Anda di halaman 1dari 129

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA




PENGUATAN KLASTER INDUSTRI AGRO
DI KABUPATEN MALANG

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


Peneliti/Perekayasa:

1. Drs. Bhinukti Prapto Nugroho
2. Ir. Syaeful Karim, M. Comp.
3. Drs. HM. Ansorudin Sidik
4. Dr. Socia Prihawantoro, SE, ME
5. Rizki Firmansyah, SE




INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
2012

KODE JUDUL: SIDa.F.49
ii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

RINGKASAN
Sistem Inovasi adalah suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan,
hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah
perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan
praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran. Sedangkan agenda pokok
penguatan sistem inovasi adalah (1) Mengembangkan kerangka umum yang
kondusif bagi inovasi dan bisnis, (2) Memperkuat kelembagaan dan daya
dukung iptek/litbangyasa dan mengembangkan kemampuan absorpsi oleh
industri, khususnya UKM, (3) Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi
dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
litbangyasa serta meningkatkan pelayanan berbasis teknologi, (4) Mendorong
budaya inovasi, (5) Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah dan (6)
Penyelarasan dengan perkembangan global.
Dalam rangka menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah, maka
dilakukan kajia penguatan klaster industri agro di Kabupaten Malang.
Perencanaan klaster industri agro merupakan salah satu bentuk perencanaan
ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan
peningkatan nilai tambah produksi dari sub-sektor kehutanan, subsektor
pertanian & perkebunan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, sub-
sektor pariwisata dan subsektor tradisional lainnya yang didukung oleh sarana
dan prasarana yang fungsional. Konsep yang paling sesuai untuk
pelaksanaan pengembangan kawasan adalah dengan menggunakan
pendekatan klaster industri.
Faktor pertama penguatan klaster industri agro(wisata) di Kabupaten Malang
dalam kerangka Sistem Inovasi Daerah adalah kemampuan menumbuhkan
jaringan antara unsur-unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk membentuk rantai yang mengaitkan kemampuan melakukan
pembaruan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan
memanfaatkan kemajuan yang terjadi ke dalam barang dan jasa yang
memiliki nilai ekonomis. Melalui jaringan itu terjadi berbagai bentuk transaksi
sehingga sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir dari unsur
kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian,
sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif. Faktor kedua
adalah kemampuan menumbuhkan iklim usaha yang kompetitif. Dan faktor
ketiga adalah kemampuan menumbuhkan daya dukung.
Kata Kunci: Sistem Inovasi, Klaster Industri. Agro (wisata).


iii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


PRAKATA
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kesediaan melaksanakan tugas
pelaksanaan Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti &
Perekayasa (PKPP) sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara BPPT
Enjiniring dengan Satuan Kerja Sekretariat Kementerian Riset dan Teknologi,
maka disusunlah Laporan Akhir Pekerjaan Penguatan Klaster Industri Agro Di
Kabupaten Malang.
Laporan Akhir ini merupakan cerminan hasil pelaksanaan kegiatan kajian
sampai dengan awal Bulan Oktober 2012. Harapan kami semoga Laporan
Akhir ini dapat menjadi masukan bagi stakeholder terkait dalam
mengiplementasikan konsep klaster industri dalam kerangka penguatan
Sistem Inovasi Daerah..
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam melakukan kajian
ini, oleh karena itu sumbang saran dan masukan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan.


Jakarta, Oktober 2012
Tim Pelaksana Kegiatan
Insentif PKPP 141









iv | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
RINGKASAN ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 2
1.3. Kelayakan Teknis Dan Metode 3
1.3.1. Kelayakan Teknis 3
1.3.2. Metode 3
1.3.3. Tahapan Kajian 8
1.4. Prospek 9
1.5. Keluaran Yang Diharapkan 10
BAB II KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA 11
2.1. Latar Belakang 11
2.2. Konsep Pengembangan Agrowisata 12
2.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kawasan Agrowisata 15
2.4. Infrastruktur 16
2.5. Kelembagaan 17
2.6. Manajemen Pengembangan Kawasan Agrowisata 19
2.7. Arah Pengembangan 21
2.8. Pemberdayaan Masyarakat 22
2.9. Strategi Pengembangan Agrowisata 23
2.10. Perencanaan dan Pemberdayaan Kawasan Agro
wisata
25
2.10.1. Manfaat agro wisata 25
2.11. Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Agro wisata 30
2.12. Model Pengembangan Obyek dan Daya Tarik
Wisata (ODTW) Agro Wisata
34
2.12.1. Pengembangan Lanskap 34
2.12.2. Zonasi Pengembangan Kawasan 35
2.13. Fasilitas ODTW Agro 36
2.14. Pengembangan Pola Kemitraan 43
2.15. Pengembangan Model Pembinaan 44
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 46
3.1. Administrasi Dan Geografis 46
3.2. Topografi 46
3.3. Geologi 49
3.4. Jenis Tanah 49
3.5. Kemampuan Tanah 50
3.6. Klimatologi 51
3.7. Hidrologi 52
3.8. Pola Penggunaan Lahan 52
3.9. Struktur Tata Ruang Kabupaten Malang 56

v | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB IV RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
KABUPATEN MALANG
57
4.1. Kondisi Pariwisata di Kabupaten Malang 57
4.2. Potensi dan Masalah Kepariwisataan di Kabupaten
Malang
60
4.3. Rencana Zona Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Malang
67
4.4. Wisata Prioritas Pada Tiap Zona 72
4.5. Pintu Gerbang Daerah Tujuan Wisata Untuk
Kabupaten Malang
74
4.6. Alternatif Rute Perjalanan Wisatawan 77
4.7. Pusat Pelayanan Kawasan Wisata 80
4.8. Kalender Wisata 81
BAB V PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
KABUPATEN MALANG
82
5.1. Kebijaksanaan Terkait dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan
82
5.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan Agropolitan 84
5.3. Rencana Struktur Ruang Pengembangan
Agropolitan
86
5.4. Tipologi Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang 88
5.4.1. Tipologi Kawasan Kecamatan Poncokusumo 88
5.4.2. Tipologi Kawasan Kecamatan Pujon 91
5.5. Ketentuan Umum Rencana Pengembangan
Kawasan Agropolitan
92
5.5.1. Rencana Penetapan Kawasan Lindung 93
5.5.1. Rencana Penetapan Kawasan Budidaya 95
5.6. Rencana Zonasi Komoditas Unggulan 96
5.6.1. Rencana Zonasi Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan
96
5.6.2. Rencana Zonasi Kawasan Hortikultura 96
5.6.3. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan 96
5.7. Rencana Pengembangan Agribisnis 97
5.7.1. Rencana Sub Sistem Pra Produksi 97
5.7.2. Rencana Sub Sistem Produksi 98
5.7.3. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi 99
5.7.4. Rencana Sub Sistem Penunjang 100
5.8. Rencana Sistem Transportasi 101
5.8.1. Rencana Jaringan Jalan dan Pola
Pergerakan
101
5.8.2. Rencana Sub Sistem Produksi 98
5.8.3. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi 99
5.8.4. Rencana Sub Sistem Penunjang 100
BAB VI KLASTER INDUSTRI AGROWISATA 106
6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata 106
6.1.1. Industri Inti 106
6.1.2. Industri Pemasok 106
6.1.3. Industri Terkait 107
6.1.4. Industri Pendukung 107
6.1.5. Lembaga Pendukung 107
vi | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

6.1.6. Pemasaran 108
6.2. Analisis Lingkungan Usaha 108
6.2.1. Industri Pemasok 108
6.2.2. Industri Terkait 109
6.2.3. Industri Pendukung 110
6.2.4. Kondisi Permintaan 111
6.3. Agenda Perkuatan Lingkungan Usaha 111
6.3.1. Industri Pemasok 112
6.3.2. Industri Terkait 112
6.3.3. Industri Pendukung 113
6.3.4. Kondisi Permintaan 113
6.4. Sasaran Jangka Menengah 113
6.5. Strategi Penguatan Klaster Industri Agrowisata 114
6.6. Pokok-pokok Rencana Tindak 115
6.7. Unsur Penunjang Penguatan Klaster Industri
Agrowisata
115
6.8. Rencana Tindak Penguatan Klaster Industri
Agrowisata Tahun 2012-2013
116
BAB VII PENUTUP 118
DAFTAR PUSTAKA 121


vii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Determinan Daya Saing: The Four Diamond Framework 5
Gambar 1.2. Strategi Pengembangan / Penguatan Klaster Industri 6
Gambar 1.3. Tahapan Kajian 9
Gambar 2.1. Hubungan Faktor Permintaan dan Penawaran dalam
Pengembangan Kawasan Agrowisata
13
Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata 19
Gambar 3.1. Orientasi Kabupaten Malang Terhadap Provinsi Jawa Timur 48
Gambar 3.2. Administrasi Kabupaten Malang 48
Gambar 4.1. Zona Pengembangan I 68
Gambar 4.2. Zona Pengembangan II 69
Gambar 4.3. Zona Pengembangan III 70
Gambar 4.4. Zona Pengembangan IV 71
Gambar 4.5. Zona Pengembangan V 72
Gambar 4.6. Wisata Prioritas Zona I 72
Gambar 4.7. Wisata Prioritas Zona II 73
Gambar 4.8. Wisata Prioritas Zona III 73
Gambar 4.9. Wisata Prioritas Zona IV 74
Gambar 4.10. Wisata Prioritas Zona V 74
Gambar 4.11. Linkage Regional Wisata Malang Raya Dan Sekitarnya 76
Gambar 4.12. Pusat dan Sub Pusat Akomodasi Wisata Kabupaten Malang 80
Gambar 5.1. Bagan Struktural Zona Agropolitan Kabupaten Malang 86
Gambar 5.2. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan pada Zona
Poncokusumo
87
Gambar 5.3. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan Pada Zona Pujon 88
Gambar 5.4. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Poncokusumo 91
Gambar 5.5. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Pujon 92
Gambar 5.6. Rencana Jalur Transportasi dari Pusat Pertumbuhan Menuju
Kawasan Agropolitan
102
Gambar 5.7. Rencana Spesifikasi dan Sirkulasi di Kecamatan
Poncokusumo
103
Gambar 5.8. Paket Agropolitan pada Lintas Perdagangan 104
Gambar 5.9. Paket Agropolitan pada Lintas Wisata 105
Gambar 6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang 108


viii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Lereng Di Kabupaten
Malang
47
Tabel 3.2. Luas Daerah Berdasarkan Struktur Geologi Di Kabupaten
Malang
49
Tabel 3.3. Jenis Tanah 49
Tabel 3.4. Luas Daerah Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah di
Kabupaten Malang
50
Tabel 3.5. Luas Daerah Berdasarkan Erosi Di Kabupaten Malang 51
Tabel 3.6. Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Tekstur Tanah Di
Kabupaten Malang
51
Tabel 3.7. Penggunaan Lahan di Kabupaten Malang Tahun 2005 53
Tabel 4.1. Potensi dan masalah pada Obyek Wisata Di Kabupaten
Malang
61
Tabel 5.1. Karakteristik Penentu Zonasi Kawasan Agropolitan 89
Tabel 5.2. Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan
Tanaman Pangan di Kecamatan Poncokusumo
96
Tabel 5.3. Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan
Tanaman Hortikultura di Kecamatan Poncokusumo
96
Tabel 5.4. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan di Kecamatan
Poncokusumo
97
Tabel 5.5. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pra Produksi di
Kecamatan Poncokusumo
98
Tabel 5.6. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Produksi di
Kecamatan Poncokusumo
99
Tabel 5.7. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pasca Produksi
di Kecamatan Poncokusumo
100
Tabel 5.8. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pendukung di
Kecamatan Poncokusumo
101







1 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pewilayahan yang komprehensif untuk pengembangan dan pembangunan
sektor strategis sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang
optimal di suatu wilayah, seperti wilayah Kabupaten Malang, Propinsi Jawa
Timur. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali penataan
ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan
sektor pembangunan strategis secara berkelanjutan. Oleh karena itu salah
tujuan perencanaan kawasan ekonomi strategis (seperti KAWASAN
AGRIBISNIS) di suatu wilayah, adalah memadukan penggunaan ruang dan
segenap sumberdayanya secara fungsional untuk mendorong sektor strategis
agar tercapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan mempunyai linkages positif
dengan wilayah sekitarnya. Dalam konteks ini, kriteria strategis bukan hanya
dari sudut pandang ekonomi produksi, melainkan juga dikaitkan dengan
pertimbangan kelestarian fungsi ekologis/hidrologis.
Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara
optimal dan cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi
salah satunya melalui pengembangan industri pariwisata dengan menata
kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis pada
pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam, baik alami
maupun buatan, belum dikembangkan secara baik dan menjadi andalan. Banyak
potensi alam yang belum tergarap secara optimal. Pengembangan kawasan
wisata alam dan agro mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli
daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus
berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan hayati. Apalagi
kebutuhan pasar wisata agro dan alam cukup besar dan menunjukkan
peningkatan di seluruh dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya
berupa sumber daya alam. Australia memiliki 55% aset wisata yang juga
merupakan jenis wisata alam. Tercatat lebih dari 29 juta penduduk Amerika
melakukan sejumlah 310 juta perjalanan yang dimotivasi oleh wisata alam.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah,
pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di
masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan
signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang
tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi
daerah.
2 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan
kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran
yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya
keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.
Perencanaan Kawasan Industri merupakan salah satu bentuk perencanaan
ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan
peningkatan nilai tambah produksi dari sub-sektor kehutanan, subsektor
pertanian & perkebunan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan
subsektor tradisional lainnya yang didukung oleh sarana dan prasarana yang
fungsional. Konsep yang paling sesuai untuk pelaksanaan pengembangan
kawasan adalah dengan menggunakan pendekatan klaster industri. Yang
dimaksud dengan klaster industri disini adalah kelompok industri spesifik yang
dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/peningkatan nilai
tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis.Dimana hal ini dapat
berdiri diri atau menyatu dengan Kawasan yang lebih luas, tergantung dari
potensi produksi serta faktor jarak geografis dan faktor jarak aksesibilitas. Faktor
jarak aksesibilitas sangat berperan dalam menentukan orientasi produktif dari
suatu kawasan, terutama kawasan potensial yang jauh dari pusat
pengembangannya.
Penguatan klaster industri Agro Wisata di wilayah Kabupaten Malang, Jawa
Timur, mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi investasi
(investasi produksi dan investasi konservasi) bagi pemerintah maupun swasta
dalam mencapai efisiensi, efektifitas dan nilai tambah dari produk-produk yang
dihasilkan sentra-sentra produksi dari sektor agrokompleks dalam arti luas.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan
di Kabupaten malang ini adalah
a. Mengidentifikasi potensi-potensi dan pendukung agro wisata di Kabupaten
Malang.
b. Merumuskan strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan
penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.
Sedangkan sasaran dari kajian ini adalah sebagai berikut.
a. Teridentifikasinya potensi dan pendukung agro wisata yang ada di
Kabupaten Malang.
b. Terumuskannya strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan
penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.



3 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

1.3. KELAYAKAN TEKNIS DAN METODE
1.3.1. Kelayakan Teknis
Hasil kajian ini akan memberikan rekomendasi strategi dan implikasi kebijakan
dalam mengembangkan dan memperkuat klaster agro wisata di Kabupaten
Malang. Pengembangan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.ini dapat
mengangkat dan menonjolkan banyak potensi yang belum dikembangkan
secara optimal, khususnya potensi pengembangan kopi yang ada di Kabupaten
Malang.
Pendekatan klaster industri yang digunakan untuk mengembangkan klaster agro
wisata di Kabupaten Malang.ini akan mendorong terjadinya kemitraan dan
interaksi antara industri inti yang menjadi obyek utama dengan industri
pendukung, lembaga pendukung, lembaga penelitian, dan
pemerintah/pemerintah daerah.
Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan klaster agro wisata
di Kabupaten Malang. ini antara lain:
a. Manfaat bagi negara:
o Meningkatkan perolehan devisa negara
o Meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi agro industri (kopi)
o Mengentaskan kemiskinan, khususnya di Kabupaten Malang
b. Manfaat bagi daerah dan penduduk setempat
o Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan penduduk
setempat
o Menyerap lebih banyak tenaga kerja melalui ketersediaan lapangan
kerja di klaster Eko Wisata.
1.3.2. Metode
Pengembangan klaster agro wisata di Kabupaten Malang dilakukan
menggunakan pendekatan pengembangan klaster. Berikut ini akan diuraikan
mengenai konsep pengembangan klaster dan tahapan pelaksanaan kajian.
I. Konsep Pengembangan Klaster Industri
a. Pengertian
Menurut Tatang A.Taufik (BPPT, 2005), klaster industri atau rumpun usaha
dapat didefinisikan sebagai jaringan dari sehimpunan industri, lembaga
penghasil teknologi, pembeli serta institusi penghubung, yang dihubungkan satu
dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai.
Sehimpunan industri yang dimaksud dalam definisi di atas terdiri dari industri inti
yang menjadi fokus perhatian, industri pemasok, industri pendukung, serta
industri terkait. Istilah inti, pemasok, pendukung, dan terkait menunjukkan peran
4 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pelaku di dalam klaster industri. Istilah-istilah tersebut tidak ada hubungannya
dengan tingkat kepentingan pelaku. Semua pelaku memiliki tingkat kepentingan
yang sama.
Definisi di atas memiliki pengertian yang lebih luas dari sentra industri yang
lebih merupakan pengelompokan aktivitas bisnis yang serupa di suatu lokasi.
Pengertian istilah-istilah yang digunakan di dalam konsep klaster industri adalah
sebagai berikut :
a. Industri Inti
Industri yang merupakan fokus perhatian dan biasanya dijadikan titik
masuk kajian.
Industri yang unggul (berpotensi unggul).
b. Industri Pemasok
Industri yang memasok industri inti dengan produk khusus, yang
antara lain terdiri dari Bahan baku utama, Bahan tambahan,
Aksesori
c. Pembeli
Pasar yang menjadi konsumen produk industri inti, yang antara lain
terdiri dari distributor, Pengecer, Pemakai langsung
d. Industri Pendukung
Industri yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat
mendukung industri inti, yang antara lain meliputi pembiayaan
(Bank, Modal Ventura), Jasa (Angkutan, Bisnis Distribusi, Konsultan
Bisnis), Infrastruktur (Jalan Raya, Telekomunikasi, Listrik), Peralatan
(Permesinan, Alat Bantu), Pengemasan
e. Industri Terkait
Industri yang menggunakan infrastruktur yang sama dengan yang
digunakan industri inti.
Industri yang menggunakan sumber daya dari sumber yang sama
dengan yang digunakan industri inti (misalnya : bahan baku, tenaga
ahli).
Industri terkait yang dimaksud disini tidak berhubungan bisnis secara
langsung dengan industri inti. Industri terkait antara lain terdiri dari :
Pesaing, Komplementer, Substitusi.
f. Lembaga/Institusi Pendukung
Lembaga yang memberikan dukungan peningkatan industri inti, yang
antara lain terdiri dari Lembaga pemerintah, Asosiasi profesi,
Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat.
5 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Secara skematis, teori pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :











Gambar 1.1. Determinan Daya Saing: The Four Diamond Framework
b. Strategi Pengembangan Klaster Industri
Pengalaman praktik pengembangan atau penguatan klaster industri negara lain
maupun dalam konteks nasional cukup beragam. Beberapa pihak seperti EDA
(Economic Development Agency Amerika Serikat), EURADA (European
Association of Development Agencies), prakarsa pengembangan klaster industri
di Australia Selatan (Multifunction Polis/MFP dan Business Vision 2010), GTZ
(Deutsche Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit), KPEL (Kemitraan
untuk Pengembangan Ekonomi Lokal Bappenas), dan lainnya menyusun
beberapa tahapan umum pengembangan/ penguatan klaster industri. Dokumen
tersebut merupakan panduan umum (guideline) bagi upaya
pengembangan/penguatan klaster industri.
Sebagai kerangka umum, tahapan-tahapan tersebut tentu saja perlu disesuaikan
dengan konteks masing-masing kasus. Demikian halnya dengan tahapan
pengembangan klaster industri yang disampaikan dalam Panduan ini, yang
pada dasarnya bersifat generik, tetap memerlukan penyesuaian dalam
implementasi praktisnya.
1). Tahapan Umum Pengembangan
Upaya dan proses pengembangan (perkuatan) klaster industri pada dasarnya
terdiri atas 4 (empat) tahapan generik, yaitu:
a. Aktivitas Awal Inisiatif Pengembangan (Perkuatan);
6 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

b. Penyusunan Kerangka dan Agenda Pengembangan (Perkuatan);
c. Implementasi; dan
d. Pemantauan, Evaluasi serta Perbaikan/Penyempurnaan.
Secara skematis, tahapan pengembangan klaster industri dapat digambarkan
sebagai berikut :










Gambar 1.2. Strategi Pengembangan / Penguatan Klaster Industri
Tahapan proses tersebut sebenarnya lebih merupakan proses yang
berkesinambungan, hingga batas tertentu bertumpang-tindih (overlap) satu
dengan lainnya, dan bersifat iteratif. Detail tahapan dapat beragam dan berbeda
dari suatu kasus ke kasus lain.
2). Aktivitas Awal Inisiatif Atau Prakarsa Pengembangan
a. Inisiasi artinya perlu ada concern & kepeloporan (diskusi wacana,
presentasi, studi awal, dan lain-lain) untuk membangun minat dan
partisipasi di antara konstituen, yang diperlukan untuk melaksanakan
prakarsa.
b. Eksplorasi/Analisis melalui kajian, pemetaan, diagnosis, diskusi dan lain-
lain, dengan tujuan antara lain
Mengevaluasi kinerja dan perkembangan perekonomian daerah;
Mengkaji Infrastruktur ekonomi;
Mengidentifikasi isu-isu urgen;
Menganalisis potensi tematik klaster industri, dan
7 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Menganalisis potensi spesifik lokal dan lainnya yang mendukung
kinerja klaster industri.
c. Pengembangan Tim Prakarsa untuk mempersiapkan agenda, meliputi :
Merekruit para pemimpin/pelopor dan pakar;
Mengidentifikasi prioritas dan bidang fokus;
Menganalisis prioritas;
Melibatkan partisipan untuk membangun konsensus;
Mengidentifikasi upaya (misalnya kebijakan/program) khusus yang
dibutuhkan; dan
Merancang mekanisme tindak lanjut.
d. Konsensus Prakarsa adalah proses partisipatif untuk mencapai
konsensus dan membangun komitmen bersama, serta implementasi awal
tentang prakarsa klaster industri sesuai dengan peran masing-masing.
mendorong prakarsa lokal;
mendiskusikan kerangka tahapan pengembangan;
merancang instrumen kebijakan dan program;
menentukan prioritas program aksi;
membangun/memperkuat kelembagaan (organisasi, mekanisme,
termasuk model resource sharing untuk aktivitas yang disepakati),
dan
mendorong kesepakatan rencana tindak jangka pendek, termasuk
jadwal pelaksanaannya, dan rencana tindak jangka menengah.
Adanya kesepakatan rencana tindak jangka pendek dinilai penting
untuk melakukan operasionalisasi secara realistis dan memelihara
momentum kolaborasi.
3). Penyusunan Kerangka Dan Agenda Pengembangan
a. Kelembagaan Kolaborasi dan Struktur Operasional, meliputi :
Pengembangan/penguatan kelembagaan sebagai solusi persoalan
kelembagaan yang ada (diantisipasi akan muncul) eksekutif,
legislatif, pelaku bisnis, LPSM, lembaga donor, dan pihak non
pemerintah lain;
Menghimpun stakeholder sisi permintaan (misalnya seperti
perusahaan dalam setiap klaster industri) dan stakeholder sisi
penawaran (termasuk lembaga pendukung ekonomi, baik publik
maupun swasta) dalam kelompok kerja untuk mengidentifikasi
tantangan utama dan prakarsa aksi dalam mengatasi persoalan
bersama.
8 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

b. Perumusan Strategi dan Implikasi Kebijakan
Penyusunan Grand strategy;
Penyusunan kerangka dan instrumen kebijakan.

c. Perencanaan Aksi
Mengidentifikasi isu-isu urgen & spesifik;
Memberikan alternatif solusi dan prioritas rencana langkah
pragmatis.
d. Konsensus Rencana
Mengembangkan proses partisipatif untuk mencapai konsensus dan
membangun komitmen bersama, serta implementasi sesuai dengan
prioritas dan peran masing-masing.
4). Implementasi
Pernyataan strategis (strategic statement) biasanya memuat harapan/impian
keadaan ideal yang dicita-citakan (visi) dan peran-peran atau agenda tugas
penting yang masih umum (misi). Proses pragmatisasi perlu dilakukan agar
kesemuanya dapat diimplementasikan secara lebih operasional. Penjabaran
tujuan, capaian, dan cara/langkah-langkah pragmatis perlu dilakukan agar setiap
pihak memahami dan dapat menjalankan peran kongkrit masing-masing. Ini juga
penting agar setiap pihak melaksanakan sesuai dengan kompetensinya dan
bahkan terusmenerus mengembangkannya.
Prakarsa tertentu yang lebih bersifat segera sering memiliki nilai strategis
terutama biasanya untuk mengawali terjadinya perubahan penting dan signifikan
serta memelihara momentum proses perubahan tersebut. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah :
a. Mobilisasi sumberdaya dan pelaksanaan aktivitasnya;
b. Mencapai milestone yang telah disepakati;
c. Melakukan pengelolaan yang sinergis tentang
Penggalian atau penentuan sumberdaya manusia, sumberdaya
dana dan sumberdaya lainnya;
Pengelolaan tugas, sumberdaya manusia dan hubungan
diantaranya;
Pengelolaan keberterimaan, komitmen dan sinergi positip;
Pengelolaan kesepakatan atau persetujuan;
Peningkatan kapasitas.

9 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

5). Pemantauan, Evaluasi Dan Proses Perbaikan
Sebagaimana disampaikan berulangkali, pengembangan sistem inovasi adalah
proses pembelajaran, termasuk dalam proses kebijakannya. Karena itu,
sebaiknya sistem pemantauan, evaluasi dan proses perbaikan dirancang
sebagai bagian integral dari strategi dan kebijakan inovasi daerah. Hal ini juga
perlu mengintegrasikan pembelajaran yang dapat diperoleh dari pihak lain,
dengan berbagai cara (benchmarking, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, pertukaran informasi dan praktik baik, dan lainnya).
1.3.3. Tahapan Kajian
Pelaksanaan kajian dilakukan melalui tahapan kajian seperti diagram di bawah
ini.













Gambar 1.3. Tahapan Kajian
1.5. Prospek
Pendekatan klaster industri yang digunakan untuk mengembangkan klaster agro
wisata di Kabupaten Malang ini sudah diterapkan di beberapa daerah lain.
Rumusan rekomendasi yang disampaikan sebagai hasil dari kegiatan ini,
diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan/memperkuat
klaster agro wisata di Kabupaten Malang.
Klaster agro industri yang terbangun dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan klaster-klaster lain, sesuai unggulan inti Kabupaten Malang,
yang dapat menumbuh kembangkan pusat-pusat perekonomian baru sesuai
dengan amanat MP3EI.
Inisiasi dan Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Malang
membahas tentang rencana pengembangan.penguatan klaster wisata
mengidentifikasi langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan
mengumpulkan data tentang peraturan dan rencana penguatan klaster
agro wisata
Eksplorasi/ Analisis
identifikasi potensi pengembangan klaster agro wisata dan mengevaluasi
kinerja perekonomian daerah
Perumusan Strategi dan Implikasi Kebijakan
Pemetaan klaster agro wisata
Analisis lingkungan klaster agro wisata
10 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

1.5. Keluaran Yang Diharapkan
Kegiatan kajian ini diharapkan dapat memberikan keluaran:
a. Hasil analisis yang memuat potensi-potensi yang ada di Kabupaten
Malang untuk mengembangkan klaster agro wisata.
b. Rumusan strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan
penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.
1.6. Manfaat Ekonomi
Bagi pemerintah pusat, terbentuknya klaster agro wisata di Kabupaten Malang
ini akan menjadi sumber pendapatan daerah dan meningkatnya penghasilan
para pelaku di dalam klaster agro wisata di Kabupaten Malang. Selain itu, klaster
ini juga akan menyediakan banyak lapangan kerja sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.
Bagi pemerintah daerah, adanya klaster agro wisata di Kabupaten Malang ini
dapat memberi dampak yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi
daerah, khususnya pada pelaku usahanya. Manfaat ekonomi ini dapat terjadi
karena proses-proses sebagai berikut.
a. Keterlibatan dalam dialog antar pelaku bisnis, pemasok, dan stakeholder
lain.
b. Penguatan keterkaitan yang saling menguntungkan di antara elemen-
elemen yang terlibat dalam klaster.
c. Kejelasan kerangka kerja, termasuk penyediaan inftastruktur dan tenaga
terampil yang sesuai dengan kebutuhan klaster.
d. Kemudahan akses pelaku usaha terhadap pengetahuan dan teknologi.


11 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB II
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA
2.1. Latar Belakang
Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu
penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata sektor pariwisata diharapkan dapat
berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan
lainnya, seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan
lain-lain. Salah satu unsur dari sektor pertanian yang saat ini belum tergarap
secara optimal adalah agro wisata (agro tourism). Potensi agro wisata tersebut
ditujukan dari keindahan alam pertanian dan produksi di sektor pertanian yang
cukup berkembang.
Agro wisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam
kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas
produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan
agro wisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman
rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Disamping itu yang
termasuk dalam agro wisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian.
Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat pedesaan dan
potensi pertanian, bilamana ditata secara baik dan ditangani secara serius dapat
mengembangkan daya tarik wisata bagi satu daerah tujuan wisata. Agro wisata
yang menghadirkan aneka tanaman dapat memberikan manfaat dalam
perbaikan kualitas iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, mengurangi erosi,
melestarikan lingkungan, memberikan desain lingkungan yang estetis bila
dikelola dan dirancang dengan baik. Dengan berkembangnya agro wisata di satu
daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan
masyarakat dan pemerintah. Dengan kata lain bahwa fungsi pariwisata dapat
dilakukan dengan fungsi budi daya pertanian dan pemukiman pedesaan dan
sekaligus fungsi konservasi.
Upaya pengembangan agro wisata pedesaan yang memanfaatkan potensi
pertanian, dan melibatkan masyarakat pedesaan, dapat berfungsi sebagai
pemberdayaan masyarakat selaras dengan pemberdayaan masyarakat berbasis
pariwisata (community based tourism). Pemberdayaan masyarakat dimaksud
adalah agro wisata yang dapat mengikutsertakan peran dan aspirasi masyarakat
pedesaan selaras dengan pendayagunaan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang dimilikinya. Persoalannya adalah bagaimana
12 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

masyarakat pedesaan dibina secara berkesinambungan, agar potensi-potensi
yang dimiliki daerah digali secara optimal, sehingga dapat memberikan hasil
maksimal bagi petani, masyarakat desa, pengusaha dan menjadi sumber
pendapatan yang dapat diandalkan.
Sejalan dengan itu perlu adanya pola pembinaan agro wisata agar para pelaku
pariwisata dan pelaku pertanian secara sinergis dapat merencanakan,
menyusun, memprogramkan agro wisata yang bermanfaat bagi masyarakat,
pengusaha dan pemerintah.
2.2. Konsep Pengembangan Agrowisata
Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara
optimal dan cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi
salah satunya melalui pengembangan industri pariwisata dengan menata
kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis pada
pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam, baik alami
maupun buatan, belum dikembangkan secara baik dan menjadi andalan. Banyak
potensi alam yang belum tergarap secara optimal. Pengembangan kawasan
wisata alam dan agro mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli
daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus
berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan hayati. Apalagi
kebutuhan pasar wisata agro dan alam cukup besar dan menunjukkan
peningkatan di seluruh dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya
berupa sumber daya alam. Australia memiliki 55% aset wisata yang juga
merupakan jenis wisata alam. Tercatat lebih dari 29 juta penduduk Amerika
melakukan sejumlah 310 juta perjalanan yang dimotivasi oleh wisata alam.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah,
pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di
masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan
signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang
tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi
daerah.
Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan
kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran
yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya
keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.
Sebagai bagian dari pengembangan pariwisata bahwa tujuan pengembangan
kawasan agrowisata adalah:
13 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Mendorong tumbuhnya visi jangka panjang pengembangan industri
pariwisata, khususnya agrowisata, sebagai salah satu sarana peningkatan
ekonomi dan pelestarian sumber daya alam masa depan.
Memberikan kerangka dasar untuk perencanaan dan pengembangan
agrowisata secara umum.
Mendorong upaya-upaya untuk pengembangan industri wisata yang
terpadu berbasis kawasan dan potensi-potensi kewilayahan, sosial dan
budaya daerah.
Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata berbasis kawasan ini
ditujukan untuk meningkatkan kegiatan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan
masyarakat umum, dimana sasaran yang hendak dicapai adalah:
Terwujudnya panduan awal bagi Pemerintah Daerah dalam perencanaan
pengembangan kawasan agrowisata;
Terwujudnya pengembangan kawasan agrowisata sebagai bahan
masukan kebijakan dan pengembangan kawasan pariwisata di daerah;
Terwujudnya motivasi bagi Pemerintah Daerah dan swasta/masyarakat
untuk pengembangan kawasan agrowisata.
Terwujudnya kawasan yang mendukung kelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan hidup di daerah;
Terwujudnya peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan
daerah/masyarakat.








Gambar 2.1
Hubungan Faktor Permintaan dan Penawaran dalam
Pengembangan Kawasan Agrowisata

Supply Faktor :
Aset Sumber Daya
Produk, Institusi Dll.
Management Faktor :
Strategi & Program,
Promosi & Pemasaran,
Pendidikan & Pelatihan
Litbang
Demand Faktor :
Potensi Pasar
Internasional & Domestik
14 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pengembangan agrowisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara
umum menjadi sangat relevan, sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
Pengembangan agrowisata berbasis kawasan akan mampu mendorong
berbagai sektor lain baik ekonomi, sosial maupun budaya. Dan perencanaan
pengembangan kawasan agrowisata harus dilihat dalam bingkai hubungan
faktor pemintaaan (demand) dan faktor penawaran (supply factor). Demand
Factor adalah profil dan situasi pasar wisata baik internasional maupun
domestik, kecenderungan pasar dan sebagainya. Sedangkan supply factor
merupakan produk dan layanan wisata yang dikembangkan baik berupa
kegiatan, fasilitas maupun aset wisata.
Pengembangan kawasan agrowisata harus dilakukan secara terintegrasi dengan
sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan,
perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan sebagainya
dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Agrowisata
dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu
menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya
pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan agropolitan, pengembangan
kawasan agrowisata pada kawasan perkebunan, pengembangan kawasan
agrowisata pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan kawasan
agrowisata pada kawasan peternakan, pengembangan kawasan agrowisata
pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya.
Pembangunan agribisnis merupakan paradigma pembangunan pertanian yang
didasarkan kepada prinsip-prinsip bisnis. Dengan demikian secara otomatis,
strategi ini dibangun dengan mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan
daya saing agribisnis dalam perdagangan global, upaya pertama yang harus
dilakukan adalah meningkatkan akses para pelaku agribisnis pada pasar baik
pasar domestik maupun pasar global. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan
kemampuan para pelaku agribisnis untuk mengidentifikasi peluang pasar dan
menganalisis dinamika permintaan pasar.
Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi
merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk Wisata Agro.
Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial,
profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju.
Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta
kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan
menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain
wisata agro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk
itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.
15 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisata agro
secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan.
2.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kawasan Agrowisata
Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsip-
prinsip tertentu yaitu:
a. Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan penataan
dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi
ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat.
Mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai dasar
pengembangan kawasan.
Mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas tentang
pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan
karakter sosial budaya.
Menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan
bangunan-bangunan bersejarah maupun tradisional.
b. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan
kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat
setempat.
Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan
meningkatkan pendapatan sektor agro.
Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata
sehingga menghidupkan ekonomi lokal.
Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal.
Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan
sekitarnya.
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal.
c. Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber
daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat.
Pengembangan kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi
kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan
melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama pengembangan
kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata
yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata
secara berkelanjutan.
16 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

d. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan
melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta
maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan &
pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta
terdokumentasi dengan baik.
2.4. Infrastruktur
Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan sistem dan
usaha agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan yang antara lain meliputi:
1. Dukungan fasilitas sarana & prasarana yang menunjang kegiatan
agrowisata yang mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi mampu
memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.
Fasilitas ini dapat berupa fasilitas transportasi & akomodasi,
telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan sesuai dengan
jenis agrowisata yang dikembangkan.
2. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem kegiatan
agribisnis primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan
agribisnis primer, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian,
pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan sarana
dan prasarana dapat berupa:
a. Jalan
b. Sarana Transportasi.
c. Pergudangan Sarana Produksi Pertanian
d. Fasilitas Bimbingan dan Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
e. Fasilitas lain yang diperlukan
3. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha
tani/pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan produksi
dan keberlanjutan (sustainability) usaha budi-daya pertanian: tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini antara lain:
a. Jalan-jalan pertanian antar kawasan.
b. Sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi untuk mengairi
dan menyirami lahan pertanian.
c. Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan
perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan, baik di
danau ataupun di laut.
17 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

d. Sub terminal agribisnis & terminal agribisnis.
4. Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang dibangun
baik jenis maupun bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa
tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dan menimbulkan dampak
yang seminimal mungkin pada lingkungan sekitarnya. Teknologi yang
digunakan dapat bervariasi dan sebaiknya jenis teknologi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat.
5. Biro perjalanan wisata sebagai pemberi informasi dan sekaligus
mempromosikan pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja
dalam usaha menjual tiket dibandingkan memasarkan paket wisata.
2.5. Kelembagaan
a. Lingkup pedoman kelembagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem
pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi
terkait atau disebut protokol
b. Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku
kepentingan dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah
c. Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis agrowisata yang dikembangkan,
pihak-pihak stakeholders yang berkepentingan dan terkait baik langsung
maupun tidak langsung dengan pengembangan kawasan agrowisata ini
antara lain:
Kantor Kementerian Pariwisata & Persenibud
Bappeda Kabupaten/kota
Dinas Pariwisata dan Persenibud
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
Dinas Pertanian
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Dinas Perhubungan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kanwil Pertanahan Nasional
BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kabupaten/kota
18 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Dunia Usaha dan Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Perguruan Tinggi
Dan Lain-Lain
Lembaga-lembaga tersebut diatas seharusnya bertanggung jawab dalam
perencanaan dan pengembangan agrowisata, berkaitan dengan penyediaan
berbagai infrastruktur yang diperlukan. Pengalokasian akses seperti akses
informasi, komunikasi dan transportasi menjadi tanggung jawab sektor publik.
Tetapi dalam implementasinya, sektor publik berkonsentrasi pada perangkat
keras, dari akses-akses tersebut, sedangkan perangkat lunak dan
pengoperasiannya dapat dilakukan tidak hanya oleh sektor publik tetapi juga
sektor swasta, terutama para pengusaha yang relevan dengan masing-masing
akses tersebut. Pembangunan pusat-pusat informasi menjadi sangat krusial
untuk memacu pengembangan agrowisata pada umumnya. Hal ini karena
kegiatan pariwisata merupakan salah satu produk unggulan non migas bagi
penerimaan daerah. Disamping itu pemda dan sektor yang relevan
bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup di lokasi. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan agrowisata
harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan pemda. Untuk itu perlu ada
instrumen yang jelas dan terukur agar monitoring kegiatan agrowisata dapat
dilakukan secara optimal.
Swasta dalam pengembangan agrowisata (perguruan tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat) diharapkan
mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Swasta
justru lebih berperan dalam pelaksanaan kegiatan agrowisata terutama
pemasaran, penyediaan jasa dan opersional kegiatan, karena peran swasta
melengkapi sektor publik. Oleh karena itu kedua stakeholder tersebut harus
bekerjasama dan berkoordinasi agar kegiatan agrowisata dapat berjalan baik.
Dunia usaha dan masyarakat sesuai dengan prinsip agrowisata, keterlibatan
dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan.
Kegiatan ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya lokal serta
harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat sekitar. Oleh
karena itu perlu diupayakan peningkatan ketrampilan melalui pendidikan latihan
agar kesempatan dan kemampuan masyarakat dapat memberikan peran yang
lebih besar dalam kegiatan agrowisata.
Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder terkait dalam
pengusahaan agrowsisata sangat penting dan menjadi faktor kunci keberhasilan
dalam pengembangan agrowisata. Kerjasama dan koordinasi antar berbagai
19 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

stakeholder dapat bervariasi, mulai dari informasi sampai dengan bentuk
kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan areal kerjasama juga sangat luas
meliputi semua proses pengembangan agrowisata, mulai dari perencanaan
seperti penetapan lokasi kawasan, pelaksanaan kegiatan termasuk operasional
sampai kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai sasaran secara
berkelanjutan dengan memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat setempat khususnya, sebagaimana
konsep pengembangan kawasan agrowisata dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut ini.









Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata
2.6. Manajemen Pengembangan Kawasan Agrowisata
Pengembangan Agrowisata berbasis kawasan merupakan pengembangan
kawasan yang tumbuh dan berkembang dengan memadukan berbagai
kelebihan dan keuntungan agribisnis dengan kegiatan wisata secara
berkelanjutan. Hal ini memerlukan rencana pengembangan yang menyentuh hal-
hal yang paling mendasar baik dari sisi penataan wilayah dan kawasan,
pengelolaan sumber daya lokal (baik alam, penduduk, ekonomi, sosial maupun
budaya). Penetapan dan pengembangan kawasan agrowisata dapat dilakukan
pada beberapa kawasan secara terpadu seperti kawasan sentra produksi
pertanian dengan kawasan danau dan sungai. Dengan demikian kawasan
agrowisata bukanlah kawasan yang secara khusus diperuntukkan bagi industri
wisata, melainkan dapat saja berupa kawasan lain dengan memberikan
pengembangan fasilitas, kegiatan serta promosi wisata.
Sektor Agro :
Pertanian/Perkebunan
Primer/Perikanan
Industri Pertanian Lain
Potensi Kekayaan Alam
Lainnya.
Infrastruktur
Manajemen
Promosi
Industri Wisata :
Produk/Kegiatan
Pelayanan Penunjang
Aksesibilitas
Pendidikan dan
Pelatihan
Kawasan Agrowisata
Berkelanjutan
20 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Strategi dan arah kebijakan pengembangan kawasan agrowisata sekurang-
kurangnya dilakukan dengan beberapa tahapan berikut ini:
1. Adanya pedoman pengelolaan ruang kawasan agrowisata sebagai bagian
dari RTRWN, yang berupa strategi pola pengembangan kawasan
agrowisata tersebut.
2. Penetapan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan studi kelayakan
yang secara mendasar mempertimbangkan kelayakan ekologis,
kelayakan ekonomis, kelayakan teknis (agroklimat, kesesuaian lahan, dll),
dan kelayakan sosial budaya.
3. Pengembangan Kawasan Agrowisata harus melalui tahapan-tahapan
yang jelas dan terarah. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
a. Persiapan Kawasan Agrowisata
Merupakan rencana pengembangan jangka pendek antara 0 -1
tahun. Kawasan ini merupakan daerah potensi pengembangan
yang diidentifikasi memiliki potensi yang layak dikembangkan
karena kekayaan alamnya dan topologinya, peruntukan maupun
sosial budaya. Kawasan ini dapat juga berupa kawasan yang
diarahkan untuk kawasan agrowisata, misalnya kawasan bantaran
sungai atau danau yang akan direhabilitasi. Melalui pengembangan
fasilitas yang mendukung, daerah ini dapat dikembangkan sebagai
kawasan agrowisata.
b. Pra Kawasan Agrowisata
Merupakan rencana pengembangan jangka menengah 1 5 tahun,
dimana kawasan mulai dikembangkan sesuai dengan arah
perencanaan dan pengembangan. Pada tahap ini kawasan sudah
mulai berkembang dan kegiatan agrowisata sudah mulai berjalan.
Hal ini dapat dicirikan dengan adanya kesadaran yang mulai
tumbuh di masyarakat tentang pengembangan kawasan
agrowisata di daerahnya serta kegiatan agribisnis dan agrowisata
yang berjalan bersama secara serasi. Kegiatan pengembangan
sumber daya manusia dan lingkungan pada tahap ini harus
dilakukan secara intensif, untuk mempersiapkan sebuah kawasan
dengan kesadaran agrowisata.
c. Tahap Kawasan Agrowisata
Pada tahap ini kawasan sudah mapan sebagai kawasan
agrowisata. Pada tahapan ini kawasan agrowisata sudah
berkembang dan memiliki ciri-ciri seperti: optimalisasi sumberdaya
21 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

alam; adanya pusat-pusat kegiatan wisata terpadu dengan
berbagai kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran;
minimalnya dampak lingkungan yang terjadi; pemberdayaan
masyarakat lokal, seni, sosial dan budaya.
4. Pengembangan kawasan agrowisata dalam jangka panjang berorientasi
pada pelestarian daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini
menuntut pola agribisnis yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan
karakter dan kesesuaian lahan, memiliki dampak lingkungan minimal
(misalnya tidak diperkenankan penggunaan pestisida secara berlebihan
atau aplikasi pestisida organik yang aman secara ekologis). Berbagai
kebijakan, program, prosedur dan petunjuk pelaksanaan harus
dirumuskan secara lebih rinci dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
5. Pengembangan kawasan agrowisata diharapkan mampu memelihara dan
bahkan memperbaiki daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber
daya alam secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya-upaya
pelestarian flora dan fauna yang mulai langka diharapkan dapat dilakukan
dan memberikan nilai ekonomi bagi pelaku usaha agrowisata misalnya
dengan mengembangkan kawasan budidaya tanaman obat atau tanaman
pangan yang sudah mulai jarang dikonsumsi pada masyarakat modern.
Hal ini dapat juga dilakukan pada bidang peternakan dan perikanan.
6. Manfaat Pengembangan agrowisata (warta penelitian dan pengembangan
pertanian vol 24 no, 1, 2002). Pengembangan agrowisata sesuai dengan
kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh
langsung terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan pendapatan petani
dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat di sekitarnya akan
arti pentingnya pelestarian sumberdaya lahan pertanian. Pengembangan
agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan,
karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat
pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi
yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari
agrowisata antara lain adalah melestarikan sumberdaya alam,
melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan
petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.
2.7. Arah Pengembangan
Arah & strategi pengembangan Kawasan Agrowisata harus bertumpu pada
kekuatan dan potensi lokal dan berorientasi pasar. Pertumbuhan pasar
agrowisata dan ekowisata cukup tinggi di seluruh dunia. Diperlukan kreativitas
22 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dan inovasi untuk mengemas dan memasarkan produk-produk unggulan
agrowisata dengan menjual keaslian, kekhasan dan ke-lokalan yang ada di
kawasan agrowisata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan produk-produk yang
lebih umum seperti pengembangan wisata petualangan, perkemahan,
pengembangan fasilitas hiking/tracking, pemancingan, wisata boga, wisata
budaya dan lain-lain sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Selain itu, harus diberikan kemudahan dan dukungan melalui penyediaan sarana
& prasarana yang menunjang baik dari sisi budidaya, pengolahan pasca panen
maupun infrastruktur dan fasilitas lain seperti promosi, transportasi dan
akomodasi dan pemasaran yang terpadu harus dilakukan oleh pemerintah baik
di pusat maupun di daerah.
Arah pengembangan kawasan agrowisata harus mampu menyentuh komponen-
komponen kawasan secara mendasar. Hal ini antara lain meliputi:
a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agrowisata
b. Pengembangan pusat-pusat kegiatan wisata sebagai titik pertumbuhan.
c. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang.
d. Adanya keterpaduan antar kawasan yang mendukung upaya peningkatan
dan pelestarian daya dukung lingkungan serta sosial dan budaya
setempat.
e. Adanya keterpaduan kawasan agrowisata dengan rencana tata ruang
wilayah daerah dan nasional.
2.8. Pemberdayaan Masyarakat
Pembinaan dan sosialisasi ditujukan kepada para masyarakat dan dunia usaha
yang menjadi subjek dan objek dari pengembangan kawasan agrowisata, tolok
ukur keberhasilannya adalah:
a. Masyarakat dan dunia usaha yang terlibat sebagai pelaku dalam program
pengembangan dan pengelolaan kawasan agrowisata sepenuhnya
mengerti, mentaati, mematuhi dan berperan serta aktif dalam penegakan
rambu-rambu dan etika pengembangan agrowisata.
b. Meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial masyarakat di kawasan
agrowisata dan sekitarnya.
c. Berkembangnya usaha berbasis agribisnis dan agroindustri, baik dalam
skala kecil, menengah dan besar yang juga berorientasi pada insdustri
wisata di kawasan agrowisata.

23 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

2.9. Strategi Pengembangan Agrowisata
Pembangunan agribisnis merupakan paradigma pembangunan pertanian yang
didasarkan kepada prinsip-prinsip bisnis. Dengan demikian secara otomatis,
strategi ini dibangun dengan mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan
daya saing agribisnis dalam perdagangan global, upaya pertama yang harus
dilakukan adalah meningkatkan akses para pelaku agribisnis pada pasar baik
pasar domestik maupun pasar global. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan
kemampuan para pelaku agribisnis untuk mengidentifikasi peluang pasar dan
menganalisis dinamika permintaan pasar.
Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi
merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk Wisata Agro.
Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial,
profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju.
Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta
kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan
menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain
wisata agro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk
itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.
Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisata agro
secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana prasarana dan kelembagaan.
a. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat
berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisata agro.
Kemampuan pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran
dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta
promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat
menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini
keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan
pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan
menjual produk wisata sangat menntukan. Pengetahuan pemandu wisata
seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari obyek wisata yang
dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih
mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.
Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pemandu wisata agro saat ini
dinilai masih terbatas. Pada jenjang pendidikan formal seperti pendidikan
pariwisata, mata ajaran wisata agro dinilai belum memadai sesuai dengan
potensi wisata agro di Indonesia. Sebaliknya pada pendidikan pertanian,
24 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mata ajaran kepariwisataan juga praktis belum diajarkan. Untuk
mengatasi kesenjangan tersebut pemandu wisata agro dapat dibina dari
pensiunan dan atau tenaga yang masih produktif dengan latar belakang
pendidikan pertanian atau pariwisata dengan tambahan kursus singkat
pada bidang yang belum dikuasainya.
b. Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata
agro. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media
(dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi
pada tempat publik (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan
ini kerjasama antara obyek wisata agro dengan Biro Perjalanan,
Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda
promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan obyek wisata agro
adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon
konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi
dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan
merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi
tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
c. Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha wisata agro sangat
mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya
alam dan lingkungan tersebut mencakup sumberdaya obyek wisata yang
dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya
mempertahankan kelestraian dan keasrian sumberdaya alam dan
lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata
agro. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat
wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun obyek wisata yang
ditawarkan namun apabila berada ditengah masyarakat tidak menerima
kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran obyek wisata. Antara
usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha
wisata agro berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam
dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang
dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang
lestari.
Usaha wisata agro bersifat jangka panjang dan hampir tidak mungkin
sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala usaha perlu dilakukan
dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen/wisatawan
25 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mendapatkan kesan buruknya kondisi sumberdaya wisata dan
lingkungan, dapat berdampak jangka panjang untuk mengembalikannya.
Dapat dikemukakan bahwa wisata agro merupakan usaha agribisnis yang
membutuhkan keharmonisan semua aspek.
d. Sarana dan Prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-
kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan
akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat
sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan
menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan
aspek penting yang perlu diciptakan.
e. Kelembagaan
Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak
pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang
terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi
serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam
mendukung berkembangnya wisata agro dalam bentuk kemudahan
perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan
agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama
baik antara pengusaha obyek wisata agro, maupun antara obyek wisata
agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan
lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih
mengembangkan usaha agro diperlukan.
2.10. Perencanaan dan Pemberdayaan Kawasan Agro wisata
2.10.1. Manfaat agro wisata
Dalam kegiatan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin baik
di tempat kerja, di rumah maupun di tempat-tempat lainnya. Kegiatan rutin
kadang-kadang menimbulkan kejenuhan, bilamana seseorang mengalami
kejenuhan, paling tidak berpengaruh terhadap kebugaran, kesegaran dan energi
serta stamina, oleh karena kejenuhan terhadap pekerjaan yang bersifat rutinitas
perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat berpengaruh kepada
kesegaran rohani dan jasmani atau kegiatan selingan yang mampu memberikan
hiburan dan melupakan sejenak kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan
kejenuhan adalah rekreasi. Rekreasi adalah kegiatan yang bersifat hiburan yang
disertai berbagai kegiatan baik yang berdampak kepada kesehatan jasmani
maupun rohani. Melalui kegiatan rekreasi diperoleh suatu kepuasan jiwa.
Kegiatan rekreasi lebih banyak dilakukan di luar (out door) oleh karena kegiatan
26 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

rekreasi di luar akan dapat memberikan dorongan kepada kesehatan dan
mendorong interaksi seseorang dengan alam, udara, suasana dan lain-lain. Di
tempat yang bernuansa pegunungan, persawahan, perkebunan, dan pertanian.
Berbagai kegiatan rekreasi yang dilakukan orang-orang telah mendorong
berbagai sarana rekreasi baik yang bersifat alam, buatan manusia. Salah satu
obyek dan daya tarik wisata yang memiliki keterpaduan antara alam dan buatan
manusia adalah untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dengan
lingkungannya. Suasana alami yang di latar belakangi kenyamanan lingkungan,
adalah tempat yang banyak diminati wisatawan. Aktivitas agro wisata diharapkan
dapat menarik para wisatawan untuk menikmati berbagai jenis hasil pertanian
dan sekaligus memberikan dorongan kepada pengenalan berbagai jenis hasil
lainnya seperti perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan holtikultura.
Bilamana agro wisata dikelola secara profesional agro wisata dapat memberikan
manfaat cukup luas terhadap:
a. Meningkatkan konservasi lingkungan
pengembangan dan pengelolaan agrowisata yang obyeknya benar-benar
menyatu dengan lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestarian
lingkungan, jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan
lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan
ekosistem dan peletakan kemampuan daya dukung lingkungan dapat
memberikan dorongan bagi setiap orang untuk senantiasa memperhitungkan
masa depan dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Daerah agro wisata diharapkan dapat berguna bagi lingkungan.
Berdasarkan kawasan agro wisata yang memiliki areal yang sangat luas dan
ditanami dengan berbagai jenis pohon, tanaman holtikultura akan
mempengaruhi cuaca bahkan iklim di sekitarnya. Dengan banyaknya pohon,
selain dapat menyerap kebisingan, juga dapat memberikan kesegaran dan
kenyamanan, pengembangan agro wisata di satu daerah, atau Negara akan
mendorong popularitas Negara tersebut, yang dihasilkan dari berbagai komoditi
pertanian seperti Thailand, banyak hasil pertanian holtikultura, di Negara
tersebut telah membawa harum Negara tersebut, seperti durian montong, jambu,
paprika, ketimun, jeruk dan lain-lain, demikian pula dengan Negara New Zealand
banyak hasil pertaniannya telah membawa harum, seperti apple, buah kiwi,
pear, anggur, dan lain-lain. Apa yang dihasilkan oleh Negara-negara tersebut,
membuktikan bahwa produk wisata, tidak harus selalu berbentuk obyek alam,
akan tetapi inovasi terhadap berbagai hasil pertanian dapat menjadi pendukung
bagi peningkatan kunjungan wisatawan.

27 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

b. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
Lingkungan alam yang indah, panorama yang memberikan kenyamanan, dan
tertata rapi, akan memberikan nuansa alami yang membuat terpesona orang
yang melihatnya. Alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dipadukan dengan
kemampuan manusia untuk mengelolanya, menimbulkan nilai estetika yang
secara visual dapat diperoleh dari flora, fauna, warna dan arsitektur bangunan
yang tersusun dalam satu tata ruang yang serasi dengan alam. Setiap
pengembangan agro wisata tentu memiliki nilai- keserasian sendiri dan manfaat,
pertimbangan secara mendalam terhadap komponen pendukung seperti
bangunan yang dibuat dari beton, hendaknya dapat dijadikan pertimbangan
untuk dapat dihindari keberadaannya. Bangunan yang didesain sedemikian
rupa, yang dapat menyatu dengan alam, itulah yang diharapkan keberadaannya,
oleh karena itu dalam pengembangan agro wisata dibutuhkan perencanaan tata
letak, arsitektur bangunan, lanskap yang tepat.
c. Memberikan nilai rekreasi
Wisata tidak dapat dipisahkan keberadaannya sebagai sarana rekreasi.
Kegiatan rekreasi di tengah-tengah pertanian yang luas akan memberikan
kenikmatan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola agro wisata dapat
mengembangkan fasilitas lainnya yang dapat menunjang kebutuhan para
wisatawan seperti, restaurant, bila memungkinkan akomodasi, panggung
hiburan, dan yang paling penting adalah tempat penjualan hasil pertanian seperti
buah-buahan, bunga, makanan dan lain-lain. Dengan menyediakan fasilitas
penunjang, maka keberadaan agrowisata akan senantiasa berorientasi kepada
pelayanan terbaik bagi pengunjung, di samping itu sebagai perpaduan kegiatan
rekreasi dengan pemanfaatan hasil pertanian, maka dapat dikembangkan nilai
ekonomis agro wisata dengan cara menjual hasil pertanian hortikultura kepada
pengunjung dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mempersilahkan
pengunjung untuk memetik buah atau jenis lainnya sendiri, yang kemudian hasil
petikannya ditimbang dan pengunjung dapat membelinya, cara memetik buah
atau jenis lainnya memiliki nilai rekreatif yang tinggi dan sekaligus memiliki nilai
pendidikan bagi para pengunjung.
d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
Pengembangan agro wisata, tidak saja bertujuan untuk mengembangkan nilai
rekreatif, akan tetapi lebih jauh mendorong seseorang atau kelompok
menambah ilmu pengetahuan yang bernilai ilmiah kekayaan flora dan fauna
dengan berbagai jenisnya, mengundang rasa ingin tahu para pelajar. Keilmuan
dalam menambah ilmu pengetahuan agro wisata dengan berbagai bentuknya
dapat dijadikan sumber informasi kekayaan alam dan ekosistem di dalamnya.
28 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Peningkatan sarana agro wisata tidak hanya yang bersifat memenuhi kebutuhan
pengunjung akan tetapi sebagai sarana pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Pengelola agro wisata, perlu menyediakan fasilitas penelitian baik
yang berbentuk kebun-kebun percobaan, yang bersifat laboratorium alam,
maupun laboratorium yang bersifat tempat penelitian khusus dari berbagai jenis
hortikultura dan jenis lainnya seperti hasil hutan, peternakan, perikanan dan lain-
lain.
e. Mengembangkan ekonomi masyarakat
Agro wisata yang dibina secara baik dengan memperhatikan dan mendasarkan
kepada kemampuan masyarakat, akan memberikan dampak bagi peningkatan
ekonomi masyarakat, dalam bentuk pendapatan masyarakat, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha. Beberapa keuntungan ekonomi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Peningkatan pendapatan masyarakat
Peningkatan pendapatan masyarakat yang dihasilkan melalui berbagai kegiatan
penjualan dari hasil cocok tanam, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, bunga,
palawija, ikan, susu dan lain-lain baik yang dijual secara langsung kepada
pengunjung maupun hasil yang dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
umum, di pasarpasar tradisional, super market. Khususnya pendapatan
langsung yang dihasilkan dari pembelian langsung oleh wisatawan di lokasi
agro, memberikan dampak yang cukup luas terhadap kelangsungan dan
keberadaan agro wisata. Sebagai contoh agro wisata strawberry petik sendiri di
daerah Alam Endah Ciwidey, Keb. Bandung, telah mampu meningkatkan
pendapatan petani strawberry. Pengunjung/wisatawan dalam memetik
strawberry, kadang-kadang tidak terasa mendapatkan jumlah yang cukup
banyak sehingga harus membayar cukup besar. Jumlah wisatawan yang datang
ke lokasi agro wisata strawberry cukup banyak, terutama pada saat-saat liburan,
dan hampir seluruh wisatawan yang datang ke lokasi melakukan kegiatan
memetik strawberry.
2) Membuka kesempatan berusaha
Keanekaragaman jenis agro wisata telah mengembangkan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan bercocok tanam masyarakat. Berbagai jenis
komoditi bagi wisatawan disediakan masyarakat pada lahan-lahan yang memiliki
latar belakang ke-indahan, kesejukan, kenyamanan sehingga para pengunjung
dapat melakukan rekreasi di lokasi-lokasi yang dipersiapkan untuk agro wisata.
Dengan berkembangnya jumlah wisatawan/pengunjung ke lokasi agro wisata
akan memberikan pengaruh efek ganda dalam mengembangkan usaha
masyarakat baik dalam bentuk hasil komoditi pertanian, maupun makanan
29 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

olahan yang dihasilkan oleh hasil pertanian, perikanan maupun peternakan,
seperti dodol nanas, getuk lindri, pepes ikan, permen susu, susu segar, selai
strawberry dan lain-lain. Efek ganda dengan tumbuh kembangnya agro wisata
memungkinkan dapat mendorong kesempatan berusaha masyarakat yang pada
gilirannya dapat mendongkrak faktor kemiskinan yang pada saat ini menjadi
permasalahan bagi bangsa Indonesia.
3) Mengembangkan lama tinggal dan belanja wisatawan
Salah satu keberhasilan pengembangan kepariwisataan adalah bagaimana para
pelaku kepariwisataan dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan dan belanja
wisatawan. Lama tinggal wisatawan dapat meningkat, bilamana di satu daerah
tujuan wisata dapat ditingkatkan berbagai atraksi baik kesenian, kegiatan wisata
yang menarik lainnya. Dengan tersedianya berbagai daya tarik wisata yang
diminati wisatawan akan mendorong wisatawan untuk menyusun program
perjalanannya lebih lama disatu daerah wisata akan sangat berpengaruh kepada
jumlah uang yang dibelanjakan wisatawan terhadap beberapa unsur-unsur
usaha pariwisata seperti makan, minum, menginap, transportasi dan
cinderamata. Khusus cinderamata yang dibeli wisatawan salah satunya yang
diharapkan adalah cinderamata dari hasil komoditi pertanian dan sejenisnya baik
yang berada di lokasi kawasan agro wisata, maupun yang secara terpisah dijual
masyarakat di luar lokasi agro wisata. Dengan demikian berbagai kegiatan
atraksi wisata yang dapat menjadi daya tarik wisata, perlu terus dikembangkan,
sebagai bagian penting untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi pariwisata
yang dihasilkan oleh peningkatan kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan,
dan belanja wisatawan dan sebagai bagian penting pula untuk meningkatkan
pendapatan para petani.
4) Daya dukung promosi
Banyak Negara menjadi terkenal oleh karena hasil komoditi pertanian yang
menyebar luas ke berbagai Negara dan dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
Thailand, New Zealand, Francis, dan lain-lain. Negaranegara tersebut terkenal
disebabkan salah satunya melalui keanekaragaman hasil komoditi pertanian.
Thailand dikenal menghasilkan durian, burung perkutut Bangkok, telah
membawa promosi Negara tersebut untuk mendatangkan wisatawan. New
Zealand dengan buah kiwinya, menjadikan Negara tersebut dikenal sebagai
Negara buah kiwi dan burung kiwinya dilindungi. Indonesia sebagai Negara
agraris, telah banyak diperkenalkan melalui berbagai komoditi pertanian,
peternakan, perikanan dan lain-lain, seperti berbagai jenis bunga anggrek, umbi
cilembu, dan lain-lain. Dengan berkembangnya agro wisata di satu daerah paling
tidak daerah tersebut akan terdorong menjadi terkenal dan menjadi perhatian
30 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

wisatawan untuk berkunjung ke Negara tersebut. Dampak yang cukup menarik
adalah adanya keterkaitan antara agro wisata dengan promosi pariwisata.
5) Meningkatkan produksi dan kualitas
Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan dasar bagi tumbuh
berkembangnya sektor pertanian dan sejenisnya. Pengelolaan agro wisata
dengan baik, setidaknya akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi
masing-masing komoditas yang diusahakan. Di samping itu kualitas dari
komoditas yang diusahakan yang dihasilkan oleh pengelola agro wisata, sangat
selektif dan menjadi perhatian pengelola. Segala sesuatu yang disajikan harus
memiliki kualitas, mengingat para wisatawan yang membeli hasil pertanian dan
sejenisnya akan mengkonsumsi dan membeli langsung, dengan demikian hanya
hasil pertanian yang berkualitas yang dapat menjadi daya tarik untuk dibeli dan
dikonsumsi.
2.11. Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Agro wisata
Dalam pengelolaan agro wisata, perlu mempertimbangkan secara seksama
beberapa aspek yang akan melatar belakangi keberhasilan pengelolaan agro
wisata, seperti :
a. Aspek sumber daya manusia
Sumber daya manusia, adalah merupakan pengelolaan ODTW agro wisata, oleh
karena SDM yang dibutuhkan di samping harus memiliki latar belakang
pendidikan dibidangnya, harus pula memiliki pengalaman yang luas dalam
mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan komoditas usaha pertanian
yang disajikan sebagai komoditi daya tarik wisata pengelolaannya berbeda
dengan hasil produksi pertanian pada umumnya. Faktor pengetahuan yang luas
dalam bidang pertanian, keterampilan dalam bercocok tanam, sikap terhadap
pekerjaan yang ditangani harus menjadi bagian penting bagi SDM yang bekerja
pada pengusahaan ODTW agro. Para petani memiliki skill dalam bercocok
tanam perlu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang ilmu tanaman,
tumbuhan untuk pengembangan informasi kepada pengunjung.
b. Aspek keuangan
Pada umumnya investasi dan permodalan usaha agro wisata, lebih dikaitkan
dengan usaha pertanian, peternakan, perikanan, holtikultura mengingat jenis
usaha pertanian tersebut lebih banyak dikelola dengan bantuan dana
pemerintah sebagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan produksi hasil
pertanian. Namun telah banyak pula pengusaha agro wisata yang dikelola pihak
swasta, yang secara mandiri mengembangkan usaha dibidang agro wisata
dengan investasi modal yang cukup besar. Investasi modal dibidang agro wisata
31 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

oleh pihak swasta/perorangan tersebut dalam rangka mengembangkan usaha
ekspor hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan, holtikultura, seperti
bunga potong, disamping dapat dinikmati sebagai keindahan, bertujuan pula
untuk ekspor. Dengan demikian aspek keuangan dalam pengelolaan agro wisata
merupakan kekuatan dasar yang akan menunjang terhadap kemajuan
perusahaan.
c. Aspek fasilitas, sarana, dan prasarana
Hasil komoditas berbagai usaha pertanian yang dimanfaatkan sebagai obyek
kunjungan bagi wisatawan, perlu ditunjang oleh tersedianya sarana dan
prasarana seperti jalan menuju ke ODTW agro, banyak yang kurang terpelihara,
mengingat lokasi agro wisata kadang-kadang jauh ke pedalaman atau berada di
lembah pegunungan dan bukit. Kadang-kadang jalan tersebut rusak, sehingga
mengakibatkan sulit untuk pengunjung menjangkau lokasi agro wisata,
disamping prasarana jalan, yang sering menjadi kendala untuk berkembangnya
ODTW agro wisata adalah listrik, air bersih dan telekomunikasi juga
keberadaannya cukup terbatas dan sulit untuk diakses.
Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara
lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana
transportasi di dalam lokasi agro wisata atau sarana transportasi menuju ke
lokasi areal penjualan aneka hasil agro wisata. Sebagai salah satu contoh
pengusahaan agro wisata Taman Buah Mekar Sari di Kabupaten Bogor yang
menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, dimana berbagai jenis buah dapat
dilihat dan dinikmati dan tersedianya berbagai sarana pendukung seperti
transportasi di lokasi, tempat hiburan dan lain-lain, memudahkan pengunjung
menikmati segala sesuatu yang disajikan pengelola, demikian pula keberadaan
taman bunga Nusantara di Kabupaten Cianjur telah membawa popularitas Kab.
Cianjur meningkat.
Sarana usaha pariwisata dalam bentuk rumah makan, hotel, pelayanan
informasi restaurant/agro wisata, sarana tersebut dibutuhkan bagi pengunjung
untuk memperoleh pelayanan makanan dan minum. Manakala pengunjung
mengelilingi ODTW agro wisata, demikian pula dengan ketersediaan sarana
akomodasi, sering kali dibutuhkan wisatawan/pengunjung manakala
kunjungannya membutuhkan tinggal lebih lama untuk memperoleh pengalaman
yang mendalam terhadap ODTW tersebut. Disamping itu, bagi pengelola agro
wisata, penyediaan sarana rekreasi untuk anakanak adalah merupakan
perpaduan fasilitas yang harmonis antara kebutuhan orang tua/dewasa dengan
kebutuhan anakanak. Pengelola ODTW agro wisata, sewajarnya tetap berpikiran
bahwa agro harus dapat dilayani dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan
32 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

wisata/pengunjung betah, tinggal lama di tempat tersebut dan mampu
menyeimbangkan kebutuhan berbagai karakteristik wisatawan.
d. Aspek pemilihan lokasi agro wisata
Perpaduan antara kekayaan komoditas pertanian dengan keindahan alam, dan
kehidupan masyarakat di pedesaan pada dasarnya memberikan nuansa
kenyamanan dan kenangan, dan pada gilirannya dapat mendorong kekayaan
ODTW di berbagai daerah.
Untuk menentukan lokasi agro wisata perlu adanya identifikasi terhadap wilayah
pertanian yang akan dijadikan ODTW/kawasan agro wisata dengan
mempertimbangkan beberapa faktor dominan seperti prasarana dasar, sarana,
transportasi dan komunikasi dan yang terpenting adalah identifikasi terhadap
peran serta masyarakat lainnya yang dapat menjadi pendorong berkembangnya
agro wisata.
Karakteristik pemilihan lokasi agro wisata yang perlu mendapatkan
pertimbangan antara lain, pemilihan lokasi berdasarkan karakteristik alam:
1) Dataran rendah
Pada umumnya dataran rendah memiliki iklim kering dan suhu udara panas dan
sering kali nuansa alam pada dataran rendah hampir tidak memiliki kehijauan
dan kenyamanan. Meskipun ada lahan kehijauan terbatas seperti padang
rumput yang luas. Karakteristik alam seperti ini, dapat digunakan untuk
mengembangkan agro wisata peternakan seperti domba, kuda, kambing.
Komoditi peternakan tersebut, tentunya harus diciptakan bermanfaat bagi
kunjungan wisatawan, oleh karena bilamana hanya sekedar peternakan tidak
memiliki daya tarik wisata, ada kemungkinan pengunjung/wisatawan tidak
berminat untuk berkunjung. Kegiatan event pariwisata seperti, ketangkasan seni
domba, karapan sapi, kerbau atau menunggang kuda, mungkin event yang
dapat dikembangkan oleh pengelola sebagai daya tarik bagi
pengunjung/wisatawan.
2) Dataran tinggi
Perbedaan yang sangat tampak antara dataran rendah yang digunakan sebagai
lokasi agro wisata dengan dataran tinggi adalah pada karakteristik dataran tinggi
biasanya memiliki topografi yang berbukit-bukit atau berupa wilayah pegunungan
yang beruntai dan dilatarbelakangi alam kehijauan yang indah, sejuk dan
nyaman. Dataran tinggi pada umumnya memiliki suhu yang nyaman, tanah yang
subur, terutama pada lereng gunung berapi, pada karakteristik dataran tinggi
dapat ditanami berbagai komoditi seperti bunga, sayuran, perkebunan teh,
tembakau, kopi dan lain-lain. Komoditas pertanian tersebut, banyak memikat
33 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

wisatawan untuk datang ke ODTW agro wisata seperti kawasan pertanian bunga
hias, bunga potong, tanaman sayuran, bahkan di daerah kawasan Wisata Alam
Endah-Ciwidey Kab. Bandung, di lokasi tersebut berkembang agro wisata
strawberry, dimana pengunjung dapat memetik sendiri untuk membelinya.
3) Kawasan sungai
Masyarakat pedesaan pada umumnya hidup akrab dengan sungai, oleh karena
sungai adalah satu sarana yang digunakan baik bagi kepentingan kehidupan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan yang lebih besar yaitu pengairan sawah
dan kegunaan lainnya.
Pada kehidupan masyarakat di pedesaan, sungai sering kali dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan event tradisional menangkap ikan. Event tersebut telah
banyak menjadi perhatian wisatawan, oleh karena pada event menangkap ikan
di sungai wisatawan diajak turut serta menangkap ikan. Upacara
membangkitkan minat para pengusaha atau donatur untuk menebar benih ikan
di sungai, agar pada waktunya wisatawan dapat menikmatinya melalui
memancing, kokodok, menjala ikan dan lain-lain.
4) Kawasan danau dan waduk
Danau lebih diartikan untuk sebuah tempat yang berproses alami dengan
tampungan air yang berasal dari sumber air alam (mata air), sedangkan waduk,
diartikan sebagai tempat yang luas, hasil rekayasa/teknologi tinggi. Keduanya
berfungsi sebagai reservoir (penampung air).
Danau dan waduk dapat berfungsi sebagai ODTW agro wisata yang berkaitan
dengan hasil ikan yang dipelihara baik di danau maupun di waduk. Upacara
menangkap ikan baik di waduk dan danau akan menjadi daya tarik wisata,
bilamana ditunjang dengan berbagai kegiatan yang melibatkan wisatawan,
seperti memancing, menjaring ikan dan hasil dari memancing, menjaring dapat
dibeli untuk dimasak dan dinikmati sebagai satu kegiatan rekreasi, di samping itu
di danau dan waduk dapat dikembangkan restaurant terapung yang menyajikan
aneka makanan yang terbuat dari ikan. Hal yang menarik pula bagi wisatawan
adalah bilamana pengelola agro wisata dapat menyediakan berbagai ragam ikan
hias sebagai cinderamata yang dapat dibeli oleh wisatawan.
e. Karakteristik tradisi para petani
Masyarakat petani dari sejak turun temurun telah melahirkan berbagai upacara
tradisi yang berkembang di tengahtengah mereka, dan diakui oleh masyarakat di
luar lingkungannya sebagai tradisi turun temurun yang dapat dipertahankan
keberadaannya. Sebagian masyarakat petani di beberapa daerah, masih dapat
mempertahankan cara mengolah sawah, ladang dengan cara tradisional yang
34 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dikenal sebagai kegiatan membajak sawah yang menggunakan kerbau sebagai
penghela bajak, kegiatan ini telah menarik wisatawan terutama mancanegara,
oleh karena mereka memperoleh pengalaman berharga dalam perjalanan
wisatanya. Daya tarik lainnya adalah peternakan bebek yang menggembala
bebeknya di pematang sawah ataupun ditempat terbuka lainnya dengan cara
tetap mempertahankan barisan bebeknya secara teratur. Banyak nilainilai tradisi
bertani di Indonesia yang perlu digali dan dikembangkan sebagai potensi agro
wisata.
f. Karakteristik agro industri
Agro industri merupakan bagian dari sektor industri, yang mengolah dan
merubah bahan mentah hasil pertanian menjadi produk antara dan produk alur
bagi konsumen.
Agro industri lebih menampilkan berbagai hasil dari komoditi pertanian baik
berupa makanan siap saji, maupun kegiatan atau proses dari terbentuknya
makanan tersebut, maupun aktivitas menanam buah, pohon dan lain-lain yang
menjadi daya tarik.
Banyak makanan ringan yang dikemas secara baik dari bahan-bahan yang
murah seperti keripik singkong, tape peyeum, dan lain-lain. Sedangkan agro
industri yang dapat dikembangkan lainnya adalah proses pembuat teh pada
pabrik teh, satu paket wisata yang ditawarkan oleh Hawari adalah mengunjungi
perkebunan NANAS, karena Hawari memiliki perkebunan disuguhi kegiatan dari
cara memilih bibit nanas, menanam nanas, cara memelihara nanas, dan
melakukan panen nanas dan diakhiri memasuki pabrik nanas untuk melihat cara
memproses nanas ke dalam kaleng, juice dan permen nanas serta, packing
berbagai jenis makanan nanas. Kegiatan/tour tersebut telah banyak menarik
minat wisatawan.
2.12. Model Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Agro
Wisata
2.12.1. Pengembangan Lanskap
Pengembangan lansekap ODTW agro wisata, harus berdasarkan kepada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dilakukan di kota, Kabupaten,
provinsi atau produk perencanaan lainnya yang mendukung dan menjadi dasar
pengembangan wilayah. Konsep dasar pengembangan lansekap meliputi :
a. Memanfaatkan dan melestarikan kawasan lindung yang menjamin fungsi
hidrologis serta sebagai pengendali pelestarian alam yang meliputi
35 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

kawasan lindung, kawasan hutan lindung setempat, kawasan suatu alam,
dan cagar budaya serta kawasan rawan bencana.
b. Mengembangkan kawasan budi daya pertanian lahan basah dan lahan
kering sebagai mata pencaharian pokok penduduk jangka panjang,
sekaligus pembentukan lansekap pertanian yang menunjang keindahan
dan keseimbangan alam, pengalihan lahan-lahan non pertanian diarahkan
pada lahanlahan yang tidak atau kurang produktif.
c. Mengembangkan kawasan-kawasan wisata baru sesuai dengan potensi
alam yang tersedia, selain mengembangkan obyek wisata yang telah ada,
perlu dikembangkan/ diversifikasi produk lainnya yang menjadi alternatif
daya tarik wisata seperti agro wisata di ODTW tertentu.
2.12.2. Zonasi Pengembangan Kawasan
Agro Wisata yang dikembangkan hendaknya mendukung terhadap upaya
diversifikasi produk wisata yang mendukung fungsi kawasan wisata dan
sekaligus memperhatikan budi daya pertanian. Pengembangannya dilakukan
berdasarkan potensi pertanian yang dimiliki dan peruntukan ruangnya sesuai
dengan RTDR dari masing-masing desa, di satu Kecamatan, sehingga fungsi
pariwisata dapat dilakukan sejalan dengan fungsi budi daya pertanian.
Pengembangan zonasi kewilayahan (RTRW) dikategorikan dalam beberapa
peletakan terdiri dari kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budi daya
pertanian dan kawasan non pertanian. Adapun penataan zonasi dimaksud,
meliputi:
a. Dalam kawasan lindung, peruntukan ruang adalah hutan lindung, hutan
suaka margasatwa dan cagar alam, dan hutan konservasi.
b. Dalam kawasan penyangga yaitu kawasan antara hutan lindung dan
kawasan budi daya pertanian adalah dalam bentuk perkebunan hutan
produksi terbatas.
c. Dalam kawasan budi daya pertanian, ruang diperuntukkan tanaman
tahunan, tanaman pangan lahan basah dan tanaman pangan lahan
kering.
d. Dalam kawasan non pertanian diperuntukkan untuk rekreasi, fungsi
pariwisata, pemukiman, dan industri.
Sedangkan dalam peletakan dan penataan zonasi yang berkaitan dengan
pengembangan ODTW agro wisata, penzonasian perlu dilaksanakan dengan
mengkombinasikan keindahan sumber daya alam sebagai ODTW dengan
potensi sumber daya pertanian sebagai ODTW agro. Untuk memperoleh kesan
36 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dan pengalaman wisatawan, penataan zonasi amatlah penting sebagaimana
dikemukakan Wallace (1995) suatu sistem zonasi yang terencana dengan baik
akan memberikan kualitas yang tinggi terhadap pengalaman pengunjung dan
memberikan lebih banyak pilihan yang akan mempermudah pengelola untuk
beradaptasi, terhadap perubahan pasar, untuk lebih jelasnya dapat dicermati
pada gambar berikut:

a. Dalam zona inti dapat dikembangkan berbagai kegiatan atraksi wisata
yang saling berkaitan dengan potensi sumber daya pertanian sebagai
ODTW agro. Area ini memiliki keunikan tersendiri (unique selling point).
b. Dalam zona penyangga lebih menitikberatkan atau memfokuskan kepada
penyangga yang dapat memperkuat kesan hijau, nyaman dan memiliki
nilai konservasi yang tinggi. Pada zona penyangga sebaiknya dihindari
bangunan-bangunan yang permanen, terbuat dari beton atau batu.
c. Dalam zona pelayanan, semua kegiatan dan penyediaan fasilitas yang
dibutuhkan oleh pengunjung atau wisatawan seperti restaurant, bisnis
centre hotel, pelayanan informasi, panggung kesenian, dan lain-lain.
d. Dalam zona pengembangan lebih menitikberatkan kepada kegiatan
penelitian pengembangan/budi daya dari masingmasing komoditi.
2.13. Fasilitas ODTW Agro
Pada umumnya fasilitas ODTW agro belum memiliki standar yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan wisatawan. Namun
dalam beberapa hal perencanaan fasilitas dapat mengacu kepada kebutuhan
pengunjung tersedia dan berdasarkan kepada pelayanan pengunjung yang
disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.

37 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Adapun untuk mendapatkan fasilitas yang dapat memenuhi pelayanan pada
ODTW agro dapat mempelajari karakteristik, meliputi:
1. Karakteristik wisatawan
a. Pola aktivitas wisatawan di ODTW agro wisata
Dari segi jenis wisatawan dibagi menjadi wisatawan nusantara dan wisatawan
mancanegara. Pola aktivitas wisatawan nusantara memiliki kegiatan :
a. Berwisata bersama keluarga
b. Berwisata secara rombongan
c. Berwisata dengan membawa makanan sendiri/piknik
d. Berwisata memakai kendaraan sendiri.
a. Aktivitas pengunjung di agro wisata
Pola aktivitas pengunjung di lokasi agro wisata, sangat bervariasi, dan memiliki
kekhususan tergantung dari jenis lokasi dan karakter dari agro wisata itu sendiri.
a. Aktivitas pengunjung dengan karakter agro wisata yang berada di
perbukitan dapat memadukan berbagai kegiatan, seperti :
1). Menikmati pemandangan/fotografi
2). Jalan-jalan, jogging, bersepeda
3). Bermain/rekreasi keluarga
4). Memetik buah-buahan, sayur mayor, menikmati
5). keindahan taman bunga
6). Menanam bibit
7). Berkemah
8). Kegiatan outbound
9). Mengamati lokasi flora
10). Membeli hasil agro wisata
b. Aktivitas pengujung dengan karakter dataran rendah dapat memadukan
berbagai kegiatan :
1) Menikmati pemandangan
2) Jalan-jalan, jogging, bersepeda
3) Berkemah
4) Horse riding
38 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

5) Mengamati lokasi flora
6) Membeli hasil agro wisata
7) Rekreasi keluarga/children play ground
8) Keliling kawasan dengan kendaraan khusus
9) Menanam dan membeli bibit komoditas pertanian
10) Menanam dan membeli bibit komoditas pertanian
11) Kegiatan outbound
12) Fotografi
13) Menikmati hasil agro wisata
c. Gambaran fasilitas yang dapat dikembangkan dalam lokasi agro wisata:
1). Pintu gerbang dan pintu masuk/keluar
2). Parkir di dalam lokasi
3). Pos keamanan
4). Tempat sampah
5). Masjid/musola
6). Kamar mandi/toilet
7). Rumah makan/restaurant
8). Wartel
9). Shelter
10). Toko cinderamata
11). Pusat informasi/TIC
12). Kendaraan warawiri
13). Jalan setapak
14). Panggung hiburan
15). Bangku penonton
16). Panggung pengamat
17). Gardu pandang
18). Jalan di dalam lokasi yang diperuntukkan bagi transportasi
mengelilingi lokasi
19). Brosur/guide book
20). Petunjuk arah
39 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

21). Lapang parkir di plaza
22). Museum botani
23). Perpustakaan
24). Shopping arcade/pertokoan
25). Loket karcis
26). Pramuwisata
27). Pengamanan, pos P3K, ambulance
28). Auditorium pemutaran film
29). Kantor pengelola
d. Unsur-unsur pengembangan ODTW agro wisata
d.1. Unsur pengembangan
Unsur pengembangan agro wisata dalam hal ini adalah mengemas berbagai
aktivitas pertanian sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan daya tarik
yang unik (Unique Selling Point) untuk disajikan sebagai ODTW agro wisata.
Secara garis besar ada 2 hal yang perlu dikemas menjadi satu paket wisata agar
dapat menarik wisatawan.
1) Budi daya
Berbagai budi daya mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman dan
pemeliharaan hingga panen dapat menjadi kegiatan-kegiatan yang sangat
menarik wisatawan apabila kita dapat mengemasnya menjadi satu kegiatan
yang unik atau langka. Pengertian unik atau langka disini adalah satu bentuk
kegiatan yang jarang atau bahkan sama sekali merupakan suatu pengalaman
baru bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung datang dari berbagai negara,
daerah yang memiliki latar belakang yang berbeda pula.
2) Penataan kawasan areal
Satu kawasan pertanian apabila akan dijadikan sebagai obyek agro wisata perlu
ditata sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan daya tarik. Penataan
kawasan tidak hanya ditujukan untuk memberikan kenyamanan bagi
pengunjung, namun juga memperhatikan segi-segi kelestarian lingkungan dan
kelestarian obyek.
Penataan kawasan dapat dilakukan dengan cara menerapkan sistem zonasi.
Pembagian zonasi ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan/kebun
dan menjaga keselamatan pengunjung.
40 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3) Program pengembangan agro wisata
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa sub sektor pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan program agro wisata, adalah
bunga hias, bunga potong, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan
perhutanan untuk lebih jelasnya dapat diuraikan, sebagai berikut:
a) Agro wisata perkebunan
Beberapa daya tarik perkebunan sebagai obyek wisata adalah: Pertama, daya
tarik historis bagi wisatawan yang berkaitan dengan unsur nostalgia seperti
wisatawan Belanda, Inggris yang sejak dulu memiliki lahan perkebunan yang
sangat luas di Indonesia. Ke-dua, pemandangan alam yang indah dan berhawa
sejuk. Ke-tiga, cara tradisional dalam penanaman, pemeliharaan dan
pengelolaan. Ke-empat, jenis tanaman langka (agro forestry) untuk menciptakan
agro wisata perkebunan ini, unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah:
(1) Budi daya tanaman perkebunan
Budi daya tanaman perkebunan umumnya mencakup kegiatan-kegiatan:
pengelolaan tanah dan persiapan tanam, pembibitan, penanaman, dan
pemeliharaan.
Pengelolaan tanah, adalah kegiatan melakukan pembersihan lahan
dari berbagai macam rumput, pohon, alang-alang yang dapat
mengganggu pertumbuhan bibit, juga akan menjamin kebun akan
bersih. Kebun yang bersih akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Pembibitan, untuk menjamin tanaman tumbuh baik dan seragam
diperlukan bibit yang baik, cara pembibitan baik yang konvensional
maupun dengan cara teknologi maju, menarik bagi wisatawan
untuk itu perlu adanya areal pembibitan yang dapat dikunjungi oleh
wisatawan dan dapat disajikan sebagai daya tarik wisata.
Pemeliharaan tanaman, pada beberapa jenis tanaman perkebunan
seperti teh, pemeliharaan cukup menarik terutama pada saat para
pemetik teh melakukan pemetikan teh yang memiliki cara
tersendiri, kadang-kadang memakai pakaian khas, kadang
merupakan daya tarik bagi para fotografer/pemotret dan cara
pemangkasan pohon teh juga dapat didemonstrasikan sebagai
daya tarik bagi wisatawan.
Pemetikan hasil (panen), pada perkebunan buah-buahan,
pemetikan buah yang sudah matang, menjadi kegiatan sendiri
wisatawan. Memetik buah merupakan kegiatan yang kadang-
kadang lupa waktu, oleh karena keasyikan wisatawan memetik
41 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

buah, seperti strawberry petik sendiri sangat menarik dan akan
berdampak kepada perolehan hasil petik dan mempengaruhi
pembayaran atas buah strawberry yang dipetik.
(2) Penataan kebun
Penataan kebun ODTW agro perkebunan tidak hanya diperuntukkan bagi
kenyamanan pengunjung, tapi juga harus memperhatikan segi-segi
kelestarian lingkungan (konservasi lahan) dan menjaga kemungkinan
tanaman rusak, oleh ulah pengunjung yang tidak tanggung jawab. Untuk
itu penataan kebun harus memperhatikan penataan zonasi dan peletakan
fasilitas yang dibutuhkan bagi pengunjung/ wisatawan, serta dapat
dikembangkan pola kelompok jenis tanaman.
b) Agro wisata tanaman bunga dan buah-buahan
Daya tarik kebun buah-buahan sebagai obyek wisata adalah letak kebun
buah dan bunga, terletak pada lokasi yang indah dan memiliki teknik budi
daya yang khas, cara pemeliharaan buah yang tradisional dan lain-lain:
unsur penting lainnya dalam menentukan agro wisata tanaman buah-
buahan adalah lokasi dan manajemen produksi
( 1) Lokasi
Lokasi kebun buah-buahan dan bunga seyogianya mudah dicapai,
mempunyai akses yang mudah. Oleh karena itu disamping
diperlukan sarana jalan dan kendaraan yang memadai, lokasi
kedua buah-buahan juga, sebaiknya tidak terlalu jauh dari jalan
raya. Dalam penataan lokasi agro wisata, kesan desa agro wisata
harus mulai nampak sejak pengunjung mulai memasuki lokasi.
( 2) Manajemen produksi
Buah dan bunga merupakan tanaman yang paling menarik bagi
agro wisata tanaman buahbuahan dan bunga, oleh karena itu hal
yang cukup penting adalah bagaimana cara mengatur agar
tanaman dapat berbuah sepanjang tahun, sehingga pengunjung
dapat menikmati buah dan memetik bunga, setiap saat, untuk
mengatur tanaman dapat berbuah setiap saat tersebut memang
diperlukan teknik budi daya yang khusus dan itupun masih
dipengaruhi oleh keadaan iklim.
Wisata kebun buah dan bunga pada prinsipnya untuk mengajak
pengunjung untuk melihat-lihat keasrian kebun menikmati buah,
menikmati keindahan bunga segar.
42 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

c) Agro wisata tanaman pangan
Daya tarik spesifik yang dapat dikembangkan bagi agro wisata tanaman
pangan adalah kegiatan budi daya secara tradisional seperti pengolahan
tanah dengan bajak (hewan) persemaian, penanaman panen dan pasca
panen. Pada musim panen di pedesaan terutama bagi masyarakat, tradisi
yang membuat kegiatan panen menjadi kegiatan menarik dan menjadi
unik adalah pesta panen atau seren taun. Seren Tahun adalah satu acara
budaya tradisi di tengah-tengah masyarakat Jawa Barat yang
diselenggarakan di beberapa daerah, merupakan upacara syukuran
petani atas keberhasilan panennya dengan upacara prosesi yang menarik
dan diiringi berbagai jenis kesenian, memberikan nuansa tersendiri bagi
yang melihatnya. Upacara tradisional masyarakat petani ini terdapat di
Sirna Resmi - Seren Taun, Ranca Kalong Ngalaksa Tasikmalaya
Naukeun Padi Kaleuit, dan lain-lain.
d) Agro wisata peternakan
Potensi ternak yang besar, disamping dapat menyuplai kebutuhan daging,
juga dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. Penampilan agro wisata
peternakan akan lebih menarik bilamana dipadukan dengan jenis agro
wisata lainnya seperti buah-buahan, bunga dan lain-lain, disamping
mengunjungi kebun buah dan bunga, wisatawan dapat pula melihat
proses pemerasan susu sapi atau cara pemeliharaan kelinci dan lain-lain.
e) Agro wisata perikanan
Jenis kegiatan perikanan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi obyek agro wisata, adalah budi daya perikanan darat, di sawah
yang lebih dikenal dengan mina padi, budi daya tambak ikan, udang dan
kegiatan perikanan laut.
Pada saat ini, kegiatan agro wisata perikanan lebih cenderung dalam
bentuk kegiatan memancing baik di kolam, sungai, danau dan laut.
Kegiatan memancing diberbagai tempat tersebut telah banyak menarik
minat wisatawan, seperti kegiatan memancing di laut tidak hanya berskala
nasional, bahkan berskala internasional dan bahkan pesertanya juga
datang dari berbagai Negara. Dampak kedatangan mereka ke satu lokasi
festival mancing, berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel, belanja
wisatawan dan terhadap sektor informal seperti pedagang di lokasi
dimana festival mancing diselenggarakan wisata, memancing di laut dapat
berbentuk wisata memancing dengan layang-layang, memancing dengan
bulu ayam, sebagai umpan di perairan Ujung Kulon sangat menarik.

43 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

f) Agro wisata perhutanan
Potensi perhutanan yang dapat dikembangkan menjadi obyek agro wisata
perhutanan adalah kawasan konservasi dan hutan rakyat, untuk kawasan
wisata pantai, pemanfaatan garis sepanjang pantai bagi agro wisata
perhutanan dapat berupa penghijauan tanaman pantai yang ditanam
sepanjang koridor pantai. Tanaman pantai seperti ketapak, hutan bakau,
akor, buton secara alami membentuk kehijauan dan membentuk alur-alur
air laut yang dapat dilalui oleh perahu. Agro wisata pada garis sepandan
pantai lebih mendorong terjadinya wisata ecotourism yang bermanfaat
bagi pendidikan lingkungan.
g) Pengelolaan hasil pertanian (agro industri)
Dalam upaya pengembangan agro industri, beberapa faktor dominan
yang perlu diperhatikan adalah penyediaan bahan baku, dan
pemanfaatannya serta cara pemasarannya. Agro industri atau kegiatan
pengelolaan hasil pertanian yang dimanfaatkan sebagai obyek agro
wisata lebih ditujukan pada upaya untuk memberikan keterampilan
penduduk dalam mengelola hasil pertaniannya menjadi bahan makanan
sebagai jasa boga/kuliner khas daerah setempat yang selanjutnya dapat
dijual sebagai cinderamata bagi wisatawan.
2.14. Pengembangan Pola Kemitraan
Salah satu tujuan pengembangan agro wisata adalah, antara lain untuk
meningkatkan kualitas masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar lokasi agro
wisata atau daerah tujuan wisata, karena manfaat pengembangan agro wisata
belum menjangkau masyarakat sekitarnya secara luas. Selama ini yang mampu
memanfaatkan dampak secara ekonomis atau komersial dari pengembangan
obyek agro wisata masih terbatas pada pengusaha atau investor yang
mengelola obyek agro wisata dengan modal besar. Kesempatan kerja dan
lapangan kerja baru yang tercipta dengan adanya obyek agro wisata tidak selalu
secara otomatis dapat dimanfaatkan atau dinikmati secara langsung oleh
masyarakat setempat, hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya permodalan
dan keterampilan masyarakat, sedangkan untuk memanfaatkan peluang
tersebut diperlukan permodalan dan keterampilan khusus, akibat lebih jauh
kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai kesenjangan sosial ekonomi yang
tajam serta kecemburuan sosial, oleh karena itu untuk tidak terjadinya
kesenjangan antara masyarakat petani dengan pemilik modal, maka upaya
mengembangkan kemitraan adalah salah satu cara yang dapat ditempuh dan
diharapkan dapat menyelaraskan pola hidup petani setempat dengan tidak
merubah sistem pertanian dan kepemilikan lahan petani secara total, namun
44 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

memberikan kesempatan kepada masyarakat berperan aktif dalam bentuk
kemitraan. Melalui kemitraan masyarakat akan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan baik dalam kebijakan program pengembangan agro wisata. Bentuk-
bentuk pola kemitraan, antara lain seperti:
1) Pola kemitraan inti plasma
2) Pola kemitraan bisnis
3) Pola kemitraan pengelolaan bersama
4) Pola kemitraan kerja terdidik
5) Pola kemitraan pengembangan usaha
b. Pembinaan masyarakat
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rangka pembinaan
masyarakat untuk menjadi sadar wisata antara lain adalah pendidikan, sosial,
agama, kebudayaan, ekonomi, adat istiadat. Apabila faktor-faktor tersebut sudah
memadai, dalam arti dapat memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan
agro wisata, maka masyarakat dengan sendirinya akan mudah menerima
program-program pengembangan agro wisata dan bahkan akan mendukung
sepenuhnya.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap hidup, tingkah laku,
wawasan dan daya adaptasi terhadap perubahan sosial ekonomi, sedangkan
agama akan memberikan warna terhadap sikap dan prilaku orang yang
bersangkutan, mereka akan menerima hal-hal yang positif dan menolak hal-hal
yang negatif dari akses program-program pengembangan agro wisata atas
dasar ketaatan dan pengetahuan agamanya. Melalui kebudayaan akan
mencerminkan sikap dan prilaku mewarnai kehidupan masyarakat melalui
keramah-tamahan dari Someah Hade Ka Semah, adalah salah satu ciri
harmonisasi kehidupan masyarakat Jawa Barat. Prilaku masyarakat yang
demikian akan sangat mudah untuk menerima siapapun pendatang yang
mengunjungi obyek agro wisata.
Faktor ekonomi turut menentukan pula terhadap taraf hidup masyarakat di
pedesaan. Makin tinggi tingkat ekonomi di pedesaan akan semakin tinggi cara
berpola hidup dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
2.15. Pengembangan Model Pembinaan
1) Cara pembinaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap yakni,
dilakukan sebelum daerah menjadi obyek agro wisata dan setelah
daerahnya menjadi obyek agro wisata. Pembinaan obyek agro wisata
adalah berupa pengarahan kepada setiap anggota masyarakat agar
45 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mempunyai persepsi yang sama dalam menghadapi berbagai
permasalahan manakala wilayahnya akan dijadikan agro wisata. Apabila
masyarakat mempunyai persepsi yang sama, maka mereka akan
memberikan sikap dan tingkah laku yang mendukung agro wisata.
Sedangkan pembinaan masyarakat telah menjadi agro wisata yang paling
penting adalah mengendalikan diri, artinya keberhasilan masyarakat
harus dipertahankan jangan sampai luntur.
2) Cara pembinaan masyarakat pengunjung yang penting adalah upaya
mengerahkan pengunjung agar bertingkah laku sadar wisata, contohnya
mereka tidak bersikap vandalisme, tidak merusak lingkungan, atau
membuang limbah sembarangan. Untuk mengatasinya, perlu mengetahui
karakteristik pengunjung sebab karakteristik pengunjung akan
mencerminkan sikap dan tingkah laku mereka di tempat mereka.
Dalam pola pembinaan agro wisata prinsip dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang maupun pengambil keputusan di bidang pertanian dan unsur-
unsurnya, serta kepariwisataan adalah agro wisata merupakan ODTW yang
memanfaatkan sumber daya alam, lingkungan dan keterlibatan masyarakat di
dalamnya. Oleh karena pertanian merupakan potensi bagi kehidupan
masyarakat, maka dengan berkembangnya agro wisata di satu desa, tidak
mempengaruhi pola kehidupan mereka baik dari sisi sosial, ekonomi dan
budaya, bahkan hasil yang diperoleh dari berkembangnya agro wisata harus
kembali kepada mereka (masyarakat).

46 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. Administrasi Dan Geografis
Kabupaten Malang secara geografis terletak antara 112
0
17, 10.90 Bujur Timur
dan 122
0
57, 00,00 Bujur Timur dan antar 74
0
4, 55,11 Lintang Selatan dan 8
0
26,
35,45 Lintang Selatan. Dengan luas wilayah sekitar 324.423 Ha, Kabupaten
Malang terletak pada urutan luas terbesar kedua setelah Kabupaten Banyuwangi
dari 38 kabupaten/kota di wilayah Propinsi Jawa Timur. Secara geografis
Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi bagian tengah Propinsi
Jawa-Timur. Kawasan ini dikelilingi oleh pegunungan, yaitu Pegunungan
Tengger di sebelah timur, Kabupaten Blitar dan Gunung Kelud di sebelah barat
serta Gunung Arjuna dan Welirang dibagian utara.
Kabupaten Malang dibatasi oleh 6 (enam) wilayah administasi kabupaten dan
Samudera Indonesia. Letak Kabupaten Malang terhadap Propinsi Jawa Timur di
sebelah selatan dan berjarak 98 km dari Ibukota Propinsi (Surabaya). Secara
administrasi Kabupaten Malang terbagi dalam 33 Kecamatan yang terdiri dari 12
kelurahan dan 378 desa. Batas administrasi Kabupaten Malang antara lain:
Sebelah Utara : Kota Batu, Kabupaten Jombang, Mojokerto, dan Pasuruan
Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri
3.2. Topografi
Jika dilihat dari topografinya, Kabupaten Malang terdiri dari gunung-gunung dan
perbukitan. Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan potensi hutan yang
besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup, yang mengalir sepanjang
tahun melalui sungai-sungainya mengairi lahan pertanian. Beberapa gunung
yang terdapat di wilayah Kabupaten Malang yang telah dikenal dan telah diakui
secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 m) gunung yang tertinggi di Pulau
Jawa, Gunung Welirang (3.156 m) dan Gunung Arjuno (3.339 m), deretan
pegunungan Putri Tidur. Di bagian selatan merupakan pegunungan yang
merupakan deretan pegununan selatan Pulau Jawa.
Berdasarkan kelerengan wilayah Kabupaten Malang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
47 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

a. Kelerengan 0 2% meliputi Kecamatan Bululawang, Gondanglegi,
Tajinan, Turen, Kepanjen dan Pakisaji dengan luas 52.607,78 Ha atau
15,71% dari luas seluruh Kabupaten Malang.
b. Kecamatan Singosari, lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit,
Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur,
Ngajum dan Gedangan merupakan wilayah dengan kemiringan 2 15 %
dan luasannya adalah 119.030,80 Ha atau 35,56 % dari luas seluruh luas
Kabupaten Malang.
c. Kelerengan antara 15 40 % meliputi daerah seluas 73.110,72 Ha atau
21,84 % dari seluruh luas Kabupaten Malang. Kecamatan-kecamatan
yang wilayahnya sebagian besar berada pada kelerengan tersebut adalah
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Wagir, Wonosari. Daerah dengan
kelerengan ini merupakan daerah yang harus dihutankan karena
mempunyai fungsi sebagai perlindungan terhadap tanah dan air dan
menjaga ekosistem lingkungan hidup.
Daerah dengan kelerengan diatas 40% di Kabupaten Malang meliputi areal
seluas 90.037,70 Ha atau 26,89% dari seluruh luas Kabupaten Malang.
Kecamatan-kecamatan yang berada pada kelerengan tersebut meliputi
Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak,
Ampelgading, Tirtoyudo, dan Kotib Batu.
Sedangkan ditinjau dari ketinggian wilayah, Kabupaten Malang terletak antara 0
sampai 2000 meter di atas permukaan laut dan menunjukan keadaan yang
bervariasi yaitu kondisi landai sampai kondisi pegunungan. Wilayah yang datar
sebagian besar terletak di Kecamatan Bululawang, Godanglegi, Tajinan,Turen,
Kepanjen, Pagelaran dan Pakisaji, serta sebagian Kecamatan Singosari,
Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak,
Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum dan Gedangan.
Wilayah bergelombang terletak diwilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan
Wonosari. Daerah yang terjal atau perbukitan sebagian besar terletak di
Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak,
Ampelgading, dan Tirtoyudo.
Tabel 3.1 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Lereng Di Kabupaten Malang
No Klasifikasi Lereng
Luas
Ha %
1. 0 - 2 % 52.607,78 15,71
2. 2 - 15 % 119.030,80 35,56
3. 15 - 40 % 73.110,72 21,84
4. > 40 % 90.037,70 26,89
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Malang
48 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


Gambar 3.1 Orientasi Kabupaten Malang Terhadap Provinsi Jawa Timur
Gambar 3.2 Administrasi Kabupaten Malang
49 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3.3. Geologi
Ditinjau dari struktur geologinya, Kabupaten Malang menunjukkan sebagian
besar wilayahnya terbentuk dari hasil gunung api kwarter muda yang meliputi
areal seluas 148.152,52 Ha atau 44,25 % dari seluruh luas Kabupaten Malang
sedangkan sebagian kecil adalah miosen facies baru gamping dengan luas
90.884,00 Ha atau 27,15% dari seluruh luas Kabupaten Malang.
Tabel 3.2 Luas Daerah Berdasarkan Struktur Geologi Di Kabupaten Malang
No. Struktur Geologi
Luas
Ha %
1. Hasil gunung api kwarter muda 145.152,52 44,25
2. Hasil gunung api kwater tua 41.741,61 12,47
3. Miosen facies gamping 90.884,00 27,15
4. Miosen facies sedimen 12.834,00 3,83
5 Alivium 40.135,87 11,99
6. Waduk 1.039,00 0,31
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : Hasil Perhitungan Peta Geologi
3.4. Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Malang terdiri dari jenis tanah andosol,
latosol, mediteran, litosol, alluvial, regosol dan brown forest. Penyebaran jenis
tanah ini tidak seluruhnya tersebar di Kecamatan-kecamatan yang ada di
Kabupaten Malang. Luas dan sifat tanah di Kabupaten Malang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Luas Kabupaten Malang Berdasarkan Jenis Tanah
No Jenis Tanah
Luas
Sifat Tanah
Ha %
1. Andosol 43.783,42 13,08 Subur, mudah erosi
2. Latosol 86.260,36 25,77
Tanah subur, tanah erosi potensi
untuk tanaman perkebunan
3. Mediteran 55.881,30 16,67
Mudah kena erosi, umumnya
daerah hutan
4. Litosol 69.133,25 20,65
Mudah kena erosi umumnya
daerah hutan
5. Alluvial 28.003,25 8,36
Potensi untuk pertanian umumnya
daerah hutan
6. Regosol 45.654,17 13,64
Daerah subur dan potensi untuk
pertanian tinggal
7. Brown Forest 6.142,25 1,83
Potensi pertanian rendah kurang
dapat menyerap air
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Malang

50 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3.5. Kemampuan Tanah
Kemampuan tanah di Kabupaten Malang adalah identifikasi unsur-unsur yang
sangat berpengaruh terutama untuk jenis-jenis penggunaan lahan yang ada
diatasnya. Adapun unsur-unsur fisik yang ada diatasnya meliputi :
A. Kedalaman Efektif Tanah
Di Kabupten Malang sebagian besar wilayahnya berdasarkan kedalaman
efektif tanah berada pada kedalaman lebih dari 90 cm yang mencakup
areal seluas 278.925,56 Ha atau sebesar 83,31 % dari seluruh luas
Kabupaten Malang, serta hampir seluruh kecamatan di Kabupaten
Malang, wilayahnya sebagian besar terletak pada kedalaman lebih dari 90
cm. Wilayah dengan kedalaman ini baik bagi pertumbuhan perakaran
tanaman. Kedalaman 60-90 cm di Kabupaten Malang meliputi areal
seluas 35.528,89 Ha atau 10,61 % dari seluruh luas Kabupaten Malang.
Wilayah ini baik untuk tanaman semusim dan cukup baik untuk tanaman
keras atau tahunan. Wilayah yang berada pada kedalaman 30-60 cm di
Kabupaten Malang adalah seluas 17.804,55 Ha atau 5,32 % dari seluruh
luas Kabupaten Malang. Kondisi yang demikian ini cukup baik untuk
tanaman keras/tahunan. Dan luas wilayah di Kabupaten Malang yang
berada pada kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm adalah seluas
2.528,00 Ha atau 0,76% dari seluruh luas Kabupaten Malang. Pada
wilayah ini masih memungkinkan diusahakan tanaman semusim, tetapi
pada kedalaman 0-10 cm tidak baik untuk pertumbuhan tanaman.
Tabel 3.4 Luas Daerah Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah di Kabupaten
Malang
No
Klasifikasi Kedalaman Efektif
Tanah
Luas
Ha %
1. > 90 cm 278.925,56 83,31
2. 60 - 90 cm 35.528,89 10,61
3. 30 - 60 cm 17.804,55 5,32
4. < 30 cm 2.528,00 0,76
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Malang
B. Drainase
Kabupaten Malang yang merupakan daerah dataran tinggi memiliki
drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air, kecuali pada
dataran-dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Di
wilayah ini terdapat genangan air berupa waduk Karangkates dan
Selorejo yang menjadi muara drainase dari berbagai wilayah.

51 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

C. Erosi
Di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa sebagian wilayahnya tidak
ada erosi yang meliputi areal seluas 276.861,10 Ha atau 82,70 % dari
seluruh luas Kabupaten Malang dan yang tererosi adalah seluas
57.925,90 Ha atau 17,30% dari seluruh luas Kabupaten Malang, daerah-
daerah yang tererosi di Kabupaten Malang yang ada di Kecamatan
Gedangan, Bantur, Ampelgading dan Sumbermanjing Wetan.
Tabel 3.5 Luas Daerah Berdasarkan Erosi Di Kabupaten Malang
No Klasifikasi
Luas
Ha %
1. Ada erosi 75.925,90 17,30
2. Tidak ada erosi 276.861,10 82,70
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Malang
D. Tekstur Tanah
Pada umumnya luas wilayah di Kabupaten Malang sebagian besar adalah
bertekstur sedang 248.142,51 Ha atau 74,12 % dari luas wilayah. Tanah
dengan tekstur halus mempunyai luas wilayah sebesar 82.944,49 Ha atau
24,79 % sedangkan tanah dengan tekstur kasar mempunyai luas sebesar
3.650,00 Ha atau 1,09 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Malang.
Tabel 3.6 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Tekstur Tanah Di Kabupaten
Malang
No Klasifikasi Tekstur Tanah
Luas
Ha %
1. Halus 82.994,49 24,79
2. Sedang 248.142,51 74,12
3. Kasar 3.650,00 1,09
Jumlah 334.787,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Malang
3.6. Klimatologi
Kabupaten Malang dikenal sebagai daerah yang sejuk dan banyak diminati
sebagai tempat tinggal dan peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat
pemerintahan kecamatan 524 mdpl, suhu udara rata-rata Kabupaten Malang
masih relatif rendah. Pada tahun 2005 rata-rata suhu udara yang dicatat dari 6
stasiun klimatologi berkisar antara 20,93
0
C - 25,43
0
C, dengan curah hujan 131,6
mm 231,1 mm. Dibawah ini adalah Tabel data klimatologi yang diambil dari
Pos Staklim Karangploso tahun 2005.


52 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3.7. Hidrologi
Kabupaten Malang dilalui beberapa sungai besar dan anak sungai, anak-anak
sungai yang ada sebagian dari Kali Brantas dan Kali Konto, sungai-sungai
tersebut ada beberapa yang masuk di waduk-waduk Karangkates dan Selorejo,
ada juga yang masuk Samudra Indonesia dan Laut Jawa. Sungai-sungai besar
yang ada di Kabupaten Malang antara lain adalah S. Konto, S. Brantas, S.
Bango, S. Amprong, S. Lesti, S. Contong, S. Manjing, S. Lidik, S. Purwo, S.
Sumberduren, S. Kedungbanteng, S. Bambang, S. Bangkong, S. Barek, S.
Sempor, S. Donowarih, S. Kondogo, S. Lahor.
Dari data yang ada di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1
sampai di atas 200 liter/detik, debit tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan
Pakis (1.100 liter/detik). Sedangkan kecamatan yang memiliki debit air lebih dari
200 liter/detik adalah mata air yang ada di Singosari, Tumpang, Pakis,
Gondanglegi, Sumberpucung, Ngajum, Wagir, Dampit dan Ampelgading.
Sedangkan kondisi hidrologi mikro di Kabupaten malang dipengaruhi oleh
saluran drainase baik primer, sekunder, tersier, dan saluran lingkungan yang
bermuara pada sungai besar tersebut. Untuk lebih jelas mengenai kondisi
hidrologi di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Peta 3.3
3.8. Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan tanah di Kabupaten Malang didominasi lahan berupa tegal/kebun
seluas 102.219 Ha. Penggunaan lahan lainnya yang cukup dominan adalah
hutan, kemudian secara berturut-turut adalah sawah, pemukiman, lain-lain,
perkebunan, padang rumput, tambak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
3.7 berikut ini.
53 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


Tabel 3.7 Penggunaan Lahan di Kabupaten Malang Tahun 2005
No Kecamatan
Pe
mukim
an
(ha)
Sawah
(ha)
Tegal
Kebun
(ha)
Perkebunan
(ha)
Hutan
(ha)
Padang
Rumput
(ha)
Tambak
(ha)
Lain
nya
(ha)
Jumlah
(ha)
1 Donomulyo 2.507 2.018 8.192 0 4.990 0 0 1.997 19.704
2 Kalipare 2.247 561 5.640 0 2.828 0 0 196 11.472
3 Pagak 1.575 500 2.685 0 0 0 0 1.836 6.596
4 Bantur 2.603 1.253 8.013 583 3.533 0 0 9.044 25.029
5 Gedangan 665 761 8.465 0 4.700 0 0 0 14.591
6 Sumbermanjing 2.165 849 7.802 3.284 7.926 1.924 0 6.954 30.904
7 Dampit 1.654 2.676 2.045 0 3.212 0 0 3.137 12.724
8 Tirtoyudo 1.582 509 3.761 1.915 6.150 0 40 313 14.270
9 Ampelgading 562 407 4.915 0 512 0 0 2.397 8.793
10 Poncokusumo 1.810 1.470 6.576 0 8.000 0 0 987 18.843
11 Wajak 1.361 1.495 3.658 1.963 50 0 0 0 8.527
54 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

No Kecamatan
Pe
mukim
an
(ha)
Sawah
(ha)
Tegal
Kebun
(ha)
Perkebunan
(ha)
Hutan
(ha)
Padang
Rumput
(ha)
Tambak
(ha)
Lain
nya
(ha)
Jumlah
(ha)
12 Turen 1.654 2.434 1.895 0 30 0 0 638 6.651
13 Bululawang 881 1.960 1.838 0 62 0 0 204 4.945
14 Gondanglegi 728 3.245 1.412 0 0 0 0 1.804 7.189
15 Pagelaran 1.298 2.650 493 0 0 0 0 0 4.441
16 Kepanjen 999 2.404 780 0 0 0 0 142 4.325
17 Sumberpucung 837 1.873 279 0 177 41 0 594 3.801
18 Kromengan 747 1.708 1.118 0 0 0 0 548 4.121
19 Ngajum 1.749 1.728 2.548 0 60 0 0 416 6.501
20 Wonosari 888 1.074 1.936 943 17.500 0 0 3 22.344
21 Wagir 1.045 1.316 3.077 0 1.407 0 0 0 6.845
22 Pakisaji 1.095 1.817 350 0 0 0 0 0 3.262
23 Tajinan 716 1.642 1.770 0 0 0 0 15 4.143
24 Tumpang 943 1.505 2.708 0 0 0 0 969 6.125
55 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

No Kecamatan
Pe
mukim
an
(ha)
Sawah
(ha)
Tegal
Kebun
(ha)
Perkebunan
(ha)
Hutan
(ha)
Padang
Rumput
(ha)
Tambak
(ha)
Lain
nya
(ha)
Jumlah
(ha)
25 Pakis 1.059 1.914 1.890 0 0 0 0 496 5.359
26 Jabung 1.108 1.154 3.431 1.318 1.449 0 0 0 8.460
27 Lawang 1.207 705 3.031 1.048 0 0 0 865 6.856
28 Singosari 1.983 1.729 3.292 1.069 3.146 0 0 350 11.569
29 Karangploso 796 1.361 1.000 200 1.516 0 0 92 4.965
30 Dau 394 518 1.384 0 400 0 0 5 2.701
31 Pujon 624 901 2.225 0 5.000 0 0 0 8.750
32 Ngantang 1.037 1.162 2.396 0 9.591 389 0 247 14.822
33 Kasembon 485 684 1.614 0 0 0 0 2.012 4.795
Jumlah 41.004 47.983 102.219 12.323 82.239 2.354 40 36.261 324.423
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang
56 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3.9. Struktur Tata Ruang Kabupaten Malang
Dalam struktur tata ruang wilayah ditetapkan model regionalisasi atau
pembentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Setiap SSWP
memiliki wilayah pendukung memiliki kelengkapan beberapa fasilitas penunjang
sosial-ekonomi dalam skala pelayanan sub-regional. Sistem rata ruang
Kabupaten Malang terdiri atas 8 SSWP sebagai berikut :
1. SSWP Lingkar Kota Malang
Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Dau, Karangploso,
Singosari, Pakisaji, Wagir, Tajinan, Bululawang dan Pakis dengan
orientasi pelayanan ke Kota Malang.
2. SSWP Lawang
Wilayah pengembangan Lawang hanya terdiri dari Kecamatan Lawang
karena wilayah ini mampu melayani wilayahnya sendiri.
3. SSWP Ngantang
Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Ngantang, Pujon dan
Kasembon dengan pusat pelayanan di Kecamatan Ngantang.
4. SSWP Tumpang
Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Poncokusumo,
Wajak dan Jabung.
5. SSWP Dampit
Wilayah pengembangan Dampit meliputi Kecamatan Turen, Dampit,
Sumbermanjing Wetan, Ampelgading dan Tirtoyudo dengan pusat
pelayanan di Turen dan Dampit.
6. SSWP Kepanjen
Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Wonosari, Kecamatan
Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan
Sumberpucung, Kecamatan Kalipare dan Kecamatan Kepanjen.
7. SSWP Gongdanglegi
Wilayah pengembangan ini terdiri dari Kecamatan Gondanglegi,
Kecamatan Gedangan, Kecamatan Pegelaran dan Kecamatan Bantur
dengan pusat pelayanan di Kecamatan Gondanglegi
8. SSWP Donowulyo
Wilayah pengembangan Donomulyo hanya terdiri dari Kecamatan
Donomulyo karena wilayah ini mampu melayani wilayahnya sendiri.
57 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB IV
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
KABUPATEN MALANG
4.1. Kondisi Pariwisata di Kabupaten Malang
Kabupaten Malang ternyata memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di
seluruh wilayah kabupaten. Obyek wisata di Kabupaten Malang terdiri atas
obyek wisata alarn, obyek wisata buatan, dan obyek wisata budaya.
Jenis Obyek Wisata
a. Obyek Wisata Alam
Wisata Laut Bahari
Pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo;
Pantai Modangan di kecamatan Donomulyo;
Pantai Jonggring Satoka di Kecamatan Donomuiyo;
Kondang Bandung di kecamatan Donomulyo;
Pantai di kecamatan Donomulyo;
Kondang Iwak (Tulungrejo) di kecamatan Donomulyo;
Pantai Balekambang di Kecamatan Bantur;
Pantai Kondang Merak di Kecamatan Bantur;
Pantai Sendangbiru;
Pantai Tamban di desa Tambakrejo Kec. Sumbermanjing Wetan;
Pantai Tambakasri di Desa Tambakasri Kec. Sumbermanjing
Wetan;
Pantai Licin di desa Lebakharjo Kecamatan Ampelgading;
Pantai Lenggosono di desa PurwoDarii Kecamatan Tirtoyudo;
Pantai Sipelot di desa Pujiharjo Kecamatan Tirtoyudo;
Pantai Wonogoro di kecamatan Gedangan;
Pantai Bajul Mati di kecamatan Gedangan;
Pantai Ngantep di kecamatan Gedangan;
Pantai Ngujel di Desa Sindurejo di kecamatan Gedangan.
Wisata gunung
Hutan
58 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Kebun teh di desa Wonorejo dan Sumber Ponaman Kec. Lawang;
Agrowisata (taraf pembangunan) Desa Argoyuwono Kec.
Ampelgading;
Gunung Kawi (wana wisata G. Kawi) di Kecamatan Wonosari.
Air Terjun
Coban Rondo di Kecamatan Pujon;
Coban Talun di Kecamatan Pujon;
Coban Glotak di Desa Dalisodo Kecamatan Wagir;
Coban Pelangi di Kecamatan Poncokusumo;
Air terjun Kalijahe di Kecamatan Jabung;
Coban Ondrokilo (Kecamatan Jabung).
Sumber Air
Sumber air di Gunung Ronggo di Kecamatan Tajinan;
Sumber Andeman di desa Sanankerto Kecamatan Turen;
Sumber air Pamotan di desa Pamotan Kecamatan Dampit;
Sumber air di Jambangan, desa Jambangan Kecamatan Dampit;
Embung di desa Sukodono Kecamatan Dampit;
Sumber Ubalan di Kecamatan Ngajum;
Sumber Urip di Kecamatan Ngajum;
Sumber Manggis di Kecamatan Ngajum;
Waduan (belum dikembangkan) di Kecamatan Gondanglegi;
Sumber Taman (karangsuko) di Kecamatan Pagelaran - Sumber
Maron di Kecamatan Pagelaran.
Wisata danau
Bendungan Selorejo di Kecamatan Ngantang;
Rawa indah di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
Bendungan Sengguruh di kecamatan Pagak;
Bendungan Sutami di Kecamatan Sumberpucung;
Bendungan Lahor di Kecamatan Sumberpucung;
Umbulan di kecamatan Jabung.
b. Obyek Wisata Budaya
Obyek wisata budaya yang ada di Kabupaten Malang sangat banyak dan hal ini
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata disamping sebagai
59 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pengembangan ilmu pengetahuan ini. Obyek ini dapat berupa artifak atau
bangunan peninggalan sejarah/benda purbakala dan atraksi tari atau kerajinan.
Obyek tersebut adalah sebagai berikut:
Wisata atraksi
Pembuatan topeng di Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji;
Tari Topeng Malangan dan Kecamatan Pakisaji;
Upacara satu suroan di Ngliyep kecamatan Bantur;
Labuhan di Balekambang Kecamatan Bantur;
Upacara Syawalan yang diselenggarakan setiap bulan Syawal di
Pantai Tamban Kecamatan Sumbemanjing Wetan;
Wisata artefak, permukiman adat, candi (situs).
Candi
Candi Badut di Kecamatan Dau;
Candi Jago di Kecamatan Tumpang;
Candi Kidal di Desa Kidal Kecamatan Tumpang;
Candi Singosari di Kecamatan Singosari;
Stupa Sumberawan di Kecamatan Singosari;
Candi Trapsewu di Kecamatan Ampelgading;
Candi di Kecamatan Kasembon.
Pemukiman adat
Desa wisata Ngadas di kecamatan Poncokusumo;
Desa Wisata di sebelah selatan Kondangmerak Kecamatan Bantur.
Bangunan budaya
Sanggar seni Mangun Dharma di Kecamatan Tumpang;
Balai Budaya Singosari merupakan pusat penataran tari dan
penyimpanan/pelestarian benda-benda purbakala;
Kraton di kecamatan Wonosari.
Wisata religius
Makam Suryo Alam (pusat kepercayaan seluruh Indonesia) di
Kecamatan Ngajurn;
Makam Mbah Putri (sumber judo) di kecamatan Ngajum;
Makam di Gunung Kawi di Kecamatan Ngajum;
Makam Eyang Tomo di Kecamatan Kromengan;
60 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pura di Pulau lswoyo (P. Anoman) Kecamatan Bantur;
Wisata religius Kristen (Sendang Purwaningsih) di Kec.Donomulyo.
c. Obyek Wisata Buatan
Potensi wisata lain yang terdapat di Kabupaten Malang adalah taman wisata.
Potensi tersebut antara lain adalah:
Pemandian Sengkaling di Desa Mulyoagung Kecamatan Dau;
Pemandian Lembah Dieng di Desa kalisongo Kecamatan Dau;
Puncak Dieng di Kecamatan Dau;
Pemandian Kendedes Di Kecamatan Singosari;
Pemandian Metro di Kecamatan Kepanjen;
Pemandian Dewi Sri di Kecamatan Pujon;
Pemandian Wendit di Kecamatan Pakis;
Pemandian Kalisongo di Kecamatan Dau;
Pemandian Wringinsongo di Kecamatan Tumpang;
Pemandian Jenon di Kecamatan Tajinan;
Taman Burung Jeru di Kecamatan Tumpang;
Pemandian Polaman di Kecamatan Dampit;
Bumi Perkemahan Ledokombo di Kecamatan Poncokusumo;
Kolam Pemandian Sumber tempur di Kecamatan Poncokusumo.
4.2. Potensi dan Masalah Kepariwisataan di Kabupaten Malang
Berdasarkan kondisi seluruh obyek wisata yang ada di Kabupaten Malang, maka
dapat disimpulkan potensi dan permasalahan makro yang dijumpai dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Malang ini.
Masalah eksternal utama yang menghambat perkembangan pariwisata di
Kabupaten Malang adalah kurangnya informasi pada wisatawan regional
sehingga wisatawan yang datang ke obyek wisata adalah wisatawan lokal.
Masalah eksternal lainnya adalah kurang terkaitnya obyek-obyek wisata di
Kabupaten Malang dengan obyek-obyek wisata regional.
Secara umum, potensi obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Malang memiliki
jumlah yang cukup banyak, dan setiap obyek memiliki kelebihan tersendiri,
terutama pada obyek wisata Pantai Selatan, pegunungan dan wisata budaya.
Pada beberapa obyek, terutama pada lokasi wisata alam air terjun memiliki
lahan yang subur, sehingga memungkinkan untuk dijadikan lokasi agrowisata.
Namun demikian ternyata selain potensi yang dimiliki, obyek-obyek wisata
tersebut memiliki banyak kekurangan, yaitu :
61 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

1. Variasi obyek wisata yang ada di Kabupaten Malang kurang beragam.
Meskipun memiliki jumlah banyak, tetapi yang rnemiliki kekhasan
tersendiri hanya beberapa, yaitu Balekambang, Ngliyep, dan rangkaian
Pantai Lenggosono - Pantai Sipelot -Pantai Wediawu.
2. Jarak obyek wisata terutama wisata pantai jauh dari pintu gerbang wisata
untuk Kabupaten Malang, yaitu Kotamadya Malang.
3. Aksesibilitas untuk kawasan wisata di Malang bagian Selatan relatif
rendah, karena kurang ditunjang oleh prasarana jalan dan sarana
transportasi yang kurang baik.
4. Pengembangan obyek-obyek wisata yang sebenarnya dapat
dikembangkan sangat terbatas, karena adanya lahan-lahan produktif
(tambak) yang berada di lokasi tersebut.
5. Lokasi masing-masing obyek yang tersebar dan memiliki jarak yang jauh
menyebabkan sulitnya pengembangan suatu Zona wisata yang terpadu.
6. Banyaknya lokasi obyek wisata yang merupakan bagian dari tanah milik
Perum Perhutani, sehingga pihak swasta sulit dilibatkan dalam
pengembangan obyek-obyek wisata.
7. Pada obyek-obyek yang sudah dikembangkan, pengaturan ruangnya
masih kurang teratur, sehingga mengurangi daya tarik obyek.
8. Pada obyek-obyek yang sudah dikembangkan, kurang dikelola dengan
baik (karena keterbatasan dana), sehingga mengurangi pelayanan pada
para wisatawan, yang mengakibatkan menurunnya kunjungan wisatawan
ke obyek wisata tersebut.
9. Pengaturan di sekitar beberapa lokasi obyek wisata yang kurang baik
mengurangi daya tarik obyek wisata tersebut.
Pada beberapa obyek yang telah dikembangkan ternyata tidak ditunjang dengan
sistem utilitas yang balk, sehingga mengganggu/mengurangi kenyamanan
wisatawan dalam berwisata.
Tabel 4.1. Potensi dan masatah pada Obyek Wisata Di Kabupaten Malang
No Obyek Wisata Masalah Potensi
1 Pantai
Balekambang
Asesibilitas masih kurang
Kurangnya pemeliharaan
fasilitas yang ada.
Utilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Atraksi wisata berupa
upacara ritual
2 Pantai Ngliyep Asesibilitas masih kurang
Kurangnya pemeliharaan
fasilitas yang ada.
Utilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Atraksi wisata berupa
upacara ritual
62 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3 Pantai Sendang
Biru
Kurangnya pemeliharaan
fasilitas yang ada.
Kurangnya prasana fasilitas
penunjang
Pemandangan pantai
yang indah Dekat
dengan Pulau Sempu
Dekat dengan TPI
Aksesibilitas yang
cukup mudah
4 Pantai Bajul Mati Asesibilitas masih kurang
Fasilitas masih kurang
Kurang dikembangkan
Jaringan utilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Banyak lahan yang
dapat dikembangkan
5 Pantai Wonogoro Asesibilitas masih kurang
Fasilitas masih kurang
Belum dikembangkan secara
optimal
Atraksi wisata masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Pantai yang luas dan
memanjang
6 Pantai Tamban Asesibilitas masih kurang
dengan kondisi jalan yang
curam
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah Banyaknya
daerah pertarnbakan.
Dekat dengan desa
nelayan
7 Pantai Tambakasri Asesibilitas masih kurang
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah.
Pasir putih Ombak
tidak terlalu besar
8 Pantai Sipelot Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Pemandangan pantai
yang indah.
Aksesibilitas yang
mudah dijangkau
Dekat dengan
kampung nelayan
9 Pantai Licin Asesibilitas masih kurang
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Pemandangan pantai
yang indah.
Pantai yang cukup
luas
63 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

10 Pantai Lenggosono Asesibilitas masih kurang
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Pemandangan pantai
yang indah.
Pantai yang cukup
luas
Dekat dengan
kampong nelayan
11 Pantai Jonggring
Saloko
Asesibilitas masih kurang
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Pantai yang cukup
luas
Pasir putih
Lahan pengembangan
cukup luas
Fasilitas cukup
lengkap
12 Pantai Modangan Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Asesibilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Pasir putih
Lahan pengembangan
cukup luas
Ombak tidak terlalu
besar
13 Pantai Kondang
Merak
Asesibilitas masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Atraksi wisata masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Pasir putih
Ombak tidak terlalu
besar
14 Pantai Kondang
Iwak
Asesibilitas masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Atraksi wisata masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Berpotensi sebagai
tempat pemancingan
15 Pantai Sendiki Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Asesibilitas masih kurang.
Pemandangan pantai
yang indah
Lahan pengembangan
cukup luas
16 Pantai
Nglurung
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Asesibilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Pasir putih
Lahan pengembangan
cukup luas
Ombak tidak terlalu
besar
64 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

17 Pantai Bantol Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Asesibilitas masih kurang
Pemandangan pantai
yang indah
Pasir putih
Lahan pengembangan
cukup luas
Banyak terdapat Goa
Lowo
18 Pantai Goa
Cina
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Asesibilitas masih kuran.
Pemandangan pantai
yang indah
Pantai yang luas dan
indah
lokasi Rest area Pantai
banyak terdapat goa
19 Pantai Wed
iawu
Asesibilitas masih kurang
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Atraksi wisata masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Pemandangan pantai
yang indah
Pantai yang luas dan
indah
Ombak tidak terlalu
besar
Berpotensi untuk
pendaratan ikan
20 Coban Rondo Atraksi wisata masih kurang Pemandangan yang
cukup indah
Failitas dan utilitas
cukup tersadia
Aksesibilitas yang
cukup mudah
dijangkau
21 Coban Glotak Asesibilitas masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Pemandangan yang
cukup indah
Air terjun
22 Coban Pelangi Asesibilitas masih kurang
Pengembangan kurang
optimal
Fasilitas dan utilitas masih
kurang
Pemandangan yang
cukup Indah
Air terjun
23 Wendit Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Aksesibilitas yang
cukup mudah
dijangkau
Lahan pengembangan
cukup luas
65 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

24 Sengkaling - Pemandangan yang
cukup indah
Taman Wisata dan
kolam renang
Fasilitas cukup lengkap
Aksesibilitas sangat
mudah
25 Pemandian
Kendedes
Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Fasilitas masih kurang
Taman Wisata dan
kolam renang
Aksesibilitas sangat
mudah
26 Pemandian
Metro
Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Kurang terpellharannya
fasilitas yang ada
Lahan pengembangan
terbatas.
Pasar lokal
Taman Wisata dan
kolam renang
Aksesibilitas sangat
mudah
27 Pemandian
Dewi Sri
Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Lahan pengembangan
terbatas.
Pasar lokal
Pemandangan cukup
Indah
Taman Wisata dan
kolam renang
Aksesibilitas sangat
mudah
Dekat dengan tempat
perdagangan
28 Sumber Jerson Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Fasilitas masih kurang
Aksesibilitas sangat
mudah
Kolam renang
29 Lembah Dieng Pengelolaan dan
Pengembangan kurang
optimal
Fasilitas masih kurang
Aksesibilitas sangat
mudah
Utilitas cukup memadai
30 Candi Kidal Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Fasilitas masih kurang
Kurangnya atraksi wisata
Aksesibilitas sangat
mudah
Mempunyai nilai
sejarah
Utilitas cukup
memadai
66 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

31 Candi Jago Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Fasilitas masih kurang
Kurangnya atraksi wisata
Aksesibilitas sangat
mudah
Mempunyai nilai
sejarah
Utilitas cukup
memadai
32 Candi Singosari Fasilitas masih kurang
Kurangnya atraksi wisata
Aksesibilitas sangat
mudah
Mempunyai nilai
sejarah
Utilitas cukup memadai
33 Stupa Sumberawan Fasilitas masih beium ada
Kurangnya atraksi wisata
Akses dari jalan raya masih
berupa jalan setapak
Mempunyai nitai
sejarah
Pemandangan disekitar
stupa cukup indah
Dekat dengan sumber
air
34 Pesarean Gunung
Kawi
Ramai pada waktu-waktu
tertentu
Pengelolaannya masih
sederhana
Tempat parkir terlaiu jauh
dari obyek
Penataan PKL kurang
teratur
Kondisi jalan cukup curam
Mempunyai nilai
sejarah
Akuiturasi
kebudayaan cina dan
jawa
Obyek sebagai pusat
kepercayaan
Aksesibilitas cukup
mudah
Fasilitas penunjang
cukup lengkap
35 Bendungan
Selorejo
Antara loket dan pintu
dengan obyek masuk cukup
jauh
Pemandangan yang
cukup bagus
Penyediaan fasilitas
penunjang cukup
lengkap
Aksesbilitas cukup
mudah
36 Bendungan Sutami Ramai pada waktu-waktu
tertentu
Kurangnya atraksi wisata
Fasilitas kurang terpelihara
Pemandangan yang
cukup bagus
Penyediaan fasilitas
penunjang cukup
lengkap
Aksesibllitas cuku.
Mudah
67 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

37 Bendungan
Sengguruh
Lokasi obyek kurang
menunjang/kurang terkesan
sebagai tempat wisata
Fasilitas pendukung wisata
masih terbatas
Pemandangan cukup
bagus
Aksesibilitas cukup
mudah
38 Kebun The
Wonosari
Kurangnya atraksi
Kondisi jalan sebagian
sudah rusak dan sebagian
curam
Fasilitas penunjang
cukup lengkap
Aksesibilitas yang
cukup balk
Keamanan yang
mendukung
Pemandangan alam
yang indah
39 Taman Burung Jeru Kurangnya atraksi
Fasilitas pendukung
wisata masih terbatas
Kurang terpeliharannya
fasilitas yang ada
Terdapat berbagai
macam burung
Aksesibilitas cukup
mudah
40 Arung Jeram Pengelolaanmasih kurang
Optimal
Fasilitas pendukung sangat
masih kurang
Pemandangan alam
yang cukup bagus
Aksesibilitas cukup
mudah
Kondisi sungai yang
masih alami
4.3. Rencana Zona Pengembangan Pariwisata Kabupaten Malang
Sub Daerah Tujuan Wisata (Sub DTW C) mempunyai pusat pengembangan di
wilayah Malang, sehingga Malang mempunyai posisi strategis sebagai pusat
akomodasi wisata. Berdasarkan kebijaksanaan pengembangan pariwisata
Kabupaten Malang didasarkan pada penentuan Zona-Zona wisata dan
pengadaan paket wisata antar Zona-Zona wisata.
Zona wisata yang ada di Kabupaten Malang tidak bisa dilepaskan dengan
keberadaan Kota Malang dan Kota Batu karena berdasarkan kondisi yang ada
orientasi terbesar untuk pelayanan wisata saat ini banyak berorientasi ke Kota
Batu dan Kota Malang. Untuk mengimbangi pola tersebut, Kabupaten Malang
dibagi menjadi lima Zona wisata, yaitu :


68 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

JABUNG
Air Terjun Kalijahe
Umbulan
PAKIS
Wendit
TAJINAN
Sumber Jerson
PONCOKUSUMO
Coban Pelangi
Bumi Perkemahan
Ledokombo
Desa Wisata Ngadas
TUMPANG
Candi Jago
Candi Kidal
Padepokan Mangun
Dharma
Sanggar Seni
Mangun Dharma
Pemandian Wringin
Songo
Taman Burung Jeru
P
R
O
B
O
L
I
N
G
G
O

A. Zona I
Berdasarkan hasil analisa (dengan pertimbangan aspek kedekatan (akses) dan
keunikan obyek) maka Zona I, meliputi; obyek wisata yang terdapat di
Kecamatan, Pakis, Tumpang Jabung dan Poncokusumo (Wendit, Taman Burung
Jeru, Coban Jahe, Candi Jago, Candi Kidal, Sumber Jenon, Coban Pelangi,
Padepokan Mangun Dharma dan Desa Wisata Ngadas). Pada Zona ini juga
terdapat Wisata Kirab dengan rule; Pemandian Wendit-Coban Pelangi melalui
Candi Jago dan Padepokan Mangun Dharrno.
Pada Zona I yang menjadi pusat pelayanan wisata yaitu di Kecamatan
Tumpang. Sedangkan obyek wisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan
yaitu Taman Rekreasi Wendit, sedangkan yang menjadi pendukungnya adalah
Desa Wisata Ngadas dan Padepokan Mangun Dharma. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 4.1.


Gambar 4.1. Zona Pengembangan I
B. Zona II
Dari hasil analisa maka Zona II meliputi; obyek wisata yang terdapat di
Kecamatan Wonosari, Wagir, Dau, Pujon dan Ngantang (Gunung Kawi, Coban
Glotak, Candi Badut, Sengkaling, Coban Rondo, Dewi Sri dan Bendungan
Selorejo).
69 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

NGANTANG
Bendungan Selorejo
Dayung
Pasar Ikan
Pasar Wisata
Pulau Jambu
Makam Kraeng Galesong
KASEMBON
Arum Jeram
WONOSARI
Makam Gung Kawi
Sumber Urip
Sumber Manggis
Sumber Waras
Sumber Tempur
NGAJUM
Makam Mbah Putri
Makam Suryo Alam
Keraton Gunung
Kawi
PUJON
Coban Rondo
Pemandian Dewi
Sri
Agro Wisata
Mantung
Pusat Susu Murni
DAU
Sengkaling
Lembah Dieng
Pemandian
Kalisongo
Candi Badut
WAGIR
Coban Glotak
Pada Zona II yang menjadi pusat pelayanan wisata yaitu di Kecamatan Pujon,
Sedangkan obyek wisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yaitu
tempat ziarah Gunung Kawi, sedangkan yang menjadi pendukungnya adalah
Bendungan Selorejo dan Air Terjun Coban Rondo. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.2.


Gambar 4.2. Zona Pengembangan II
C. Zona III
Dan hasil analisa rnaka Zona III meliputi; obyek wisata pantai yang terdapat di
Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo
dan Ampelgading (Pantai Modangan, Pantai Jonggring Saloko, Pantai Ngliyep,
Pantai Bantol, Pantai Kondangmerak, Pantai Balekambang, Pantai Wonogoro,
Pantai Bajulmati, Pantai Sendangbiru, Pantai Tamban, Pantai Tambakasri,
Pantai Lenggoksono, Pantai Sipelot, dan Pantai
Pada Zona III yang menjadi pusat pelayanan wisata yaitu di Sendang
Biru/Sumbermanjing Wetan. Obyek wisata yang menjadi prioritas untuk
dikernbangkan yaitu Pantai Balekambang, sedangkan yang menjadi
70 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pendukungnya adalah Pantai Sendang Biru dan Pantai Ngliyep. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3.













Gambar 4.3. ZonaPengembangan III
D. Zona IV
Dan hasil analisa maka Zona IV meliputi; obyek wisata di Kecamatan Kepanjen,
Sumber Pucung, Pagak dan Dampit (Pemandian Metro, Makam Eyang Tomo,
Bendungan Lahor, Bendungan Sutami, Bendungan Sengguruh, Pemandian
Polaman, Sumber Bantal dan Sumber Maron).
Pada Zona IV yang menjadi pusat pelayanan wisata yaitu di Kecamatan
Kepanjen. Obyek wisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yaitu
Bendungan Sutami, sedangkan yang menjadi pendukungnya adalah Pemandian
Metro. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4.




BLITAR
SUMBER
MANJING WETAN
Pantai Sendang
Biru
Pantai Tamban
Pantai Tambak Sari
Rawa Indah di Desa
Sindurejo
BANTUR
Pantai
Balekambang
Pura di P. Iswoyo
Upacara Labuhan
di Balekambang
Pantai Kondang
Merak
Desa Wisata di
Sebelah Selatan
Kondang Merak
L
U
M
A
J
A
N
G

DONOMULYO
Pantai Ngliyep
Pantai Modangan
Pantai Jonggring
Saloko
Pantai Kondang
Bandung
Pantai Kondang Iwak
Sendang
Purwaningih
GEDANGAN
Pantai Wonogoro
Pantai Bajul Mati
Pantai Ngantep
Ngujel di Desa
Sindurejo
71 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang



Gambar 4.4. Zona Pengembangan IV
E. Zona V
Dari hasil analisa maka Zona V meliputi; obyek wisata yang terdapat di
Kecamatan Lawang, Singosari (Candi Singosari, Stupa Sumber Awan, Arca
Dwarapala, Pemandian Kendedes, Balai Budaya Singosari, dan Kebun Teh
Wonosari).
Pada Zona V yang menjadi pusat pelayanan wisata yaitu di Kecamatan
Singosari. Sedangkan obyek wisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan
yaitu Balai Budaya Singosari, sedangkan yang menjadi pendukungnya adalah
Kebun Teh Wonosari dan Pemandian Kendedes. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.5. Pengembangan Zona wisata yang ada di Kabupaten
Malang dapat dilihat pada peta 1.




SUMBER PUCUNG
Bandara Sutami
Bandara Lahor
BLITAR
KEPANJEN
Pemandian Metro
PAKISAJI
Pembuatan
Topeng (Ds.
Karangpandan)
Tari Topeng
Malangan
Padepokan
Asmoro Bangun
KROMENGAN
Makam Eyang Tomo
PAGAK
Bandara Sengguruh
PAGELARAN
Sumber Taman
Sumber Maron
72 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

SINGOSARI
Pemandian Ken
Dedes
Candi Singosari
Stupa Sumber Awan
Arca Dwarapala
Balai Budaya
SURABAYA
LAWANG
Kebun Teh
Lawang
Pemandian
Polaman











Gambar 4.5. Zona Pengembangan V
4.4. Wisata Prioritas Pada Tiap Zona
Berdasarkan kriteria penilaian yang telah dilakukan maka hasil pembobotan
obyek wisata untuk mengetahui obyek prioritas (berdasarkan obyek wisata
prioritas pada tiap Zona) yaitu :
1. Zona I
Pada Zona I yang
menjadi obyek wisata
prioritas yaitu Taman
Rekreasi Wendit,
sedangkan obyek
wisata Iainnya seperti
Desa Wisata Ngadas,
Padepokan Mangun
Dharma, Coban
Pelangi, Candi Kidal,
Candi Jago dan lainnya
merupakan obyek
wisata pendukungnya.
Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.6
berikut.
Wendit
Candi
Kidal
Cobaan
Pelangi
P.Mangun
Darmo
Candi
Jago
Ds.Wisata
Ngadas
Keterangan:
Wisata Prioritas
Wisata Pendukung
Gambar 4.6. Wisata Prioritas Zona I
73 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


2. Zona II
Pada Zona II yang
menjadi obyek wisata
prioritas yaitu Wisata
Ziarah Gunung Kawi,
sedangkan obyek
wisata lainnya seperti
Coban Rondo,
Bendungan Selorejo,
Arung Jeram,
Pemandian Dewi Sri,
dan Taman Rekreasi
Sengkaling
merupakan obyek
wisata pendukungnya.
Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar
4.7 berikut.


3. Zona III
Pada Zona III yang
menjadi obyek wisata
prioritas yaitu Pantai
Balekembang, sedangkan
obyek wisata lainnya
seperti Pantai Ngliyep,
Pantai Sendang Biru,
Pantai Jonggring Saloko,
Pantai Tamban, dan
Pantai Sipelot merupakan
obyek wisata
pendukungnya. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.8 berikut.


Wendit
Sengkaling
Cobaan
Rondo
Arung
Jeram
Dewi
Sri
Bend.
Selorejo
Keterangan:
Wisata Prioritas
Wisata Pendukung
Gambar 4.7. Wisata Prioritas Zona II
Gambar 4.8. Wisata Prioritas Zona III
Keterangan:
Wisata Prioritas
P. Bale-
Kemban
P. Ngliyep
P. Sendang
Biru
P. Sipelot
P. Tamban
74 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

4. Zona IV
Pada Zona IV merupakan pusat pelayanan dan akomodasi wisata Kabupaten
Malang dan yang menjadi obyek wisata prioritas yaitu Bendungan Sutami,
sedangkan obyek wisata lainnya
seperti Pemandian Metro,
Bendungan Lahor, Makam Suryo
Nam, dan lainnya merupakan obyek
wisata pendukungnya. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar
4.9.




5. Zona V
Pada Zona V yang menjadi obyek
wisata prioritas yaitu Balai Budaya
Singosari yang merupakan pusat
informasi wisata dan budaya
Kabupaten Malang, sedangkan obyek
wisata lainnya seperti Kebun Teh
Wonosari, Candi Singosari, Stupa
Sumberawan, dan Pemandian
Kendedes merupakan obyek wisata
pendukungnya. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.10 berikut.

4.5. Pintu Gerbang Daerah Tujuan Wisata Untuk Kabupaten Malang
Perjalanan wisatawan biasanya memiliki pola-pola tertentu. Pola-pola ini diawali
dari suatu titik awal perjalanan. Titik awal perjalanan tersebut merupakan ternpat
pemusatan datangnya para wisatawan. Lokasi tersebut dijadikan tempat
datangnya para wisatawan karena memiliki akses yang balk dari daerah lainnya,
dan jugs memiliki fasilitas wisata terlengkap dibandingkan lokasi lain di dalam
Kabupaten Malang. Kota ini kita sebut sebagai kota pintu gerbang sekaligus
sebagai pusat pelayanan wisata. Disebut sebagai kota pintu gerbang karena
kota tersebut merupakan tempat titik keluar masuknya para wisatawan dari
daerah lain menuju lokasi wisata di sekitamya. Sedangkan disebut sebagai kota
Gambar 4.9. Wisata Prioritas Zona IV
Gambar 4.10. Wisata Prioritas Zona V
75 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pusat pelayanan, karena memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh para
wisatawan.
Syarat memilih kota sebagai kota pintu gerbang wisata harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki akses yang baik dengan daerah tujuan wisata lainnya, terutama
perhubungan darat yang merupakan moda utama bagi para wisatawan
yang menuju ke Kabupaten Malang;
b. Merupakan kota pusat pemerintahan dan sekaligus memiliki kelengkapan
fasilitas kepariwisataan terlengkap dibandingkan dengan daerah lainnya;
c. Memiliki obyek atraksi wisata yang menarik dalam jarak jangkau yang
tidak terlalu jauh (sekitar maksimum 0,5 jam perjalanan).
Sedangkan persyaratan untuk menjadi kota pusat pelayanan wisata adalah:
a. Merupakan kota pusat kegiatan atau pusat administrasi;
b. Dilalui oleh jalur-jalur regional dan dilengkapi oleh terminal bus regional;
c. Memiliki fasilitas akomodasi berupa hotel berbintang atau paling tidak
losman kelas A;
d. Memiliki fasilitas rumah makan kelas restauran atau rumah makan yang
balk kualitasnya;
e. Mamiliki fasilitas telekomunikasi, yaitu Kantor pos, telegram dan telepon.
Dari persyaratan-persyaratan untuk Kota Pintu Gerbang, hanya Kota Malang
yang dapat memenuhi persyaratan di atas. Sedangkan untuk pusat pelayanan
wisata Kabupaten Malang yaitu di Kepanjen yang merupakan ibukota Kabupaten
Malang
Dari persyaratan untuk kota pintu gerbang, maka sirkulasi lalu lintas dalam
kaitannya dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Malang khususnya
didalam pengembangan kawasan pariwisata Kabupaten Malang tidak bisa lepas
dari Kota Malang sebagai pusat informasi dan pelayanan pariwisata. Dengan
demikian maka dengan adanya rute sirkulasi wisatawan yang akan datang ke
kawasan wisata Kabupaten Malang diarahkan:
a. Wisatawan dari arah Kota Surabaya jalur perjalanan yaitu:
Melewati Kabupaten Sidoarjo-Kabupaten Pasuruan-Kecamatan
Lawang (Kabupaten Malang) langsung menuju ke Kota Malang;
Dari arah Kabupaten Probolinggo melalui Kota Pasuruan lewat
Kecamatan Lawang langsung ke Kota Malang atau lewat jalur
Bromo yang melewati Desa Ngadas (Kecamatan Poncokusumo) ke
Kecamatan Tumpang hingga sampai pada Kota Malang;
Dari arah Kota Kerlin arus melalui Kecamatan Kasembon, Pujon dan
Kota Batu dimana terdapat banyak obyek wisata alam sampai
76 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dengan Kota Malang sebagai pusat informasi dan pelayanan
pariwisata;
Dari arah Kabupaten Blitar melewati Kecamatan Sumber Pucung,
Kecamatan Kromengan, Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan
Pakisaji dan langsung ke Kota Malang.
Dari arah Kabupaten Lumajang melalui Kecamatan Ampelgading,
Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Dampit dari Kec. Dampit bisa
langsung menuju Kota Malang ataupun langsung menuju Kota
Kepanjen/Turen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11. Linkage Regional Wisata Malang Raya Dan Sekitarnya
Kota Malang sebagai kota Pintu Gerbang lokasinya berada di jantung Malang
Raya, sehingga dari Kota Malang, lokasi tujuan wisata bisa menuju wilayah
Kabupaten Malang lainnya diteruskan ke arah barat menuju Kabupaten Blitar
dimana terdapat potensi wisata budaya berupa Makam Bung Karno. Dari
Kabupaten Blitar ini perjalanan bisa dilanjutkan menuju Jawa Tengah, namun
demikian bisa juga dari Kota Malang langsung menuju ke Kota Batu yang
memiliki obyek-obyek wisata alam yang menarik dilanjutkan menuju wilayah
Kabupaten Malang. Sehingga dari sini bisa terbentuk suatu keterkaitan jalur lalu
lintas pariwisata nasional.
77 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Tujuan pembentukan sirkulasi wisatawan adalah untuk mengangkat obyek-
obyek wisata yang ada di Kabupaten Malang juga obyek-obyek wisata selain
yang ada di Kabupaten Malang seperti obyek wisata yang ada di Batu dan Kota
Malang dalam lingkup administrasi Malang Raya, yang nantinya akan
mendukung perkembangan pariwisata Kabupaten Malang melalui pembentukan
linkage system dengan obyek wisata lain di kota lainnya dalam kaitannya
dengan linkage system obyek-obyek wisata nasional.
Dari tujuan tersebut diatas diharapkan akan mampu mengangkat potensi-potensi
yang ada di Kabupaten Malang dalam kaitannya dengan peningkatan
pendapatan masyarakat dan juga secara tidak langsung akan mengangkat
pendapatan daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada beta 6.
4.6. Alternatif Rute Perjalanan Wisatawan
Untuk menentukan afternatif perjalanan para wisatawan, digunakan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Jarak jangkau/lama perjalanan dan Kota Malang/Batu sebagai pintu
gerbang utama urtuk obyek wisata di Kabupaten Malang;
b. Potensi yang dimiliki setiap obyek;
c. Waktu perjalanan yang biasa dilakukan oleh para wisatawan, yaitu
selama 1 - 2 hari atau 0 - 5 hari
Berdasarkan pertimbangan jarak jangkau, potensi yang dimiliki oieh obyek-
obyek wisata yang ada di Kabupaten Malang, dan waktu perjalanan para
wisatawan, maka alternatif rute perjalanan untuk obyek wisata di Kabupaten
Malang adalah:
A. Rute Perjalanan Menikmati Pemandandan Gununq
Kegiatan yang dilakukan wisatawan adalah dari penginapan untuk melakukan
perjalanan wisata menikmati atraksi wisata dan kembali ke penginapan.
Kegiatan dilakukan sejak pukul 07.00 sampai dengan 18.00. Pada malam hari
dapat melakukan kegiatan shopping atau menyaksikan atraksi budaya di Balai
Budaya Jawa Timur yang ada di Kota Malang, mulai pukul 19.00 sampai dengan
pukul 21.30. Obyek wisata yang sebaiknya dinikmati dalam rute ini adalah :
a. Wana Wisata Coban Rondo
Jenis atraksi yang dapat dinikmati adalah perkemahan, jalan santai sambil
menikmati pemandangan air terjun dan suasana alam, bersepeda, dan
Waktu optimum untuk menikmati obyek ini adalah 2,5 jam.
b. Bendungan Selorejo
Jenis atraksi wisata yang dapat dinikmati adalah perkemahan, sky air,
berperahu, memancing, golf, jalan santai, berenang, dan lain-lain. Di
78 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

lokasi ini dapat dinikmati makanan khas, yaitu ikan hasil dari waduk.
Waktu optimal menikmati lokasi ini adalah 2,5 jam sampai 3 jam
c. Pada malam hari dapat digunakan untuk menikmati keindahan Kota
Malang/Batu atau menonton atraksi budaya di Balai Budaya Jawa Timur,
dengan altematif atraksi Tari Topeng Jabung, Reog Ponorogo, Ludruk,
Pencak Silat dan sebagainya.
B. Rute Perialanan Menikmati Panorama Laut dan Bendungan
Kegiatan yang dilakukan wisatawan adalah mulai dari penginapan di Kota
Malang/Batu, melakukan perjalanan wisata menikmati atraksi wisata dan kembali
ke penginapan kembali. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 07.00 sampai dengan
17.00. Pada perjalanan rute kedua ini optimumnya hanya dapat menikmati dua
obyek wisata saja, sebab perjalanan antar obyek memerlukan waktu yang
panjang. Pada malam hari dapat dilakukan kegiatan menikmati atraksi budaya di
Balai Budaya Jawa Timur atau melakukan kegiatan berbelanja di Kota
Malang/Batu, mulai pukul 19.00 sampai 21.30. Adapun obyek yang sebaiknya
dinikmati dalam alternatif kedua ini ralah:
a. Pantai Balekambang
Jenis atraksi wisata yang dapat dinikmati adalah mandi di laut,
perkemahan, diklatsar, jalan santai di tepi pantai, olah raga pantai,
bersantai dan lain-lain. Optimal waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 4
jam.
b. Bendungan Sengguruh
Jenis atraksi yang dapat dinikmati adalah perkemahan, memancing,
berperahu, jalan santai, dan lain-lain. Optimal waktu untuk menikmati
lokasi ini ialah 3 jam.
c. Pada malam, dari dapat digunakan untuk menikmati keindahan Kota
Malang/Batu atau menonton atraksi budaya di Balai Budaya Jawa Timur,
dengan altematif atraksi Tari Topeng Jabung, Reog Ponorogo, Ludruk,
pencak Silat dan sebagainya.
C. Rute Perjalanan Menikmati Panorama Laut dan Bendungan
Kegiatan yang dilakukan wisatawan adalah mulai dari penginapan di Kota
Malang/Batu, melakukan perjalanan wisata menikmati atraksi wisata dan kembali
ke penginapan kembali. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 07.00 sampai dengan
17.00. Pada perjalanan rute ketiga ini optimumnya hanya dapat menikmati dua
obyek wisata saja, sebab perjalanan antar obyek memerlukan waktu yang
panjang. Pada malam hari dapat dilakukan kegiatan menikmati atraksi budaya di
Balai Budaya Jawa Timur atau melakukan kegiatan berbelanja di Kota
Malang/Batu, mulai pukul 19.00 sampai 21.30. Adapun obyek yang sebaiknya
dinikmati dalam rute ketiga ini ialah:
79 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

a. Pantai Ngliyep, jenis atraksi wisata yang paling banyak digennari adalah
perkemahan, diklatsar, jalan santai di tepi pantai, olah raga pantai,
bersantai, dan lain-lain. Optimal waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 4
jam.
b. Bendungan Karangkates/Sutami
Jenis atraksi yang dapat dinikmati adalah perkemahan, memancing,
berperahu, jalan santai, dan lain-lain. Optimal waktu untuk menikmati
lokasi ini ialah 3 jam.
c. Pada malam hari dapat digunakan untuk menikmati keindahan Kota
Malang/Batu atau menonton atraksi budaya di Balai Budaya Jawa Timur,
dengan altematif atraksi Tan Topeng Jabung, Reog Ponorogo, Ludruk,
Pencak Silat, dan sebagainya.
D. Rute Perjalanan Menikmati Candi, Pemandanqan Alam Air Terjun
Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan adalah mulai dari penginapan di Kota
Malang, melakukan perjalanan wisata menikmati atraksi wisata dan kembali ke
penginapan. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 07.00-18.00. Pada malam hari
dapat dilakukan kegiatan menikmati atraksi di Balai Budaya Jawa Timur atau
melakukan kegiatan perbelanjaan di Kota Malang, mulai pukul 19.00-21.30.
Adapun obyek yang sebaiknya dinikmati dalam rute keempat ini adalah:
a. Candi Singosari
Jenis atraksi wisata yang dapat dinikmati adalah jalan santai sambil
menikmati relief-relief yang ada di sekeliling candi serta peninggalan
budaya lainnya. Optimal waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 1,5 jam.
b. Pemandian Wendit
Jenis atraksi yang dapat dinikmati adatz.,h memancing, berperahu,
berenang, pertunjukan kesenian pada waktu-waktu tertentu, jalan santai,
tempat bermain anak-anak, dan lain-lain. Optimal waktu untuk menikmati
lokasi ini ialah 2 jam.
c. Wana Wisata dan Air Terjun Coban Pelangi
Jenis atraksi yang dapat dinikmati adalah jalan santai sambil menikmati
pemandangan alam dan air terjun, dan lain-lain. Pada lokasi ini waktu
optimum untuk menikmatinya adalan 3 jam.
Pada malam hari dapat digunakan untuk menikmati keindahan Kota
Malang/Batu atau menonton atraksi budaya di Balai Budaya Jawa Tmur, dengan
altematif atraksi Tan Topeng Jabung, Reog Ponorogo, Ludruk, Pencak Silat dan
sebagainya.


80 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

4.7. Pusat Pelayanan Kawasan Wisata
Keberadaan obyek wisata di Kabupaten Malang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Malang. Pusat pelayanan wisata di Kabupaten Malang masih berada
di pusat Kota Malang, tetapi pada setiap Zona diarahkan mempunyai pusat
pelayanan wisata sendiri. Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan
pelayanan terhadap wisatawan. mengingat lokasi obyek wisata di Kabupaten
Malang yang tersebar. Untuk mendukung kelancaran dan kenyarnanan dalam
berwisata maka pusat untuk Zona I diarahkan pada Kecamatan Tumpang, untuk
Zona II diarahkan pada Kecamatan Pujon, untuk Zona III diarahkan pada
Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang merupakan kawasan pantai, untuk
Zona 4V diarahkan pada Kecamatan Kepanjen sebagai pusat pelayanan
Kabupaten Malang, sedangkan untuk Zona V diarahkan pada Kecamatan
Singosari. Sebagai sub pusat pelayanan wisata, maka arahan
pengembangannya, yaitu perlu adanya penyediaan usaha sarana dan jasa
wisata sebagai pendukung pusat pelayanan utama. Dalam pengembangan
usaha sarana dan jasa wisata ini harus mampu untuk melayani aktivitas
wisatawan. Untuk lebih jetasnya dapat dilihat pada gambar 4.12.
Gambar 4.12. Pusat dan Sub Pusat Akomodasi Wisata Kabupaten Malang

81 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

4.8. Kalender Wisata
Analisis kalender wisata bertujuan untuk menentukan waktu-waktu kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Malang. Wisatawan yang akan berkunjung ke
Kabupaten Malang akan diarahkan sesuai dengan even-even yang diadakan.
Even-even yang telah ada dan dilaksanakan secara rutin sebagai berikut :
a. Upacara Petik Laut di Pantai Sendang Biru
Upacara Petik Laut dilaksanakan di Pantai Sendang Biru yang dilakukan
setiap tahun.
b. Upacara Labuhan di Pantai Balekambang
Upacara 1 (satu) Suroan dilaksanakan di Pantai Balekambang pada
setiap tanggal 1 (satu) Suro.
c. Upacara 1 (Satu) Suroan di Pantai Ngliyep
Upacara Labuhan dilaksanakan di Pantai Ngliyep setiap satu tahun sekali.
d. Upacara Syawalan di Pantai Tamban
Upacara Syawalan dilaksanakan di Pantai Tamban setiap bulan Syawal.
e. Wisata Ritual Gunung Kawi
Wisata Ritual Gunung Kawi selalu ramai pengunjung, terutama pada
bulan Suro, saat mendekati bulan puasa, dan pada hari-hari raya.

82 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB V
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
KABUPATEN MALANG
5.1. Kebijaksanaan Terkait dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Rencana Perwilayaan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah,
Kabupaten Malang termasuk dalam SWP Malang Raya dengan pusat Pelayanan
di Kota Malang.
a. Fungsi SWP Malang Raya adalah pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan
industri.
b. Fungsi pusat pengembangan adalah Pusat pelayanan pemerintahan,
perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan prasarana
wisata.
Berdasarkan fungsi tersebut menjadi faktor pendukung dikembangkannya
kawasan agropolitan di kabupaten Malang sebagai tidak lanjut dari kebijakan
Propinsi. Dalam arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan,
Kabupaten Malang termasuk dalam kawasan Ekonomi Potensial yang
mencakup KAPUK (Kawasan Pengembangan Utama Komoditi), dan Kawasan
Pengembangan Utama.
I. KAPUK (Kawasan Pengembangan Utama Komoditi)
Kawasan Pengembangan Utama Komoditi yang selanjutnya disebut KAPUK
adalah kawasan ekonomi yang didominasi oleh satu komoditi dalam satu
wilayah kabupate/kota. Untuk wilayah Kabupaten Malang meliputi :
KAPUK Tembakau yang berpusat di Kecamatan Dampit. Adapun Wilayah
Pengembangannya utama komoditi meliputi sentra-sentra produksi
Tembakau di Kabupaten Malang.
KAPUK Kapuk yang terpusat di Kecamatan Bantur. Wilayah
pengembangan utama komoditi meliputi sentra-sentra produksi kapuk di
Kabupaten Malang.
KAPUK Jagung yang berpusat di Kecamatan Kalipare, wilayah
pengembangan utama komoditi meliputi sentra-sentra produksi jagung di
Kabupaten Malang.
83 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

KAPUK Hortikultura yang berpusat di kecamatan Poncokusumo wilayah
pengembangan utama komoditi meliputi sentra-sentra Hortikultura di
Kabupaten Malang.
KAPUK susu atau peternakan sapi perah di Pujon.
II. Kawasan Pengembangan Utama.
Kawasan Pengembangan Utama Komoditi adalah kawasan yang berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan pusat pertumbuhan dengan
kawasan sekitarnya, serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di
wilayah Propinsi Jawa Timur. Kawasan tersebut dikembangkan berdasarkan
potensi wilayah yang ada, disamping memiliki aglomerasi, pusat-pusat
pemukiman perkotaan serta kegiatan produksi utama yang dapat
mengembangkan wilayah sekitarnya.
Kawasan ini ditetapkan untuk mengupayakan sinergi keselarasan
pengembangan antar wilayah dan antar sektor dan kawasan pengembangan
utama di Jawa Timur. Untuk Kabupaten Malang dan sekitarnya yang merupakan
wilayah perencanaan potensi unggulan mencakup Indutri, Pertanian Tanaman
Pangan, Perkebunan dan Pariwisata dengan prioritas pengembangan, sebagai
berikut :
Mempertahankan budidaya tanaman Hortikultura di Batu, Poncokusumo,
dan Nongkojajar dengan konsep agropolitan.
Pengembangan Potensi Wisata Malang Timur.
Meningkatkan daya tarik objek wisata alam yang terkonsentrasi di Batu
dan Malang, seperti pengembangan Pantai Sipekot, dan meningkatkan
sarana prasarana objek wisata Selorejo.
Dari uraian tersebut diatas pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten
Malang didukung oleh Kebijakan Propinsi khsusunya Kecamatan Poncokusumo
dan Kecamatan Pujon.
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang
Untuk mencapai sasaran pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten
Malang perlu dilakukan serangkaian penyusunan kebijaksanaan pemerintah
daerah dalam perencanaan dan kegiatan pengembangan Agropolitan, yang
harus mencakup aspek sketoral dan spasial dalam hal ini bidang ekonomi,
sosial, lingkungan hidup dan penataan ruang. Karenanya maka kebijakan
perencanaan Agropolitan Kabupaten Malang diarahkan pada strategi sebagai
berikut :
1. Tidak boleh dikembangkannya industri yang bersifat Polutif pada zona
agropolitan.
84 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

2. Alokasi sentra-sentra produksi pertanian.
3. Pengaturan (rute) transportasi sebagai akses pendukung kawasan
Agropolitan.
4. Perlu adanya sistem tarif.
5. Litbang / RD.
6. Tata Air (pengolahan terhadap sumberdaya air yang berkelanjutan).
7. Perlu menarik investor/ investor besar.
8. Insentif dan disentif Kultural.
9. Pelu adanya dukungan atas inisiatif/rintisan-rintisan ekonomi pertanian.
Dalam mewujudkan strategi pengembangan Agropolitan perlu adanya
pembagian fungsi dan peran dengan pemerintah Kabupaten. Hal ini perlu untuk
terwujudnya pembangunan yang terencana sesuai dengan produk yang
ditetapkan. Terdapat beberapa hal penting yang harus terjawab terkait dengan
tercapainya strategi yaitu adanya hal-hal spesifik (asumtif) yang harus dipegang
Camat, berlaku sebagai aparat administratif saja atau sebagai pengelola aktif
tindakan-tindakan ekonomi kolektif.
5.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan Agropolitan
Dalam rencana perwilayahan Kabupaten Malang terdapat dua pusat
pengembangan kawasan yang mengarah pada sektor pertanian yaitu :
1. SSWP Ngantang
Sub Satuan Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Pujon dan Kecamatan Kasembon dengan pusat pelayanan di
Kecamatan Ngantang. Fungsi dan peranan untuk wilayah SSWP Ngantang dan
sekitarnya adalah :
- Pusat perdagangan dan jasa skala lokal
- Pusat pendidikan (SLTA/kejuruan)
- Pusat kesehatan (Puskesmas yang memiliki kemampuan rawat inap)
- Pusat peribadatan skala lokal
- Pusat hiburan/rekreasi skala lokal
- Pusat pariwisata Malang bagian Barat
- Pusat industri pengolahan hasil pertanian
- Sub Terminal Agribisnis Malang bagian Barat
Sedangkan kegiatan utama pada SSWP ini diarahkan untuk :
85 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

- Pengembangan kegiatan wisata
- Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal
- Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran,
hortikultura dan perkebunan)
- Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan
hasil ternak susu sapi, home industri pengolahan hasil pertanian)
- Pengembangan perikanan air tawar
2. SSWP Tumpang
Sub Satuan Wilayah pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang,
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung dengan
pusat pelayanan di Kecamatan Tumpang. Fungsi dan peranan SSWP ini
adalah :
Sebagai pusat kesehatan (setingkat rumahsakit, RS Bersalin)
Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal
Sebagai pusat pasar wisata
Sebagai pusat pendidikan (SLTA/kejuruan)
Sebagai pusat peribadatan skala lokal
Sebagai pusat pariwisata budaya
Sebagai pusat hiburan/rekreasi skala lokal
Untuk kegiatan utama pada SSWP ini diarahkan sebagai :
Pengembangan kegiatan wisata
Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran,
hortikultura, dan perkebunan)
Pengembangan peternakan
Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan
hasil ternak, industri pengolahan hasil pertanian
Arahan pengembangan pada kedua SSWP tersebut serta potensi unggulan
yang utama dibidang pertanian mendukung kedua SSWP ini sebagai kawasan
pengembangan Agropolitan. Untuk lebih jelas struktur wilayah agropolitan
Kabupaten Malang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
86 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


Gambar 5.1. Bagan Struktural Zona Agropolitan Kabupaten Malang
5.3. Rencana Struktur Ruang Pengembangan Agropolitan
Rencana struktur ruang kawasan agropolitan didasarkan pada potensi kawasan
terutama aspek pertanian, daya dukung lahan sampai pada aksesbilitas serta
sarana-prasarana yang mendukung atau perlu dikembangkan. Berdasarkan
hasil kajian potensi dan pengembangan Kabupaten Malang memiliki 2 kawasan
pengembangan Agropolitan. Untuk lebih jelas mengenai pembahasan pada tiap-
tiap kawasan pengembangan akan dijelaskan lebih rinci pada subbab berikut.
A. Rencana Struktur Ruang Pada Kawasan Poncokusumo
Rencana struktur ruang kawasan agropolitan didasarkan pada potensi Dalam
suatu ruang wilayah, pembentukan struktur ruang dilakukan dengan menata
hierarki wilayah secara efisien. Berdasarkan hasil analisa terhadap struktur
ruang wilayah, Kecamatan Poncokusumo dibagi menjadi 2 (dua) yaitu wilayah
pusat kegiatan dan wilayah pendukung. Adanya hierarki berarti ada keterkaitan
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Wilayah dengan tingkat hierarki
yang lebih tinggi akan lebih besar pengaruh jangkauannya dan akan
mempengaruhi wilayah yang hierarkinya lebih rendah.
Rencana struktur ruang kawasan agropolitan didasarkan pada potensi kawasan
terutama dari aspek pertanian, daya dukung lahan sampai pada aksesbilitas
serta sarana-prasarana yang mendukung atau perlu dikembangkan.
Berdasarkan hierarki struktur ruang kawasan tersebut, maka penetapan fungsi
dari masing-masing kawasan adalah sebagai berikut:


Kota Batu
Ngantang

Pujon
Kota Malang
Poncokusumo
Kab. Lumajang
Kab. Mojokerto
- Pasuruan
- Surabaya
Kab. Blitar
Pusat Agropolitan
Kawasan Pendukung
Tumpang
Jabung
Pakis
Tajinan,
Wajak
Kasembon

Kediri
Jombang
Zona
Pengembangan
Kaw. Agropolitan
Probolinggo
87 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sebagai Daerah Pusat Pertumbuhan
Daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ini merupakan wilayah inti bagi
desa-desa di sekitarnya. Berdasarkan hasil kajian, pusat pengembangan
kawasan agropolitan secara regional berada di Kecamatan
Poncokusumo, pada kawasan ini direncanakan terdapat dua wilayah
pusat utama pertumbuhan yaitu di Desa Poncokusumo dan Desa
Wonomulyo. Fungsi wilayah pusat pertumbuhan ini adalah sebagai
kawasan penggerak kegiatan ekonomi bagi kawasan-kawasan
pendukung disekitarnya.
Sebagai Daerah Pendukung
Daerah pendukung pada kawasan agropolitan ini meliputi desa-desa di
sekitar wilayah inti pusat pertumbuhan yaitu meliputi Desa Dawuhan,
Sumberejo, Pandansari, Ngadireso, Karanganyar, Jambesari, Pajaran,
Argosuko, Ngebruk, Karangnongko, Belung, Wonorejo, Wringinanom,
Gubuklakah dan Ngadas.
Untuk lebih jelas mengenai Rencana Struktur Ruang Kawasan Agropolitan dapat
dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan pada Zona Poncokusumo
B. Rencana Struktur Ruang Pada Kawasan Pujon.
Pujon memiliki potensi yang sangat kuat dalam pengembangan kawasan
agropolitan. Dilihat dari lokasinya, letak Pujon dilalui oleh jaringan jalan regional

Pandansari
Ngadireso
Karanganyar
Argosuko
Jambesari
Ngbruk
WONOMULYO
PONCOKUSUMO
- BANDARA
- SURABAYA
- SEMERU
- BROMO
- LUMAJANG
- MALANG
- SAWOJAJAR
- MALANG
- TAJINAN
Pusat
Pendukung
88 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

yang menghubungan Kota Malang dengan Kabupaten Kediri. Hal ini mendorong
perkembangan kawasan di kecamatan Pujon relatif lebih cepat jika dibandingkan
dengan Kecamatan Poncokusumo. Pujon secara umum sudah memiliki sifat-sifat
ke-agropolitan. Untuk itu pada kawasan ini hanya perlu pengembangan dan
peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang. Struktur ruang pada
kawasan ini lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan Pada Zona Pujon
5.4. Tipologi Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang
Tipologi kawasan agropolitan menggunakan pendekatan zonai kawasan
berdasarkan karakter fisik wilayah, misalnya ketinggian dan kondisi lahan. Pada
2 (dua) kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan Agropolitan
dikaji sifat-sifat fisiknya dan potensi unggulan yang berkembang di kawasan
tersebut. Kemudian dari klasifikasi jenis-jenis kegiatan dan karakteristik maka
dapat ditentukan zona-zona pengembangan. Untuk lebih jelas uraian detail
pembagian zona pada kedua lokasi tersebut dijelaskan pada pembahasan
berikut.
5.4.1. Tipologi Kawasan Kecamatan Poncokusumo
Kecamatan Poncokusumo merupakan kawasan yang memiliki karakteristik lahan
yang beragam mulai dari ketinggian 100 m sampai 1500 m. Hal ini akan
berpengaruh pada konsekuensi penggunaan lahan yang beragam pada
kawasan ini. Adapun kondisi lahan di kecamatan Poncokusumo sebagai berikut :

Pusat
Kawasan
Pendukung
- KOTA MALANG
- KOTA MALANG
- NGANTANG
- KASEMBON
- KEDIRI
Coban Rondo Lahan pertanian
(Bendosari)
Pemandangan
Alam.
(Paralayang)
-TAHURA
-Watugilang
-Pemandangan Alam
Pujon
Ngroto
89 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


Tabel 5.1 Karakteristik Penentu Zonasi Kawasan Agropolitan
Desa Ketinggian
Klasifikasi
Lahan Menurut
Mentan
Klasifikasi
Lahan Menurut
Perda
Zona
Jenis
Kegiatan
Ngadas 1. 1500 m dpl
keatas.

1. Kaw. Lindung
Terbatas.
1. Kaw. Lindung
Mutkak.
2. Kaw. Lindung
Terbatas.
Zona
Preservasi
/
Lindung
Mutlak.
Ekowisata
Gubuklakah,
sebagian
Wringinanom.
2. 1000
1500 m
dpl.
2. Kaw. Lindung
Lainnya.
3. Kaw. Lindung
Lainnya.
Zona
kegiatan
pertanian.
Budidaya
pertanian
Hortikultura.
Kegiatan
wisata
dataran
tinggi.
Poncokusumo,
Karangayar,
Ngebruk,
Pajaran,
Wonorejo,
Ngadireso,
Dawuhan,
Wonomulyo,
Wringinanom .
3. 100 500
m dpl.
3. Kaw. Budidaya. 4. Kaw. Budidaya. Zona
kegiatan
pertanian
dan
industri.
Pertanian
tanaman
pangan.
Industri non
pulutan/
Rumah
tangga
pengolahan
hasil
pertanian.
Sumber : Rencana
Zona Kawasan Agropolitan ditentukan berdasarkan matriks hubungan fungsional
kegiatan yang ditinjau dari kondisi fisik lahan, kesesuaian lahan terhadap
pengembangan pertanian dan potensi wisata yang dimilikinya serta berdasarkan
kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan
masing-masing. Untuk lebih jelas dapat diilihat pada gambar 4.4. Berdasarkan
kesesuaian Lahan Zona Kawasan Agropolitan terbagi atas tiga Zona Produksi
yaitu :
1. Zona I
Kawasan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
melebihi nilai skor 175 dan/atau kawasan hutan yang mempunyai lereng
lapangan 40 % atau lebih dan/atau kawasan hutan yang mempunyai ketinggian
2.000 mdpl atau lebih. Berdasarkan peraturan daerah dan Peraturan Menteri
Pertanian kawasan ini termasuk dalam kawasan lindung. Wilayah yang termasuk
90 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dalam zona I adalah Desa Ngadas dan wilayah bagian timur Kecamatan
Poncokusumo yang berdekatan dengan Gunung Semeru dan Gunung Bromo.
Arahan pengembangan untuk zona ini adalah :
Sebagai kawasan preservasi/lindung mutlak.
Sebagai kawasan pengembangan wisata budaya yaitu Desa Ngadas.
Sebagai kawasan pengembangan wisata alam yaitu Coban Trisula dan
Hutan Wisata (Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru).
2. Zona II
Kawasan pada zona dua ini memiliki keadaan fisik areal memungkinkan untuk
dilakukan budidaya secara ekonomis dan lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga serta tidak merugikan segi-segi
ekonomi lingkungan. Dengan kondisi lahan yang memiliki kemiringan kurang dari
40 % dengan topografi agak curam sampai curam. Termasuk dalam kawasan
Zona II meliputi Desa Poncokusumo, Desa Pandansari, Desa Wringinanom dan
Desa Gubukklakah dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di Desa
Poncokusumo. Arahan pengembangan untuk zona ini adalah :
Kawasan ini diarahkan sebagai zona pengembangan tanaman
Hortikultura tahunan (Pertanian Buah/Pohon Apel).
Diarahkan sebagai zona pengembangan kawasan agrowisata beserta
sarana/prasarana penunjangnya (seperti home stay).
Sebagai kawasan pengembangan wisata alam yaitu air terjun Coban
Pelangi di Desa Gubukklakah.
Sebagai kawasan pengembangan industri (industri pengolahan hasil
pertanian, kerajinan rakyat).
Sebagai kawasan penyangga.
3. Zona III
Kondisi wilayah pada zona ini memiliki tingkat kelerengan kurang dari 25 %
dengan daya dukung lahan yang memiliki topografi bergelombang. Termasuk
dalam kawasan Zona III meliputi Desa Ngadireso, Desa Dawuhan dan Desa
Sumberejo. Arahan pengembangan untuk zona ini adalah :
Kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pertanian Hortikultura (sayur-
sayuran).
Sebagai kawasan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian
4. Zona IV
Kawasan pada zona IV ini memiliki kondisi topografi yang cenderung datar
sampai dengan bergelombang dengan tingkat kelerengan kurang dari 10 %.
Merupakan kawasan yang yang memiliki karakteristik lahan yang cocok untuk
91 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dikembangkan Tanaman Pangan dan Pengolahan Hasil Industri. Arahan
pengembangan untuk zona ini adalah :
Sebagai kawasan pengembangan tanaman pangan
Sebagai kawasan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian.
Sebagai kawasan pusat kegiatan ekonomi (pasar, terminal, dan
sebagainya)
Untuk lebih jelasnya pembagian zona kawasan dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 5.4. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Poncokusumo
5.4.2. Tipologi Kawasan Kecamatan Pujon
Berdasarkan ketetapan Mentan kondisi lahan Kecamatan Pujon terbagi atas tiga
kalsifikasi lahan yaitu sebagai berikut :
Kawasan Lindung Terbatas, termasuk wilayah bagian utara Pujon dan
sebagian desa Ngabab, sebagian desa Tawangsari, sebagian Pandesari
dan kawasan TAHURA.
Kawasan Lindung Lainnya, Termasuk Desa Bandesari dan Desa
Sukomulyo.
Kawasan Budidaya, yang termasuk kawasan ini adalah desa Sebagian
Pandesari, Wijurejo, Madiredo, Pujon Lor, Pujon Kidul, Ngroto, Ngabab,
Sebagian Tawangsari.

- MALANG
- TAJINAN
Pandansari
Ngadireso
WONOMULYO
PONCOKUSUMO
- BANDARA
- SURABAYA
- SEMERU
- BROMO
- LUMAJANG
- MALANG
- SAWOJAJAR
I
II
III
IV
92 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sedangkan berdasarkan ketinggian wilayah, Kecamatan Poncokusumo rata-rata
merupakan dataran tinggi, lebih jelasnya sebagai berikut :
Bagian utara dan selatan pujon memiliki ketinggian 1500 m dpl ke atas.
Bagian tengar rata-rata memiliki ketinggian 1000-1500 m dpl yang
mencakup desa Pujon Lor, Pujon Kidul, Ngabab, Ngroto, Wiyurejo,
Madiredo, Tawangsari, Pandesari, dan Bendosari.
Sedangkan sedikit di bagian tengah yaitu sebagain desa Ngabab memiliki
ketinggian100-500 m dpl.
Berdasarkan kriteria kawasan tersebut maka wilayah Kecamatan Pujon dapat
dibagi kedalam zona-zona pengembangan agropolitan/produksi. Zona tersebut
dibagi kedalam 2 zona yaitu :
Zona Preservasi/lindung mutlak merupakan kawasan dengan kondisi
lahan yang termasuk lawasan lindung yang dikembangkan sebagai
kawasan Hutan raya, kegiatan ecowisata.
Zona Pertanian Hortikultura merupakan kawasan yang termaduk dalam
kriteria lindung terbatas dan budidaya.
Untuk lebih jelas pembagian zona kawasan dapat dilihat pada gambar 5.5.

Gambar 5.5. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Pujon
5.5. Ketentuan Umum Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan
Untuk pengembangan kawasan agropolitan lebih lanjut di Kabupaten Malang,
perlu disusun suatu ketentuan umum yang berlaku sebagai dasar dalam
penataan ruang kawasan Agropolitan.

Pujon
Ngroto
ZONA LINDUNG/
Kaw. Preseervasi
dan Taman Hutan
Zona Pertanian
Holtikultura
Ngabab
93 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

5.5.1. Rencana Penetapan Kawasan Lindung
A. Kawasan Perlindungan Bawahannya
1. Termasuk Kawasan Hutan Lindung
Kriteria kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan dengan faktor-
faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor
175 dan/atau kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 %
atau lebih dan/atau kawasan hutan yang mempunyai ketinggian diatas
permukaan laut 2000 meter atau lebih. Untuk lokasi dari kawasan ini
hanya terdapat di Kecamatan Poncokusumo yang berdekatan dengan
Gunung Semeru dan Gunung Bromo dengan luas 13.036,13 Ha.
2. Termasuk Kawasan Resapan Air
Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur
tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran. Untuk jenis kawasan ini di
Kabupaten Malang terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan
Tumpang, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Singosari, Kecamatan Dau dan Kecamatan Kasembon.
B. Kawasan Perlindungan Setempat.
Kriteria kawasan sempadan sungai adalah kawasan yang berada sekurang-
kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter kiri kanan anak
sungai yang berada di luar permukiman sedangkan untuk sungai di kawasan
permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun
jalan inspeksi antara 10-15 meter.
C. Kawasan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
1. Kawasan Suaka Alam
a) Kawasan Cagar Alam
Kriteria kawasan cagar alam adalah kawasan yang mempunyai
keaneka- ragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistemnya,
memiliki formasi biota tertentu dan unit-unit penyusunan, mempunyai
kondisi alam, baik biota ataupun fisiknya yang masih asli dan tidak
mau terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolahan yang efektif dengan daerah penyangga
yang cukup luas, mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-
satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan
upaya konservasi.
b) Kawasan Suaka Margasatwa.
94 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan yang ditunjuk
merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis
satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi, memiliki
keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi, merupakan tempat
dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, mempunyai luas
yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
c) Kawasan Hutan Wisata
Kriteria kawasan hutan wisata adalah kawasan yang ditunjuk
memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah
maupun buatan manusia, memenuhi kebutuhan manusia akan
rekreasi dan olah raga serta terletak dekat pusat-pusat permukiman
penduduk, mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakkan
sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan
mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa,
mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak
membahayakan.
d) Kawasan Pengungsian Satwa
Kawasan pengungsian satwa sebenarnya tidak terdapat di
Kabupaten Malang, namun daerah yang setidak-tidaknya dapat
memberikan fungsi tersebut adalah di Pulau Sempu dan kawasan
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
2. Kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Wisata
Alam
Merupakan kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki
tumbuhan dan satwa yang beragam, memiliki arsitektur bentang alam
yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata. Untuk
Taman Nasional tidak terdapat di Kabupaten Malang, Taman Hutan Raya
terdapat di Kawasan Bromo-Tengger-Semen di Kecamatan
Poncokusumo, Coban Rondo di Kecamatan Pujon, Coban Glotak di
Kecamatan Wagir, Coban Jahe di Kecamatan Jabung, kesemuanya
keberadaannya harus tetap dipertahankan dan dilindungi yang sekaligus
berfungsi sebagai kawasan wisata alam.
D. Kawasan Rawan Bencana.
Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang
penetapan kawasan lindung di Propinsi Jawa Timur ditetapkan bahwa klasifikasi
kawasan rawan bencana meliputi empat golongan yakni : kawasan rawan
letusan gunung api, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan
tanah dan kawasan rawan angin topan.
95 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

5.5.2. Rencana Penetapan Kawasan Budidaya
A. Kawasan Peternakan
Kabupaten Malang mempunyai potensi pengembangan ternak yang cukup
besar, dengan demikian rencana kawasan peternakan yang didasarkan atas
pengembangan dari potensi yang telah ada meliputi :
Ternak besar (sapi potong dan sapi perah) terletak yang di Kecamatan
Donomulyo, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan
Jabung, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan
Sumbermanjing Wetan. Ternak yang perlu kandang cukup besar dan luas
adalah sapi perah, sapi potong dan ayam. Ternak domba dan kambing
terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Donomulyo,
Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan Jabung. Dimana untuk
peternakan jenis ini disamping memerlukan kandang juga memerlukan
pengembalaan dalam memperoleh pakannya.
Sedangkan untuk pengembangan ternak kecil (ayam ras, ayam
buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata pada masing-
masing kecamatan yang ada di Kabupaten Malang dan setiap penduduk
rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.
B. Kawasan Pariwisata
1. Wisata Alam
a. Alam Pegunungan
- Gunung Bromo, dapat ditempuh dari Poncokusumo terkenal
dengan upacara ritual dan melihat matahari terbit (sun rise)
- Gunung Semeru, dapat ditempuh dari Poncokusumo, sebagai
tempat pendakian juga berupa hutan lindung yang dapat
dikembangkan sebagai pelitian.
- Agrowisata di Kecamatan Poncokusumo. Agrowisata kebun apel
yang luas dengan panorama alam yang sejuk memiliki prospek
pengembangan yang baik karena berdekatran dengan obyek-
obyek wisata lainnya seperti di Tumpang dan Poncokusumo
sendiri.
b. Air terjun
- Air terjun Coban Rondo terletak di Kecamatan.Pujon, 26 km arah
Barat Laut dari kota Malang, dengan potensi obyek wisata air
terjun, wana wisata dan bumi perkemahan. Tinggi air terjun 60 m
dan di sekitarnya sering dijadikan sebagai tempat kemah yang
96 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

baik. dapat dikembangkan sebagai tempat penelitian karena
menyimpan banyak flora dan fauna.
- Air terjun Coban Pelangi, dapat melihat pelangi pada jam-jam
tertentu dengan suasana alam yang sejuk, dapat dikembangkan
sebagai tempat penelitian karena menyimpan banyak flora dan
fauna.
2. Taman Wisata
Pemandian Dewi Sri terletak di Kecamatan Pujon, 30 Km kearah
Barat Laut dari kota Malang dengan potensi obyek wisata adalah
kolam renang dilengkapi dengan kedai-kedai.
5.6. Rencana Zonasi Komoditas Unggulan
5.6.1. Rencana Zonasi Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang paling banyak di Kecamatan Poncokusumo adalah padi
dan jagung. Rencana zonasi kawasan untuk komoditas unggulan di Kecamatan
Poncokusumo adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan di Kecamatan Poncokusumo
No Komoditas Unggulan Kelurahan/Desa
1.
Padi Pajaran, Argosuko, Ngebruk
2.
Jagung Dawuhan, Sumberejo,
Sumber : Rencana
Kawasan-kawasan tersebut diatas merupakan kawasan yang produktif dalam
pengembangan tanaman padi dan jagung.
5.6.2. Rencana Zonasi Kawasan Hortikultura
Komoditas hortikulktura yang ada di Kecamatan Poncokusumo berupa sayuran
dan buah-buahan, yaitu apel, bawang merah, bawang prei, belimbing, bunga
potong, cabe, kentang, kelengkeng, kubis, manisa, dan pepaya. Rencana zonasi
kawasan pertanian hortikultura di Kecamatan Poncokusumo dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.3 Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan Tanaman
Hortikultura di Kecamatan Poncokusumo
No Komoditas Unggulan Kelurahan/Desa
1. Apel Pandansari, Poncokusumo, Wringinanom,
Gubuklakah, Sumberejo
97 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

No Komoditas Unggulan Kelurahan/Desa
2. Bawang merah Wonomulyo, Wonorejo, Belung
3. Bawang Prei Gubuklakah, Ngadas
4. Belimbing Argosuko
5. Bunga Potong Poncokusumo
6. Cabe Karangnongko, Wonorejo
7. Kentang Ngadas
8. Kelengkeng Karanganyar, Jambesari
9. Kubis Karangnongko, Wonorejo
10. Manisa Pandansari
11. Pepaya Ngadireso
Sumber : Rencana
5.6.3. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan
Peternakan yang potensial dikembangkan di Kecamatan Poncokusumo adalah
sapi perah, sapi potong, ayam peternak, dan ayam petelor. Rencana zonasi
kawasan peternakan di Kecamatan Poncokusumo seperti pada tabel.
Tabel 5.4. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan di Kecamatan
Poncokusumo
No Komoditas Unggulan Kelurahan/Desa
1. Sapi potong Sumberejo
2. Sapi perah Ngebruk
3. Ayam petelor Pajaran
4. Ayam potong Ngadireso
Sumber : Rencana
5.7. Rencana Pengembangan Agribisnis
5.7.1. Rencana Sub Sistem Pra Produksi
Rencana pengembangan agribis pada sub sistem pra produksi di Kecamatan
Poncokusumo meliputi perencanaan pembenihan, pemupukan, serta
perencanaan mesin atau alat-alat produksi pertanian.
Untuk mempermudah akesebilitas petani dalam rangka mendapatkan benih
tanaman, perlu dibangun balai penelitian dan pembenihan tanaman.
Keberadaan balai ini akan memegang peranan penting dalam rangka
penyediaan benih serta penelitian tanaman sehingga diharapkan dengan adanya
balai ini petani tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan benih serta
mampu dihasilkan benih tanaman baru yang mempunyai kualitas yang lebih
baik. Pada wilayah desa yang lokasinya jauh dari ibukota kecamatan,
pengadaan benih dapat diperoleh dari Koperasi Unit Desa (KUD), yang ada di
wilayah desa tersebut. Perencanaan pembenihan dapat dilakukan dengan
98 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mengoptimalkan fungsi kios-kios pertanian yang ada di ibukota kecamatan
terutama pada aspek distribusi barang ke petani.
Hasil pertanian organik mempunyai nilai jual yang tinggi serta diminati oleh
banyak konsumen. Sehingga untuk menunjang komoditas pertanian yang
bersifat organik, perlu didukung penggunaan pupuk organik oleh petani.
Pemanfaatan pupuk organik lebih menguntungkan daripada penggunaan pupuk
anorganik meskipun pada saat ini lebih banyak petani yang menggunakan pupuk
anorganik daripada pupuk organik. Untuk menjaga ketersediaan pupuk perlu
dibuat gudang pupuk.
Mesin dan alat pertanian modern diperlukan dalam menunjang efisiensi dan
efektifitas pengolahan tanah. Perencanaan mesin dan alat pertanian perlu
dilakukan kerjasama dengan perguruan tinggi atau instansi lain.
Tabel 5.5. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pra Produksi di
Kecamatan Poncokusumo
No Aspek Rencana
1. Benih - Balai penelitian dan pembenihan.
- Informasi benih terbaru dengan kualitas dan
harga yang terjangkau dari PPL kepada petani.
- Penyediaan benih tanaman pada Koperasi Unit
Desa (KUD).
- Pengoptimalan fungsi kios pertanian dalam
penyediaan benih tanaman.
2. Pupuk - Pemanfaatan dan pengusahaan pupuk organik
untuk meningkatkan nilai tambah produksi
pertanian.
- Pembuatan gudang pupuk.
3. Mesin dan Alat
Pertanian
- Pengusahaan alat-alat pertanian modern yang
mempermudah dalam proses pengolahan tanah
dan tanaman.
Sumber : Rencana
5.7.2. Rencana Sub Sistem Produksi
Pengembangan sub sistem produksi merupakan kegiatan yang menggunakan
barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk pertanian.
Pengembangan sub sistem ini meliputi aspek teknologi pengolahan tanah,
sistem irigasi, serta pemasaran hasil produksi pertanian.
99 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Bentuk rencana pada aspek pengolaan tanah adalah dengen pengenalan
teknologi pengolahan tanah yang efektif dan efisien, serta memperhatikan daya
dukung lingkungan disekitarnya, sehingga akan mempermudah dalam proses
bertani (on farm) itu sendiri. Pengenalan teknologi kepada petani melalui
pemberian informasi dari petugas penyuluh lapang yang ada di wilayah tersebut.
Perencanaan pada aspek irigasi berupa pengoptimalan fungsi dan kinerja
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang ada pada tiap wilayah desa. Hal ini
bertujuan untuk menjaga dan mengatur ketersediaan air irigasi pada lahan
pertanian.
Perencanaan pada aspek pemasaran hasil produksi pertanian berupa
pembangunan sarana pemasaran serta strategi pemasaran yang tepat.
Pembangunan sarana pemasaran komoditas pertanian diperlukan dalam rangka
melokalisir petani, penjual, dan konsumen. Sarana pemasaran yang dimaksud
adalan Pasar Agribis, dimana pasar ini tidak hanya berorientasi pada
keuntungan (profit oriented) tetapi juga mendorong pengembangan pertanian.
Disamping perencanaan sarana pemsaran, juga harus didukung oleh strategi
pemasaran yang tepat, misalnya penentuan rotasi tanaman untuk menghindari
turunnya harga komoditas pertanian.
Tabel 5.6. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Produksi di
Kecamatan Poncokusumo
No Aspek Rencana
1. Teknologi pengolahan
tanah
- Pengenalan teknologi pengolahan tanah yang
efektif, efisien, dan memperhatikan daya dukung
lingkungan disekitarnya.
2. Irigasi - Mengoptimalkan fungsi dan kinerja HIPPA dalam
rangka mengelola sumberdaya air sebagai irigasi
lahan pertanian.
3. Pemasaran - Pembangunan sarana pemasaran komoditas
pertanian yang berorientasi pada pengembangan
komoditas pertanian (Pasar Agribis).
- Strategi pemasaran berdasarkan rotasi tanaman
untuk menghindari turunnya harga komoditas.
Sumber : Rencana
5.7.3. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi
Pengembangan agribis pada sub sistem pasca produksi merupakan kegiatan
pengolahan hasil pertanian. Rencana yang dikembangkan adalah
pengembangan industri kecil, pengadaan teknologi, strategi pemasaran hasil
100 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

produksi, serta peningkatan sumberdaya masyarakat dalam mengolah hasil
pertanian.
Pengembangan industri kecil yang mengolah hasil produksi pertanian khususnya
hortikultura yang berupa sayuran dan buah-buahan dimulai dari beberapa
wilayah desa yang akan dijadikan inti (core), yang diharapkan akan berkembang
pada wilayah lain disekitarnya (cluster). Dari beberapa cluster akan membentuk
inti baru yang dapat mengembangkan wilayah disekitarnya dan seterusnya,
sehingga akan terbentuk kawasan industri kecil.
Untuk mendukung berkembangnya industri kecil perlu diupayakan pengadaan
teknologi pengolahan hasil pertanian yang tepat guna dan mempunyai efisiensi
yang besar, sehingga diharapkan akan meningkatkan kualiotas dan kuantitas
hasil industri kecil.
Dalam pengembangan industri kecil perlu didukung dengan pemasaran dan
permodalan. Strategi pemasaran dapat dibentuk melalui jaringan pemasaran
baru atau mengikuti pola jaringan pemasaran yang telah ada. Permodalan perlu
diupayakan dalam rangka pengembangan industri kecil.
Tabel 5.7. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pasca Produksi di
Kecamatan Poncokusumo
No Aspek Rencana
1 Pengembangan
Industri Kecil pengolah
hasil pertanian
- Pengembangan industri kecil pengolah hasil
produksi pertanian, khususnya hortikultura
(sayuran, buah-buahan).
- Pengadaan teknologi pengolahan hasil
pertanian.
- Pengadaan permodalan yang lunak dan ringan
dalam rangka mengembangkan industri kecil.
- Strategi pemasaran hasil industri kecil yang
tepat melalui pembentukan jaringan pemasaran.
- Peningkatan sumberdaya masyarakat dalam
mengolah hasil pertanian.
Sumber : Rencana
5.7.4. Rencana Sub Sistem Penunjang
Pengembangan subsistem usaha penunjang adalah bagian akhir yang
merupakan subsistem jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani
dan subsistem agribisnis hilir yang meliputi : penelitian dan pengembangan,
perkreditan dan asuransi, transportasi dan dukungan kebijaksanaan pemerintah
101 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

(mikro ekonomi, tata ruang, makro ekonomi). Arahan perencanaan
pengembangan sub sistem penunjang seperti berikut :
Tabel 5.8. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pendukung di
Kecamatan Poncokusumo
No Aspek Rencana
1 Informasi - Perencanaan pusat informasi agribisnis dan
pariwisata (tourism information)
2 Kredit - Penyiapan lembaga keuangan yang membantu
permodalan bagi masyarakat petani dan bagi
pengembangan industri kecil (KUD, KSP, dll)
- Permodalan bagi petani dan masyarakat dengan
sistem ringan dan lunak.
3 Kebijakan pemerintah
kota
- Rencana makro pengembangan agribis
- Dukungan Pemerintah dalam mencari investor
baik yang berskala nasional maupun investor
asing khususnya untuk pengembangan potensi
pertanian dan agribisnis, sehingga bisa
meningkatkan perekonomian dan pendapatan
daerah.
4 Pendidikan, pelatihan - Pelatihan staf perintis, pembimbing, dan
pengawas pelaksanaan industri kecil pengolah
hasil pertanian.
- Pelatihan pada masyarakat terkait dengan
pengembangan industri kecil di kawasan
agropolitan.
Sumber : Rencana
5.8. Rencana Sistem Transportasi
5.8.1. Rencana Jaringan Jalan dan Pola Pergerakan
Permasalahan-permasalahan yang timbul saat ini dalam kaitannya dengan jalur
yang terdapat di Kecamatan Poncokusumo adalah :
1. Tidak adanya jalur tembus dari jalur utama ke pusat kota Poncokusmo
atau pusat potensi Agropolitan.
2. Tidak menunjangnya kondisi jalan menuju potensi wisata (Air terjun
Coban Pelangi, Coban Trisula, Desa Wisata Ngadas.
102 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

3. Terputusnya jalur menuju Gunung Bromo sehingga harus melalui
Tumpang.
4. Belum berkembangnya objek-objek wisata yang potensial.
5. Sebagian besar jalan lingkungan kondisinya sangat buruk.
Perencanaan jaringan jalan dalam sebagai prasarana pendukung di kawasan
agropolitan adalah :
1. Perbaikan jalan menuju lahan pertanian atau kawasan agropolitan (jalan
usaha tani) pada tiap wilayah desa untuk mempermudah distribusi hasil
pertanian menuju lokasi pasar.
2. Pembangunan ruas jalan tembus dari Desa Pusat Pertumbuhan
Agropolitan (Desa Poncokusumo) Desa Wringianom/Gubuklakah.
3. Perbaikan ruas jalan desa untuk meningkatkan mobilitas penduduk,
barang, dan jasa.
4. Perbaikan jalan menuju lokasi wisata (Coban Pelangi, Coban Trisula,
Desa Wisata Ngadas).

Gambar 5.6. Rencana Jalur Transportasi dari Pusat Pertumbuhan Menuju
Kawasan Agropolitan
Jalur atau akses yang akan direncanakan adalah dengan membuka jalur utama
yang memalui pusat Agropolitan seterusnya menuju Objek Wisata Coban
Pelangi. Terputusnya akses jaringan jalan utama menuju kawasan potensial
Agropolitan maka perlu arahan rencana pengembangan jaringan jalan dengan
pola seperti pada gambar rencana jalan diatas.
Terkait dengan pengembangan kawasan Agropolitan yang akan menimbulkan
multiplier efek berupa kegiatan-kegiatan perdagangan dan pariwisata sebagai
pendukung dan pergerakan public. Maka rencana rute atau jalur transportasi
diklasifikasikan kedalam tiga jalur utama yaitu sebagai berikut:

Rencana Jalur Pola Jalur Eksisting
Rencana Jalur
Utama

Rencana Akses
Penghubung
Jalur Terputus
Jalur Utama
Jalur Lokal
103 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Jalur I (Tumpang - Wonomulyo Poncokusumo - Wringinanom) :
Merupakan Jalur/Lintas Perdagangan.
Jalur ini merupakan arahan rencana jalur dengan fungsi memberikan
pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan menikmati pengolaan
hasil produksi pertanian. Paket yang ditawarkan pada jalur ini adalah
Pasar Agribisnis dan Industri non polutan.
Jalur II (Tumpang Wringinanom Gubukklakah - Ngadas dan
Poncokusumo - Wringinanom) : Merupakan Jalur/Lintas Wisata
Jalur lintas wisata diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan wisata
bagi pengunjung dengan berbagai paket yang ditawarkan. Adapaun paket
wisata yang dapat dinikmati pada jalur ini adalah Agrowisata Apel, Coban
Trisula, Rest Area Hutan Mahoni dan Coban Pelangi.
Jalur III (Jalan-jalan Lingkungan/Jalan Desa) : Merupakan Jalur/
Lintas Publik.
Jalur Lintas Publik merupakan jalur yang digunakan sehari-hari oleh
masyarakat untuk kepentingan harian.
Untuk lebih jelas mengenai rencana jalur transportasi di Kecamatan
Poncokusumo dapat dilihat pada gambar Rencana Spesifikasi dan Sirkulasi.

Gambar 5.7. Rencana Spesifikasi dan Sirkulasi di Kecamatan Poncokusumo
Untuk menunjang perkembangan kawasan yang terencana dengan baik dan
meminimalisir permasalahan dimasa mendatang, perlu konsep pembagian
jalur/lintas yang diklasifikasikan berdasarkan rencana kegiatan utama yang akan
terkena multiplier. Multilplier kegiatan-kegiatan utama seperti pasar, Wisata,

Fasilitas/Pendukung/
Ekonomi/Tradding
Pandansari
Ngadireso
WONOMULYO
PONCOKUSUMO
- BANDARA
- SURABAYA
- SEMERU
- BROMO
- LUMAJANG
- MALANG
- SAWOJAJAR
- MALANG
- TAJINAN
Fasilitas/Jasa
Tourism
Jalur/ Lintas
Wisata
Lintas Publik
Lintas
Perdagangan
104 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Aktifitas-aktifitas publik sehari-hari akan menimbulkan pergerakan yang berbeda-
beda tingkatannya. Dengan pemisahan jalur inilah kemungkiman kepadatan lalu
lintas dimasa mendatang dapat terkendali.
Berdasarkan rencana jalur transportasi terdapat bebrapa paket agropolitan yang
dapat dimikmati oleh masyarakat untuk lebih jelasnyapaket agropolitan pada
masing-masing jalur rencana dapat dilihat pada bagan berikut ini :
A. Paket Pada Jalur I (Lintas Perdagangan)
Paket Agropolitan yang dapat dimikmati pada lintas perdagangan berupa
kegiatan-kegiatan pelayanan jasa dan perdagangan hasil pertanian. Untuk itu
bagi masyarakat dengan tujuan belanja dapat melalui lintas perdagangan. Untuk
lebih jelasnya, paket agropolitan pada jalur ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 5.8 Paket Agropolitan pada Lintas Perdagangan
B. Paket Agropolitan Pada Jalur II (Lintas Wisata).
Pada jalur ini paket agropolitan yang dapat dinikmati berupa kegiatan-kegiatan
berwisata baik itu wisata alam, wisata belanja, maupun wisata pendidikan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Paket Wisata Pada Jalur II
Poncokusumo.

Poncokusumo
Agrowisata
Pasar Agribisnis
dan pusat jasa



Tumpang
Wringinanom
Wonomulyo
105 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang


Gambar 5.9 Paket Agropolitan pada Lintas Wisata
C. Paket Wisata pada Pada Jalur III.
Pengembangan pada jalur ini merupakan pengembangan kawasan dalam
jangka panjang. Aspek-aspek kegiatan yang akan berkembang pada kawasan
ini merupakan multiplier effect dari pusat kegiatan agropolitan. Untuk itu
pengembangan pada zona-zona ini merupakan pengembangan dalam jangka
panjang.

Gubuklakah
- Desa Wisata
- Pemandangan
alam
- Sunset
- Wisata Reliji
Tumpang
Ngadas
Bromo,
Semeru
Wringinanom - Kebun Apel
- Pemandangan Alam
dataran tinggi.
- Rest Area Hutan Mahoni
- Kebun Apel
- Pusat Jasa
- TN-BTS
- Hutan Raya
106 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB VI
KLASTER INDUSTRI AGROWISATA
6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata
6.1.1. Industri Inti
Sendratari Candi Jago Tumpang (Tari Topeng) (Rutin) (Tari Mendet)
Wisata Ngadas rutin dilakukan (Kasadoan, Karo, Unan unan)
(Wisata religi)
Jaran Kepang, Bantengan
Dram band (wisata lokal)
Wayang Kulit
Wayang Orang
Kelompok Ludruk
Padepokan / Sanggar Tari
Pesta Lebaran di umbul-umbul Tirta (Wendit, Jenon, Jeru, Coban
Pelangi, Ringin Songo, dll)
Kain Motif Batik (Printing)
Batik tulis dan cap
Petik Buah Apel, Blimbing, Buah Naga, dll
Arung Jeram (Gubuk Glakah, Kec. Poncokusumo)
Home Stay di Pocokusumo (Bromo)
Kec. Tumpang Gn. Tabor
Gueshouse Gubuk Klakah
Rest area
Jalan aspal cukup baik tapi sempit
Jalan Beton
Track road untuk olah raga motor trail
6.1.2. Industri Pemasok
Pengusaha Benih
Pengusaha Bibit
107 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pengusaha Obat & Pupuk
Sayur Poncokusumo
Padi Tumpang
Buah Poncokusumo
Persewaan Jeep Tumpang
TPI Sendang Biru, Sumber Manjing Wetan
Budidaya Ikan Air Tawar (Lokal)
Hotel dan Biro Travel
Bandara Abdul Rahman Saleh
6.1.3. Industri Terkait
Pariwisata
Transportasi
Industri Kemasan
Petani Daerah Lain
Distributor Daerah Lain
6.1.4. Industri Pendukung
Tranportasi
Industri Pengemasan
Perbankan
Pln
Pengairan
Konsultan Tehnis
6.1.5. Lembaga Pendukung
PHRI
Polisi Wisata
Dinas Pariwisata Kabupaten &Provinsi
Dinas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Lembaga Bantuan Hukum Untuk Wisatawan
Asosiasi Pedagang
Asosiasi Pengrajin
108 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

6.1.6. Pemasaran
Pameran Wisata Nasional
Pameran ke luar Negeri
Portal Pariwisata
Gambar 6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang
6.2. Analisis Lingkungan Usaha
6.2.1. Industri Pemasok
a) Faktor Pendukung
Lahan pertanian cukup
Tersedianya jaringan irigasi
Bibit tersedia cukup
10 jeep unt ke Bromo
Ikan laut segar dengan harga terjangkau
Ikan air tawar segar dengan harga terjangkau
Bahan baku olahan tersedia
109 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Jumlah SDM banyak
Hasil Hortikultura yang Surplus
Letak Geografis yg strategis
Faktor Sumber daya alam yang memadai
Saprotan mudah & banyak
Adanya Kelompok Tani
b) Faktor Penghambat
Faktor musim bisa mengakibatkan gagal panen
Pengadaan pupuk
Terbatasnya PPL
Belum adanya asosiasi hasil pertanian.
Terbatasnya dan kurang memadainya penginapan (hotel)
Belum adanya tempat penyimpanan (cold storage) ikan
Pasar Desa masih belum berkembang
Kurang sinerginya dalam perencanaan pembangunan jalan
Peremajaan tanaman holtikultura belum optimal
Terbatasnya sarana transportasi umum dari dan ke bandara
Kurangnya pola (model) dan rotasi tanaman pertanian
Fluktuasi harga sangat tinggi
Jumlah Hasil Produksi tidak berkembang
Hama / penyakit tanaman
Kualitas SDM Rendah
Tekonologi yg digunakan sederhana
Harga Saprotan mahal
6.2.2. Industri Terkait
a) Faktor Pendukung
Tersedianya produk susu dan susu olahan (yogurt,
pasteurisasi, dll
Tersedianya Factory Outlet berbagai produk setempat
110 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Tersedianya makanan olahan berbasis buah-buahan, sayuran,
jamur, manco, dll
Tersedianya produk minuman olahan seperti sari apel,
blimbing, buah naga, dll
Industri souvenir seperti kayu kaligrafi dll
Banyak Objek wisata, alam dan budaya
Akses sangat mudah
Usaha Jasa Traveling
b) Faktor Penghambat
Jaringan pemasaran produk industri kurang optimal
SDM Trampil masih terbatas dan belum berkembang
Kemasan produk kurang menarik
Kontiunitas produk kurang terjamin
Kurangnya informasi dan sosialisasi akses permodalan dengan
bunga rendah
Kurangnya penumbuhan kewirausahaan dan pengembangan
usaha
Peremajaan tanaman holtikultura belum optimal
Kualitas Sarana Jalan & Transportasi
Informasi kurang
Kuatnya modal & Jaringan Pemasok Pesaing
Fasilitas Gudang & Pasar Agro belum tersedia
Banyaknya Produk sejenis dari daerah lain
6.2.3. Industri Pendukung
a) Faktor Pendukung
Tersedianya lembaga permodalan yang cukup variatif dengan
bunga rendah
BPP
Dinas Pertanian
Jaringan jalan sudah tersedia
Keamanan
111 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sarana Listrik
Masyarakat yg Kooperatif
b) Faktor Penghambat
Belum adanya kerjasama dengan lembaga pendidikan
pariwisata
Lamanya proses pengajuan modal
Bunga Kredit yang tinggi
Listrik sering mati
Alat pengemasan kurang
Sarana Irigasi perlu dikembangkan
Sarana Prasarana umum perlu diperbaiki
Irigasi belum semua baik
6.2.4. Kondisi Permintaan
a) Faktor Pendukung
Produk setempat mengalami peningkatan (indikatornya adalah
pesanan dari dalam dan luar negeri)
Promosi obyek wisata di website sudah menyeluruh
Dinas Pertanian
Pengepul & pengusaha banyak
Konsumen yang kontinue
Tersedianya komoditas hortikultura berkelanjutan
Harga produk murah
b) Faktor Penghambat
Belum optimalnya lembaga pelayanan wisata asing
Lamanya proses pengajuan modal
Standart mutu
Belum tersedia sta pasar
Transportasi mahal
Kurangnya informasi produk
112 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Jumlah produksi tertentu kurang
Pembayaran yang tidak tunai
Persaingan & permainan harga
6.3. Agenda Perkuatan Lingkungan Usaha
6.3.1. Industri Pemasok
Perlu peningkatan teknologi pertanian untuk mengantisipasi
perubahan iklim
Perlu teknologi rotasi jenis tanaman pertanian disesuaikan dengan
kondisi iklim
Penambahan SDM PPL
Perlu penambahan kuota pupuk kimia
Mendorong produksi pupuk organik di kelompok tani
Peningkatan program desa wisata
Peningkatan program Pasar Desa (revitalisasi)
Penambahan jalur transportasi umum dari dan ke bandara.
Penguatan dan perbaikan jaringan transportasi desa
Perlu peningkatan koordinasi, harmonisasi dan sinergi dari para
aktor dan lembaga
Penyuluhan / Pelatihan SDM
Perbanyak Green House & Kegiatan Pertanian
Penguatan Jaringan antar Petani
6.3.2. Industri Terkait
Peningkatan pelatihan SDM Trampil
Pelatihan kemasan produk
Pendampingan kemasan produk
Penerapan teknologi out season (di semua musim)
Peningkatan informasi dan sosialisasi akses permodalan dengan
bunga rendah
Penumbuhan klinik wirausaha
Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Produk
113 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sarana Penginapan
Perlu adanya promosi wisata
Perbaikan Sarana - Prasarana
Menguatkan Jaringan Informasi pariwisata
6.3.3. Industri Pendukung
Perlu adanya nota kesepakatan kerjasama antara lembaga
pendidikan dengan Pemerintah Kabupaten.
Bimbingan & Penyuluhan untuk Petani
Peningkatan Infrastruktur
Pengembangan Irigasi dan Listrik
Diadakan temu usaha antara pelaku & Pemilik Modal
Ada MOU dgn Pihak Swasta & Pengelola
Membuat PERDA/PERBUP/SK ttg Pengelolaan Agrowisata
Kemudahan dalam aturan pengajuan Modal
Bantuan peralatan pengolahan
6.3.4. Pemasaran
Dibentuknya pusat pelayanan informasi kepariwisataan
Pembangunan pasar agro
Perbaikan sarana dan prasarana
Promosi produk
Peran koperasi di tingkatkan
Perbaikan kualitas produk dengan standart ekspor
Pelatihan pengemasan produk dan pengembangan
6.4. Sasaran Jangka Menengah
Sasaran jangka menengah penguatan klaster industri agrowisata Kabupaten
Malang adalah sebagai berikut:
1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk
meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta
kelangsungan pekerjaan mereka;
114 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat
tentang pentingnya pertanian, pariwisata dan kontribusinya untuk
perekoniman secara luas dan meningkatkan mutu hidup;
3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah
mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di kawasan
agrowisata;
4. Agrowisata dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan
membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan
menciptakan nilai tambah dan direct-marking merangsang kegiatan
ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah dimana
agrowisata dikembangkan.
6.5. Strategi Penguatan Klaster Industri Agrowisata
a. Peningkatan Prasarana Wilayah Penunjang Agrowisata
Pembangunan pasar agro;
Peningkatan Infrastruktur;
Bantuan peralatan pengolahan;
Perbaikan sarana transportasi.
b. Promosi, Pemasaran dan Pemodalan
Promosi produk;
Membuat PERDA/PERBUP/SK tentang Pengelolaan Agrowisata;
Perlu adanya promosi wisata;
Membuat PERDA/PERBUP/SK tentang Pengelolaan Agrowisata;
Peran koperasi di tingkatkan.
c. Pelatihan SDM Pertanian Hortikultura dan Pemandu Wisata
Perbanyak Green House & Kegiatan Pertanian;
Perbaikan kualitas produk dengan standart ekspor;
Pelatihan pengemasan produk dan pengembangan;
Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Produk;
Bimbingan & Penyuluhan untuk Petani dan Pemandu Wisata;
Penguatan Jaringan antar Petani.

115 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

6.6. Pokok-pokok Rencana Tindak
1. Pemasaran Hasil Pertanian: diharapkan dengan perkembangnya pariwisata hasil
pertanian dapat terserap pada sektor ini;
2. Teknologi yang dinamis: dengan berkembangnya pariwisata berkembang pula
teknologi pertanian yang ada karena tuntutan dunia pariwisata;
3. Tersedianya sarana produksi;
4. Perangsang produksi pertanian, dengan berkembangnya pariwisata harga
produk pertanian diharapkan dapat dihargai cukup layak sehingga gairah petani
untuk bekerja semakin meningkat;
5. Pengangkutan, Insfrastruktur yang dibangun untuk pariwisata juga dapat
dimanfaatkan oleh sektor pertanian.
6.7. Unsur Penunjang Penguatan Klaster Industri Agrowisata
Penguatan klaster industri agrowisata dapat menimbulkan dampak kerugian
yang ditimbulkan, antara lain penurunan kualitas lingkungan, terjadinya
kesenjangan ekonomi serta perubahan sosial budaya yang negatif. Dalam
kaitannya dengan penguatan klaster industri agrowisata sebagai kerangka
pengembangan masyarakat petani pada kehidupan yang lebih baik, maka
diperlukan pengembangan unsur penunjang yang berupa:
1. Menjaga kelestarian lingkungan: Pengembangan klaster industri
agrowisata harus memperhatikan kelestarian lingkungan karena jika
lingkungan rusak mustahil pariwisata bisa terus berkembang.
2. Pemanfaatan sumberdaya daya alam secara bijaksana: Sumberdaya
alam yang ada bukan untuk dinikmati oleh generasi sekarang saja tetapi
untuk anak cucu kita juga, dari sinilah diharapkan kita tidak melakukan
exploitasi alam dengan semena-mena.
3. Keseimbangan antara konsumsi dan produksi: Berproduksi sesuai
dengan permintaan pasar, bukan melakukan penawaran secara
berlebihan sehingga tercipta kondisi over suplay, jika kondisi ini terjadi
maka segala sesuai akan bernilai rendah.
4. Peningkatan Sumberdaya manusia: Jika sumberdaya manusia tidak
cakap, maka ada potensi dalam waktu panjang SDM yang ada akan
tergusur oleh SDM global yang lebih potensi dan kompeten, disinilah
diperlukan pengembangan SDM secara terus menerus.
5. Pemberantasan kemiskinan: Program-program yang ditawarkan oleh
pemerintah sebaiknya tidak hanya memberikan kemudahan bagi kapitalis
116 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

tetapi juga sebaiknya memperhatikan masyarakat petani yang sebagian
besar tergolong miskin bahkan melarat.
6.8. Rencana Tindak Penguatan Klaster Industri Agrowisata Tahun 2012-
2013
No SASARAN STRATEGIS KEGIATAN
2012 2013
A KLASTER AGRO
Pengembangan kegiatan
pertanian holtikultura meliputi
budidaya, pengolahan dan
bisnis hortikultura
Rewiev Masterplan
Agropolitan Kabupaten
Malang
Penyusunan Masterplan
Agribisnis Holtikultura di
Poncokusumo Kabupaten
Malang
Program Peningkatan
Prasarana Wilayah
Penunjang Agrowisata
Kecamatan Poncokusumo
Pembangunan Pasar
Agro
Peningkatan Infrastruktur
Bantuan Peralatan
Pengolahan Pertanian
Perbaikan Sarana
Transportasi
Program Promosi,
Pemasaran dan Pemodalan
Promosi Produk dan
Wisata
Menyususn Peraturan
Daerah tentang
Pengelolaan Agrowisata
Peningkatan Peran
Koperasi dalam
Pengelolaan Agrowisata
Program Pelatihan SDM
Pertanian Holtikultura
Sosialisasi Green House
dan kegiatan pertanian
Perbaikan Kualitas
Produk dengan standar
internasional
Pelatihan Pengemasan
Produk
Pelatihan Untuk
meningkatkan kualitas
produk
Bimbingan dan
Penyuluhan Kelompok
Petani
Penguatan Jaringan Antar
Petani
B KLASTER PARIWISATA
Tertatanya potensi daya tarik
pariwisata utama secara baik
sehingga dapat memberikan
pengalaman yang lengkap bagi
wisatawan.
(sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010 2025)
Kajian Review Rencana
Induk Pembangunan
Pariwisata Kabupaten
Malang
Penyusunan Peraturan
Daerah Kabupaten
Malang Tentang Rencana
Induk Pembangunan
Pariwisata Kabupaten
Malang 2013-2025
117 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Ruang Lingkup RIPPARDA
Kabupaten Malang meliputi :
a. pembangunan destinasi
pariwisata Provinsi Jawa
Timur;
b. pembangunan pemasaran
pariwisata;
c. pembangunan industri
pariwisata; dan
d. pembangunan kelembagaan
kepariwisataan.
Kajian Pengembangan
Pemasaran dan Promosi
Pariwisata Kabupaten
Malang
Kajian Pengembangan
Produk Wisata Kabupaten
Malang


118 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB VII
PENUTUP
Sejalan dengan kebijaksanaan umum di atas, terlihat bahwa antara pariwisata
dan pertanian dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya
saing produk pariwisata dan produk pertanian Indonesia dalam rangka
meningkatkan perolehan devisa dari komoditi ekspor non migas. Sebagai negara
agraris, sector pertanian merupakan sector yang dominan dan merupakan tulang
punggung perekonomian Indonesia. Upaya peningkatan dan
penganekaragaman usaha pertanian terus ditingkatkan secara intensif dan
terencana, baik yang secara tradisional maupun modern merupakan potensi
kuat yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat dinikmati oleh
wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Potensi budidaya pertanian, budaya dan sumberdaya alam yang dapat dijadikan
agrowisata antara lain :
1. Perkebunan
Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai
objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang
kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan
sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan
perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi
wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun
pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai objek agrowisata
terdiri dari perkebunan teh kopi, tebu, dan lain-lain. Pada dasarnya luas
suatu perkebunan ada batasnya, namun perkebunan yang dijadikan
sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi, dengan kata lain luasnya
sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata yang diberikan.
Untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik dan
benar, seyogyanya dalam objek dilengkapi dengan unit pengolahan,
laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan prasarana.
2. Tanaman pangan dan Hortikultura
Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata
antara lain kebun bunga-bungaan, kebun buah-buahan, kebun sayur-
sayuran, kebun tanaman obat-obatan/ jamu.
3. Peternakan
Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara
tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan/ keunikan
119 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus
seperti bekisar dan burung puyuh.
4. Perikanan
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan
dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup
besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar
untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar
kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan
budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat
dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar,
budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap
merah, dan mutiara).
Obyek wisata di kawasan pantai selatan seperti di Kecamatan Donomulyo
Bantur Gedangan Sumbermanjing Wetan Dampit Ampelgading dan
Tirtoyudo belum dikembangkan dan masih alami.
5. Budaya
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai onjek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan
sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.
6. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan
yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para
wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya: berburu, mendaki
gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain-lainnya.
Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan
pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti
udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara
tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan
peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya
permintaan akan Agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi
pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun
produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan
hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga
merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas,
mulai dari pendidikan tentanig kegiatan usaha dibidang masing-masing sampai
kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam.
120 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Objek Agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan
yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil
yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Cara-cara
bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara cara
penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh objek yang kaya
dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga
merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada
wisatawan yang disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga
dapat menjadi media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk
membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan datangnya masyarakat
mendatangi objek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk
dan objek Agrowisata yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan
masyarakat.
Dengan demikian melalui Agrowisata bukan semata merupakan usaha / bisnis
dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan
pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan
sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan
masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi
produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru
wilayah. Dengan demikian maka Agrowisata dapat menjadi salah satu sumber
pertumbuhan baru deerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional.
Potensi Agrowisata yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah
kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan
pengelolaan Objek Agrowisata di era globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai
dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap
objek wisata dapat menentukan sasaran dan bidang garapan pasar yang dapat
dituju. Dalam pengembangan Agrowisata dibutuhkan kerjasama sinergis
diantara pelaku yang teribat dalam pengelolaan Agrowisata, yaitu masyarakat,
swasta dan pemerintah.


121 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

DAFTAR PUSTAKA
1. About Agritourism at http://www.farmstop.com/aboutagritourism.asp
2. Agenda 21, 1992, The Travel Tourism Industry; towards Environmentaly
Sustainable Development, WTTC, WTO, The Earth Council.
3. Agricultural Tourism Small Farm Center and Partners Launch Agricultural
Tourism Project at http://www.sfc.ucdavis.edu/agritourism/agritour.html.
4. Anonim. 2011. Kabupaten Malang Dalam Angka 2010. Bappeda Kabupaten
Malang.
5. Anonim. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Malang No.2 Tahun 2011 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Malang Tahun 2010-2015. Bappeda Kabupaten Malang.
6. Anonim. 2009. Profil Potensi Kabupaten Malang. Bappeda Kabupaten Malang.
7. Brahmantyo, dkk . 2001. Potensi dan Peluang Usaha dalam Pengembangan
Pariwisata Gunung Salak Endah. Jakarta: LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah,
Vol 5. No. 3 Maret 2001.
8. Deptan, 2005. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani pada
http://database.deptan.go.id
9. Lindberg K. dan Hawkins E.D, 1995. Ekoturisme : Petunjuk Untuk Perencanaan
dan Pengelolaan. The Ecotourism Society. North Benington, Vermont.
10. Nehruddin, SE. MM. 2007. Masterplan Agropolitan Kabupaten Malang Tahun
2007. Bappeda Kabupaten Malang.
11. Pitana, I Gde. 2002. Pengembangan Ekowisata di Bali. Makalah Disampaikan
pada Seminar Ekowisata di Auditorium Universitas Udayana pada tanggal 29
Juni 2002.
12. Rudy Aryanto. 2003. Environmental Marketing Pada Ekowisata Pesisir:
Menggerakan Ekonomi Rakyat Daerah Otonom. Institut Pertanian Bogor:
Program Pasca Sarjana / S3, Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
13. Salyo Sutrisno. 209. Pengembangan Kawasan Agrowisata Berbasis Salak Di
Kabupaten Ponorogo, Agritek Vol. 17 No. 4 Juli 2009
14. The International Ecotourism Society at http://www.ecotourism.org

Anda mungkin juga menyukai