SDM Unggul
Pelayanan Air Minum
15
Menuju Pelayanan
Air Minum 100 %
Tahun 2019
26
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
di Panggung Habitat
Asia Pasifik
daftar isi
Berita Utama
Seksi Indonesia
4 Peran
di Panggung Habitat
Asia Pasifik
liputan khusus
Bantu
8 Indonesia
Negara Kurang
Berkembang Susun
National Report
info baru
11
4
11
Perkuat
14 PNPM-PISEW
Jejaring Pengelola Kawasan
Strategis Kabupaten
16
14
20
KSM SANIMAS:
17 Sarasehan
Sanitasi Berkelanjutan
dengan Pemberdayaan
16
23
inovasi
Garuda Super:
20 Koefisien
Yang Muda Yang
Berprestasi (Lagi)
Insinerator
23 Modul
untuk PenangananSampah
Kota :
Solusi atau Masalah ?
26 Menuju
Pelayanan Air Minum 100
% Tahun 2019
editorial
Pelindung
Pelindung
Budi Yuwono P
Imam S. Ernawi
Penanggung Jawab
Antonius Budiono
Penanggung Jawab
Dewan Redaksi
Antonius Budiono
Susmono, Danny Sutjiono,
M. Sjukrul Amin, Amwazi Idrus,
GuratnoRedaksi
Hartono, Tamin MZ. Amin,
Dewan
Nugroho
Tri UtomoMochammad Natsir,
Dadan
Krisnandar,
M.
Maliki Moersid,
Pemimpin
RedaksiHadi Sucahyono,
Adjar
Prajudi,
Tamin MZ. Amin,
Dian Irawati, Sudarwanto
Nugroho Tri Utomo
Penyunting dan Penyelaras Naskah
T.M. Hasan, Bukhori
Pemimpin Redaksi
Bagian Produksi
Sri Murni Edi K, Sudarwanto
Erwin A. Setyadhi, Djoko Karsono,
Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan,
M. Sundoro, Redaksi
Chandra RP. Situmorang,
Penyunting
Fajar Santoso,
IlhamBuchori
Muhargiady,
Bhima
Dhananjaya,
Sri Murni Edi K, Desrah,
Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto,
Bhima Dhananjaya,
Bagian
Produksi Djati Waluyo Widodo,
Indah Raftiarty,
Pidekso
Elkana
Catur H.,Danang
Dian Ariani,
Djati Waluyo Widodo
Bagian Administrasi & Distribusi
Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah
Bagian
Administrasi & Distribusi
Kontributor
Luargo,
Joni
SantosoHadi Sucahyono,
Dwityo A.
Soeranto,
Nieke Nindyaputri, R. Mulana MP. Sibuea,
Adjar Prajudi, Rina Farida, Didiet A. Akhdiat,
Kontributor
RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini
Dwityo
Soeranto,
R. MulanaSyamsul
MP. Sibuea,
Respati,A.
Joerni
Makmoerniati,
Hadi,
M. Sundoro, Dian Irawati, Nieke Nindyaputri,
Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Rina Agustin,
Prasetyo, Oloan MS., Hosen Utama,
Handy B. Legowo, Dodi Krispatmadi,
Aswin G. Sukahar, TM. Hasan, Kusumawardhani,
RudiSyaiful
A. Arifin,
Endang Setyaningrum,
Ade
Rachman,
Aryananda Sihombing,
Alex A.
Chalik,
Djoko Mursito, N. Sardjiono,
Dian
Suci
Hastuti.
Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S,
Deddy Sumantri, Halasan Sitompul,
Sitti Bellafolijani,
Alamat
Redaksi M. Aulawi Dzin Nun,
Ade
Syaiful Rahman,
Aryananda
Sihombing,
Jl.
Patimura
No. 20, Kebayoran
Baru
12110
Telp/Fax.
021-72796578
Agus Achyar,
Ratria Anggraini, Dian Suci Hastuti,
Emah Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak,
Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Airyn Saputri,
Email
Budi Prastowo, Aswin G. Sukahar,
publikasi_djck@yahoo.com
Wahyu K. Susanto, Putri Intan Suri,
Siti Aliyah Junaedi
website
http://ciptakarya.pu.go.id
Alamat Redaksi
Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110
Telp/Fax. 021-72796578
twitter
Email
@ditjenck
publikasi_djck@yahoo.com
Cover :
Taman Tiga Generasi sebagai Ruang Terbuka
Hijau di tengah Kota Balikpapan menjadi
kebanggan kota dan masyarakatnya.
(Foto : Kemal)
Buletin ini menggunakan 100%
kertas daur ulang (cyclus paper)
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email publikasi_djck@yahoo.com
atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id
berita utama
berita utama
yang berpartisipasi aktif dalam APMCHUD sejak pertama kali
dicetuskan di tahun 2006. Delegasi Republik Indonesia (DelRI)
dipimpin oleh Staf Ahli Menteri Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi ex-Kemenpera (sekarang : Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat) - Dr. Ir. Syarif Burhanuddin, M. Eng
dengan didampingi perwakilan dari Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat (sekarang: Kementerian Koordinator
Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan), Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpu-pera) serta Kementerian
Sekretariat Negara. Kemenpu-pera sendiri diwakili oleh Ditjen
Cipta Karya (Sesditjen-Ir. Dadan Krisnandar, MT, Direktur
Pengembangan Permukiman-Ir.Hadi Sucahyono,MPP,PhD dan
Direktur Pengembangan Air Minum-Ir.Muhammad Natsir, M.Sc),
Ditjen. Penataaan Ruang dan Balitbang.
Pertemuan negara-negara yang tergabung dalam kawasan
Asia Pasifik ini, diselenggarakan untuk kali kelima, setelah yang
pertama diadakan di New Delhi-India, lalu di Teheran-Iran, SoloIndonesia dan terakhir di Amman-Yordania. Hadir pada pertemuan
kali ini 19 Menteri dengan total 28 Negara mengirimkan dele
gasinya dari 68 keseluruhan anggota APMCHUD.
Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari ini memiliki
tujuan sebagai forum untuk mendukung keberlanjutan pengem
bangan perumahan dan permukiman di Kawasan Asia Pasifik dan
untuk menjawab tantangan, berbagi pengalam dan mencari solusi
bersama-sama atas isu-isu yang muncul.
Dalam sambutan pembukaannya, Dr.Joan Clos-Executive Di
rector UN-Habitat, menekankan arti penting Kawasan Asia Pasi
fik dalam perkembangan perkotaan secara global. Dalam satu
dekade terakhir ini kawasan Asia Pasifik menunjukkan kemajuan
yang ekonomi yang sangat pesat, dampak positif dari hal ini
adalah kemajuan ekonomi. Namun dampak negatif juga muncul,
yaitu kemiskinan, kurangnya infrastruktur air bersih dan sanitasi,
66% dari populasi global yang berada di kota-kota yang 90% dari
pertumbuhan populasi global akan berada di Asia dan Afrika dan
37% dari pertumbuhan di negara-negara seperti Cina, India dan
Nigeria.
Sedangkan dari aspek pendapatan, belakangan ini tingkat
kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di berbagai pe
losok dunia kian parah dan pelebaran kesenjangan penghasilan
antara penduduk terkaya dan termiskin menjadi kekhawatiran
terbesar para pimpinan negara di seluruh dunia. Menurut UNICEF,
sebesar 25% dari populasi dunia teratas mendapatkan 83% dari
pendapatan global. Sementara 25% dari populasi dunia terbawah
hanya mendapatkan 1%. Kesenjangan yang mulai tampak ini harus
segera diantisipasi oleh negara-negara di Kawasan Asia Pasifik.
Equal Opportunity for Sustainable Development adalah tema
besar yang diangkat tuan rumah Korea Selatan untuk perhelatan
APMCHUD ke-5 tahun ini dengan membahas topik penting, yaitu
langkah konkrit untuk The Post-2015 Development Agenda yang
menekankan hubungan antara urbanisasi yang berkelanjutan dan
pembangunan yang berkelanjutan. Kesepakatan terhadap The
Urban Sustainable Development Goals (SDGs) dan rencana yang
akan diajukan pada The New Urban Agenda in Habitat III di 2016.
Topik-topik tersebut dibicarakan dalam lima Working Group
(WG) yang terbagi dalam tema-tema khusus dan dalam tiap-tiap
berita utama
related Disasters) dengan wakil dari Indonesia mengangkat tema
Urban Development and Spatial Planning in Indonesia : Responding
to Natural & Climate Change Related Disasters (dengan pembicara Ir.
Eka Aurihan Djasriain, SH, MUM - Kasubdit Pengaturan, Direktorat
Pembinaan Penataan Ruang Wilayah II, Direktorat Jenderal Pe
nataan Ruang, Kemenpu-pera).
Indonesia memegang peranan penting dalam Working Group
ini dengan menjadi ketua dari WG 5 yang membicarakan halhal terkait perubahan iklim. Kepercayaan ini diberikan karena
kemampuan Indonesia melaksanakan program-program terkait
mitigasi dan proteksi terhadap perubahan iklim.
Ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian pemerin
tah Indonesia untuk ditindaklanjuti. Pertama, membangun dan
memperbarui database pada lembaga-lembaga yang terkait
dengan pembangunan perkotaan dengan fokus padaperubahan
terkait bencana alam dan iklim, termasuk yang mempromosikan
mitigasi dan pengembangan karbon rendah.
Kedua, meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam
manajemen Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Ketiga, mengu
rangi dampak bencana alam dan bencana buatan manusia pada
berita utama
Group Meeting for Habitat III 2014, Asia Pacific Regional Preparatory
Meeting for Habitat III 2015 (Ministerial Meeting), Best Practices
Bidang Air Minum (SPAM Regional Petanu dan PAMSIMAS), Best
Practices Bidang Sanitasi (Denpasar Sewerage Development Project
(DSDP) dan SANIMAS), Best Practices Bidang Penanganan Kumuh
(Rusunawa Projo Tamansari, PLPBK Karangwaru Yogyakarta, Ruang
Terbuka Hijau Selagalas Lombok, Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Maccini Sombala Makassar) dan RCCEHUD (Profil organisasi
RCCEHUD dan Best Practices (Serut Village Upgrading Program dan
Difusi Teknologi RISHA)).
liputan khusus
Indonesia Bantu
Negara Kurang Berkembang
Susun National Report
Indonesia menyelenggarakan Asia Pacific
Expert Group Meeting for Habitat III, di
Jakarta dan Bogor 25-26 November 2014.
liputan khusus
Nepal, Kamboja, Laos, Timor Leste, Myanmar dan Fiji untuk
menyusun National Report mengenai pencapaian penanganan
permukiman di negara masing-masing.
Dalam sambutan Menteri PU-Pera yang disampaikan oleh
Direktur Jenderal Cipta Karya, Imam S. Ernawi, dikatakan bahwa
sebagai salah satu negara yang memiliki pencapaian penanganan
permukiman yang baik di kawasan Asia Pasifik, Indonesia telah
menyampaikan Draft Pertama National Report kepada Executive
Director UN Habitat, DR. Joan Clos, pada Preparatory Meeting I for
Habitat III di New York. UN Habitat memandang Indonesia sebagai
salah satu negara yang memiliki capaian baik dalam penanganan
permukiman di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, UN Habitat
meminta Indonesia menjadi mitra kerja sekaligus Leader di
kawasan Asia Pasifik.
Sebagai salah satu negara yang memiliki pencapaian pena
nganan permukiman yang baik di kawasan Asia Pasifik, Indonesia
telah memberikan dukungan besar bagi proses penyu
sunan
National Report-nya. Draft pertama National Report Indonesia
tersebut juga telah disampaikan kepada DR. Joan Clos pada ke
sempatan Preparatory Committee Meeting I for Habitat III di New
York, ujar Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Imam S. Ernawi.
Indonesia akan mencoba untuk membagikan pengalaman
nya dalam menyusun Draft Pertama National Report, terutama
kepada negara-negara yang sedang mengawali penyusunannya,
dan sekaligus untuk upaya penyempurnaan menuju Draft Kedua
National Report, dengan mendapatkan masukan dari sesama
negara Asia-Pacific, ungkap Imam.
Proses yang inklusif dengan materi yang komprehensif,
sesuai pedoman UN-Habitat dalam penyusunan National Report,
menurut Imam memerlukan masukan dari berbagai pihak pada
skala lokal dan nasional, termasuk peran dari Kemitraan Agenda
Habitat di masing-masing negara, dimana untuk Habitat Agenda
Partners Indonesia telah dibentuk pada bulan Juni 2014 yang lalu.
Imam menuturkan, sebagai persiapan Konferensi Habitat III,
setiap negara anggota perlu menyusun National Report yang
berisi capaian dari pelaksanaan pembangunan perkotaan selama
20 tahun, isu pembangunan saat ini, serta future challenges
yang akan dihadapi baik skala lokal maupun global. National
Report akan menghasilkan rekomendasi berupa kebijakan untuk
menwujudkan perumahan dan permukiman layak huni dan
berkelanjutan.
National Report akan menjadi dokumen penting dalam
mendorong kebijakan Pemerintah Indonesia dalam wewujudkan
permukiman layak huni dan berkelanjutan. Hal tersebut sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025, Kementerian PU-Pera telah menetapkan target 100-0100. Yaitu, 100% akses air minum yang layak, 0% kawasan kumuh,
100% akses sanitasi sampai dengan 2019. Capaian Kementerian
PU-Pera dalam program tersebut cukup baik. Yakni hingga
2014, peningkatan akses pelayanan air minum telah mencapai
70%, pengurangan luasan kawasan kumuh sebesar 12%, dan
peningkatan akses sanitasi yang layak sebesar 62,4%.
Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
PBB tentang perumahan dan permukiman. Indonesia aktif dalam
Konferensi PBB tentang Perumahan dan Pembangunan Perkotaan
Berkelanjutan (Konferensi Habitat I) di Vancouver tahun 1976
dan Konferensi Habitat II di Istanbul tahun 1996. Sesuai dengan
siklus 20 tahunan, pada tahun 2016 PBB akan menyelenggarakan
liputan khusus
10
info baru
11
info baru
permukiman dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) ke wilayah yang
lebih aman.
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Per
mukiman berbasis Komunitas (REKOMPAK), Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum (DJCK PU) telah ber
langsung selama empat tahun. Dalam kurun waktu empat tahun
tersebut berlangsung pendampingan terhadap masyarakat
yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi 2010 untuk bang
kit kembali menata masa depannya. Program Rehabilitasi dan
Rekonstruksi telah berhasil membangun hunian tetap sebanyak
476 unit rumah di Kabupaten Magelang dan 2.040 di Kabu
paten Sleman yang dilengkapi dengan 312 titik kegiatan infra
struktur dasar permukiman dan prasarana untuk kebutuhan
Pengurangan Resiko Bencana (PRB). REKOMPAK juga memfasilitasi
pembangunan 1.145 titik kegiatan infrastruktur dasar yang ter
sebar di 106 desa terdampak erupsi di Kabupaten Sleman, Klaten,
Magelang dan Boyolali.
Relokasi dimaknai bukan sekedar memindahkan permu
kiman secara fisik tetapi juga memindahkan kehidupan dan
penghidupannya. Rekompak telah berhasil menumbuhkan kem
bali kapital sosial masyarakat yang diwujudkan dalam kegiatan
gotong royong. Keberhasilan dalam mengembalikan kehidupan
masyarakat ini tak lepas dari kerjasama yang baik antara pemerintah
dengan masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan, tegas
Adjar Prayudi Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen
Cipta Karya, Kementerian PU-Pera dalam acara Kenduri Budaya
12
info baru
13
info baru
PNPM-PISEW
Perkuat Jejaring
Pengelola Kawasan
Strategis Kabupaten
Andreas Budi Wirawan *)
14
info baru
15
info baru
16
info baru
Sanitasi Berkelanjutan
dengan Pemberdayaan
Suahenity*)
17
info baru
Cipta Karya
Evaluasi CSR Air Bersih PT. Pertamina
di Kabupaten Ende
18
info baru
air bersih perdesaan antara Pemerintah Kabupaten Ende dan PT.
Pertamina. Mengacu perjanjian kerjasama tersebut, salah satu
kewajiban Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah melakukan
pemantauan dan evaluasi atas pembangunan infrastruktur me
lalui program CSR tersebut, agar sesuai dengan kriteria teknis yang
berlaku.
Melalui kunjungan dan pertemuan ini diharapkan dapat
didokumentasikan dan dievaluasi hasil pemantauan atas infra
struktur yang telah dibangun melalui program CSR PT. Pertamina
tersebut, kata Dwityo.
Kunjungan dilakukan ke tiga desa yaitu Desa Tanaloo
Kecamatan Wolowaru, Desa Wiwipemo Kecamatan Wolojita,
dan Desa Rewarangga Kecamatan Ende Tomur. Ditjen Cipta
Karya akan menyampaikan hasil evaluasi di 3 desa ini kepada PT.
Pertamina, agar dapat digunakan untuk penyempurnaan dan
perbaikan terhadap hasil pembangunan yang belum memenuhi
kriteria teknis yang berlaku, agar manfaatnya dapat dirasakan
masyarakat secara berkelanjutan, demikian tambah Dwityo, yang
akrab disapa Koko.
Dalam kesempatan tersebut, Asisten II Bidang Pembangunan,
Pemerintah Kabupaten Ende Siprianus Reda Lio menyampaikan
ucapan terima kasihnya kepada Kementerian Pekerjaan Umum
atas fasilitasinya sehingga dapat terjalin kerjasama pembangunan
infrastruktur air bersih perdesaan di Kabupaten Ende melalui
program CSR PT. Pertamina. Lebih lanjut Siprianus menjelaskan,
masih banyak masyarakat di Kabupaten Ende yang belum
mendapatkan akses terhadap air bersih. Siprianus mengharapkan,
agar kedepan lebih banyak lagi bantuan melalui program
CSR. Program CSR PT. Pertamina ini sangat membantu sekali
khususnya bagi warga yang sebelumnya kesulitan mendapat air
bersih. Saya harap kerjasama ini dapat berkelanjutan dan dapat
dijadikan contoh untuk kecamatan lain, harap Siprianus.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah (BKPMD), Kepala Dinas Pekerjaan
Umum, Kepala Bappeda, Camat Ende Timur, Camat Wolojita,
Operation Head TBMM Ende PT Pertamina, perwakilan Satker
Randal NTT, dan perwakilan Satker PK PAM NTT.
Meriamo (70), salah satu warga Desa Tanaloo yang men
dapatkan manfaat air bersih ketika ditemui pada saat kunjungan
19
inovasi
20
inovasi
dengan proses biologis-aerobik, dengan proses biologis-anaerobik,
dengan proses termal-insinerasi, dengan proses pengurugan
(landfilling), dan lain sebagainya. Belum lagi keterbatasan referensi
yang mendukung berbagai koefisien dalam piranti lunak ini,
sehingga dapat menurunkan tingkat akuntabilitasnya. Padahal,
piranti lunak yang sulit pengisiannya ini, harus diisikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, dimana belum keseluruhannya
memiliki basis dan pencatatan data yang berkinerja andal. Hal ini
tak pelak akan memberikan kesulitan bagi Pemerintah kabupaten/
kota dalam melaporkan perhitungan emisi gas rumah kacanya,
serta menyulitkan bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat
(Kementerian PU-Pera) dalam melaksanakan rekapitulasi data.
Kementerian PU-Pera selaku pembina keteknikan sektor
per
sampahan, bertugas dalam menyusun Norma-Standar-Pro
sedur-Kriteria (NSPK), sementara tugas pembangunan-peng
o
perasian-pemeliharaan-perawatan infrastruktur penanga
nan
sampah, seharusnya telah dilaksanakan sepenuhnya oleh Peme
rintah Kabupaten/Kota. Oleh karenanya, sekiranya Kementerian
PU-Pera selaku Pemerintah Pusat melaksanakan pembangunan
infrastruktur penanganan sampah, maka perannya hanya seba
gai pendorong/stimulan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
data saja, yaitu jumlah sampah yang ditangani (dalam satuan ton/
hari). Satu buah data ini sudah sangat cukup untuk menghitung
potensi emisi gas rumah kaca, dalam satu baris perhitungan,
yaitu dengan mengalikan jumlah sampah yang ditangani dengan
koefisien 0,688 kilogram CO2(eq)/kilogram (berat basah) sampah
tercampur.
Pemerintah kabupaten/kota dapat dipastikan memiliki jumlah
data sampah yang ditangani tersebut. Hal ini tentunya akan sangat
memudahkan dalam perhitungan, ketimbang penggunaan pi
ranti lunak yang dikembangkan oleh UNFCCC, dimana sejumlah
worksheet dalam sebuah piranti Microsoft Excel harus diisi,
dengan data yang sulit diperoleh, dan perlu durasi panjang dalam
mengumpulkan atau memverifikasi datanya.
Jika terdapat variasi dalam komposisi sampah, maka pe
merintah kabupaten/kota telah dimanja untuk juga dapat
menghitungnya dengan mudah, yaitu variasi komposisi sampah
organik-sampah anorganik sebesar 50 %-50 %, 60 %-40%, 70 %-30
%, dan 80 %-20 %, secara berturut-turut yaitu dengan Koefisien
Garuda Super 0,610 kilogram CO2(eq)/kilogram (berat basah)
sampah tercampur ; 0,688 kilogram CO2(eq)/kilogram (berat
basah) sampah tercampur, sebagai rerata nasional ; 0,854 kilogram
CO2(eq)/kilogram (berat basah) sampah tercampur ; 0,975
kilogram CO2(eq)/kilogram (berat basah) sampah tercampur.
Perhitungan yang semula membutuhkan waktu, sumber daya
manusia, energi, dan dana yang tinggi untuk dapat menghitung
potensi emisi gas rumah kaca, dapat disederhanakan hanya
dalam waktu kurang dari 1 menit, dengan satu baris perhitungan
saja, yang tidak membutuhkan super komputer, namun hanya
menggunakan kalkulator tambah-kali-bagi-kurang saja.
Selain itu, Koefisien Garuda Super telah membuka begitu
banyak kemudahan dalam perhitungan keteknikan (engineering)
sistem penanganan sampah, terutama yang terkait dengan
subsistem pengolahan sampah. Bahkan koefisien ini telah mem
buka mata kita semua, bahwa perhitungan emisi gas rumah kaca
yang menggunakan piranti lunak dari UNFCCC, telah menghasilkan
perhitungan yang terlalu tinggi (overestimate), sehingga justru
dapat membahayakan posisi tawar Pemerintah Indonesia, dalam
hal emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim.
Indonesia dapat ditekan oleh dunia internasional mengenai
emisi gas rumah kacanya yang terlalu tinggi serta mengakibatkan
perubahan iklim global, padahal hal tersebut tidaklah benar
adanya. Selain itu, studi kelayakan yang menghitung potensi
ekstraksi energi dari sebuah Instalasi Pengolahan Sampah (IPS),
juga dapat dihitung dengan lebih akurat. Sebagai contoh, hal
ini akan dapat meminimasi kesalahan interpretasi kelayakan
dari konversi gas bio yang berasal dari sampah, menjadi listrik,
yang seharusnya tidak layak, namun secara menyimpang dapat
diterjemahkan sebagai layak.
Pesan Moral
Pada saat awal pengembangan Koefisien Garuda Super, para
generasi muda di lingkungan Direktorat Pengembangan Penye
hatan Lingkungan Permukiman, khususnya pada Subdirektorat
Persampahan, tidak menyadari bahwa terobosan yang dilakukan
adalah terobosan yang pertama kalinya dikembangkan di dunia,
dalam hal penyederhanaan perhitungan potensi emisi gas
rumah kaca dari sektor persampahan. Selain itu, peluang untuk
menyelamatkan Indonesia dari jeratan hutang luar negeri, akibat
tekanan dunia internasional terkait emisi gas rumah kaca, menjadi
21
inovasi
22
inovasi
Modul Insinerator
untuk PenangananSampah Kota :
23
inovasi
dengan kebutuhan lahan seminim mungkin, sementara di waktu
yang sama dilakukan sosialisasi terus menerus kepada semua
pemangku kepentingan dalam penanganan sampah dalam
rangka perubahan paradigma sehingga penerapan prinsip 3R da
pat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan.
Oleh karenanya, dibutuhkan teknologi pengolahan sampah,
yang memiliki nisbah tertinggi untuk kapasitas pengolahan dan
luas lahan yang dibutuhkan, dalam satuan ton sampah/hari/m2
lahan. Yang saat ini sedang dikembangkan, diantaranya dengan
pengembangan Modul SIKIPAS (SIstem Komunal Instalasi Pe
ngolahan Anaerobik Sampah).
Modul SIKIPAS menjawab tantangan zaman untuk dapat
mengurangi kebutuhan lahan untuk kapasitas pengolahan
sampah yang lebih tinggi, sehingga menyempurnakan proses
sampah yang lebih ramah lahan, namun tanpa mengorbankan
kualitas lingkungan, karena sistem penanganan sampah yang saat
ini hanya mengandalkan TPA sampah dinilai tidak lagi sesuai untuk
mengatasi permasalahan sampah yang terjadi.
Paradigma Baru
Berbagai macam solusi penanganan sampah bermunculan, dan
yang akhir-akhir ini sangat giat digalakkan adalah penerapan
sistem 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dengan titik berat pengurangan
sampah dari sumber, yang dinilai masih menjadi salah satu konsep
yang paling ideal untuk penanganan sampah. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera), dalam rangka
mendukung penanganan sampah dengan prinsip 3R, telah mem
bangun fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Reduce-ReuseRecycle (TPS 3R) berbasis masyarakat di lebih dari 500 lokasi di
seluruh Indonesia.
Tetapi pada praktek dan kenyataannya, pendekatan dengan
sistem 3R ini sangat tidak mudah untuk dilaksanakan dengan baik
dan berkesinambungan, karena diperlukan perubahan paradigma
dan peran serta aktif dari seluruh pemangku kepentingan, dimulai
dari masyarakat sebagai produsen sampah, swasta, Perguruan
Tinggi, sampai Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, sebagai institusi yang bertanggung jawab
dalam hal penanganan sampah.
Pada Undang Undang No. 18 Tahun 2018 tentang Pena
nganan Sampah Pasal 12 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang
wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan. Hal ini yang masih belum diketahui
dan disadari oleh masyarakat, sehingga belum tumbuh rasa
tanggung jawab dari masyarakat untuk mengurusi sampahnya
masing-masing. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab belum
berhasilnya penanganan sampah dengan pendekatan 3R tadi
disamping sebab-sebab yang lain.
Di sisi lain, sampah terus dihasilkan dan bahkan semakin
meningkat setiap harinya, sebagai contoh Provinsi DKI Jakarta
memproduksi sampah sebesar 6.000 ton/hari, Kota Surabaya
sebesar sekitar 1.600 ton/hari, Kota Bandung sebesar 1.700 ton/
hari, sehingga apabila tidak dipikirkan alternatif solusi penanganan
sampah lain, maka permasalahan sampah ini akan menjadi seperti
layaknya bom waktu yang menunggu untuk meledak pada saat
tidak ada lagi lahan yang bisa dijadikan sebagai TPA sampah.
Solusi yang dimaksud adalah solusi yang dapat menangani
sampah secara cepat, dengan kapasitas yang besar, tetapi
24
inovasi
Parameter
Kebutuhan Lahan
Biaya Investasi
Biaya pengoperasian- pemeliharaanperawatan
Kebutuhan Kompetensi Operator
Rendah
Rp. 8 Milyar/hektar unit pengolahan
sampah
Rendah
Rp. 60 ribu/ton sampah
Sedang
Proses Insinerasi
Kecil
1 insinerator mini dengan kapasitas
130 m3 (melayani 43.000 jiwa)
memerlukan lahan 600 m2
Tinggi
Sampai 90 % reduksi volume
Continous
Waktu layan insinerator cukup
panjang, asalkan dioperasikan sesuai
dengan
prosedur
standarpengoperasian-pemeliharaanperawatan yang tepat
Tinggi
Rp. 225 juta 3,3 milyar/ton
sampah/hari
Tinggi
Rp. 400-600 ribu/ton sampah
Tinggi
Tabel 1.
Perbandingan antara Penanganan Sampah Metode Landfilling dan Insinerator
lahan yang sangat besar dan lahan merupakan komoditi mahal di
perkotaan, maka kebutuhan untuk adanya intervensi teknologi
menjadi sangat mendesak.
Permasalahan sampah tidak akan dapat selesai dengan
sendirinya. Perlu kerjasama antara semua pihak agar permasalahan
ini tidak menjadi lebih parah lagi. Alternatif solusi teknologi
untuk penanganan sampah sudah banyak sekali tersedia di
pasaran dengan keuntungan dan kerugian masing-masing. Para
pemangku kepentingan perlu untuk mengambil langkah tepat
untuk mengatasi permasalahan penanganan sampah ini.
*) Penulis adalah staf Seksi Wilayah II, Subdirektorat Persampahan,
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.
Kontak dengan penulis: terra.prima.sari@gmail.com
25
inovasi
Menuju
Pelayanan Air Minum 100 %
Tahun 2019
Irman Djaya *)
26
inovasi
Pertama, tetap melakukan pembangunan air minum seperti
pola yang ada, bahkan perlu lebih keras berupaya meningkatkan
penganggaran, khususnya APBD disamping APBN (sasaran teknis)
dan bergiat menyesuaikan jumlah dan kualitas SDM sesuai yang
diperlukan.
Kedua, menggagas kembali program penyuluhan dan per
contohan (Bantuan Teknik) melalui pendekatan Pemasyarakatan
Teknologi Tepat Guna Per-airminuman (sasaran politis).
Kedua kegiatan pokok ini di kemas saling bersinergi dalam satu
payung SPAM dengan sasaran capaian100 % sebagai konsekuensi
target pelayanan air minumTahun 2019. Skenarionya kira kira
seperti di bawah ini :
Gambar 1.
Diagram Keniscayaan Capaian Pelayanan Air Minum Nasional 100 % Priode RPIJM Tahun 2015 - 2019
27
inovasi
menentukan keberhasilan penerapannya di lapangan. Apalagi
jika dirancang khusus untuk penggunaan langsung oleh ma
syarakat. Proses tidak hanya dilihat dari kemampuan merubah
air baku menjadi air minum sesaat, akan tetapi harus terjamin
kehandalannya. Disamping tidak rumit perlu mengacu kepada
tiga hal. Pertama, memenuhi kaedah mudah dan murah, mudah
dlaksanakan/dioperasikan serta murah harganya, baik harga alat
maupun biaya operasional dalam menghasilkan 1 Liter (1 m3)
air minum. Kedua, proses teknologi harus ber-kesinambungan,
terukur dan teruji. Ketiga, proses teknologi sepenuhnya meng
hindari penggunaaan bahan kimia dan/atau zat peng-aktif.
Pertanyaannya, apakah ada instalasi penjernih air minum dengan
katagori handal secanggih itu? Jawabannya ada.
Oksidasi Proses Sebagai Karunia
Tuhan telah menciptakan segala sesuatunya lengkap dan
sempurna di muka bumi, karyanya tiada satupun yang sia-sia.
Tiada lain sepenuhnya dipersembahkan bagi kemasylahatan umat
manusia dan kita tinggal memanfaatkannya. Bukankah kita tidak
perlu lagi sampai harus berpikir menekuk kening membangun
pabrik memproduksi air? Kerja kita tinggal memoles air yang
ada sehingga layak digunakan, itu saja. Oksidasi Proses dengan
bermodalkan oksigen dari udara dan mikroorganisme tertentu
yang hidup bebas di alam ternyata dihadirkan-Nya dimuka bumi
dapat menjadi senjata pamungkas merubah air baku dengan
aneka karakteristik pencemarnya menjadi air minum. Dalam
hal ini, jika oksigen menjadi konstanta, maka aneka ragam
microorganisme adalah variable yang berfungsi sebagai katalis
mempercepat berlangsungnya reaksi/degradasi di masing-ma
sing sumber yang dapat berasal dari: air permukaan (sungai, tali
air, saluran irigasi, waduk, kolam, embung, empang, balong, dll),
sumber air tanah (khususnya air tanah dangkal tercemar logam,
Fe, Mn, amoniak, belerang, dll); air angkasa (yang mutunya me
nurun akibat tersimpan lama di penampungan PAH) maupun
sumber mata air (tercemar E.Coly). Air payau dan air lautakan di
bahas tersendiri.
Secara spesifik, pemisahan impuritis dan kotoran serta
kuman penyakit dari sumber air baku menjadi air minum sesuai
persyaratan kualitas Permenkes RI (tanpa menggunakan bahan
kimia dan/atau zat pengaktif ) terjadi melalui proses bio-kimia,
proses mikroorganisme (bio-degradasi), proses penyerapan pe
ngendapan, dan penyaringan. Secara Konsep Teknologi mengikuti
Gambar 2.
Konsep Teknologi Penjernih Air Minum SPL System
28
inovasi
Gambar 3.
Schematic Diagram Proses SPL System
Gbr 4.
Sketsa Instalasi SPL Sistem Masing-masing Unit Instalasi Diletakkan Sejajar
29
inovasi
Gbr 5.
Sketsa Instalasi SPL Sistem Masing-masing Unit Instalasi Ditempatkan Bertingkat
30
inovasi
Gbr 6.
Bapak Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE menyaksikan panel peresmian pengoperasian Instalasi SPL Sistem Pesantren Oemardyan dan Bapak
Dir Dirjen CK (purna) Ir. Budi Yuwono, Dipl. SE. minumlangsung di Pontain Kran di taman Pondok Pesantren serta penanda tanganan
prasasti peresmian Operasi Sistem Pelayanan Air Minum Pondok Pesantren Oemardyan oleh Presiden RI ke 6 (Bapak SBY), Tahun 2007.
Gbr. 7.
Instalasi SPL Sistem Penjernih Air Tanah menjadi air minum Wisma Sanita, Pejompongan, Jakarta Pusat, Dibangun Tahun 2012
31
inovasi
Gbr 8.
Sistem Pelayanan Air Minum Desa Giri Cahyo, DIY memanfaatkan Pompa Tenaga Matahari, Dibangun Tahun 2008
32
inovasi
Gbr 9.
Pelayanan Air Minum Desa Nelayan Oheitel, Pulau Kei Kecil, Tual, Provinsi Maluku melalui Sistem Infiltration Galleries dan Pompa PV
Tenaga Matahari. Dibangun Tahun 2008
Gbr 10.
Instalasi Penjernih Air Gambut, Desa Transmigrasi SP Jejangkit, Barito Kuala, Kalsel. Dibangun Tahun 2008
33
seputar kita
Gubernur Jateng
Tinjau Rumah Pompa
di Kali Semarang Indah
Kementerian PU Jepang
Bahas Penanganan
Air Limbah Jakarta
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan dan Permu
kiman (PPLP) M. Maliki Moersid dan Direktur Pertanahan,
Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang Hiroyuki
Kato mengadakan Sanitation and Urban Drainage WG for 2nd High
Level Meeting on Infrastructure Development JICA Supplemental
Study for Sewerage System Development in DKI Jakarta Joint Seminar
di Kantor Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Jakarta, Rabu
(26/11/2014).
Tujuan dari pertemuan tersebut yaitu untuk mempererat
kerjasama antara Kementerian PU dengan MLIT Jepang yang
telah terjalin cukup lama secara erat dan saling menguntungkan
serta mencari solusi-solusi yang ada di Indonesia khususnya dalam
bidang Infrastruktur dalam hal ini yaitu air limbah di Jakarta.
Dalam pertemuan ini ikut membahas empat topik, yaitu
Acceleration on Jakarta Sewerage System Development, Trunk
Sewer, Wastewater Treatment Plan and the Pilot Project for Zone-1,
Step-wised Sewer Development learned from Overseas Experience
in View Points of Project Programming and Financial Operation,
dan Establishment of Implementation Systems and Development of
Human Resources for Sustainable Sewage Projects.(bns/ari)
34
Karya Poster
Irene Nerissa Arviana
Duta Sanitasi 2014
Provinsi Kalimantan Timur