PROSES PETROKIMIA
Industri PVC
GROUP C
GROUP PERSONNEL:
ABI SATRIO PRAMONO
1206261296
FARANDY HARIS
1206261251
REYNALDI RACHMAT
1206263300
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul PVC untuk memenuhi tugas mata
kuliah Proses Petrokimia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Yuliusman selaku dosen mata kuliah
Proses Petrokimia, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat menambah pemahaman dan wawasan kita dalam proses petrokimia, terutama
mengenai PVC sebagai produk antara yang pemanfaatan komponen turunan yang sangat luas
dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sehingga kesalahan yang masih terdapat pada makalah ini
dapat diperbaiki pada pembuatan makalah berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.I
DAFTAR ISI..II
DAFTAR TABEL....................................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR.V
BAB I : PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Sejarah PVC..1
BAB II : KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA..3
2.1 Kebutuhan Nasional..3
2.2 Kapasitas Produksi dan Konsumsi Dunia..3
2.3 Industri PVC di Indonesia.4
BAB III : SIFAT-SIFAT PVC6
3.1 PVC..6
3.2 Sifat-Sifat PVC.7
3.3 Modifikasi Sifat-Sifat PVC.17
BAB IV : MANFAAT DAN APLIKASI PVC.19
4.1 Pipa PVC.19
4.2 PVC pada Pakaian...20
4.3 PVC pada Alat Medis..20
4.4 PVC pada Kabel Listrik..21
BAB V : BAHAN BAKU DAN PROSES22
5.1 Bahan Baku.22
5.2 Katalis.23
5.3 Langkah Pembentukan PVC...24
5.4. Reaksi yang Terkait dalam Pembuatan PVC..27
5.5 Kelarutan PVC dalam Monomer.29
II
III
DAFTAR TABEL
IV
DAFTAR GAMBAR
VI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1926, ahli karet Waldo Semon dan perusahaan B. F. Goodrich berusaha
mengembangkan karet sintetis untuk menggantikan naiknya penggunaan karet alami yang
semakin mahal. Percobaan tersebut malah mengembangkan suatu metode plasticize PVC
dengan cara mencampurnya dengan berbagai macam aditiv. Hasilnya adalah bahan yang lebih
lentur (fleksibel) dan lebih mudah diproses sehingga dalam waktu singkat digunakan secara
luas
untuk
kepentingan
komersial.
Walaupun
pengembang
produk
PVC
mulai
menggunakannya dalam berbagai cara misalnya pada hak sepatu, bola golf, dan jas hujan
penggunaan PVC meningkat pesat selama Perang Dunia II. PVC menjadi pengganti yang amat
baik untuk insulasi karet pada kabel dan digunakan secara luas pada kapal militer AS. Pada
tahun 1913, PVC menjadi produk sintetis pertama yang dipatenkan.
BAB II
KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA
2.1 Kebutuhan Nasional
Selama lebih dari 10 tahun terakhir Industri PVC resin di Indonesia praktis tidak banyak
berkembang yakni masih tetap 5 produsen. Hal ini tercermin dari jumlah perusahaan penghasil
PVC resin belum berubah sejak pendirian Satomo Indovyl Polimers (SIP) dan Siam Maspion
Polymer (SMP) pada tahun 1995.
Tingkat konsumsi plastik PVC di Indonesia pertahun saat ini adalah 1,45 kg per kapita
(data tahun 2007), hanya sedikit lebih tinggi dibanding negara-negara miskin di Afrika. Angka
ini masih 4 kali lebih rendah dari Thailand (5,97 kg per kapita) dan 7 kali lebih rendah
dibandingkan Malaysia (10,4 kg per kapita) (data tahun 2004). Dan tingkat konsumsi plastik
PVC tertinggi adalah di Eropa Barat (14,1 kg per kapita) dan Amerika Serikat (15,5 kg per
kapita) (data tahun 2004). Sementara tingkat konsumsi plastik jenis lain di negara-negara
tersebut kurang lebih proporsional dengan tingkat konsumsi PVC tersebut. Pada saat ini, bea
bahan baku plastic PVC adalah sebesar 25%.
Kelima produsen PVC resin di Indonesia tersebut memiliki total kapasitas produksi
pada tahun 2006 sebesar 588.000 ton per tahun. Kapasitas ini lebih rendah dari tahun 2004
yang mencapai 592.000 ton per tahun. Penurunan kapasitas terjadi pada Eastern Polymer dari
50.000 ton per tahun menjadi 36.000 ton per tahun. Sementara peningkatan terjadi pada
Sulfindo Adi Usaha dari 70.000 menjadi 80.000 ton per tahun.
Upaya peningkatan kapasitas terbentur oleh masalah tidak terjaminnya pasokan bahan
baku yang terjadi karena tingkat integrasi industri ini yang rendah. Seperti diketahui di
Indonesia hanya ada satu produsen ehtylena yakni Chandra Asri yang kapasitasnya sudah
penuh.
Padahal, ethylena adalah salah satu bahan baku pembuatan PVC resin. Selain itu
investasi di industri ini juga sangat tinggi karena industri ini padat teknologi. Dengan kondisi
ini maka peningkatan kapasitas terkendala.
konsumsi PVC pada tahun 2012 mencapai 37,400 kiloton dengan konsumen terbesar dari cina
sebanyak 38%.
Eastern Polymer
Perkembangan industri PVC resin di Indonesia dimulai pada tahun 1976 ketika
produsen pertama yakni Eastern Polymer (EP) yang didirikan di Cilincing Jakarta. EP
merupakan perusahaan gabungan PT Anugrah Daya Laksana Indonesia (50%) and
Mitsubishi Corporation and Tokuyama Co. Ltd. of Japan (50%). Pada tahun 1995 seluruh
saham Tokuyama diambil alih oleh Mitsubishi.
Kapasitas produksi EP sesuai izin dari Departemen Perindustrian adalah 50.000 ton
per tahun, akan tetapi kapasitas produksi aktual EP saat ini adalah 36.000 ton per tahun
yang dengan efisiensi mampu memproduksi hingga 42.000 ton per tahun.
Asahimas Chemical
Setelah lebih dari 10 tahun kapasitas produksi PVC resin di Indonesia kembali
meningkat dengan kehadiran Asahimas Chemical (ASC) pada tahun 1989 yang merupakan
produsen terbesar PVC resin di Indonesia hingga saat ini. Kapasitas produksi ASC sebesar
285.000 ton per tahun. Di atas lahan seluas 90 hektar di Cilegon, Banten. Kapasitas
produksi VCM yang dimiliki ASC adalah 400.000 ton per tahun sedangkan EDC adalah
29.900 ton per tahun. Pemegang saham ASC adalah Asahi Glass Company dan Mitsubishi
Corp, Jepang..
BAB III
SIFAT-SIFAT PVC
3.1 PVC
PVC (Polivinyl chloride) merupakan polimer termoplastik yang dibangun oleh
monomer vinyl klorida (kloroetena) yang mana 1 atom hidrogen disubsitusikan oleh 1 atom
klor. Sifat asli PVC adalah kaku, namun dapat dibuat lebih lunak dan lebih fleksibel dengan
penambahan plasticizer.
PVC memiliki struktur yang tidak berbentuk (amorphous) dengan atom-atom klor (Cl)
sebagai bagian polar pada struktur 14lasticiz. Terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan
antara adanya atom-atom klor dan struktur 14lasticiz yang tidak berbentuk. Walaupun plastic
terlihat sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, PVC memiliki ciri-ciri yang
berbeda dalam hal cara kerja dan fungsi jika dibandingkan dengan 14lastic-plastik olefin yang
hanya memiliki atom karbon dan 14lastici (H) dalam struktur molekulnya. Perbedaan
struktur molekul PVC dan 14lastic-plastik lain dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana terlihat
PVC memiliki struktur molekul tak berbentuk (amorphous) dan memiliki atom klor pada
gugusnya.
Kestabilan kimia merupakan sifat yang umum diantara zat kimia yang mengandung
halogen seperti klor dan fluor. Hal ini mengarah pada resin PVC, dimana lebih lanjut PVC
memiliki sifat memperlambat api, daya tahan (durability), dan tahan terhadap minyak/ bahan
kimia.
disebutkan diatas adalah, tahan panas, daya tahan yang tinggi, serta daya tahan yang tinggi
terhadap minyak maupun bahan kimia. Adanya kandungan klorin pun menyebabkan PVC
tahan terhadap oksigen sehingga tidak mudah teroksidasi. Dibandingkan dengan 14lastic
lainnya lebih mudah teroksidasi karena hanya mengandung karbon dan oksigen. Sifat lain dari
PVC adalah tahan terhadap asam, alkali dan 14lasti semua bahan kimia anorganik. Walaupun
PVC larut dalam hidrokarbon 14lastici, keton, dan eter siklik, PVC sulit larut dalam pelarut
14lastic lainnya.
Beberapa sifat fisika yang dimiliki PVC adalah :
Kekuatan PVC
PVC digunakan secara luas untuk hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan air/ pipa
pembuangan, penyemprot, profiles, dll. Karena PVC memiliki sifat-sifat mekanis seperti
kekuatan renggang (tensile strength) dan modulus elastis yang lebih baik dibandingkan
14lastic-plastik olefin lainnya yang sering digunakan, dan produk-produk PVC kuat dan
tahan lama.
Ketika 14lasticizer ditambahkan, PVC memperlihatkan elastisitas seperti karet dengan
kekuatan renggang yang tinggi dan kekuatan terhadap kelelahan (fatigue strength) sehingga
PVC dapat digunakan untuk pipa air industrial, pengepakan, bagian-bagian otomotif, dan
pelindung kabel listrik.
1. Tensile Strength
Gambar 3.2. menunjukkan perbandingan tensile strength antara produk PVC
dengan plastic-plastik lainnya. Tensile strength dijelaskan dalam tegangan maksimum
per unit area dari perpotongan (cross section) ketika benda yang diuji patah karena
adanya beban pada kedua ujung benda yang diuji tersebut. (Suatu indeks untuk
menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika kedua ujung benda yang diuji ditarik).
3. Bending Strength
Gambar 3.4 menunjukkan perbandingan bending strength antara produk PVC
dengan plastik lainnya. Bending strength ditunjukkan dengan tegangan maksimum
pada saat patah dari benda yang diuji, dimana benda yang diuji ditopang pada dua titik
terpisah dan suatu beban yang memberikan tegangan vertikal diaplikasikan di tengah.
(Merupakan indeks untuk menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika benda yang
diuji bengkok).
Creep Properties
Produk-produk plastik dikatakan menunjukkan suatu creep behaviour, dimana
produk dibentuk kembali saat temperatur ruang ketika waktu berlalu ketika gaya eksternal
diberikan secara terus-menerus. Fenomena creep juga dikenal dengan aliran dingin (cold
flow). Ketika plastik digunakan untuk konstruksi atau aplikasi industri, cold flow
merupakan titik yang amat penting untuk dipertimbangkan. Di bawah kondisi lingkungan
normal, produk PVC kaku menunjukkan creep yang amat kecil dan unggul jika
dibandingkan dengan produk plastik
10
lainnya seperti PE atau PP (lihat gambar 3.8). Oleh karena itu, PVC digunakan pada
berbagai macam material konstruksi interior dan eksterior (misalnya: pipa, panel, bingkai
jendela, dan
pembungkus/ deck) dan juga bagian-bagian elektrik atau mesin.
Plasticising
PVC merupakan polimer polar dengan gaya intermolekular yang kuat sehingga
PVC kaku saat temperatur ruang. Di sisi lain, ketika plasticiser ditambahkan saat fabrikasi,
dihasilkan produk PVC yang lentur/ fleksibel. Hal ini merupakan kelebihan utama dari
PVC.
Produk-produk PVC tanpa plasticiser disebut produk PVC kaku (rigid) sedangkan
produk PVC yang diberikan plasticiser disebut produk PVC fleksibel. Kelembekan
(softness) dari produk PVC fleksibel diperoleh sebagai hasil dari adanya plasticiser antara
molekul yang memisahkan molekul-molekul tersebut (mengurangi gaya intermolekular).
Grafik pada Gambar 3.9 menunjukkan korelasi atau hubungan antara konsentrasi
plasticiser dan tensile strength dan tensile elongation dari produk yang dicetak. Dapat
dilihat bahwa ketika konsentrasi plasticiser meningkat, softness dari produk PVC fleksibel
meningkat, menghasilkan keadaan lembek (soft) yang lebih mudah untuk merenggang/
memulur. Karena diperoleh elastisitas seperti karet atau tekstur yang lembut dari kulit, PVC
fleksibel digunakan untuk pengepakan, pipa/ selang karet, bagian-bagian otomotif, kulit
sintetis, dan pelapis permukaan
11
Chemical Resistance
Karena rantai utama dari polimer dibuat dari ikatan tunggal antara atom-atom karbon,
PVC memiliki ketahanan kimia yang baik, seperti plastik-plastik lain yang digunakan
secara umum (PE, PP, atau PS). Tabel 4.8 menunjukkan ketahanan kimia dari PVC
dibandingkan dengan plastik lainnya.
PVC memiliki ketahanan bahan kimia yang amat baik, juga sifat mekanik yang baik.
Oleh karena itu, PVC digunakan sebagai bahan tangki penyimpanan bahan kimia, katup
(valve)/ flange plastik, pipa saluran/ pembuangan, dan perpipaan pabrik.
Tabel 3.2. Ketahan Kimia dari Berbagai Macam Plastik
12
Transparansi
PVC merupakan polimer tidak berbentuk dan sebagai hasilnya, pada dasarnya
produkproduk PVC transparan. Produk-produk PVC tidak transparan ketika dimanufaktur
menggunakan agen pencampur yang tidak sesuai. Nilai kekaburan (haze value) digunakan
untuk mengukur transparansi dari produk-produk plastik.
Haze value merupakan nilai persentase yang dihitung dengan membagi transmitansi
cahaya terdifusi dengan transmitansi total cahaya dari benda yang diuji. Juga dimungkinkan
untuk membuat produk PVC dengan permukaan yang amat halus (superior gloss). Gloss
ditunjukkan dengan hubungan antara gloss value, yang biasanya menunjukkan jumlah
cahaya yang direfleksikan dari benda yang diuji dibandingkan dengan jumlah cahaya yang
direfleksikan dari gelas (jumlah gelas didefinisikan 100%). Tabel 4.9 menunjukkan haze
value dan gloss value dari lapisan tipis/ film PVC dibandingkan dengan film lainnya yang
dibuat dari plastik-plastik yang digunakan secara umum. Semakin kecil haze value,
semakin tinggi transparansinya, dan semakin tinggi gloss value mengindikasikan
meningkatnya kehalusan (gloss).
Produk-produk PVC kaku yang memiliki transparansi tinggi digunakan pada bahanbahan konstruksi seperti day-lighting, sekat transparan untuk ruangan, atau pelat rata
industri, papan/ panel berombak, dan pengepakan (bahan panas/ blister). Contoh dari
produk PVC fleksibel yang membutuhkan transparansi adalah film pembungkus, tas
transparan, dan coating film.
Tabel 3.3. Haze Value dan Gloss Value dari Berbagai Film
13
14
Terdapat berbagai macam cara untuk mengevaluasi sifat memperlambat api, tetapi
indeks oksigen dapat digunakan untuk evaluasi dengan ketepatan yang relatif tinggi dan
menghasilkan suatu hasil. Indeks oksigen ditunjukkan dengan konsentrasi oksigen
minimum yang dibutuhkan benda yang diuji untuk terus terbakar dalam campuran gas
oksigen dan nitrogen. Semakin tinggi nilai indeks oksigen, semakin tinggi sifat
memperlambat apinya. Karena konsentrasi oksigen di udara adalah 21%, plastic dengan
indeks oksigen lebih besar dari 22 memiliki sifat dapat memadamkan sendiri
(selfextinguishing), sedangkan plastik dengan indeks oksigen lebih kecil dari 21 bersifat
flammable (lihat Tabel 3.4).
Tabel 3.4. Indeks Oksigen dari Berbagai Plastik
PVC juga memiliki pelepasan panas ketika dibakar yang rendah dibandingkan
dengan PE dan PP (lihat Tabel 3.5). Oleh karena itu, PVC menyumbang lebih sedikit dalam
hal penyebaran api ke bahan-bahan di dekatnya ketika PVC terbakar. Hal ini menyebabkan
PVC sangat sesuai digunakan dalam produk sehari-hari karena keamanannya.
Tabel 3.5. Panas yang Dilepas oleh Berbagai Plastik
15
Specific Gravity
Specific gravity sebenarnya dari PVC adalah sekitar 1,4, yang termasuk berat
diantara plastik. Hal ini dapat menjadi keunggulan tergantung dari aplikasinya. Dengan
mengambil keuntungan bahwa PVC tidak mengapung dalam air, PVC digunakan untuk
lembar penyegel air untuk sumur air pertanian atau kolam renang, atau bahan lapisan
(lining material) untuk sungai. Berdasarkan fleksibilitas produk-produk PVC, specific
gravity menurun sampai 1,1-1,3 tergantung dari jumlah plasticiser yang digunakan, yang
lebih rendah dari PVC kaku. Perbandingan specific gravity antar PVC dan plastik lainnya
dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 3.6. Specific Gravity Berbagai Plastik
Temperatur Distorsi/Pelembutan
Temperatur distorsi/ penyimpangan panas (heat distortion temperature) merupakan
temperatur untuk pelembutan (softening temperature). Struktur molekul PVC terbuat dari
ikatan ikatan tunggal karbon-karbon yang berlangsung terus-menerus pada rantai
utamanya. Karena rantai utamanya sangat fleksibel, produk PVC memiliki kelemahan
memiliki heat distortion temperature yang rendah dibandingkan dengan plastik lainnya
yang memiliki struktur molekul serupa. Tabel 3.7 menunjukan temperatur distorsi panas
untuk perlembutan dari plastik-plastik utama. Heat distortion temperature merupakan
temperatur ketika benda yang diuji ditempatkan dalam medium pemanas dengan beban
pembengkok yang diberikan mencapai belokan/ defleksi spesifik saat meningkatnya
temperatur
16
17
dengan 100 bagian berat dari PVC. Impact modifier dalam bentuk partikel-partikel mikro akan
terpecah/ menyebar di dalam struktur molekul PVC. Ketika produk PVC menerima suatu
tumbukan/ tubrukan (impact), partikel-partikel mikro di dalam struktur molekul ini akan
menyerap energi tumbukan dan mencegah kerusakan pada produk PVC. PVC yang impact
resistance-nya dimodifikasi digunakan secara luas dalam material konstruksi eksterior (bingkai
jendela, siding), papan industrial, pipa air tahan tumbukan, pengepakan PVC kaku (blister
pack, cap, casing), lapisan tipis/ film pelindung permukaan, atau bagian-bagian elektrik
(penghubung/konektor).
18
BAB IV
MANFAAT DAN APLIKASI PVC
Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC
tahan secara biologi dan kimia. Berdasarkan data IHS pada tahun 2012 pada Gambar 4.1
penggunaan PVC paling banyak di dunia digunakan sebagai pipa/fittings untuk mengalirkan
fluida sebanyak 42%.
19
20
21
BAB V
BAHAN BAKU DAN PROSES
22
5.2 Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam polimerisasi di dalam reactor.
Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu :
a) CT 2
Sifat Kimia
Kelarutan : sedikit larut dalam alifatik dan aromatic, tidak larut dalam air.
Sifat Fisika
Bau : khas.
b) CT 3
Sifat Kimia
Sifat Fisika
23
Cracker
Proses cracker dibutuhkan untuk menghasilkan salah satu reaktan dari proses
pembentukan vinyl klorida. Dilihat dari diagram diatas, bahwa feed dari proses cracking
ini adalah natural gas. Natural gas mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, terutama
senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon yang sedikit (C1, C2, dan C3). Proses cracking
menggunan senyawa hidrokarbon etana sebagai feed untuk menghasilkan senyawa etilen,
gas hidrogen dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa etilen ini adalah salah satu feed
untuk proses pembuatan vinyl klorida
24
Electrolysis Cell
Selain dari etilena, salah satu reaktan untuk proses pembentukan vinil klorida adalah
gas klorin. Gas klorin didapat dari proses elektrolisis sel air asin (brine). Brine merupakan air
dengan kadar garam yang tinggi. Brine kemudian dimasukkan kedalam cell dan dialiri arus
listrik. Terjadilah proses elektrolisis pada cell tersebut, yang memisahkan klorin dengan
sodium dari garam yang ada. Sodium yang dihasilkan akan bereaksi dengan air, menghasilkan
sodium hidroksida dan gas hidrogen. Kedua zat tersebut memiliki nilai guna yang cukup tinggi.
Gas klorin kemudian dipisahkan dan dialirkan pada reaktor VCM.
VCM Plant
Feed untuk reaksi pembentukan vinil klorida adalah etilen dan gas klorin. Saat gas
klorin dan etilen bertemu, kedua senyawa akan bereaksi dan membentuk senyawa etilen
diklorida. Etilen diklorida dengan etilena saat dipanaskan akan menghasilkan vinil klorida dan
hidrogen klorida.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Senyawa hidrogen klorida dipisahkan dari vinil klorida dan di proses lebih lanjut,
karena hidrogen klorida merupakan senyawa asam kuat dan beracun. Senyawa vinil klorida
kemudian dialiri menuju reaktor PVC.
PVC Plant
Dengan proses polimerisasi, vinil klorida akan terpolimerisasi menjadi polivinil klorida
(PVC). Proses polimerisasi terjadi pada tekanan tinggi dan suhu sekitar 50-70 C.
Blender
Setelah PVC terbentuk, langkah berikutnya adalah memberikan karakteristik pada PVC
yang ingin dikomersilkan. Hal ini dilakukan dengan penambahan aditif pada PVC.
Karakteristik yang diberikan termasuk: tekstur, warna, stabilitas, sifat mekanik dan elektrik,
kejelasan, dan ketahanan terhadap cuaca.
Berikut ini adalah beberapa aditif yang biasa digunakan:
1. Plasticicers = membuat PVC fleksibel.
2. Heat Stabilizers = memberi PVC ketahanan terhadap panas
25
autoclave yang di-stirred dengan agitator turbulen dapat memberikan produk yang lebih bersih.
Pada tipikal bulk process, VCM dipompa menuju vertical autoclave prepolymerizer dimana 812% monomer dikonversikan menjadi biji PVC. Reaksi produk kemudian ditransfer ke
horizontal post-polymerizator dimana katalis dan monomer ditambahkan. Peningkatan
konversi yang terjadi pada akhir siklus polimerisasi adalah sekitar 80-85%.
Terdapat tiga metode umum yang biasa digunakan dalam pembuatan PVC dari VCM,
yaitu polimerisasi suspensi, polimerisasi emulsi, dan polimerisasi bulk. Polimerisasi emulsi
menghasilkan resin yang kualitas yang lebih baik dengan ukuran partikel yang lebih kecil,
dimana sering dibutuhkan dalam aplikasi tertentu. Tipe resin jenis ini disebut sebagai paste
PVC dimana sering disebut sebagai P-PVC. Lebih dari 75% PVC di dunia diproduksi dengan
menggunakan proses suspensi (S-PVC). Proses suspensi ini terjadi dari VCM yang
didispersikan dengan media air. Produk yang terbentuk bersifat porous dengan diameter butir
antara 100-150 mikro meter. Sedangkan sekitar 15% produksi PVC di dunia menggunakan
polimerisasi emulsi dan polimerisasi kopolimer, dimana produknya dalam bentuk dispersi
lateks encer dari PVC dengan diameter partikel 0,1teknologi polimerisasi bulk adalah sekitar 10% dimana produknya didapat dengan cara
mengeliminasi molekul air. Berikut beberapa metode umum polimerisasi VCM menjadi PVC:
1. Polimerisasi Suspensi
Monomer VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan stabilizer antara lain
talc atau bentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi monomer. PVC yang dihasilkan
lebih murni, memiliki sifat isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari
PVC emulsi.
2. Polimerisasi Emulsi
Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer dan inisiator.
Campuran dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi masuk ke dalam
soapmicell.
26
Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga berdifusi ke dalam soapmicelle
untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk lateks yang halus. Proses ini berlangsung
relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan metode lain. Produk
yang dihasilkan memiliki daya tahan listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi
listrik.
3. Polimerisasi Bulk
Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau emulsifier sehingga produk yang
dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi. Tujuan dari proses polimerisasi itu sendiri
adalah untuk menghasilkan resin dengan cara aman dan efisien, sehingga dapat ditangani dan
diproses dengan mudah yang kemudian akan membentuk produk akhir dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Sifat-sifat polimer yang harus dioptimalkan adalah:
1) Berat molekul; menentukan proses polimerisasi dan sifat-sifat produk.
2) Komposisi kimia; berhubungan dengan pembentukan kopolimer dan menentukan sifat
aliran pada saat pencairan polimer.
3) Ukuran butir dan lebarnya; menentukan cara penanganan bubuk dan prosesnya.
4) Sifat menyerap dari butir harus maksimal unutk memudahkan pemindahan reaksi VCM.
5) Kemurnian; resin harus bebas dari kotoran.
6) Warna yang bagus dan stabilitas termal dibutuhkan untuk memungkinkan polimer tidak
terdegradasi dan untuk memaksimalkan bentuk akhir produk
27
Selama proses polimerisasi terdapat zat-zat yang harus dihindari, yaitu : oksigen dan
nitrogen. Oksigen adalah penghenti reaksi sementara yang efektif tetapi hal ini tentunya tidak
harus berada dalam reaksi polimerisasi. Selain itu, kopolimer oksigen seperti poli vinil klorida
peroksida akan terbentuk dari peroksida dan VCM ketika terdapat oksigen. Oleh karena itu,
ketika proses polimerisasi berlangsung diharuskan dalam keadaan tanpa oksigen.
Kemudian, senyawa nirogen juga harus dihindari. Nitrogen tidak seperti oksigen yang
menggangu proses polimerisasi. Namun, nitrogen merupakan senyawa yang cukup larut dalam
monomer vinil klorida dan tidak larut dalam polimer. Tekanan yang signifikan dapat terbentuk
dalam bejana polimerisasi yang mengandung nitrogen selama proses polimerisasi, terutama
jika tidak ada banyak ruang di dalam bejana.
Karena monomer vinil klorida mempunyai titik didih yang rendah dan stabilitas polimer
yang terbatas, polimerisasi vinil klorida harus dilakukan di bawah kondisi yang menyebabkan
reaksi cepat pada suhu rendah sehingga suhu optimal untuk polimerisasi adalah 50 C.
Seumlah besar polimerisasi tidak dapat dibawa ke konversi tinggi karena pemanasan yang
menyebabkan kerusakan polimer. Banyak pelarut yang sering digunakan untuk mencegah efek
ini. PVC sebagian besar diproduksi oleh polimerisasi suspensi karena reaksi dapat dikontrol
lebih baik.
28
29
digunakan untuk harus mengurangi 2.250 kilowatt energi, yang memungkinkan sedikit
kemampuan penghapusan kelebihan panas untuk margin of error.
Terdapat tiga jenis tahap dalam proses polimerisasi radikal bebas yang digunakan
dalam penggabungan monomer vinil klorida, yaitu : inisiasi, propagasi dan terminasi. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing tahapan.
Inisiasi
Inisiasi adalah proses pemecahan ikatan tunggal yang tak stabil yang menghasilkan dua
radikal yaitu atom yang memiliki satu elektron yang belum berpasangan. Inisiasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : pemanasan monomer dan penambahan inisiator yang akan
membentuk radikal bebas ketika dipanaskan. Pada penambahan inisiator dapat berupa disosiasi
homolitik inisiator yang menghasilkan sepasang radikal R. Kemudian penambahan gugus
radikal pada molekul monomer.
30
Propagasi
Propagasi adalah reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan sebuah monomer.
Terminasi
Terminasi adalah proses dimana dua radikal bebas berkombinasi kemudian membantu
31
BAB VI
ADITIF PVC
Aditif dapat ditambahkan saat produksi PVC untuk mendapatkan sifat sifat tertentu
yang diinginkan pada PVC. Contoh jenis-jenis aditif yang dapat ditambahkan pada PVC dan
efek yang diberikan adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1. Aditif dan Sifat yang Diperoleh
Untuk aditif Plasticiser dan Stabiliser akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini
6.1 Plasticiser
Plasticiser merupakan suatu zat kimia yang jika ditambahkan ke suatu material,
biasanya plastik, akan membuat material tersebut lentur/ fleksibel, berpegas (seperti karet), dan
lebih mudah
32
ditangani. Terdapat lebih dari 300 jenis plasticiser, dengan sekitar 50-100 digunakan secara
komersial. Plasticiser yang sering digunakan adalah phthalates dan adipates. Pada dasarnya,
PVC bersifat kaku pada temperatur normal. Hal ini karena jarak yang pendek antara
molekulnya sehingga terdapat gaya tarik yang besar antar molekul PVC (gaya intermolekular).
Ketika dipanaskan, energi dari pergerakan molekular menjadi lebih besar daripada gaya
intermolekular yang menyebabkan jarak molekul makin besar dan menghasilkanresin yang
lebih lembut. Ketika plasticiser ditambahkan ke PVC pada tahap ini, molekul-molekul
plasticiser membuat jalannya antara molekul-molekul PVC dan menghalangi molekul polimer
PVC untuk saling mendekat satu sama lain. Akibatnya, molekul-molekul polimer terpisah jauh
walaupun dalam temperatur normal dan diperoleh sifat lembek (softness). Ini adalah peran dari
plasticiser dan proses tersebut secara teknik disebut plasticizing.
Molekul-molekul polimer PVC memiliki kutub positif dan negatif di dalamnya,
sementara molekul-molekul plasticiser juga memiliki bagian-bagian polar dan nonpolar.Molekul polimer PVC dan molekul plasticiser saling tarik-menarik secara elektrik, dan
bagian non-polar akan memperbesar jarak antara molekul-molekul polimer untuk menjaga sifat
lembek. Produk-produk PVC yang telah memiliki sifat lembek karena plasticiser disebut
produk soft (fleksibel) PVC. Di Eropa, sekitar 30% dari total produksi resin PVC digunakan
untuk produk PVC fleksibel.
Gambar 6.1. Molekul PVC, Molekul Plasticiser, dan Rumus Molekul DEHP
33
Berikut adalah karakteristik dan aplikasi dari berbagai macam jenis plasticizer :
Tabel 6.2. Karakteristik dan Aplikasi Berbagai Jenis Plasticiser
34
6.2 Stabilizer
Ketika PVC dipanaskan pada 170-180C, klorin dan hidrogen dalam molekul berkurang
dengan adanya pelepasan hidrogen klorida. Stabiliser (senyawa logam) mencegah reaksi rantai
dekomposisi eliminasi awal HCl dari PVC tersebut. Stabiliser meningkatkan ketahanan PVC
terhadap sinar matahari, cuaca, dan kerusakan akibat panas, serta memiliki pengaruh penting
pada sifat-sifat fisik. Pemilihan terhadap stabiliser panas tergantung dari jumlah faktor,
termasuk kebutuhan teknis dari produk PVC, dan biaya.
35
Bereaksi dengan ikatan-ikatan ganda dan dengan demikian memutus rangkaian ikatan
tunggal terkonjugasi.
Mampu menyebar dengan senyawa PVC dan amat cocok selama proses pencampuran dan
penggunaan selanjutnya.
Mencegah oksidasi.
36
BAB VII
DAMPAK PVC TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN
PENGOLAHAN LIMBAH PVC
37
stabilizer dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat
makanan berubah rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi cukup
banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai pada
suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar
dari 155 189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang
dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 2030%, DEHA yang termigrasi 14,523,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.
Selain itu,VCM, monomer dari PVC harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati,
karena: Sangat mudah terbakar (highly flammable). gas yang berpotensi eksplosif (seperti
bahan bakar ringan butana). Jika dihirup dalam jumlah tertentu, VCM dapat menjadi narkotik
(obat bius) yang kuat (seperti kloroform). Karsinogenik (kanker pembuluh darah hati
angiosarcoma).
38
Mechanical Recycling
Feedstock Recycling
Safe Disposal
Ada beberapa factor yang akan mempengaruhi mengapa limbah-limbah dari PVC
tersebut perlu untuk direcycle yaitu seperti terlihat pada gambar dibawah ini
39
40
Mechanical Recycling
Yang dimaksud dengan daur ulang mekanis adalah daur ulang yang pada dasarnya
hanya berdasar pada perubahan bentuk mekanis dari PVC itu sendiri secara fisik, tanpa adanya
41
reaksi yang dapat menyebabkan perubahan struktur molekular dari PVC itu sendiri. Contoh
produk bekas PVC adalah produk yang mudah untuk diidentifikasi dan dipisahkan dari aliran
waste yang secara relatif dapat dikatakan sebagai limbah bersih, aliran ini disebut recyclate
yang memiliki kualitas tinggi, dapat dipergunakan secara luas untuk aplikasi PVC yang luas.
Contohnya adalah: pipa, bagian pinggiran jendela, bagian membran atap, atau kain-kain
modifikasi PVC. Aplikasi yang fleksibel memungkinkan contoh-contoh tersebut di daur ulang
melalui proses yang disebut sebagai proses Vinyloop, atau di reproses menjadi produk-produk
seperti karpet kerucut lalu lintas, setelah melalui proses crushing atau pemecahan limbah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Recyclate dari aplikasi PVC lain yang mengandung
material selain PVC, tidak dapat dipisahkan menjadi PVC murni (contoh: bahan komposit)
yang hanya dapat diaplikasikan dimana komposisi campuran dapat ditoleransi. Proses daur
ulang untuk bahan limbah PVC campuran telah diinisiasikan sebelumnya. Biasanya limbah
plastik campuran-PVC, mengandung sekitar 15% PVC, rata-rata tidak menimbulkan masalah
teknis, meskipun pada kenyataannya tidak semua hasil daur ulang dari feed limbah campuran
ini cocok untuk sejumlah aplikasi.
Feedstock Recycling
Feedstock recycling, biasanya merupakan cara komplementer dari mechanical recycling karena
dua alasan: pertama, karena teknologi yang ada belum terlalu sensistif terhadap bahan baku
limbah daur ulang yang terkontaminasi, kedua, karena bertujuan untuk memperbesar kapasitas
daur ulang secara total untuk kuantitas limbah yang lebih banyak di masa depan. Faktanya, ada
beberapa komposisi produk yang tediri dari berbagai bahan yang tidak bisa di daur ulang, tidak
bisa di sortir secara ekonomis menjadi aliran polimer single. Contohnya adalah : film laminasi,
kain modifikasi, alas kaki, atau dashboard mobil, dimana bahan konstruksi nya mencakup
sejumlah plastik yang berbedan dan bahan non plastik. Bahan-bahan ini sangat erat terhubung
satu sama lain untuk alasan kinerja tetapi pemisahannya secara ekonomis belum layak untuk
dilakukan daur ulang. Feedstock recycling di masa kini mengolah limbah plastik campuran dari
sumber bekas kemasan. Ini berarti dengan PVC dengan konten hingga 10 persen. Proses
thermal cracking' dari aliran ini dapat dilakukan melalui hidrogenasi, pirolisis atau gasifikasi.
Karena produk hidrokarbon pulih sebagian besar digunakan dalam proses petrokimia,
spesifikasi membatasi jumlah halogen di bawah ambang batas limbah bervariasi biasanya
antara 0,1 dan 1%. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah untuk melakukan pre-treatment
waste. Kemungkinan kedua adalah termal atau dehalogenation
42
kimia sebelum produk diproses lebih lanjut. Dehalogenation ini berlangsung baik dalam cairan
atau di tempat reaktor pirolisis fluidized. Asam klorida yang dihasilkan dinetralkan atau
dipisahkan untuk keperluan industri.
Isi klorin dari umpan hidrokarbon yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada
langkah pemrosesan akhir yang merupakan faktor yang menentukan. Hal serupa juga dilakukan
untuk mencairkan umpan hidrokarbon klor yang mengandung fraksi minyak bumi dengan
klorin bebas yang berasal dari kilang. Jadi konten PVC/klorin yang relatif rendah, seperti yang
ditemukan dalam campuran limbah plastik (yang datang terutama dari aplikasi kemasan
produk) dapat diterima untuk proses daur ulang bahan baku selama ada jaminan bahwa proses
pre-treatment dilakukan dengan baik. Feedstock recycling dari aliran limbah di mana PVC
merupakan bahan dominan (> 30 persen) - misalnya produk multi- bahan seperti yang
dijelaskan sebelumnya - harus dirancang terutama untuk pemulihan asam klorida, tetapi juga
untuk memulihkan hidrokarbon konten dan atau energi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Aditiawan. 2006. Kesiapan Industri Produk Plastik Indonesia Dalam Menghadapi
Era Globalisasi. http://businessenvironment.wordpress.com/2006/10/15/17/
Kayne,
R.
What
is
Polyvinyl
Chloride?.
http://www.checnet.org/HEALTHEHOUSE/education/articlesdetail.asp?Main_ID=185
Leadbitter, J., J.A. Day, and J.L. Ryan. PVC Compounding and Processing. Rapra
Technologies Limited.
Lenntech Water treatment & air purification Holding B.V. 2008. Polyvinyl Chloride (PVC).
http://www.lenntech.com
PPFA. History of PVC. http://www.ppfahome.org/pvc/historypvc.html
Simanjuntak, Yeni H. 2007. Harga Etilena Mulai Turun, Konsumsi PVC Diprediksi Naik
5%. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/manufaktur/1id1261.html
Vinyl Environmental Council. Manufacturing Process for Various PVC Products: Molding
and Processing Technologies http://www.vec.gr.jp
Wikimedia
Foundation
Inc.
2009.
Polyvinyl
Chloride.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride.html
http://www.pvc.org
44