Oleh:
KELOMPOK 11
Foto Mahasiswa 2
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan karunianya sehingga kita masih diberikan kesehatan kepada kita,
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan tugas proyek ini yang bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Industri dan Perawatan.
Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
pembaca dan bagi kelompok kami juga.
Oleh karena itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat di laporan ini. Maka dari itu kami mengharapkan segala macam
kritikan dan saran sehingga membangun pemikiran agar dapat
memperbaiki laporan yang saya buat agar kedepannya lebih baik lagi.
Namun, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca danbagi
kami khususnya. Atas perhatian kami mengucapkan terima kasih.
KELOMPOK 11
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri tempe merupakan salah satu sektor agroindustri yang
memiliki peran penting dalam menyediakan pangan bergizi dan mendukung
ekonomi lokal. Tempe, sebagai produk fermentasi kedelai, tidak hanya
menjadi sumber protein yang berkualitas tinggi tetapi juga memiliki nilai
ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan
kunjungan ke pabrik tempe oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang
Manajemen Industri dan Perawatan merupakan langkah yang relevan dan
bermakna.
1. Kontribusi Industri Tempe dalam Perekonomian dan Kesejahteraan
Masyarakat
Industri tempe bukan hanya sebagai produsen pangan, tetapi juga
memiliki dampak ekonomi yang besar. Pabrik-pabrik tempe di berbagai
wilayah tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga memberdayakan
petani kedelai dan pemasok bahan baku lainnya. Oleh karena itu, memahami
dan mengelola aspek-aspek manajemen industri dalam konteks industri
tempe akan memberikan wawasan yang berharga bagi mahasiswa
Manajemen Industri.
2. Tantangan dan Peluang dalam Pengembangan Industri Tempe
Industri tempe dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk aspek-
aspek manajemen produksi, distribusi, dan pemasaran. Melalui kunjungan ke
pabrik tempe, mahasiswa Manajemen Industri dapat mengamati langsung
proses produksi, mengidentifikasi permasalahan yang mungkin muncul, dan
merancang strategi perawatan mesin dan peralatan untuk meningkatkan
efisiensi produksi.
3. Implementasi Konsep Manajemen Industri dalam Praktik
Mata kuliah Manajemen Industri dan Perawatan memberikan
pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep manajemen yang dapat
diterapkan dalam berbagai industri. Melibatkan mahasiswa dalam kunjungan
ke pabrik tempe memberikan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan
teori-teori tersebut. Selain itu, hal ini memungkinkan mahasiswa untuk
memahami keterkaitan antara manajemen industri dan perawatan dalam
konteks nyata.
4. Pengembangan Keterampilan Praktis dan Profesionalisme
Kegiatan kunjungan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis industri
tempe tetapi juga melibatkan pengembangan keterampilan praktis, seperti
observasi, analisis, dan komunikasi. Mahasiswa dapat memperoleh wawasan
tentang bagaimana mengelola tim, mengidentifikasi permasalahan produksi,
dan mengusulkan solusi yang inovatif.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, kunjungan ke pabrik
tempe oleh UKM Manajemen Industri dan Perawatan menjadi suatu kegiatan
yang tidak hanya memberikan manfaat akademis tetapi juga menciptakan
kesempatan untuk pengembangan keterampilan praktis dan profesionalisme
bagi para mahasiswa.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menganalisis
alasan-alasan penting di balik perlunya kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) di bidang Manajemen Industri dan Perawatan untuk melakukan
kunjungan ke pabrik tempe. Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari Proses Produksi Tempe secara Langsung
2. Menganalisis Tantangan dan Peluang dalam Manajemen Produksi Tempe
3. Memahami Aspek Manajemen Distribusi dan Pemasaran dalam Konteks
Industri Tempe
4. Mengkaji Praktik Perawatan Mesin dan Peralatan dalam Produksi Tempe
5. Mendorong Pengembangan Keterampilan Praktis dan Profesionalisme
Mahasiswa
BAB II
GAMBARAN UMUM USAHA
Penjelasan:
1) Direktur/Pemilik: Bertanggung jawab atas keputusan strategis dan
manajemen keseluruhan pabrik.
2) Kepala Produksi: Memimpin departemen produksi, mengawasi proses
produksi, dan memastikan efisiensi operasional.
3) Supervisor Produksi: Bertanggung jawab atas pengelolaan langsung
operator produksi dan pemeliharaan keberlanjutan produksi.
4) Operator Produksi: Melaksanakan tugas-tugas produksi sehari-hari untuk
memastikan kualitas produk.
5) Kepala Pemasaran: Memimpin departemen pemasaran, merancang
strategi pemasaran, dan menjaga hubungan dengan pelanggan.
6) Supervisor Pemasaran: Bertanggung jawab atas tim staf pemasaran dan
pelaksanaan strategi pemasaran.
7) Staf Pemasaran: Melaksanakan tugas pemasaran, termasuk promosi
produk, penjualan, dan hubungan pelanggan.
Struktur ini menciptakan hierarki yang jelas dan memperlihatkan
hubungan antardepartemen dalam mendukung operasional dan pertumbuhan
Pabrik Tempe Sofyan.
BAB IV
TEKNOLOGI
2. Air:
Air digunakan dalam beberapa tahap proses, terutama dalam
perendaman kedelai. Air yang digunakan harus bersih dan aman untuk
memastikan proses fermentasi dan keamanan produk.
3. Kultur Jamur Rhizopus oligosporus:
Kultur jamur Rhizopus oligosporus adalah mikroorganisme yang
digunakan dalam proses fermentasi tempe. Jamur ini memiliki peran penting
dalam mengubah kedelai menjadi tempe dengan memberikan tekstur, rasa,
dan aroma khas tempe.
4. Daun Pisang atau Cetakan:
Untuk membentuk tempe, Pabrik Tempe A mungkin menggunakan
daun pisang tradisional atau cetakan lainnya. Ini membantu dalam
membentuk tempe menjadi bentuk yang diinginkan dan memberikan
pengaruh pada proses fermentasi.
5. Kemasan:
Bahan kemasan digunakan untuk melindungi dan mengemas tempe
yang telah selesai diproduksi. Bahan kemasan harus aman dan sesuai
dengan standar keamanan pangan.
6. Label dan Informasi Produk:
Label dan informasi produk mungkin mencakup informasi nutrisi,
tanggal kedaluwarsa, dan informasi lainnya yang diperlukan sesuai peraturan
keamanan pangan.
Pabrik Tempe Sofyan berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan
berkualitas tinggi dan menjalankan praktik-produksi yang aman dan ramah
lingkungan. Dengan memperhatikan kualitas bahan yang digunakan, Pabrik
Tempe Sofyan dapat memastikan bahwa tempe yang dihasilkan tidak hanya
lezat tetapi juga memberikan manfaat nutrisi yang optimal kepada konsumen.
4.1.2 Uraian Proses
1. Pemilihan Kedelai Berkualitas Tinggi
Proses dimulai dengan pemilihan dan pembelian kedelai berkualitas
tinggi sebagai bahan baku utama. Kedelai dipilih dengan cermat untuk
memastikan kualitas dan keberlanjutan pasokan.
2. Persiapan Bahan Baku:
Kedelai yang telah dipilih kemudian disortir dan dibersihkan secara
menyeluruh untuk menghilangkan kotoran dan impuritas. Proses
persiapan ini penting untuk memastikan kualitas dan keamanan
pangan.
3. Perendaman dan Penggilingan:
Kedelai yang sudah bersih direndam dalam air untuk mengaktifkan
proses fermentasi.
Setelah perendaman, kedelai digiling menjadi pasta halus atau bubur
menggunakan mesin penggilingan.
4. Fermentasi:
Pasta kedelai ditempatkan dalam cetakan atau daun pisang untuk
membentuk tempe.
Tempe kemudian dibiarkan dalam kondisi yang hangat dan lembab
untuk memungkinkan pertumbuhan kultur jamur Rhizopus oligosporus
yang menyebabkan fermentasi dan membentuk tempe.
5. Pemantauan dan Pengendalian Proses:
Selama proses fermentasi, suhu, kelembaban, dan waktu fermentasi
dimonitor dan dikontrol secara cermat untuk memastikan kondisi
optimal bagi pertumbuhan jamur dan kualitas tempe.
6. Pengemasan:
Setelah tempe mengalami fermentasi yang cukup, produk tempe
dikemas dengan cermat dalam kemasan yang sesuai dengan standar
keamanan pangan.
Label dan informasi produk, termasuk tanggal kedaluwarsa, dapat
ditambahkan pada tahap ini.
7. Penyimpanan:
Tempe yang telah dikemas kemudian disimpan pada kondisi
penyimpanan yang sesuai untuk menjaga kualitas dan kesegarannya
sebelum didistribusikan ke pasar.
8. Distribusi:
Produk tempe siap untuk didistribusikan ke pasar lokal dan mungkin
juga wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan jaringan distribusi yang
telah ditetapkan.
9. Pengawasan Kualitas:
Selama seluruh proses produksi, pabrik menerapkan pengawasan
kualitas ketat untuk memastikan bahwa tempe yang dihasilkan
memenuhi standar keamanan pangan dan kualitas yang ditetapkan.
10. Output: Tempe Berkualitas Tinggi
Output akhir dari pabrik adalah tempe berkualitas tinggi yang
memenuhi harapan konsumen dalam hal rasa, tekstur, dan keamanan
pangan.
Melalui serangkaian langkah-langkah ini, Pabrik Tempe Sofyan mengelola
dengan cermat setiap tahapan dalam proses produksinya untuk
menghasilkan tempe yang tidak hanya lezat tetapi juga aman dan berkualitas
tinggi. Dari pemilihan bahan baku hingga distribusi, pabrik ini berkomitmen
untuk memberikan produk tempe terbaik kepada konsumen.
2) Mesin Pemeras:
Mesin pemeras dapat digunakan untuk menghilangkan sari air dari pasta
kedelai. Proses ini dapat membantu meningkatkan fermentasi dan kualitas
tempe yang dihasilkan.
3) Tempat Fermentasi Kontrol Suhu:
Pabrik mungkin memiliki ruang fermentasi yang dilengkapi dengan
peralatan pengontrol suhu. Ini penting untuk menciptakan kondisi optimal
bagi pertumbuhan jamur Rhizopus oligosporus selama proses fermentasi.
4) Peralatan Pemantauan Kualitas:
Pabrik mungkin dilengkapi dengan peralatan pemantauan suhu,
kelembaban, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tempe. Alat
ini membantu memastikan kondisi produksi yang optimal.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun beberapa mesin dapat digunakan,
Pabrik Tempe Sofyan mungkin tetap mempertahankan elemen tradisional
dalam proses produksinya. Keseimbangan antara teknologi dan tradisi
membantu mempertahankan kualitas tempe yang otentik sambil
meningkatkan efisiensi dalam produksi.
4.2.2 Peralatan
1) Bak atau Tangki Rendam:
Digunakan untuk merendam kedelai dalam air sebagai bagian dari proses
perendaman sebelum penggilingan. Proses ini diperlukan untuk mengaktifkan
fermentasi.
2) Tampah atau Daun Pisang:
Sebagai pengganti cetakan modern, tampah atau daun pisang digunakan
untuk membentuk tempe. Tempat ini memberikan lingkungan yang
mendukung proses fermentasi.
3) Alat Pengukur Suhu dan Kelembaban:
Pada tahap fermentasi, alat pengukur suhu dan kelembaban tradisional
dapat digunakan untuk memastikan kondisi optimal bagi pertumbuhan jamur
tempe.
4) Wadah Tahan Panas:
Digunakan untuk menempatkan dan membentuk tempe selama proses
fermentasi. Wadah ini harus dapat menahan panas yang dihasilkan selama
proses fermentasi.
5) Alat Pemeras Sari Kedelai:
Setelah proses fermentasi, sari air yang dihasilkan selama proses
penggilingan kedelai mungkin perlu diperas. Pemerasan ini dapat dilakukan
dengan alat sederhana untuk menghilangkan kelebihan air.
6) Alat Pengeringan Tradisional:
Untuk mengeringkan tempe setelah proses fermentasi, pabrik mungkin
menggunakan alat pengeringan tradisional seperti alat pengeringan matahari
atau sistem pengeringan udara alami.
7) Peralatan Pengemasan Manual:
Untuk mengemas tempe setelah proses fermentasi dan pengeringan,
peralatan pengemasan manual seperti pembungkus daun pisang atau
kemasan tradisional mungkin digunakan.
Pabrik Tempe Sofyan memadukan elemen tradisional dalam proses
produksinya, dan peralatan yang digunakan mencerminkan pendekatan yang
mempertahankan keaslian sambil memastikan keamanan dan kualitas tempe
yang dihasilkan.
4.2.3 Penerapan K3
Pabrik Tempe Sofyan, meskipun menjalankan proses produksi tempe
secara tradisional, tetap mengutamakan keselamatan kerja untuk melindungi
kesejahteraan karyawan. Berikut adalah penjelasan tentang penerapan
keselamatan kerja di Pabrik Tempe Sofyan:
1) Pelatihan Keselamatan:
Karyawan yang terlibat dalam proses produksi tempe menerima pelatihan
keselamatan kerja yang mencakup aspek-aspek seperti penggunaan
peralatan, penanganan bahan kimia (jika ada), dan prosedur keselamatan
umum.
2) Perlengkapan Pelindung:
Karyawan diberikan peralatan pelindung pribadi (PPE) sesuai dengan
risiko potensial dalam pekerjaan mereka. Ini termasuk, namun tidak terbatas
pada, pelindung mata, sarung tangan, dan pelindung telinga jika diperlukan.
3) Penanganan Bahan Kimia:
Jika ada penggunaan bahan kimia dalam proses produksi, pabrik
memastikan bahwa karyawan memahami cara penggunaan yang aman dan
dilengkapi dengan informasi tentang bahan kimia yang digunakan.
4) Pengaturan Ruang Kerja yang Aman:
Area produksi dan ruang fermentasi dirancang dan diatur sedemikian rupa
untuk menghindari potensi bahaya fisik dan kimia. Penataan ruang kerja
harus mempertimbangkan ventilasi yang baik dan akses yang mudah.
5) Prosedur Darurat:
Pabrik memiliki prosedur darurat yang jelas dan dilatihkan kepada
karyawan untuk menangani situasi darurat, termasuk pemadaman kebakaran,
evakuasi, dan tindakan pertolongan pertama.
6) Pemeriksaan dan Perawatan Peralatan:
Peralatan produksi secara rutin diperiksa dan dirawat untuk memastikan
bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Hal ini dapat mengurangi risiko
kecelakaan yang disebabkan oleh kegagalan peralatan.
7) Penggunaan Alat Bantu:
Karyawan yang terlibat dalam proses produksi diberikan alat bantu atau
mesin yang aman dan sesuai standar untuk mengurangi risiko cedera atau
kelelahan kerja.
8) Promosi Kebiasaan Kerja Aman:
Keselamatan kerja diintegrasikan sebagai bagian dari budaya kerja di
Pabrik Tempe Sofyan. Karyawan didorong untuk melaporkan kondisi tidak
aman dan berpartisipasi dalam inisiatif keselamatan.
9) Komunikasi Keselamatan:
Pabrik secara teratur berkomunikasi mengenai isu-isu keselamatan,
perubahan prosedur, atau pembaruan kebijakan untuk memastikan bahwa
semua karyawan tetap terinformasi dan terlibat dalam upaya keselamatan.
Dengan menerapkan langkah-langkah keselamatan kerja ini, Pabrik Tempe
Sofyan tidak hanya melindungi kesejahteraan karyawan tetapi juga
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Keselamatan kerja
menjadi prioritas untuk memastikan bahwa produksi tempe berlangsung
tanpa risiko yang tidak perlu.
BAB VI
PEMBAHASAN
Rekomendasi solusi untuk permasalahan manajemen dan perawatan di
pabrik tempe sofyan:
1) Peningkatan Pelatihan Karyawan:
Implementasikan program pelatihan rutin untuk karyawan terkait
perawatan mesin dan prosedur keselamatan kerja. Dukungan ini dapat
meningkatkan keterampilan teknis mereka dan kesadaran terhadap praktik
keselamatan. Efektivitas pelatihan karyawan merupakan hal yang sangat
penting terutama untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pelatihan
dan pengembangan sumber daya manusia di perusahaan dilakukan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Untuk itu, pelatihan dibutuhkan agar seluruh
karyawan mampu mengikuti perkembangan dunia kerja maupun bisnis
sesuai dengan jabatannya. Pelatihan juga dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas, etos kerja, disiplin, sikap, keterampilan, dan keahlian tertentu
agar bisa bekerja lebih maksimal serta lebih baik. Pelatihan yang efektif
akan membuat karyawan menguasai dengan baik pekerjaannya dan mampu
mengikuti perkembangan binsis serta bertahan pada persaingan yang ketat.
Menurut Hariandja (2002), alasan diterapkannya pelatihan bagi karyawan
adalah pegawai yang baru maupun lama sering kali belum memahami secara
benar bagaimana melakukan pekerjaan, perubahan-perubahan dalam
lingkungan kerja dan tenaga kerja, meningkatkan daya saing perusahaan
dan memperbaiki produktifitas karyawan, karyawan menyesuaikan dengan
peraturan-peraturan yang ada (JURNAL PENGARUH PELATIHAN DAN
PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN
KORPORASI )
2) Jadwal Pemeliharaan Terjadwal:
Tetapkan jadwal pemeliharaan terjadwal untuk mesin-mesin utama dan
peralatan produksi. Hal ini dapat membantu mencegah kerusakan mesin dan
mengoptimalkan kinerja secara keseluruhan. Aktivitas pemeliharaan
preventif biasanya berupa pemeriksaan terhadap berbagai komponen
secara periodik untuk mengetahui apakah pengaturan dan penggantian
sudah diperlukan. Tujuan dasar pemeliharaan preventif adalah melakukan
kegiatan pemeliharaan yang terencana untuk meningkatkan kehandalan
mesin sehingga dapat meminimalkan dan menghindari kerusakan. Metode
yang sering digunakan untuk menentukan jadwal pemeliharaan preventif
adalah Reliability Based Maintenance. Metode ini bertujuan untuk
membuat interval pemeliharaan baru pada mesin sehingga jadwal
selanjutnya dibuat berdasarkan interval pemeliharaan tersebut. Data yang
digunakan untuk metode ini adalah data kerusakan yang terjadi pada mesin.
Namun, tidak semua perusahaan melakukan pendataan kerusakan dengan
baik sehingga data kerusakan pada perusahaan seringkali belum memadai
untuk digunakan. ( JURNAL PENGARUH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN KORPORASI )
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1Kesimpulan
Dalam konteks pabrik Tempe Sofyan, tujuan utama yang telah disusun
melibatkan pemahaman mendalam tentang permasalahan manajemen dan
perawatan. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1) Pentingnya Pemeliharaan Mesin dan Keselamatan Kerja:
Melalui analisis permasalahan yang dihadapi Pabrik Tempe Sofyan, dapat
disimpulkan bahwa pemeliharaan mesin dan keselamatan kerja merupakan
aspek krusial yang memengaruhi efisiensi operasional dan kesejahteraan
karyawan.
2) Tantangan dalam Penerapan Teknologi Modern:
Pabrik tradisional menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi
modern dan otomatisasi. Meskipun solusi seperti pemantauan otomatis
dianjurkan, integrasinya dapat menjadi kompleks dalam lingkungan
tradisional.
3) Peran Karyawan dalam Pengelolaan Lingkungan dan Limbah:
Keterlibatan karyawan dalam pengelolaan limbah dan praktik
berkelanjutan merupakan faktor penting dalam menjaga harmoni dengan
lingkungan sekitar pabrik. Ini membutuhkan pendekatan holistik yang
melibatkan seluruh tim produksi.
4) Penekanan pada Pelatihan dan Pengembangan Karyawan:
Rekomendasi untuk peningkatan pelatihan karyawan terbukti menjadi
langkah yang penting. Kesimpulan ini menekankan pentingnya investasi pada
peningkatan keterampilan teknis dan kesadaran keselamatan bagi seluruh
tim.
5) Perlunya Pengelolaan Inventaris yang Efektif:
Perencanaan dan manajemen inventaris yang baik merupakan aspek
penting dalam menjaga kelancaran produksi. Keterbatasan suku cadang dan
bahan baku dapat menghambat operasional pabrik.
6) Audit Keselamatan dan Lingkungan sebagai Langkah Evaluasi:
Implementasi audit rutin terkait keselamatan dan lingkungan menjadi
langkah evaluasi yang efektif untuk memastikan pemenuhan standar dan
memperbaiki potensi kekurangan.
7) Pentingnya Konsultasi dengan Ahli Eksternal:
Kesimpulan menunjukkan bahwa kolaborasi dengan ahli eksternal atau
konsultan dapat membawa inovasi dan solusi yang mungkin tidak terpikirkan
sebelumnya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.
Dengan merangkum temuan dan rekomendasi di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa keberhasilan Pabrik Tempe Sofyan dalam mengatasi
permasalahan manajemen dan perawatan terletak pada kombinasi strategi
yang holistik, melibatkan karyawan, teknologi, dan praktik berkelanjutan.
Peningkatan kesadaran, peningkatan keterampilan, dan pendekatan
terstruktur terhadap perawatan mesin dan keselamatan kerja dapat
memberikan pondasi yang kuat untuk kelangsungan dan pertumbuhan pabrik
tradisional ini.
7.2Saran
Kami menyarankan untuk modernisasi peralatan produksi dan
menggunakan media sosial sebagai lapak dagang online untuk memperluas
jangkauan pasar dan dapat meningkatkan keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/343132407_Model_Penjadwalan_
Pemeliharaan_Preventif_Mesin-
Mesin_Produksi_untuk_Meminimasi_Total_Tardiness
https://www.researchgate.net/publication/335105602_PENGARUH_PELATIH
AN_DAN_PENGEMBANGAN_KARIER_TERHADAP_KINERJA_KARYAWAN_PER
USAHAAN_KORPORASI
https://www.researchgate.net/publication/374549153_RANCANG_BANGUN_
SISTEM_INFORMASI_MANAJEMEN_INVENTARIS_BERBASIS_WEBSITE_MEN
GGUNAKAN_METODE_SDLC
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/e78905ce-
1a64-4102-b9af-1b0ae5d1894f/content