Anda di halaman 1dari 11

BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA

KOMPOSIT
POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

Disusun oleh :

Agfri Satriyo Huda W (I0519007)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Polyvinyl chloride (PVC) Composites......................................................5
2.2 Unsur Penyusun PVC..............................Error! Bookmark not defined.
2.3 Proses Pembuatan PVC.............................................................................6
2.4 Karakteristik PVC.....................................................................................6
2.5 Kegunaan PVC..........................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik telah dimulai sejak zaman
Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum itu. Akan tetapi, penggunaan bahan
beton tersebut baru dapat berkembang pada awal abad ke 19. Secara sederhana,
beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidraulik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah
(admixture atau additive).

Gabungan antara serat dan matriks disebut material komposit. Material


komposit menggabungkan keunggulan kekuatan dan kekakuan dari serat dengan
massa jenis yang rendah. Hasilnya adalah suatu bahan yang ringan tetapi kuat dan
kaku. Salah satu keuntungan material komposit adalah kemungkinan diarahkan
dalam arah tertentu (tailoring). Artinya, dapat diarahkan sehingga hanya kuat dan
kaku dalam arah tertentu dan lemah dalam arah-arah yang tidak dikehendaki.
Sedangkan beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja yang
dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi beban tarik yang tidak dapat ditahan oleh beton, sehingga
kombinasi komposit dari beton bertulang ini memiliki kekuatan dan ketahanan
yang lebih baik daripada beton tanpa tulangan.

Ada berbagai macam jenis komposit, salah satunya adalah Polivinil klorida
(PVC). Polivinil klorida, biasa disingkat PVC, adalah polimer termoplastik urutan
ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan polipropilena.
Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi.
Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur Polyvinyl chloride (PVC)?
2. Bagaimana proses pembuatan Polyvinyl chloride (PVC)?
3. Bagaimana karakteristik Polyvinyl chloride (PVC)?
4. Bagaimana kegunaan Polyvinyl chloride (PVC)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui saja unsur Polyvinyl chloride (PVC)
2. Mengetahui proses pembuatan Polyvinyl chloride (PVC)
3. Mengetahui karakteristik Polyvinyl chloride (PVC)
4. Mengetahui kegunaan Polyvinyl chloride (PVC)
BAB II PEMBAHASAN

Carbon Fiber-Reinforced Polymer (CFRP) Composites


Senyawa vinil klorida yang memiliki rumus molekul C2H3Cl merupakan
salah satu produk senyawa Petrokimia yang memiliki aplikasi secara komersil
yang cukup luas di dunia terlebih di Amerika Serikat. Jika dilihat dari sejarah
penemuannya, senyawa vinil klorida ini ditemukan oleh seorang kimiawan
berkebangsaan Jerman yang bernama Justus Von Liebig dari Universitas Giessen
karena pada sekitar tahun 1835 dialah orang pertama yang mensintesis senyawa
vinil klorida ini. Pada mulanya Justus Von Liebig mereaksikan Dikloroetana yang
sering disebut minyak oleh kimiawan Belanda dengan alkohol untuk membuat
Vinyl Chlorida. Dalam penelitiannya ia dibantu oleh muridnya yang bernama
Victor Regnault yang pada akhirnya mereka berdua mempublikasikannya pada
tahun 1835. Pada tahun 1872, E. Baumann menemukan bahwa hujan serpihan
putih akan terjadi jika senyawa vinil klorida lama disinari cahaya matahari pada
tabung yang tertutup. Ketika itu E. Baumann menemukan adanya padatan putih
dari vinil klorida ketika terkena sinar matahari. Padatan putih ini bersifat sangat
kuat karena tahan terhadap senyawa KOH atau air dan baru dapat meleleh dengan
proses degradasi pada temperatur diatas 1300C. Pada awal tahun 1926 senyawa
vinil klorida mulai diproduksi secara besar‐ besaran untuk membentuk PVC yang
beberapa tahun sebelumnya Fritz Klatte menemukan proses pembuatan vinil
klorida dengan mereaksikan HCl dengan Asetilena menggunakan katalis Merkuri
Klorida (HgCl) yang memperoleh hak paten pada tahun 1912. Melalui penemuan
Klatte inilah industri vinil klorida pertama kali menjadi populer hingga saat ini.
Polivinil klorida (PVC) termasuk ke dalam jenis polimer thermoplastic:
suatu substansi yang kehilangan bentuknya ketika dipanaskan dan menjadi rigid
kembali ketika didinginkan. Proses ekstrusi dan injection moulding bisa
membentuk PVC ke bentuk yang diinginkan. Karena sifatnya yang termoplastik,
daur ulang secara fisik PVC dapat dilakukan relatif mudah dimana material bisa
dibentuk kembali dibawah proses pemanasan. Polimer polivinil klorida (PVC)
yang juga dikenal dengan resin vinyl, didapatkan dari polimerisasi senyawa vinil
klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi radikal bebas. Monomer vinil klorida
didapatkan dari mereaksikan gas ethylene dengan chlorine untuk membentuk 1,2–
dichloroethane. 1,2–dichloroethane kemudian dipecah untuk menghasilkan
senyawa vinil klorida. PVC memiliki struktur molekul yang mirip dengan PE.
Perbedaan antara kedua polimer tersebut adalah pada PVC salah satu atom H yang
berikatan dengan atom C digantikan oleh atom Cl. Massa atom relative (Ar) dari
Cl yang lebih besar menunjukkan Cl memenuhi 56,8% dari keseluruhan massa
PVC.
Ketika diproduksi, PVC bersifat amorf, polimer polar. Sifat ini tergantung
pada nilai rata‐rata derajat polimerisasi (panjang rantai molekul polimer).
Perbedaan proses produksi polimer berkembang menjadi polimeremulsi (PVC‐E),
polimer suspense (PVC‐ S), dan polimer massa (PVC‐M)

2.1 Proses Pembuatan PVC


Pembentukan polimer PVC (polivinil klorida) termasuk polimerisasi adisi
dengan monomer vinil klorida. Polimer PVC digunakan sebagai bahan pipa, atap,
dan insulasi kabel listrik. Monomer vinil klorida atau kloro etena dengan rumus
molekul C₂H₃Cl termasuk senyawa turunan alkena yaitu etena yang berikatan
dengan atom halogen klor (Cl). Reaksi polimerisasi PVC melalui reaksi adisi akan
terjadi pemutusan ikatan rangkap pada monomer vinil klorida.

2.2 Karakteristik CFRP


PVC yang pembentukannya didasari pada reaksi polimerisasi kinetik
massa dan suspensi dari PVC yang terjadi secara bersama‐sama karena sebuah
droplet monomer dalam polimerisasi suspensi bisa dianggap menjadi polimerisasi
massa dalam sebuah reaktor yang kecil. Selama proses polimerisasi, polimer akan
mengendap dari monomernya ketika ukuran rantainya mencapai 10 – 20 unit
rantai. Reaksi polimerisasi ini yang melibatkan dua fasa yaitu monomer dengan
fasa cair dan polimer dengan fasa gel, akan membentuk basis untuk deskripsi
kinetik dari polimerisasi PVC. Karena adanya laju polimerisasi yang lebih rendah
pada monomer yang berfasa cair jika dibandingkan dengan polimer berfasa gel
maka akan menghasilkan efisiensi pada tahap terminasi yang lebih besar. Rantai
transfer ke monomer merupakan reaksi utama pada polimerisasi yang mengontrol
berat molekul dan distribusinya. Pada suhu 30 0C rantai transfer ke monomer
terjadi sekali setiap reaksi propagasi 1600 monomer, sedangkan Pada suhu 70 0C
rantai transfer ke monomer terjadi sekali setiap 420 monomer adisi. Dari sini suhu
dari proses polimerisasi sangat berpengaruh pada berat molekul yang dimiliki
PVC tersebut yaitu berat molekul PVC akan semakin besar pada suhu
polimerisasi yang lebih rendah.
Senyawa PVC ini dapat berwujud padatan dalam cairan dengan
perbandingan 50 % yang tersuspensi yang umumnya digunakan dalam bahan
eksperimen dan penelitian, juga seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
wujudnya juga dapat berupa bubuk putih atau padatan krim yang berwarna. PVC
memiliki range berat molekul dari 60000 hingga 140000 gram/mol.
Jika ditinjau dari segi kestabilan, senyawa ini sangat stabil karena
berbentuk polimer sehingga fasanya berbentuk padatan yang keras sehingga
hampir tidak berpengaruh (tak bereaksi) terhadap kehadiran oksidator kuat. Dari
segi safety, senyawa ini hampir tidak berbahaya dan mengganggu lingkungan
karen tidak berpotensi mencemari udara, air maupun tanah. Selain itu, senyawa ini
juga bersifat mudah terbakar. PVC memiliki beberapa karakteristik dalam
morfologi (bentuk) sebagai sebuah polimer. Morfologi yang terbentuk selama
polimerisasi akan mempengaruhi kemampuan prosesnya (processability) dan
properti fisik yang dihasilkan. PVC memiliki struktur yang dibangun di atas
struktur lainnya yang akhirnya membentuk sebuah molekul raksasa yang disebut
polimer. Lapisan yang saling terbentuk akan mempengaruhi performa dan
semuanya saling berhubungan. Kebanyakan dari PVC akan membentuk polimer
yang bersifat kaku (rigid), tetapi ada PVC yang bersifat plastis dimana secara
umum keduanya memiliki sifat struktur yang sama hanya saja perbedaanya adalah
pada PVC yang plastis, plasticiser masuk pada fasa amorphous PVC yang
menjadikan molekul elastomer berbentuk seperti dasi. Selanjutnya grains akan
hancur menjadi partikel utama yang berukuran 1 μm yang menjadi unit melt flow.
Akhirnya melting unit tadi membentuk belitan pada batas flow unit yang diikuti
oleh proses rekristalisasi selama pendinginan yang membentuk struktur elastomer
tiga dimensi yang kuat.
2.3 Kegunaan PVC
PVC sangat serba guna, dalam artian bahan ini bisa kaku seperti pipa
industri, lentur seperti bungkus plastik, setipis dan fleksibel seperti pelapis
dinding. Bahan ini dapat dicocokkan dengan warna apa pun yang diinginkan.
Ketahuilah PVC dapat digunakan sebagai bahan dari beberapa produk di bawah
ini :
1. Bangunan dan konstruksi
Sekitar tiga perempat dari semua PVC yang diproduksi digunakan untuk
aplikasi bangunan dan konstruksi yang tahan lama. Studi Life-cycle menunjukkan
PVC/vinil efektif dalam melindungi lingkungan, dalam hal emisi gas rumah kaca
yang rendah dan konservasi sumber daya dan energi. Sifatnya yang kuat dan tahan
terhadap kelembaban dan abrasi, PVC sangat ideal untuk cladding, jendela, atap,
pagar, penghiasan, pelapis dinding dan lantai. PVC tidak menimbulkan korosi
seperti beberapa bahan bangunan, tidak perlu sering dicat dan dapat dibersihkan
dengan produk pembersih ringan.
2. Pengkabelan
PVC mampu bertahan dalam kondisi sulit di balik dinding bangunan,
seperti paparan terhadap perubahan suhu dan kelembaban selama masa pakai
bangunan. Akibatnya, ini adalah salah satu bahan yang paling umum dan
terpercaya yang digunakan dalam kabel dan kabel listrik.
3. Pipa air
PVC membantu menghemat energi dan air dengan menciptakan pipa yang
hampir bebas kebocoran yang tidak rentan terhadap korosi dan tahan terhadap
tekanan lingkungan. Tingkat kerusakan PVC 1% dari tingkat kerusakan sistem
logam cor. Kurangnya penumpukan dalam pipa PVC meningkatkan fungsionalitas
dan meningkatkan efisiensi energi.
4. Packaging
Karena tahan lama, dapat diandalkan dan ringan, PVC fleksibel membantu
pengemasan untuk menjaga keutuhan produk di dalamnya, termasuk obat-obatan.
PVC dalam bentuk bening digunakan dalam obat bebas dan bungkus untuk
produk konsumen yang tahan terhadap kerusakan. PVC kaku digunakan dalam
kemasan blister dan clamshell untuk melindungi obat-obatan, produk perawatan
pribadi dan barang-barang rumah tangga lainnya.
5. Kesehatan
PVC memainkan peran keamanan penting dalam mengeluarkan obat yang
menyelamatkan jiwa melalui kantong IV dan tabung medis. Munculnya kantong
pengumpul darah PVC merupakan terobosan yang signifikan karena kantong
darah fleksibel dan tidak mudah pecah, meningkatkan pengembangan obat rawat
jalan dan berfungsi sebagai dasar untuk bank darah modern.
6. Peralatan olahraga
Memiliki keunggulan yang tahan lama, awet dan fleksibel membuat PVC
juga banyak digunakan untuk peralatan olahraga, terutama untuk peralatan yoga
dan gym.
7. Produk Rumah Tangga
Keterjangkauan, daya tahan, dan ketahanan air PVC membuatnya ideal
untuk jas hujan, sepatu bot dan tirai shower karakteristik PVC.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
polivinil klorida (PVC) yang juga dikenal dengan resin vinyl, didapatkan dari
polimerisasi senyawa vinil klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi radikal
bebas. Monomer vinil klorida didapatkan dari mereaksikan gas ethylene dengan
chlorine untuk membentuk 1,2–dichloroethane. 1,2– dichloroethane kemudian
dipecah untuk menghasilkan senyawa vinil klorida.
PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam
dapur (NaCl). Senyawa PVC ini dapat berwujud padatan dalam cairan dengan
perbandingan 50 % yang tersuspensi yang umumnya digunakan dalam bahan
eksperimen dan penelitian, juga seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
wujudnya juga dapat berupa bubuk putih atau padatan krim yang berwarna. PVC
memiliki range berat molekul dari 60000 hingga 140000 gram/mol.
Sifat- sifat polimer yang harus dioptimalkan adalah: 1. Berat molekul. 2.
Komposisi kimia. 3. Ukuran butir dan lebarnya. 4. Sifat menyerap. 5. Kemurnian.
6. Warna yang bagus dan stabilitas termal dibutuhkan untuk memungkinkan
polimer tidak terdegradasi dan untuk memaksimalkan bentuk akhir produk.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F. A. (2020). Pengaruh Variasi Komposit PVC dan Tepung Sagu terhadap
Sifat Mekanik dalam Pembuatan Service Wedge Clamp (SWC) [Skripsi].
Universitas Pancasakti Tegal.
Akbar, N., & Hermawan, Y. (2014). Pengaruh Variasi Holding time dan
Temperatur Paduan PVC (PP) dengan Serat Sabut Kelapa Terhadap
Kekuatan Tarik dan Bending Pada Proses Injection Molding. Jurnal
ROTOR, 7(2), 1–4.
Deswita, Handayani, A., & Yulianti, E. (2015). Pembuatan Komposit PVC-
Bentonit Untuk Plastik Biodegradable. Jurnal Kimia Dan Kemasan, 37(1),
45–52.
Deswita, Karo. Aloma Karo, Sulungbudi, G. Tj., & Sudirman. (2010). Sintesis
dan
Karakterisasi Polimer Komposit Polipropilen Menggunakan Filler Tepung
Tapioka Untuk Bahan Kemasan. Jurnal Sains Materi Indonesia, 12(1), 24–
29.
Pratama, N. A. (2010). Sintesis Biokomposit PVC Menggunakan Filler Serat
Kenaf Serta Senyawa Penghambat Nyala [Skripsi]. Universitas Sebelas
Maret.
Sudirman, Karo, A. K., H, A., Sugeng, B., Rukihati, & Mashuri. (2004). Analisis
Sifat Kekuatan Tarik, Derajat Kristalinitas, dan Struktur Mikro Komposit
Polimer PVC Pasir. Jurnal Sains Materi Indonesia, 6(1), 1–6

Anda mungkin juga menyukai