Anda di halaman 1dari 46

KATALIS

Zat yang dapat mempercepat atau memperlambat laju reaksi


Umumya mempercepat
Reaksi dengan katalis memberikan mekanisme reaksi alternatif yang lebih
cepat dibandingkan dengan mekanisme reaksi tanpa katalis

Karena menurunkan energi aktivasi


Pada akhir reaksi, katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami
perubahan kimia

Energi aktivasi dapat berkurang karena:


Molekul yang bereaksi dilengkapi / disediakan energi dalam berbagai
bentuk antara lain: energi listrik,energi panas, dll

Persamaan Arrhenius
Konstanta kecepatan reaksi (k) berbanding langsung dengan faktor frekuensi
(A) dan berbanding terbalik dengan Ea dan berbanding lurus dengan T

Catatan:
- Eksponen negatif artinya K >> jika nilai Ea/RT <<

- Ea/RT << jika Ea << atau T >>


* K >> jika T >> atau Ea <<
atau A dan Ea
Umumnya, katalis meningkatkan reaksi dengan menurunkan energu aktivasi
hal ini berhubungan dengan perenggangan dan pemutusan ikatan

Kerja katalis juga berhubungan dengan perubahan mekanisme reaksi

Contoh:
2 H2O (aq) 2H2O (l) + O2 (g)

(lambat)

Mekanisme reaksi dengan katalis:


2Br- (aq) + H2O2 (aq) + 2H+ (aq) Br2 (aq) + 2H2O (l)
Br2 (aq) + H2O2 (aq) 2Br- (aq) + 2H+ (aq) + O2 (g)
2H2O2 (aq) 2H2O (l) + O2 (g)

reaksi bersih

Reaksi tanpa katalis


E
2Br- + H2O2 + 2H+
Br2 + H2O2 + 2H2O

Reaksi dengan
katalis

2Br- + O2 + 2H+ + 2H2O

Jalur reaksi

Katalis tidak mengubah


energi dari reaktan-reaktan
dan produk-produknya

Reaksi-reaksi katalik di industri


Senyawa Anorganik
- Sintesis NH3 dengan katalis Fe
- Sintesis SO3 melalui oksidasi SO2 pada katalis Pt atau V2O5
- Sintesis NO melalui oksidasi NH3 pada katalis Pt atau Rh
Sintesis Gas
- Water-gas Shift reactions
CO + H2O CO2 + H2
dengan katalis besi oksida atau campuran oksida Zn, Cu & Cr
Reaksi-reaksi untuk refining crude petroleum & pembuatan senyawa-senyawa
kimia
- Cathalythic Cracking (aromatik, olefin, bensin)
- Catalytic Reforming (bensin dan senyawa-senyaawa aromatik)
- Catalytic Isomerization (bensin dan isoparafin)
- Catalytic Hydrocracking (bensin)

Reaksi-Reaksi Katalik di Industri

Katalis yang digunakan dalam industri

Petrokimia
1 Hidrogenasi
Benzena sikloheksana
Nitril/dinitril amina/diamina
Fenol sikloheksanol
Nitrobenzena anilin
2 Dehidrogenasi
Parafin olefin diolefin
Alkohol keton
3 Hidrasi
Etilen etil alkohol
4 Oksidasi
Etilen etilen oksida
Metanol formaldehida
5 Oksiklorinasi
Etilen + HCl + O2 dikloroetana
6 Metanolisis
Sintesis gas Metanol
Polimerisasi
Etilen polietilen
Reduksi Energi
Pollution Control

Secara umum, katalis dapat dibagi menjadi:


- Katalis Homogen: katalis mempunyai fase yang sama dengan reaktan
- Katalis Heterogen: katalis mempunyai fase yang berbeda dengan reaktan
Apa yang dimaksud dengan FASA???
Gambar kanan
Campuran yang terdiri dari 2 fasa yaitu padat dan cair
Batas antara kedua fasa terlihat jelas
Gambar Kiri
Campuran beberapa senyawa kimia dalam suatu
larutan merupakan campuran satu fasa
Batas antara penyusun campuran tersebut tidak jelas

Fasa meliputi suatu padatan, cairan, dan gas


Tetapi istilah fasa berbeda dengan keadaan fisik suatu zat
Contoh
Campuran antara air dan minyak. Kedua
senyawa adalah cairan tetapi campuran
air dan minyak disebut campuran 2 fasa
karena batas campuran kedua larutan
terlihat jelas

JENIS KATALIS
1. Homogen: Fasa katalis sama dengan pereaksi/ hasil reaksi
Contoh: - Katalis reaksi esterifikasi
- SO2 + NO2 SO3 + NO
2. Heterogen: Fasa katalis tidak sama dengan pereaksi/ hasil reaksi
Katalis = Fasa padat
contoh: logam, logam oksida, garam
Pereaksi/ hasil reaksi = fasa cair atau gas
BIOLOGIS
- Biasanya dihasilkan sel-sel hidup
- Tersusun dari senyawa-senyawa protein
- Contoh: enzim
- Tidak tahan terhadap suhu tinggi

AUTOKATALIS: Katalis yang terbentuk dari reaksi itu sendiri


Contoh: 1. Reaksi redoks dengan KMnO4
MnO42- + C2O42- Mn2+ + CO2 + O2
2. Hidrolisis ester
RCOOR + H2O + H+ RCOOH + ROH
RCOOH RCOO- + H+

KATALIS BIOLOGIS
Enzim: molekul protein besar yang bisa sebagai katalis reaksi-reaksi tertentu

Protein: polimer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida


Setiap asam amino: kombinasi dari atom N, C, O, dan S
Protein: polimer lurus atau bercabang (struktur 3D)
Sisi aktif dari enzim adalah: suatu daerah yang sangat kecil dari keseluruhan
strukturnya
Mekanisme Key Lock
Persamaan michealis Menten:
d [ p] k 2[ Eo ][ S ]
k 1 k 2

km
dt
[ S ] km
k1

Kinetika reaksi yang dikatalis oleh enzim


k1

E+S
ES

k-1
k2

ES
E+P

KATALIS HOMOGEN
Katalis mempunyai fasa yang sama dengan reaktan
Contoh:
S2O82- + 2I- 2SO42- + I2
reaksi terjadi dalam larutan
Tanpa katalis: reaksi berjalan lambat
Katalis
: Fe (II) atau Fe (III)
S2O82- + 2I- 2SO42- + 2Fe3+
2Fe3+ + 2I- 2Fe2+ + I2
S2O82- + 2I- 2SO42- + I2
Kerusakan Ozon
O2 O* + O*
O2 + O* O3
O3 O2 + O*

Pemakaian senyawa CFC menambah kerusakan ozon


CF2Cl2 Cl* (senyawa CFC akan menghasilkan radikal bebas Cl*)
Cl* + O3 ClO* + O2
ClO* + O* Cl* + O2

AUTOKATALIS
2MnO4- + 6H+ +5H2C2O4 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Pada T kamar reaksi berjalan lambat, biasanya digunakan T=60C
Reaksi diatas akan dikatalisis oleh ion Mn2+ yang diperoleh sebagai hasil
reaksi
Perbandingan kurva kecepatan reaksi secara umum dengan autokatalis
Pereaksi

Pereaksi
Reaksi cepat pada keadaan
awal

Reaksi lambat pada


keadaan akhir samapi
berhenti

Reaksi secara umum

Reaksi lambat pada keadaan awal

Reaksi
cepat

Reaksi lambat pada


keadaan akhir samapi
berhenti
Autokatali
s

KATALIS HETEROGEN

Tahapan reaksi heterogen


1. Reaktan + katalis
2. Kompleks reaktan/ katalis
3. Kompleks produk/ katalis
4. Produk + katalis
Tahap I: Reaktan teradsorpsi pada sisi aktif permukaan katalis
adsorpsi: ikatan molekul dengan permukaan katalis
absorpsi: pergerakan molekul ke bagian dalam suatu material
sisi aktif: bagian dari permukaan katalis yang sangat baik mengadsorpsi
sesuatu/ molekul dan membantunya untuk melangsungkan reaksi
Tahap II: Tahap ini juga melibatkan pembentukan ikatan yang lemah antara
molekul reakstan dengan permukaan katalis, sedangkan ikatan lain dalam
molekul itu sendiri menjadi melemah
Tahap III: Pada tahap ini terjadi desorpsi molekul-molekul produk dari
permukaan katalis. Sisi aktif pada permukaan katalis menjadi kosong kembali,
selanjutnya siap untuk menerima molekul-molekul reaktan yang lain &
melanjutkan reaksi kembali

MEKANISME REAKSI KATALISIS

1. Langmuir-Henshelwood-Hougen-Watson (LHHW)
a. Dua molekul teradsorpsi pada permukaan
b. Kedua molekul tersebut terletak pada arah yang bersebrangan
Dan pada jarak yang dekat 2 molekul tersebut akan berinteraksi

c. Molekul baru yang terbentuk selanjutnya akan didesorpsi


2. Eley-Rideal (E-R)
a. Molekul teradsorpsi pada permukaan
b. satu molekul yang melintas akan berinteraksi dengan molekul yang sudah
berikatan dengan permukaan katalis
c. Molekul baru terbentuk, selanjutnya akan didesorpsi
3. Quasi-Homogeneous (Q-H)

Mekanisme ini tidak melibatkan adsorpsi molekul pada permukaan katalis.


Katalis padatan diasumsikan berada dalam keadaan yang sama (satu fasa)
dengan reaktannya

REAKSI ESTERIFIKASI
A+BC+D
Bandingkan mekanisme reaksinya!!!!
1. Mekanisme reaksi LHHW
Tahap 1: A + S (AS)
(adsorpsi reaktan pada permukaan katalis)
2: B + S (BS)
3: (AS) + (BS) (CS) + (DS)
(reaksi pada permukaan katalis)
4: (CS) C + S
(desorpsi produk dari permukaan katalis)
5: (DS) D + S
- Tahap penentu kecepatan reaksi dikontrol oleh reaksi 3
- Sisi adsorpsi secara energetika uniform
- Monolayer coverage
- Dual cite mechenism
2. Mekanisme E-R
Tahap 1: A + S (AS)
Tahap 2: (AS) + B (CS) + (DS)
Tahap 3: (CS) C + S
Tahap 4: (DS) D + S
- Tahap penentu kecepatan reaksi dikontrol oleh reaksi 2
- Sisi adsorpsi secara energetika uniform
- Monolayer coverage
- Single cite mechanism
3. Mekanisme Q-H
A+ B C + D

CONTOH REAKSI KATALIS HETEROGEN


CH2=CH2 + H2 CH3-CH3
1. Molekul etena teradsorpsi pada permukaan katalis Ni
Ikatan ganda dua akan putus dan elektronnya akan digunakan untuk berikatan
dengan permukaan Ni
H2
H2C-CH2

Molekul etena teradsorpsi pada


permukaan katalis Ni

Permukaan katalis Ni

2. Molekul H2 akan teradsorpsi pada permukaan katalis Ni


Molekul H2 akan terpisah membentuk atom-atomnya
Molekul H2 teradsorpsi terdisosiasi
membentuk atom

H2C-CH2
H

Permukaan katalis Ni

3. Jika atom H dekat dengan salah satu atom C yang terikat dengan permukaan
katalis
maka ikatan antara atom C dengan permukaan katalis Ni akan diganti dgn atom
H
H2C-CH2

Permukaan katalis Ni

1 atom H membentuk ikatan dengan 1


atom C

4. Apabila ikatan sudah terbentuk, maka halyang sama juga terjadi pada atom C
yang lain
H2C-CH3
H

Permukaan katalis Ni

5. Jika ikatan antara atom H yang lain dengan atom C sudah terjadi maka molekul
etana sudah terbentuk dan akan lepas dari permukaan katalis Ni
Selanjutnya, sisi aktif pada permukaan katalis Ni akan digunakan untuk
molekul etana yang baru, demikian selanjutnya sampai reaksinya selesai
H

H3C-CH3

Permukaan katalis Ni

CATALYTIC CONVERTER

Mengubah molekul-molekul yang beracun seperti CO dan NOx


dalam pembuangan gas kendaraan menjadi molekul-molekul yang tidak
berbahaya seperti CO2 dan N2

Katalis heterogen yang umum digunakan ialah: Pb, Rd, Rh


2CO + 2NO 2CO2 + N2
Pembuatan H2SO4
V2O5
SO2 + O2
SO3
Redoks: - oksidasi SO2 SO3
- Reduksi V2O5 V2O4
Re-oks: V2O4 V2O5
5O2 + V2O5 SO3 + V2O4
V2O4 + O2 V2O5
SO2 + O2 SO3

SINTESIS AMONIA
N2 + 3H2

2NH3 + 22kkal

Pusat Aktif Katalis = logam Fe


Promotor
Meningkatkan aktiitas katalis
Menambah umur katalis
Terdapat dalam jumlah kecil (5-10%) Contoh : K,Ca,Al,Si,Mg,Ti,Zn,V
Protektor
Mencegah/menghalangi penggabungan inti-inti aktif untuk bersatu
(sintering) karena pembentukan kristal yang lebih besar
Contoh : Al2O3 dapat digunakan untuk menahan aktivitas katalis dan sifat katalis Fe
dapat dipertahankan. Biasanya ditambahkan sejumlah SiO2,Cr2O3
Aktivator
Mencegah penyusutan katalis. Contoh:Oksida-Oksida yang bersifat basa kuat
seperti K2O,CaO
Racun katalis
Sejumlah kecil senyawa yang dapat terikat dengan kuat oleh katalis sehingga
katalis menjadi tidak aktif
Contoh: logam-logam= As
Permanen = Katalis harus diganti.
Inhibitor
Racun sementara pada katalis
Contoh: O2 pada sintesis amonia, pembentukan oksida besi.
Racun katalis

PENYANGGA KATALIS
Tujuan: Membantu penyebaran panas dari partikel logam
Pemilihan Penyangga:
a.Luas area spesifik
b.Sifat porositas
c.Kestabilan termal
d.Aktivitas
e.Selektivitas

Klasifikasi Penyangga:
1. Penyangga inert. Contoh: SiO2
2. Penyangga aktif secara katalitik. Contoh :Al2O3, SiO2, Al2O3, Zeolit
3. Penyangga yang mempengaruhi komponen aktif oleh interaksi
yang kuat.
Contoh :Oksida yang tereduksi secara parsial seperti : TiO2, Nb2O5,V2O5
4. Penyangga Struktural.
Untuk Pemurnian gas buangan

KRITERIA YANG DIGUNAKAN DALAM MEMILIH KATALIS:


1. Aktivitas
2. Selektivitas
3. Stabilitas
4. Ekonomis
5. Legalitas

TIGA LANGKAH PEMILIHAN KATALIS


1.Analyzing the reaction as much detail as possible
2.Organizing the available information about the subject reaction
as well as analogous reactions
3.Selecting from available information

Applying criteria to a choice of catalytic agents


R1 + R2 P1 + P2
CRITERIA
Activity

CATALYTIC AGENTS
A

Selectivity

C
C

Stability

Economics

Prior Use

SELECTION

Need further analysis

ANALISIS terhadap REAKSI KATALITIK


1. Kajian tentang FeedStock
-Jumlah dan jenis peraksi-pereaksi utama yang digunakan
-Adanya senyawa-senyawa yang tidak aktif
-Adanya racun
2. Kajian terhadap produk yang diharapkan
-Kemurnian
-Komposisi
3. Kajian tentang mekanisme reaksi yang mungkin terjadi, termasuk
reaksi samping
4. Pengumpulan data-data termodinamika yang mendukung kajian
mekanisme reaksi
5.Evaluasi segi ekonomis
-Biaya feedstock
-Harga produk

SIFAT DAN KARAKTERISTIK KATALIS


1. Activity
Aktivitas

Produktivitas naik
-Reaktor kecil
-Jumlah katalis sedikit
-Kondisi reaksi biasa

2. Selectivity
Selektivitas
kelimpahan produk yang diinginkan
memperbaiki tekstur katalis:
- Volume Pori
- Distribusi Pori
3. Stability
Stabil =Tidak mengalami perubahan/berubah sangat sedikit selama
digunakan
- coke forms on some catalyst
- Reactants, products or poisons may attack active agents
-crystal of deposited metal may be enlarged

4. Morphology
Bentuk dan ukuran butir katalis disesuaikan dengan
prosesnya
Misal : moving/boiling bed reaktor = spherical form
Fluid bed = Powder
Fixed bed = Pelet

5. Mechanical Strength
- Ketahanan terhadap tekanan tinggi
- Ketahanan terhadap gesekan (fine)
- Ketahanan terhadap abrasi (powder)

6. Termal Characteristics
Konduktivitas termal

mengurangi gradien suhu

7. Regenerability
- Burning off carbon deposit
- Scrubbing with suitable gas
8. Reproducibility
- Reproducibility characterizes the preparation of catalyst
9. Originality
- can be exploited legally through licenses
10.Cost

The goal is not an ideal catalyst but the optimum


Ex: Sifat aktivitas dan reproducibility selalu penting
tapi terkadang selektivitas tidak terlalu penting
Optimization:
Economic feasibility studies concerning not only the
catalyst but also the rest of the process

PREPARASI KATALIS
1.

IMPREGNASI
Penyangga dibiarkan untuk kontak dengan sejumlah tertentu
larutan prekursor logam (biasanya garam), kemudian
dikeringkan dan dikalsinasi
Berdasarkan jumlah larutan yang digunakan, impregnasi
terbagi menjadi:

a. IMPREGNASI BASAH
- Volume larutan prekursor tidak melebihi volume dari
penyangga
- Larutan prekursor disemprotkan pada penyangga secara
terus- menerus sambil diaduk
- Gas-gas yang terperangkap dalam penyangga sebelumnya
dievakuasi terlebih dahulu
- Penetrasi prekursor ke bagian yang lebih dalam, dapat
dicapai dengan mengeluarkan air yang terperangkap dalam
pori bagian dalam sehingga distribusi logam prekursor
lebih seragam dan merata

b. IMPREGNASI KERING
- Volume larutan prekursor yang digunakan melebihi volume
pori penyangga
Campuran penyangga dan prekursor logam dibiarkan
beberapa saat sambil terus diaduk.
Setelah semua pelarut habis, bubuk katalis selanjutnya
dikeringkan.
- Konsentrasi prekursor logam pada penyangga, tergantung
pada:
1. Konsentrasi larutan prekursor
2. Volume pori penyangga
3. Jenis sisi adsorpsi pada penyangga
4. Konsentrasi sisi adsorpsi pada permukaan penyangga

2.PRESIPITASI
a.Co-Presipitasi
contoh katalis: Ni oksida/Al2O3
Cu-Zn oksida/Al2O3
Larutan garam untuk
pembentuk penyangga

Larutan garam logam

+ lar.basa (diaduk)
Hidroksida/karbonat

oksida

Pencucian

b. DEPOSISI-PRESIPITASI
Prinsip Deposisi-presipitasi hampir sama dengan Co-presipitasi
Uji presipitasi logam hidroksida/karbonat pada partikel penyangga
Melalui reaksi dengan basa dan prekursor logam
Hal-hal yang harus diperhatikan : Nukleasi dan pertumbuhan pada
pada permukaan penyangga
- Nukleasi dan pertumbuhan yang cepat Ukuran kristal besar
distribusi tidak homogen
Cara pencegahannya:
Pada saat pencampuran dan penambahan larutan alakali
dilakukan perlahan-lahan

3. PENUKAR ION
Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah PZC (Point Zero of
Charge)
PZC yaitu pH dimana permukaan si penyangga berbentuk oksida
memiliki muatan netral
Muatan permukaan oksida tergantung pada pH mediumnya:
Dalam media asam: M-OH + H+A-

M-OH2+ + A-

Dalam media basa: M-OH + OH-

M-O- + H2O

Contoh: Al2O3 (PZC=8)


- pH > PZC atau pH > 8 - Maka permukaan Al2O3 akan bermuatan negatif
- Mengadsorpsi kation
- pH < PZC atau pH < 8 - Permukaan Al2O3 akan bermuatan positif
- Mengadsorpsi anion
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode ini:
1. Jenis dan konsentrasi prekursor logam
2. pH larutan
3. Jenis penyangga

PERLAKUAN PADA KATALIS


1. PENGERINGAN
Tujuan: Menghilangkan pelarut yang digunakan dalam tahap
preparasi
T=80-200oC
Faktor- faktor yang mempengaruhi
a. Laju pemanasan
b. Suhu pemanasan
c. Lama pemanasan
d.Sifat fisik katalis: - Volume dan bentuk pori
- Distribusi ukuran pori

PERLAKUAN PADA KATALIS


2.KALSINASI
Pemanasan dengan suhu relatif tinggi di bawah aliran gas O2
atau udara
Reaksi yang terjadi :Oksidasi prekursor logam membentuk
oksida logam
M-X + O2
2MO + X2
Tujuan Kalsinasi:
a. Menghilangkan material-material yang tidak diinginkan
contoh : Bahan-bahan binder, kation or anion
b. Meningkatkan kekuatan pelet
c. Untuk mendapatkan oksida logam
d. Menghilangkan CO2 dan air terikat yang tidak hilang pada saat
pengeringan

3. REDUKSI
Menggunakan gas H2
Tujuan : Pembentukan logam dan menghilangkan uap air
M-O + H2
M + H 2O

TUJUAN KARAKTERISASI KATALIS


1.Quality Control
- Oleh pengguna dan penghasil
2. Penelusuran terhadap sejumlah katalis baru atau katalis yang sudah
ada untuk melihat tingkat aktivitas terhadap reaksi tertentu
3. menentukan kondisi optimum operasi
4. Mencari mekanisme reaksi untuk katalis tertentu
- labelling molecule
- untuk kinetika
- masukan/saran untuk mencari katalis baru
5. Analisa kinetika reaksi secara detail pada katalis tertentu
6. Operasi jangka panjang

MEASURING THE PROPERTIES OF CATALYSIS


1. Determining catalytic properties
The activity
The activity that a catalyst exhibits for a given chemical transformation
can be shown in various ways.
Where the reaction rate equation is already established, catalytic
activity is characterized by the value of the overall rate constant (k) or
by the product (kb) of the intrinsic rate constant times the coefficient of
adsorption
If the reaction rate equation is not yet known, the activity of the
catalyst can be evaluated in terms of rate measured as the decrease in
concentration, in pressure, or in the number of molecules per unit time
under standard operating conditions

MEASURING THE PROPERTIES OF CATALYSIS


The selectivity
If the equations for the rate of the desired reaction and the parasitic
reactions are known, the selectivity is shown by the ratio of activity
= k1/k2 or =k1b1/k2b2, with chemical kinetics
If the rate equations is not known, the selectivity can be expressed in
terms of yield (R ) at constant conversion.
The stability
The stability of the catalyst can be determined by following the
changes in activity and selectivity during the course of operating under
condition as close as possible to industrial operations.
Stability is expressed in terms of the duration of the operating cycle,
either in monthd, weeks, days or hours, depending on the catalysis or
tonnage of the feedstock handled per unit weight of catalyst between
two generations.

MEASURING THE PROPERTIES OF CATALYSIS


The regenerability
The regenerability of the catalyst is characterized not only by the
number of regenerations it can undergo but also by the extent to which
it is restored on successive regenerations, as is shown in the duration
of cycles between successive regenerations.
The life of the catalyst will depend both on its stability and
regenerability. It will be expressed either in month or year or in tonnage
treated per unit weight of catalyst

MEASURING THE PROPERTIES OF CATALYSIS


2. Determining morphological characteristics
The shape of the granules: sphere, cylinders, pellet, cylindrical ring,
powder
Size distribution of catalyst grains: depending on the fineness of the
particles.
The finer the grains, the more complicated is the equipment and the
more difficult the operation. Example: from screening to X-Ray
diffraction
Internal morphological characteristics: The internal surface, the pore
size distribution, the density of the solid skeleton, and the total pore
volume
Morphological characteristic of the beds of catalyst: the catalyst bed is
characterized not only by its diameter and height but also by its density
and the void fraction of empty space between the catalyst particles

MEASURING THE PROPERTIES OF CATALYSIS


3. Physical and Mechanical properties
Resistance to crushing
Resistance to abrasion and attrition

4. Industrial Experimentation

STUDY OF THE PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS


OF THE CATALYTIC SOLID
Physico-chemical properties of catalyst and methods of measuring
them
1. Composition of chemical elements
Measuring methods:
Standard chemical analysis
X-ray fluoresence
Emission spec
Atomic absorption
Flame spec
Neutronic activation

STUDY OF THE PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS


OF THE CATALYTIC SOLID
Physico-chemical properties of catalyst and methods of measuring
them
2. Nature and structure of the catalytic chemical process
Measuring methods:
X-Ray Diffraction
electron diffraction
NMR
EPR
IR and raman spec
UV-Vis spec
Magnetic methods
Thermogravimetrics method
DTA
Mossbauer Spec

STUDY OF THE PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS


OF THE CATALYTIC SOLID
Physico-chemical properties of catalyst and methods of measuring
them
3. The Texture of the catalyst:
Texture of the support (porosity, specific surface, pore distribution)
Measuring methods:
BET Method
Porosimetry
State of the dispersed active agents
Measuring methods:
Chemisorption
XRD
Electron Spec
SEM
Magnetic methods
Chemica sl methods
Electron microprobe spec

STUDY OF THE PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS


OF THE CATALYTIC SOLID
Physico-chemical properties of catalyst and methods of measuring
them
4. The quality of the active surface
Measuring methods:
Chemisorption kinetics
Flash desorption
Heats of adsorption
color doping
EPR
IR Spec
5. Electronic properties
Measuring methods:
EPR
Conductivity, semi-conductivity
Electron extraction work functions

Anda mungkin juga menyukai