226
BAB IX
PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KESELAMATAN KERJA
Pertanggungan dan bantuan social ini meliputi juga kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, sekalipun dalam penjelasan undang-undang dimaksud hanya
diperinci antara lain sakit, meninggal dunia dan cacat.
Melihat sasarannya, terdapat dua kelompok perundang-undangan dalam
keselamatan kerja, yaitu:
1. Kelompok perundang-undangan yang bersasaran pencegahan kecelakaan
akibat kerja. Kelompok ini terdiri dari Undang-undang no. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan peraturan-peraturan lain yang diturunkan atau
dapat dikaitkan dengannya. Selain itu keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan terdapat dalam undang-undang lain, seperti misalnya Undangundang Kerja (1948-1951).
2. Kelompok perundang-undangan yang bersasaran pemberian kompensasi
terhadap kecelakaan yang sudah terjadi. Kelompok ini terdiri dari Undangundang Kecelakaan (1947-1957) dan peraturan-peraturan yang diturunkannya.
BAB IX : Perundang Undangan Dalam Keselamatan Kerja
227
tersebut
dengan
undang-undang
Keselamatan
Kerja
sebagaimana
228
pengaturan
pembinaan
keselamatan
kerja
bagi
pimpinan
229
2) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat
kerja.
3) Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hukum termaksud pada 1) dan 2), jikalau yang diwakili berkedudukan di
luar negeri (ayat 3).
d. Direktur, ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja (sekarang
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) untuk melaksanakan Undang-undang
Keselamatan Kerja (ayat 4).
e. Pegawai pengawas, ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (ayat 5).
f. Ahli keselamatan kerja, ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang
Keselamatan Kerja (ayat 6).
2. Ruang lingkup
Ruang lingkup Undang-undang Keselamatan Kerja meliputi (pasal 2):
a. Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia (ayat 1).
b. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 tersebut di atas berlaku dalam tempat kerja,
yang merupakan tempat-tempat:
1) Dibuat, dicoba, atau dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
2) Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi dan bersuhu tinggi.
230
231
Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruanganruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu
dan dapat di ubah perincian tersebut dalam ayat 2 (ayat 3).
232
perlindungan,
pengujian
dan
pengesahan,
pengepakan
atau
233
234
10
Undang-undang
Keselamatan
Kerja
mengatur
Panitia
235
236
tempat yang mudah di lihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamtan kerja.
11. Ketentuan-ketentuan Penutup
Sebagaimana ketentuan-ketentuan penutup Undang-undang Keselamatan
Kerja terdapat pengaturan-pengaturan mengenai ancaman hukum, tempat-tempat
kerja yang telah ada, peraturan peralatan, sebagainya. pengaturan-pengaturan
demikian adalah:
a. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan (pasal 15, ayat 1).
b. peraturan perundangan tersebut pada pasal 15 ayat 1 dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukum kurangan
selama-selamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah) (pasal 15, ayat 2).
c. tindak pidana tersebut adalah pelanggaran (pasal 15, ayat 3).
d. pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di
dalam satu tahun sesudah undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang
ini (pasal 16).
e. selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-undang ini mulai berlaku,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini
(pasal 17).
Dengan diundangkannya Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, maka segala perundang-undangan dalam keselamatan kerja
BAB IX : Perundang Undangan Dalam Keselamatan Kerja
237
Peraturan
Penjelasan
ketentuan-ketentuan
khusus
2.
Peraturan
khusus
sebagai Berisi
syarat-syarat
ditetapkan
oleh
khusus
Kepala
yang
Inspeksi
Peraturan
khusus
syarat-syarat
listrik
khusus
di
bagi
perusahaan-
baru
hantaran-hantaran
Peraturan-peraturan
atau
perluasan
luar
berlaku
Pemasangan
238
No
5.
Peraturan
Penjelasan
6.
7.
yang
dipergunakan
untuk
menjalankan motor.
syarat-syarat
yang
khusus
bagi
membuat
atau
8.
Peraturan
khusus
(FF) Berisi
syarat-syarat
7-2-1931).
membuat
dan
syarat-syarat
khusus
bagi
yang menyelenggarakan
bioskop.
Peraturan
khusus
(Ketetapan
HH Berisi
KJPKK
syarat-syarat
No. perusahaan
bagi
memompa gas-gas.
10.
yang
khusus
yang
khusus
bagi
mengolah
atau
syarat-syarat
khusus
bagi
Peraturan
(KK) Berisi
syarat-syarat
yang
khusus
bagi
membuat,
13.
Peraturan
khusus
(LL). Berisi
syarat-syarat
yang
khusus
bagi
mempergunakan
tangki apung.
239
No
Peraturan
14.
Peraturan khusus N
Penjelasan
Berisi
syarat-syarat
khusus
bagi
16.
ketentuan-ketentuan
tentang
pesawat uap.
syarat-syarat
pemakaian
pesawat uap.
17.
Undang-undang
Putih
timah kering.
fosfor
syarat-syarat
pelarangan
Penetapan
pelanggaran
pembuatan,
impor,
pengangkutan
korek
api
dan
yang
pemilikan, bagi
yang
membuat,
perusahaan
ketentuan-ketentuan
impor,
pembuatan,
tentang
pemilikan,
Syarat-syarat
bagi
240
No
22.
Peraturan
Penjelasan
ketentuan-ketentuan
tentang
tentang
pengaturan
dan
penimbunan
dan
penyimpanan.
Peraturan minyak tanah stbl. 144 Berisi pengaturan pelaksanaan syarattahun 1928.
25.
ketentuan-ketentuan
tentang
listrik
untuk
penerangan
26.
tentang
penyelenggaraan
kerja.
Peraturan
Peraturan
Menteri
Penjelasan
Tenaga Berisi
tentang
pembentukan
panitia
241
No
2.
Peraturan
Peraturan
Menteri
Penjelasan
Tenaga Berisi
tentang
bagi
pembentukan
keselamatan
pemberitahuan
panitia
penyelenggaraan
panitia
dan
kesehatan
Pembina
kerja
di
perusahaan.
3.
Peraturan
Menteri
Selain itu, banyak peraturan-peraturan tentang jalanan kereta api dan trem.
Namun pengawasan keselamatan kerja hanya terbatas pada hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Demikian pula, ada hubungan di antara Undang-undang Gangguan stbl.
226 tahun 1926 dan Undang-undang Barang tahun 1961, Lembaran Negara No. 1
dengan Undang-undang Keselamatan Kerja.
242
243
244
245
d. uang tunjangan yang ditentukan dalam pasal-pasal berikut ini (pasal 10).
13. Majikan diwajibkan memberi uang tunjangan kepada buruh yang karena
kecelakaan:
a. Sementara tidak mampu bekerja
Uang tunjangan karena ini besarnya sama dengan upah sehari untu tiaptiap hari, terhitung mulai pada hari buruh tidak menerima upah lagi, baik
penuh maupun sebagian dan dibayar paling lama 120 hari. jikalau sudah
lewat 120 hari buruh itu belum mampu bekerja, maka uang tunjangan
demikian itu dikurangi menjadi 50% dari upah sehari untuk tiap-tiap hari
dan dibayar selama buruh tidak mampu bekerja.
b. Selama-lamanya tidak mampu bekerja sebagian
Uang tunjangan karena ini ditetapkan sekian persen dari upah sehari untuk
tiap-tiap hari, menurut daftar yang dilampirkan pada undang-undang ini
dimulai setelah pembayaran uang tunjangan yang dimaksudkan dalam a
berakhir dan dibayar selama buruh tidak mampu bekerja sebagian.
c. Bercacat badan selama-lamanya yang tidak disebut dalam daftar yang
dilampirkan pada undang-undang ini.
Banyaknya persenan dari upah
246
dari ayat ini berakhir dan dibayar selama buruh ini tidak mampu bekerja
sama sekali (pasal 11, ayat 1).
14. Jikalau buruh meninggal dunia karena kecelakaan, maka keluarga yang
ditinggalkannya dapat uang tunjangan sebesar:
a. 30 % dari upah sehari untuk tiap-tiap hari bagi janda atau janda-janda yang
nafkah hidupnya semua atau sebagian besar dicarikan oleh buruh itu.
Begitu pula bagi janda laki-laki yang tidak mampu bekerja dan nafkah
hidupnya semua atau sebagian besar ditanggung oleh buruh tadi. Dalam
hal ini terdapat lebih dari seorang janda, maka uang tunjangan itu dibagi
rata dan sam banyaknya antara mereka.
b. 15 % dari upah sehari untuk tiap-tiap hari bagi seorang anak sah atau
disahkan, yang berumur di bawah 16 tahun dan belum kawin. Jikalau anak
itu karena meninggalnya buruh menjadi yatim piatu, maka banyaknya
tunjangan tadi ditambah menjadi 20% dari uppah sehari untuk tiap-tiap
hari.
c. Paling banyak 30% dari upah sehari untuk tiap-tiap hari bagi bapak dan
ibu atau jikalau buruh itu tidak punya bapak dan ibu lagi, kepada kakek
dan nenek yang nafkah hidupnya seluruhnya atau sebagian besarnya
dicarikan oleh buruh itu.
d. Paling banyak 30% dari upah sehari untuk mertua laki-laki dan mertua
perempuan yang nafkah hidupnya seluruhnya atau sebagian besarnya
dicarikan oleh buruh itu (pasal 12, ayat 1).
15. Majikan tidak diwajibkan memberi tunjangan kepada buruh atau seorang
keluarganya yang ditinggalkannya dal hal-hal seperti berikut:
a. Jikalau kecelakaan yang menimpa buruh itu terjadinya disengaja olehnya.
b. Jikalau buruh yang ditimpa kecelakaan itu, dengan tidak ada alas an yang
sah menolak dirinya diperiksa atau diobati oleh dokter yang berhak yang
ditentukan oleh majikan.
c. Jikalau buruh sebelumnya sembuh, menolak pertolongan tersebut pada b
dengan tidak ada alas an yang sah.
247
atau
pengurus
jikalau
pengurus
ditetapkan,
diwajibkan
suatu
peraturan
perundangan,
perusahaan-perusahaan
yang
248
22. Daftar lampiran seperti yang dimaksudkan dalam pasal 11, ayat 1b:
Kegiatan
Tunjanagan
Tunjangan berapa
karena kehilangan:
40
35
35
30
30
28
70
35
50
25
70
sebelah mata
30
40
10
15
12
249
Keterangan:
1. Buat orang kidal, kalau kehilangan salah satu lengan tangan atau jari, maka
keterangan kanan dan kiri yang tersebut dalam daftar di atas ini dipertukarkan
letaknya.
2. Dalam hal kehilangan beberapa anggota badan yang tersebut di atas ini, maka
besarnya tunjangan ditetapkan dengan menjumlahkan banyak persen dari tiaptiap anggota badan itu. jumlah tunjangan yang didapat tidak boleh lebih dari
70% dari upah sehari.
3. Anggota badan yang tidak dapat dipakai sama sekali karena lumpuh, dianggap
sebagai hilang.
9.3 Kesimpulan
Undang-undang Dasar 1945 bahwa setiap warga negara atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Kematian, cacat, cedera, penyakit, dan
lain-lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan
dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD 1945 lahir
undang-undang dan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya dalam keselamatan
kerja.
Kelompok perundang-undangan dalam keselamatan kerja dibagi atas dua,
yaitu : (1) Kelompok perundangan-undangan bersasaran pencegahan kecelakaan
akibat kerja dan (2) Kelompok perundang-undangan yang bersasaran pemberian
kompensasi terhadap kecelakaan yang sudah terjadi.
Peundangan disusun guna mengantisipasi kecelakaan dan akibat
kecelakaan sehingga pelaku, masyarakat, industri dan korban akibat kecelakaan
maupun kebakaran tetap dalam perlindungan dan mendapatkan santunan. Undangundang juga disusun tentang peralatan dari alat pelindung sehingga setiap orang
mengerti dan taat akan peraturan keselamat dan kesehatan kerja.
250