Identifikasi Pengembangan Kawasan Berbasis Teknologi Tahun 2011
Identifikasi Pengembangan Kawasan Berbasis Teknologi Tahun 2011
2011
DAFTAR ISI
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
iv
Bab I
Bab II
Pendahuluan
1.2. Tujuan
2.1.1. Technopark
2.1.1.1.Pengertian Technopark
2.1.1.2.Sejarah Technopark
2.1.1.3.Tujuan Technopark
2.1.1.5.Fasilitas Technopark
2.1.1.6.Manfaat Technopark
11
11
11
12
Kawasan Teknopolitan
2.1.2.3. Faktor Pendukung Pemilihan Lokasi Kawasan Tek-
13
nopolitan
2.1.3. Innovation Cluster
13
13
14
15
15
16
16
17
ii
Bab III
Bab IV
Bab V
18
18
19
19
20
23
24
24
25
25
27
28
28
30
31
32
32
34
35
36
36
39
39
41
43
45
47
47
48
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2
22
30
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1
Gambar.2
Gambar.3
29
Gambar.4
37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
2011-2025 merupakan salah satu pedoman yang digunakan oleh pemerintah dalam
melakukan percepatan pembangunan Negara Indonesia menuju Negara yang adil dan
makmur di tahun 2025. MP3EI merupakan dokumen perencanaan yang melengkapi
dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Langkah MP3EI ini diharapkan akan menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi
riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada
periode 2015-2025 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada
periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kenaikan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan yang mencerminkan karakteristik negara maju pada akhirnya diharapkan
akan
pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total
perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun.
Upaya mewujudkan pencapaian visi MP3EI 2025 tersebut dituangkan dalam 3
(tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu: 1) peningkatan nilai tambah dan
perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses
(potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang
terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi, 2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran
serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional dan 3) mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi
1
produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang
berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
Paradigma pembangunan saat ini didasarkan pada kemampuan suatu bangsa
dalam meningkatkan daya saingnya, dimana pilar yang amat penting dalam kemampuan
daya saing adalah tenaga kerja dan iptek. Sehingga kerangka desain MP3EI didukung oleh
tiga pilar yaitu 1) pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, 2) penguatan
konektivitas nasional, dan 3) penguatan kemampuan SDM dan Iptek nasional. Dengan
adanya pilar ketiga tersebut jelas sekali bahwa dukungan SDM dan Iptek diyakini sebagai
dukungan terhadap ekonomi yang berbasis pengetahuan, yang sangat diperlukan untuk
secara nyata mendukung MP3EI.
Sebagai roadmap kebijakan ekonomi dalam jangka panjang, maka cetak biru
kebijakan ekonomi dalam MP3EI ini, khususnya program investasi untuk tujuan
percepatan pembangunan ekonomi Indonesia diletakkan sebagai fundamental nilai
implementasi tentang arah pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Berbagai
kendala yang masih dihadapi Indonesia, diantaranya struktur ekonomi yang masih
didominasi sektor pertanian atau industri yang mengekstraksi hasil alam, infrastruktur
yang terbatas serta SDM yang sebagian besar adalah unskill labor, maka proses
percepatan
pembangunan
memerlukan
MP3EI
perlu
dukungan
dari
akan tergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMN, BUMD, dan swasta domestik
dan asing. Untuk itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif, efisien, memiliki kepastian
hukum, dan pemberian fasilitas fiskal serta kemudahan-kemudahan lain bagi dunia
investasi sangat diperlukan dalam pencapaian target pengembangan 8 program utama
MP3EI yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan
telematika, serta pengembangan kawasan strategis dengan 22 kegiatan ekonomi utama
yang dituangkan dalam 6 koridor/ kawasan ekonomi pembangunan yaitu Kawasan
Sumatera, Kawasan Jawa, Kawasan Kalimantan, Kawasan Sulawesi, Kawasan Bali-Nusa
Tenggara serta Kawasan Papua- Maluku.
Terciptanya iklim investasi yang kondusif pada akhirnya memungkinkan suatu
daerah untuk memacu daya tumbuh perekonomiannya, menuju tercapainya peningkatan
daya saing. Oleh sebab itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di setiap koridor
wilayah di Indonesia terutama untuk meningkatkan daya saing di pasar global maka
diperlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Sistem
Inovasi
Nasional
merupakan
kerangka
tempat
tumbuh
dan
berkembangnya inovasi yang melibatkan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk
dapat mengembangkan inovasi sesuai dengan potensi daerah masing-masing sehingga
pada akhirnya manfaat nyata dapat dirasakan masyarakat. Sistem Inovasi Nasional perlu
didukung dengan pengembangan kawasan berbasis teknologi yang tersebar di
Indonesia.
Kawasan Berbasis Teknologi adalah kawasan berdimensi pembangunan ekonomi
dengan sentra ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung percepatan
perkembangan inovasi. Pengembangan kawasan berbasis teknologi ini diandalkan
sebagai motor penggerak pengembangan wilayah. Kawasan berbasis teknologi
diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan
di sekitarnya serta mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan bersaing ini
lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun
global, yang didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi,
informasi, serta keunggulan pemasaran. Pemerintah perlu mendorong dan mendukung
3
1.2. Tujuan
Adapun tujuan kajian ini sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi konsep dasar pengembangan kawasan berbasis teknologi
2. Mengidentifikasi faktor kunci dalam pengembangan kawasan berbasis teknologi
3. Menyusun masukan bagi kebijakan dan strategi pengelolaan dan pengembangan
kawasan berbasis teknologi
4. Sebagai acuan bagi pemerintah maupun swasta di dalam mengembangkan
kawasan berbasis teknologi berdasarkan potensi ekonomi wilayah.
5. Sebagai bahan informasi dalam mempromosikan kawasan berbasis teknologi
kepada para calon investor
1.3.
Sistematika Pembahasan
Dalam pengembangan kawasan berbasis teknologi ini sistematika pembahasannya
Menuju Kawasan Berbasis Teknologi : Pada bab ini berisi tentang Potensi Ekonomi Di
4
BAB II
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS
TEKNOLOGI
2.1.
2.1.1.
Technopark
Lahan yang menarik dan berisi bangunan arsitektur yang indah yang memiliki
fungsi sebagai pusat
Dari uraian di atas, secara umum fungsi dari technopark itu dapat dibagi dua,
yaitu:
a. Membawa hasil riset perguruan tinggi ke luar dengan membuat bisnis
dengan pelaku bisnis (atau venture capital) yang sudah ada (misalnya
melalui inkubasi hasil riset);
b. Membawa industri masuk ke perguruan dengan membawa masalah yang
ada di industri ke dalam technopark ini
Perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan industri
teknologi. Sebagai contoh, majalah Wired edisi 8.07 (Juli 2000) mengatakan bahwa
tempat yang baik untuk technology hub (pusat teknologi) memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
atau mengembangkan
teknologi baru
2.
dan
4.
Ketersediaan modal usaha untuk memastikan bahwa ide-ide para innovator bisa
sampai ke pasar
Point no (1) di atas menunjukkan peran utama dari perguruan tinggi. Dengan kata
lain, lokasi technology hub atau pusat teknologi harus memiliki perguruan tinggi dan
fasilitas penelitian yang memadai. Jika menggunakan empat (4) kriteria di atas dan
memberikan nilai untuk masing-masing point dengan nilai antara 1 sampai dengan 4,
dimana angka 4 merupakan nilai tertinggi, maka
kemampuan sebuah daerah untuk menjadi technology hub. Sebagai contoh majalah
Wired memberikan angka sebagai berikut. Silicon Valley mendapat angka 16 (semuanya
mendapat nilai 4, sempurna!). Rangking kedua ditempati oleh Kista Science Park di
Swedia dengan nilai 15 dan Multimedia Super Corridor (MSC) di Kuala Lumpur, Malaysia
memperoleh nilai 8. (Sumber : http://www.wired.com/wired/archive/8.07/silicon.html)
o Akses kepada pakar (intellectual) yang ada di kampus. Ini termasuk akses
kepada staf pengajar, staf peneliti, dan mahasiswa. Seringkali kultur
perguruan tinggi, yang kreatif ini yang dicari oleh perusahaan. Kultur ini
tercipta dari pertemuan informal antara dosen, mahasiswa, peneliti, pelaku
bisnis inkubator. Untuk itu perlu adanya tempat-tempat dan event-event
informal di kampus atau di daerah sekitar tempat inkubator.
o Akses kepada fasilitas di kampus, seperti peralatan di laboratorium, buku-buku
di perpustakaan, jaringan Internet, data center, business center, dan fasilitas
fisik lainnya yang dimiliki oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi memiliki
banyak peralatan yang canggih-canggih yang mahal harganya, baik yang dibeli
melalui dana penelitian ataupun yang dikembangkan oleh para peneliti.
Perusahaan kecil umumnya tidak mampu memiliki alat tersebut. Data center
dapat digunakan bersama-sama oleh unit inkubasi yang membutuhkan failitas
computing dan data storage.
o Akses kepada hasil penelitian, kuliah, dan kegiatan-kegiatan lain yang ada di
dalam kampus. Seringkali perguruan tinggi memiliki hasil penelitian yang dapat
dimanfaatkan oleh industri. Namun perguruan tinggi ini tidak mengetahui
akan hal tersebut. Technopark memiliki sebuah business center yang
menyediakan interface dan showcase dari perguruan tinggi. Technopark dapat
menjadi one-stop interface antara industri dan perguruan tinggi. Di sana
industri dapat mengetahui kemampuan perguruan tinggi. Sebagai contoh, jika
ada sebuah perusahaan yang membutuhkan kemampuan tertentu untuk
memecahkan masalahnya, dia dapat datang ke tempat ini untuk mencari tahu
apakah ada SDM dan fasilitas perguruan tinggi yang dapat membantu.
Business center ini harus memiliki fasilitas yang representatif untuk memerima
client, rapat, presentasi, dan demonstrasi produk. Business center harus
dikelola secara profesional, yaitu melibatkan orang di luar perguruan tinggi.
o Technopark memiliki link dengan venture capital untuk permodalan.
10
yang
mendukung
percepatan
perkembangan
inovasi,
difusi
dan
pembelajaran. Sementara itu, Kawasan teknopolitan adalah kawasan yang terdiri atas
11
satu atau lebih kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat pada wilayah
tertentu sebagai sistem pembangunan yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan sistem inovasi.
Suatu teknopolitan harus memiliki infrastruktur sains dan teknologi, infrastruktur
fisik, basis bisnis, dan pasokan SDM dari universitas dan lembaga riset di sekelilingnya.
Selain itu, suatu teknopolitan juga membutuhkan dukungan pimpinan politik, akademisi,
budaya kewirausahaan, kaitan yang kuat antara komunitas scientific dan technopreneur,
jaringan informasi, inkubator dan pencitraan teknopolitan.
Kawasan teknopolitan memiliki fungsi sebagai sarana dalam membangun jaringan
inovasi dan sarana pembelajaran dalam pengembangan inovasi. Dalam pengembangan
kawasan teknopolitan selain membutuhkan economic capital juga membutuhkan
intellectual capital dan social capital.
Modal intelektual (intellectual capital) merupakan asset dan sumberdaya nontangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas
inovasi, pola-pola, dan pengetahuan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi dan
hubungan organisasi. Sedangkan Modal sosial (social capital) adalah bagian-bagian dari
organisasi sosial seperti kepercayaan masyarakat, norma dan jaringan yang dapat
meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang
terkoordinasi. (www.bppt.go.id)
kaitan
yang
kuat
antara
komunitas
scientific
dan
entrepreneur/teknoprener;
d. Jaringan informasi;
e. Pencitraan dengan melakukan promosi untuk meningkatkan citra kawasan
sebagai teknopolitan ;
f. Keberadaan incubator;
inovasi. Kehadiran pemasok dan lembaga yang beragam umumnya sangat membantu
dalam penciptaan pengetahuan yang diperlukan oleh klaster. Sifat kolektivitas dalam
klaster juga dapat mempermudah eksperimentasi dengan ketersediaan sumber daya
lokal. Banyak kasus empiris juga menunjukkan bahwa berklaster akan memfasilitasi
proses komersialisasi. Dalam hal ini peluang bagi perusahaan-perusahaan baru dan lini
bisnis baru bisa lebih nampak. Klaster sering menjadi tempat dimana komersialisasi
gagasan lebih mudah dilakukan. Gagasan-gagasan baru dapat diperkenalkan oleh
perusahaan kepada pasar tanpa harus menanggung risiko melakukan semuanya sendiri.
Selain itu, dalam klaster industri, persaingan pada dasarnya juga akan meningkat akibat
eksternalitas, keterkaitan dan hubungan antara perusahaan, industri, dan lembagalembaga terkait.
belajar, baik menyangkut isu teknis maupun kemanfaatannya dan hal penting lain, serta
membutuhkan interaksi yang efektif bagi keberhasilan inovasi.
Iklim persaingan yang sehat sangat diperlukan bagi berkembangnya inovasi, dan
klaster industri yang berkembang baik umumnya memberikan iklim persaingan demikian.
Iklim persaingan yang sehat memberikan tekanan persaingan yang efektif dalam
mendorong kebutuhan akan inovasi. Keberhasilan inovasi akan semakin bergantung pada
bagaimana berbagai elemen penting, baik pelaku usaha, lembaga litbang, perguruan
tinggi dan pembuat kebijakan berkolaborasi.
Beragam fenomena inovasi juga menunjukkan bahwa inovasi sebenarnya
merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar
dan non-pasar. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) sangat
penting bagi perkembangan inovasi.
2.2.
kunci yang masing-masing memiliki fungsi dan komponen yang berbeda, antara lain
Research and Development (R&D) , Business and Networked Entreprenuership,
Manajemen
Pengembangan
Kawasan
Berbasis
Teknologi,
serta
Penyediaan
Infrastruktur.
teknologi
melalui
penelitian kolaboratif
antara
universitas, industri dan lembaga penelitian . Industri yang sarat dengan teknologi akan
selalu membutuhkan penelitian dan pengembangan (research & development, R&D),
sehingga peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian pasti sangat diperlukan
15
b.
c.
Komersialisasi teknologi
d.
adalah
membangun sistem untuk mendukung industr-industri yang berteknologi tinggi ( spinoff ) dan untuk membantu industri-industri tersebut untuk menetap di satu kawasan .
terlepas dari metode pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan kawasan yang
bersangkutan. Untuk itu bentuk dan fungsi organisasi kelembagaan yang dirancang harus
menggunakan prinsip bisnis modern dan profesional dalam rangka meningkatkan daya
saing produk dalam era globalisasi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam
manajemen pengembangan kawasan berbasis teknologi sebagai berikut :
a. Program Pelatihan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
profesional untuk inovasi teknologi dan komersialisasi teknologi
b. Memiliki link dengan venture capital untuk permodalan sehingga
dapat
16
e. Globalisasi
17
BAB III
PROFIL PENGEMBANGAN KAWASAN BEBASIS TEKNOLOGI
3.1.
inisiatif
Tangerang Selatan, Solo maupun Sragen Technopark, Cibinong Science Center, Agro
Technopark maupun Maize Center Gorontalo, sementara, Bandung, Jababeka dan Klaten
Techno Park dibentuk atas inisiatif swasta. Beberapa STP tersebut membentuk sinergi
satu sama lain dalam diseminasi dan jaringan kerjasama. Kekuatan dari membangun
kerjasama antar STP adalah:
berikut.
18
3.1.1.
mempromosikan
pembangunan
19
dan
operasional
untuk
sesuai
dengan
yaitu
siswa-siswa
yang
digunakan
sebagai
laboraturium sementara SMK N 2 Solo. Para siswa menyiapkan dan merakit mobil jenis
pickup dengan teliti dan tekun mengikuti instrusi dari pemandu teknik lapangan.
20
Jenis
Kawasan
Uraian
1.
Technopolis
Puspiptek (www.puspiptek.net)
2.
Pengembang
3.
Pemanfaaatan
4.
Fasilitas
5.
Keterangan
6.
Pemanfaatan
22
23
teknologi
yang
berbasis
mengimplementasikan
pada
yang
dijalankan
di
segudang terobosan dan inovasi baru yang memberikan pengahargaan kepada seluruh
masyarakatnya untuk maju, berkembang untuk menggapai kemakmuran.
Untuk pelayanan kesehatan dengan berbagai fasilitas yang memadai dengan
dokter spesislias yang sangat lengkap bahkan e-media telah dikembangkan antara
Puskesmas dengan RSUD dengan dokter spesialis yang siap melayani pasien dengan
sistem online, semua begitu mudah, semua begitu akurat dan tidak ada masalah dalam
layanan kesehatan. Perangkat online system telah dibangun dan dikembangkan oleh tim
information and communication technology (ICT) pegawai negeri sendiri, semua satuan
kerja, badan dinas, kantor, bagian kecamatan dan desa sudah online, sehingga surat,
laporan dan lain-lain tidak perlu kurir akses data, bahkan telepon voice, video conference
gratis, kamera CCTV telah dipasang di berbagai tempat strategis, dipantau oleh tim
khusus antara lain polisi, tentara, satpol PP, DLLAJ, dokter dan lain-lain selama 24 jam.
Salah satu hasil yang dibuat oleh Technopark yaitu sistem informasi e-goverment
di Sragen. Salah satu implementasi e-goverment yaitu sistem informasi manajemen
RSUD. Sistem informasi manajemen RSUd yang terintegrasi meliputi :
1. Rekam medis
2. Administrasi rawat inap
3. Administrasi rawat jalan
4. Apotik
5. Poliklinik
6. Laboratory Information System
7. Gudang obat
8. Administrasi pembayaran atau billing smart
9. Smart system
10. SMS Gateway Support
Untuk sistem informasi kesehatan khususnya SIMPUS yaitu sistem yang memberi
informasi tentang riwayat kesehatan (RM-rekam Medik) masyarakat di Sragen, yang bisa
diakses secara online dan juga menggunakan fasilitas biometric (finger scan) dan
nextcode. Dikembangkan sesuai dengan standarisasi HL7 (Amerika) dan CEN (eropa)
26
untuk kemudahan pertukaran data dalam pengobatan jarak jauh (Telemedicine). Adapun
fitur dari SIMPUS Sragen yaitu: Registrasi pasien, pemriksaan pasien, Riwayat kesehatan
pasien, Smart system (interaksi antar obat, diagnosa penyakit, dll), kesehatan ibu dan
anak, Poli gigi, Laporan yang dibutuhkan bisa diakses secara online, Timer untuk ISO dan
Akreditasi mendukung ICD-X, lintas platform termasuk PDA.
27
Pendidikan
Telkom,
Jalan
wadah
masyarakat
informasi
yang
mewujudkan
Indonesia
dengan
integrasi
28
Pusat Desain Telekomunikasi (PDT). Dan sekarang, BTP telah membentuk suatu bagian
lagi yang dinamakan e-Camp(Inkubator Bisnis).
Jenis
Nama Technopark
Pengembang
Pemanfaaatan
4.
Fasilitas
5.
Keterangan
Uraian
Jababeka (www.jababeka.com)
PT. Jababeka Tbk.
Sebagai Intelligent City yang memanfaatkan TI dan
telekomunikasi dalam kehidupan keseharian, bisnis, belajar,
kesehatan, serta rekreasi.
Terdapat 4 kawasan yang meliputi :
(1) Kawasan Industri,
(2) Kawasan Perumahan,
(3) Kawasan Pendidikan,
(4) Kawasan Rekreasi
Infrastrukturnya didukung oleh PT Indonesia Coments Plus
(ICON+) sebagai penyedia layanan jaringan berbasis fiber
optic. Lokasi terletak di kawasan tata ruang Kabupaten Bekasi,
dengan luas area fase pertama 790 Ha. Fase kedua 250 Ha,
ketiga 300 Ha, dan keempat 230 Ha. Jumlah tenants di wilayah
itu ada 1.115 factory, 392 di antaranya bermodal asing.
30
3.2.
yang
ramah
lingkungan dan
pekerjaan,
gaya
hidup, dan
(SDM)
dengan
tinggi,
kompetensi
memperkenalkan
teknologi tinggi, membangun dasar untuk pengembangan industri teknologi tinggi, dan
upgrade industri dalam negeri. Pemerintah sejauh ini menginvestasikan NT $79,6 milyar
untuk hardware dan konstruksi perangkat lunak di HSP sejak didirikannya pada tahun
1980.
Pada saat ini Hsinchu Science Park mengatur lima sciencepark
yaitu Jhunan
Park, Tunglou Park, Longtan Park, Hsinchu Biomedis Science Park, dan Yilan Science
Park, dengan total lahan seluas 1.373 hektar. Hsinchu, Jhunan, dan Longtan Science Park
saat ini beroperasi. Sampai dengan akhir tahun 2008, HSP meliputi 430 perusahaan
berteknologi
tinggi dengan
penjualan
tahunan
Institusi
penelitian
National
memberikan cukup
sumber
dan
akademik,
Chaio Tung
daya
seperti
ITRI,
manusia
bagi
Nasional Tsing
di
dekatnya,
kerja
National
SynchrotronRadiation
Research
Center, Laboratorium
Penelitian
Terapan Nasional juga terletak di HSP, termasuk National Center untuk High-Performance
Computing,
National
Space
Organization, Pusat
Pelaksanaan
Chip Nasional,
33
didirikan untuk
Mediapolis@one-north di
Dijadwalkan
Singapura ini
34
Lembah Silikon
yang
bergerak
dalam
BAB IV
PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI
DI KORIDOR/WILAYAH EKONOMI INDONESIA MENUJU KAWASAN
BERBASIS TEKNOLOGI
4.1.
dirumuskan dengan semangat Business as Not Usual. Semangat ini tercermin dalam 3
hal, yaitu:
1. MP3EI
mengedepankan
terobosan
Strategi
dan
kebijakan.
Titik
berat
36
Berdasarkan potensi yang ada, maka sebaran sektor fokus dan kegiatan utama di
setiap koridor ekonomi, diantaranya sebagai berikut:
1. Koridor Ekonomi Sumatera Banten Utara sebagai sentra produksi dan
pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor pada
minyak kelapa sawit/CPO, Karet, dan Batubara
2. Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional dengan
fokus sektor pada produk makanan, tekstil dan industri alat angkut ;
3. Koridor Ekonomi Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil
tambang dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor pada migas, minyak
kelapa sawit, dan batubara
4. Koridor Ekonomi Sulawesi Maluku Utara sebagai pusat produksi dan
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional dengan fokus
sektor pada tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan pertambangan nikel
5. Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan
pendukung pangan nasional dengan fokus sektor pada pariwisata serta
pertanian dan peternakan
6. Koridor Ekonomi Papua Maluku sebagai pengolahan sumber daya alam yang
melimpah dan SDM yang sejahtera dengan focus sektor pada pertambangan
serta pertanian dan perkebunan.
37
4.2.
agribisnis ini harus didukung oleh keberadaan perguruan tinggi yang memiliki
kompetensi untuk mengembangkan R&D sektor pertanian yang menghasilkan produk
yang berdaya saing di pasaran.
Adapun contoh dari Pengembangan Agropolitan Center terdapat di Muara Beliti
dan 5 (lima) Agropolitan Distrik, yaitu: Simpang Nibung, Megang Sakti, Prabumulih
(Muara Lakitan), Simpang Terawas dan Simpang Semambang.
4.2.2.
Pengembangan Minapolitan
Minapolitan pada prinsipnya merupakan suatu program kegiatan perikanan yang
atau daerah melalui studi kelayakan secara cermat meliputi aspek ekonomi, teknis, dan
lingkungan. Kegiatan minapolitan akan berlangsung di suatu kawasan atau wilayah
dengan mengandalkan komoditi unggulannya, termasuk komoditas unggulan dari hasil
tangkapan nelayan atau sejenisnya. Dalam kawasan ini nantinya akan terbagi menjadi
beberapa bagian mulai dari produksi, pengolahan hingga pemasarannya. Keseluruhan
dari bagian-bagian ini akan melibatkan secara langsung peran masyarakat sekitar kawasan pengembangan minapolitan. Juga tidak lupa pengelola kawasan minapolitan ini nantinya mampu menjalin suatu kerjasama, terutama dalam pemasaran komoditas unggulan
minapolitan, baik dengan pemerintah maupun pihak swasta (baik lokal, nasional maupun
internasional).
Strategi pengembangan kawasan minapolitan meliputi pembangunan sistem dan
usaha agribisnis berorientasi kekuatan pasar (market driven) yang diarahkan untuk
menembus batas kawasan (bahkan mencapai pasar global); pengembangan saranaprasarana publik untuk memperlancar distribusi hasil perikanan dengan efisiensi dan resiko yang minimal dan deregulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha dan perekonomian daerah. Pada pengembangan kawasan minapolitan tidak hanya melibatkan kementerian dan dinas teknis terkait saja, tetapi juga berbagai pihak yang berkepentingan.
Pengembangan kawasan minapolitan dilaksanakan berdasarkan pada prinsipprinsip yang sesuai dengan arah kebijakan ekonomi nasional sehingga memiliki beberapa
keunggulan, yaitu dapat mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu
pada mekanisme pasar yang berkeadilan, mengembangkan perekonomian yang
berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan
kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap daerah, memberdayakan
usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara efektif, efisien dan
berdaya saing.
Selain itu dapat mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
sumberdaya perikanan unggulan yang terdapat pada masing-masing daerah (keunggulan
lokal). dengan mengadopsi konsep minapolitan dapat mempercepat pembangunan
42
ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelaku sesuai dengan semangat otonomi
daerah, mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
daerah (khususnya penduduk sekitar) dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban
semua pihak, serta memaksimalkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau
seluruh kegiatan pembangunan di daerah.
mendesaknya
kebutuhan
pengembangan
sumber
daya
manusia,
c. Pengabdian Masyarakat
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan tujuan
untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan berbagai paket teknologi hasil
penelitian dan pendidikan di Pusbang Biotek. Disamping itu, untuk meningkatkan
kualitas penelitian dan pendidikan maka pengabdian pada masyarakat merupakan
salah satu proses umpan balik yang diperoleh dari masyarakat. Dalam hal ini, akan
selalu diuapayakan untuk memecahkan persoalan yang ada di masyarakat secara
terarah dan terpadu dengan teknik pendekatan ilmiah.
45
ekonomi
dari
perkembangan
teknologi
tersebut,
maka
perlu
46
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kawasan Berbasis Teknologi adalah kawasan berdimensi pembangunan ekonomi
produk
Entreprenuership
baru
dan
teknologi,
Business
and
Networked
47
5.2. Rekomendasi
1. Arahan kebijakan pengembangan produk unggulan dari suatu kawasan Berbasis
Teknologi harus didasarkan pada spesialisasi atau terfokus pada produk
tertentu; tidak cukup berdasarkan sektor-sektor unggulan dengan produk
unggulannya masing-masing.
2. Kebijakan pengembangan kawasan dalam pemilihan produk unggulan yang
diprioritaskan harus dapat melibatkan keterkaitan antarkawasan lintas sektor
secara luas, yang juga ditentukan berdasarkan analisa yang akurat
3. Pengembangan kawasan berbasis pertanian dan sumber daya alam harus
dikaitkan dengan pemilihan fokus pengembangan dalam industri pendorong.
Peningkatan daya saing kawasan akan memberikan nilai tambah lebih, bila
didasarkan pada industry pendorong yang bersifat hasil olahan dari sumber daya
alam prioritas.
4. Sasaran pengembangan pasar perlu ditetapkan untuk tiap fokus produk di
kawasan Berbasis Teknologi yang dikembangkan, untuk memberi tolok ukur
penyusunan strategi pengembangan produksi dan pengolahan produk.
5. Kebijakan pengelolaan pengembangan kawasan Berbasis Teknologi harus lebih
fokus pada arahan yang mendorong keterkaitan antarkawasan, antarprogram,
dan antarsubsubsistem input-agroproduksi-agroindustri-output dan pemasaranjasa elayanan.
6. Peran pemerintah masih besar dalam menyediakan insentif pada faktor-faktor
kunci: SDM : khususnya tenaga ahli, pendampingan berkelanjutan, pelatihan
agribisnis/kewirausahaan terfokus, dan studi lapangan antardaerah.
R&D : khususnya penelitian teknologi produksi/ pengolahan, dan informasi
pengembangan produk. Pasar : penyediaan area perdagangan khusus trade
area/zone, penelitian pasar dan informasi pasar yang fokus pada produk
prioritas.
48
Akses : akses
49