Anda di halaman 1dari 33

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN

JALAN RUSAK MENGGUNAKAN METODE DETEKSI TEPI UNTUK


WILAYAH DENPASAR DENGAN LIBRARY OPEN CV

STATISTIK DAN RISET TEKNOLOGI INFORMASI

Oleh :
Ni Kadek Rahayu Widya Utami
NIM. 1204505043

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN BALI
2015

1.1

Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Dengan adanya jalan, manusia dapat bepergian kemana saja untuk menuju ke
tempat aktifitasnya. Jika kondisi jalannya baik, maka aktifitas perekonomian dan
transportasi juga akan menjadi lancar. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendata
jalan-jalan yang ada di wilayah pemerintahannya, bagaimana kondisi dari setiap
jalannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi jalan beserta data atribut yang
berhubungan dengan jalan tersebut. Untuk memudahkan dalam pendataan dan
pengolahan data jalan tersebut, dapat dilakukan dengan sebuah sistem pemetaan yang
berbasis komputer, yaitu yang dinamakan dengan sistem informasi geografis.
Sistem informasi geografis merupakan alat yang bermanfaat untuk
pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan
penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia (Burrough,1986).
Dengan adanya sistem informasi geografis ini, data beserta peta jaringan jalan dapat
diproses secara otomatis oleh komputer. Sistem informasi geografis ini dirancang
untuk proses mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek, dimana lokasi
geografis akan menjadi karakteristik yang penting dalam sistem. Sistem informasi
geografis dapat mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut
(tabel basis data), dan lain sebagainya. Kemampuan tersebutlah yang membedakan
sistem informasi geografis dengan sistem informasi lain, dan membuat sistem
informasi geografis lebih bermanfaat dalam memberikan informasi yang mendekati
kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis.

Untuk dapat membuat suatu sistem informasi geografis yang benar-benar


akurat dan menunjukkan keadaan nyata kondisi suatu jalan, maka dilakukan
penggabungan disiplin ilmu antara data spasial sistem informasi geografis dan
pengolahan interpretasi citra spasial jalan pada penginderaan jauh menggunakan
metode deteksi tepi untuk menentukan rusak atau tidaknya jalan suatu daerah.
Penginderaan jauh berasal dari kata remote sensing, memiliki pengertian bahwa
penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan
informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak
berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Lindgren (1985) mengemukakan bahwa penginderaan jauh merupakan variasi teknik
yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi
tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan dari
permukaan bumi. Pendapat Lindgren tersebut menunjukkan bahwa penginderaan jauh
merupakan teknik, karena dalam perolehan data menggunakan teknik, dimana data
tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga, objek, alat dan wahana yang
membentuk suatu gambar yang dikenal dengan citra (imagery) dan data citra.
Untuk menterjemahkan data menjadi informasi perlu teknik analisis, salah
satu teknik analisis citra yang dapat digunakan adalah teknik analisis deteksi tepi.
Deteksi tepi merupakan metode yang berfungsi untuk memperoleh tepi objek. Deteksi
tepi memanfaatkan perubahan nilai intensitas yang drastis pada batas dua area.
Definisi tepi di sini adalah himpunan piksel yang terhubung yang terletak pada batas
dua area (Gonzalez & Woods, 2002). Perlu diketahui, tepi sesungguhnya

mengandung informasi sangat penting. Informasi yang diperoleh dapat berupa bentuk
maupun ukuran objek.
Untuk lebih memudahkan dalam pengolahan citra maka digunakan library
OpenCV. OpenCV adalah singkatan dari Open Computer Vision, yaitu library open
source yang di khususkan untuk melakukan image prosessing. Tujuaannya adalah
agar komputer mempunyai kemampuan yang mirip dengan cara pengolahan visual
pada manusia. Library ini dibuat untuk bahasa C/C++ sebagai optimasi realtime
aplikasi, mempunyai API (Aplication Programming Interface) untuk High level
maupun low level, terdapat fungsi-fungsi yang siap pakai untuk loading, saving,
akuisisi gambar dan video.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui, mempelajari lebih jauh serta merancang sebuah sistem informasi
geografis khususnya yang mengenai jaringan jalan yang ada di wilayah Denpasar.
Oleh karena itu, dalam usulan judul penelitian ini penulis mengambil judul yaitu
Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Rusak Menggunakan
Metode Deteksi Tepi untuk Wilayah Kota Denpasar dengan Library Open CV.
Adapun hasil yang ingin didapatkan dari penelitian ini yakni sistem informasi
geografis pemetaan jalan rusak menggunakan metode deteksi tepi untuk wilayah Kota
Denpasar dengan library Open CV adalah memberikan informasi berupa titik-titik
jalan rusak disekitaran kota Denpasar, dengan bantuan google maps sehingga dapat
membantu pengguna jalan untuk menghindari jalan tersebut ataupun mencari jalan
alternatif lainnya.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya,

maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian
ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
2.

Belum tersedianya Sistem Informasi pemetaan jalan rusak di Kota Denpasar


Bagaimana hasil pengolahan data spasial jalan yang ada di wilayah Kota

3.

Denpasar menggunakan metode deteksi tepi.


Bagaimana hasil implementasi sistem informasi geografis jalan rusak
menggunakan google maps API sehingga mudah bermanfaat untuk
masyarakat umum.

1.3

Tujuan
Tujuan penelitian itu menekankan pada hasil yang akan dicapai (diharapkan)

dari penelitian yang terkait dengan identifikasi dan rumusan masalah.

1.4

Manfaat
Manfaat penelitian yang didapatkan dari pembuatan Sistem Informasi

Geografis pemetaan jalan rusak di Kota Denpasar yakni:


1.
Memberikan kemudahan dalam pengelolaan data jalan yang ada di Kota
2.

Denpasar.
Memudahkan untuk pengolahan data jalan di wilayah Kota Denpasar secara

3.

komputerisasi.
Memberikan informasi mengenai kondisi jalan yang sebenarnya melalui
sistem informasi geografis pemetaan jalan rusak yang ada di wilayah Kota
Denpasar.

1.5

Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada serta untuk menghindari perluasan

pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:


1. Daerah yang dilakukan penelitian terhadap kondisi jalannya adalah daerah
Kota Denpasar, Bali.
2. Metode yang digunakan dalam pembuatan system ini adalah metode deteksi
tepi untuk menentukan rusak atau tidaknya jalan.
3. Untuk memudahkan pemrosesan citra maka digunakan library OpenCV.
4. Bentuk output yang dihasilkan adalah informasi lengkap mengenai titik jalan
rusak dalam peta google maps sistem informasi geografis.
1.6

Sistematika Penulisan
Adapun rincian sistematika penulisan laporan Rancang Bangun Sistem

Informasi Geografis Pemetaan Jalan Rusak Menggunakan Metode Deteksi Tepi untuk
Wilayah Kota Denpasar dengan Library Open CV ini adalah sebagai berikut:

BAB I

: Pendahuluan
Bab ini berisi gambaran umum penulisan, mulai dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, batasan
masalah dan sistematika penulisan

BAB II

: Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori penunjang yang mendasari dalam
membahas

permasalahan,

yaitu

mengenai

sistem

informasi

geografis, metode dalam pengolahan citra yakni deteksi tepi,

penggunaan library open CV, serta pemanfaatan google maps dalam


merancang system informasi ini.
BAB III

: Metode dan Perancangan Sistem


Hal-hal yang dipaparkan pada bab ini adalah mengenai tempat dan
waktu penelitian, alur analisis, data yang terdiri dari sumber data dan
metode pengumpulan data, analisis kebutuhan sistem, perancangan
system serta jadwal kegiatan.

BAB IV

: Pembahasan dan Hasil Analisis


Bab ini berisikan pembahasan tentang hasil uji coba perangkat lunak,
hasil analisis proses pembuatan system secara keseluruhan.

BAB V

: Penutup
Mencakup simpulan yang menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dan memberikan saran-saran yang direkomendasikan
untuk dapat melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut.

Sistematika penulisan laporan Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Rusak Menggunakan
Metode Deteksi Tepi untuk Wilayah Kota Denpasar dengan Library Open CV yang lebih teperinci terlihat pada gambar 1.1
dibawah ini.

Gambar 1.1 Mind Map Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Rusak Menggunakan Metode Deteksi Tepi untuk Wilayah
Kota Denpasar dengan Library Open CV

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 State of the Art


Penelitian tentang sistem informasi geografis untuk mendapatkan informasi
jalan rusak di wilayah Denpasar belum banyak dilakukan, hal ini terlihat dari sulitnya
penulis mendapatkan jurnal terkait sebagai referensi penulis untuk melakukan
penelitian. Hasil dari penelitian ini, diolah menggunakan metode deteksi tepi untuk
dapat mengetahui tepi jalan yang rusak atau tidak rusak. Diharapkan penelitian ini
dapat memberikan manfaat nyata untuk masyarakat umum.

2.2 Pengantar Sistem Informasi


Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu untuk
mencapai suatu tujuan (Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, 2002, hal:54).
Sistem menurut Gordon B. Davis adalah terdiri dari bagian-bagian yang saling
berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud
(Davis, 1995, hal:68). Informasi menurut Gordon B. Davis adalah data yang telah
diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau yang akan datang (Davis, 1995, hal:28).
Amrin M. Tanoto (1992, hal:12) menyatakan bahwa sistem adalah suatu
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisir, juga suatu himpunan data
panduan hal-hal atau bagian yang membentuk kebulatan yang kompleks atau utuh.

Sedangkan Sistem Informasi adalah data yang diproses menjadi suatu bentuk yang
mempunyai arti dan berguna bagi manusia.
Jadi, pengertian Sistem Informasi itu adalah sebuah himpunan komponen
komponen yang saling berkaitan yang mengumpulkan, mengeluarkan, memproses,
menyimpan, mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan
dan pengawasan dalam organisasi (Kenneth C. Laudon et al, 2007).
Fungsi dari sistem informasi adalah untuk mempermudah

dalam

melaksanakan kegiatan utama dari suatu organisasi, di mana suatu organisasi juga
merupakan contoh dari suatu sistem. Oleh sebab itu untuk memperoleh informasi
yang baik, harus mengambil batasan atau kriteria yang efisien dan dapat dilakukan
perubahan. Informasi memiliki beberapa unsur yaitu:
1.
Alat masukan data
2.
Alat menyimpan data
3.
Telekomunikasi
4.
Alat pengolah data
5.
Alat terminal
6.
Prosedur, program, metode dan dokumentasi
7.
Manipulasi data, seperti model akuntansi dan penganggaran
8.
Alat duplikasi
9.
Analisa sistem informasi
2.3 Sistem Informasi Geografis
Secara umum pengertian sistem informasi geografis sebagai berikut: Suatu
komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan
sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan,
menyimpan,

memperbaiki,

memperbaharui,

mengelola,

memanipulasi,

mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi

berbasis geografis. Terdapat beberapa pengertian sistem informasi geografis menurut


beberapa ahli, yakni:
1.

Menurut Aronoff,1989.
Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang didasarkan pada

kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data


serta memberi uraian.
2.

Menurut Burrough,1986.
Sistem informasi geografis merupakan alat yang bermanfaat untuk

pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan


penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
3.

Menurut Marbleetal,1983.
Sistem informasi geografis merupakan sistem penanganan data keruangan.

4.

Menurut Berry,1988.
Sistem informasi geografis merupakan sistem informasi, referensi internal,

serta otomatisasi data keruangan.


5.

Menurut Calkin dan Tomlinson,1984.


Sistem informasi geografis merupakan sistem komputerisasi data yang

penting.

2.3.1

Komponen Pembentuk GIS

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson. 2003, secara rinci sistem


informasi geografis tersebut dapat beroperasi dengan komponen komponen sebagai
berikut:
1.

Orang : yang menjalankan sistem

2.

Aplikasi : prosedur yang digunakan untuk mengolah data

3.

Data : informasi yang dibutuhkan dan diolah dalam aplikasi

4.

Software :perangkat lunak SIG berupa program program aplikasi

5.

Hardware : perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem


berupa perangkat komputer, printer, scanner dan perangkat pendukung
lainnya.

2.2.2

Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial

yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu
sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya
berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
(attribute) yang dijelaskan berikut ini:
1.

Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat


geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
Informasi datum dan proyeksi.

2.

Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya,contohnya : jenis
vegetasi, populasi, luasan, kodepos, dan sebagainya.

2.2.3

Format Data Spasial


Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode

penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam sistem
informasi geografis, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format,yaitu:
2.2.3.1 Data Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari Sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Gambar 1. Contoh data raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixelnya.
Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan
bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan

bumi yang direpresentasikan oleh satu sel,semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas batas yang berubah secara gradual, seperti
jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan
utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi gridnya
semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat
keras yang tersedia.

2.2.3.2 Data Vektor


Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam
kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada
Titik yang sama),titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 2. Contoh data vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam


merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnyapadabasisdatabatasbatas
kadaster.Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial

dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah Ketidakmampuannya
dalam mengakomodasi perubahan gradual.
Masing masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang
tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan
dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi
dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik.
Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih
besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara
matematis.

2.2.4

Sumber Data Spasial


Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa

sumber antara lain:


2.2.4.1 Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi.
Kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi
menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui
proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.

2.2.4.2 Data Sistem Penginderaan Jauh


Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi sistem informasi geografis karena
ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam
macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing masing, kita bisa
memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini
biasanya direpresentasikan dalam format raster.

2.2.4.3 Data Hasil Pengukuran Lapangan


Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas
administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan
lain lain.

2.2.4.4 Data GPS (Global Positioning System)


Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
SIG.Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi
satelit navigasi. Pengolahan data yang bersumber dari GPS biasanya dilakukan dalam
format vektor.

2.4 Google Maps


Google Maps adalah layanan gratis Google yang cukup popular. Pengguna
dapat menambahkan fitur Google Maps dalam webnya sendiri dengan Google Maps
API. Google Maps API adalah library JavaScript. Menggunakan/memprogram
Google Maps API sangat mudah. Yang pengguna butuhkan adalah pengetahuan
tentang HTML dan JavaScript, serta koneksi Internet. Dengan menggunakan Google
Maps API pengguna dapat menghemat waktu dan biaya untuk membangun aplikasi
peta digital yang handal, sehingga pengguna dapat fokus hanya pada data-data yang
harus dicari. Saat ini versi terakhir Google Map API adalah versi 3. Versi ini, akan
tampil lebih cepat dari versi sebelumnya khususnya untuk browser ponsel. Pengguna
juga saat ini bisa membangun situs web yang dilengkapi peta untuk iPhone dan
ponsel dengan system operasi Android.
Pengguna bisa mulai menulis program Google Map API dengan urutan
sebagai berikut:
1.

Memasukkan Maps API JavaScript ke dalam HTML kita.

2.

Membuat element div dengan nama map_canvas untuk menampilkan peta.

3.

Membuat beberapa objek literal untuk menyimpan property-properti pada


peta.

4.

Menuliskan fungsi JavaScript untuk membuat objek peta.

5.

Meng-inisiasi peta dalam tag body HTML dengan event onload. Berikut
merupakan kode program dasarnya:

<html>

<head>
<meta name=viewport content=initial-scale=1.0, user-scalable=no
/>
<!Langkah 1
<script type=text/javascript
src=http://maps.google.com/maps/api/js?
sensor=true&amp;key=ABQIAAAA8tt4eKTuB
ZMVnLJfP2BZrBT2yXp_ZAY8_ufC3CFXhHIE1NvwkxS4Rz1LFzG0odNPtk8VLkdrQF5gr
A></scri
pt>
<script type=text/javascript>
// Langkah 4
function initialize() {
var latlng = new google.maps.LatLng(-6.4, 106.8186111);
var myOptions = {
zoom: 13,
center: latlng,
mapTypeId: google.maps.MapTypeId.ROADMAP
};
// Langkah 3
var map = new
google.maps.Map(document.getElementById(map_canvas),
myOptions);
}
</script>
</head>
<!Langkah 5
<body onload=initialize()>
<!Langkah 2
<div id=map_canvas style=width:600px; height:600px></div>
</body>
</html>
Kode Program 1. Kode dasar Google Maps API

2.5 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh berasal dari kata remote sensing dan memiliki pengertian
bahwa penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data
dan informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang
tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer,
1979). Jadi penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk mengindera/
menganalisis permukaan bumi dari jarak yang jauh, dimana perekaman dilakukan di
udara atau di angkasa dengan menggunakan alat (sensor) dan wahana.
Alat yang dimaksud adalah alat perekam yang tidak berhubungan langsung
dengan objek yang dikajinya yaitu ; alat tersebut pada waktu perekaman tidak ada di
permukaan bumi, tetapi di udara atau di angkasa. Karena itu dalam perekaman
tersebut menggunakan wahana (platform) seperti satelit, pesawat udara, balon udara
dan sebagainya. Sedangkan data yang merupakan hasil perekaman alat (sensor) masih
merupakan data mentah yang perlu di analisis.
Untuk menjadi suatu informasi tentang permukaan bumi yang berguna bagi
berbagai kepentingan bidang ilmu yang berkaitan perlu dianalisis dengan cara
interpretasi. Lindgren (1985) mengemukakan bahwa Penginderaan Jauh merupakan
variasi teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang
bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan
dipancarkan dari permukaan bumi.
Pendapat Lindgren tersebut menunjukan bahwa penginderaan jauh merupakan
teknik, karena dalam perolehan data menggunakan teknik, dimana data tersebut
merupakan hasil interaksi antara tenaga, objek, alat dan wahana yang membentuk

suatu gambar yang dikenal dengan citra (imagery) dan data citra. Untuk
menterjemahkan data menjadi informasi perlu teknik analisis. Data yang diperoleh
saat perekaman akibat adanya interaksi objek dengan tenaga elektromagnetik yang
dipancarkan oleh tenaga yang ada diluar permukaan bumi, seperti ; perekaman planet
lain atau bulan termasuk dalam penginderaan jauh. Karena data yang direkam dengan
menggunakan alat, sehingga data yang tergambar diperoleh menunjukan gambaran
yang sebenarnya pada saat perekaman. Keakuratan dan kecepatan data yang diperoleh
dengan teknologi tersebut pada akhirnya dikembangkan oleh berbagai Negara, maka
timbulah istilah-istilah baru yang dikembangkan sesuai dengan bahasa setempat.
Penginderaan jauh yang disingkat dengan PJ atau Inderaja, dalam bahasa Inggris
disebut Remote sensing, bahasa Perancis disebut Telediction, bahasa Jerman adalah
Fernerkundung, Portugis menyebutnya dengan Sensoriamento remota, Rusia disebut
Distantionaya dan Spanyol disebut Perception remota dan lain-lain. Artinya
penginderaan jauh yang berkembang saat ini di Indonesia sudah digunakan hampir
semua Negara maju. Negara-negara maju menggunakan penginderaan jauh karena
kebutuhan data dan informasi sangat mendesak, karena data dan informasi tersebut
banyak digunakan untuk perencanaan pengembangan fisik, sosial maupun militer.
Pengembangan itu sendiri memerlukan data dan informasi yang akurat, cepat dan
mudah, dengan keakuratan data dan informasi, maka perencanaan dapat dilakukan
sebaik-baiknya.

2.4.1

Data Penginderaan Jauh

Perekaman objek dapat dilakukan, karena tenaga dalam bentuk tenaga


elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari kesegala arah terutama ke
permukaan bumi, tenaga tersebut dipantulkan dan dipancarkan oleh permukaan
bumi. Tenaga pantulan dan pancaran tersebut direkam oleh alat yang disimpan oleh
wahana. Karena itu untuk memperoleh data penginderaan jauh tersebut diperlukan
komponen-komponen penginderaan jauh diantaranya ; tenaga, objek, sensor, detector
dan wahana. Komponen tersebut saling mendukung dalam perekaman objek, karena
setiap komponen harus saling berinteraksi. Akibat adanya interaksi tenaga dengan
objek, tenaga terebut dipantulkan dan direkam oleh alat. Data hasil perekaman
tersebut menghasilkan 2 jenis data yaitu; (1) data visual (citra) dan (2) data citra
(numerik).
Data visual merupakan gambar dari objek yang direkam yang disebut dengan
citra. Menurut Hornby (1974) bahwa citra adalah gambaran yang tampak pada
cermin atau melalui lensa kamera. Sedangkan Simonett dkk (1983) mengemukakan
bahwa citra adalah gambaran suatu objek biasanya berupa gambaran objek pada foto
yang dihasilkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik atau elektronik. Pada
umumnya ia digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau
dipantulkan oleh suatu objek tidak langsung direkam pada film. Jadi atas dasar
uaraian tersebut penulis berpendapat bahwa citra adalah gambaran objek yang
direkam akibat adanya interaksi tenaga elektromagnetik yang dipantulkan dan
dipancarkan objek yang direkam detektor pada alat (sensor).

Selain data visual (citra) juga diperoleh data citra (numerik), karena tiap objek
mempunyai kepekaan dan karakteristik yang berbeda, maka tiap objek akan
memantulkan atau memancarkan tenaga elektromagnetik membentuk karakteristik
yang berbeda, juga dalam interaksinya antara tenaga dan objek dipengaruhi oleh
kondisi atmosferik. Gastellu dan Wtchegorry (tanpa tahun) mengemukakan bahwa
kondisi atmosfer yang transparan pada julat yang dapat diamati. Besar kecilnya
konsentrasi kelembaban air dan ozon dan oleh kepekaan karakteristik optik yang
mempengaruhi proses interaksi tenaga dari matahari dengan objek dipermukaan.
S.Sardi dan D. Sudiana (1991) mengemukakan

bahwa suatu digit dapat

dipertimbangkan sebagai suatu matriks, dimana baris dan kolom menunjukan


identitas suatu titik pada citra, hubungan keberadaan tingkat keabuan pada titik
tersebut menunjukan tingkat pancaran atau pancaran tenaga elektromagentik. Julat
secara dinamis tingkat pantulan atau pancaran standar dengan nilai antara 0 (gelap)
sampai 255 (cerah). Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem remote sensing,
tingkat keabuan sebenarnya berasal dari intensitas pantulan atau intensitas pantulan
atau identitas pancaran yang datang dari objek.

2.4.2

Interpretasi Citra
Data yang diperoleh melalui perekaman tenaga elektromagnetik yang

dipantulkan atau dipancarkan objek berdasarkan sistem penginderaan jauh, maka


hasilnya disebut dengan data penginderaan jauh. Data pengideraan jauh tersebut
berupa data visual (citra) dan data citra (numerik). Data tersebut belum memberikan

arti dan manfaat, meskipun data yang diperoleh akurat, datanya mutakhir, karena itu
agar data tersebut mempunyai arti yang penting dan bermanfaat bagi bidang lain
maupun pengguna data perlu adanya tekhnik analisis data penginderaan jauh. Analisis
citra dalam pengideraan jauh merupakan langkah-langkah untuk interpretasi citra
merupakan suatu perbuatan untuk mengkaji gambaran objek yang direkam. Esyang
berbeda dengan Simonett (1975) dan Sutanto (1986) mengemukakan bahwa
interpretasi citra merupakan suatu perbuatan untuk mengkaji foto maupun citra non
foto dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
yang tergambar pada citra tersebut.
Dalam interpretasi, maka interpreter atau penafsir citra melakukan beberapa
penalaran dengan tahapan (1) deteksi, (2) identifikasi, (3) klasifikasi dan (4) menilai
arti pentingnya suatu objek yang tergambar pada citra. Proses penalaran ini harus
bersifat objektif, kewajaran, rasionalisasi, karena objek yang ada dipermukaan bumi
mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda. Sifat dan karakteristik objek yang
ada dipermukaan bumi yang tergambar pada citra memiliki bentukan yang sama,
sedangkan ukuran objek yang tergambar yang berbeda.

2.6 Metode Deteksi Tepi


Deteksi tepi berfungsi untuk memperoleh tepi objek. Deteksi tepi
memanfaatkan perubahan nilai intensitas yang drastic pada batas dua area. Definisi
tepi di sini adalah himpunan piksel yang terhubung yang terletak pada batas dua area
(Gonzalez & Woods, 2002). Perlu diketahui, tepi sesungguhnya mengandung

informasi sangat penting. Informasi yang diperoleh dapat berupa bentuk maupun
ukuran objek.
Umumnya, deteksi tepi menggunakan dua macam detektor, yaitu detector
baris (Hy) dan detector kolom (Hx). Deteksi tepi dapat dibagi menjadi dua golongan.
Golongan pertama disebut deteksi tepi orde pertama, yang bekerja dengan
menggunakan turunan atau diferensial orde pertama. Termasuk kelompok ini adalah
operator prewitt, Roberts, dan sobel. Golongan kedua dinamakan deteksi tepi orde
kedua, yang menggunakan turunan orde kedua. Contoh yang termasuk kelompok ini
adalah Laplacian of Gaussian (LoG). Gambar berikut menggambarkan bagaiman tepi
suatu gambar diperoleh.

Gambar 3. Proses Deteksi Tepi Citra

Perhatikan hasil deteksi dari beberapa citra menggunakan model differensial


di atas:

Gambar 4. Hasil beberapa deteksi tepi

Pada gambar diatas, terlihat bahwa hasil deteksi tepi berupa tepi-tepi dari
suatu gambar. Bila diperhatikan bahwa tepi suatu gambar terletak pada titik-titik yang
memiliki perbedaan tinggi. Berdasarkan prinsip-prinsip filter pada citra maka tepi
suatu gambar dapat diperoleh menggunakan High Pass Filter (HPF), yang
mempunyai karakteristik:

Gambar 5. Rumus karakteristik High Pass Filter

Macam-macam metode untuk dapat melakukan proses deteksi tepi ini, antara
lain :
2.6.1

Metode Robert

Metode Robert adalah nama lain dari teknik differensial yang dikembangkan
di atas, yaitu differensial pada arah horisontal dan differensial pada arah vertikal,
dengan ditambahkan proses konversi biner setelah dilakukan differensial. Teknik
konversi biner yang disarankan adalah konversi biner dengan meratakan distribusi
warna hitam dan putih [5], seperti telah dibahas pada bab 3. Metode Robert ini juga
disamakan dengan teknik DPCM (Differential Pulse Code Modulation). Kernel filter
yang digunakan dalam metode Robert ini adalah:

Gambar 6. Rumus metode Robert

2.6.2

Metode Prewitt
Metode

Prewitt

merupakan

pengembangan

metode

robert

dengan

menggunakan filter HPF yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini
mengambil prinsip dari fungsi laplacian yang dikenal sebagai fungsi untuk
membangkitkan HPF. Kernel filter yang digunakan dalam metode Prewitt ini adalah:

Gambar 7. Rumus metode prewitt

2.6.3

Metode Sobel
Metode Sobel merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan

filter HPF yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari
fungsi laplacian dan gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan

HPF. Kelebihan dari metode sobel ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise
sebelum melakukan perhitungan deteksi tepi. Kernel filter yang digunakan dalam
metode Sobel ini adalah:

Gambar 8. Rumus metode sobel

2.5.4

Metode Canny
Salah satu algoritma deteksi tepi modern adalah deteksi tepi dengan

menggunakan metode Canny. Deteksi tepi Canny ditemukan oleh Marr dan Hildreth
yang meneliti pemodelan persepsi visual manusia. Kriteria pendeteksi tepian paling
optimum yang dapat dipenuhi oleh algoritma Canny (Klaus, 2012)
1. Mendeteksi dengan baik (kriteria deteksi).
2. Kemampuan untuk meletakkan dan menandai semua tepi yang ada sesuai
dengan pemilihan parameter-parameter konvolusi yang dilakukan. Sekaligus
juga memberikan fleksibilitas yang sangat tinggi dalam hal menentukan
tingkat deteksi ketebalan tepi sesuai yang diinginkan.
3. Melokalisasi dengan baik (kriteria lokalisasi).
4. Metode Canny dimungkinkan menghasilkan jarak yang minimum antara tepi
yang dideteksi dengan tepi yang asli.
5. Respon yang jelas (kriteria respon).

6. Hanya ada satu respon untuk tiap tepi. Sehingga mudah dideteksi dan tidak
menimbulkan kerancuan pada pengolahan citra selanjutnya. Pemilihan
parameter deteksi tepi Canny sangat mempengaruhi hasil dari tepian yang
dihasilkan. Parameter tersebut adalah nilai standar Deviasi Gaussian dan nilai
ambang.

2.7 Library Open CV


Open CV adalah singkatan dari Open Computer Vision, yaitu library-library
open source yang di khususkan untuk melakukan image prosessing. Tujuaannya
adalah agar komputer mempunyai kemampuan yang mirip dengan cara pengolahan
visual pada manusia. Library ini dibuat untuk bahasa C/C++ sebagai optimasi
realtime aplikasi, mempunyai API (Aplication Programming Interface) untuk High
level maupun low level, terdapat fungsi-fungsi yang siap pakai untuk loading, saving,
akuisisi gambar dan video. Pada libarary OpenCV ini mempunyai feature sebagai
berikut :
1.
Manipulasi data gambar (alokasi memori, melepaskan memori, kopi gambar,
2.

setting serta konversi gambar)


Image/Video I/O (Bisa menggunakan camera yang sudah didukung oleh

3.

library ini)
Manipulasi matrix dan vektor serta terdapat juga routines linear algebra

4.

(products, solvers, eigenvalues, SVD).


Image processing dasar (filtering, edge detection, pendeteksian tepi, sampling
dan intertepisi, konversi warna, operasi morfologi, histogram, image

5.

pyramids)
Analisis struktural.

6.
7.
8.
9.
10.

Kalibrasi kamera.
Pendeteksian gerak.
Pengenalan objek.
Basic GUI (Display gambar/video, mouse/keyboard kontrol, scrollbar).
Image Labelling (line, conic, polygon, text drawing).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Pembahasan pada bab metodelogi penelitian ini adalah perincian proses kerja
yang terjadi di dalam sistem informasi untuk mengolah dan menganalisis data agar
mendapatkan informasi yang diinginkan. Berikut merupakan proses kerja yang terjadi
dalam Sistem Informasu Geografis Pemetaan Jalan Rusak menggunakan Metode
Deteksi Tepi di wilayah Denpasar dengan Library Open CV.

Gambar 9. Proses Kerja Sistem

Terdapat lima komponen utama yang berperan dalam sistem informasi


geografis ini, yakni user, sistem, pengaksesan google maps, database dan pemrosesan
data jalan menggunakan metode deteksi tepi. Berikut akan dijelaskan secara rinci
mengenai masing-masing komponen proses kerja sistem.
1.

User
User pada sistem informasi ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni user

pengguna umum dan user sebagai admin. User pengguna umum nantinya hanya akan
mendapatkan akses untuk melihat informasi spasial dan informasi non spasial dari
sistem informasi ini. Kedua, user sebagai admin nantinya akan mendapatkan akses
untuk dapat melakukan proses insert, update, delete serta view dari sistem informasi
ini.
2.

Sistem Informasi
Komponen sistem informasi ini dimaksudkan, ketika user ingin mendapatkan

informasi mengenai jalan rusak disekitaran kota Denpasar, maka user akan
menggunakan sistem informasi ini untuk mendapatkan data informasi yang
diinginkan.
3.
Google Maps
Komponen google maps disini dimaksudkan bahwa ketika user melakukan
akses ke sistem informasi geografis, maka sistem informasi ini akan mengambil data
yang telah diolah pada google maps API.
4.
Database
Komponen database dibagi menjadi dua yakni database dari data yang telah
diolah menggunakan metode dan database dari data jalan yang diambil menggunakan
satelit. Ketika user telah melakukan akses ke google maps, maka google maps akan
mengambil data dari gudang data yang digunakan sistem.
5.
Pemrosesan Metode

Komponen pemrosesan metode disini, berarti ketika user admin melakukan


pengolahan data jalan maka aka nada metode khusus yakni metode deteksi tepi untuk
dapat mendekteksi kerusakan jalan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hartoyo, Eko dkk. Desember 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi

2.
3.
4.

Geografis (GIS) Tingkat Dasar.


Sholiq, Amri. Tutorial Dasar Pemrograman Google Maps API.
Deteksi Pola. http://riyanto.lecturer.pens.ac.id/citra-bab8.pdf. 07 Maret 2015
Penginderaan
jauh.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._

5.

GEOGRAFI/195805261986031-DEDE_SUGANDI/Bah-pem-PJ.pdf
Sistem Informasi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24129/3/
Chapter%20II.pdf. 07 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai