Pedoman Penyusunan RPI2-JM
Pedoman Penyusunan RPI2-JM
RPI2JM BI
DANGCI
PTAKARYA
(
rencana terpadu dan program i
nvestasi
i
nfrastruktur jangka menengah)
Di
r
ekt
or
atJ
ender
alCi
pt
aKar
ya
Kement
er
i
anPeker
j
aanUmum
Febr
uar
i201
4
PedomanPenyusunanRPI
2JM
(
RencanaTer
padudanPr
ogr
am I
nves
t
as
i
I
nf
r
as
t
r
ukt
urJ
angkaMenengah)
Bi
dangCi
pt
aKar
ya
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
PEDOMAN PENYUSUNAN RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya ................................................. i
Kata Pengantar Direktur Bina Program .................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................ xi
Daftar Tabel ................................................................................................ xii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1
Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2
Pengertian dan Kedudukan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ................ 2
1.3
Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2JM
Bidang PU ......................................................................................... 5
1.4
Maksud dan Tujuan .......................................................................... 7
1.5
Prinsip Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ........................... 8
1.6
Muatan Dokumen RPI2-JM Bidang Cipta Karya ............................... 9
1.7
Mekanisme Penyusunan dan Penilaian RPI2-JM Bidang
Cipta Karya ....................................................................................... 12
1.7.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPI2-JM Bidang
Cipta Karya ............................................................................ 12
1.7.2 Langkah Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ............. 14
1.7.3 Penilaian Kelayakan RPI2-JM Bidang Cipta Karya................ 15
BAB II
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA ................ 21
2.1
Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen
Cipta Karya ....................................................................................... 21
2.2
Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya ........... 22
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025............................................................... 23
2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014............................................................... 24
2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia ................................................................ 26
vi
2.3
2.4
BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
BAB VIII
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
8.1
Pengembangan Permukiman
8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............................... 114
8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,
dan Tantangan....................................................................... 115
8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman ................. 122
8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman ....... 124
8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan ............................................... 129
8.2
vii
viii
8.3
10.2
BAB XI
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 2.1
Gambar 8.1
Gambar 8.2
Gambar 8.3
Gambar 8.4
Gambar 8.5
Gambar 8.6
Gambar 8.7
Gambar 10.1
Gambar 11.1
Gambar 11.2
Gambar 12.1
Gambar 12.2
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
Tabel 7.5
Tabel 8.1
Tabel 8.2
Tabel 8.3
Tabel 8.4
Tabel 8.5
Tabel 8.6
Tabel 8.7
Tabel 8.8
Tabel 8.9
Tabel 8.10
Tabel 8.11
Tabel 8.12
Tabel 8.13
Tabel 8.14
Tabel 8.15
Tabel 8.16
Tabel 8.17
Tabel 8.18
Tabel 8.19
Tabel 8.20
Tabel 8.21
Tabel 8.22
Tabel 8.23
Tabel 8.24
Tabel 8.25
Tabel 8.26
Tabel 8.27
Tabel 8.28
Tabel 8.29
Tabel 8.30
Tabel 8.31
Tabel 8.32
Tabel 8.33
Tabel 8.34
Tabel 8.35
Tabel 8.36
Tabel 8.37
xiii
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, prinsip
penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, serta mekanisme
penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Bab 2
Bab 3
10
Bab 4
Profil Kabupaten/Kota
Pada
bab
ini berisikan
penjelasan
profil
umum
Kabupaten/Kota seperti batas administrasi wilayah, demografi,
geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta
kondisi sosial dan ekonomi wilayah.
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 9
Aspek Pembiayaan
Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD
Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam
pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan
investasi bidang Cipta Karya.
Bab 10
Bab 11
11
12
1.7
1.7.1
13
14
1.7.2
Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa seluruh anggota Satgas, baik di
tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota memiliki peran penting
dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Prinsip bottom up
planning cukup kental pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya
ini, agar rencana yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan infrastruktur
Bidang Cipta Karya di daerah, dengan tetap mengacu pada kebijakan
nasional.
1.7.3
15
16
No
INDIKATOR PENILAIAN
NILAI
MAX
Persetujuan Bupati/Walikota
2,0
2,0
Pendahuluan
0,5
Arahan Perencanaan
Bidang Cipta Karya
0,5
Profil Kabupaten/Kota
0,5
LEGALISASI
5
B
OUTLINE
DOKUMEN
6
7
8
Pembangunan
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Aspek Pembiayaan
0,5
10
Aspek Kelembagaan
0,5
11
0,5
KRITERIA
No
INDIKATOR PENILAIAN
NILAI
MAX
ARAHAN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA
KARYA
ARAHAN
STRATEGIS
NASIONAL
BIDANG CIPTA
KARYA UNTUK
KABUPATEN/KOTA
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Arahan MP3EI/KEK
0,5
PROFIL
KABUPATEN/KOTA
0,3
Demografi
0,2
Topografi
0,3
Geohidrologi
0,3
Geologi
0,3
Klimatologi
0,3
0,3
KETERPADUAN
STRATEGI
PENGEMBANGAN
PERKOTAAN
6
7
8
9
10
3,0
2,0
2,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
2,5
17
18
KRITERIA
No
INDIKATOR PENILAIAN
NILAI
MAX
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
2
3
4
1
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR PBL
2
3
4
1
2
I
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR PPLP
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR AIR
MINUM
KETERPADUAN
PROGRAM
1,0
2,0
2,0
2,0
1,0
2,0
2,0
2,0
3,0
6,0
6,0
6,0
1,0
2,0
2,0
2,0
4,0
KRITERIA
No
INDIKATOR PENILAIAN
NILAI
MAX
PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN DAN
SOSIAL
3,0
3,0
ASPEK
PEMBIAYAAN
1,0
1,0
2,0
2,0
ASPEK
KELEMBAGAAN
2
3
2,0
2,0
2,0
MATRIKS
RENCANA
TERPADU DAN
PROGRAM
INVESTASI
INFRASTRUKTUR
JANGKA
MENENGAH
(RPI2-JM) BIDANG
CIPTA KARYA
BERDASARKAN
ENTITAS
3,0
3,0
19
20
BAB II
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA
2.1
21
22
2.2
23
24
25
26
dan
Perluasan
Pembangunan
dan
Perluasan
Pengentasan
27
28
pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung
infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang
kegiatan ekonomi di KEK.
2.3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
29
30
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
31
32
d.
e.
33
34
2.4
Amanat Internasional
2.4.1
Agenda Habitat
2.4.2
Konferensi Rio+20
2.4.3
35
36
perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang
layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target
2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan
serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
(minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia
menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009)
proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan
perhatian khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat
pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota
perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur
permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi
untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global
pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari
Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan
beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel
tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB
berjudul A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform
Economies Through Sustainable Development. Isinya adalah
rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca-2015 yang
dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus
pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan
global pasca 2015, sebagai berikut:
a. Mengakhiri kemiskinan
b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan
gender
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
37
38
BAB III
RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI
ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
39
40
c.
41
42
d.
43
44
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
PROVINSI
(2)
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Sumatera
Utara
PKN
(3)
Lhokseumawe
Kawasan Perkotaan
Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo
(Mebidangro)
PKW
(4)
Sabang, Banda
Aceh, Takengon,
Meulaboh
Tebingtinggi,
Sidikalang,
pematang Siantar,
Balige, Rantau
Prapat, Kisaran,
Gunung Balige,
Padang
Sidempuan, Sibolga
NO
(1)
3
PROVINSI
PKN
PKW
(3)
(4)
Pariaman,
Sawahlunto,
Muarasiberut,
Bukittinggi, Solok
Bangkinang, Teluk
Kuantan, Bengkalis,
Bagan Siapiapi,
Tembilahan,
Rengat, Pangkalan
Kerinci, Pasir
Pangarayan, Siak
Sri Indrapura
Tanjung Pinang,
Terempa, Daik
Lingga, Dabo
Pulau Singkep,
Tanjung Balai
Karimun
Kuala Tungkal,
Sarolangun,
Muarabungo,
Muara Bulian
Muara Enim,
Kayuagung,
Baturaja,
Prabumulih, Lubuk
Linggau, Sekayu,
Lahat
Bengkulu, Manna,
Muko-Muko, Curup
(2)
Sumatera
Barat
Padang
Riau
Pekanbaru, Dumai
Kepulauan
Riau
Batam
Jambi
Jambi
Sumatera
Selatan
Palembang
Bengkulu
Bangka
Belitung
Pangkal Pinang,
Muntok, Tanjung
Pandan, Manggar
45
46
NO
PROVINSI
PKN
PKW
(1)
10
(2)
Lampung
(3)
Bandar Lampung
11
Kawasan Perkotaan
Jabodetabek
12
DKI Jakarta
Jawa Barat Banten
Banten
Serang, Cilegon
Pandeglang,
Rangkas Bitung
13
Jawa Barat
Kawasan Perkotaan
Bandung Raya,
Cirebon
14
Jawa Tengah
Surakarta, Kawasan
Perkotaan SemarangKendal-DemakUngaran-Purwodadi
(Kedungsepur),
Cilacap
Sukabumi,
Cikampek Cikopo,
Pelabuhanratu,
Indramayu,
Kadipaten,
Tasikmalaya,
Pangandaran
Boyolali, Klaten,
Salatiga, Tegal,
Pekalongan, Kudus,
Cepu, Magelang,
Wonosobo,
Kebumen,
Purwokerto
15
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Jawa Timur
Yogyakarta
Bantul, Sleman
Kawasan Perkotaan
(Gerbangkertosusila),
Malang
Probolinggo,
Tuban, Kediri,
Madiun,
Banyuwangi,
Jember, Blitar,
Pamekasan,
16
(4)
Metro, Kalianda,
Liwa, Menggala,
Kotabumi, Kota
Agung
NO
PROVINSI
PKN
(1)
(2)
(3)
17
Bali
18
Nusa Tenggara
Barat
19
PKW
(4)
Bojonegoro,
Pacitan
Kawasan Perkotaan
Denpasar-BangliGianyar-Tabanan
(Sarbagita)
Mataram
Singaraja,
Semarapura,
Negara
Nusa Tenggara
Timur
Kupang
20
Kalimantan
Barat
Pontianak
21
Kalimantan
Tengah
Palangkaraya
22
Kalimantan
Selatan
Banjarmasin
23
Kalimantan
Timur
Kawasan Perkotaan
BalikpapanTenggarongSamarinda-Bontang,
Tarakan
Soe, Kefamenanu,
Ende, Maumere,
Waingapu, Ruteng,
Labuan Bajo
Mempawah,
Singkawang,
Sambas, Ketapang,
Putussibau,
Entikong, Sanggau,
Sintang
Kuala Kapuas,
Pangkalan Bun,
Buntok,
Muarateweh,
Sampit
Amuntai,
Martapura,
Marabahan,
Kotabaru
Tanjung Redeb,
Sangata, Nunukan,
Tanjung Selor,
Malinau, Tanlumbis,
Tanah Grogot,
Sendawar
Praya, Raya,
Sumbawa Besar
47
48
NO
PROVINSI
PKN
(1)
24
(2)
Gorontalo
(3)
Gorontalo
25
Sulawesi Utara
Kawasan Perkotaan
Manado-Bitung
26
Sulawesi
Tengah
Palu
27
Sulawesi
Selatan
Kawasan Perkotaan
MakassarSungguminasaTakalar-Maros
(Maminasata)
28
Sulawesi Barat
29
Sulawesi
Tenggara
Kendari
30
Maluku
Ambon
31
Maluku Utara
Ternate
32
Papua Barat
Sorong
33
Papua
Jayapura, Timika
PKW
(4)
Isimu, Kuandang,
Tilamuta
Tomohon,
Tondano,
Kotamobagu
Poso, Luwuk, Buol,
Kolonedale, Tolitoli,
Donggala
Pangkajene,
Jeneponto, Palopo,
Watampone,
Bulukumba, Barru,
Parepare
Mamuju, Majene,
Pasangkayu
Unaaha, Lasolo,
Bau-Bau, Raha,
kolaka
Masohi, Werinama,
Kairatu, Tual,
Namlea, Wahai,
Bula,
Tidore, Tobelo,
Labuha, Sanana
Fak-Fak,
Manokwari,
Ayamaru
Biak, Nabire,
Muting, Bade,
Merauke, Sarmi,
Arso, Wamena
Atambua (Ibukota
Kab. Belu)
Kalabahi (Ibukota
Kab. Alor)
Kefamenanu
(Ibukota Kab.
Timor Tengah
Utara)
Paloh - Aruk (Kab.
Sambas)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Kalimantan
Barat
Jagoi Babang
(Kab.
Bengkayang)
Nangabadau (Kab.
Kapuas Hulu)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Kalimantan
Barat
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Kalimantan
Barat
8
9
10
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
(Tahap I)
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
Nusa
Tenggara
Timur
Nusa
Tenggara
Timur
Nusa
Tenggara
Timur
49
50
NO
(1)
11
PUSAT
KEGIATAN
STRATEGIS
NASIONAL
(2)
Entikong ( Kab.
Sanggau)
STATUS
PROVINSI
12
Jasa (Kab.
Sintang)
(3)
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
(Tahap I)
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
13
Nunukan (Ibukota
Kab. Nunukan)
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
Kalimantan
Timur
14
Simanggaris (Kab.
Nunukan)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Kalimantan
Timur
15
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Kalimantan
Timur
16
Long Pahangai
(kab. Kutai Barat)
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
Kalimantan
Timur
17
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
Kalimantan
Timur
18
Melonguane
(ibukota Kab.
Talaud)
Tahuna (ibukota
Kab. Kep.
Sangihe)
Saumlaki (Kab.
Maluku Tenggara
Barat)
Ilwaki (Kab.
Maluku Barat
Daya)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Sulawesi
Utara
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Sulawesi
Utara
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Maluku
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
Maluku
19
20
21
(4)
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Barat
PUSAT
KEGIATAN
STRATEGIS
NASIONAL
(2)
Dobo (Kab. Kep.
Aru)
(3)
II / A/ 2 : Pengembangan
Baru (Tahap II)
(4)
Maluku
21
Daruba (Kab.
Pulau Morotai)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)
Maluku Utara
22
Kota Jayapura
Papua
23
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
(Tahap I)
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
(Tahap I)
I / A/ 1 : Pengembangan
/ Peningkatan Fungsi
(Tahap I)
NO
(1)
22
24
STATUS
PROVINSI
Papua
Papua
51
52
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Kawasan Industri
Lhokseumawe
Ekonomi
Kota
Lhokseumawe
Kawasan
Perdagangan
Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Sabang
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Banda Aceh
Darussalam
Kawasan
Ekosistem Leuser
Ekonomi
Kota Sabang
Ekonomi
Kota Banda
Aceh
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Lingkungan
Hidup
Nanggroe
Aceh
Darussalam
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 2
Pertahanan
dan
Keamanan
13 Kabupaten
(Aceh Barat,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Selatan, Aceh
Singkil,
Subulussalam,
Aceh
Tenggara,
Gayo Lues,
Aceh Tengah,
Bener Meriah,
Aceh Utara,
Aceh Timur,
dan Aceh
Tamiang)
Kota Sabang
Nanggroe
Aceh
Darussalam
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
dan
Sumatera
Utara
Ekonomi
Kota Medan,
Binjai, Deli
Serdang, Karo
Sumatera
Utara
Kab. Samosir,
Kab. Tapanuli
Utara, Kab.
Humbang
Hasundutan,
Kab. Dairi,
Kab. Karo,
Kab.
Simalungun,
Kab. Toba,
Kab. Pakpak
Barat
Kab. Agam
Sumatera
Utara
Kawasan Danau
Toba dan
Sekitarnya
Lingkungan
Hidup
Kawasan Stasiun
Pengamat
Dirgantara
Kototabang
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Sumatera
Barat
Perpres
No. 62 Tahun
2011 tentang
Rencana
Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Medan,
Binjai, Deli
Serdang, dan
Karo
53
54
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kawasan Hutan
Lindung Bukit
Batabuh
Lingkungan
Hidup
10
Kawasan Hutan
Lindung Mahato
Lingkungan
Hidup
11
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 20
pulau kecil terluar
(Pulau Sentut,
Tokong Malang
Biru, Damar,
Mangkai, Tokong
Nanas, Tokong
Belayar, Tokong
Boro, Semiun,
Sebetul,
Sekatung, Senua,
Subi Kecil, Kepala,
Batu Mandi, Iyu
Kecil, Karimun
Kecil, Nipa,
Pelampong, Batu
Berhanti, dan
Nongsa) dengan
negara Malaysia /
Vietnam /
Singapura
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Kab. Kuantan
Singingi dan
Kab. Indragiri
Hulu
Kab. Rokan
Hilir
Riau
Kab. Bintan,
Kab. Natuna,
Kab. Kep.
Anambas,
Kab. Karimun,
Kota Batam
Kepulauan
Riau
Riau
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
12
Kawasan Batam,
Bintan, dan
Karimun
Ekonomi
Kab. Bintan,
Kab. Natuna,
Kab. Karimun,
Kota Batam
Kepulauan
Riau
13
Kawasan
Lingkungan Hidup
Taman Nasional
Kerinci Seblat
Lingkungan
Hidup
Kab. Kerinci,
Kota Padang,
Kab. Lubuk
Linggau, Kab.
Rejang
Lebong
14
Kawasan Taman
Nasional Berbak
Kawasan Taman
Nasional Bukit
Tigapuluh
Lingkungan
Hidup
Lingkungan
Hidup
16
Kawasan Taman
Nasional Bukit
Duabelas
Lingkungan
Hidup
17
Kawasan Selat
Sunda
Ekonomi
Kab. Muaro
Jambi
Kab. Indragiri
Hulu, Kab.
Indragiri Hilir,
Kab. Tanjung
Jabung Barat,
Kab. Tebo
Kab.
Soralangu,
Kab.
Muaratebo,
Kab.
Batanghari
Kota Serang,
Kota Bandar
Lampung
Jambi,
Sumatera
Barat,
Bengkulu,
dan
Sumatera
Selatan
Jambi
15
Perpres
No. 87 Tahun
2011 tentang
Rencana
Tata Ruang
Kawasan
Batam,
Bintan, dan
Karimun
Jambi dan
Riau
Jambi
Lampung
dan Banten
Perpres
No. 86 Tahun
2011 tentang
Pengembang
an Kawasan
Strategis dan
55
56
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Infrastruktur
Selat Sunda
18
Kawasan Instalasi
Lingkungan dan
Cuaca
19
Kawasan Fasilitas
Pengolahan Data
dan Satelit
20
Kawasan
Perkotaan
JabodetabekPunjur termasuk
Kepulauan Seribu
21
Kawasan
Perkotaan
Cekungan
Bandung
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Ekonomi
Ekonomi
Kota Jakarta
Pusat
DKI Jakarta
DKI Jakarta
Kota Jakarta
(Utara,
Selatan, Barat,
Timur, Pusat),
Kota Bogor,
Kab. Bogor,
Kota Depok,
Kota
Tangerang,
Kab.
Tangerang,
Kota
Tangerang
Selatan, Kota
Bekasi, Kab.
Bekasi, Kab.
Cianjur
Kota Bandung,
Kab. Bandung
DKI Jakarta,
Banten, dan
Jawa Barat
Jawa Barat
Perpres
No. 54 Tahun
2008 tentang
Penataan
Ruang
Kawasan
Jakarta,
Bogor,
Depok,
Tangerang,
Bekasi,
Puncak,
Cianjur
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
22
Kawasan Fasilitas
Uji Terbang Roket
Pamengpeuk
23
Kawasan Stasiun
Pengamat
Dirgantara
Pamengpeuk
24
Kawasan Stasiun
Pengamat
Dirgantara
Tanjung Sari
25
Kawasan Stasiun
Telecomand
26
Kawasan Stasiun
Bumi Penerima
Satelit Mikro
27
Kawasan
Pangandaran
Kalipuncang
Segara Anakan
Nusakambangan
(Pacangsanak)
Kawasan
Perkotaan Kendal
Demak
Ungaran
Salatiga
28
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Lingkungan
Hidup
Kab. Garut
Jawa Barat
Kab. Garut
Jawa Barat
Kab.
Sumedang
Jawa Barat
Ekonomi
Jawa Barat
Kabupaten
Pangandaran
Jawa Barat
Kab.
Pangancaran,
Kab. Ciamis,
Kab. Cilacap
Jawa Barat
dan Jawa
Tengah
Kab. Kendal,
Kab. Demak,
Kab.
Semarang,
Kota Salatiga,
Jawa
Tengah
57
58
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Semarang Purwodadi
(Kedung Sepur)
29
Kawasan
Borobudur dan
Sekitarnya
Lingkungan
Hidup
Kota
Semarang,
Kab.
Grobogan
Kab.
Magelang
30
Kawasan Candi
Prambanan
Lingkungan
Hidup
Kab. Klaten,
Kab. Sleman
Jawa
Tengah
31
Kawasan Taman
Nasional Gunung
Merapi
Lingkungan
Hidup
Jawa
Tengah dan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
32
Kawasan
Perkotaan Gresik
Bangkalan
Mojokerto
Surabaya
Sidoarjo
Lamongan
(Gerbangkertosusi
la)
Ekonomi
33
Kawasan Stasiun
Pengamat
Dirgantara
Watukosek
34
Kawasan Taman
Nasional Ujung
Kulon
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Lingkungan
Hidup
Kab. Sleman,
Kota
Yogyakarta,
Kab. Klaten,
Kab. Boyolali,
Kab.
Magelang
Kab. Gresik,
Kab.
Bangkalan,
Kota
Mojokerto,
Kota
Surabaya,
Kab. Sidoarjo,
Kab.
Lamongan
Kab. Pasuruan
Kab.
Pandeglang
Banten
Jawa
Tengah
Jawa Timur
Jawa Timur
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
35
Kawasan
Perkotaan
Denpasar
Badung Gianyar
- Tabanan
(Sarbagita)
Ekonomi
Kota
Denpasar,
Kab. Badung,
Kab. Gianyar,
Kab. Tabanan
Bali
36
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Bima
Kawasan Taman
Nasional Komodo
Ekonomi
Kab. Bima,
Kab. Dompu
Nusa
Tenggara
Barat
Lingkungan
Hidup
38
Kawasan Gunung
Rinjani
Lingkungan
Hidup
Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
Tenggara
Barat
39
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Mbay
Kawasan
Perbatasan Darat
RI dengan negara
Timor Leste
Ekonomi
Kab.
Manggarai
Barat
Kab. Lombok
Utara, Kab.
Lombok
Tengah, Kab.
Lombok Timur
Kab. Ngada
Kab. Kupang,
Kab. Timor
Tengah Utara,
Kab. Belu
Nusa
Tenggara
Timur
37
40
Pertahanan
dan
Keamanan
Nusa
Tenggara
Timur
Perpres
No. 45 Tahun
2011 tentang
Rencana
Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Denpasar,
Badung,
Gianyar, dan
Tabanan
59
60
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
41
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 5
pulau kecil terluar
(Pulau Alor,
Batek, Dana,
Ndana, dan
Mangudu) dengan
negara Timor
Leste/Australia
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Khatulistiwa
Kawasan Stasiun
Pengamat
Dirgantara
Pontianak
42
43
44
45
46
47
Kawasan Taman
Nasional Betung
Kerihun
Kawasan
Perbatasan Darat
RI dan Jantung
Kalimantan (Heart
of Borneo)
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Daerah Aliran
Sungai Kahayan
Kapuas dan Barito
Kawasan Taman
Nasional Tanjung
Putting
Pertahanan
dan
Keamanan
Kab. Kupang,
Kab. Timor
Tengah Utara,
Kab. Belu
Nusa
Tenggara
Timur
Ekonomi
Kab. Sanggau
Kalimantan
Barat
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Lingkungan
Hidup
Kota
Pontianak
Kalimantan
Barat
Kab. Kapuas
Hulu
Kalimantan
Barat
Pertahanan
dan
Keamanan
Kab. Sambas,
Kab. Kapuas
Hulu, Kab.
Sanggau,
Kalimantan
Barat,
Kalimantan
Timur
Ekonomi
Kota
Palangkaraya,
Kab. Pulang
Pisau, Kab.
Kapuas, Kab.
Barito Selatan
Kab.
Kotawaringin
Barat,
Kalimantan
Tengah
Lingkungan
Hidup
Kalimantan
Tengah
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kabupaten
Seruyan
48
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Batulicin
Ekonomi
Kab.
Kotabaru,
Kab. Tanah
Bumbu
Kalimantan
Selatan
49
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Samarinda,
Sanga-Sanga,
Muara Jawa, dan
Balikpapan
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 18
pulau kecil terluar
(Pulau Sebatik,
Gosong Makasar,
Maratua, Sambit,
Lingian, Salando,
Dolangan,
Bangkit,
Mantewaru,
Makalehi,
Kawalusu, Kawio,
Marore, Batu
Bawaikang,
Miangas,
Marampit, Intata,
dan Kakarutan)
dengan negara
Ekonomi
Kota
Samarinda,
Kab. Kutai
Kalimantan
Timur
Pertahanan
dan
Keamanan
Kab. Nunukan,
Kab. Berau,
Kab. Tolitoli,
Kab. Boolang
Mongondow
Utara, Kab.
Kep. Sitaro,
Kab. Kep.
Sangihe, Kab.
Sangihe
Talaud, Kab.
Kep. Talaud
Kalimantan
Timur,
Sulawesi
Tengah dan
Sulawesi
Utara)
50
61
62
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Malaysia dan
Philipina
51
52
53
54
55
56
57
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Manado Bitung
Kawasan
Konservasi dan
Wisata Daerah
Aliran Sungai
Tondano
Ekonomi
Kota Manado,
Kota Bitung
Sulawesi
Utara
Lingkungan
Hidup
Sulawesi
Utara
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Batui
Kawasan Poso
dan Sekitarnya
Kawasan Kritis
Lingkungan
Balingara
Kawasan Kritis
Lingkungan Buol Lambunu
Ekonomi
Kab.
Minahasa,Kab
. Minahasa
Utara, Kota
Tomohon,
Kota Manado
Kab. Banggai
Sosial Budaya
Kab. Poso
Lingkungan
Hidup
Kab. Tojo
Una-Una
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Tengah
Lingkungan
Hidup
Kawasan
Perkotaan
Makassar Maros
Sungguminasa
Ekonomi
Kabupaten
Buol,
Kabupaten
Donggala ,
Kabupaten
Parigi
Moutong ,
Kabupaten
Toli-Toli
Kota
Makassar,
Kab. Maros,
Kab. Gowa,
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Perpres
No. 55 Tahun
2011 tentang
Rencana
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Takalar
(Mamminasata)
58
Kab. Takalar
Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Makassar,
Maros,
Sungguminas
a, Takalar
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Parepare
Kawasan Toraja
dan Sekitarnya
Ekonomi
Sulawesi
Selatan
Sosial Budaya
Sulawesi
Selatan
60
Kawasan Stasiun
Bumi Sumber
Alam Parepare
61
Kawasan Soroako
dan Sekitarnya
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Sosial Budaya
Kab. Tana
Toraja, Kab.
Toraja Utara
Kota ParePare
Kab. Luwu
Sulawesi
Selatan
62
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Buton, Kolaka,
dan Kendari
Kawasan Taman
Nasional Rawa
Aopa - Watumohai
dan Rawa Tinondo
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Seram
Kawasan Laut
Ekonomi
Kab. Buton,
Kab. Kolaka,
Kota Kendari
Sulawesi
Tenggara
Lingkungan
Hidup
Kota Kendari,
Kab. Kolaka,
Kab. Buton,
Sulawesi
Tenggara
Ekonomi
Pulau Seram
Kab. Maluku
Tengah
Maluku
Sosial Budaya
Kab. Maluku
Maluku
59
63
64
65
Sulawesi
Selatan
63
64
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Banda
66
67
68
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 20
pulau kecil terluar
(Pulau Ararkula,
Karaweira,
Panambulai,
Kultubai Utara,
Kultubai Selatan,
Karang, Enu, Batu
Goyang, Larat,
Asutubun, Selaru,
Batarkusu,
Masela,
Miatimiarang, Leti,
Kisar, Wetar,
Liran, Kolepon,
dan Laag) dengan
negara Timor
Leste/Australia
Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 8
pulau kecil terluar
(Pulau Jiew,
Budd, Fani,
Miossu, Fanildo,
Bras, Bepondi,
dan Liki) dengan
negara Palau
Kawasan
Konservasi
Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat
Tengah
Pertahanan
dan
Keamanan
Prov. Maluku:
Kab. Maluku
tenggara, Kota
Tual, Kab.
Kep. Aru, Kab.
Maluku
Tenggara
Barat, Kab.
Maluku Barat
Daya, Prov.
Papua: Kab.
Merauke
Maluku dan
Papua
Pertahanan
dan
Keamanan
Kab.
Halmahera,
Kab. Sorong,
Kab. Biak
Numfor, Kab.
Jayapura
Maluku
Utara,
Papua
Barat, dan
Papua
Lingkungan
Hidup
Kab. Raja
Ampat
Papua
Barat
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
69
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Biak
Kawasan Stasiun
Bumi Satelit
Cuaca dan
Lingkungan
70
71
72
Kawasan Stasiun
Telemetry
Tracking and
Command
Wahana Peluncur
Satelit
Kawasan Timika
Ekonomi
Kab. Biak
Numfor
Papua
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Penggunaan
Sumberdaya
Alam dan
Teknologi
Tinggi
Kab. Biak
Numfor
Papua
Kab. Biak
Numfor
Papua
Sosial Budaya
Kab. Mimika
Papua
73
Kawasan Taman
Nasional Lorentz
Lingkungan
Hidup
Papua
74
Kawasan
Konservasi
Keanekaragaman
Hayati Teluk
Bintuni
Lingkungan
Hidup
Kab. Mimika,
Kab. Asmat,
Kab. Nduga,
Kab.
Yahukimo,
Kab.
Jayawijaya,
Kab. Lanny
Jaya, Kab.
Puncak Jaya,
Kab. Puncak,
Kab. Paniai
Kab. Tel.
Bintuni
Papua
65
66
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
75
Kawasan
Perbatasan Darat
RI dengan negara
Papua Nugini
Pertahanan
dan
Keamanan
76
Kawasan
Perbatasan
Negara termasuk
19 pulau kecil
terluar (Pulau
Simeulucut, Salaut
Besar, Raya,
Rusa, Benggala,
Simuk, Wunga,
Sibarubaru,
Sinyaunyau,
Enggano, Mega,
Batu Kecil, Deli,
Manuk, Nusa
Kambangan,
Barung, Sekel,
Panehan, dan
Sophialouisa)
yang berhadapan
dengan laut lepas
Pertahanan
dan
Keamanan
Kota
Jayapura,
Kab. Keerom,
Kab.
Pegunungan
Bintang, Kab.
Boven Digoel,
Kab. Merauke
Prov. NAD:
Kab. Simelue,
Kab. Aceh
Barat, Kab.
Aceh Besar,
Prov Sumut:
Kab. Nias,
Prov Sumbar:
Kab. Kep.
Mentawai,
Prov.
Bengkulu:
Kab. Bengkulu
Utara, Prov.
Lampung:
Kab.
Tanggamus,
Prov. Banten:
Kab.
Pandeglang,
Prov. Jabar:
Kab.
Tasikmalaya,
Prov. Jateng:
Kab. Cilacap,
Prov. Jatim:
Kab. Jember,
Kab.
Papua
Nanggroe
Aceh
Darussalam,
Sumatera
Utara,
Sumatera
Barat,
Bengkulu,
Lampung,
Banten,
Jawa Barat,
Jawa
Tengah,
Jawa Timur,
dan Nusa
Tenggara
Barat
NO
KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
SUDUT
KEPENTINGAN
KOTA /
KABUPATEN *)
PROVINSI
STATUS
HUKUM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Trenggalek,
Prov. NTB:
Kab. Lombok
Barat
Ket:
67
68
3.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.3
69
70
c.
3.4
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan
melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan
yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk
penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang
yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan
budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait
bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait
keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana
b.
71
72
n.
3.5
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota
Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam
RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)
yang didasari sudut kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi
tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang
yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan
budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait
bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait
keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana
sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c.
d.
73
74
BAB IV
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL
4.1
4.2
75
76
4.3
4.4
Perluasan
Pembangunan
77
78
KORIDOR
KPI
(1)
(2)
(3)
Sei Mangkei
Tapanuli Selatan
Dairi
Dumai
Tj Api-Api Tj Carat
Muaraenim Pendopo
Palembang
Prabumulih
Bangka Barat, Babel
Batam
Bandar Lampung
Lampung Timur
Besi Baja Cilegon
Banten
DKI Jakarta
Karawang
Bekasi
Purwakarta
Cilacap
Surabaya
Gresik
Lamongan
Pasuruan
Badung
Buleleng
Lombok Tengah
Kupang
Sumbawa Barat
Aegela
Nusa Penida
NO
KORIDOR
(1)
(2)
KPI
(3)
Sumbawa
Kutai Kertanegara
Kutai Timur
Rapak dan Ganal
Kotabaru
Ketapang
Kotawaringin Barat
Kapuas
Pontianak
Bontang
Tanah Bumbu
Sanggau
Penajam Paser Utara
Makassar
Palopo (Luwu)
Mamuju-Mamasa
Parepare
Kendari
Kolaka
Konawe Utara
Morowali
Parigi Moutang
Banggai
Bitung
Merauke (Mifee)
Timika
Halmahera
Teluk Bintuni
Morotai
Ambon
Manokwari
79
80
4.5
LOKASI
(1)
1
(2)
Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara
Kabupaten Pandeglang,
Banten
Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Tmur
Kota Bitung, Sulawesi Utara
2
3
4
Tabel 4.3 Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK
di Kabupaten/Kota .....
KSN
KSN
SUDUT
KEPENTINGAN
STATUS
HUKUM
RTRW KSN
PKN
PKSN
KPI
MP3EI
KEK
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
81
82
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
BAB V
PRIORITAS KABUPATEN/KOTA BIDANG CIPTA KARYA
83
84
d.
e.
5.1
KAB/KOTA
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KOTA BANDA
ACEH
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
PERDA
RTRW
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
2
3
4
6
7
REJANG LEBONG
AGAM
BATANG HARI
KOTA
PALEMBANG
OGAN
KOMERING ILIR
ACEH BARAT
TANGGAMUS
NO
KAB/KOTA
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
LAMPUNG TIMUR
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
JAKARTA TIMUR
14
JAKARTA BARAT
15
JAKARTA UTARA
16
JAKARTA PUSAT
17
KAB BOGOR
18
KOTA BANDUNG
19
KOTA BOGOR
20
KAB BANDUNG
21
KOTA CIREBON
KOTA
TASIKMALAYA
10
PERDA
RTRW
12
BINTAN
KEPULAUAN
SERIBU
JAKARTA
SELATAN
13
11
22
23
KOTA SUKABUMI
24
CILACAP
25
KOTA SEMARANG
26
KENDAL
KOTA
SURAKARTA
27
28
29
PURWOREJO
BOYOLALI
85
86
NO
30
31
KAB/KOTA
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
MAGELANG
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
KLATEN
PERDA
RTRW
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
32
SUKOHARJO
33
PATI
34
KARANGANYAR
35
YOGYAKARTA
36
SLEMAN
37
KULON PROGO
38
GRESIK
39
KOTA MALANG
40
LAMONGAN
41
BANGKALAN
42
JOMBANG
43
KOTA BLITAR
44
PANDEGLANG
45
KOTA SERANG
46
LOMBOK TENGAH
47
LOMBOK TIMUR
SUMBAWA
BARAT
48
49
50
KOTA KUPANG
MANGGARAI
BARAT
NO
51
52
53
54
55
56
KAB/KOTA
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
BELU
SUMBA TIMUR
KOTA
PONTIANAK
KOTABARU
KOTA
BANJARMASIN
BANJAR
58
BARITO KUALA
HULU SUNGAI
UTARA
60
PKSN
(PP
26/2008)
ALOR
57
59
PKN
(Perpres
32/2011)
PERDA
RTRW
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
KPIMP3EI
61
KOTA TARAKAN
KOTA
GORONTALO
62
POSO
63
TOJO UNA-UNA
64
KOTA PALU
PARIGI
MOUTONG
65
66
67
MAROS
69
TANA TORAJA
71
BARRU
68
70
TOLITOLI
TORAJA UTARA
TAKALAR
87
88
NO
KAB/KOTA
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KOLAKA
MALUKU TENGAH
74
75
KOTA TERNATE
77
MIMIKA
78
NABIRE
79
KAB SORONG
MEDAN*
KOTA PADANG*
82
87
PEKANBARU*
KOTA
BENGKULU*
BANDAR
LAMPUNG*
KOTA PANGKAL
PINANG*
KOTA
DENPASAR*
KOTA
MATARAM*
88
BULUNGAN*
89
MAMUJU*
90
AMBON*
91
PACITAN**
92
SUMENEP**
86
81
85
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
KOTA KENDARI
84
(Perpres
32/2011)
PERDA
RTRW
73
83
KPIMP3EI
WAJO
80
PKSN
(PP
26/2008)
72
76
PKN
89
NO
93
94
KAB/KOTA
BONDOWOSO**
KOTA
PASURUAN**
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
PERDA
RTRW
PERDA
BANGUNAN
GEDUNG
Catatan :
* Mewakili Ibukota Provinsi
** Kategori Khusus
5.2
1
2
KAB/KOTA
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
SABANG
SIMALUNGUN
BINJAI
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
PERDA
RTRW
ACEH TENGGARA
PKN
SOLOK SELATAN
PASAMAN BARAT
90
NO
7
8
9
KAB/KOTA
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
KERINCI
LUBUKLINGGAU
PERDA
RTRW
EMPAT LAWANG
10
MUARA ENIM
11
12
13
NATUNA
KARIMUN
KAB BEKASI
14
KOTA BEKASI
15
KAB SUKABUMI
16
CIANJUR
17
CIREBON
18
MAJALENGKA
19
KARAWANG
20
CIMAHI
21
22
23
24
25
SALATIGA
KAB SEMARANG
GROBOGAN
DEMAK
BREBES
26
SIDOARJO
27
KAB PASURUAN
NO
28
KAB/KOTA
KOTA MOJOKERTO
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
91
PERDA
RTRW
29
KAB MALANG
30
KOTA KEDIRI
31
KOTA BATU
32
MOJOKERTO
33
CILEGON
34
KOTA TANGERANG
35
36
37
TANGERANG
TANGERANG SELATAN
KAB SERANG
38
LEBAK
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
GIANYAR
TABANAN
LOMBOK UTARA
DOMPU
BIMA
KOTA BIMA
SUKAMARA
92
NO
49
50
KAB/KOTA
KOTA BALIKPAPAN
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
51
BITUNG
52
BOLAANG
MONGONDOW UTARA
53
POHUWATO
(Perpres
32/2011)
MALINAU
KPIMP3EI
PERDA
RTRW
54
BOALEMO
55
BANGGAI
56
DONGGALA
57
BUOL
58
SIGI
59
MOROWALI
60
KOTA PARE-PARE
61
LUWU
62
GOWA
63
64
65
66
67
MALUKU TENGGARA
KEPULAUAN ARU
MALUKU TENGGARA
BARAT
MALUKU BARAT DAYA
KOTA TUAL
68
HALMAHERA TENGAH
69
PULAU MOROTAI
NO
KAB/KOTA
70
HALMAHERA SELATAN
PKN
PKSN
KSN
KEK
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
26/2008)
(PP
2/2011)
KPIMP3EI
(Perpres
32/2011)
93
PERDA
RTRW
71
HALMAHERA UTARA
72
HALMAHERA TIMUR
73
HALMAHERA BARAT
74
MERAUKE
75
76
77
78
79
80
81
JAYAPURA
TELUK BINTUNI
YAHUKIMO
PEGUNUNGAN
BINTANG
LANNY JAYA
BIAK NUMFOR
BOVEN DIGOEL
82
RAJA AMPAT
5.3
Rangka
Pemenuhan
94
5.4
5.5
BAB VI
PROFIL KABUPATEN/KOTA
6.1
Bab 4.1 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan gambaran geografis dan
administrasi wilayah antara lain sebagai berikut:
Koordinat wilayah kabupaten/kota
Gambaran administrasi wilayah: luas wilayah, batas wilayah, serta
jumlah kecamatan dan kelurahan
Peta wilayah administratif skala 1:50.000 untuk kabupaten dan
1:25.000 untuk kota
95
96
6.2
Gambaran Demografi
6.3
Gambaran Topografi
6.4
Gambaran Geohidrologi
6.5
Gambaran Geologi
Bab 4.5 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan gambaran geologi antara
lain sebagai berikut:
Peta geologi dengan skala 1:50.000 untuk kabupaten dan 1:25.000
untuk kota
Peta jenis tanah dengan skala 1:50.000 untuk kabupaten dan
1:25.000 untuk kota
97
98
6.6
Gambaran Klimatologi
6.7
Bab 4.7 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan gambaran sosial dan
ekonomi antara lain sebagai berikut:
Tabel perkembangan tingkat pendidikan masyarakat
Tabel perkembangan jumlah penduduk miskin kabupaten/kota
Tabel perkembangan PDRB kabupaten/kota
Grafik laju tingkat investasi (ICOR)
Tabel dan grafik laju inflasi daerah
Tabel potensi ekonomi (pertanian, pertambangan, industri,
perdagangan dan jasa, serta pariwisata)
BAB VII
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA
7.1
99
100
b.
c.
d.
(1)
(2)
Isilah arahan pola ruang yang terkait dengan Bidang Cipta Karya,
antara lain arahan pengembangan kawasan budidaya terkait
pengembangan RTH, dll.
(2)
(2)
101
102
USULAN
PROGRAM
UTAMA
LOKASI
MERUPAKAN
KSK
(YA/TIDAK)
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
7.2
7.3
103
104
7.4
jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal
dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu
periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen
utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM
dalam
satu
wilayah
administrasi
maupun
lintas
kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan
SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan
sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam
rangka perlindungan dan pelestarian air.
7.5
105
106
Bab 5 RPI2-JM Bidang Cipta Karya Subbab Strategi Sanitasi Kota (SSK)
setidaknya berisi:
Kerangka kerja pembangunan sanitasi
Tujuan, sasaran, dan strategi sektor sanitasi meliputi (a) sub sektor
air limbah domestik, (b) sub sektor persampahan, (c) sub sektor
drainase perkotaan, serta (d) aspek higiene/Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
7.6
7.7
dan
Pengembangan
7.8
107
108
(2)
(3)
(4)
7.9
STATUS
(ADA/
TIDAK) *)
(1)
(2)
(3)
1.
Rencana
Tata Ruang
Wilayah
Kabupaten/K
ota (RTRWK)
NO
ARAHAN
PEMBANGUNAN
PROGRAM/
KEGIATAN
LOKASI
SEKTOR
(4)
(5)
(6)
(7)
Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota
(KSK)
Indikasi Program
Bidang Cipta
Karya
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
109
110
2.
3.
Rencana
Induk Sistem
Penyediaan
Air Minum
(RI-SPAM)
Strategi
Sanitasi Kota
(SSK)
SPAM Jaringan
Perpipaan (Unit Air
Baku, Unit
Produksi, Unit
Distribusi, dan Unit
Pelayanan)
SPAM Bukan
Jaringan
Perpipaan
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM
AM
AM
AM
AM
PLP
Sektor
Persampahan
PLP
Sektor Drainase
Lingkungan
PLP
PLP
PLP
PLP
PRODUK
RENCANA
STATUS
(ADA/
TIDAK) *)
(1)
(2)
(3)
4.
Rencana
Pembangu
nan dan
Pengemba
ngan
Kawasan
Permukima
n (RP2KP)
NO
ARAHAN
PEMBANGUNAN
PROGRAM/
KEGIATAN
LOKASI
(4)
(5)
(6)
Kawasan
Permukiman
Prioritas
5.
Rencana
lain-lain...
(sebutkan)
Arahan
Rencana/Program
-
SEKTOR
(7)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
AM/PLP/
Bangkim/PB
L *)
(2)
(3)
111
112
(4)
(5)
(6)
(7)
BAB VIII
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan
permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air
minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang
terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu
strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai
baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang
harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan
pengkajian
terhadap
program-program
sektoral,
dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian
dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang
dibutuhkan.
8.1
Pengembangan Permukiman
113
114
115
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan,
dan
116
(2)
(3)
117
118
(2)
(3)
(4)
(5)
Perkotaan
Tabel 8.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y
Lokasi
Jumlah
Jumlah
Luas
Jumlah
NO
Kawasan
Rumah
Rumah Semi
Kawasan
Penduduk
Kumuh
Permanen
Permanan
(1)
1
2
3
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
119
NO
Lokasi
RSH
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
1
2..
Lokasi
Rusunawa
Tahun
Pembangunan
Pengelola
Jumlah
Penghuni
Kondisi
Prasarana
CK yang
Ada
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
2..
120
(jalan
Perdesaan
Tabel 8.6 Data Program Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y
Volume/
Kondisi
No
Program/Kegiatan
Lokasi
Status
Satuan
infrastruktur
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
2
3
121
122
(2)
(3)
(4)
Aspek Teknis
1)
2)
Aspek Kelembagaan
1)
2)
Aspek Pembiayaan
1)
2)
Aspek Peran Serta Masyarakat /
Swasta
1)
2)
Aspek Lingkungan Permukiman
1)
2)
123
Bagian ini merupakan uraian analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah
pengembangan permukiman di perkotaan (tabel 8.8) dan di perdesaan (tabel
8.9). Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun RP2KP dapat mengadopsi
rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang tertuang dalam
RP2KP ke dalam isian tabel di bawah ini. Adapun cara pengisian kolom pada
tabel 8.8 dan 8.9 adalah sebagai berikut:
(1) Nomor urut
(2) Uraian perkiraan kebutuhan data
(3) Unit satuan
(4), (5), (6), (7), dan (8) berisikan proyeksi atau target pengembangan
permukiman di perdesaan dalam jangka waktu 5 tahun
(9) keterangan tambahan jika diperlukan
1.
URAIAN
(2)
Unit
Tahun
I
Tahun
II
Tahun
III
Tahun
IV
Tahun
V
Ket
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Jumlah Penduduk
Jiwa
Kepadatan Penduduk
Jiwa/
Km2
Jiwa/
Km2
Jiwa/
Km2
Ha
3.
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh
Kebutuhan Rusunawa
4.
Kebutuhan RSH
unit
5.
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman Baru
Kws
2.
TB
124
URAIAN
Unit
(1)
(2)
1.
Jumlah Penduduk
Jiwa
Kepadatan Penduduk
Jiwa/
Km2
Jiwa/
Km2
Jiwa/
Km2
Desa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Desa Potensial untuk
Agropolitan
Desa Potensial untuk
Minapolitan
Kawasan Rawan
Bencana
Kawasan Perbatasan
Kawasan Permukiman
Pulau-Pulau Kecil
Desa Kategori Miskin
Kawasan dengan
Komoditas Unggulan
(3)
Tahun
I
Tahun
II
Tahun
III
Tahun
IV
Tahun
V
Ket.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Desa
Kws
Kws
Kws
Desa
Kws
2)
3)
125
126
2.
Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air
Minum, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan
BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum
ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan
infrastruktur
dasar
perdesaan
yang
mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii)
pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)
pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
127
128
129
1
2
3..
(2)
a.
(3)
(4)
(5)
(6)
130
N
O
Program/
Kegiatan
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
(9)
TOTAL
(10)
1
2
3
131
1.a
1.b
2
2.a
2.b
3
TOTAL
TAHUN
CSR
(14)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
OUTPUT
SUMBER DANA
INDIKATOR
LOK
SAT
APBD
MASY
NO
VOL
APBN
APBD
SWA
OUTPUT
ASI
UAN
KAB
ARAK
PROV
STA
/KOTA
AT
RINCIAN
MURNI
PHLN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1
132
133
134
135
136
Strategis,
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan,
dan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat
dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi
sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program
PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
137
138
No.
(1)
1.
2.
3.
(3)
a.
b. dst
a.
b. dst
a.
b. dst
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program
direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah
mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM
adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota
yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun
2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah
tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2
Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32
Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping
kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun
2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan
139
140
(2)
(3)
(4)
(5)
141
(2)
RTH
Penanganan
Kebakaran
Pemenuhan SPM
Lokasi/
Nama
RTH
Luas
RTH
%
Luas
RTH
Keter
sediaan
IMB
(3)
(4)
(5)
(6)
%
IMB
HS
BGN
Instansi
Prasarana
Kebakaran
(7)
(8)
(9)
(10)
Kec. A:
Kec: B:
Kec. C:
Kec. D:
Tabel 8.15 diisi mengacu pada baris pertama dengan petunjuk pengisian kolom
sebagai berikut:
(1) Nama kawasan tradisional/bersejarah yang ada di kabupaten/kota
(2) Dukungan infrastruktur CK yang telah diberikan pada kawasan
tradisional/bersejarah tersebut
(3) Lokasi/Nama Ruang Terbuka Hijau yang ada pada kabupaten kota
(4) Luas RTH yang ada pada kolom (3)
(5) Persentase luas RTH terhadap luas kota
(6) Ketersediaan pelayanan IMB pada kabupaten/kota yang bersangkutan
(7) Persentase bangunan yang ber-IMB pada setiap kecamatan
(8) Ketersediaan produk HSBGN
(9) Nama instansi penanganan kebakaran
(10) Prasarana kebakaran yang ada pada kabupaten/kota
No
(1)
(2)
1.
..........
2.
dst
(3)
Fungsi Hunian :
.....................unit
Fungsi Keagamaan :
............. unit
Fungsi Usaha :
...................... unit
Fungsi Sosial Budaya :
.......... unit
Fungsi Khusus :
..................... unit
(4)
(5)
(6)
142
(2)
(3)
(4)
penyiapan
infrastruktur
guna
pengembangan
lingkungan
permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan
kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta
heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan
lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya
alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan
dalam rangka pemenuhan SPM.
143
144
No
(1)
I.
1
2
3
4
5
(3)
(4)
Alternatif
Solusi
(5)
145
No
(1)
II.
1
2
3
4
5
III.
1
2
3
4
5
Aspek PBL
Permasalahan yang
dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
(2)
(3)
(4)
(5)
146
147
148
menyusun kebutuhan
Lingkungan.
akan
sektor
Penataan
Bangunan
dan
VIII.
Penataan
Ruang
Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)
Penyediaan
Ruang
Terbuka
Hijau (RTH)
Publik
Standar Pelayanan
Minimal
Indikator
Nilai
15.
Terlayaninya
100
masyarakat dalam
%
pengurusan IMB di
kabupaten/ kota.
16.
Tersedianya 100%
pedoman
Harga
Standar Bangunan
Gedung Negara di
kabupaten/kota.
23.
Tersedianya
luasan RTH publik
sebesar 20% dari
luas wilayah kota/
kawasan
perkotaan.
25%
Waktu
Pencapaian
2014
2014
2014
Keterangan
Dinas yang
membidangi
Perijinan
(IMB).
Dinas yang
membidangi
Pekerjaan
Umum.
Dinas/SKPD
yang
membidangi
Penataan
Ruang.
149
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Uraian
(2)
Satuan
Tahun
I
Tahun
II
(3)
(4)
(5)
Kebutuhan
Tahun Tahun
III
IV
(6)
(7)
Tahun
V
Ket
(8)
(9)
150
No
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
III.
1.
2.
Kebutuhan
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
I
II
III
IV
V
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Fungsi
unit
Hunian
Bangunan Fungsi
unit
Keagamaan
Bangunan Fungsi
unit
Usaha
Bangunan Fungsi
unit
Sosial Budaya
Bangunan Fungsi
unit
Khusus
Bintek
laporan
Pembangunan
Gedung Negara
lainnya
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
P2KP
lainnya
Uraian
Satuan
Ket
151
152
Area
memanjang/jalur
dan/atau
mengelompok,
yang
penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik
alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik
minimal 20% dari luas wilayah kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta,
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
153
154
8.2.5
Pada bagian ini usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel 8.21.
155
156
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
(1)
(2)
(3)
VOL
RINCIAN
LO
KA
SI
(4)
(5)
(6)
SATUA
N
(7)
APBN
RP
MURNI
(8)
PHLN
(9)
SUMBER DANA
APBD
KAB/
KOTA
(10)
(11)
APBD
PROV
TAHUN
MAS
YARA
KAT
(12)
LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan Perkantoran
1.a
Penyelenggaraan operasional &
pemeliharaan perkantoran
PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan
dan Lingkungan
2.a
Penyusunan NSPK, Legalisasi
Draft NSPK
PEMBINAAN
PELAKSANAAN
PENATAAN
BANGUNAN
DAN
LINGKUNGAN,
PENGELOLAAN
GEDUNG
DAN
RUMAH
NEGARA
Jumlah
Laporan
Pembinaan
Penyelenggaraan
Bidang
Penataan
Bangunan dan Lingkungan
3.a
Bantek
dan
Pendampingan
penyusunan Ranperda BG
3.b
Fasilitasi penyusunan RTBL
3.c
Fasilitasi penyusunan Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK)
3.d
Fasilitasi penyusunan Rencana
Bln/Thn
NSPK
Laporan
Laporan
Laporan
Laporan
SWA
STA
CSR
(13)
(14)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
(1)
(2)
(3)
(4)
Tindak Penataan dan Revitalisasi
Kawasan
3.e
Fasilitasi Rencana Tindak Sistem
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
3.f
Fasilitasi penyusunan Rencana
Tindak Pengembangan Kawasan
Permukiman
Tradisional
Bersejarah
3.g
Fasilitasi
Penguatan
Kelembagaan
Penataan
Bangunan dan Lingkungan
PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN
BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
Jumlah
Laporan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Bidang
Penataan
Bangunan dan Lingkungan
4.a
Pemeriksaan
keandalan
bangunan gedung
BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA
Pengembangan
Bangunan
Gedung
Negara/Bersejarah
5.a
Pengembangan
Bangunan
Gedung Negara dan Bersejarah
SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
Jumlah kawasan yang Tertata Bangunan
dan Lingkungannya
VOL
(5)
(6)
SATUA
N
(7)
APBN
RP
MURNI
(8)
PHLN
(9)
SUMBER DANA
APBD
KAB/
KOTA
(10)
(11)
APBD
PROV
TAHUN
MAS
YARA
KAT
(12)
SWA
STA
CSR
(13)
(14)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
Laporan
Laporan
Laporan
Laporan
Gedung
RINCIAN
LO
KA
SI
157
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
(1)
RINCIAN
(2)
(3)
6.a
(4)
Pengembangan
Sarana
dan
Prasarana
untuk
Proteksi
kebakaran
6.b
Pengembangan
Sarana
dan
Prasarana untuk Aksesibilitas BG
6.c
Sarana
dan
Prasarana
Revitalisasi Kawasan
6.d
Sarana dan Prasarana Ruang
Terbuka Hijau
6.e
Sarana dan Prasarana pada
Pemukiman
Tradisional
dan
Bersejarah
6.f
Pengembangan
Sarana
dan
Prasarana
untuk
Proteksi
kebakaran
6.g
Pengembangan PIP2B
KESWADAYAAN/PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (P2KP)
Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan
Pendampingan
Pemberdayaan
Sosial
(P2KP/PNPM)
7.a
Pendampingan
Pemberdayaan
Sosial (P2KP/PNPM)
TOTAL
LO
KA
SI
VOL
(5)
(6)
SATUA
N
(7)
Kab/Kota
Kab/Kota
Kawasan
Kab/Kota
Kawasan
Kab/Kota
Provinsi
Kel/desa
APBN
RP
MURNI
(8)
PHLN
(9)
SUMBER DANA
APBD
KAB/
KOTA
(10)
(11)
APBD
PROV
TAHUN
MAS
YARA
KAT
(12)
SWA
STA
CSR
(13)
(14)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
158
8.3
8.3.1
Penyelenggaraan
pengembangan
SPAM
adalah
kegiatan
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik)
dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik
daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok
masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem
penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan
liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
i)
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air
baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
159
160
Pembinaan
teknik,
pengawasan
teknik
dan
fasilitasi
pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
A.
Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya
Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum.
Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat;
dan
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan
Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
161
162
Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem
jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan
masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target
pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening.
Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur
pelanggan.
iii.
Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola
sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non
perpipaan.
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan
SPAM adalah:
1.
2.
3.
4.
iv.
Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK
Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di
kota/kabupaten
serta
permasalahan
terkait
dengan
pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.
v.
163
164
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Total
Kab/Kota
C.
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
i. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan
SPAM sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun
permasalahan pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain:
1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem
perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan
penduduk
b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih
memerlukan pembinaan.
c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan
tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.
d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan
harus membayar lebih mahal.
e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air
minum masyarakat belum memadai.
f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria
layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan
distribusi.
g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan
buruknya akses air minum yang aman.
2) Pendanaan
a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam
masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun
operasional dan pemeliharaan.
165
166
N
o
(1)
(2)
A.
1.
2.
Kelembagaan/Perundangan
Organisasi SPAM
Tata Laksana (SOP,
koordinasi, dll)
SDM
Teknis Operasional
Sumber Air Baku
Bangunan Intake
IPA
Reservoir dan Pompa
Distribusi
Jaringan Transmisi
Jaringan Distribusi
Sambungan Rumah
Meter Pelanggan
Pembiayaan:
Sumber-sumber pembiayaan
Tarif Retribusi
Mekanisme penarikan
retribusi
Realisasi penerimaan retribusi
Peran Serta Masyarakat
Penyuluhan
Kemampuan membayar
retribusi
Kemauan berpartisipasi
3.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
3.
(3)
(4)
(5)
167
A
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
3.
Parameter Yang
Diperbandingkan
(2)
Alternatif-1
Alternatif-2
Alternatif-3
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Kelembagaan
Organisasi SPAM
Tata Laksana (SOP,
Koordinasi, dll)
SDM
Teknis Operasional
Sumber Air Baku
Bangunan Intake
IPA
Reservoir dan Pompa
Distribusi
Jaringan Transmisi
Jaringan Distribusi
Sambungan Rumah
Meter Pelanggan
Pembiayaan:
Sumber-sumber
pembiayaan
Tarif Retribusi
Penarikan retribusi
Realisasi penerimaan
retribusi
Peran Serta
Masyarakat
Penyuluhan
Kemampuan
membayar retribusi
Kemauan
berpartisipasi
168
ii.
Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi
yang
menuntut
pelibatan
masyarakat
dalam
proses
pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana
pembangunan perkotaan harus berimbang dengan pembangunan
perdesaan.
169
170
N
o.
(1)
(2)
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
6.
a.
b.
c.
7.
a.
b.
c.
8.
9.
10
.
(3)
I
(4)
II
(5)
III
(6)
IV
(7)
Tahun
V
(8)
B.
Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari
Renstra DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan:
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber
Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Setiap kabupaten/kota perlu menggambarkan realisasi dan target
pengembangan sistem penyediaan air minum di masing-masing
kabupaten/kota sesuai dengan tabel 8.26 dibawah ini.
No
1
2
171
172
No
6.
OUTPUT
b. Aktivitas reuse &
daur ulang air
Penyelenggaraan
SPAM terfasilitasi
a. PDAM yang
memperoleh
pembinaan
b. Pengelola air
minum non PDAM
yang memperoleh
pembinaan
c. Laporan pra-studi
kelayakan KPS
7.
8.
9.
10
11
.
d. PDAM terfasilitasi
untuk
mendapatkan
pinjaman Bank
e. Studi Alternatif
Pembiayaan
SPAM Regional
SPAM Di kawasan
MBR
SPAM di Ibu kota
Kecamatan (IKK)
SPAM Perdesaan
a. PS Air Minum
Perdesaan
b. Pro Rakyat PDT
SPAM Kawasan
Khusus
a. Kawasan pulau
terluar,
perbatasan,
terpencil
b. Kawasan
pemekaran,
KAPET
c. Pelabuhan
perikanan dan Pro
Rakyat KKP
i. Pelabuhan
perikanan
ii. Pro Rakyat KKP
SATU
AN
Tahun
I
KEBUTUHAN
Tahun Tahun Tahun
II
III
IV
Tahun
V
173
174
D.
175
Kegiatan
Penyelenggara
di Kab./Kota
Penyelenggara
Regional
RTRW
RTRW &
RISPAM
Kab./Kota
RTRW &
RISPAM
Kab./Kota Terkait
Bupati/
Walikota
Bupati/
Walikota
Gubernur setelah
berkonsultasi
dengan
Bupati/Walikota
Terkait.
Konsultasi
Publik
Pemda
Penyelenggara
dengan
Fasilitasi dari
Pemda
Penyelenggara
dengan fasilitasi
dari Pemda
terkait dan
Gubernur
Pelaksanaan
Penyusunan
Penyedia Jasa/
Sendiri
Penyedia
Jasa/ Sendiri
Penyedia Jasa/
Sendiri
8.3.4.2
Penyusun
Acuan
Penetapan
Lintas
Provinsi
Penyelenggara
Regional
RTRW Provinsi,
RTRW &
RISPAM Kab./
Kota Terkait
Menteri setelah
berkonsultasi
dengan
Gubernur dan
Bupati/Walikota
Terkait.
Penyelenggara
dengan fasilitasi
dari Pemda
terkait,
Gubernur, dan
menteri.
Penyedia Jasa/
Sendiri
176
4.
5.
6.
7.
8.
9.
APBN
APBD, PDAM,
KPS, (APBN)
IKK
APBN
APBN
APBN
APBN
APBN
APBN, APBD,
Masyarakat
Catatan:
Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat;
Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah
keharusan;
HU = Hidran Umum;
SR = Sambungan rumah;
MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
177
178
179
180
181
Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Tabel 8.29 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
1
TAHUN
APBN
MURNI
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI,
DAN PENYELENGGARAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan
Perkantoran
xx
Bln/Thn
PERATURAN
PENGEMBANGAN
SISTEM AIR MINUM
Jumlah NSPK Nasional
Bid
xx
NSPK
LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM
Jumlah Laporan Pembinaan
Penyelenggaraan
xx
Laporan
LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan
Bidang
4.a Pengawasan dan
Laporan
pengendalian
PERCONTOHAN RE-USE DAN DAUR
ULANG AIR MINUM
Jumlah Kawasan Yang
RINCIAN
SUMBER DANA
LOK
VOL SATUAN
ASI
182
RINCIAN
2
Ditangani ..
5.a Kampanye hemat
air
5.b Aktivitas
reuse
dan daur ulang air
PENYELENGGARAAN SPAM
TERFASILITASI
Jumlah PDAM yang
Terlayani
6.a Pembinaan PDAM
6.b Pembinaan
Pengelola
air
minum non PDAM
6.c Laporan pra-studi
kelayakan KPS
6.d PDAM terfasilitasi
.
pinjaman Bank
6.e Studi
Alternatif
Pembiayaan
SPAM REGIONAL
Jumlah Kab/kota yang
Terlayani
SPAM DI KAWASAN MBR
Jumlah Kawasan Yang
Terlayani
SUMBER DANA
LOK
VOL SATUAN
ASI
5
Kawasan
Kawasan
Laporan
Laporan
Laporan
Laporan
Laporan
Region
Kawasan
TAHUN
APBN
MURNI
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
183
Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
N
O
1
RINCIAN
2
SUMBER DANA
LOK
VOL SATUAN
ASI
5
1
1
Jumlah
desa
yang
Terlayani
10.a
PS Air Minum
Perdesaan
10.b
Pro Rakyat PDT
SPAM KAWASAN KHUSUS
MURNI
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
KOTA
yang
Kawasan
Desa
Desa
Kawasan
Kawasan
Kawasan
1
0
SPAM
DI
IBU
KECAMATAN (IKK)
Jumlah IKK
Terlayani
SPAM PERDESAAN
TAHUN
APBN
184
8.4
8.4.1.
Air Limbah
2.
3.
4.
5.
6.
185
186
1.
2.
3.
4.
5.
187
188
189
(2)
unit
Truk Tinja
IPLT
IPAL
Dst.
(3)
..m
(4)
(5)
(6)
Kecamatan
(2)
Pengumpulan
Jamban
MCK Lainnya
Keluarga
(3)
(4)
(5)
Pengolahan
Septik
tank
Cubluk
Lainnya
(6)
(7)
(8)
1.
2.
dst
190
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
2.
No.
(1)
(3)
.. Jiwa
. Ha
. Ha
. Ha
.%KK atau unit
.%KK atau unit
.%KK atau unit
.Liter/detik
.BOD Mg/liter
.COD Mg/liter
Keterangan
(4)
b.
c.
d.
e.
Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam
membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana air limbah seperti pembiayaan pembangunan sarana
individual, pengurasan tanki septik, retribusi air limbah sistem
komunal dan tempat-tempat umum, serta anggaran Pemda (APBD)
untuk pengelolaan air limbah permukiman.
Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan air limbah yang mencakup
bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata
laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian
tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola air
limbah saat ini.
Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah
permukiman yang dimiliki saat ini oleh masing-masing
Kabupaten/Kota misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan
Tupoksi pengelola air limbah, retribusi, dll (perda, SK
walikota/kabupaten, SK Direktur).
Peran Serta Swasta dan Masyarakat
Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan air limbah serta kondisi perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi
kesediaan
masyarakat
membayar
retribusi,
penerimaan
masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan air limbah,
perilaku masyarakat dalam BAB, kegiatan-kegiatan apa yang telah
dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja
kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan air limbah baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun
peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan
sarana air limbah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada.
191
192
A.
B.
C.
Permasalahan
(2)
(3)
Kelembagaan:
- Bentuk Organisasi
- Tata Laksana (Tupoksi,
SOP,dll)
- Kualitas dan Kuantitas SDM
Perundangan terkait sektor
air limbah (Perda, Pergub,
Perwali,)
Pembiayaan:
- Sumber-sumber
pembia-
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
193
No.
(1)
D.
E.
1.
2.
Permasalahan
(2)
(3)
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
194
Air
Limbah
Permukiman
Tersedianya
sistem air limbah
setempat yang
memadai.
Tersedianya
sistem air limbah
skala komunitas/
kawasan/kota
60%
2014
Dinas yg
membidangi
PU
5%
2014
Dinas yg
membidangi
PU
195
196
(2)
Peraturan
terkait
sektor air limbah
- Ketersediaan
Peraturan bidang Air
Limbah
(Perda,
Pergub, Perwali dst)
Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan
tata
laksana
(Tupoksi,
SOP, dll)
- Kualitas
dan
kuantitas SDM
Pembiayaan
- Sumber pembiayaan
(APBD Prov/ Kab/
kota/ swasta/ masyarakat/ dll)
- Tarif Retribusi
- Realisasi penarikan
retribusi (%terhadap
target)
Peran swasta dan
masyarakat
(Sudah ada/belum ada/
bentuk kontribusi, dll)
Sistem setempat (on
site)
- Ketersediaan
dan
kondisi IPLT
- Kapasitas IPLT
- Tingkat
cakupan
Pelayanan IPLT
- Ketersediaan
dan
kondisi Truk tinja
- Biaya O&P
- Kualitas efluen IPLT
(BOD dan COD)
- Ketersediaan Sistem
E.
(3)
(ada/tidak,
baik/rusak)
.M3
(% dari target)
(.unit,
baik/rusak)
.Mg/liter
.Mg/liter
(.unit,
(4)
(5)
(6)
(7)
Tahu
nV
(8)
197
N
o
(1)
F.
Uraian
(2)
pengolahan
air
limbah skala kecil/
kawasan/ komunitas
Sistem Terpusat (off
site)
- Ketersediaan
dan
kondisi IPAL
- Kapasitas IPAL
- Tingkat
cakupan
Pelayanan IPAL
- Biaya O&P
Kondisi
Eksisting
(3)
Kebutuhan
Tahu
nI
(4)
Tahu
n II
(5)
Tahu
n III
(6)
Tahu
n IV
(7)
Tahu
nV
(8)
baik/rusak)
(ada/tidak,
baik/rusak)
.M3
(% dari target)
198
Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program
atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan);
sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk
dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk
draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat ;
sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota
(IPAL RSH);
sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola
prasarana yang dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk
biaya operasi dan pemeliharaan.
199
200
Gambar 8.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)
8.4.2
Persampahan
8.4.2.1
201
202
2.
3.
4.
5.
6.
7.
203
204
A.
Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan
informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah,
seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota,
Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan
dokumen lainnya
yang selaras menyatakan isu strategis
pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota.
Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan
persampahan di Indonesia antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:
a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju
timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan
bertambahnya
penduduk, pertumbuhan industri dan
peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju
timbulan sampah.
b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.
Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama
pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi
2.
3.
4.
5.
205
206
207
Uraian
Volume
Ket.
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
2.
3.
4.
Cakupan pelayanan
Perkiraan timbulan sampah
Timbulan sampah yang
terangkut:
Permukiman
Non Permukiman
Total
Kapasitas Pelayanan TPA
. %
3
...M /hari
3
...M /hari
3
...M /hari
3
...M /hari
3
...M /hari
208
Satuan
(1)
(2)
(3)
Kapasitas
Jumlah
per unit
(4)
(5)
Lokasi
Layanan
(6)
Pengadaan
umber
Jumlah
Tahun
Dana
Biaya
(7)
(9)
Kondisi
Ket.
(10)
(11)
209
Satuan
(1)
(2)
(3)
Kapasitas
Jumlah
per unit
(4)
(5)
Lokasi
Layanan
Pengadaan
umber
Jumlah
Tahun
Dana
Biaya
(6)
2. Pengendalian
pencemaran di TPA
a. Lapisan kedap air
b. Perpipaan
pengumpul lindi
c. Instalasi
pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
3.
a.
b.
c.
d.
Sarana penunjang
Jalan masuk
Kantor
Pos jaga
Bengkel,
garasi,
cuci kendaraan
e. Jembatan timbang
(7)
(9)
Ket.
(10)
(11)
Kondisi
210
Satuan
(1)
(2)
(3)
Kapasitas
Jumlah
per unit
(4)
(5)
Lokasi
Layanan
Tahun
(6)
(7)
Pengadaan
umber
Jumlah
Dana
Biaya
)
(9)
Kondisi
Ket.
(10)
(11)
Sistem
Pengelolaan/
Sub Sistem
211
Satuan
(2)
(3)
3. Sarana
penunjang
a. Jalan masuk
b. Kantor
c. Pos jaga
d. Bengkel,
garasi,
cuci kendaraan
e. Jembatan timbang
(4)
(5)
Lokasi
Layanan
(6)
Pengadaan
umber
Jumlah
Tahun
Dana
Biaya
(7)
(9)
Kondisi
Ket.
(10)
(11)
c. Instalasi
pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
Kapasitas
Jumlah
per unit
212
b. Pendanaan
Menguraikan
kemampuan
masyarakat/Pemda/Swasta
dalam
membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana
individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah
kota/kabupaten untuk pengelolaan persampahan. Dalam aspek
pendanaan perlu juga diuraikan tentang;
1) Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi);
2) Struktur biaya operasional;
o
Pengumpulan dan penyampuran;
o
Penampungan sementara;
o
Pengangkutan;
o
Pembuangan akhir.
3) Struktur tarif retribusi;
o
Kondisi dan kemampuan daerah;
o
Kemampuan masyarakat;
o
Institusi yang mengelola retribusi.
c. Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup
bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata
laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi
pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:
1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan,
kota/kabupaten dan regional;
2) pemisahan
fungsi
regulator
dan
operator
pengelolaan
persampahan Kabupaten/Kota.
d. Peraturan Perundangan
Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang terkait
dengan
pengelolaan
persampahan
(tingkat
propinsi
dan
kabupaten/kota), diantaranya:
1) Peraturan perundangan tentang kebersihan;
2) Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola
persampahan skala kota/kabupaten;
3) Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur
dan kewajiban pelanggan);
4)
Peraturan
perundangan
tentang
kerjasama
pengelolaan
persampahan skala regional dengan pemerintah kota/kabupaten
lain;
5) Peraturan
perundangan
tentang
kerjasama
pengelolaan
persampahan skala kawasan dengan badan usaha swasta;
6) Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat.
Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang
Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan
peraturan yang ada
e. Peran Serta Masyarakat
Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan
masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap
aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan
apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat
misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan
persampahan
baik
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah
setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sampah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada.
B. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan
i. Identifikasi Permasalahan Persampahan
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di
Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang
ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan
dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need)
yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu,
dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah
dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameterparameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data
permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi
213
214
A.
B.
C.
D.
E.
Aspek Pengelolaan
Persampahan
Permasalahan
(2)
(3)
Kelembagaan:
- Bentuk
Organisasi
Pengelola
- Tata Laksana (Tupoksi,
SOP, Dll)
- Kuantitas dan Kualitas SDM
Pembiayaan:
- Sumber-sumber
pembiayaan (APBD Prov/
Kab/kota/swasta/
masyarakat/dll)
- Retribusi
Perundangan
(Perda,
Pergub, Perwali,dst)
(Perda, Pergub, Perwali,dst)
Peran serta Masyarakat dan
swasta
Teknis Operasional:
1. Dokumen
perencanaan
(MP, FS, DED)
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
215
No.
(1)
Aspek Pengelolaan
Persampahan
Permasalahan
(2)
(3)
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pewadahan
Pengumpulan
Penampungan Sementara
Pengangkutan
Pengolahan 3R
Pengelolaan Akhir di TPA
Pengendalian pencemaran
di TPA
9. Sarana penunjang TPA
216
Pengelolaan
sampah
Tersedianya
fasilitas
pengurangan
sampah di
perkotaan.
Tersedianya
sistem
penanganan
sampah di
perkotaan.
20%
2014
Dinas yg
membidangi
PU
70%
2014
Dinas yg
membidangi
PU
217
(2)
Peraturan
terkait
Persampahan
- Ketersediaan
Peraturan
bidang
Persampahan
(Perda,
Pergub,
Perwali dst)
Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan
tata
laksana
(Tupoksi,
SOP, dll)
- Kualitas
dan
kuantitas SDM
Pembiayaan
- Sumber pembiayaan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
218
N
o
(1)
E.
1.
2.
Uraian
Kondisi
Eksisting
(2)
(3)
Teknis Operasional
Perencanaan (Dok.
MP, FS, DED)
Prasarana & sarana
Pewadahan
a. Bin/Tong Sampah
Pengumpulan
a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya
Penampungan
Sementara
a. Transfer depo
b. Container
c. lainnya
Pengangkutan
a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
c. Lainnya
Pengolahan
a. Pengomposan
b. Daur ulang
TPA
1. Pemerosesan
Akhir
a. Alat berat
(excavator, dll)
b. Lahan TPA
2. Fasilitas umum
a. Jalan masuk
b. Air bersih
c.Kantor
(unit,kondisi)
(unit,kondisi)
(unit,kondisi)
(unit,kondisi)
(unit,kondisi)
(unit,kondisi)
..........ha
(baik,rusak,
aspal,tanah,
dll)
Kebutuhan
Tahu
nI
(4)
Tahu
n II
(5)
Tahu
n III
(6)
Tahu
n IV
(7)
Tahu
nV
(8)
219
N
o
(1)
Uraian
(2)
3. Pengendalian
pencemaran di
TPA
a. Lapisan kedap
air
b. pipa pengumpul
lindi
c. Instalasi
pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur
monitoring
g. Drainase air
hujan
4. Sarana
penunjang
a. Jalan operasi
b. Pos jaga
c. Bengkel, garasi,
tempat cuci
kendaraan
d. Jembatan
timbang
e. Tanah penutup
Kondisi
Eksisting
(3)
Kebutuhan
Tahu
nI
(4)
Tahu
n II
(5)
Tahu
n III
(6)
Tahu
n IV
(7)
Tahu
nV
(8)
(tersedia/tida
k)
(ada/tidak,
kondisi)
220
221
222
8.4.3.
Drainase
8.4.3.1
2.
3.
223
224
4.
5.
A.
Isu Strategis Pengembangan Drainase
Kab/Kota wajib melakukan rumusan isu strategis pengembangan
Drainse di daerah Kabupaten/Kota yang sedang berkembang dan
membutuhkan penanganan. Dalam melakukan rumusan isu strategis ini
dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari
dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan
pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti
dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas,
Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang
selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di
Kabupaten/Kota.
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di
Indonesia antara lain:
1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan
kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga
berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (grey water).
Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda
dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada
daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada
sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah
secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
2. Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga
mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan
untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari
aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat
225
226
3.
4.
5.
6.
227
228
(1)
1.
2.
3.
Nama
Jalan/Lokasi
Saluran
Panjang
(m)
Tinggi
(m)
Lebar
(m)
(2)
(3)
(4)
(5)
Luas
Catchment
Area
(Ha)
(6)
Pengadaan
Kondisi
(7)
Tahun
Sumber
Dana
Jumlah
Biaya
(8)
(9)
(10)
Saluran A
Saluran B
Saluran C
b. Pendanaan
Menguraikan
kemampuan
masyarakat/Pemda/Swasta
dalam
membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana drainase perkotaan seperti pembiayaan pembangunan serta
anggaran Pemda (APBD) untuk O&P sarana prasarana yang ada.
c. Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan drainase perkotaan yang
mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian
tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki.
Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola
drainase perkotaan saat ini.
d. Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan sistem drainase
perkotaan yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota
misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola,
perundangan misalnya kejadian untuk tidak bermukim di bantaran
sungai atau saluran drainase, masalah pertanahan di perkotaan yang
relatif rumit, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).
e. Peran Serta Masyarakat dan swasta
Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan
pembangunan sistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan
peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sistem drainase
perkotaan yang meliputi kesediaan masyarakat peduli dan menjaga
aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait
pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa yang
telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya
saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan sistem
drainase perkotaan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam
pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Drainase
i. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan
Setiap Kab/Kota perlu menguraikan permasalahan yang dihadapi
masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada
dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar
(basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang
ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu,
229
230
A.
B.
Aspek Pengembangan
Drainase
Permasalahan
(2)
(3)
Kelembagaan:
- Bentuk Organisasi Pengelola
- Tata
Laksana
(Tupoksi,
SOP, Dll)
- Kuantitas dan Kualitas SDM
Pembiayaan:
- Sumber-sumber pembiayaan
(APBD
Prov/
Kab/kota/
swasta/ masyarakat/dll)
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
231
No.
(1)
C.
D.
1.
2.
Aspek Pengembangan
Drainase
Permasalahan
(2)
(3)
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(4)
(5)
Primer
Sekunder
Tersier
B. Turap
C. Bangunan
pelengkap
(gorong-gorong, pintu air,
pompa, talang, dst)
D. Waduk,kolam
retensi,
sumur resapan
232
233
(2)
Peraturan
terkait
sektor drainase
- Ketersediaan
Peraturan
drainase
(Perda,
Pergub,
Perwali dst)
Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan
tata
laksana
(Tupoksi,
SOP, dll)
- Kualitas dan kuantitas
SDM
Pembiayaan
- Sumber pembiayaan
(APBD Prov/ Kab/
kota/ swasta/ masyarakat/ dll)
Peran
swasta
dan
masyarakat
(Sudah ada/belum ada/
bentuk kontribusi, dll)
Teknis Operasional
PS
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tahu
nV
(8)
234
N
o
(1)
1.
2.
Uraian
Kondisi
Eksisting
(2)
(3)
Kebutuhan
Tahu
nI
(4)
Tahu
n II
(5)
Tahu
n III
(6)
Tahu
n IV
(7)
Tahu
nV
(8)
Aspek Perencanaan
(Master Plan, FS,
DED)
A. Saluran
Primer
Sekunder
Tersier
B. Turap
C. Bangunan
pelengkap
(gorong-gorong,
pintu air, pompa,
talang, dst)
D. Waduk,
kolam
retensi,
sumur
resapan
235
236
8.4.4
237
238
239
240
OUTPUT
INDIKATOR
OUTPUT
RINCIAN
NO
(1)
(2)
(3)
(4)
LO
VOL SATUAN
KASI
MURNI
(5)
(6)
(7)
SUMBER DANA
APBD CSR SWASTA/
APBD
KAB/
MASYA
PROV
KOTA
RAKAT
PHLN
APBN
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
TAHUN
1
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
KET
(19)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN SANITASI LINGKUNGAN (AIR LIMBAH,
DRAINASE) SERTA PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI PERSAMPAHAN
Layanan Perkantoran
Jumlah
bulan
Bln/tahun
layanan
Perkantoran
xxx
Peraturan Pengembangan PLP
Jumlah
NSPK
NSPK
Nasional
Bidang
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
xxx
Laporan Pembinaan Pelaksanaan PLP
Jumlah
Laporan
Laporan
Pembinaan
Penyelenggaraan
Bidang
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
xxx
Tabel 8.46 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kabupaten/Kota
OUTPUT
INDIKATOR
OUTPUT
RINCIAN
NO
(1)
(3)
(4)
MURNI
(5)
(6)
(7)
SUMBER DANA
APBD CSR SWASTA/
APBD
KAB/
MASYA
PROV
KOTA
RAKAT
PHLN
APBN
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
TAHUN
1
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
KET
(19)
(2)
LO
VOL SATUAN
KASI
242
(1)
(2)
(3)
(4)
LO
VOL SATUAN
KASI
MURNI
(5)
(6)
(7)
Jumlah Kab/Kota
Kab/Kota
yang
Telayani
Infrastruktur Stasiun Antara Dan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
7.a
7.b
Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah
Terpadu/ 3R
Jumlah Kawasan
Kawasan
yang
Telayani
Infrastruktur
Tempat Pengolah
Sampah
Terpadu/3R
8.a
TOTAL
SUMBER DANA
APBD CSR SWASTA/
APBD
KAB/
MASYA
PROV
KOTA
RAKAT
PHLN
APBN
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
TAHUN
1
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
KET
(19)
OUTPUT
INDIKATOR
OUTPUT
RINCIAN
NO
BAB IX
KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS
9.1
Entitas Regional
243
244
Entitas Kabupaten/Kota
Pembangunan
infrastruktur
Bidang
Cipta
Karya
entitas
kabupaten/kotamerupakan infrastruktur yang memiliki tingkat
pelayanan skala kabupaten/kota, sebagai berikut:
a. Program software/non fisik antara lain berupa:
i. Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM),
sektor Pengembangan Air Minum;
ii. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman (RP2KP), sektor Pengembangan Permukiman;
iii. Perda Bangunan Gedung dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK),
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;
iv. Strategi Sanitasi Kota (SSK), program dari Direktorat
Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya,
b. Program pembangunan fisik antara lain berupa:
i. Penyehatan PDAM, sektor Pengembangan Air Minum;
ii. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM)Kabupaten/Kota,
sektor Pengembangan Air Minum;
iii. Infrastruktur Air Limbah Terpusat, sektor Pengembangan PLP;
iv. Infrastruktur Drainase Perkotaan, sektor Pengembangan PLP;
v. Infrastruktur TPA Sampah, sektor Pengembangan PLP.
9.3
Entitas Kawasan
245
246
i.
j.
k.
l.
m.
9.4
Entitas Lingkungan/Komunitas
PEMBANGUNAN FISIK
(2)
(3)
(1)
Regional
Masterplan
Feasibility Study
Sektor AM
SPAM Regional
Sektor PPLP
TPA Regional
Kabupaten/
Kota
Sektor AM
RISPAM
Sektor
Bangkim
RP2KP/
RTBL
KSK
Sektor AM
Penyehatan
PDAM
SPAM Kab/Kota
Sektor PLP
SSK
Sektor
PBL
Perda
BG
Sektor PPLP
Infrastruktur Air
Limbah terpusat
Infrastruktur
Drainase
Perkotaan
Infrastruktur
TPA Sampah
Sektor AM
SPAM MBR (di
Rusunawa, Kws
Kumuh dan Kws
Nelayan)
SPAM di Kws
KAPET/MP3EI/
KEK
SPAM IKK
SPAM di Pel.
Perikanan
SPAM di Kws
Perbatasan
Sektor Bangkim
Rusunawa
Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Kumuh
PSD Kws
Rawan
Bencana, Kws
Perbatasan,
Pulau Kecil
Terluar, & Kws
Perdesaan
Potensial
(agro/minapolita
n & KTM)
Sektor PPLP
Infrastruktur Air
Limbah
Komunal
Infrastruktur
TPST/3R
Sektor PBL
Revitalisasi
Kawasan,
Pengembangan
RTH dan PSD
permukiman
tradisional/
bersejarah
Sektor AM
SPAM Desa
Sektor Bangkim
PPIP
Kawasan
Lingkungan
RTBL
Desain Kawasan
Rencana Kerja
Masyarakat/ Community
247
248
BENTUK DUKUNGAN/KEGIATAN
ENTITAS
(1)
SOFTWARE/NON FISIK
PEMBANGUNAN FISIK
(2)
(3)
Action Plan
Rawan
Air/Pesisir/
Terpencil
PAMSIMAS
Sektor PPLP
Sanimas
Sektor PBL
PNPM
Perkotaan
(P2KP)
Perbaikan
Kampung/Penat
aan Lingkungan
Permukiman
Berbasis
Komunitas
(PLP-BK)
BAB X
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan
permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek
lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan,
kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen,
serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan
dan sosial yang dibutuhkan.
10.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah
kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1.
249
250
251
252
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPI2-JM. Diagram alir pentahapan
pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut:
253
254
No
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(3)
(4)
Perubahan Iklim
Kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan,
Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau
program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
(2)
(3)
(4)
255
256
(2)
Pembuat keputusan
Penyusun kebijakan,
dan/atau program
Instansi
Contoh Lembaga
rencana
Masyarakat
yang
memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
a. Bupati/Walikota
b. DPRD
Dinas PU-Cipta Karya
a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
lainnya
b. Asosiasi profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan hidup
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e. Perorangan/tokoh
f. kelompok yang memiliki data dan
informasi berkaitan dengan SDA
a. Lembaga Adat
b. Asosiasi Pengusaha
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan,
petani dll)
Penjelasan Singkat
(1)
(2)
257
258
(2)
Komponen kebijakan /
rencana / program
Kegiatan
Lokasi (Kecamatan /
Kelurahan (jika ada))
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1).
2).
Dst
Pengembangan Air Minum
1).
2).
Dst
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
1).
2).
Dst
2.
3.
4.
259
No
(1)
(2)
1.
Pengembangan
Permukiman
1).
2).
Dst
Penataan Bangunan & Lingkungan
1).
2).
Dst
2.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
260
No
Komponen
kebijakan,
rencana dan/atau
program*
(1)
(2)
3.
Pengembangan Air
minum
1).
2).
Dst
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
1).
2).
Dst
4.
Ket:
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
261
262
(2)
1.
Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
1).
2).
Dst
Pengembangan Air minum
1).
2).
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan Permukiman
1)
2)
2.
3.
4.
(3)
1.
2.
3.
4.
(2)
(3)
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan Air minum
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
263
264
Deskripsi
a) Rujukan
Peraturan
Perundangan
c) Kewajiban
pelaksanaan
d) Keterkaitan
studi
lingkungan
dengan:
e) Mekanisme
pelaksanaan
b) Pengertian
Umum
265
Deskripsi
f) Muatan Studi
Lingkungan
i. Isu
Strategis
terkait
Pembangunan
Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan
isu-isu strategis terkait pembangunan
berkelanjutan
iii. Alternatif
rekomendasi
untuk
rencana/program
g) Output
266
267
i) Pendanaan
APBD Kabupaten/Kota
j) Partisipasi
Masyarakat
Deskripsi
h) Outcome
Deskripsi
k) Atribut
Lainnya:
a. Posisi
b. Pendekatan
c. Fokus
analisis
d. Dampak
kumulatif
e. Titik
berat
telaahan
f. Alternatif
g. Kedalaman
h. Deskripsi
proses
i. Fokus
pengendalia
n dampak
j. Institusi
Penilai
Sumber:
hasil analisa
Amat terbatas
memberikan
268
No.
A.
B.
C.
> 10 ha
> 100.000 ton
semua
kapasitas/
besaran
> 500 ton/hari
> 2 ha
3
> 11 m /hari
> 3 ha
> 2,4 ton/hari
269
270
No.
D.
E.
Jenis Kegiatan
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
Luas layanan, atau
Debit air limbah
Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang:
b. Kota sedang, panjang:
Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan
b. Pembangunan jaringan transmisi
panjang
Sumber:
Skala/Besaran
> 500 ha
3
> 16.000 m /hari
> 5 km
> 10 km
> 500 ha
> 10 km
Permen LH 5/2012
Air Minum
271
272
Sektor Teknis CK
Mata air
: 2,5 lps s.d. < 250 lps
Debit
e.
Pembangunan
Gedung
Sektor Teknis CK
273
274
Sektor Teknis CK
f.
Pengembangan
kawasan
permukiman
baru
g.
Peningkatan
Kualitas
Permukiman
h.
Penanganan
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
Sumber :
No.
Komponen Kegiatan
Lokasi
Amdal
UKL/UPL
SPPLH
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.
Pengembangan
Permukiman
1).
2).
Dst
Penataan
Bangunan
dan Lingkungan
1).
2).
Dst
Pengembangan
Air
minum
1).
2).
Pengembangan
Penyehatan Lingkungan
Permukiman
1)
2)
2.
3.
4.
Keterangan: Beri tanda centang (v) dalam kolom Amdal, UKL-UPL atau SPPLH
275
276
2.
3.
4.
5.
277
278
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral.
Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan
sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,
serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar
adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting,
persebaran, karakteristik, hingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang
pada tabel 10.12.
279
280
Lokasi
Jumlah
Penduduk
Miskin
Kondisi
Umum
Permasalahan
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Kawas
an ...
Kelurah
an
Kecam
atan.
.
Jml
Pddk:
Jml KK:
Mata
Pencaharian
secara umum:
Kondisi
lingkungan:
Kondisi hunian
umum:
Status
kepemilikan
hunian secara
umum:
2.
Dst. ..
Bentuk
Penanganan
yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(6)
(7)
Program /
Kegiatan:
Tahun:.
Bentuk
Penanganan:
.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
281
282
Bagian ini berisikan pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender
dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul
sebegai pembelajaran di masa datang di daerah. Hal ini dijabarkan dalam tabel
dibawah ini.
No.
(1)
1
a
b
c
Program /
Kegiatan
Lok
asi
Tah
un
Bentuk
Keterlib
atan/
Akses
(2)
(3)
(4)
(5)
Pemberdayaan Masyarakat
PNPM
Perkotaan
PISEW
PAMSIMA
S
PPIP
e.
RIS PNPM
f.
SANIMAS
2
a
b.
Tingkat
Partisip
asi
Peremp
uan
(jumlah)
Kontrol
Pangambilan
Keputusan oleh
Perempua
n
Man
faat
Permasalah
an yang
Perlu
Diantisipasi
di Masa
Datang
(6)
(7)
(8)
(9)
(8)
(9)
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin
terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di
wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi
mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat
perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,
persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
283
284
No.
(1)
(2)
1.
Pengembangan
Permukiman
1).
2).
Dst
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
1).
2).
Dst
Pengembangan
Air minum
1).
2).
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
1)
2)
2.
3.
4.
285
(3)
(4)
(5)
(6)
Keterangan:
*) Informasi Kegiatan Mencakup Lokasi
(7)
286
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
287
(2)
1.
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan
Air Minum
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
2.
3.
4.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
288
BAB XI
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota,
diamanatkan
bahwa
kewenangan
pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/
Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan
prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah
meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk
pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah
terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal
dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah
daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat,
namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen
Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar
pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari
masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung
pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan
bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya
pada dasarnya bertujuan untuk:
289
290
a.
b.
c.
4.
5.
291
292
6.
7.
8.
b.
9.
293
294
4.
5.
6.
295
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Pendapatan Asli
Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
Lain-Lain PAD
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain
Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Darurat
DBH Pajak dari
Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian &
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
Provinsi/ Pemda Lain
Pendapatan Lainnya
Total Pendapatan
Tabel 11.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Tahun - Tahun Tahun Tahun -1
2
3
4
5
BELANJA DAERAH
Rp % Rp %
Rp
% Rp %
Rp
%
(1)
Belanja Tidak
Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
296
BELANJA DAERAH
(1)
Tahun
-1
Rp %
(2)
(3)
Tahun 2
Rp %
(4)
(5)
Tahun 3
Rp
%
(6)
(7)
Tahun 4
Rp %
Tahun 5
Rp
%
(8)
(10)
(9)
(11)
Belanja Bansos
Bantuan Pemda lain
Belanja Tidak
Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang &
Jasa
Belanja Modal
Total Belanja
Tabel 11.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Tahun - Tahun - Tahun - Tahun PEMBIAYAAN
-1
2
3
4
5
DAERAH
Rp % Rp %
Rp
%
Rp
% Rp
%
(1)
Penerimaan
Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
Penerimaan
Pinjaman dan
Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman
Piutang Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembentukan
Dana Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Pokok
Pinjaman
Pemberian
Pinjaman Daerah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
10
18
2
18
5
10
22
20
10
40
30
35
50
45
30
32
40
35
40
Tahun-1
Tahun-2
Tahun-3
Tahun-4
Tahun-5
Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi
untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran
selama lima tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No.
71 Tahun 2010) seperti gambar 11.1. Apabila ada kenaikan atau penurunan
komponen pendapatan dan belanja yang signifikan atau terkait dengan bidang
Cipta Karya, perlu dianalisis secara deskriptif dan ditulis penjelasan rincinya.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5
5
11
4
17
3
17
20
8
20
10
20
30
25
35
70
65
50
40
45
Tahun-1
Tahun-2
Tahun-3
Tahun-4
Tahun-5
PAD
Transfer Pusat
Belanja Operasi
Belanja Modal
Transfer Provinsi
Transfer ke Desa
Karya
297
298
Sektor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Alokasi
Tahun 5
(6)
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
& Lingkungan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Karya
Bagian ini menunjukan alokasi dan proporsi pendanaan bidang Cipta Karya
bersumber dari APBD yang dijabarkan berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya
yang ada. Setelah didapatkan proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya seperti tabel 11.6 maka dapat dihasilkan grafik seperti
gambar 11.2.
299
300
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Alokasi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
.
Belanja daerah
0.1
0.2
Belanja lainnya
PAM
8.2
0.7
PPLP
0.3
Bangkim
PBL
0.1
Gambar 11.2 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
301
Bagian ini juga berisikan penyajian data perkembangan besaran DDUB dalam
3-5 tahun terakhir untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan
DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 11.7. Petunjuk pengisian tabel sebagai
berikut:
(1) subsektor Cipta Karya
(2), (4), (6), (8), (10) berisikan alokasi APBN pada setiap sektor CK dalam 5
tahun terakhir
(3), (5), (7), (9), (11) berisikan alokasi DDUB sebagai dana pendamping
pembangunan DJCK
Tahun - 1
Alokasi
APBN
(2)
DD
UB
(3)
Tahun 2
Tahun 3
Alokasi
APBN
Alokasi
APBN
(4)
DD
UB
(5)
(6)
DD
UB
(7)
Tahun - 4
Alokasi
APBN
(8)
DD
UB
(9)
Tahun - 5
Alokasi
APBN
DDUB
(10)
(11)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Total
302
Pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,
operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh
perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.
Karya
303
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Ket.
(7)
304
Keterangan:
2.
3.
305
Pendapatan Asli
Daerah
Dana Perimbangan
DAU
DBH
DAK
- DAK Air Minum
- DAK SAnitasi
Lain Lain Pendapatan yang Sah
Total APBD
Y5
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
%
%
%
%
%
%
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
306
Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan
rumus sebagai berikut:
307
308
Bagian ini berisikan daftar proyek potensial KPS yang disusun berdasarkan
identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan
ekonomi dan finansial dari program tersebut. Rencana kerjasama pemerintah
dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel 11.10. Adapun petunjuk
pengisian tabel adalah sebagai berikut:
(1) Nama kegiatan yang berpotensi untuk di-KPS-kan
(2) Deskripsi teknis dan komponen kegiatan KPS
(3) Nilai Kegiatan
(4) Kelayakan finansial ditunjukan dengan nilai IRR (Internal Rate of Return)
(5) Penjelasan/status kegiatan potensi KPS
(2)
(3)
(4)
(5)
IRR = ...
Peningkatan
Investasi
309
310
BAB XII
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai
hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi
sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat
dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata
laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk
melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata
laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui
mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai
operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk
meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga
komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu
kesatuan.
311
312
Bupati/
Walikota
DPRD
Sekretaris
Daerah
Dinas
Lembaga/
Badan
Sumber: PP 41/2007
4.
313
314
315
316
RENSTRA PU 2010-14
PERMEN PU 2/2010
RPJMN 2010-2014
PP 5/2010
IKU PU 2010-14
PERMEN PU 3/2010
GDRB 2010-2025
PERPRES 81/2010
RMRB 2010-2014
PERMENPAN 20/2010
9 PROGRAM & 27
KEGIATAN RB
9 PEDOMAN
PELAKSANAN RB
EVALUASI
KINERJA
ORGANISASI
PERMENPAN
19/2008
CAPAIAN
PROGRAM &
KEGIATAN RB
SD 2010
RMRBPU-2010-14
9 PROGRAM RB
1. Manajemen
perubahan
2. Penataan peraturan
per-U-Uan
3. Penguatan &
penataan org.
4. Penataan tata
laksana
5. Penataan sistem
manajemen SDM
aparatur
6. Penguatan
pengawasan
7. Penguatan
akuntabilitas
8. Peningkatan
pelayanan publik
9. Monitoring, evaluasi
& pelaporan
3 SASARAN
KEBERHASILAN
REFORMASI
BIROKRASI
1. Birokrasi
bersih &
bebas KKN
2. Peningkatan
kualitas
pelayanan
3. Peningkatan
kapasitas &
akuntabilitas
kinerja
birokrasi
QUICK WINS
Dit.Bina Program : RPIJM
Dit.Air Minum : PAMSIMAS
Dit.PLP : SANIMAS
Dit. Bangkim : SPPIP
Dit. PBL : P2KP
6.
Instruksi
Presiden
No.
9
Tahun
2000
tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke
dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga
pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi
atas
kebijakan
dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai
317
318
9.
319
320
No.
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
Bappeda
Dinas PU
Dinas
Dinas
Dinas
(3)
(4)
No.
(1)
(3)
(4)
Pengembangan Permukiman
1
dst
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1
dst
Pengembangan Air Minum
1
dst
Pengembangan PLP
1
dst
SOP Non-Teknis
1
dst
321
322
(4) Jumlah pegawai yang memiliki jabatan fungsional (Jafung Tata Bangunan
dan Permukiman, Jafung Tata Penyehatan Lingkungan, Jafung
Perencana, dsb)
Tabel 12.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit
Jenis
Latar Belakang
Jabatan
Golongan
Kerja
Kelamin
Pendidikan
Fungsional
(1)
(2)
Dinas PU
(3)
Pria : ...
orang
Wanita : ...
orang
(4)
(5)
Jafung TBP:
... orang
Jafung TPL:
orang
dst.
Bappeda
Dinas
Dinas
Dst.
12.3
Analisis Kelembagaan
323
324
No.
(1)
1.
2.
3.
4.
Bappeda
Dinas PU
Dinas
Dinas
(3)
SMA/Sederajat
Diploma
- D3 Teknik
- D3 Sekretaris
- dst
S1/Sederajat
- S1 Teknik
- S1 Ekonomi
- dst
S2/S3
SMA/Sederajat
Diploma
- D3 Teknik
- D3 Sekretaris
- dst
S1/Sederajat
- S1 Teknik
- S1 Ekonomi
- dst
S2/S3
(4)
(5)
..orang
..orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
..orang
..orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
.. orang
325
326
Faktor
External
PELUANG (O)
a.
b.
c.
ANCAMAN (T)
a.
b.
c.
KEKUATAN (S)
a.
b.
c.
Strategi SO (Kuadran 1)
Strategi ST (Kuadran
2)
KELEMAHAN W)
a.
b.
c.
Strategi WO (Kuadran 3)
Strategi WT (Kuadran
4)
Faktor
Internal
12.4
327
328
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
11
12
13
14
15
16
17
Jenis Pelatihan
Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam
Tanggap Darurat Bencana
Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik
Negara
Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Diklat Jabatan Fungsional
Organisasi
Tata Laksana
Sumber Daya
Manusia
Strategi
(2)
Rencana Aksi
(3)
329
330
BAB XIII
MATRIKS RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA (RPI2-JM BIDANG CK)
Program investasi Kabupaten/Kota yang merupakan rekapitulasi dari
dokumen RPI2-JM yang telah disusun dengan mempertimbangkan
kemampuan Kabupaten/Kota dari aspek teknis, aspek lingkungan dan
sosial, aspek pendanaan, maupun aspek kelembagaan. Selain itu,
rencana program investasi harus dilengkapi dengan kesepakatan
pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari
Bupati/Walikota selaku kepala daerah. Matriks program dan investasi
bidang Cipta Karya disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
Kabupaten/Kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan
Kabupaten/Kota. Setiap daerah diharapkan mempunyai prioritas yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayahnya, sebagai contoh
suatu Kabupaten/Kota memprioritaskan program investasi air minum di
tahun-tahun awal jangka menengah karena Kabupaten/Kota tersebut
mempunyai pertimbangan bahwa sebagian besar penduduknya tinggal
di daerah rawan air. Hal ini tentu saja tidak sama dengan daerah lain,
disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.
Dokumen rencana program investasi yang merupakan rekapitulasi dan
intisari dari RPI2-JM Kabupaten/Kota. Setiap Kabupaten/Kota
diharapkan dapat menyampaikan rencana program dalam sebuah
ringkasan rencana investasi dan sumber pembiayaan yang merupakan
bagian sinkronisasi dan prioritas program di Kabupaten/Kota.
331
332
13.1
Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten/Kota
Berdasarkan tabel usulan program dan kegiatan pada setiap aspek
teknis, maka dapat disusun sebuah tabel ringkas rencana program dan
investasi bidang Cipta Karya. Rencana ini harus menjabarkan skenario
pengembangan kota dan pengembangan sektor bidang Cipta karya,
usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand
ataupun target pencapaian sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan daerah, mekanisme pendanaan atau pembiayaan, skala
prioritas penanganan, dan rencana pelaksanaan program investasi.
333
No
(1)
(2)
Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Rincian
Kegiatan
Lokasi
Vol.
Satuan
Tahun
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
APBN
Rupiah
PHLN
Murni
(8)
(9)
DAK
APBD
Prov
APBD
Kab/
Kota
BUMD
KPS/
Swasta
Masya
rakat
CSR
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
334
13.2
335
No
(1)
Entitas/
Program
(2)
Regional
Kabupaten/
Kota
Kawasan
Lingkungan/
Komunitas
:
:
Rincian
Kegiatan
Lo
kasi
Kawasan
Strategis
Kabupaten/
Kota (KSK)
Sek
tor
(3)
(4)
(5)
(6)
Tah
un
(7)
APBN
Rupiah
PHLN
Murni
(8)
(9)
DAK
(10)
(12)
(13)
KPS/
Swasta
Masya
rakat
CSR
(14)
(15)
(16)
336
3R (Reduce,
Reuse, Recycle)
Air baku
Air limbah
permukiman
Air minum
AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup)
Analisis Jabatan
Analisis SWOT
337
338
APBN (Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara)
Belanja Daerah
Black water
BUMD (Badan
Usaha Milik
Daerah)
BUMN (Badan
Usaha Milik
Negara)
CSR (Corporate
Social
Responsibility)
DDUB (Dana
Daerah Untuk
Urusan Bersama)
DED
Drainase perkotaan
DSCR (Debt
Service Cost Ratio)
Grey Water
HSBGN
IMB
IPAL (Instalasi
Pengolahan Air
Limbah)
IPL (Instalasi
Pengolahan
Leacheate)
IPLT (Instalasi
Pengolahan
Lumpur Tinja)
Kebijakan
Kegiatan
KEK (Kawasan
Ekonomi Khusus)
KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup
Strategis)
339
340
KPS (Kerjasama
Pemerintah dan
Swasta)
KSK (Kawasan
Strategis Kota/
Kabupaten)
KSN (Kawasan
Strategis Nasional)
KSPD
MP3EI
MP3KI
Organisasi
P2KP
Program
Penanggulangan
Perkotaan
PAD (Pendapatan
Asli Daerah)
PBL
Pembiayaan
Daerah
Pemerintah daerah
Pendapatan Daerah
Perda BG
Permukiman
Permukiman kumuh
Perubahan iklim
PIP2B
Kemiskinan
di
341
342
PKN (Pusat
Kegiatan Nasional)
PKSN (Pusat
Kegiatan Strategis
Nasional)
PNPM
Program
PSD
PUG
(Pengarusutamaan
Gender)
Readiness Criteria
Kriteria Kesiapan
Reformasi Birokrasi
RI-SPAM
RISPK
RP2KP
RTBL
RTBL KSK
RTH (Ruang
Terbuka Hijau)
RTH Privat
RTH Publik
RTRW (Rencana
tata Ruang
Wilayah)
Rumah susun
Saluran Drainase
primer
Saluran Drainase
Sekunder
Sampah B3
343
344
penanganan khusus.
Sanitasi sistem
setempat (on-site)
Sanitasi sistem
terpusat (offsite)
Satgas RPIJM
SNVT (Satuan
Kerja Non Vertikal
Tertentu)
SOP (Standar
Operasi Prosedur)
SPM (Standar
Pelayanan Minimal)
SSK
Strategi
Tangki septik
Tangki septik
komunal
Tata Laksana
TPA Regional
TPS 3R
345
Penyus
un:Di
r
ekt
or
atBi
naPr
ogr
am,Di
t
j
en.Ci
pt
aKar
ya
Ti
m Penyus
un:
I
r
.HadiSucahyono,M.
Sc.
,MPP.
,Ph.
D
Ber
nadiHar
yawan,ST.
,MT
YukeRat
nawul
an,ST.
,MT
Ver
oni
caKus
umawar
dhani
,ST
Panj
iEs
t
ut
ama,ST.
,MT
Put
r
aAr
i
efBudi
man,ST.
,M.
Sc
Sunar
j
o,S.
Sos
Aul
i
yaUlFi
kr
i
,S.
Sos
.
,MA.
,MSE
Ri
kaSani
a,ST
El
vi
aNas
r
ul
,SS.
,MM
Adi
l
aI
s
f
andi
ar
y,ST
Di
rektoratJenderalCi
ptaKarya
Kementeri
anPekerj
aanUmum
J
l
.
Pat
t
i
mur
aNo.
20,Kebayor
anBar
u
t
el
p/
f
ax:021
-72796582,emai
l
:j
aks
t
r
a.
bpc
k@gmai
l
.
c
om