Anda di halaman 1dari 51

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSES PETROKIMIA

Industri PVC

GROUP C

GROUP PERSONNEL:
ABI SATRIO PRAMONO

1206261296

FARANDY HARIS

1206261251

REYNALDI RACHMAT

1206263300

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, MEI 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul PVC untuk memenuhi tugas mata
kuliah Proses Petrokimia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Yuliusman selaku dosen mata kuliah
Proses Petrokimia, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat menambah pemahaman dan wawasan kita dalam proses petrokimia, terutama
mengenai PVC sebagai produk antara yang pemanfaatan komponen turunan yang sangat luas
dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sehingga kesalahan yang masih terdapat pada makalah ini
dapat diperbaiki pada pembuatan makalah berikutnya.

Depok, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.I
DAFTAR ISI..II
DAFTAR TABEL....................................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR.V
BAB I : PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Sejarah PVC..1
BAB II : KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA..3
2.1 Kebutuhan Nasional..3
2.2 Kapasitas Produksi dan Konsumsi Dunia..3
2.3 Industri PVC di Indonesia.4
BAB III : SIFAT-SIFAT PVC6
3.1 PVC..6
3.2 Sifat-Sifat PVC.7
3.3 Modifikasi Sifat-Sifat PVC.17
BAB IV : MANFAAT DAN APLIKASI PVC.19
4.1 Pipa PVC.19
4.2 PVC pada Pakaian...20
4.3 PVC pada Alat Medis..20
4.4 PVC pada Kabel Listrik..21
BAB V : BAHAN BAKU DAN PROSES22
5.1 Bahan Baku.22
5.2 Katalis.23
5.3 Langkah Pembentukan PVC...24
5.4. Reaksi yang Terkait dalam Pembuatan PVC..27
5.5 Kelarutan PVC dalam Monomer.29

II

5.6 Kinetika Polimerisasi..29


BAB VI : ADITIF PVC32
6.1 Plasticiser32
6.2 Stabilizer.35
BAB VII : DAMPAK PVC TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN
PENGOLAHAN LIMBAH PVC..37
7.1 Dampak PVC Terhadap Lingkungan dan Kesehatan..37
7.2 Pengolahan Limbah PVC39
DAFTAR PUSTAKA.......44

III

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Sifat-sifat PVC..6


Tabel 3.2. Ketahan Kimia dari Berbagai Macam Plastik..12
Tabel 3.3. Haze Value dan Gloss Value dari Berbagai Film.13
Tabel 3.4. Indeks Oksigen dari Berbagai Plastik..15
Tabel 3.5. Panas yang Dilepas oleh Berbagai Plastik...15
Tabel 3.6. Specific Gravity Berbagai Plastik16
Tabel 3.7. Temperatur Distorsi Panas dari Berbagai Plastik17
Tabel 6.1. Aditif dan Sifat yang Diperoleh...32
Tabel 6.2. Karakteristik dan Aplikasi Berbagai Jenis Plasticiser..........34

IV

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kapasitas Produksi PVC pada 2009..4


Gambar 2.2. Konsumsi PVC Dunia pada 2012..4
Gambar 3.1. Bentuk Molekul PVC6
Gambar 3.2. Tensile Strength Berbagai Macam Plastik8
Gambar 3.3. Modulus Young Berbagai Macam Plastik8
Gambar 3.4. Bending Strength Berbagai Macam Plastik...9
Gambar 3.5. Compressive Strength Berbagai Macam Plastik...9
Gambar 3.6. Fatigue Strength Berbagai Macam Plastik..10
Gambar 3.7. Impact Strength Berbagai Macam Plastik...10
Gambar 3.8. Creep Properties Berbagai Macam Plastik11
Gambar 3.9. Efek dari Plasticiser12
Gambar 3.10. Ignition Temperature dari Berbagai Macam Bahan..14
Gambar 3.11. Madifikasi Sifat-Sifat PVC...17
Gambar 3.12. Efek Penambahan Impact Modifier...18
Gambar 4.1. Aplikasi PVC di Dunia Tahun 201219
Gambar 4.2. Pipa PVC19
Gambar 4.3. Jas Hujan dari PVC.20
Gambar 4.4. Selang infus dari PVC21
Gambar 4.5. PVC pada Kabel Listrik..21
Gambar 5.1 Skema produksi PVC...22
Gambar 5.2. Proses Cracking dari Etana menjadi Etilen.24
Gambar 5.3. Skema Polimerisasi PVC28
Gambar 5.4. Laju reaksi panas vs konversi.30
Gambar 5.5. Inisiasi30
Gambar 5.6. Propagasi31

Gambar 5.7. Terminasi31


Gambar 5.8. Monomer Vinil Klorida dan PVC...31
Gambar 6.1. Molekul PVC, Molekul Plasticiser, dan Rumus Molekul DEHP33
Gambar 6.2. Mekanisme Perkembangan Warna pada PVC35
Gambar 7.1. Logo Daur Ulang PVC37
Gambar 7.2. MSDS PVC.38
Gambar 7.3. Faktor yang Mempengaruhi Daur Ulang PVC40
Gambar 7.4. Skema daur ulang PVC...41

VI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plastik juga disebut dengan resin sintetik dan secara luas diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu thermosetting resins dan thermoplastic resins. Thermosetting resins diantaranya
adalah resin fenolik dan resin melamin, yang secara termal dikeraskan dan tidak akan menjadi
kembali menjadi lembek. PVC (Polyvinyl Chloride), polietilena (PE), polistirena (PS), dan
polipropilena (PP) merupakan thermoplastic resin yang dapat dibuat kembali menjadi lembek
dengan menggunakan pemanasan. Bahan-bahan thermoplastic merupakan bahan yang dapat
dicairkan berulang kali dan dapat dipanaskan sampai temperatur tertentu dan akan mengeras
kembali saat suhunya menjadi dingin.
Biasanya, termoplastik disediakan dalam bentuk material pelletised (senyawa) dengan
aditiv (antioksidan, dll) yang telah dicampur di dalamnya. Walaupun demikian, resin PVC
seringkali disediakan dalam bentuk bubuk (powder) dan penyimpanan jangka panjang dapat
dilakukan karena material tahan terhadap oksidasi dan degradasi. Berbagai macam aditiv dan
pewarna (pigment)) ditambahkan ke PVC selama tahap pemrosesan, dan campuran lalu diubah
menjadi produk-produk PVC.
PVC terkadang dikenal dengan nama Vinil di Eropa dan terutama di Amerika Utara.
Di Eropa, Vinil biasanya mengarah pada aplikasi fleksibel spesifik tertentu, seperti flooring
(bahan untuk lantai), lembaran dekoratif, dan kulit buatan/ palsu.

1.2 Sejarah PVC


Polivinil klorida secara tidak sengaja ditemukan pada setidaknya dua kejadian pada
akhir abad ke-19. Yang pertama pada tahun 1835 oleh Henri Victor Regnault dan pada tahun
1872 oleh Eugen Baumann. Pada dua penemuan tersebut, polimer hadir sebagai padatan putih
di dalam botol vinil klorida yang tersinari matahari. Pada awal abad ke-20, ahli kimia Rusia
Ivan Ostromislensky dan Fritz Klatte dari perusahaan kimia Jerman Griesheim-Elektron
berusaha menggunakan PVC (Polyvinyl Chloride) sebagai produk komersial. Tetapi usaha
mereka tidak berhasil karena kesulitan dalam memproses PVC menjadi kaku dan terkadang
muncul polimer yang rapuh

Pada tahun 1926, ahli karet Waldo Semon dan perusahaan B. F. Goodrich berusaha
mengembangkan karet sintetis untuk menggantikan naiknya penggunaan karet alami yang
semakin mahal. Percobaan tersebut malah mengembangkan suatu metode plasticize PVC
dengan cara mencampurnya dengan berbagai macam aditiv. Hasilnya adalah bahan yang lebih
lentur (fleksibel) dan lebih mudah diproses sehingga dalam waktu singkat digunakan secara
luas

untuk

kepentingan

komersial.

Walaupun

pengembang

produk

PVC

mulai

menggunakannya dalam berbagai cara misalnya pada hak sepatu, bola golf, dan jas hujan
penggunaan PVC meningkat pesat selama Perang Dunia II. PVC menjadi pengganti yang amat
baik untuk insulasi karet pada kabel dan digunakan secara luas pada kapal militer AS. Pada
tahun 1913, PVC menjadi produk sintetis pertama yang dipatenkan.

BAB II
KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA
2.1 Kebutuhan Nasional
Selama lebih dari 10 tahun terakhir Industri PVC resin di Indonesia praktis tidak banyak
berkembang yakni masih tetap 5 produsen. Hal ini tercermin dari jumlah perusahaan penghasil
PVC resin belum berubah sejak pendirian Satomo Indovyl Polimers (SIP) dan Siam Maspion
Polymer (SMP) pada tahun 1995.
Tingkat konsumsi plastik PVC di Indonesia pertahun saat ini adalah 1,45 kg per kapita
(data tahun 2007), hanya sedikit lebih tinggi dibanding negara-negara miskin di Afrika. Angka
ini masih 4 kali lebih rendah dari Thailand (5,97 kg per kapita) dan 7 kali lebih rendah
dibandingkan Malaysia (10,4 kg per kapita) (data tahun 2004). Dan tingkat konsumsi plastik
PVC tertinggi adalah di Eropa Barat (14,1 kg per kapita) dan Amerika Serikat (15,5 kg per
kapita) (data tahun 2004). Sementara tingkat konsumsi plastik jenis lain di negara-negara
tersebut kurang lebih proporsional dengan tingkat konsumsi PVC tersebut. Pada saat ini, bea
bahan baku plastic PVC adalah sebesar 25%.
Kelima produsen PVC resin di Indonesia tersebut memiliki total kapasitas produksi
pada tahun 2006 sebesar 588.000 ton per tahun. Kapasitas ini lebih rendah dari tahun 2004
yang mencapai 592.000 ton per tahun. Penurunan kapasitas terjadi pada Eastern Polymer dari
50.000 ton per tahun menjadi 36.000 ton per tahun. Sementara peningkatan terjadi pada
Sulfindo Adi Usaha dari 70.000 menjadi 80.000 ton per tahun.
Upaya peningkatan kapasitas terbentur oleh masalah tidak terjaminnya pasokan bahan
baku yang terjadi karena tingkat integrasi industri ini yang rendah. Seperti diketahui di
Indonesia hanya ada satu produsen ehtylena yakni Chandra Asri yang kapasitasnya sudah
penuh.
Padahal, ethylena adalah salah satu bahan baku pembuatan PVC resin. Selain itu
investasi di industri ini juga sangat tinggi karena industri ini padat teknologi. Dengan kondisi
ini maka peningkatan kapasitas terkendala.

2.2 Kapasitas Produksi dan Konsumsi Dunia


Kapasitas produksi pada tahun 2009 adalah 45 juta ton per tahun Kenaikannya adalah
11 juta ton dari tahun 2004. Kenaikan setiap tahun rata-rata 5.9%. Untuk konsumsi dunia, total

konsumsi PVC pada tahun 2012 mencapai 37,400 kiloton dengan konsumen terbesar dari cina
sebanyak 38%.

Gambar 2.1. Kapasitas Produksi PVC pada 2009

Gambar 2.2. Konsumsi PVC Dunia pada 2012

2.3 Industri PVC di Indonesia

Eastern Polymer
Perkembangan industri PVC resin di Indonesia dimulai pada tahun 1976 ketika
produsen pertama yakni Eastern Polymer (EP) yang didirikan di Cilincing Jakarta. EP
merupakan perusahaan gabungan PT Anugrah Daya Laksana Indonesia (50%) and
Mitsubishi Corporation and Tokuyama Co. Ltd. of Japan (50%). Pada tahun 1995 seluruh
saham Tokuyama diambil alih oleh Mitsubishi.
Kapasitas produksi EP sesuai izin dari Departemen Perindustrian adalah 50.000 ton
per tahun, akan tetapi kapasitas produksi aktual EP saat ini adalah 36.000 ton per tahun
yang dengan efisiensi mampu memproduksi hingga 42.000 ton per tahun.

Standard Toyo Polymer


Kapasitas produksi PVC bertambah setahun kemudian ketika Standard Toyo
Polymer (Statomer) didirikan pada tahun 1977. Dimiliki oleh Toyo Soda Manufacturing
Co. Ltd. (30%) and Mitsui & Co. of Japan (20%), PT Sempurna Catur Guna (40%) dan PT
Blue Standard Polymer (10%). Kapasitas produksi Statomer adalah 87.000 ton per tahun.
Plant milik Statomer berlokasi di Cilegon, Banten.

Asahimas Chemical
Setelah lebih dari 10 tahun kapasitas produksi PVC resin di Indonesia kembali
meningkat dengan kehadiran Asahimas Chemical (ASC) pada tahun 1989 yang merupakan
produsen terbesar PVC resin di Indonesia hingga saat ini. Kapasitas produksi ASC sebesar
285.000 ton per tahun. Di atas lahan seluas 90 hektar di Cilegon, Banten. Kapasitas
produksi VCM yang dimiliki ASC adalah 400.000 ton per tahun sedangkan EDC adalah
29.900 ton per tahun. Pemegang saham ASC adalah Asahi Glass Company dan Mitsubishi
Corp, Jepang..

Sulvindo Adi Usaha


Pada tahun 1995 terdapat dua pemain baru yakni Satomo Indovyl Polimers (SIP)
dan Siam Maspion Polymer (SMP) masing-masing dengan kapasitas 70.000 ton dan
100.000 ton. SIP mendapatkan izin dari BKPM pada tahun 1995 sebagai perusahaan
gabungan antara konglomerat Salim (50%), Tosoh Corp. (25%), dan Sumitomo Corp
(25%).
SIP ini merupakan perluasan usaha Kelompok Salim pada bisnis petrokimia. Bisnis
pertama Salim pada petrokimia adalah PT. Indochlor (1977) yang pada tahun 1995 diganti
namanya menjadi PT. Sulfindo Adi Usaha (SAU). Perusahaan ini memproduksi chlorine
dan caustic soda. Salim memiliki saham sebesar 95 persen pada perusahaan ini. Perluasan
usaha Salim yang lainnya adalah PT. Satomo Indovyl Monomer (SIM) yang didirikan pada
tahun 1995 memproduksi Ethylene Dichloride (EDC) dan Vinyl Chloride Monomer
(VCM).
Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi 95.000 ton per tahun, tetapi produksi
aktualnya adalah 70.000-80.000 ton pvc per tahun

Siam Maspion Polymer


Berlokasi di Kawasan Industri Maspion, Gresik. Memiliki kapasitas produksi
sebesar 100.000 ton per tahun

BAB III
SIFAT-SIFAT PVC

3.1 PVC
PVC (Polivinyl chloride) merupakan polimer termoplastik yang dibangun oleh
monomer vinyl klorida (kloroetena) yang mana 1 atom hidrogen disubsitusikan oleh 1 atom
klor. Sifat asli PVC adalah kaku, namun dapat dibuat lebih lunak dan lebih fleksibel dengan
penambahan plasticizer.

Gambar 3.1. Bentuk Molekul PVC


Polivinil klorida (PVC) memiliki beberapa sifat-sifat kimia dan fisika yang
digambarkan
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.1. Sifat-sifat PVC

PVC memiliki struktur yang tidak berbentuk (amorphous) dengan atom-atom klor (Cl)
sebagai bagian polar pada struktur 14lasticiz. Terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan
antara adanya atom-atom klor dan struktur 14lasticiz yang tidak berbentuk. Walaupun plastic
terlihat sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, PVC memiliki ciri-ciri yang
berbeda dalam hal cara kerja dan fungsi jika dibandingkan dengan 14lastic-plastik olefin yang
hanya memiliki atom karbon dan 14lastici (H) dalam struktur molekulnya. Perbedaan
struktur molekul PVC dan 14lastic-plastik lain dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana terlihat
PVC memiliki struktur molekul tak berbentuk (amorphous) dan memiliki atom klor pada
gugusnya.
Kestabilan kimia merupakan sifat yang umum diantara zat kimia yang mengandung
halogen seperti klor dan fluor. Hal ini mengarah pada resin PVC, dimana lebih lanjut PVC
memiliki sifat memperlambat api, daya tahan (durability), dan tahan terhadap minyak/ bahan
kimia.

3.2 Sifat-Sifat PVC


PVC mengandung halogen yang membuatnya sifat tahan panas, daya tahan, dan
memiliki ketahanan terhadap minyak maupun bahan kimia

Beberapa sifat PVC yang

disebutkan diatas adalah, tahan panas, daya tahan yang tinggi, serta daya tahan yang tinggi
terhadap minyak maupun bahan kimia. Adanya kandungan klorin pun menyebabkan PVC
tahan terhadap oksigen sehingga tidak mudah teroksidasi. Dibandingkan dengan 14lastic
lainnya lebih mudah teroksidasi karena hanya mengandung karbon dan oksigen. Sifat lain dari
PVC adalah tahan terhadap asam, alkali dan 14lasti semua bahan kimia anorganik. Walaupun
PVC larut dalam hidrokarbon 14lastici, keton, dan eter siklik, PVC sulit larut dalam pelarut
14lastic lainnya.
Beberapa sifat fisika yang dimiliki PVC adalah :

Kekuatan PVC
PVC digunakan secara luas untuk hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan air/ pipa
pembuangan, penyemprot, profiles, dll. Karena PVC memiliki sifat-sifat mekanis seperti
kekuatan renggang (tensile strength) dan modulus elastis yang lebih baik dibandingkan
14lastic-plastik olefin lainnya yang sering digunakan, dan produk-produk PVC kuat dan
tahan lama.
Ketika 14lasticizer ditambahkan, PVC memperlihatkan elastisitas seperti karet dengan
kekuatan renggang yang tinggi dan kekuatan terhadap kelelahan (fatigue strength) sehingga

PVC dapat digunakan untuk pipa air industrial, pengepakan, bagian-bagian otomotif, dan
pelindung kabel listrik.
1. Tensile Strength
Gambar 3.2. menunjukkan perbandingan tensile strength antara produk PVC
dengan plastic-plastik lainnya. Tensile strength dijelaskan dalam tegangan maksimum
per unit area dari perpotongan (cross section) ketika benda yang diuji patah karena
adanya beban pada kedua ujung benda yang diuji tersebut. (Suatu indeks untuk
menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika kedua ujung benda yang diuji ditarik).

Gambar 3.2. Tensile Strength Berbagai Macam Plastik


2. Tensile Modulus
Gambar 3.3. menunjukkan perbandingan tensile modulus antara produk PVC
dengan plastik-plastik lainnya. Tensile modulus juga dikenal dengan Modulus Young
yang ditunjukkan dengan rasio/ perbandingan antara tegangan renggang per unit area
dari perpotongan dan pemuluran (elongasi) pada arah tegangan renggang. Tensile
modulus yang besar dari pemrosesan plastik memiliki perbandingan stress-strain yang
kecil. Dengan kata lain tensile modulus merupakan suatu indeks yang menunjukkan
besarnya pemuluran, dimana benda yang diuji ditarik. Tensile modulus ekivalen dengan
konstanta pegas.

Gambar 3.3. Modulus Young Berbagai Macam Plast

3. Bending Strength
Gambar 3.4 menunjukkan perbandingan bending strength antara produk PVC
dengan plastik lainnya. Bending strength ditunjukkan dengan tegangan maksimum
pada saat patah dari benda yang diuji, dimana benda yang diuji ditopang pada dua titik
terpisah dan suatu beban yang memberikan tegangan vertikal diaplikasikan di tengah.
(Merupakan indeks untuk menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika benda yang
diuji bengkok).

Gambar 3.4. Bending Strength Berbagai Macam Plastik


4. Compressive Strength
Gambar 3.5 menunjukkan compressive strength dari produk PVC dibandingkan
dengan plastik-plastik lainnya. Compressive strength ditunjukkan dengan hubungan
dari tegangan maksimum saat patah per unit area perpotongan, ketika suatu tegangan
vertikal diberikan pada benda yang diuji berbentuk seperti sandwich oleh dua papan
penguji.

Gambar 3.5. Compressive Strength Berbagai Macam Plastik


5. Fatigue Strength
Gambar 3.6. menunjukkan fatigue strength atau kekuatan terhadap kelelahan
dari produk PVC dibandingkan dengan plastik-plastik lainnya. Fatigue strength
ditunjukkan dengan hubungan dari tegangan maksimum pada saat benda yang diuji
tidak patah setelah diberikan tegangan berulang selama 107 (10 juta) kali. Tegangan
maksimum merupakan tegangan ketika benda yang diuji dapat bertahan setelah
diberikan gaya eksternal berulang

Gambar 3.6. Fatigue Strength Berbagai Macam Plastik


6. Impact Strength
Temperatur gelas transisi (titik transisi orde kedua) dari PVC lebih dari 70C.
Hasilnya adalah impact strength yang rendah pada temperatur ruang. Hal ini merupakan
salah satu kelemahan dari PVC. Terdapat berbagai cara untuk mengukur impact
strength. Gambar 3.7 menunjukkan hasil dari energi yang diserap oleh benda yang diuji
ketika benda tersebut diatur dan dipalu (dipukul) sampai patah (impact failure).
Semakin tinggi nilai energi yang diserap, semakin tinggi impact strength.

Gambar 3.7. Impact Strength Berbagai Macam Plastik

Creep Properties
Produk-produk plastik dikatakan menunjukkan suatu creep behaviour, dimana
produk dibentuk kembali saat temperatur ruang ketika waktu berlalu ketika gaya eksternal
diberikan secara terus-menerus. Fenomena creep juga dikenal dengan aliran dingin (cold
flow). Ketika plastik digunakan untuk konstruksi atau aplikasi industri, cold flow
merupakan titik yang amat penting untuk dipertimbangkan. Di bawah kondisi lingkungan
normal, produk PVC kaku menunjukkan creep yang amat kecil dan unggul jika
dibandingkan dengan produk plastik

10

lainnya seperti PE atau PP (lihat gambar 3.8). Oleh karena itu, PVC digunakan pada
berbagai macam material konstruksi interior dan eksterior (misalnya: pipa, panel, bingkai
jendela, dan
pembungkus/ deck) dan juga bagian-bagian elektrik atau mesin.

Gambar 3.8. Creep Properties Berbagai Macam Plastik

Plasticising
PVC merupakan polimer polar dengan gaya intermolekular yang kuat sehingga
PVC kaku saat temperatur ruang. Di sisi lain, ketika plasticiser ditambahkan saat fabrikasi,
dihasilkan produk PVC yang lentur/ fleksibel. Hal ini merupakan kelebihan utama dari
PVC.
Produk-produk PVC tanpa plasticiser disebut produk PVC kaku (rigid) sedangkan
produk PVC yang diberikan plasticiser disebut produk PVC fleksibel. Kelembekan
(softness) dari produk PVC fleksibel diperoleh sebagai hasil dari adanya plasticiser antara
molekul yang memisahkan molekul-molekul tersebut (mengurangi gaya intermolekular).
Grafik pada Gambar 3.9 menunjukkan korelasi atau hubungan antara konsentrasi
plasticiser dan tensile strength dan tensile elongation dari produk yang dicetak. Dapat
dilihat bahwa ketika konsentrasi plasticiser meningkat, softness dari produk PVC fleksibel
meningkat, menghasilkan keadaan lembek (soft) yang lebih mudah untuk merenggang/
memulur. Karena diperoleh elastisitas seperti karet atau tekstur yang lembut dari kulit, PVC
fleksibel digunakan untuk pengepakan, pipa/ selang karet, bagian-bagian otomotif, kulit
sintetis, dan pelapis permukaan

11

Gambar 3.9. Efek dari Plasticiser

Chemical Resistance
Karena rantai utama dari polimer dibuat dari ikatan tunggal antara atom-atom karbon,
PVC memiliki ketahanan kimia yang baik, seperti plastik-plastik lain yang digunakan
secara umum (PE, PP, atau PS). Tabel 4.8 menunjukkan ketahanan kimia dari PVC
dibandingkan dengan plastik lainnya.
PVC memiliki ketahanan bahan kimia yang amat baik, juga sifat mekanik yang baik.
Oleh karena itu, PVC digunakan sebagai bahan tangki penyimpanan bahan kimia, katup
(valve)/ flange plastik, pipa saluran/ pembuangan, dan perpipaan pabrik.
Tabel 3.2. Ketahan Kimia dari Berbagai Macam Plastik

12

Transparansi
PVC merupakan polimer tidak berbentuk dan sebagai hasilnya, pada dasarnya
produkproduk PVC transparan. Produk-produk PVC tidak transparan ketika dimanufaktur
menggunakan agen pencampur yang tidak sesuai. Nilai kekaburan (haze value) digunakan
untuk mengukur transparansi dari produk-produk plastik.
Haze value merupakan nilai persentase yang dihitung dengan membagi transmitansi
cahaya terdifusi dengan transmitansi total cahaya dari benda yang diuji. Juga dimungkinkan
untuk membuat produk PVC dengan permukaan yang amat halus (superior gloss). Gloss
ditunjukkan dengan hubungan antara gloss value, yang biasanya menunjukkan jumlah
cahaya yang direfleksikan dari benda yang diuji dibandingkan dengan jumlah cahaya yang
direfleksikan dari gelas (jumlah gelas didefinisikan 100%). Tabel 4.9 menunjukkan haze
value dan gloss value dari lapisan tipis/ film PVC dibandingkan dengan film lainnya yang
dibuat dari plastik-plastik yang digunakan secara umum. Semakin kecil haze value,
semakin tinggi transparansinya, dan semakin tinggi gloss value mengindikasikan
meningkatnya kehalusan (gloss).
Produk-produk PVC kaku yang memiliki transparansi tinggi digunakan pada bahanbahan konstruksi seperti day-lighting, sekat transparan untuk ruangan, atau pelat rata
industri, papan/ panel berombak, dan pengepakan (bahan panas/ blister). Contoh dari
produk PVC fleksibel yang membutuhkan transparansi adalah film pembungkus, tas
transparan, dan coating film.
Tabel 3.3. Haze Value dan Gloss Value dari Berbagai Film

13

Sifat Memperlambat Api


PVC merupakan plastik yang memiliki sifat tahan api (pengecualian diantara plastik
yang digunakan secara umum) karena PVC mengandung lebih dari 50% klor walaupun
tidak ada bahan penghambat api. Sebagai contoh, temperatur nyala (ignition temperature)
PVC adalah 455C sehingga PVC merupakan bahan dengan risiko kebakaran yang kecil
karena tidak mudah menyala (terbakar). Perbandingan temperatur nyala PVC dengan
plastik lainnya dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Ignition Temperature dari Berbagai Macam Bahan


Ketika produk PVC dibakar, gas hidrogen klorida yang dihasilkan dari perengkahan
termal (thermal cracking) memperlambat reaksi pembakaran terus-menerus dan mencegah
berkembangnya kebakaran dengan mengisolasi permukaan produk PVC dari oksigen di
udara. Gas hidrogen klorida juga terdeteksi karena baunya (sangat tidak menyenangkan)
pada konsentrasi di bawah normal yang dapat menyebabkan bahaya pada kesehatan. Sifat
ini memungkinkan deteksi awal terhadap api. Asam hidroklorik fasa gas, sebagai contoh,
lebih tidak berbahaya dibandingkan karbon monoksida yang bersifat narkotik dan tidak
memiliki bau serta dapat secara cepat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Keuntungan lainnya dari PVC adalah PVC melepaskan panas pembakaran yang
lebih sedikit dibandingkan plastik lainnya (sehingga hanya sedikit membuat terjadinya atau
menyebarnya api) dan memproduksi tidak atau sedikit sisa pembakaran. Membakar PVC
menghasilkan suatu struktur karbon yang berkembang biasa disebut intumescence.
Struktur ini membentuk rintangan termal yang melindungi bagian-bagian di bawahnya.
Pada beberapa kasus, seperti pada pipa, PVC bahkan dapat mencegah menyebarnya api
dengan menghalangi lubang melalui dinding atau lantai

14

Terdapat berbagai macam cara untuk mengevaluasi sifat memperlambat api, tetapi
indeks oksigen dapat digunakan untuk evaluasi dengan ketepatan yang relatif tinggi dan
menghasilkan suatu hasil. Indeks oksigen ditunjukkan dengan konsentrasi oksigen
minimum yang dibutuhkan benda yang diuji untuk terus terbakar dalam campuran gas
oksigen dan nitrogen. Semakin tinggi nilai indeks oksigen, semakin tinggi sifat
memperlambat apinya. Karena konsentrasi oksigen di udara adalah 21%, plastic dengan
indeks oksigen lebih besar dari 22 memiliki sifat dapat memadamkan sendiri
(selfextinguishing), sedangkan plastik dengan indeks oksigen lebih kecil dari 21 bersifat
flammable (lihat Tabel 3.4).
Tabel 3.4. Indeks Oksigen dari Berbagai Plastik

PVC juga memiliki pelepasan panas ketika dibakar yang rendah dibandingkan
dengan PE dan PP (lihat Tabel 3.5). Oleh karena itu, PVC menyumbang lebih sedikit dalam
hal penyebaran api ke bahan-bahan di dekatnya ketika PVC terbakar. Hal ini menyebabkan
PVC sangat sesuai digunakan dalam produk sehari-hari karena keamanannya.
Tabel 3.5. Panas yang Dilepas oleh Berbagai Plastik

15

Specific Gravity
Specific gravity sebenarnya dari PVC adalah sekitar 1,4, yang termasuk berat
diantara plastik. Hal ini dapat menjadi keunggulan tergantung dari aplikasinya. Dengan
mengambil keuntungan bahwa PVC tidak mengapung dalam air, PVC digunakan untuk
lembar penyegel air untuk sumur air pertanian atau kolam renang, atau bahan lapisan
(lining material) untuk sungai. Berdasarkan fleksibilitas produk-produk PVC, specific
gravity menurun sampai 1,1-1,3 tergantung dari jumlah plasticiser yang digunakan, yang
lebih rendah dari PVC kaku. Perbandingan specific gravity antar PVC dan plastik lainnya
dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 3.6. Specific Gravity Berbagai Plastik

Temperatur Distorsi/Pelembutan
Temperatur distorsi/ penyimpangan panas (heat distortion temperature) merupakan
temperatur untuk pelembutan (softening temperature). Struktur molekul PVC terbuat dari
ikatan ikatan tunggal karbon-karbon yang berlangsung terus-menerus pada rantai
utamanya. Karena rantai utamanya sangat fleksibel, produk PVC memiliki kelemahan
memiliki heat distortion temperature yang rendah dibandingkan dengan plastik lainnya
yang memiliki struktur molekul serupa. Tabel 3.7 menunjukan temperatur distorsi panas
untuk perlembutan dari plastik-plastik utama. Heat distortion temperature merupakan
temperatur ketika benda yang diuji ditempatkan dalam medium pemanas dengan beban
pembengkok yang diberikan mencapai belokan/ defleksi spesifik saat meningkatnya
temperatur

16

Tabel 3.7. Temperatur Distorsi Panas dari Berbagai Plastik

3.3 Modifikasi Sifat-Sifat PVC


Karena PVC memiliki polaritas yang tinggi dan kesesuaian yang tinggi dengan berbagai
macam plastik performansi tinggi lainnya, dimungkinkan mencampur PVC dengan plastik lain
tersebut dengan mudah untuk membentuk campuran polimer. Dengan teknik pencampuran
polimer, beberapa kekurangan dari produk PVC kaku dapat dimodifikasi. Gambar 3.11
menunjukkan outline dari modifikasi sifat (property) melalui pencampuran polimer.

Gambar 3.11. Madifikasi Sifat-Sifat PVC


Secara umum, dengan tujuan meningkatkan/ memperbaiki impact resistance dari
produk PVC, impact modifier (agen penguat) yang memiliki sifat seperti karet, seperti ABS,
MBS, karet akrilik, polietilen terklorinasi atau EVA, dicampur dengan PVC. Impact resistance
yang cukup yang dapat digunakan dapat diperoleh dengan mencampur 5 20 bagian berat dari
impact modifier

17

dengan 100 bagian berat dari PVC. Impact modifier dalam bentuk partikel-partikel mikro akan
terpecah/ menyebar di dalam struktur molekul PVC. Ketika produk PVC menerima suatu
tumbukan/ tubrukan (impact), partikel-partikel mikro di dalam struktur molekul ini akan
menyerap energi tumbukan dan mencegah kerusakan pada produk PVC. PVC yang impact
resistance-nya dimodifikasi digunakan secara luas dalam material konstruksi eksterior (bingkai
jendela, siding), papan industrial, pipa air tahan tumbukan, pengepakan PVC kaku (blister
pack, cap, casing), lapisan tipis/ film pelindung permukaan, atau bagian-bagian elektrik
(penghubung/konektor).

Gambar 3.12. Efek Penambahan Impact Modifier

18

BAB IV
MANFAAT DAN APLIKASI PVC
Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC
tahan secara biologi dan kimia. Berdasarkan data IHS pada tahun 2012 pada Gambar 4.1
penggunaan PVC paling banyak di dunia digunakan sebagai pipa/fittings untuk mengalirkan
fluida sebanyak 42%.

Gambar 4.1. Aplikasi PVC di Dunia Tahun 2012


Berikut adalah contoh pengaplikasian dari Polivinilclorida (PVC):
4.1 Pipa PVC
Produk pipa PVC yang distabilisasi dengan Calcim-Zinc untuk pertama kalinya
memperoleh penghargaan. Masuknya produk ini kedalam klasifikasi sebagai bahan yang
menarik secara ekologi. Pipa PVC yang distabilisasi dengan Calcium-Zinc dinilai sebagai
produk yang sangat ramah lingkungan.

Gambar 4.2. Pipa PVC


Sumber : http://www.engineering.com/DesignerEdge/DesignerEdgeArticles/ArticleID/
7047/Cleaner-PVC-through-Engineering.aspx

19

4.2 PVC pada Pakaian


PVC telah digunakan secara luas pada bahan pakaian, dengan bahan serupa kulit. PVC
lebih murah dari karet, kulit, atau lateks sehingga digunakan secara luas. PVC pada pakaian ini
bersifat tahan air. Sehingga biasa digunakan pada pembuatan mantel, perlengkapan ski, sepatu
bot, jaket anti air, celemek, dan tas.

Gambar 4.3. Jas Hujan dari PVC


Sumber : http://pemmz.wordpress.com/2013/01/17/hujan-tips-untuk-menyelamatkan-gadget-anda/

4.3 PVC pada Alat Medis


Alat bantu pernafasan yang dapat diandalkan, kantung darah yang steril ataupun sarung
tangan higienis sekali pakai adalah beberapa contoh yang menjadikan produk peralatan medis
dari bahan PVC, sesuatu yang tidak tergantikan dalam dunia medis selama 50 tahun terakhir.
Salah satunya adalah sistem suplai nutrisi yang dapat diandalkan sebuah perusahaan Jerman
yang bermarkas di Erlangen. Perusahaan ini mengembangkan produk peralatan medis Flocare
yang mengatur dan mengalirkan zat nutrisi yang diperlukan bagi kelangsungan hidup pasien.
Sistem ini mengalirkan makanan cair melalui selang yang terbuat dari PVC ke dalam suatu
kantong plastik ataupun botol gelas kedalam tubuh pasien menggunakan gaya gravitasi ataupun
pompa sebagai pendorong.

Gambar 4.4. Selang infus dari PVC


Sumber : :http://pvcindonesia.wordpress.com/category/isu-kesehatan

20

4.4 PVC pada Kabel Listrik


PVC yang digunakan sebagai insulasi kabel listrik harus memakai plasticizer agar lebih
elastis. Namun jika terpapar api, kabel yang tertutup PVC akan menghasilkan asap HCl dan
menjadi bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Gambar 4.5. PVC pada Kabel Listrik


Sumber : http://www.abovio.pl/f11-tsv-z-linka-nosna/

21

BAB V
BAHAN BAKU DAN PROSES

5.1 Bahan Baku


PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama yaitu etilena yang berasal dari minyak
bumi atau gas alam dan klorin yang berasal dari garam dapur (NaCl). Minyak Bumi diolah
melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai Macam zat,
termasuk etilena (C2H4), sementara garam dapur yang diolah melalui proses elektrolisa menjadi
natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2).
Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl
CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil
Klorida (CHCl = CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi
(penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul
raksasa dengan rantai panjang (polimer) yaitu polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk
berwarna putih halus. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi
berbagai produk akhir yang bermanfaat. Skema proses untuk produksi PVC, yaitu sebagai
berikut:

Gambar 5.1 Skema produksi PVC


Sumber : http://chemistryismyworld..com

22

5.2 Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam polimerisasi di dalam reactor.
Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu :
a) CT 2
Sifat Kimia

Nama Kimia : Di-(2-Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate

Kelarutan : sedikit larut dalam alifatik dan aromatic, tidak larut dalam air.

Sifat Fisika

Bentuk : cairan bening.

Bau : khas.

Densitas : 944 kg/m3 pada suhu -10 0C

Titik Nyala : 63oC.

Titik Lebur : di bawah 30 oC.

Komposisi : O2 Aktif (3,4-5%), Peroxide 75%, Hidrokarbon alifatik 25 %.

Viskositas : 26 mPa.S pada suhu -10 0C

b) CT 3
Sifat Kimia

Nama kimia : Cumyl Peroxy Neodecanoate.

Kestabilan : tidak stabil bila terkena panas matahari.

Kelarutan dalam air : tidak larut

Sifat Fisika

Tekanan uap : 0,07 Pascal pada suhu 20 oC.

Bentuk : cairan bening.

Komposisi : O2 aktif 3,87 %, peroxide 75 %, HC-alifatik 25%.

Densitas : 960 kg/m3 pada suhu -10 0C

Viskositas : 52 mPa.S pada suhu -10 0C

23

5.3 Langkah Pembentukan PVC


Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing langkah proses pembentukan PVC:

Cracker
Proses cracker dibutuhkan untuk menghasilkan salah satu reaktan dari proses
pembentukan vinyl klorida. Dilihat dari diagram diatas, bahwa feed dari proses cracking
ini adalah natural gas. Natural gas mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, terutama
senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon yang sedikit (C1, C2, dan C3). Proses cracking
menggunan senyawa hidrokarbon etana sebagai feed untuk menghasilkan senyawa etilen,
gas hidrogen dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa etilen ini adalah salah satu feed
untuk proses pembuatan vinyl klorida

Gambar 5.2. Proses Cracking dari Etana menjadi Etilen


Sumber : Anonym, http://www.green-planet-solar-energy.com/ethene.html, 2014

Reaksi dari proses cracking etana adalah sebagai berikut:


2 6 2 4 + 2
Senyawa lain yang tidak bereaksi diproses untuk tujuan lain. Etilena yang dihasilkan
dipisahkan dan dialirkan pada reaktor VCM

24

Electrolysis Cell
Selain dari etilena, salah satu reaktan untuk proses pembentukan vinil klorida adalah

gas klorin. Gas klorin didapat dari proses elektrolisis sel air asin (brine). Brine merupakan air
dengan kadar garam yang tinggi. Brine kemudian dimasukkan kedalam cell dan dialiri arus
listrik. Terjadilah proses elektrolisis pada cell tersebut, yang memisahkan klorin dengan
sodium dari garam yang ada. Sodium yang dihasilkan akan bereaksi dengan air, menghasilkan
sodium hidroksida dan gas hidrogen. Kedua zat tersebut memiliki nilai guna yang cukup tinggi.
Gas klorin kemudian dipisahkan dan dialirkan pada reaktor VCM.

VCM Plant
Feed untuk reaksi pembentukan vinil klorida adalah etilen dan gas klorin. Saat gas

klorin dan etilen bertemu, kedua senyawa akan bereaksi dan membentuk senyawa etilen
diklorida. Etilen diklorida dengan etilena saat dipanaskan akan menghasilkan vinil klorida dan
hidrogen klorida.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Senyawa hidrogen klorida dipisahkan dari vinil klorida dan di proses lebih lanjut,
karena hidrogen klorida merupakan senyawa asam kuat dan beracun. Senyawa vinil klorida
kemudian dialiri menuju reaktor PVC.

PVC Plant
Dengan proses polimerisasi, vinil klorida akan terpolimerisasi menjadi polivinil klorida

(PVC). Proses polimerisasi terjadi pada tekanan tinggi dan suhu sekitar 50-70 C.

Blender
Setelah PVC terbentuk, langkah berikutnya adalah memberikan karakteristik pada PVC

yang ingin dikomersilkan. Hal ini dilakukan dengan penambahan aditif pada PVC.
Karakteristik yang diberikan termasuk: tekstur, warna, stabilitas, sifat mekanik dan elektrik,
kejelasan, dan ketahanan terhadap cuaca.
Berikut ini adalah beberapa aditif yang biasa digunakan:
1. Plasticicers = membuat PVC fleksibel.
2. Heat Stabilizers = memberi PVC ketahanan terhadap panas

25

3. Lubricants = membuat PVC tidak menempel pada lapisan logam.


4. Colourants = memberikan warna pada PVC.
5. Fillers = mengisi PVC untuk mempermurah harga.

Polimerisasi Vinil Klorida


Polimerisasi dari vinil klorida di dalam bulk dengan menggunakan water cooled vertical

autoclave yang di-stirred dengan agitator turbulen dapat memberikan produk yang lebih bersih.
Pada tipikal bulk process, VCM dipompa menuju vertical autoclave prepolymerizer dimana 812% monomer dikonversikan menjadi biji PVC. Reaksi produk kemudian ditransfer ke
horizontal post-polymerizator dimana katalis dan monomer ditambahkan. Peningkatan
konversi yang terjadi pada akhir siklus polimerisasi adalah sekitar 80-85%.
Terdapat tiga metode umum yang biasa digunakan dalam pembuatan PVC dari VCM,
yaitu polimerisasi suspensi, polimerisasi emulsi, dan polimerisasi bulk. Polimerisasi emulsi
menghasilkan resin yang kualitas yang lebih baik dengan ukuran partikel yang lebih kecil,
dimana sering dibutuhkan dalam aplikasi tertentu. Tipe resin jenis ini disebut sebagai paste
PVC dimana sering disebut sebagai P-PVC. Lebih dari 75% PVC di dunia diproduksi dengan
menggunakan proses suspensi (S-PVC). Proses suspensi ini terjadi dari VCM yang
didispersikan dengan media air. Produk yang terbentuk bersifat porous dengan diameter butir
antara 100-150 mikro meter. Sedangkan sekitar 15% produksi PVC di dunia menggunakan
polimerisasi emulsi dan polimerisasi kopolimer, dimana produknya dalam bentuk dispersi
lateks encer dari PVC dengan diameter partikel 0,1teknologi polimerisasi bulk adalah sekitar 10% dimana produknya didapat dengan cara
mengeliminasi molekul air. Berikut beberapa metode umum polimerisasi VCM menjadi PVC:
1. Polimerisasi Suspensi
Monomer VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan stabilizer antara lain
talc atau bentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi monomer. PVC yang dihasilkan
lebih murni, memiliki sifat isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari
PVC emulsi.
2. Polimerisasi Emulsi
Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer dan inisiator.
Campuran dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi masuk ke dalam
soapmicell.

26

Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga berdifusi ke dalam soapmicelle
untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk lateks yang halus. Proses ini berlangsung
relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan metode lain. Produk
yang dihasilkan memiliki daya tahan listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi
listrik.
3. Polimerisasi Bulk
Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau emulsifier sehingga produk yang
dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi. Tujuan dari proses polimerisasi itu sendiri
adalah untuk menghasilkan resin dengan cara aman dan efisien, sehingga dapat ditangani dan
diproses dengan mudah yang kemudian akan membentuk produk akhir dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Sifat-sifat polimer yang harus dioptimalkan adalah:
1) Berat molekul; menentukan proses polimerisasi dan sifat-sifat produk.
2) Komposisi kimia; berhubungan dengan pembentukan kopolimer dan menentukan sifat
aliran pada saat pencairan polimer.
3) Ukuran butir dan lebarnya; menentukan cara penanganan bubuk dan prosesnya.
4) Sifat menyerap dari butir harus maksimal unutk memudahkan pemindahan reaksi VCM.
5) Kemurnian; resin harus bebas dari kotoran.
6) Warna yang bagus dan stabilitas termal dibutuhkan untuk memungkinkan polimer tidak
terdegradasi dan untuk memaksimalkan bentuk akhir produk

5.4. Reaksi yang Terkait dalam Pembuatan PVC


Sesuai dengan nama dari Poly Vinyl Chloride, PVC merupakan hasil polimerisasi dari
monomer vinil klorida. Monomer vinil klorida berwujud cairan tak berwarna yang mempunyai
titik didih -13 0C dan densitas 0.85-0.9 g/cm3. Sedangkan polimer dari monomer ini
mempunyai densitas 1.4 g/cm3. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penyusutan volume yang
cukup besar selama proses polimerisasi. Polimerisasi PVC menggunakan polimerisasi radikal
bebas yang terdiri dari tiga tahap, yaitu : Inisiasi, Propagasi dan Terminasi.

27

Gambar 5.3. Skema Polimerisasi PVC.


Sumber : Polymer Science & Engineering Course,
http://faculty.ksu.edu.sa/alhajali/ChE534_CourseNotes/PVC.pdf, diakses pada 11 Maret 2007

Selama proses polimerisasi terdapat zat-zat yang harus dihindari, yaitu : oksigen dan
nitrogen. Oksigen adalah penghenti reaksi sementara yang efektif tetapi hal ini tentunya tidak
harus berada dalam reaksi polimerisasi. Selain itu, kopolimer oksigen seperti poli vinil klorida
peroksida akan terbentuk dari peroksida dan VCM ketika terdapat oksigen. Oleh karena itu,
ketika proses polimerisasi berlangsung diharuskan dalam keadaan tanpa oksigen.
Kemudian, senyawa nirogen juga harus dihindari. Nitrogen tidak seperti oksigen yang
menggangu proses polimerisasi. Namun, nitrogen merupakan senyawa yang cukup larut dalam
monomer vinil klorida dan tidak larut dalam polimer. Tekanan yang signifikan dapat terbentuk
dalam bejana polimerisasi yang mengandung nitrogen selama proses polimerisasi, terutama
jika tidak ada banyak ruang di dalam bejana.
Karena monomer vinil klorida mempunyai titik didih yang rendah dan stabilitas polimer
yang terbatas, polimerisasi vinil klorida harus dilakukan di bawah kondisi yang menyebabkan
reaksi cepat pada suhu rendah sehingga suhu optimal untuk polimerisasi adalah 50 C.
Seumlah besar polimerisasi tidak dapat dibawa ke konversi tinggi karena pemanasan yang
menyebabkan kerusakan polimer. Banyak pelarut yang sering digunakan untuk mencegah efek
ini. PVC sebagian besar diproduksi oleh polimerisasi suspensi karena reaksi dapat dikontrol
lebih baik.

28

5.5 Kelarutan PVC dalam Monomer


Kelarutan PVC sangat tidak larut dalam cairan monomer sendiri. PVC mengendap
selama polimerisasi berupa partikel-partikel kecil dan aglomerasi partikel-partikel ini
menghasilkan struktur internal berpori dalam partikel resin. Namun, monomer vinil klorida
cukup larut dalam PVC sehingga partikel PVC yang diendapkan selama polimerisasi sangat
melunak oleh monomer. Tingkat polimerisasi VCM dalam partikel meningkat secara
substansial lebih cepat dari tingkat polimerisasi dalam fase cair. Hal ini dikarenakan gel
mencegah mobilitas tumbuhnya polimer radikal dan hasil dalam substansial menurunkan
tingkat radikal terminasi dalam gel dilihat dari penghentian polimerisasi berlangsung dengan
baik kombinasi atau disproporsionasi. Dengan demikian, polimerisasi PVC adalah mengalami
percepatan secara alami atau disebut auto-accelerating. Konversi yang semakin meningkat,
maka polimerisasi yang terjadi juga akan semakin cepat pada fase ini.

5.6 Kinetika Polimerisasi


Kurva laju reaksi panas dibandingkan konversi ditunjukkan pada Gambar 2. Kurva ini
dihasilkan oleh simulasi model komputer, tetapi kurva yang sama dihasilkan dari pengukuran
nyata pelepasan panas dari reaksi polimerisasi yang sebenarnya. Garis padat pada kurva adalah
reaksi yang diprediksi dan garis putus-putus adalah panas aktual yang harus dikeluarkan dari
reaktor polimerisasi. Perhatikan bahwa garis putus-putus sedikit lebih rendah dari garis yang
solid, hal ini dikarenakan efek dari injeksi air. Pada konversi sekitar 60 %, tingkat puncak mulai
diamati. Tingkat puncak ini dimulai ketika semua monomer cair telah dikonsumsi dan terdapat
pressure drop. Polimerisasi lebih lanjut menghasilkan perubahan dalam komposisi sisa fase
polimer yang meningkat. Sebagai perubahan komposisi, mobilitas lokal rantai polimer yang
berkembang relatif berkurang terhadap mobilitas monomer berat molekul rendah. Antara satu
radikal tidak dapat menemukan satu sama lain dengan mudah. Oleh karena itu, tingkat
terminasi berkurang yang menyebabkan konsentrasi radikal bebas dan tingkat polimerisasi
meningkat sesuai. Pada konversi 75%, komposisi berubah dan monomer telah mengurangi
mobilitas dan konsentrasi. Kemudian, tingkat polimerisasi mulai jatuh karena tingkat propagasi
berkurang. Pada konversi lebih dari 90%, tingkat dasarnya mendekati nol, karena tahap polimer
VCM melewati suhu transisi kaca dan semua mobilitas berhenti. Secara komersial, reaksi
dengan konversi 80-85% sangat tidak efisien. Dalam rangka untuk menjaga reaksi ini di bawah
kontrol selama puncak reaksi, reaktor polimerisasi yan

29

digunakan untuk harus mengurangi 2.250 kilowatt energi, yang memungkinkan sedikit
kemampuan penghapusan kelebihan panas untuk margin of error.

Gambar 5.4. Laju reaksi panas vs konversi.


Sumber : Polymer Science & Engineering Course,
http://faculty.ksu.edu.sa/alhajali/ChE534_CourseNotes/PVC.pdf

Terdapat tiga jenis tahap dalam proses polimerisasi radikal bebas yang digunakan
dalam penggabungan monomer vinil klorida, yaitu : inisiasi, propagasi dan terminasi. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing tahapan.

Inisiasi
Inisiasi adalah proses pemecahan ikatan tunggal yang tak stabil yang menghasilkan dua

radikal yaitu atom yang memiliki satu elektron yang belum berpasangan. Inisiasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : pemanasan monomer dan penambahan inisiator yang akan
membentuk radikal bebas ketika dipanaskan. Pada penambahan inisiator dapat berupa disosiasi
homolitik inisiator yang menghasilkan sepasang radikal R. Kemudian penambahan gugus
radikal pada molekul monomer.

Gambar 5.5. Inisiasi


Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret
2013

30

Propagasi
Propagasi adalah reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan sebuah monomer.

Gambar 5.6. Propagasi


Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret
2013

Terminasi
Terminasi adalah proses dimana dua radikal bebas berkombinasi kemudian membantu

terminate dalam langkah propagasi.

Gambar 5.7. Terminasi


Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret
2013

Secara keseluruhan proses polimerisasi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Gambar 5.8. Monomer Vinil Klorida dan PVC


Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret
2013

31

BAB VI
ADITIF PVC
Aditif dapat ditambahkan saat produksi PVC untuk mendapatkan sifat sifat tertentu
yang diinginkan pada PVC. Contoh jenis-jenis aditif yang dapat ditambahkan pada PVC dan
efek yang diberikan adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1. Aditif dan Sifat yang Diperoleh

Untuk aditif Plasticiser dan Stabiliser akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini
6.1 Plasticiser
Plasticiser merupakan suatu zat kimia yang jika ditambahkan ke suatu material,
biasanya plastik, akan membuat material tersebut lentur/ fleksibel, berpegas (seperti karet), dan
lebih mudah

32

ditangani. Terdapat lebih dari 300 jenis plasticiser, dengan sekitar 50-100 digunakan secara
komersial. Plasticiser yang sering digunakan adalah phthalates dan adipates. Pada dasarnya,
PVC bersifat kaku pada temperatur normal. Hal ini karena jarak yang pendek antara
molekulnya sehingga terdapat gaya tarik yang besar antar molekul PVC (gaya intermolekular).
Ketika dipanaskan, energi dari pergerakan molekular menjadi lebih besar daripada gaya
intermolekular yang menyebabkan jarak molekul makin besar dan menghasilkanresin yang
lebih lembut. Ketika plasticiser ditambahkan ke PVC pada tahap ini, molekul-molekul
plasticiser membuat jalannya antara molekul-molekul PVC dan menghalangi molekul polimer
PVC untuk saling mendekat satu sama lain. Akibatnya, molekul-molekul polimer terpisah jauh
walaupun dalam temperatur normal dan diperoleh sifat lembek (softness). Ini adalah peran dari
plasticiser dan proses tersebut secara teknik disebut plasticizing.
Molekul-molekul polimer PVC memiliki kutub positif dan negatif di dalamnya,
sementara molekul-molekul plasticiser juga memiliki bagian-bagian polar dan nonpolar.Molekul polimer PVC dan molekul plasticiser saling tarik-menarik secara elektrik, dan
bagian non-polar akan memperbesar jarak antara molekul-molekul polimer untuk menjaga sifat
lembek. Produk-produk PVC yang telah memiliki sifat lembek karena plasticiser disebut
produk soft (fleksibel) PVC. Di Eropa, sekitar 30% dari total produksi resin PVC digunakan
untuk produk PVC fleksibel.

Gambar 6.1. Molekul PVC, Molekul Plasticiser, dan Rumus Molekul DEHP

33

Berikut adalah karakteristik dan aplikasi dari berbagai macam jenis plasticizer :
Tabel 6.2. Karakteristik dan Aplikasi Berbagai Jenis Plasticiser

34

6.2 Stabilizer
Ketika PVC dipanaskan pada 170-180C, klorin dan hidrogen dalam molekul berkurang
dengan adanya pelepasan hidrogen klorida. Stabiliser (senyawa logam) mencegah reaksi rantai
dekomposisi eliminasi awal HCl dari PVC tersebut. Stabiliser meningkatkan ketahanan PVC
terhadap sinar matahari, cuaca, dan kerusakan akibat panas, serta memiliki pengaruh penting
pada sifat-sifat fisik. Pemilihan terhadap stabiliser panas tergantung dari jumlah faktor,
termasuk kebutuhan teknis dari produk PVC, dan biaya.

Gambar 6.2. Mekanisme Perkembangan Warna pada PVC

35

Stabilizer memiliki beberapa syarat seperti berikut

Bereaksi cepat dengan HCl untuk mencegah pengaruh katalitik HCl.

Bereaksi dengan ikatan-ikatan ganda dan dengan demikian memutus rangkaian ikatan
tunggal terkonjugasi.

Kemampuan untuk menggantikan atom-atom Cl labil dengan kelompok yang stabil.

Menyerap radikal-radikal bebas.

Mampu menyebar dengan senyawa PVC dan amat cocok selama proses pencampuran dan
penggunaan selanjutnya.

Mencegah oksidasi.

Membantu kestabilan terhadap UV.

36

BAB VII
DAMPAK PVC TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN
PENGOLAHAN LIMBAH PVC

7.1 Dampak PVC Terhadap Lingkungan dan Kesehatan


V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik
ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol. Kandungan dari
PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan
berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal dan hati. Pada kemasan,
tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan
V V itu berarti PVC (polyvinyl chloride).

Gambar 7.1. Logo Daur Ulang PVC


Dalam penggunaannya, PVC yang merupakan bahan plastik memiliki dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya migrasi atau
berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan
tersebut tidak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya. Pada makanan yang dikemas
dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika
plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis makanannya). Migrasi monomer terjadi karena
dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi
suhu tersebut, semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Demikian
pula dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara
makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi dapat
makin tinggi jumlahnya.
Monomer vinil klorida cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada
manusia. Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA. Aditif plastik jenis
plasticizer,

37

stabilizer dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat
makanan berubah rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi cukup
banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai pada
suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar
dari 155 189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang
dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 2030%, DEHA yang termigrasi 14,523,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.
Selain itu,VCM, monomer dari PVC harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati,
karena: Sangat mudah terbakar (highly flammable). gas yang berpotensi eksplosif (seperti
bahan bakar ringan butana). Jika dihirup dalam jumlah tertentu, VCM dapat menjadi narkotik
(obat bius) yang kuat (seperti kloroform). Karsinogenik (kanker pembuluh darah hati
angiosarcoma).

Gambar 7.2. MSDS PVC

38

7.2 Pengolahan Limbah PVC


Pada semua industri yang ada baik industri petrokimia ataupun industri-industri lain
pastilah memiliki limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri tersebut. Limbah
tersebut dapat berasal dari sisa-sisa bahan baku yang tidak bereaksi atau bersisa, senyawa
sampingan yang dihasilkan dari reaksi, sisa-sisa hasil utilitas, ataupun produk-produk hasil
akhir yang cacat. Pada sebuah pabrik yang baik, diharuskanlah terdapat unit pengolah limbah.
Hal ini harus dilakukan agar limbah-limbah tersebut dapat dibuang ke lingkungan pada batas
yang aman agar tidak menganggu keseimbangan lingkungan.
Pada sebuah unit pengolahan limbah, sistem pengolahan limbah haruslah dapat berjalan
dengan efisien. Sistem pengolahan limbah yang efisien akan mengurangi jumlah limbah yang
tidak dapat di recover dan memaksimalkan kegunaan secara ekonomis dan lingkungan yang
baik. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah PVC adalah:

Mechanical Recycling

Feedstock Recycling

Incineration with Energy Recovery

Safe Disposal
Ada beberapa factor yang akan mempengaruhi mengapa limbah-limbah dari PVC

tersebut perlu untuk direcycle yaitu seperti terlihat pada gambar dibawah ini

39

Gambar 7.3. Faktor yang Mempengaruhi Daur Ulang PVC


Terlihat pada gambar bahwa ada 4 faktor yang akan mempengaruhi daur ulang dari
PVC yaitu faktor teknis, faktor ekologis, faktor ekonomis, dan faktor legal dan organisasional.
Untuk faktor teknis seperti apakah kualitas dari hasil daur ulang PVC akan sebanding dengan
kebutuhan teknis daur ulang tersebut dan juga apakah ada kemungkinan untuk dapat dilakukan
pemisahan baik terhadap tipe produk ataupun komposisi material. Untuk faktor ekologis yaitu
apakah mungkin mengurangi dampak terhadap lingkungan dengan hubungannya dengan PVC
murni. Untuk faktor ekonomis, apakah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan daur ulang
PVC akan sebanding dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk cara pembuangan limbah PVC
lainnya. Dan untuk faktor yang terakhir apakah masuk kedalam regulasi daur ulang, memenuhi
syarat untuk pembuangan dan lainnya.
Secara umum, skema proses untuk daur ulang sebuah PVC adalah seperti berikut

40

Gambar 7.4. Skema daur ulang PVC


Untuk proses umum dari daur ulang PVC adalah meliputi 3 proses besar yaitu
Pengumpulan, Penyortiran, dan Pengolahan. Hasil dari daur ulang ini dapat berbagai macam
yaitu dapat berupa recyclates kualitas tinggi ataupun kualitas rendah. Bagian pengumpulan
adalah saat pengumpulan semua barang yang berbahan dasar PVC. Bagian penyortiran adalah
penyortiran setiap bahan kekelompok yang sama misalkan pipa dipisahkan sendiri berbeda
dengan tempat pemisahan kabel. Penyortiran dapat dilakukan ataupun tidak. Selanjutnya
adalah bagian pengolahan yaitu akan didaur ulang secara mekanis atau feedstock.

Mechanical Recycling
Yang dimaksud dengan daur ulang mekanis adalah daur ulang yang pada dasarnya

hanya berdasar pada perubahan bentuk mekanis dari PVC itu sendiri secara fisik, tanpa adanya

41

reaksi yang dapat menyebabkan perubahan struktur molekular dari PVC itu sendiri. Contoh
produk bekas PVC adalah produk yang mudah untuk diidentifikasi dan dipisahkan dari aliran
waste yang secara relatif dapat dikatakan sebagai limbah bersih, aliran ini disebut recyclate
yang memiliki kualitas tinggi, dapat dipergunakan secara luas untuk aplikasi PVC yang luas.
Contohnya adalah: pipa, bagian pinggiran jendela, bagian membran atap, atau kain-kain
modifikasi PVC. Aplikasi yang fleksibel memungkinkan contoh-contoh tersebut di daur ulang
melalui proses yang disebut sebagai proses Vinyloop, atau di reproses menjadi produk-produk
seperti karpet kerucut lalu lintas, setelah melalui proses crushing atau pemecahan limbah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Recyclate dari aplikasi PVC lain yang mengandung
material selain PVC, tidak dapat dipisahkan menjadi PVC murni (contoh: bahan komposit)
yang hanya dapat diaplikasikan dimana komposisi campuran dapat ditoleransi. Proses daur
ulang untuk bahan limbah PVC campuran telah diinisiasikan sebelumnya. Biasanya limbah
plastik campuran-PVC, mengandung sekitar 15% PVC, rata-rata tidak menimbulkan masalah
teknis, meskipun pada kenyataannya tidak semua hasil daur ulang dari feed limbah campuran
ini cocok untuk sejumlah aplikasi.

Feedstock Recycling

Feedstock recycling, biasanya merupakan cara komplementer dari mechanical recycling karena
dua alasan: pertama, karena teknologi yang ada belum terlalu sensistif terhadap bahan baku
limbah daur ulang yang terkontaminasi, kedua, karena bertujuan untuk memperbesar kapasitas
daur ulang secara total untuk kuantitas limbah yang lebih banyak di masa depan. Faktanya, ada
beberapa komposisi produk yang tediri dari berbagai bahan yang tidak bisa di daur ulang, tidak
bisa di sortir secara ekonomis menjadi aliran polimer single. Contohnya adalah : film laminasi,
kain modifikasi, alas kaki, atau dashboard mobil, dimana bahan konstruksi nya mencakup
sejumlah plastik yang berbedan dan bahan non plastik. Bahan-bahan ini sangat erat terhubung
satu sama lain untuk alasan kinerja tetapi pemisahannya secara ekonomis belum layak untuk
dilakukan daur ulang. Feedstock recycling di masa kini mengolah limbah plastik campuran dari
sumber bekas kemasan. Ini berarti dengan PVC dengan konten hingga 10 persen. Proses
thermal cracking' dari aliran ini dapat dilakukan melalui hidrogenasi, pirolisis atau gasifikasi.
Karena produk hidrokarbon pulih sebagian besar digunakan dalam proses petrokimia,
spesifikasi membatasi jumlah halogen di bawah ambang batas limbah bervariasi biasanya
antara 0,1 dan 1%. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah untuk melakukan pre-treatment
waste. Kemungkinan kedua adalah termal atau dehalogenation

42

kimia sebelum produk diproses lebih lanjut. Dehalogenation ini berlangsung baik dalam cairan
atau di tempat reaktor pirolisis fluidized. Asam klorida yang dihasilkan dinetralkan atau
dipisahkan untuk keperluan industri.
Isi klorin dari umpan hidrokarbon yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada
langkah pemrosesan akhir yang merupakan faktor yang menentukan. Hal serupa juga dilakukan
untuk mencairkan umpan hidrokarbon klor yang mengandung fraksi minyak bumi dengan
klorin bebas yang berasal dari kilang. Jadi konten PVC/klorin yang relatif rendah, seperti yang
ditemukan dalam campuran limbah plastik (yang datang terutama dari aplikasi kemasan
produk) dapat diterima untuk proses daur ulang bahan baku selama ada jaminan bahwa proses
pre-treatment dilakukan dengan baik. Feedstock recycling dari aliran limbah di mana PVC
merupakan bahan dominan (> 30 persen) - misalnya produk multi- bahan seperti yang
dijelaskan sebelumnya - harus dirancang terutama untuk pemulihan asam klorida, tetapi juga
untuk memulihkan hidrokarbon konten dan atau energi.

43

DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Aditiawan. 2006. Kesiapan Industri Produk Plastik Indonesia Dalam Menghadapi
Era Globalisasi. http://businessenvironment.wordpress.com/2006/10/15/17/
Kayne,

R.

What

is

Polyvinyl

Chloride?.

http://www.checnet.org/HEALTHEHOUSE/education/articlesdetail.asp?Main_ID=185

Leadbitter, J., J.A. Day, and J.L. Ryan. PVC Compounding and Processing. Rapra
Technologies Limited.
Lenntech Water treatment & air purification Holding B.V. 2008. Polyvinyl Chloride (PVC).
http://www.lenntech.com
PPFA. History of PVC. http://www.ppfahome.org/pvc/historypvc.html
Simanjuntak, Yeni H. 2007. Harga Etilena Mulai Turun, Konsumsi PVC Diprediksi Naik
5%. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/manufaktur/1id1261.html
Vinyl Environmental Council. Manufacturing Process for Various PVC Products: Molding
and Processing Technologies http://www.vec.gr.jp
Wikimedia

Foundation

Inc.

2009.

Polyvinyl

Chloride.

http://en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride.html

http://www.pvc.org

44

Anda mungkin juga menyukai