Anda di halaman 1dari 26

MIOM (TUMOR) RAHIM

Miom rahim (uterine fibroids atau juga disebut fibromyoma, leimyoma atau fibroids)
adalah tumor jinak otot dinding rahim yang muncul pada wanita di masa reproduksi.
Miom dapat muncul di dalam atau di luar rahim atau dalam otot dinding rahim. Miom
biasanya tumbuh dari satu sel otot kecil yang terus berkembang. Awalnya adalah
gangguan fungsi saraf yang disebabkan gangguan hormon estrogen serta emosi
yang tidak seimbang. Gangguan fungsi saraf itu kemudian menyebabkan kesalahan
bentuk otot di dalam rahim.
Di rahim dapat muncul satu atau lebih miom. Ukuran miom beragam mulai dari
sekecil kacang polong hingga sebesar buah anggur. Pada umumnya miom tetap kecil,
tetapi perkembangannya tidak terduga. Ada yang berkembang dengan perlahan,
adapula yang berkembang dengan sangat cepat. Sebagian besar kasus miom tidak
berbahaya, tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker, dan sangat jarang
berubah menjadi kanker.
Miom membutuhkan penanganan segera jika menimbulkan nyeri panggul yang
tajam, tetapi hal ini jarang terjadi. Pada umumnya miom tidak menyebabkan
masalah dan jarang membutuhkan penanganan. Terapi obat dan tindakan
pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika
menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah.
Gejala-gejala
Jika terdapat miom rahim, Anda mungkin tidak mengetahuinya. Paling tidak
setengah dari wanita penderita miom tidak mempunyai gejala-gejala. Bahkan,
sebagian besar diketahui bahwa menderita miom pada saat pemeriksaan rutin
panggul atau pada saat perawatan kehamilan.
Gejala-gejala yang paling sering terjadi adalah:

Nyeri di perut atau di pinggul.


Perut terasa penuh
Nyeri sanggama.
Gejala anemia karena banyak kehilangan darah haid.
Sering berkemih karena miom menekan kandung kemih.
Tekanan pada panggul.
Infertilitas atau keguguran.
Constipation (sembelit).
Nyeri haid, perdarahan haid yang tidak normal (lebih banyak atau lebih
lama), atau haid tidak teratur

Penyebab
Penyebab terjadinya miom masih belum jelas diketahui, meski terdapat dugaan
faktor turunan mempunyai peranan terhadap penyakit ini. Bilamana terdapat wanita
lain dalam keluarga yang mempunyai miom, mungkin Anda juga dapat mempunyai
miom.

Pertumbuhan miom juga dikendalikan oleh faktor hormonal, terutama hormon


estrogen. Miom cenderung berkembang pada masa reproduksi, dan dapat bertambah
besar dengan cepat selama kehamilan, yang mana kadar estrogennya sangat tinggi.
Miom biasanya menyusut setelah menopause ketika kadar estrogen menurun.
Hormon lain misal progesteron, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan miom.
Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah ketidakseimbangan emosi misal
sering stres, daya tahan tubuh rendah, gaya hidup yang tidak seimbang, semua itu
menyebabkan gangguan pada hormon dan kemungkinan timbul miom. Ukuran
besar-kecilnya miom juga dipengaruhi oleh jumlah kalori pada tubuh karena
timbunan kalori dalam tubuh mempengaruhi pertumbuhan miom. Makin gemuk
seseorang, makin banyak timbunan kalorinya, dan membuat miom tumbuh cepat.
Miom juga dapat terjadi karena adanya faktor bakat, yang kemudian dipicu oleh
rangsangan-rangsangan hormon (karena emosi tidak stabil), makan sembarangan
dan berat badan yang berlebihan. Rangsangan-rangsangan tersebut yang membuat
pertumbuhan miom lebih cepat. Namun pertumbuhan miom paling sedikit
memerlukan waktu sekitar 8 tahun.
Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi perangsang pertumbuhan miom
atau memungkinkan miom tumbuh kembali walaupun telah diangkat. Oleh karena itu
kebersihan alat kelamin, berat badan tubuh, dan keseimbangan emosi harus dijaga
agar miom tidak terangsang pertumbuhannya.

Pemeriksaan dan diagnosis


Dalam membuat diagnosis dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap panggul
untuk merasakan adanya miom. Dokter juga melakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG), pemeriksaan ini tidak menyakitkan dengan menggunakan gelombang suara
untuk menampilkan gambaran rahim pada layar monitor. Gambar ini dapat dilihat
secara rinci untuk penilaian pertumbuhan miom.
Mungkin dokter juga akan menyerankan tindakan histeroskopi, yaitu tindakan
pembedahan yang tidak bersifat invasif (tidak membahayakan) yang mana teleskop
ringan dan kecil dimasukkan melalui vagina dan serviks ke dalam rahim. Dengan
pemeriksaan ini dokter dapat memeriksa dinding rahim (endometrium) dan jika perlu
mengambil sedikit bahan jaringan.

FERTILITAS > Miom (tumor) Rahim


Penyulit (komplikasi)
Meski pada umumnya miom tidak berbahaya, tetapi miom dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman dan dapat mengarah pada komplikasi misal anemia karena kehilangan
banyak darah. Miom juga membuat sulit untuk hamil karena mengganggu
kemampuan sel telur yang telah terbuahi untuk menyusuk (implantasi) pada dinding
rahim. Kadangkala miom juga menyumbat saluran untuk melahirkan sehingga
menimbulkan komplikasi pada saat kehamilan dan melahirkan.
Pada kasus-kasus yang jarang terjadi, miom dapat tumbuh keluar dari rahim pada
stalklike-projection. Jika miom memilin pada stalk ini, maka akan terasa nyeri berat
di bagian bawah perut yang tajam dan tiba-tiba. Jika hal ini terjadi, segera berobat
ke rumah sakit karena mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Pengobatan
Jika miom tidak menyebabkan gejala, biasanya dokter akan menyarankan
pendekatan wait and see, dengan pemeriksaan ulangan dilakukan secara rutin dan
kadangkala membutuhkan pemeriksaan USG untuk melihat ukuran miom.
Jika terdapat gejala-gejala, dokter mungkin menyarankan pengobatan berikut ini:

Terapi Obat
Pil KB yang rendah estrogen digunakan untuk mengendalikan perdarahan
haid yang berat. Tetapi obat ini tidak mengendalikan pertumbuhan miom.
Obat lain yang disebut agonis GnRH (agonist Gonadothropin-releasing
Hormone) dapat digunakan untuk menyusutkan miom dengan mengurangi
jumlah estrogen dalam tubuh. Bentuk pengobatan ini bukan pemecahan
masalah untuk jangka panjang, tetapi mungkin digunakan untuk persiapan

pembedahan. Tetapi agonis GnRH menyebabkan gejala-gejala nya


menopause, misal gejolak panas si sekitar leher (hot flashes), perubahan
emosi, pusing, vagina kering, dan keropos tulang. Jika dibutuhkan
pengobatan jangka panjang, dokter akan menambah obat lain untuk
mengurangi gejala-gejala menopause tersebut, tetapi miom dapat muncul
kembali setelah pengobatan dihentikan.

Pembedahan
Kadangkala diperlukan pembedahan untuk mengangkat miom. Salah satu
pilihannya adalah miomektomi, yaitu tindakan pembedahan yang mana hanya
miomnya saja yang diangkat dan rahim tetap dibiarkan. Ini merupakan
pilihan yang paling sesuai untuk wanita yang masih ingin mempunyai anak.
Pilihan pembedahan lain adalah histerektomi untuk mengangkat rahim.
Histerektomi mempunyai laju komplikasi yang rendah dibanding miomektomi
dan merupakan pemecahan masalah secara tuntas untuk miom rahim.
Sedangkan dengan miomektomi, sekitar 10% kasus miom dapat muncul
kembali.
Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik pembedahan yang
lebih tidak invasif, misal histeroskopi dan laparoskopi untuk menghilangkan
miom. Pada tindakan ini digunakan alat teropong (teleskop) tipis dan panjang
yang dilengkapi lampu dan kamera video untuk melihat daerah yang akan
ditangani pada video monitor. Dengan laparoskopi, sebuah teleskop
dimasukkan melalui tusukan kecil di bawah pusar dan peralatan khusus
digunakan untuk menghilangkan miom. Dengan teknik-teknik ini akan cepat
pulih dan hanya sedikit luka parut. Tetapi teknik ini merupakan pilihan
bilamana ukuran miom masih kecil (5-6 cm). Bilamana miom cukup besar,
terlebih dulu digunakan pengobatan agonis GnRH untuk menyusutkan miom,
dengan penyuntikan setiap 4 minggu sekali ke dalam jaringan lemak di kulit
dekat pusat. Setelah ukuran miom menyusut baru dilakukan tindakan
laparoskopi.

Embolisasi miom rahim


Tindakan tanpa pembedahan ini merupakan pilihan lain bagi beberapa wanita
yang ingin menghindari pembedahan. Tindakan ini dirancang untuk
menyusutkan miom dengan memotong persediaan darah yang ke arah miom.
Pada tindakan ini, dokter Radiologis menggunakan gambar sinar-X untuk
mengarahkan pipa tipis (kateter) pada tempatnya. Kemudian dokter
memasukkan partikel kecil dari plastik atau gelatin melalui kateter untuk
menyumbat aliran darah di dalam miom. Tanpa persediaan darah, miom akan
menyusut dan hilang setelah beberapa waktu.

Pertanyaan - Jawaban
1. Apa penyakit miom ini hanya menyerang kaum wanita saja?
Miom rahim memang hanya menyerang wanita saja karena pria tidak
mempunyai rahim.
2. Terbatas atau tidak usia berapa bisa terserang penyakit ini?
Miom dapat terjadi pada setiap wanita di masa reproduksi (dari pertama
mendapatkan haid hingga memasuki masa menopause).

3. Berarti bila sudah menopause tidak akan menderita penyakit ini?


Betul, karena pertumbuhan miom dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
pada saat menopause kadar hormon estrogen menurun, jadi miom tidak akan
tumbuh.
4. Apa tanda-tanda miom bisa dilihat dari luar tanpa bantuan USG, dan apa saja
tanda-tanda awalnya?
Bilamana miom masih kecil, agak susah terlihat dari luar dan biasanya tidak
bergejala, maka perlu alat bantu seperti dengan USG. Tetapi bila ukurannya
sudah cukup besar baru muncul gejala-gejala nyeri haid, haid sangat banyak,
haid tidak teratur, sakit pada pinggul dan perut, perut terasa penuh, sering
buang air kecil atau perut membesar selama haid. Kalau miom sudah
membesar, perut juga membesar seperti wanita hamil.
5. Kalau tanda-tanda awal itu tidak kita perhatikan atau kita remehkan apa
akibatnya?
Kadang-kadang sudah stadium lanjut baru ditangani dan biasanya
membutuhkan tindakan pembedahan.
6. Apakah miom bisa membuat sulit hamil? Bila bisa hamil apakah harus
dioperasi?
o Tidak selalu, meski ada miom, seorang wanita tetap bisa hamil, hanya
mungkin kehamilannya akan terganggu. Tergantung letak tempat
tumbuhnya miom. Miom ada yang tumbuh di leher rahim, di samping
rahim, di dalam otot rahim, di bawah selaput rahim, dan miom yang
bertangkai. Letak miom tersebut yang mempengaruhi apakah akan
membuat keguguran pada ibu hamil. Bila miom terdapat di rongga
rahim dapat terjadi keguguran, juga bila miom ada di bawah selaput
rahim atau di dinding rahim karena miom akan mendesak janin dan
menyebabkan keguguran. Untuk miom yang bertangkai tidak akan
mendesak janin, tetapi dapat menyebabkan kelainan letak janin
(miring atau melintang).
o Bila miom cukup besar dan letaknya menggangu janin, maka harus
dioperasi. Kalau tidak akan menyebabkan perdarahan, keguguran atau
kelahiran prematur. Jika tidak menggangu, dokter akan melihat
perkembangannya apakah akan menggangu proses persalinan, dan
apakah bisa melahirkan dengan persalinan normal atau harus dengan
bantuan khusus.
7. Apakah bila mempunyai miom harus dioperasi? Dan kalau sudah dioperasi
berarti sudah sembuh/tidak kambuh lagi?
Tidak. Bila ukuran miom masih kecil dan tidak mengganggu tidak perlu
operasi, tetapi bila miom sudah membesar dan mengganggu organ tubuh
lainnya, sebaiknya miom diangkat. Bila yang diangkat miomnya saja
(miomektomi) kemungkinan masih bisa kambuh kembali. Tetapi bila
keseluruhan rahim yang diangkat (histerektomi), miom tidak kambuh lagi.
Tetapi biasanya setiap wanita sangat menghindari operasi pengangkatan
rahim karena tidak akan bisa hamil lagi. Oleh karena itu operasi histerektomi
hanya dilakukan bagi wanita yang tidak ingin hamil lagi.
8. Bagaimana supaya kita tidak terserang penyakit ini?
Sebaiknya pola hidup teratur, makan dengan gizi seimbang, jangan
berlebihan, jaga berat badan yang seimbang, hindari stress dan hidup tenang.
Sumber:
o

www.mayoclinic.com

Hasil wawancara Dr.dr.T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER di Tabloid Ibu-Anak


No.36/Th.II/27 Juli-2 Agustus 2000 dengan judul Fibroid, si jinak
yang cekot-cekot

Kista Ovarium
Apakah kista ovarium itu?
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di
mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau
permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar
kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Gejala-gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejalagejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin
muncul bila Anda mempunyai kista ovarium:

Perut terasa penuh, berat, kembung


Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
Haid tidak teratur
Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
Nyeri sanggama
Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera:

Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba


Nyeri bersamaan dengan demam
Rasa ingin muntah.

Jenis-jenis kista ovarium

1. Kista fungsional

Kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal
haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya

dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista
folikular dan kista korpus luteum.
o Kista folikular
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada
saat ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone).
Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana
semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai
perjalannya ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista
folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai
ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel
telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista.
Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri
dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.

Kista korpus luteum


Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa
lain dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar
sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini
disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala setelah sel telur dilepaskan,
lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di
dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu,
tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan
berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium
yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi
darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan
nyeri tajam yang tiba-tiba.

2. Kista dermoid

Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi
dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah
dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak
menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.

3. Kista endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan
dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
sanggama.

4. Kistadenoma

Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium,
biasanya bersifat jinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan
mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.

5. Polikistik ovarium

Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang
menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom
polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama
hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan
menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi,
sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

Pemeriksaan dan diagnosis


Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium
di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
Penyulit (komplikasi)
Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak, tetapi kista dapat membesar
yang menyebabkan nyeri di bagian perut. Pada beberapa kasus penyakit ini dapat
menggangu produksi hormon-hormon dari ovarium dan menghasilkan perdarahan
iregular dari vagina dan peningkatan rambut tubuh. Jika kista atau tumor membesar
dan menekan kandung kemih, Anda akan berkemih lebih sering karena kapasitas
kandung kemih berkurang. Kista ovarium dapat berbahaya bilamana kista berubah
menjadi ganas, karena itu semua kista harus diperiksa oleh dokter.
Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan
gejala-gejala yang diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan:

1. Pendekatan wait and see

Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak
memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG
ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran

2.

3.

kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita


pascamenopause jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
Pil kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk
mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi
peluang pertumbuhan kista.
Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3
siklus haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau
gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika
kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk
menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista
tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histerektomi
untuk pengangkatan ovarium.

Pertanyaan-jawaban
1. Apa penyakit kista ini hanya menyerang kaum wanita saja?
Kalau kista indung telur memang hanya menyerang wanita saja karena pria
tidak mempunyai indung telur, tetapi kista bisa dikulit atau dimana saja dan
itu dokter kulit yang akan menanganinya.
2. Apa penyebab penyakit ini?
Penyebabnya sangat beragam. Bisa saja dari sejak kecil/lahir sudah berbakat
ke arah penyakit ini, misal ada yang berisi rambut, kuku, lemak atau yang
lain, kista ini disebut kista dermoid dan sudah dibawa sejak dalam kandungan
ibunya. Ada yang kemudian tumbuh belakangan seperti kista endometriosis
yang merupakan gangguan hormonal dan gangguan kekebalan tubuh. Ada
juga yang berisi nanah disebut kista abses disebabkan karena radang atau
infeksi. Bisa juga karena perubahan sel tubuh, isinya seperti ingus atau cairan
bening disebut kista mesinosum atau serosum. Jadi penyebabnya banyak
sekali.
3. Secara lebih spesifik mengenai penyebab penyakit ini, apa mungkin dapat
karena makanan?
Untuk kista endometriosis bisa terpengaruh oleh pola makan, kalau makan
banyak lemak yang susah dipecah oleh tubuh dapat berlanjut dengan
gangguan hormon sehingga menimbulkan kista endometriosis. Atau pola
makan yang tidak teratur atau sering jajan bisa juga menimbulkan kista
endometriosis.
4. Terbatas atau tidak usia berapa bisa terserang penyakit ini?
Tidak ada batasan, begitu bayi lahir sampai umur tua setiap saat bisa terkena
kista, tergantung jenisnya. Semakin dini terkenanya makin besar
kemungkinan menjadi ganas.
5. Apa tanda-tanda kista bisa dilihat dari luar tanpa bantuan USG, dan apa saja
tanda-tanda awalnya?
Gejala-gejala awalnya sangat beragam. Untuk kista endometriosis gejalanya
nyeri haid, nyeri buang air besar, dan bila sudah menikah nyeri saat
berhubungan. Untuk kista yang lain gejalanya seperti rasa penuh diperut,
kembung, susah buang air besar, rasa mual, sering buang angin. Kalau kista
sudah membesar, perut juga membesar seperti wanita hamil berisi cairan di
rongga perut. Kalau kista masih kecil, agak susah diraba/terlihat dari luar
maka perlu alat bantu seperti dengan USG.

6. Kalau tanda-tanda awal itu tidak kita perhatikan atau kita remehkan apa
akibatnya?
Kadang-kadang sudah stadium lanjut baru ditangani dan ini biasanya hasilnya
kurang memuaskan.
7. Jenis kista yang mana yang paling berbahaya?
Berbahaya kalau kista menjadi ganas, kalau tidak menjadi ganas tidak
berbahaya. Selama kondisi jinak tidak perlu takut karena bisa diobati secara
operasi atau dengan obat-obatan. Kalau kista menjadi ganas, penanganannya
lebih radikal dengan kistanya harus diangkat dan diberi obat-obat anti kanker.
8. Apakah kista bisa membuat susah hamil, berapa persenkah kemungkinan
bisa hamil? Bila bisa hamil bagaimana pengaruhnya pada kesehatan ibu dan
janin?
o Tergantung jenisnya dan apa indung telurnya terkena dua-duanya atau
tidak, kalau hanya satu indung telur yang terkena kista dan satu lagi
tidak maka selalu ada kemungkinan untuk bisa hamil. Dan kista tidak
selalu otomatis mengganggu kehamilan tergantung jenis dan
besarnya. Kista tidak selalu membesar selama hamil, ada jenis kista
yang bisa membesar selama hamil dan ada yang tidak ikut membesar
selama hamil namanya kista endometriosis, malahan kista ini statis
(berhenti tumbuh) bila sedang hamil. Ada jenis lain yaitu mesinosum
(serosum) ikut membesar pada masa hamil, ini kadang-kadang
membuat keguguran karena besarnya kista mengganggu kehamilan.
o Faktor kesehatan ibu dan janin tidak akan terganggu kecuali kistanya
jenis ganas.

9. Apa ada faktor turunan yang berpengaruh pada penyakit ini?


Secara langsung tidak, tetapi ada yang dikenal sebagai faktor familiar, artinya
dalam satu keluarga ada kecenderungan untuk bisa terkena pada beberapa
orang, contohnya pada jenis kista endometriosis yang dapat disebabkan pola
hidup/pola makan, misal sejak kecil sampai dewasa ada jenis makanan
tertentu (X) yang dimakan sekeluarga setiap hari, bila ada 3 orang wanita
dalam keluarga itu maka kemungkinan 2 orang dari wanita itu terkena
penyakit yang sama.
10. Bagaimana supaya kita tidak terserang penyakit ini?
Sebaiknya pola hidup teratur, makan dengan gizi seimbang, juga makan
sayuran berserat terutama yang berwarna hijau karena mengandung zat
antioksidan yang memudahkan membuang racun dari tubuh, dan juga perlu
lemak dan protein karena protein untuk membentuk daya tahan tubuh yang
tinggi.
11. Apakah penyakit ini bisa dihambat pertumbuhan/ perkembangannya
berkaitan dengan faktor psikologis misal stres, depresi, atau yang lain, dan
apa bisa membuat penyakit ini cepat tumbuh berkembang?
Secara teoritis bisa, terutama yang perkembangannya tergantung pada
hormonal seperti endometriosis dan kista polikistik. Memang tergantung dari
pola hormon di tubuh kita dan pola hormon sangat dipengaruhi oleh stres
pada wanita karena pusat kendali hormon ada di otak, kalau stres mudah
terganggu/tidak seimbang sehingga mudah merangsang tumbuhnya kista,
dan bisa dicegah kalau kita tetap tenang.

Kepustakaan:

www.mayoclinic.com
womenshealth.about.com
Rangkuman wawancara Dr.dr.T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER di Progam Analekta
Pro-3 RRI 104.1 FM dengan topik kista dalam kandungan pada tanggal 17
April 2001.

DELAPAN TAHUN MENANTI PERMATA HATI


Setelah hampir putus harapan dan merasa bosan berobat, akhirnyaTuhan
mengabulkan permohonan kami.Tidak tanggung-tanggung, tiga bayi kembar yang
mungil dianugrahkan-Nya melalui program bayi tabung!
Dua minggu sebelum istriku melahirkan, hatiku tiba-tiba menjadi sangat gelisah.
Detak jantung menjadi berdebar-debar dan dada terasa berat sekali. Bahkan, pernah
tengah malam mendadak aku terbangun dan merasakan dadaku seolah-olah, mau
pecah. Dan malam ini aku betul-betul tidak dapat menahan beban perasaan itu,
sehingga memutuskan untuk minum obat penenang. Apa boleh buat, aku harus
berusaha tenang di hadapan istriku. Ya, pada akhirnya aku hanya bisa pasrah berdoa
kepada-Nya agar persalinan istriku, Rosita, yang bertangsung 14 Oktober 1993
berjalan lancar. Berulang kali kumemanjatkan puji syukur, ketika akhirnya istriku
melahirkan bayi-bayi kami dengan selamat. Ya, hari itu istriku melahirkan tiga bayi,
dua putri dan satu lelaki.
Bertemu di Medan
Kenangan di bulan Oktober 1982 itu masih terbayang jelas di benakku. Sebagai
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara (FK.UNTAR) angkatan
tahun 1975, aku sedang sibuk pontang-panting mencari informasi untuk persiapan
mengikuti ujian akhir negara yang akan berlangsung di Universitas Sumatara Utara
(USU), Medan. Nah, ketika berburu bahan ujian itulah, tanpa sengaja aku
mendapatkan 'hasil buruan' khusus. Seorang mahasiswi Kedokteran Universitas
Atmajaya yang cukup manis angkatan 1974, tiba-tiba mengusik perhatianku.
Namanya singkat, Rosita.
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran perguruan tinggi swasta, kami memang
harus mengikuti ujian negara pada perguruan tinggi negeri. Kebetulan, kami
mendapat kesempatan yang sama, yaitu harus mengikuti ujian di USU (Universitas
Sumatera Utara), Medan. Ya, di situlah awalnya hatiku tertambat. Dan rupanya aku
tidak bertepuk sebelah tangan, sehingga makin hari hubunganku dan Rosita pun
semakin erat. Kami merasa sudah saling mengenal lama satu sama lain.
Setahun kemudian, karena di antara kami sudah saling sama-sama merasa cocok,
maka kami pun memutuskan untuk bertunangan. Keputusan itu kami ambil karena
mengingat aku belum lulus dan belum memperoleh penghasilan yang memadai.
Sejak duduk di tingkat akhir tahun 1976, aku memang sudah aktif menjadi asisten
dosen untuk mata kuliah Biologi. Tapi berapalah gaji yang kudapat? Tahun 1984,
setelah, lulus menjadi dokter dan diangkat sebagai dosen tetap di UNTAR (Rosita

sendiri lulus pada tahun 1983) barulah kami berani memutuskan untuk menikah
resmi di gereja tahun 1985.
Saat itu usiaku 32 tahun dan Rosita sekitar 30 tahun. Setelah menikah kami
langsung menempati rumah mungil kami di Kompleks Kuncir Mas Permai,
Cipondoh,Tangerang. Sehari-hari aku mengajar di Untar dan menjadi dosen tetap
untuk mata kuliah biologi khususnya reproduksi manusia. Di luar kegiatan mengajar,
aku aktif di Bagian Pendidikan Biologi dengan menulis makalah dan diktat untuk
mahasiswa, serta buka praktek dokter sendiri di rumah. Sementara itu, istriku
bekerja sebagai dokter Puskesmas di Kecamatan Grogol, Petamburan. Begitulah,
bahtera kehidupan rumah-tangga kami dimulai.
Sebetulnya pada awal pernikahan kami, masalah anak sama sekali belum
terpikirkan. Istriku juga masih ingin 'kosong' dulu. Ya, paling tidak selama setahun
kami hanya ingin berduaan saja. Aku setuju saja. Pada awal perkawinan masih
banyak tantangan yang harus kami hadapi, tidak saja dari segi penyesuaian diri,
tetapi juga dari segi ekonomi. Namun setelah usia pemikahan kami berjalan setahun,
secara alami sekali, kami mulai merindukan kehadiran si kecil.

Berobat kesana-kemari
Tahun 1987, atas kesepakatan bersama, kami mulai memeriksakan diri ke dokter.
Sekitar lima bulan kami sempat berobat rutin ke sebuah rumah sakit anak terkenal
di Jakarta. Tetapi namanya manusia, walaupun profesi kami sebagai dokter, tetap
saja kami tidak terlepas dari pilihan pribadi masing-masing. Kalaupun kemudian
kami memilih untuk berobat kepada Dr. dr.Teuku Zulkifli Jacoeb, Spesialis ObstetriGinekologi, kami pikir hal itu merupakan pilihan yang manusiawi sekali. Kami sudah
lama mendengar tentang keberhasilannya menangani pasien pasangan suami-isteri
yang sulit memiliki keturunan. Kebetulan dr. Poppy, istri dari Dr. dr. Jacoeb adalah
rekan istri saya. Jadi tidak heran kalau kemudian kami memantapkan hati untuk
berobat kepadanya. Dari pihakku sendiri, sebagai seorang pria, tidak ada perasaan
segan untuk memeriksakan diri. Kenapa harus malu? Menurut pendapatku,
kejantanan seorang pria tidak hanya dilihat dari segi yang satu itu. Ya, masih banyak
memang orang yang mengidentikkan sperma dengan faktor kejantanan.Tapi kupikir
masalah sebenarnya lebih mengacu pada ego kaum pria yang lebih kuat. Mereka
khawatir jika ternyata kelemahan ada pada dirinya, sehingga tak jarang banyak
sekali kaum wanita yang menderita karena masalah Ini. Merekalah yang seringkali
disalahkan, bahkan yang lebih fatal lagi, mereka diceraikan. Aku tidak mau hal itu
sampai terjadi dalam rumah tangga kami. Itu sebabnya atas kesadaran dan
kesepakatan bersama- tentu saja melalui komunikasi yang sating terbuka di antara
kami berdua - aku dan istriku memutuskan untuk berobat secara rutin. Itu sebabnya
secara teratur kami lalu mengunjungi Dr. dr.Jacoeb untuk konsultasi dan menjalani
berbagai pemeriksaan medis.
Terus terang kami akui selama pengobatan berlangsung kami merasa stres. Satu sisi
kami berdua dikatakan sehat, tapi di sisi lain apa yang kami tunggu-tunggu belum
juga membuahkan hasil. Kalaulah ada kelainan, faktornya hanya karena infertilitas
primer. Walaupun Dr. dr. Jacoeb selalu membesarkan hati kami, tapi perasaan waswas dan harap-harap cemas tidak dapat kami hindari. Rosita mulai merasa 'iri' pada
saudara maupun teman-temannya yang sudah menimang bayi. 'Lihat, Pa, si A, baru
menikah tapi sudah punya anak," katanya. Atau di hari lain ia kembali 'melapor",

"Temanku si Anu, sama susahnya punya anak, tapi sekarang mereka berhasil
menimang bayi juga!'
Urusan memelihara nyala 'api harapan' di dada kami memang tidak mudah. Banyak
hal-hal yang membuat kami merasa jenuh. Aku sendiri bukannya tidak ikut
merasakan hal itu. Tapi di depan dia, aku tetap berusaha kelihatan tegar. Aku selalu
membesarkan hatinya. Bagaimanapun aku tidak memaksa dia karena hal ini
menyangkut masalah psikologis. Aku tidak ingin membuat dia bertambah stres.
Namun setelah empat tahun secara rutin kami berobat dan belum juga memberikan
hasil yang jelas, maka akhirnya aku pun terkena 'penyakit' bosan itu. Bayangkan
saja, selama bertahun-tahun secara rutin kami harus minum obat, dan terutama
Rosita harus menjalani pemeriksaan hormonal pada tanggal-tanggal tertentu
berdasarkan siklus haidnya. Mulanya kami rajin dan penuh semangat. Tapl lamakelamaan ...? Pertengahan tahun 1992, akhirnya kami absen memeriksakan diri
kepada Dr. dr. Jacoeb.
"Saya capek," kata istriku. Dan kali itu aku sependapat dengan dia. Maka kami
sepakat untuk istirahat dulu. Tapi bukan berarti kami berhenti berusaha, bahkan
secara non-medis.Kami mencoba cara-cara pengobatan tradisional. Istriku rajin
meminum Jamu maupun obat-obat dari sinshe. Bahkan, kami Juga meminta bantuan
dari seorang ahli paranormal, yang memberikan dukungan moral yang besar.
Walaupun begitu, kami Juga tetap berdoa sesuai dengan agama kami, mohon
kekuatan dari Bapa yang ada disurga.
Segala cara telah kami lakuan, tapi belum ada tanda sedikit pun akan membuahkan
hasil. Setelah satu setengah tahun lebih menunda pengobatan dengan Dr. dr. Jacoeb,
kami memutuskan untuk kembali berobat kepadanya.Tepatnya, sejak September
1992 kami kembali menjalani pengobatan biasa selama dua bulan. Selain itu, kami
juga mulai memikirkan untuk mengadopsi anak. Tapi sebelum melaksanakannya
Istriku mengatakan, "Saya ingin mencoba cara yang paling canggih dulu, deh!. Siapa
tahu melalui program bayi tabung, kita berhasil mendapatkan anak yang kita
idamkan? Kalau tetap tidak berhasil, ya, sudahlah... kita mengadopsi bayi saja."
"Kamu mau mencobanya sampai berapa kal?i' tanyaku. Ya, kupikir kami harus
menegaskan batas waktu akhir sebelum mencobanya. Jangan sampal kami
terkatung-katung nanti, terus mengharapkan hal yang tak pasti, selain juga
pertimbangan biaya. Mengikuti program bayi tabung tentu membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Jadi, sebelumnya kutegaskan juga kepada isteriku bahwa jangan terlalu
mengharapkan program ini akan berhasil. Aku tidak mau memaksakan diri lagi
karena takut stres lagi. Kalau tidak berhasil, tentu akan repot Jadinya. Tapl istriku
tetap bersikukuh ingin mencobanya. "Sekali saja,' katanya. 'Kalau Jadi syukur, kalau
tidak berhasil ya, tidak apa-apa. Yang penting saya tidak penasaran karena sudah
mencobanya.' Dan, aku setuju saja. Ya, siapa tahu kami berhasil?

FERTILITAS > Kisah nyata

Ikut progam bayi tabung

Atas saran Dr. dr. Jacoeb, kami mendaftarkan diri untuk mengikuti program bayi
tabung pada Divisi Fertilitas Unit Biomedis Terapan UPT Makmal Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta. Kebetulan Dr.dr. Jacoeb merupakan salah seorang anggota team inti di sana.
Proses pembuahan ovum bayi tabung hingga transfer embrio dilakukan oleh ketua
team pelaksana teknis, spesialis bayi tabung, dr. Soegiharto Soebijanto. Sebelumnya
kami melakukan pemeriksaan laboratorium pendahuluan. Dan hanya tinggal
sebagian kami melakukan check-up karena kondisi Rosita telah dipersiapkan
semaksimal mungkin oleh Dr. dr. Jacoeb. Jadi sebagai sesama team ahli, mereka
berdua saling bahu-membahu dalam menunjang keberhasilan program. Sejak
Januari 1993 dengan penuh pengharapan kami mulai melaksanakan program bayi
tabung.
Tanggal 28 Januari, dilaksanakan pengambilan sel telur dari Rosita melalui jarum
yang dibimbing dengan ultrasonograti. Pada pengambilan itu, terdapat lima sel telur.
Telur-telur itu lalu dipertemukan pada piring laboratorium dengan spermaku, sebagai
calon ayah. Dari lima sel telur itu tiga menghasilkan embrio. Tiga embrio terbaik
itulah yang dimasukkan ke rahim Rosita pada 30 Januari 1993.
Setelah transfer embrio, selama dua minggu istriku harus istirahat total di tempat
tidur di rumah ibunya. Kami tidak ingin mengambil risiko gagal. Kalau harus pulang,
rumah kami jauh dan belum lagi jalan menuju ke sana banyak yang rusak. Jadi agak
menyulitkan kalau setiap kali ingin melakukan kontrol ke dokter. Hampir sebulan
istriku cuti, walaupun setelah itu dia tetap praktek biasa. Aku sesungguhnya merasa
kasihan. Karena usianya yang sudah agak lanjut (39 tahun), maka akhirnya
membutuhkan perawatan khusus. Apalagi kasusnya infertilitas primer
(kekurangsuburan pada istri yang belum pernah hamil sebelumnya).
Seorang wanita yang mengalami kehamilan pada usia tidak muda lagi memang lebih
banyak risikonya. Selain membutuhkan obat lebih banyak dan perawatan khusus,
tentu saja biaya yang dibutuhkan juga makin besar. Misalnya saja, sekali suntik
sekaligus harus dengan empat ampul obat suntik. Makanya aku sangat berhati-hati
sekali dalam menjaga kehamilan istriku dan sedapat mungkin melakukan perawatan
khusus untuk dia. Beruntung juga profesi kami berdua sama-sama sebagai dokter,
sehingga kami merasa lebih siap dalam menantikan saat persalinan.
Sampai usia tiga bulan kehamilannya, lagi-lagi kami berdua dirundung rasa stres
terus-menerus. Kali pertama mendengar dia hamil kami memang merasa sangat
gembira. Sekali penanaman embrio ternyata langsung jadi. Tapi bersamaan dengan
itu, diam-diam kami juga menyimpan kecemasan yang sama. Risiko kegagalan
masih sangat besar. Apakah kantong yang sudah 'Jadi' itu akan berkembang menjadi
Janin ataukah akan lepas lagi? Setiap aku pulang, istriku selalu memburu dengan
pertanyaan akan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Kami berdua sungguh merasa
serba salah waktu itu karena selalu dibelit oleh perasaan was-was. Baru setelah 13
minggu dan placenta mulai kelihatan, kami bisa sedikit menghela napas lega, karena
kemungkinan terjadi kegagalan relatif agak berkurang. Namun setelah itu ternyata
kami juga merasa kaget bercampur bingung. Bayangkan, melalui pemeriksaan USG
(ultrasonografi), kami mendapat kepastian akan mendapat tiga bayi sekaligus.
Rasanya bahagia ... sekali. Istriku yang tidak pernah mengurus bayi, mulai berpikir
keras bagaimana merawat tiga bayi sekaligus secara efektif.

Karena tensinya agak tinggi dan kakinya mengalami pembengkakan, Senin tanggal
11 Oktober 1993, istriku disarankan Dr. Jacoeb masuk ke RSB (Rumah Sakit
Bersalin) Budhi Jaya di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan. Dr. Jacoeb juga praktek di
sana. Tiga hari setelah dirawat, diputuskan 14 Oktober besok, Rosita akan menjalani
operasi caesar.

Bayi-bayi kami yang lucu


Pukul 05.35 pagi istriku dibawa masuk ke ruang operasi. Saat itu aku sedikit agak
tenang. Aku tak tahu apakah ini karena pengaruh obat penenang yang kuminum.
Walaupun begitu, tetap saja aku tidak sanggup untuk masuk ke ruang operasi,
menyaksikan perjuangan istriku melahirkan bayi-kami. Jadi, aku hanya menanti di
luar saja dengan sepenuh doa di hati. Semoga saja team dokter yang bertugas,
antara lain dilakukan oleh Dr. dr. Jacoeb .dan dr. Soegiharto sendiri, berhasil dengan
baik.
Pukul 06.15 bayi-bayi itu lahir. Oh, Tuhan, betapa bahagia aku saat itu sulit
kulukiskan. setelah delapan tahun lamanya kami menanti si permata hati, ternyata
akhirnya terkabul. Doa dan usaha kami tidaklah sia-sia. Aku merasa bahagia sekali.
Aku telah menjadi seorang ayah dan istriku telah menjadi seorang ibu yang
sebenarnya. Aku gembira keadaan istri dan bayi kami baik-baik saja. Dua bayi
perempuan kami, meski agak kecil tapi kelihatan cantik-cantik. Sementara seorang
bayi laki-laki nampak sehat dan cakep. Dua bayi perempuan itu selanjutnya kami
beri nama, Theresia Tamia Yapri (beratnya 2.750 gram) dan Laurensia Anastasia
Yapri (1.350 gram), dan yang laki-laki kami beri nama Albertus Edwin Yapri (2.400
gram).
Si bungsu, Laurensia, karena beratnya agak kurang, oleh pihak RSB (Rumah Sakit
Bersalin) Budhi Jaya, segera di bawa ke RSAB (Rumah Sakit Anak Bersalin) Harapan
Kita untuk diberi perawatan lebih lanjut. Selama tiga hari dia dirawat di sana, sampai
17 Oktober pukul 23.40 WIB, Tuhan 'memanggil' Laurensta. Sebenarnya hampirhampir aku tidak percaya ketika mendengar berita itu. Ketika kudengar si bungsu
dalam keadaan kritis, aku cepat-cepat lari ke rumah-sakit. Namun rupanya Tuhan
menentukan lain. Sudah kehendak-Nya, Laurensia pulang ke rumah Bapa di surga.
Dia di makamkan 18 Oktober di pemakaman Menteng Pulo.
Aku sedih sekali. Entah bagaimana reaksi Rosita mendengar kabar itu. Sekalipun dia
tidak sempat mendekap si bungsu, tapi aku yakin tentu ia merasa sangat sedih.
Ketika selesai melahirkan, dalam keadaan separuh sadar dia hanya sempat mencium
mereka satu per satu. Hanya Itu. Sungguh, aku tidak tega untuk memberitahukan
dia. Apalagi tensinya masih agak tinggi. Itu sebabnya aku sengaja melakukan
'gerakan tutup mulut. Seluruh keluarga kuberi tahu agar tidak menceritakan hal
yang sebenarnya. Biarlah untuk sementara dia mengira Laurensia masih dirawat di
RSAB (Rumah Sakit Anak Bersalin) Harapan Kita.
Tanggal 22 Oktober, istri dan kedua bayi kami baru pulang kembali ke rumah kami di
Tangerang. Dalam perjalanan pulang dia masih saja tidak mengira bahwa
sebenarnya anak kami hanya tinggal dua orang. Setelah malam hari, kedua bayi
kami sudah tidur dan keadaan istriku tampak tenang, dengan berat hati akhirnya

kusampaikan juga keadaan yang sebenarnya tentang si bungsu kami, Laurensia


yang sudah tiada.
Dia benar-benar merasa sedih dan terus-menerus menangis malam itu. Tensinya
naik lag) dan beberapa hari itu masih saja demam. Kondisi fisiknya memang belum
kembali pulih seperti sediakala. Kehilangan si bungsu memang membuat kami
merasa sangat kehilangan. Tapi bagaimanapun, kehadiran Tamia dan Edwin, telah
memberikan secercah sinar dalam kehidupan rumah tangga kami. Setelah delapan
tahun menanti permata hati, akhirnya kami mendengar suara tangisan bayi di rumah
kami.
(Seperti yang dikisahkan dr. Julius Chandra Yapri dan dr. Rosita kepada Effi S.
Hidayat ,dikutip dari Femina tahun 1993).

TOKSOPLASMOSIS
Pengertiannya?
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii,
yang telah diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan kongenital) pada
bayi dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Infeksi toksoplasma dapat bersifat
tunggal atau dalam kombinasi dengan infeksi lain dari golongan TORSH-KM.
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara
penularan-nya pada manusia melalui:
1. Makanan dan sayuran/buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu
(kucing).
2. Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi.
3. Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi
toksoplasma.
4. Secara kongenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi
pada bulan-bulan pertama kehamilannya.
Toksoplasma pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir prematur, lahir
mati, lahir cacat atau infeksi toksoplasma bawaan. Bilamana ibu hamil terkena
infeksi tokso-plasma maka risiko terjadinya toksoplasmosis bawaan pada bayi yang
dikandungnya berkisar antara 30-40%. Infeksi toksoplasma bawaan ini dapat
mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami kerusakan mata, perkapuran otak,
dan keterbelakangan mental, namun seringkali gejala ini tidak terlihat pada bayi
yang baru lahir (neonatus). Beberapa faktor yang mungkin berperan atas munculnya
gejala adalah fungsi plasenta sebagai sawar (barrier), status kekebalan (imunitas)
ibu hamil, dan umur kehamilan ketika terjadinya infeksi pada ibu. Makin besar umur
kehamilan ketika terjadinya infeksi, makin besar pula kemungkinan terjadinya infeksi
toksoplasma bawaan pada janin. Pada pihak lain, makin dini terjadinya infeksi pada
janin, makin berat kerusakan (kelainan) yang dapat terjadi pada janin dan makin
besar kemungkinan abortus.
Siklus hidup parasit toksoplasma

Toxoplasma gondii tersebar luas di alam pada manusia maupun hewan dan
merupakan salah satu penyebab infeksi yang paling sering terjadi pada manusia di
seluruh dunia. Parasit ini adalah suatu protozoa yang tergolong Coccidia, dan
mempunyai 3 (tiga) bentuk:
1. Ookista (bentuk resisten yang berada di lingkungan luar).
2. Trofozoit (bentuk vegetatif dan proliferatif).
3. Kista (bentuk resisten yang berada di dalam tubuh manusia dan hewan).
Toxoplasma berkembang-biak di usus hewan berbulu khususnya kucing,
menghasilkan keluarnya ookista bersama tinja kucing. Seekor kucing dapat
mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Ookista membentuk
sporozoit dalam 1 sampai 3 hari dan tetap infektif selama berbulan-bulan sampai
setahun di dalam tanah lembab dan panas, yang tidak kena sinar matahari. Tanah
yang tercemar kotoran hewan (ku-cing) menyebabkan infeksi pada tikus dan burung,
yang kemudian akan menyebabkan reinfeksi kembali pada kucing. Dengan cara ini
daur hidup parasit ini sudah lengkap. Anak-anak juga dapat terinfeksi karena
bermain di tanah yang tercemar kotoran kucing. Tanah juga merupakan sumber
infeksi untuk herbivora seperti kambing, domba, babi dan ternak. Karena infeksi
pada kebanyakan hewan menetap secara menahun, maka daging yang mentah atau
setengah matang menjadi sumber infeksi untuk manusia dan hewan karnivora.
Gejala dan wujud klinis toksoplasmosis
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering
tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi
toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada
organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering
dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai
limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe di leher adalah yang paling
sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher,
nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria),
hepatosplenomegali atau hepatitis.
Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina
(korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak,
juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka
penglihatan sen-tralnya akan terganggu.
Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun, penderita
kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan,
dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati,
meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental, nyeri
kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS
seringkali mengakibatkan kematian.
Wujud klinis toksoplasmosis bawaan adalah kelainan neurologis: hidrosefalus,
mikrose-falus, kejang, keterlambatan psikomotor, perkapuran (kalsifikasi) abnormal
pada foto rontgenkepala. Selain itu tampak pula gangguan penglihatan: mikroftalmi,
katarak, re-tinokoroiditis; juga gangguan pendengaran, dan kelainan sistemik:
hepatosplenomegali, limfadenopati, dan demam yang tidak diketahui sebabnya.

Pemeriksaan
Diagnosis penyakit toksoplasmosis umumnya ditegakkan karena adanya kecenderungan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat:

infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan


memelihara binatang piaraan berbulu, misalnya kucing

Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toksoplasmosis adalah


pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM
Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah
infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan
mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi IgG
dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya
dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup
lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi
IgG dianggap sebagai infeksi yang su-dah lama, sedangkan adanya antibodi IgM
berarti infeksi yang baru atau pengakifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan
berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi
tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah
beragam, bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan
batasan baku masing-masing laboratorium. Salah satu contoh yang dapat
dikemukakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh Wahyu S dkk.
(1998), yang menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana titer IgGnya
2.949 IU/mL atau IgM 0.5 IU/mL, sedangkan tergolong negatif bilamana titer IgG <
2.0 IU/mL atau IgM < 0.5 IU/mL.
Tidak semua ibu hamil yang terinfeksi toksoplasma akan menularkan toksoplasma
ba-waan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum hamil
menunjukkan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut terinfeksi sudah
lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas dari toksoplasmosis
bawaan. Apabila pemeriksaan serologis baru dilakukan pada saat hamil, maka :
a. bila IgG (+) dan IgM (-); dianggap sebagai infeksi lama dan risiko janinnya
terinfeksi cukup rendah sehingga ada sebagian pakar yang berpendapat tidak
perlu diobati, kecuali jika pasien itu mengidap gangguan kekebalan.
b. bila IgG (+) dan IgM (+); uji perlu diulang lagi 3 minggu kemudian. Bilamana
titer IgG tidak meningkat maka dianggap infeksi terjadi sebelum kehamilan
dan risiko untuk janinnya cukup rendah, sedangkan jika titer IgG meningkat 4
kali lipat dan IgM tetap positif maka ini berarti bahwa telah terjadi infeksi
baru dan janin sangat berisiko mengalami toksoplasmosis bawaan atau
terjadi keguguran.
c. bila IgG (-) dan IgM (-); bukan berarti terbebas dari toksoplasmosis bawaan,
justru pada ibu ini pemeriksaan harus diulang setiap 2-3 bulan untuk
menasah serokonversi (perubahan negatif menjadi positif).
Bilamana pada ibu hamil ditemukan IgM (+) maka pengobatan sudah pasti
harus diberikan dan pemeriksaan ultrasonografi dilakukan berulang kali untuk
menen-tukan adanya kelainan janin.
o

ultrasonografi serial setiap 3 minggu dilakukan untuk menentukan


adanya kelainan, misalnya: asites, pembesaran rongga otak

(ventrikulomegali) (V/H), pemesaran hati (hepatomegali), perkapuran


(kalsifikasi) otak. Bila pada janin terdapat kelainan maka perlu
dipertimbangkan untuk peng-akhiran (terminasi) kehamilan.
bila mungkin, dilakukan pengambilan darah janin pada kehamilan 2032 minggu untuk pembiakan parasit (inokulasi) pada mencit. Bila
inokulasi memberikan hasil positif maka perlu dipertimbangkan untuk
pengakhiran kehamilan.
setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap bayi,
antara lain: pengambilan darah talipusat ketika bayi baru saja lahir
untuk pemeriksaan serologis antibodi janin atau isolasi T. gondiii,
pemeriksaan titik-cahaya mata (funduskopi), dan USG atau foto
rontgen tengkorak.

Diagnosis toksoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena


gejala klinis dari infeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam dan
seringkali subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu
dilakukan juga pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana
diketahui ibunya terinfeksi selama kehamilan. Antibodi IgG dapat menembus
plasenta, sedangkan antibodi IgM tidak dapat menembus plasenta. Dengan
demikian, apabila pada darah bayi ditemukan antibodi IgG mungkin hanya
merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat-laun akan habis. Pada
usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibodi IgG sendiri, bilamana
bayi terinfeksi toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai
meningkat lagi setelah IgG yang diperoleh dari ibunya habis. Tetapi jika
ditemukan antibodi IgM, maka ini menunjukkan infeksi nyata pada bayi
(toksoplasmosis bawaan).
Pengobatan
Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi
imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan sistem
imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala
yang berat atau berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita
imunodefisiensi harus diobati karena dapat mengakibatkan kematian.
Toksoplasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari
toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu
hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa
memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat
diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur
kehamilan di atas 16 minggu.
Pada bayi yang menderita toksoplasma bawaan baik bergejala atau tidak,
sebaiknya diberikan pengobatan untuk menghindari kelainan lanjutan. Obatobatan yang digunakan adalah:
o
o
o

Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama


2-6 bulan, dikikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu, ditambah
Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis,
ditambah lagi
Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan kombinasi:

o
o

Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap


bulan dengan pirimetamin,
Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan
korioreti-nitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk
menentukan apakah pengobatan masih perlu diteruskan.

Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi toksoplasma


yang bersifat persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan pengobatan
zat antimikroba. Cacat imunologi seluler diobati dengan imunomodulator
(Isoprinosine atau levamisol), sedangkan infeksinya dikendalikan dengan
pemberian spiramisin. Kombinasi pengobatan ini dimaksudkan untuk
memberikan dukungan bagi pende-rita dengan meningkatkan reaksi
imunologik selulernya dan sekaligus mengendali-kan infeksi toksoplasmanya.

Pemeriksaan ketidaksuburan (infertilitas)


Pada tahap awal sebaiknya pasutri memeriksakan diri secara bersama-sama,
kemudian pemeriksaan suami dan istri dilakukan terpisah. Tahapan pemeriksaan
adalah :
I. Tahap wawancara
Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan data-data pasien tentang
jatidiri, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang, riwayat
infertilitas, riwayat hubungan seksual, dan riwayat reproduksi.
II. Tahap pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik baik suami maupun istri meliputi :
1. Keadaan fisik secara umum, seperti tinggi, berat, sebaran rambut, dll.
2. Keadaan alat-alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dll.
III.Tahap pemeriksaan laboratorium
1. Pria
Analisis sperma untuk mengetahui mutu air mani dan spermatozoanya,
meliputi jumlah sperma/ml, bentuk, gerakan, jumlah dan persentase yang
hidup serta pencairan air mani.
2. Wanita
a. Pemantauan ovulasi, untuk menentukan apakah ovarium
menghasilkan sel telur yang matang. Pemantauan ovulasi ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
1. Riwayat siklus haid: siklus haid yang teratur dan normal, nyeri
per-tengahan siklus, perdarahan atau peningkatan luah atau
cairan va-gina (vaginal discharge), mastalgia prahaid
menandakan ovulasi telah terjadi.
2. Uji pakis: pemeriksaan pada hari ke-23-28 siklus haid, istri
diminta datang untuk pengambilan getah serviks dari kanal

3.

4.
5.

6.
7.

endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas objek dan


diperiksa pengaruh estro-gen. Jika tidak terdapat pola daun
pakis dan kristal getah serviks berarti ovulasi telah terjadi.
Suhu Basal Badan (SBB): SBB diperiksa setiap bangun pagi hari
se-belum melakukan aktivitas apapun. Nilainya ditandai pada
kertas grafik. Jika wanita berovulasi, grafik akan
memperlihatkan pola bifasik dengan tukik pada pertengahan
siklus.
Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: memantau perubahan
pada sel-sel yang tereksfoliasi selama fase luteal (pengaruh
progesteron).
Biopsi endometrium (mikrokuretase): dapat dilakukan secara
poliklinis dengan pembiusan ringan atau tanpa pembiusan.
Dengan memakai kuret kecil. Dilakukan pada 5-7 hari sebelum
hari haid berikutnya.
Laparoskopi diagnostik : melihat secara langsung adanya bintik
ovu-lasi atau korpus luteum sebagai hasil ovulasi.
Peneraan hormon: menentukan kadar hormon dalam darah,
urin mau-pun liur (saliva). Kadar normal dalam satu siklus :
Jenis
Satuan
hormon
FSH
LH
PRL
E2
P

mUI/ml
mUI/ml
ng/ml
pg/ml
ng/ml

Fase siklus haid


Praovulasi
Ovulasi
5-20
5-15
25-75
<5

15-45
30-40
5-25
200-600
5-8

Pasca ovulasi
5-12
5-15
100-300
10-30

8. Histeroskopi: dapat memperlihatkan lukisan endometrium yang


bening kekuningan, yang sesuai dengan fase luteal.
9. Ultrasonografi: dapat memantau perkembangan folikel dan
menentukan saat ovulasi. Pemeriksaan dilakukan secara serial.
b. Penilaian rahim dan saluran telur dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
1. Biopsi endometrium: selain untuk penilaian ovulasi, juga dapat
untuk pemeriksaan histologik lain, misalnya biakan terhadap
tuberkulosis, menilai adanya hiperplasia endometrium.
Terkadang dijumpai adanya hiperplasia fokal meskipun siklus
berovulasi berdasarkan peneraan homon P plasma pada
pertengahan fase luteal. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksan rasio P/E2 dan PRL/E2 bersamaan dengan biopsi
endometrium.
2. Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan
dibuat rekaman kymograf terhadap tekanan uterus, perubahan
tekanan ber-arti tuba Falloppii paten. Gas ini juga dapat
didengar dengan stesto-skop atau dilihat dengan sinar X.
3. Hidrotubasi: prinsipnya sama dengan pertubasi hanya yang
diguna-kan adalah cairan yang mengandung antibiotika
Kanamycin 1 gram, deksametason 5 mg dan antipasmodik cair.
4. Histerosalpingogram: dilakukan pada paro-pertama siklus haid,
laru-tan radioopak disuntikkan melalui kanal serviks ke dalam

rahim dan saluran telur. Perjalanan larutan tersebut dipantau di


layar dengan penguat bayangan.
5. Histeroskopi : melihat secara langsung keadaan permukaan
endome-trium.
6. Laparoskopi : melihat secara langsung dan menguji patensinya
de-ngan menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin,
dan de-ngan melihat pelimpahannya ke dalam rongga
peritoneal. Laparoskopi juga dapat memperlihatkan perlekatan
pelvis, endometriosis, dan patologi ovarium tetapi tidak dapat
menggambarkan keadaan rongga uterus.
7. Ultrasonografi atau endosonografi: menilai bentuk, ukuran,
serta patologi uterus maupun tebal endometrium.
c. Analisis infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes
sim-pleks, klamidia, mikoplasma).
d. Uji pasca-sanggama (UPS) untuk melihat apakah air mani sudah
memancar dengan baik ke puncak vagina selama sanggama. UPS
dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 28 jam setelah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal
endoserviks dan diperiksa de-ngan mikroskop, jika terdapat 20
spermatozoa per lapang pandang besar (LPB= x400) maka
kemungkinan hamil cukup besar, antara 1-20 spermatozoa per LPB
sudah memuaskan.
IV. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat
teleskop (teropong) yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran
alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut
saluran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), suatu pembedahan kecil (di
daerah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di puncak cekungan vagina
belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi).
Ada 4 (empat) macam endoskopi dalam bidang ginekologi:
1.
2.
3.
4.

Histeroskopi atau teropong rongga rahim


Laparoskopi atau teropong rongga perut
Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur
Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul disertai penggenangan
cairan

Histeroskopi digunakan untuk melihat keadaan saluran mulut rahim, rongga


rahim, mulut dalam saluran telur, besarnya rongga rahim, warna atau
kejernihan selaput rahim, untuk membedakan polip endometrium dan
leiomiom submukosum; untuk memastikan perlekatan dalam rahim dan
kelainan bawaan dalam rahim; untuk me-ngenali kelainan-kelainan pada
histerogram; serta untuk penatalaksanaan operasi pada sekat rahim yang
menyebabkan keguguran berulang.
Laparoskopi digunakan untuk melihat berbagai kelainan di dalam rongga
panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) misalnya kista (tumor) indung
telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul
akibat infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak

terlihat dengan alat ultrasonografi, pembengkakan saluran telur


(hidrosalpinks), dan juga bebe-rapa kelainan bawaan rahim seperti rahim
dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).
Tuboskopi atau Falloposkopi digunakan untuk melihat bagian dalam saluran
telur, baik permukaannya maupun rongganya, misalnya adakah perlekatan
akibat infeksi, penyempitan bawaan, dan hilangnya bulu getar (silia) selaput
lendir (mu-kosa) saluran telur.
Hidrolaparoskopi merupakan suatu teknik mutakhir untuk melihat suatu
gangguan fungsi dan anatomik ujung saluran telur atau cekungan di belakang
rahim (kavum Douglas), misalnya perlekatan ujung saluran telur (fimbria),
endometriosis, miom uterus subserum di bagian belakang rahim atau kista
ovarium.
Pemeriksaan endoskopi tidak dilakukan begitu saja pada semua wanita,
melainkan harus dengan dasar yang jelas, misalnya pada wanita infertil yang
telah melaku-kan pemeriksaan infertilitas dasar sebelumnya tetapi belum
diketahui penyebab infertilnya, dan pada wanita yang diduga adanya
endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim.

FERTILITAS > Kisah nyata

Pengobatan rekayasa reproduksi


Apabila setelah pemeriksaan dan pengobatan infertilitas masih belum berhasil juga.
Pasangan infertil bisa mengambil jalan adopsi atau melakukan rekayasa reproduksi
yang merupakan pemecahan terakhir dari penanganan pasangan infertil. Beberapa
macam rekayasa reproduksi adalah :

1. Inseminasi buatan: penaburan spermatozoa suami ke dalam saluran


reproduksi istri. Ada 5 macam inseminasi yaitu:
a. Inseminasi intravaginal: spermatozoa disebarkan ke dalam liang
vagina.
b. Inseminasi paraservikal: spermatozoa ditaburkan ke dalam puncak
kubah vagina yang disebut forniks. Bagian ini mengelilingi leher rahim
sehingga sangat dekat dengan mulut luar rahim (ostium uteri
eksternum).
c. Inseminasi intraservikal: spermatozoa dimasukkan melalui mulut
luar rahim dan ditempatkan di saluran leher rahim (kanal serviks).
d. Inseminasi intrauterin: spermatozoa yang sudah terpilih dan
tersaring dimasukkan melalui mulut luar rahim dan ditempatkan jauh
ke dalam, sehingga berada di dalam rongga rahim dekat dengan mulut
dalam saluran telur (ostium tuba internum).

e. Inseminasi intraperitoneal: spermatozoa yang sudah terpilih dan


2.
3.
4.
5.

tersaring dimasukkan melalui tembusan di puncak kubah vagina


langsung ke dalam rongga perut (rongga peritoneum).
Tandur-alih gamet intra-tuba (TAGIT), yaitu pemindahan benih (sel telur
dan spermatozoa) ke dalam saluran telur melalui laparoskopi.
Tandur-alih pronuklei intra-tuba (TAPIT), yaitu pembuahan di luar tubuh
(ekstrakorporal) dengan pemindahan pronuklei ke dalam saluran telur melalui
laparoskopi.
Tandur-alih zigot intra-tuba (TAZIT), yaitu pembuahan di luar tubuh
dengan pemindahan hasil pembuahan (zigot) ke dalam saluran telur melalui
laparoskopi.
Fertilisasi in vitro (FIV) atau bayi tabung, yaitu pembuahan di luar tubuh
dengan penandur-alihan embrio ke selaput permukaan dalam rongga rahim
dengan bantuan kanula kecil melalui saluran leher rahim.

Pengobatan ketidaksuburan (infertilitas)


Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa
optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik
seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal
dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi
tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju
pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa
jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:
Penyebab infertilitas

Suami

Istri

Jenis pengobatan

Hidrokel

Aspirasi atau eksisi

Varikokel

Ligasi

Bendungan vasa atau


epididimis

Operasi pintas

Oligozoospermia

FSH dan hCG, FIV dengan SSIS

Gangguan spermatogenesis

Hindari berendam air panas dan


pemakaian celana ketat

Tuberkulosis

Tuberkulostatika

Endometriosis

Operasi, koagulasi listrik atau laser,


progesteron, danazol,
medroksiprogesteron asetat,
dehidroretroprogesteron,
antiprogestin, anastrosol

Miom uterus operabel

Operasi konservatif

Spasme tuba

Hiosin amilnitrit, triemonium

Keduanya

Obstruksi tuba

Operasi rekonstruksi, FIV

Gangguan ovulasi

Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat,


epimestrol, tamoksifen, siklofenil,
metformin, pioglutazon, hMG/hCG,
FSH-murni, GnRH); pelubangan
(drilling) ovarium

Idiopatik

Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT,


TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi

Anda mungkin juga menyukai