satu sama lain.
Pemuda juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi. Ketika
generasi pemuda menjadi seorang pemimpin di negara Indonesia,mereka harus
sadar bahwa mereka sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk mengatur dan
mengambil kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa
Indonesia. Bukan sebaliknya, sebagai pemimpin hanya untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai
negara demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi
sebagai seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan wakil untuk
rakyat. Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena mensalahartikan
kekuasaannya sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal inilah
yang membuat perekonomian negara Indonesia ini semakin mempuruk.
Kemudian dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga
harus memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil keputusan
secara sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah
pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan demokratis harus benarbenar kita junjung tinggi. Kita harus menghindari kasus suap-menyuap, agar
negara kita ini benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai
yang terkandung dalam panca sila sebagai kepribadian yang harus kita miliki.
Selanjutnya pemuda juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa
pandang bulu dan di segala sektor bagi seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5
sila tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya pemuda harus
mengajak orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. Generasi pemuda dapat

menjadi contoh untuk generasi anak-anak dalam berbuat kebaikan dan dapat
menjadi kebanggan generasi tua. Contohnya sederhana seperti mengajak temanteman atau para pemuda-pemudia lain agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila, dan menasetinya/menegur apabila teman-teman
atau pemuda lain berperilaku bertentangan dengan Pancasila.
Agar pemuda Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila dengan
baik, cara efektif yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan ketakwaan
kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan yang tingi, pemuda
akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan enggan berbuat
salah. Kasus-kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan, pencurian, pembunuhan,
pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan terjadi karena pemuda sudah diberi bekal
iman dan taqwa yang cukup. Namun jika primordialisme terhadap agama yang
dianut terlalu tinggi maka akan mengakibatkan perpecahan. Hal ini dapat diatasi
dengan menenemkan sikap toleransi melalui pendidikan di sekolah umum. Maka
dari itu, sebaiknya pemerintah mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk
mendapatkan program wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah
keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim. Sehingga
untuk meningkatkan ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang yaitu melalui
program pendidikan Agama. Selanjutnya untuk mendapatkan pendidikan
mengenai cara hidup berkemajemukan (bertoleransi) serta untuk meningkatkan
keahlian/ketrampilan khusus, melalui sekolah umum.
Secara otomatis apabila pemuda telah menanamkan kuat jati diri bangsa
Indonesia pada diri masing-masing melalui cara-cara diatas, mereka akan
mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh
kebudayaan lain yang masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk
atau tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, kita tinggalkan. Kemudian
pengaruh

kebudayaan

lokal

juga dapat

disaring melalui

pendidikan

kewarganegaraan di sekolah umum serta mereka juga harus berusaha mengikis


primordialisme yang berlebihan pada diri pemuda itu sendiri. Karena sudah
selayaknya para pemuda harus menjadi garis depan dalam mewakilkan identitas
Bangsa Indonesia dalam menghadapi era global.

DAFTAR PUSTAKA
Chotib, M. Dhazali, Tri suharno, Suardi Abubakar, Muchis Catio. 2006.
Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat Madani. Jakarta:Yudhistira.
Habib, M.A.F. 2012. Cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia. 18 hlm.
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42607-Makalah-Cara
%20Mengembalikan%20Jati%20Diri%20Bangsa%20Indonesia.html,
diakses 9 Mei 2015 pukul 21.35 WIB.
Praheto, B.E. 2010. Pemuda Indonesia dan identitas bangsa di
era global. 1 hlm. http://edukasiunnes.blogspot.com/2010/05/pemuda-indonesia-danidentitas-bangsa.html, diakses 9 Mei 2015 pukul 20.15
WIB.
Aim, Abdulkarim. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Grasindo.
lwasilah, A. Chaedar. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaj
a Rosdakarya.
Dardjowidjodjo, Soenjono. 1996. Bahasa Nasional Kita. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai