Buku Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi 2012
Buku Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi 2012
Oleh:
PROF. DR. IR. MUSLIMIN MUSTAFA, M.Sc. (NIDN: 001714302)
ASMITA AHMAD, ST.MSi. (NIDN: 0016127304)
MUH. ANSAR, SP.MSi. (NIDN:0003057302)
IR. MASYHUR SYAFIUDDIN (NIDN: 0031125911)
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
Judul
Nama Lengkap
NIP
: 194311171966101001
Pangkat/Golongan
Jurusan
: Ilmu Tanah
Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Penanggungjawab Penulisan,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
KATA PENGANTAR
Buku pengajaran Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai bahan untuk
memahami pengetahuan dasar tentang tanah secara umum, yang meliputi; tanah
sebagai bagian dari litosfer, pembentukan tanah dan prosesnya serta faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut.
Koreksi dan
komentar serta usulan perbaikan buku ajar ini sangat kami harapkan.
Atas
RINGKASAN
Tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara sehingga
tanaman dapat hidup dan tumbuh.
didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik
yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri dari
partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.
Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan gas yang selalu
mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi pedologi, tanah
adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan
pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah. Cepat atau lambatnya pembentukan horisonhorison tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk,
iklim, biota, topografi dan waktu.
Fraksi anorganik tanah terdiri dari fragmen batuan dan mineral dengan
berbagai ukuran dan susunan. Berdasarkan ukuran, dikenal fraksi utama yaitu :
kerikil (>2 mm); pasir (2,0 0,05 mm); debu (0,05-0,002 mm) dan liat (<0,002 mm).
Fraksi ini secara umum tersusun oleh mineral silikat sekunder (mineral liat tipe 1:1,
2:1 dan 2:2), mineral besi oksida dan aluminium oksida, serta mineral primer yang
resisten (kuarsa dan mika).
Perbedaan ukuran fraksi tanah dan kandungan bahan mineral serta bahan
organik tanah menyebabkan setiap tanah di dunia memiliki perbedaan sifat baik
secara fisik, kimia dan biologi. Cirri-ciri fisik yang yang sangat penting dalam
pengamatan dan penelitian tanah adalah warna, tekstur dan struktur. Ketiga hal
kemudian menghubungkannya dengan elemen lain dalam bentuk yang tersedia bagi
tanaman. Mikroorganisme tanah dibedakan menjadi flora dan fauna baik makro
maupun mikro, seperti; cacing tanah, protozoa, bakteri, fungi, aktinomisetes, alga
dan lain sebagainya.
Kesuburan alamiah sutau tanah bergantung pada banyak sedikitnya hara yang
dapat diberikan oleh bahan induk. Penyedian ini tidak dapat bertahan lama dalam
sistem kesuburan tanah diakibatkan banyaknya kebocoran yang terjadi, seperti erosi
dan panen.
adalah
klasifikasi
Pusat
Penelitian
Tanah
Bogor,
klasifikasi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR ISI
MODUL 11:
LAMPIRAN . ........................................................................................................164
Garis Besar Pokok Pengajaran (GBRP) ............................................................164
MODUL 1
KONSEPSI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anah adalah bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari bahan
induk (P) yang telah mengalami proses pelapukan akibat pengaruh iklim
(C) terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme
hidup (O) termasuk vegetasi, organisme (manusia) pada suatu topografi
(R) atau relief tertentu dalam jangka waktu (T) tertentu pula.
Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada
permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di
bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh
air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah
dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan.
Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2 tergantung pada keragaman horisonnya.
Masih banyak
berkembang secara kualitatif dan tidak berkurang secara kuantitatif tanah menjadi
perhatian khusus bagi petani, masyarakat wilayah maupun secara nasional.
Pihak yang sangat berkepentingan terhadap tanah adalah petani, baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena standar atau tingkat penghidupannya
tergantung pada produksi pertanian yang dikelolanya masa depan para petani sangat
ditentukan oleh cara petani mengelola tanahnya, mereka membutuhkan informasiinformasi yang mendukung usaha peningkatan produksi pertaniannya. Tanah yang
baik memberikan perspektif kehidupan yang sehat dan tanaman yang baik.
Perlu pula diingatkan bahwa produktif pertanian yang baik dari hasil upaya
pengolahan yang baik bukan hanya dinikmati oleh petani, tetapi juga masyarakat,
dan pemerintah membutuhkan makanan dan pakaian yang untuk hidup sehat oleh
produksi pertanian yang cukup dan baik. Pemahaman terhadap peran tanah sebagai
faktor produksi kebutuhan makan bagi mahluk hidup sangat diperlukan.
Pengertian Tanah
Tanah mengandung pengertian yang berbeda-beda bagi tiap kepentingan. Seorang
pembuat patung menganggap tanah sebagai bahan utama dalam pembuatan patungpatungnya. Lain halnya dengan seorang ahli tambang yang menganggap tanah
sebagai sesuatu yang menghalangi kerj mereka oleh karena menutupi batuan atau
mineral yang harus mereka gali. Demikian pula halnya dengan seorang ahli jalan
yang menganggap tanah sebagai bagian permukaan bumi yang lembek sehingga
perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat.
Ibu-ibu rumah
tangga menganggap tanah sebagai biang penyebab kotornya sepatu, lantai, karpet.
Istilah tanah memang mempunyai pengertian yang luas dan arti yang
berbeda sesuai dengan peruntukkannya. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan
lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam
tanah terdapat pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain.
Dalam pengertian ini ada dua variabel yang membedakan pengertian tanah
di bidang pertanian dengan bidang lainnya, yaitu kedalaman tanah dan ukuran
partikelnya. Kedalaman tanah dalam pengertian pertanian dibatasi pada bagian atas
kulit bumi yang telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi. Jika
bagian yang telah mengalami pelapukan adalah dangkal, maka bagian tersebutlah
dipakai sebagai batas kedalaman tanah.
mengalami pelapukan sangat dalam (4-6 m), maka tidak semua bahan lapuk tersebut
disebut tanah, melainkan sampai kedalaman tempat terdapat aktivitas biologi. Pada
umumnya, pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman
sekitar 2,0 m. Kedalaman ini jauh berbeda dengan kedalaman tanah di bidang
keteknikan yang dapat mencapai puluhan meter.
Berkaitan dengan ukuran partikelnya, para pakar pertanian membatasi
tanah pada partikel berukuran (0,02 2 mm), dibandingkan dengan pakar
keteknikan yang juga tertarik pada ukuran yang lebih besar dari 2 mm seperti kerikil
bahkan batu, atau pakar bidang keramik yang hanya tertarik pada partikel yang
berukuran 2 m.
Jika kita membuat irisan tegak tanah dengan cara membuat lubang (1,0 x
1,5 m dengan kedalaman sekitar 2,0 m) dan selanjutnya diamati pada penampang
tegaknya, akan terlihat laisan-lapisan dengan arah sejajar permukaan kulit bumi
yang relatif mudah dibedakan satu sama lainnya. Lapisan-lapisan ini dalam ilmu
tanah disebut horizon.
solum.
Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang
lebih tinggi dibandingkan lapisan tanah dibawahnya.
organic inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan
tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan tanaman. Lapisan tanah ini disebut lapisan tanah atas (top
soil) atau disebut pula sebagai lapisan olah, dan mempunyai kedalaman sekitar 20
cm.
berwarna lebih terang dan bersifat relatif kurang subur. Hal ini bukan berarti bahwa
lapisan tanah bawah tidak penting perannya bagi produktivitas tanah, karena
walaupun mungkin akar tanaman tidak dapat mencapai lapisan tanah-bawah,
permeabilitas dan sifat-sifat kimia lapisan tanah bawah akan sangat berpengaruh
terhadap lapisan tanah atas dalam peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
merupakan bagian dari kulit bumi yang mengalami proses pelapukan biofisik-kimia
dalam waktu yang sangat panjang. Proses-proses biofisik-kimia yang beragam dari
setiap lokasi, menampakkan kondisi lingkungan tanah yang beraneka ragam seperti
keadaan geomorfologi wilayah serta kondisi geologi dari bagian litosfer yang berada
di atas permukaan air.
Perbedaan posisi bumi terhadap matahari secara langsung berpengaruh
terhadap sifat-sifat bagian litosfer yang terangkat di permukaan air seperti diketahui
bahwa berdasarkan letak bumi terhadap matahari, maka bumi di bagi dalam zona
iklim yaitu : tropis, sub tropis, dingin dan kutub.
mengalami proses pelapukan yang berbeda karena berada pada ruang dengan batasbatas kondisi wilayah yang spesifik.
Penjelasan tentang asal mula tanah ini perlu difahami, karena walaupun
tanah bagian dari litosfer dari bumi, namun proses dan dinamika terbentuknya hanya
berlangsung pada bagian litosfer yang mendapat pengaruh luar seperti penyinaran,
udara, maupun air, suatu kondisi yang memungkinkan kelanjutan kehidupan
berlangsung.
memerlukan tanah, tetapi berupa larutan unsur hara, dan agar tanaman berdiri tegak
dibantu dengan penopang.
terhadap pertumbuhan
banyak dibandingkan rongga yang ditempati cairan. Jika tanah tersebut basah baik
terjadi akibat pengairan atau hujan, maka rongga yang berisi udara berkurang dan
rongga yang berisi cairan bertambah. Jika tanah digemburka, misalnya dengan
pengolahan tanah, maka bagian relatif yang terisi oleh udara bertambah, dan bagian
relatif padatan berkurang. Sebaliknya, jika tanah dipadatkan, bagian relatif padatan
bertambah, dan bagian relatif udara berkurang.
Susunan Tubuh Tanah
Tanah tersusun dari 4 bahan utama yaitu : bahan mineral, bahan organik, air dan
udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing berbeda
untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang
baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya
mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30 % udara, 2030% air.
Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batubatuan yang dilapuk.
Bahan mineral di dalam taah terdapat dalam berbagai ukuran yaitu :
Pasir (2mm 50 )
Debu (50 2 )
Liat
<2
Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm terdiri dari kerikil, kerakal atau
batu.
Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar,
hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.
Adapun pengaruh bahan organic terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK tanah
menjadi tinggi)
Sumber energi bagi mikroorganisme
Sebagai unsur hara tanaman. Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO 2 dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis
2.
Sebagai pelarut unsur hara. Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap
oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut
3.
Sebagai bagian dari sel-sel tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi,
kohesi, dan gravitasi
Fungsi Lahan/Tanah
Seringkali orang-orang mendeskripsikan tanah (soil) dan lahan (land) sebagai dua
hal yang sama jika akan dibuat definisinya. Namun, pada dasarnya kedua kata
tersebut sangatlah berbeda.
membahas bahan penyusun tanah, sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi.
Pembahasan tentang tanah akan mengarahkan kita pada pengertian suatu bagian
permukaan bumi yang sifatnya beragam dari satu tempat ke tempat lain. Lain
halnya dengan pengertian lahan yang sifatnya lebih luas karena menyangkut
berbagai faktor termasuk tanah.
mengarahkan kita pada sesuatu yang menyangkut tempat (place) yang berarti akan
membicarakan tentang iklim, vegetasi, organisme termasuk manusia serta aspek
manajemen yang diterapkan.
Selanjutnya tanah dapat diartikan sebagai tubuh alami yang terdiri atas bahan
mineral, bahan organik, udara dan air yang terbentuk dari pelapukan bahan induk
yang dipengaruhi aktivitas organisme hidup pada topografi dan iklim tertentu dalam
kurun waktu yang cukup lama. Bagaimana halnya dengan fungsi tanah atau lahan?
Berikut penjelasan mengenai fungsi tanah.
Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berjangkar
pada tanah sehingga dapat berdiri dan tumbuh dengan baik.
Tanah mampu
menyediakan air dan berbagai unsur hara baik makro maupun mikro. Disamping
itu, tanah juga mampu menyediakan oksigen (O2) bagi pertumbuhan tanaman yang
dikenal melalui sistem aerasi tanah. Tanah menopang berdirinya tanaman. Akar
tanaman perlu berkembang baik dalam tanah agar dapat menjamin berdirinya
tanaman. Kalau drainase tanah terhambat, akar hanya berkembang pada lapisan atas
yang aerasinya baik. Dengan perakaran yang dangkal, tanaman akan mudah rebah.
Tanah juga berperan sebagai tempat hidup organisme hidup termasuk
mikroorganisme dan makroorganisme tanah.
Tanah berfungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi. Jika kita membahas
peran ini, maka akan menuntun kita berpikir tentang lahan karena akan menilai suatu
tempat beserta segala yang ada di tempat tersebut, termasuk nilai artistik, keindahan,
mistik, budaya, manusia, alam, iklim dan hal-hal lainnya. Contoh : Danau Toba
denga Pulau Samosir dengan segala keindahan alam dan budaya yang ada di tempat
tersebut telah menjadi petunjuk bagi kita bahwa lahan berfungsi lebih luas selain
hanya sebagai tempat tumbuh tanaman semata.
Tanah dapat menjadi penyangga atau buffer system, sehingga jika terdapat
senyawa-senyawa yang sifatnya meracun atau jumlahnya berlebihan, maka tanah
berperan sebagai penyaring racun atau menetralisir bahan atau senyawa tersebut.
Atau dengan kata lain tanah berperan dalam menanggulangi kasus polusi tanah dan
tentunya air yang menjadi bagian penyusun utama tanah selain udara.
Tanah juga dijadikan sebagai tempat didirikannya bangunan, jembatan,
landasan pesawat dan lain-lainnya.
berkecimpung dalam bidang teknik sipil, bangunan, sangat perlu untuk mengetahui
sifat tanah dimana akan mendirikan bangunan. Ilmu yang mendalami tentang hal
tersebut disebut Mekanika Tanah.
Mengingat begitu banyaknya peran tanah atau lahan dalam kehidupan
manusia dan organisme lainnya, maka perlu diperhatikan perencanaan tata guna
lahan dengan tepat.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 1 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap proses
pembentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk presentasi kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
mahasiswa akan asal mula tanah dan konsepsi tentang tanah sangat
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Bogor.
MODUL 2
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelapukan fisik, kimiawi dan biologinya terus berlanjut tanpa pernah berhenti.
Ketiga proses tersebut menjadi proses yang sangat penting dalam pembentukan
tanah.
Cepat atau lambatnya ketiga proses tersebut bekerja membentuk sebuah
solum tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor: jenis bahan induk, iklim, biota,
topografi (relief) dan waktu. Proses dan faktor pembentuk tanah merupakan sebuah
sistem yang terbuka, dimana dari sistem tersebut dapat terjadi pembentukan atau
penambahan sebuah materi yang baru dan dapat juga menghilangkan sebuah materi.
Oleh sebab itu dari sistem ini dihasilkan tanah dengan karateristik yang berbedabeda sesuai dengan tempat terbentuknya.
Oleh karena mengingat pentingnya proses dan faktor tersebut, maka sangat
penting untuk memahami lebih lanjut mekanisme proses dan faktor tersebut.
Proses-proses penyinaran,
hujan, hidrolisis, kepunahan hewan berlangsung lamban tetapi pasti sehingga dalam
periode tertentu tanah akan terbentuk.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia dan biologi
menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya baik
sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalam istilah tanah, lapisan tersebut
dikenal dengan nama horison. Penampakan vertikal dari tanah yang terdiri atas
horison-horison disebut profil tanah (Gambar 1). Adapun proses-proses tersebut
antara lain :
a. Proses fisik
Proses pelapukan fisik (disintegration) dikenal juga dengan nama proses
mekanik, hal ini disebabkan oleh proses perubahannya meliputi perubahan
wujud/fisik dari suatu materi atau benda. Faktor yang berpengaruh dalam proses
ini adalah: naik turunnya suhu (temperatur), air dan aktivitas biota.
Batuan merupakan benda padat yang tidak dapat menghantarkan panas,
tetapi batuan yang mengalami pemanasan secara kontinu akan menyimpan
panas dalam tubuhnya yang berakibat terjadinya reaksi pada mineral-mineral
horizon boundary
Gambar 1 Kenampakan profil tanah dengan horisonhorisonnya, setiap horison memiliki sifat
fisik, kimia dan biologi yang berbeda.
(bahan mineral dicirikan dengan warna
yang terang dan bahan organik dengan
warna yang gelap) (Singer & Munns,
1991).
pada siang hari sangat tinggi dan pada malam hari sangat rendah. Hal ini
mengakibatkan batuan yang berwarna lebih gelap lebih cepat hancur
dibanding batuan yang berwarna terang. Batuan yang berwarna gelap akan
menyerap lebih banyak panas pada siang hari dan lambat mengeluarkannya
pada malam hari sehingga reaksi pada kristal mineralnya akan lebih intens
terjadi sehingga batuan lebih mudah hancur.
Proses perubahan suhu udara dapat menimbulkan hujan. Air hujan yang jatuh
ke permukaan bumi memiliki tenaga mekanik yang dapat mengikis
permukaan batuan dan mempercepat pelapukan fisik.
Proses pengisian celah retakan pada batuan oleh air dapat mempercepat
penghancuran batuan. Terlebih pada daerah yang beriklim dingin, dimana air
yang mengisi celah akan membeku yang mengakibatkan pertambahan
volume, sehingga batuan menjadi mudah dihancurkan.
Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat
menyebabkan pelapukan secara fisik.
Akar-akar tanaman masuk ke dalam batuan melalui rekahan-rekahan yang
kemudian berkembang mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk
menghancurkan batuan tersebut
b.
Proses kimiawi
Hidratasi; proses penambahan molekul air dalam struktur mineral, tetapi
molekul air yang masuk ke dalam struktur mineral tidak terdisosiasi.
Contoh :
2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2O3 . 3H2O
Hematite merah
Hematit kuning
Gipsum
Contoh:
2FeS2 + 7H2O + 15O 2Fe(OH)3 + 4H2SO4
Pirit
Geotit
Asam karbonat
Kaolin
Kuarsa
Kaolin
Kalium hidroksida
Pelarutan; adalah proses pelapukan kimia oleh media Air, terutama air yang
mengandung ion-ion seperti: CO2, HCO3-, NO3-, dan asam-asam lainnya.
Air, selain menjadi media dalam meningkatkan pelarutan mineral juga
sebagai media dalam melarutkan (leaching) hasil penguraian senyawa dari
mineral dan bahan organik. Proses podsolisasi (horizon A yang berwarna
pucat), dan desilikasi (pengurangan silika dari horison) terjadi akibat
intensnya proses pencucian. Sedangkan akibat sebaliknya dari proses
pencucian terjadi penumpukan hasil pencucian pada horison yang lebih
dalam berupa proses salinisasi dan alkalinisasi (penumpukan garamgaraman) serta proses ferrolisis (penimbunan besi dan aluminium yang
membentuk mineral sesquioksida).
c.
Proses Biologi
Faktor utama dalam proses biologi adalah aktivitas dekomposisi bahan organik
oleh mikroba di dalam tanah yang mengubah N-organik menjadi N-anorganik
sebagai bahan penyusun tubuh mikroba. Proses ini akan menghasilkan asam
organik yang mempercepat proses pelapukan kimia mineral. Selain itu untuk
melindungi akar tanaman dari bakteri yang merugikan maka akar tanaman
juga menghasilkan asam-asam organik yang dapat mempercepat pelapukan
kimia dan fisik pada batuan.
Horisonisasi
Pembentukan horison tanah dihasilkan dari kehilangan, transformasi, dan translokasi
sepanjang waktu tertentu pada bahan induk. Contoh sejumlah proses penting yang
menghasilkan horison tanah antara lain :
1. penambahan bahan organik dari tanaman terutama pada topsoil
2. transformasi yang diwakili oleh pelapukan batuan dan mineral dan
dekomposisi bahan organik
3. hilangnya/larutnya komponen dapat larut oleh pergerakan air melalui tanah
yang membawa serta garam-garam dapat larut
4. translokasi yang diwakili oleh pergerakan mineral dan bahan organik dari
topsoil ke subsoil
Humifikasi : membentuk
humus pada topsoil yang turut mempengaruhi warna dari topsoil yang lebih
gelap dibanding lapisan dibawahnya. Topsoil ini kemudian dikenal dengan
HORISON A.
p menunjukkan
pembajakan, atau penggunaan tanah untuk diolah, budidaya atau sebagai lahan
pertanian.
Horison yang tepat berada langsung diatas bagian bahan induk yang telah
mengalami perubahan disebut sebagai HORISON C
Pembentukan horison E (Eluviasi) atau horison pencucian yang lebih banyak
terjadi pada tanah-tanah hutan dibadingkan di daerah padang rumput. Warna
horison E biasanya lebih terang (putih)
Pembentukan HORISON O pada tanah-tanah organik yang pada umumnya
terbentuk didaerah yang sering tergenang air seperti danau dengan air
dangkal, rawa-rawa yang memungkinkan terakumulasinya gambut (bahan
organik) akibat kurangnya oksigen yang membantu proses dekomposisi.
Tanah yang terbentuk kemudian dikenal sebagai tanah organik yang
mempunyai horison O.
Batuan Metamorf
Batuan Beku
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan metamorf
berjalan sangat lambat. Hal ini disebabkan batuan metamorf memiliki tekstur dan
struktur batuan yang sangat kompak (masif) serta mineral yang sangat resisten.
Batuan metamorf terbentuk dari hasil rekrsitalisasi ulang dari mineral yang terdapat
dalam batuan beku dan sedimen, sehingga menghasilkan mineral yang memiliki
kristal yang kompak karena terbentuk dari temperatur dan tekanan yang tinggi.
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan beku
bervariasi kecepatannya. Hal ini diepngaruhi oleh jenis magma asal pembentukan,
ukuran kristal mineral dan kandungan mineral. Jenis magma asal akan memberikan
perbedaan: kandungan kadar silika, kandungan mineral, warna batuan dan sifat
batuan. Ukuran kristal akan memberikan perbedaan temperatur pembentukan dan
perbedaan tekstur batuan. kandungan mineral dipengaruhi oleh temperatur
pendinginan magma dan kandungan silika magma.
Laju pembentukan tanah dari pelapukan langsung bedrock cukup bervariasi.
Batupasir (sandstone) yang sementasinya lemah, pada lingkungan humid (basah)
dapat membentuk rata-rata 1 cm tanah per 10 tahun. Batuan kapur yang mudah larut
meninggalkan residu berupa bahan yang sulit larut yang diperkirakan mencapai
100,000 tahun untuk membentuk lapisan tanah pada daerah dengan batuan induk
kapur di daerah humid.
Bahan induk yang diturunkan dari sedimen dibawa oleh air, angin, atau
gravitasi. Sedimen koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah
kekuatan utama yang menyebabkan pergerakan dan sedimentasi. Sedimen alluvial
umumnya ditemui pada daerah yang lebih landai, oleh karena penyebarannya oleh
banjir dan aliran sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California
terbentuk di lembah dimana alluvial adalah bahan induk yang dominan.
Sedimen abu volkan sebagai bahan induk juga dapat ditemui. Bahan induk
ini bersifat amorf mengandung alofan, oksida besi dan Aluminium. Alofan
mempunyai pH tinggi.
Disamping batuan induk sebagai bahan induk pembentukan tanah, dikenal
juga adanya bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari pelapukan sisa
tanaman, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi anaerob karena kondisi
geomorfologi yang terbentuk secara alamiah. Terdapat perbedaan nyata dari profil
tanah-tanah mineral dan tanah organik. Pada tanah mineral terdapat perbedaan
perbedaan batas horizon nyata sebagai hasil pelapukan, serta proses pelapukan dan
pencucian. Pada profil tanah organik, perbedaan horizon ditampakkan oleh tingkat
pelapukan bahan organik yang belum melapuk, sedang melapuk atau sudah
melapuk, tidak jelas hubungan antar horizon dalam suatu profil pada tanah-tanah
organik, karena proses pelapukan tidak berada pada perbedaan lingkungan yang
nyata. Misalnya kondisi jenuh/ lembab yang terjadi pada lapisan bawah, juga dapat
terjadi pada lapisan permukaan. Berdasarkan kondisi geomorfologi yang terbentuk
secara alamiah menunjukkan bahan penyebaran tanah-tanah organik di Indonesia
cukup luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Papua dan sebagian kecil di Sulawesi
bagian tengah.
Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Pada area yang permanen
kering dan atau membeku (frozen) (pengaruh es), tanah sulit terbentuk.
Dua
komponen iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan dan temperatur.
Pengaruh hujan
Air penting untuk pelapukan mineral dan pertumbuhan tanaman. Air yang melebihi
kapasitas lapang akan berperan dalam membawa/translokasi partikel koloid dan
garam-garam terlarut. Suplai air yang terbatas pada daerah gurun akan membentuk
tanah alkalin, relatif sulit terlapuk, mempunyai kandungan liat, bahan organik dan
KTK yang rendah.
cenderung lebih subur kecuali jika terbatas mikroba untuk mineralisasi bahan
organik dan untuk mensuplai N tersedia. Jika air tersedia hanya cukup untuk
pencucian yang terbatas, maka CaCO3 terbawa sampai pada jarak yang pendek saja
sehingga terbentuk zone akumulasi CaCO3.
Pengaruh Temperatur
Setiap kenaikan temperatur 10oC akan mengakibatkan meningkatnya laju
reaksi kimiawi menjadi 2X lipat. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan liat
terjadi seiring dengan meningkatnya temperatur.
Hubungan antara rata-rata temperatur dan pertumbuhan tanaman serta
akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah
jumlah
antara
hasil
penambahan
bahan
organik+laju
mineralisasi
bahan
Biota
Tanaman mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui produksi bahan organik,
siklus hara dan pergerakan air melalui siklus air. Mikroorganisme memainkan peran
penting dalam mineralisasi bahan organik dan pembentukan humus. Fauna tanah
adalah konsumer dan dekomposer bahan organik terutama pergerakan cacing tanah,
rayap dll.
Pengaruh organisme yang penting terhadap proses pembentukan tanah
disebabkan oleh vegetasi alami baik pohon maupun padang rumput.
Tipe hutan
Horison
pH
3,45
4,60
Bs1
4,75
Bs2
4,95
5,05
5,56
5,05
Bw1
5,14
Bw2
5,24
5,32
Periode pembentukan
tanah
Periode pembentukan
batuan
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 2 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap prosesproses khusus dalam pembentukan tanah beserta layout tiap proses dalam bentuk
presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
B. Contoh Latihan dan Tugas
1. Jelaskan pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah?
2. Jelaskan proses-proses pembentukan tanah baik secara fisik, kimiawi dan
biologi-kimiawi?
Sumber Pustaka :
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
3. Van Breemen, P. Buurman, R. Brinkman. 1992. Processes in Soils. Text
for Course J050-202, Dept. Soil Science and Geology, Agricultural
University Wageningen.
MODUL 3
MINERAL DALAM TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mineral. Mineral yang terkandung dalam batuan dapat sama dan dapat juga berbeda
sesuai dengan bahan awal pembentuknya. Berdasarkan sumber dan proses
pembentukannya batuan terbagi atas; batuan beku, piroklastik, sedimen dan
metamorf. Batuan beku dan piroklastik memiliki kandungan mineral yang relatif
sama, hal ini disebabkan karena keduanya berasal dari hasil aktivitas magma dan
vulkanisme. Batuan sedimen mengandung mineral hasil rekristalisasi, alterasi dan
ubahan dari mineral primer (mineral yang terdapat dalam batuan beku dan
piroklastik). Sedangkan batuan metamorf memiliki kandungan mineral yang lebih
resisten dibanding batuan lainnya. Hal ini disebabkan karena proses penambahan
tekanan dan temperatur yang menyebabkan mineralnya mengalami alterasi dengan
struktur yang lebih resisten, seperti mineral kyanit dan zircon. Batuan beku dan
piroklastik merupakan batuan induk yang banyak mengandung unsur-unsur hara
tanaman sedangkan batuan endapan terutama endapan tua (sedimen) dan
metamorfosa umumnya mengandung mineral-mineral yang rendah kadar unsur
haranya.
Fraksi pasir dan debu terutama berupa neso-, soro-, siklo-, ino-,
atau
Filosilikat juga
dijumpai pada fraksi debu dan pasir, sedang feldspar yang tergolong tektosilikat
dijumpai pula pada fraksi liat.
Tabel 1.
Ratio
Si : O
1:4
Sorosilikat
2:7
Cyclosilikat
1:3
Inosilikat
1:3
Filosilikat
2:5
Tektosilikat
1:2
Contoh
Olivin ((Mg, Fe)2SiO4),
Garnet, Zirkon, dan
Topaz
Melilit (Ca2MgSi2O7) ,
Lawsonit
Beryl (Be3Al2(SiO3)6),
Tourmalin
Piroksin grup; Hypersten
((Mg,Fe)SiO3), Diopsid,
dan Augit
Amphibol grup;
Hornblende, Tremolit
((Mg,Fe)5(OH)2(Si4O11)2)
Talc
(Mg3(OH)2(Si2O5)2),
Serpentin, Clay minerals,
Mika; Muskovit
Kuarsa(SiO2), Feldspar,
Orthoklas, Albit,
Anorthit, Feldsphatoid
dan Nepheline.
Mineral Utama
Granit
Andesit
Basalt
Dunit
Olivin, piroksin
Tufa
Batupasir
Arkose
Batulempung/batuserpih
Batugamping
Kalsit, dolomit
Baturijang
Silika
Schist
Gneiss
Marmer
Slate
Contoh
kaolin
Mineral adalah senyawa anorganik dengan berbagai sifat fisik dan kimia
yang digolongkan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral-mineral primer
mengalami pelapukan dan melepaskan sejumlah elemen-elemen ke dalam larutan
tanah. Beberapa elemen-elemen yang dilepaskan dalam proses pelapukan akan
membentuk ikatan dengan elemen lainnya membentuk mineral-mineral sekunder.
Mineral sekunder yang dihasilkan dari proses pelapukan umumnya memiliki ukuran
partikel yang kecil. Oleh karena itu mineral mineral sekunder umunya mendominasi
fraksi liat tanah. Tabel 3 berikut menunjukkan jenis mineral dan penggolongannya.
Golongan mineral
Feldspar
Amfibols dan piroksen
Kuarsa
Mika
Apatit
Liat
Oksida-oksida besi
Karbonat
Klorit
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer atau sekunder
sekunder
sekunder
sekunder
Primer atau sekunder
Sifat tanah
Tingkat pelapukan
MINIMAL
SEDANG
INTENSIF
Albit
Kuarsa
Muskovit
Liat silika tipe 2:1 (vermikulit)
Smektit (montmorilonit)
Kaolinit
Gibsit
Hematit /Goethit
Anatase (rutil, zirkon)
Pembentukan
Pembentukan ini
dipengaruhi oleh lingkungan pelapukan yang masam yang dapat ditemukan pada
tanah yang mengalami pelapukan intensif dimana Si terbawa oleh pencucian.
Alofan
Mineral non kristalin dan dapat ditemukan di daerah gunung api pada ketinggian di
atas 500 meter. Sifat Alofan :
1. Kapasitas pegang air tinggi
2. Bobot isi rendah
3. Sulit terdispersi
4. Menyerupai gel pada saat basah
Liat-liat Oksida
Dapat ditemui pada regim/daerah yang pencuciannya cukup intensif. Fraksai liat
oksida yang banyak dijumpai adalah besi-oksida dan aluminium-oksida, Contoh :
Gibsit (Al(OH)3), Hematit (Fe2O3), Goethit (FeOOH).
ditemukan pada tanah-tanah yang berwarna merah pada wilayah tropika basah.
Tanah ini biasanya bersifat masam.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 3 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
Sumber Pustaka :
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Van Breemen, N, P.Buurman, R.Brinkman. 1992. Process in Soils. Text
for Course J050-202. Department of Soil Science and Geology. Agricultural
University Wageningen.
3. Grim, R.E., 1968. Clay Mineralogy. Mc Graw Hill Book Company.New
York
4. Loughnan FC. 1969. Chemical Weathering of the Silicate Minerals.
American Elsevier Publishing. New York.
MODUL 4
SIFAT FISIK TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mineral dan bahan organik mengisi matriks tanah sekitar
50% volume. Sisanya terdiri atas ruang pori, yang terisi air dan atau udara.
Proporsi air dan udara berubah-uabah secara dinamis menurut kondisi keairan
lingkungan tanah.
Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan gas.
Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah.
Adapun
2. Kroma: ukuran derajat kemurnian atau kejenuhan warna hue. Memiliki skala
dr 0-20. Makin tinggi warna makin terang.
3. Nilai: ukuran tingkat kebersihan atau kekotoran (terang-gelapnya) warna.
Dinyatakan dengan skala 1-10 ( derajat kombinasi pigmen hitam dan putih).
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, debu,
dan liat. Menurut perbandingan tersebut diperoleh kelompok tekstur tanah sebanyak
14 macam (Tabel 1). Sebagian ahli membaginya ke dalam 12 saja. Ada banyak sifat
tanah terutama sifat fisik dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Tabel 1. Jenis tekstur tanah
Pasir
Kasar
Pasir berlempung
Lempung berpasir
Agak kasar
Lempung berpasir halus
Lempung berpasir sangat halus
Lempung
Sedang
Lempung berdebu
Debu
Lempung liat
Agak halus
Halus
Liat berdebu
Liat
Konsistensi
Erodibilitas
Struktur Tanah
Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-butir
tanah; yang sering juga disebut agregat. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
Bentuk Struktur , bentuk-bentuk struktur (Gambar 2) antara lain :
1.
Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horisontal, di hor E atau pada lapisan
padas liat. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited)
2.
Prismatik: sumbu vertikal > sumbu horisontal, hor B, daerah iklim kering.
3.
4.
5.
6.
Granular: Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.
Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut "Crumbs"
atau Spherical.
7.
Lempeng
Prisma dan
tiang
Gumpal
Granular Remah
mm
Sangat halus
<1
<10
<5
<1
<1
Halus (kecil)
1-2
10-20
5-10
1-2
1-2
Sedang
2-5
20-50
10-20
2-5
2-5
Kasar (besar)
5-10
50-100
20-50
5-10
Sangat kasar
>10
>100
>50
>10
Pembentukan Agregat
Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat,
oksida besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi
maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat
(sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.
Faktor yang mempengaruhi pcmbeutukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat
tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada
permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan
liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.
Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu
dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.
Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman
tersebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mcmpercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat !ubang dan menggemburkna tanaman.Secara
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim
sangat
berpengaruh
terhadap
Ketahanan struktur
Konsistensi
Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Dalam keadaan
kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan
basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari lastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
dipelajari dengan menentukan angka Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah
pada beberapa macam keadaan. Sifat-sifat tanah yang berkaitan angka Atterberg
tersebut adalah :
Batas mengalir
Batas melekat
digolekkan lagi
Indeks plastisitas
Jangka olah
dapat kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada
suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini disebut titik ganti
warna atau titik ubah
Bulk density =
Bobot isi tanah adalah petunjuk kepadatan tanah. Makin padat tanah maka makin
tinggi bulk density yang berarti makin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar
tanaman. Pada umumnya, bobot isi tanah berkisar antara 1,1-1,6 g/cm3.
Bulk density berbeda dengan particle density (kerapatan jenis zarah).
Particle density = berat kering persatuan volume partikel-partikel (padat) tanah
(jadi tidak termasuk volume pori - pori tanah). Tanah mineral mempunyai
particle density = 2,65 g/cm3. dengan mengetahui bulk density dan particle density,
maka dapat diketahui banyaknya (%) pori-pori total tanah sebagai berikut :
Bulk density
X 100 % =
Particle density
Pori-pori Tanah
Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori
halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus
berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih
banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehingga tanaman sering
mengalami kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dari
tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah
dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur
granuler atau remah porositas lebih tinggi dibanding yang berstruktur masif.
Drainase Tanah
Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering
yang tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan
kelas drainase tanah tersebut. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal
dan drainase internal. Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external drainage)
maupun melalui peresapan ke dalam tanah (internal drainage). External drainage
banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal drainage
ditentukan oleh tekstur tanah. Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibedakan atas
kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang
dari tanah). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi
jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik
kalau tanah selalu tergenang air.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 4 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat deskripsi setiap sifat fisik
tanah dalam bentuk bahan presentasi kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup
15 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
MODUL 5
AIR DALAM TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi kehidupan di dunia.
komponen penyusun tubuh tanaman jenis herbaceous dan lebih dari 50% tanaman
kayu-kayuan adalah air. Air baukan hanya penyusun tubuh tanaman, tetapi juga
sebagai media pelarut dan transportasi unsur hara.
Sumber air utama adalah air hujan yang jatuh ke tanah. Air hujan ada yang
diteruskan ke dalam tanah dan akan mengisi ruang pori untuk digunakan di masa
depan, dan ada/dapat juga mengalir di permukaan dan masuk ke sungai (sumber air
lainnya). Bagian 5 dari modul ini akan menjelaskan potensi air dalam tanah yang
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan ketersediaan air.
Konsep Potensial
Aliran air merembes tanah dapat dibandingkan dengan aliran panas melalui
batang metal atau aliran listrik melalui kawat. Gaya yang mendorong air untuk
mengalir dapat dibandingkan dengan perbedaan potensial listrik atau perbedaan
panas, dan dapat diujudkan sebagai perbedaan tarikan dari dua bagian tanah
terhadap air yang kadar airnya tidak sama.
Apabila hanya terdapat satu gaya saja yang bekerja pada air, persoalan aliran air
menjadi sangat mudah. Tetapi persoalannya tidaklah demikian, sebab selain
gaya matriks, masih ada macam gaya lain yang bekerja, yaitu: gaya osmotik
yang disebabkan adanya garam-garam terlarut dan gaya gravitasi. Jika kita
dapat mengetahui besarnya ketiga macam gaya ini, maka kita dapat mengetahui
bergerak atau tidaknya air, serta arahnya.
Potensial Air dapat didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk
memindahkan sejumlah satuan air dari tempat patokan yang dianggap
potensialnya sama dengan nol ke tempat lain yang potensialnya mempunyai
nilai tertentu. Sehingga potensial dapat diartikan sebagai petunjuk status energi
atau ketersediaan air tanah. Jika potensialnya rendah maka ketersediaan air juga
rendah.
Potensial adalah skalar bukan vektor, ia mempunyai besaran tetapi tidak
mempunyai arah. Jumlah aljabar dari komponen-komponen potensial adalah
konstan dan jumlah ini disebut potensial total. Dengan demikian gaya dorong
untuk pergerakan air hanyalah gradien potensial total untuk dua titik, yaitu
potensial enersi dalam jarak X.
Konsep potensial air tanah adalah sangat penting. Konsep ini mengganti cara
penggolongan air tanah yang umum dipakai pada masa lalu yaitu yang
menggolongkan air tanah dalam beberapa bentuk: air gravitasi, air kapiler, air
higroskopik dan sebagainya.
Faktanya adalah bahwa semua air tanah, tidak hanya sebagian saja, dipengaruhi
juga gravitasi, sehingga semua air adalah air gravitasi. Selanjutnya hukum
kapiler tidak mulai atau berhenti pada suatu nilai kadar air, atau ukuran pori.
Dengan demikian air tanah dapat berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu
ke waktu tidak dalam bentuk tetapi dalam energi potensial.
2.
Potensial Gravitasi
Setiap benda di atas permukaan bumi ditarik ke arah pusat bumi oleh gaya
gravitasi yang sama besarnya dengan berat benda tersebut, dimana berat
benda tersebut adalah hasil kali massa dengan percepatan gravitasi. Untuk
mengangkut suatu benda melawan tarikan, kerja harus dilakukan, dan kerja
ini disimpan oleh benda yang diangkut dari dalam bentuk energi potensial
gravitasi.
b.
Dalam praktek
Luas
permukaan tanah berkisar antara 1000 cm2/g sampai dengan 106 cm2/g.
Partikel tanah bersifat hidrofilik atau suka menyerap air dan yang terutama
yang berbentuk koloida. Dalam air tanah terdapat dua macam interaksi
antara permukaan ialah antara benda padat dan cair serta antara benda cair
dan udara. Interaksi antara permukaan inilah yang menyebabkan adanya
tegangan antara permukaan dalam tanah dan mengakibatkan bergeraknya air.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dapat ditunjukkan oleh adanya
air dan udara yang seimbang dalam tanah.
Penentuan Kandungan Air Tanah
Kadar air tanah dinyatakan dalam satuan cm3/100 cm3 (air per tanah) atau g air/100
g tanah. Padsa banyak literatur dinyatakan sebagai persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah atau persen berat. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering-ovenkan dalam oven pada suhu
100 C 110 C selama 2 x 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah
mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori
mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori
pada tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara
dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam
terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O 2 sehingga
dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah
ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti
jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan
air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang
dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu
(titik layu permanen).
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut
total air tanah tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis adalah batas
minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap
tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk
berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di
lapangan (Benami dan Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003).Kandungan air antara
kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily Available Water).
Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi oleh
iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman
(Raes,1988).
Retensi Air-Tanah
Kapasitas lapang adalah kadar air yang dapat ditahan dengan gaya yang sama
dengan gaya gravitasi tetapi arahnya berlawanan. Kapasitas lapangan ini juga
dikenal dengan batas atas air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman.
Jika terdapat permukaan air-bumi (groundwater table) yang dangkal dan tidak
ada pergerakan air ke atas yang kuat karena evaporasi pada permukaan tanah, maka
pada kurun waktu tertentu, terdapatlah suatu keseimbangan antara pergerakan air ke
atas (kapiler) dan pergerakan air kebawah (gravitasi). Dalam keadaan seperti di atas
maka kadar air di dekat permukaan tanah akan akan merupakan kadar air pada
kapasitas lapang.
Titik layu adalah kadar air untuk mana tanaman akan layu dan tidak dapat
segar lagi. Kadar air pada titik layu ini dalam praktek akan seimbang dengan
hisapan matriks sebesar 15 bar, sedang kadar air pada kapasitas lapang sering
diambil setara dengan hisapan matriks sebesar 1/3 bar.
Ada beberapa mekanisme yang aktip dalam adsorpsi air oleh partikel-partikel
tanah. Diantaranya ialah muatan listrik yang ada pada partikel-partikel tanah dan
ion-ion lawan yang diadsorpsikan. Sedang mekanisme retensi air oleh tanah ialah
adanya tegangan permukaan antara air dan udara di dalam tanah.
Tengangan
permukaan ini besarnya kurang lebih 72 dyne/cm atau 72 erg/cm2 pada 25oC.
Air menempel pada permukaan tabung kapiler sekuat dengan aghesi dengan
dirinya sendiri karena kerja untuk kohese besarnya juga sama dengan 2. Oleh
karena itulah maka air dapat membasahi dinding gelas tabung kapiler, dan air yang
menempel pada dinding tabung tersebut menarik sejumlah cairan setinggi h.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Air dalam Tanah
Masing-masing tanah mempunyai kadar air tanah kering udara, kadar air kapasitas
lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor:
a.
Jenis air yang yang diserap yang didasarkan pada air tanah yaitu gaya adhesi,
kohesi dan gravitasi.
b.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahanair yang lebih kecil
dari pada tanah yang bertekstur halus. Oleh karenanya tanaman yang ditanam
pada tanah pasir umunya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat.
c.
Kadar bahan organic tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin
tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
d.
mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari
timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan
terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk
menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut
air tanah). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air
setiap tumbuhan berbeda. Kadar dan komposisi udara tanah sebagian besar
ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah yang terdiri dari campuran gas
itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki oleh air (Hakim,1986).
Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis
tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk
pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke
seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam
tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi
membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh
tumbuhan ini juga berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh
tanaman (Indranada, 1994).
Tanah yang diovenkan beratnya akan berkurang dari berat awal. Hal
inidikarenakan hilangnya kadar air yang terkandung pada tanah tersebut. Hal ini
sesuai dengan literatur Craig (1994) yang menyatakan bahwa energi yang telah
dilepaskan ketika air berubah dari uap air menjadi cairan. Pembebasan panas dan
pembentukanair hujan merupakan sumber energi utama untuk sistem hujan. Bila
butir-butir air hujan jatuh ke atas tanah kering dan diserap oleh permukaan partikel
tanah, terjadi penurunan lebih lanjut dalam pergerakan dan mempunyai tapak positif
dan negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah:
1.
banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar
dan ketersediaan air tanah.
2.
3.
Pada waktu musim kemarau maka ketersediaan air akan berkurang sehingga
mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Berapa tanaman masih dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi air tanah berkurang. Bergantung responnya terhadap
kekeringan, tanaman dapat diklasifikasikan menjadi: 1) tanaman yang menghindari
kekeringan (drought avoiders), dan 2) tanaman yang mentoleransi kekeringan
(drought
tolerators).
Tanaman
yang
menghindari
kekeringan
membatasi
aktivitasnya pada periode air tersedia atau akuisisi air maksimum antara lain dengan
meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang
mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi
dehidrasi. Penundaan dehidrasi mencakup peningkatan sensitivitas stomata dan
perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian
osmotik.
Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi cekaman
kekeringan. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme tanaman yang berbeda
menyebabkan tanaman memiliki respon yang beragam. Ketika kekeringan semakin
meningkat maka tanaman menyesuaikan diri melalui proses fisiologi yang kemudian
diikuti perubahan struktur morfologi tanaman seperti layu, meningkatkan
pertumbuhan akar dan menghambat pertumbuhan pucuk. Penurunan proses
fotosintesis dan pertumbuhan, sehingga tanaman juga mengalami penurunan
produksi seperti berkurangnya hasil panen secara kualitas maupun kuantitas
Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan
yang dapat memperbaiki status air, yaitu: (1) tanaman mengubah distribusi asimilat
baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun
untuk mengurangi transpirasi, (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan
stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi.
Relative Water Content (RWC) yang mengambarkan kadar relatif air daun
merupakan parameter ketahanan tanaman menghadapi cekaman kekeringan. Proses
fotosintesis pada sebagaian besar tanaman akan mulai tertekan bila nilai RWC
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 5 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
2.
Tugas ini dibuat dalam bentuk makalah perorangan yang akan didiskusikan
dalam kelas.
Sumber Pustaka:
1.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Raes, D., Herman L. , Paul V. A. Matman dan V.B Martin. 1987. Irrigation
Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit Leuven: Leuven.
8.
MODUL 6
SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk
itu diskusi dan pembahasan tentang sifat kimia tanah difokuskan pada reaksi
pertukaran kation, pH tanah, kejenuhan basa, koloid tanah.
Total
100,5
Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu,
terjadi pula perubahan komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah,
terjadi kehilangan unsur-unsur Si relatif terhadap Al dan Fe.
Pelepasan dan
kehilangan Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si, dan hal ini ditunjukkan
oleh rendahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk intensif.
Berikut adalah penjelasan masing-masing sifat-sifat kimia tanah yang
penting untuk dipahami:
a. Reaksi Tanah atau pH tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OHyang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang
masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OHmaka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam
tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut
netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air
murni yaitu :
HOH
[ H+] [OH-]
Tanah-tanah pada
b. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat.
Liat
termasuk koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah
merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam
tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel
pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan
tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).
1.
Mineral liat. Mineral liat adalah mineral yang berukuran <2 . Mineral liat
dalam tanah terbentuk karena :
a. Rekristalisasi (sintesis) senyawa hasil pelapukan mineral primer
b. Alterasi langsung mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi ilit)
Mineral liat dalam tanah ada 3 yaitu :
1. Mineral liat Al silikat
2. Oksida-oksida Fe dan Al
3. Mineral-mineral primer
Mineral liat Al silikat dapat dibedakan menjadi :
a. Mineral liat Al-silikat yang mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya
kaolinit, haloisit, montmorilonit, ilit
b. Mineral liat Al-silikat amorf misalnya alofan
Kaolinit dan haloisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah yaitu tanahtanah yang berdrainase baik, sedang montmorilonit banyak ditemukan pada
tanah yang mudah mengembang dan mengerut dan pecah-pecah pada musim
kering misalnya tanah Vertisol.
berasal dari bahan induk yang banyak mengandung mika dan belum
mengalami pelapukan lanjut.
berasal dari abu gunung api seperti tanah Andisol. Pada tanah yang tua seperti
Oxisol banyak ditemukan liat silikat yang telah hancur dan membentuk
mineral liat baru yaitu Fe-Oksida dan Al-Oksida yang dikenal dengan nama
mineral seskuioksida.
Mineral liat Al-silikat mempunyai struktur berlapis-lapis yang terdiri
dari lapisan Si-tetrahedron dan Al-oktahedron. Berdasarkan atas banyaknya
lapisan Si-tetrahedron dan Al-oktahedron, maka mineral liat dibedakan
menjadi :
a. Tipe 1:1 (satu lapis Si-tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron) contoh:
kaolinit dan haloisit
b. Tipe 2:1 (2 lapis Si-tetrahedron dan 1 lapis Al-oktahedron), contoh :
montmorilonit, illit dan vermikulit
c. Tipe 2:2 (2 lapis Si-tetrahedron dan 2 lapis Al-oktahedron), contoh : klorit
2.
terdapat pada tanah-tanah tua di daerah tropika misalnya tanah Oxisol. Contoh
mineral liat oksida: gibsit, hematit, goetit, dan limonit.
3.
Koloid Organik
Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O.
Humus bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat.
Sumber muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan
humus adalah tergantung pH.
gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi.
Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian
utama yaitu :
1.
asam fulvik
2.
asam humik
3.
humin
Kapasitas tukar tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang
jauh lebih tinggi dibandingkan mineral liat seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. KTK koloid tanah
Koloid tanah
Humus
100-300
Klorit
10-40
Montmorilonit
80-150
Illit
10-40
Kaolinit
3-15
Haloisit 2H2O
5-10
Haloisit 4H2O
40-50
Seskuioksida
0-3
KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah
dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
daripada tanah KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation
basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila
didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah.
Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah berpasir.
c. Kejenuhan Basa
Kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan
menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan
perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation
basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah
maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya KTK tanah
tersebut.
Kejenuhanbasa
jumlahkationbasa
X 100%
KTK
Begitu pula
Aliran massa
2.
Difusi
3.
Intersepsi akar
Nitrogen (N)
Nitrogen dalam tanah berasal dari :
1. Bahan organik tanah
2. Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara
3. Pupuk
4. Air hujan
Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan
organik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain.
Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose
dengan tanaman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Disamping itu
dibantu pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan
Clostridium.
Fungsi N :
1. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
2. Pembentukan protein
Gejala defisiensi N:
1. Tanaman kerdil
2. Pertumbuhan akar terbatas
3. Daun-daun kuning dan gugur
Gejala kelebihan N:
1. Memperlambat kematangan tanaman
2. Batang lemah mudah roboh
3. Daya tahan tanaman lemah terhadap penyakit
bentuk NH4+ dan NO3-. Sedangkan kehilangan N dari tanah dalam bentuk:
Fosfor (P)
Unsur P di dalam tanah berasal dari :
Bahan organik (pukan, sisa-sisa tanaman)
Pupuk buatan (TSP, DS)
Mineral-mineral di dalam tanah (apatit)
Unsur P didalam tanah berupa P-organik dan P-anorganik.
Fungsi P :
1.
Pembelahan sel
2.
Pembentukan albumin
3.
4.
Mempercepat pematangan
5.
6.
Perkembangan akar
7.
8.
9.
Membentuk nukleoprotein
Gejala defisiensi P:
1. Pertumbuhan terhambat (kerdil)
2. Daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai ujung daun
3. Terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
4. Pada tanaman jagung, tongkol tidak sempurna dan kecil-kecil
Kalium (K)
Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan berasal dari
pupuk buatan (ZK)
Fungsi K :
1.
Pembentukan pati
2.
Mengaktifkan enzim
3.
Pembukaan stomata
4.
5.
6.
7.
8.
Perkembangan akar
Gejala defisiensi K:
1. Terlihat pada daun tua, karena daun muda yang masih tumbuh dengan aktif
menyedot K dari daun tua
2. Ruas pada tanaman jagung memendek dan tanaman tidak tinggi
3. Pinggir daun berwarna coklat mulai daun tua
Kalsium (Ca)
Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan
dolomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman
dalam bentuk Ca++.
Fungsi Ca:
1. Penyusunan dinding sel tanaman
2. Pembelahan sel
3. Pertumbuh (elongation)
Gejala defisiensi Ca:
1. Tunas dan akar tidak dapat tumbuh karena pembelahan sel terhambat
2. Pada jagung, ujung daun coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling
melekat dengan daun dibawahnya
Magnesium (Mg)
Diserap sebagai Mg++. Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit,
hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit).
Fungsi Mg :
1. Pembentukan klorofil
2. Sistem enzim (aktivator)
3. Pembentukan minyak
Gejala defisiensi Mg :
1. Defisiensi pada daun tua
2. Daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu
3. Pada jagung terlihat garis kuning pada daun
4. Pada daun muda keluar lendir
Belerang (S)
Diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui
daun. Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan volatile
(mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan bawang merah.
Fungsi S terutama dalam pembentukan protein.
Asal dalam tanah:
1. Mineral primer (pirit dan gipsum)
2. Atmosfir : SO2 udara
Hilangnya S dari tanah :
1. Diambil tanaman
2. Pencucian (leaching)
3. Penguapan SO42Gejala defisiensi S :
1. Defisiensi pada daun tua
2. Tanaman kerdil
3. Pematangan lambat
4. Daun-daun kuning
Unsur-unsur Mikro
Unsur mikro dalam tanah berasal dari mineral dalam bahan induk dan bahan
organik. Adapun faktor yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah :
pH tanah
Drainase tanah
Jerapan liat dan reaksi kimia
Ikatan dengan bahan organik
Fungsi masing-masing unsur mikro:
Zn
pembentukan hormon tumbuh
katalis pembentukan protein
pematangan biji
Fe
Pembentukan klorofil
Oksidasi reduksi dalam pernafasan
Penyusun enzim dan protein
Cu
Katalis pernafasan
Penyusun enzim
Pembentukan klorofil
Metabolisme karbohidrat dan protein
B
Pembentukan protein
Metabolisme nitrogen dan karbohidrat
Perkembangan akar
Pembentukan buah dan biji
Mn
Metabolisme N dan asam organik
Fotosintesis
Perombakan karbohidrat
Pembentukan karotin, riboflavin dan asam askorbat
Mo
Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik
Pembentukan protein
Penyerapan unsur mikro oleh tanaman
Unsur mikro yang termasuk jenis kation yaitu Fe, Mn, Zn Cu diambil
tanaman melalui pertukaran kation atau sebagai kation terlarut seperti Fe2+,
Mn2+, Zn2+ dan Cu2+.
Unsur mikro yang termasuk jenis anion yaitu B, Mo, Cl diambil tanaman
dalam bentuk anion terlarut seperti B33-, MoO43-, Cl-, kadang juga diambil
dalam bentuk pertukaran anion
Unsur mikro dapat diserap melalui daun (dengan penyemprotan)
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 6 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Tisdale, S. L, Nelson, W. L. and Beaton, J. D. 1990. Soil Fertility and
Fertilizers. 4th ed. Macmillan Publishing Company. New York.
3. Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
MODUL 7
BAHAN ORGANIK TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan organik berperan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah.
Modul 7 ini akan membahas akan arti penting bahan organik dalam tanah.
cendawan dan mikroba hidup dimasukkan sebagai bagian dari bahan organik karena
alasan sederhana yaitu disebabkan tidak mungkin memisahkannya dari bahan
organik lainnya dalam tanah.
Dengan pertimbangan di atas, jelaslah definisi mengenai bahan organik.
Untuk tujuan praktikal, bahan organik dapat digolongkan sebagai residu dan humus.
Residu meliputi bagian-bagian tanaman maupun binatang yang mati pada semua
stadia pelapukan. Humus merupakan bahan organik yang berwarna gelap yang
mempunyai sifat-sifat kimia maupun fisika yang cukup jelas dan melapuk dengan
lambat, tidak secepat pelapukan residu.
organik merupakan sumber hara untuk tanaman maka yang dimaksud tentulah residu
ditambah dengan humus.
Sumber Bahan Organik Tanah
Sumber primer bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan berupa akar, batang,
ranting, daun, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi
dan akan terangkut ke lapisan bawah tanah. Tumbuhan tidak saja sebagai sumber
bahan organik tanah, tetapi juga sebagai sumber bahan organik dari seluruh makhluk
hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih
dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang
menyumbangkan pula bahan organik. Berbeda sumber bahan organik tanah akan
berbeda pula pengaruhnya yang disumbangkan ke dalam tanah. Hal ini berkaitan
erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.
Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan
jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat hancur daripada
jaringan tumbuhan. Menurut Hakim, et. al. (1986) Jaringan tumbuhan sebagian
besar tersusun atas air yang beragam dari 60 90 % dan rata-rata sekitar 75 %.
Bagian padatan sekitar 25 % dari hidrat arang (60 %), protein (10 %), lignin (10
30 %), dan lemak (1- 8 %). Ditinjau dari susunan unsur, karbon merupakan bagian
terbesar (44 %), disusul oleh oksigen
sekitar (8 %). Susunan abu itu sendiri terdiri dar seluruh unsur hara yang diserap
dan diperlukan tanaman, kecuali C, H, dan O.
Peranan Bahan Organik
Menurut Hakim, et. al. (1986). Peranan bahan organik ada yang bersifat
langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui
perubahan sifat dan ciri tanah.
Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah:
a.
b.
c.
d.
b.
c.
kemudian
tersedia kembali.
d.
b.
Keterangan
Hubungan pH
Mineralisasi
Kombinasi dengan
molekul-molekul
organik
sebagian berlangsung dalam waktu lama. Bahan-bahan lignin melapuk lebih lama
dibandingkan dengan bahan-bahan yang mengandung protein.
Hasil pelapukan bahan organik membantu agregasi tanah sehingga diperoleh
struktur yang mempunyai baik pori makro maupun mikro, dan konsekuensinya
memperbaiki infiltrasi air dan aerasi tanah. Infiltrasi dan perkolasi air yang lebih
baik akan mengurangi aliran permukaan dan erosi. Bahan organik bersama liat
membentuk agregat-agregat yang lebih mantap terhadap pengaruh menghancurkan
oleh air. Tanah dengan agregat-agregat yang lebih tahan terhadap penghancuran
oleh air, dengan demikian lebih tanah terhadap erosi.
Bahan organik memperbesar kemampuan tanah memegang air dan kapasitas
tukar kation tanah. Perbaikan kedua parameter ini berarti mengurangi kemungkinan
tercucinya hara dari tanah. Bahan organik tanah memegang hara tanah cukup kuat
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya pencucian, tetapi juga cukup mudah
melepas kembali ion-ion yang dijerap sehingga tersedia untuk tanaman.
Bahan organik tanah mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi yang lebih
ekstrim dalam tanah, misalnya meningkatnya konsentrasi ion-ion karena pemberian
pupuk. Konsentrasi ion-ion yang terlalu tinggi dalam larutan tanah dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam penyerapan hara atau tanaman keracunan.
Banyak kompleks humus-liat terjadi di dalam perut cacing dan fauna tanah
lainnya/ kontak liat dan bahan organik sangat dekat dan kegiatan mikroorganisme
melapuk bahan organik menjadi intensif. Dengan penuaan, pelapukan bahan organik
menghasilkan humus dan dengan demikian menghasilkan agregat-agregat yang
mantap air. Tanah dari tahi cacing menunjukkan kapasitas tukar kation yang tinggi
dari tanah asalnya. Dengan jalan ini adanya cacing meningkatkan kesuburan tanah
lapisan paling atas.
menjadi stabil setelah humus terbentuk. Makin banyak bahan organik makin banyak
pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan
kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil meningkatkan kegiatan
jasad mikro tanah, sehingga percampurannya dengan bagian mineral memberikan
struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang
demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan
tanaman. Tanah yang berstruktur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila
dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.
Butir-butir air hujan yang jatuh ke permukaan tanah mineral mempunyai
kekuatan yang mampu memecah massa dan melemparkan butir-butir tanah yang
telah lepas sebagai erosi percikan (splash erosion).
jenuh air, ruang-ruang pori tanah cepat tertutup oleh partikel-partikel halus, sehingga
air mengalir di permukaan dan membawa partikel-partikel lepas sebagai erosi
lapisan permukaan (sheet erosion). Dengan adanya bahan organik di lapisan tanah
atas, sheet erosion dapat dihambat karena bahan organik bertindak sebagai perisai.
Penutupan pori tanah dapat dikurangi karena bahan organik membuat lebih banyak
rongga udara dan struktur tanah lebih mantap sehingga partikel tanah tidak mudah
lepas. Aliran permukaan berkurang karena lebih banyak air dapat meresap kedalam
tanah sehingga sheet erosion dapat dihindari. Dengan demikian bahan organik dapat
mengurangi terjadinya erosi.
Siklus Bahan Organik Dalam Tanah Jaringan tanaman dirubah menjadi
jaringan jasad mikro dan humus melalui proses perombakan yang kemudian
membentuk karbon (C).
humus, CO2 dilepaskan kembali ke udara dan diserap oleh tumbuhan hidup, dan
melalui fotosintesa sekali lagi C dirubah ke dalam jaringan tumbuhan.
Alkohol Primer
CH3
CHOH
Alkohol Sekunder
CH3
4. Enol
OH terikat pada karbon berikatan rangkap
-C::C:O:
H
Cn
RC O : H + : O : H
RC O : - + H : O : H+
6. Asam Amino
O
R CH C OH
NH2
Jaringan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah cenderung dirombak lebih
cepat dibandingkan dengan bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N tinggi. Hal
ini disebabkan oleh dua hal: 1. Bahan tanaman yang mempunyai nisbah C/N rendah
mengandung tinggi N dan 2. Bahan tanah tersebut mengandung lebih besar proporsi
C dalam bentuk senyawa-senyawa sellulosa dan lignin yang lebih tahan terhadap
pelapukan.
Akibatnya jasad yang mengerang bahan dan nisbah C/N rendah sekurang-kurangnya
pada awal proses perombakan tidak diatasi baik oleh kekurangan N atau C tersedia.
Jasad menggunakan C dengan cepat, laju penggunaan C menentukan laju
perombakan, sebaliknya jasad hidup yang mengerang pada bahan tanaman dengan
C/N tinggi di batasi oleh kandungan N dan C yang tersedia. Kekurangan N dapat
diatasi dengan menambahkan garam-garam N dalam proses pelapukan. Namun hal
ini tidak akan ketersediaan C, karena C tetap berada dalam bentuk yang tahan
perombakan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sedikit sekali yang dapat
dilakukan untuk mempercepat laju perombakan dari bahan tanah yang mempunyai
nisbah C/N tinggi (Yulius, et. al., 1985).
Bahan organik kualitas tinggi melapuk dengan cepat. Bahan organik ini
cocok digunakan sebagai sumber hara untuk dapat digunakan tanaman yang
pertumbuhannya lebih cepat. Sinkronisasi waktu pemberian dan cara pemberian
bahan organik diperlukan agar hara-hara yang dilepas dari bahan organik dapat
diserap sebanyak-banyaknya oleh akar tanaman.
dengan tanah mempercepat pelapukan bahan organik, jadi pelepasan hara dari bahan
organik ke tanah.
Bahan Organik dan Pengolahan Tanah
Pengolah tanah menyatakan bahwa tanah yang mudah dikerjakan adalah tanah yang
mudah diolah. Tanah yang mengandung bahan organik yang baik adalah tanah yang
mudah diolah. Para ahli tanah berpendapat bahwa tanah mudah diolah sebagai
variabel yang berarti mudah diremuk atau dilumat. Partikel tanah terikat bersama
dalam bentuk kepingan-kepingan kecil dalam bentuk tumpukan atau granular.
Kondisi tanah sebelum diolah dapat ditentukan melalui peremukan tanah yang
menunjukkan jenuh tidaknya tanah, sehingga dapat atau belum diolah.
Pengelolaan tanah yang bijaksana berusaha memperkaya bahan organik
tanah. Dengan menambah bahan organik, tanah mempunyai daya memegang air,
daya memegang hara yang lebih baik, disamping mempunyai struktur yang lebih
kondusif untuk perkembangan akr, dan menambah ketahanan tanah terhadap erosi.
Hara-hara tanaman dilepas secara berangsur-angsur dari bahan organik sehingga
dapat dimanfaatkan lebih baik oleh tanaman. Menambah bahan organik tanah berarti
menambah unsur-unsur hara dalam bentuk organik di dalam tanah, jadi mengurangi
kemungkinan tercucinya hara-hara tersebut dibandingkan hara-hara yang diberikan
dalam bentuk pupuk-pupuk anorganik.
Meletakkan bahan orgganik di atas tanah memperlambat pelapukan bahan
organik tersebut, jadi memperlambat pelepasan hara ke tanah dan tanaman. Jadi,
kalau bahan organik digunakan sebagai mulsa, maka penambahan pupuk lebih
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman.
rendah cocok digunakan sebagai bahan mulsa diatas permukaan tanah karena lama
bertahan sebagai penutup tanah. Mulsa berguna untuk memelihara kelembaban
tanah, melindungi penghancuran tanah oleh hujan yang jatuh dan membatasi erosi
tanah.
Penjelasan tentang bahan organik, humus dan yang berkaitan dengan proses
pembentukannya dapat memberikan pengertian yang luas berkaitan dengan fungsi
tanah sebagai media. Kita dapat membuat matrix dalam berbagai hal sesuai dengan
sifat-sifat tanah dan produksi pertanian.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 7 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan.
Penilaian pada bagian ini mencakup 10 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
2. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung
3. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
MODUL 8
SIFAT BIOLOGI DASAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ecara fisik, tanah tersusun bahan mineral dan bahan organik dalam berbagai
ukuran. Partikel mengisi matriks tanah sekitar 50% ruang pori, dan sisanya
diisi air dan udara. Hal ini membentuk sistem 3 fase yaitu padatan, cair dan
gas. Hampir di semua penggunaan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik
tanah.
Berikut
Crustacea
2.
Chilopoda
3.
Arachnida
4.
Inscect
Jenis arthropoda memakan sisa tumbuhan yang membusuk dan membantu
memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang kecil pada tanah. Namun ada
beberapa diantaranya yang bersifat mengganggu tanaman karena makan tumbuhan
yang hidup. Jenis moluska yang hidup di atas tanah yang penting adalah bekicot.
Makroflora
Akar-akar tanaman mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan
unsur-unsur hara oleh akar-akar tersebut.
pengaruh langsung terhadap ketersediaan unsur hara karena dapat membentuk asamasam organik di permukaannya yang dapat meningkatkan kelarutan unsur hara.
Ketersediaan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dikeluarkan oleh
akar dan aktivitas mikroorganisme di rhizosphere.
Mikroflora
Mikroflora dalam tanah antara lain : bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae.
Bakteri, fungi dan aktinomisetes membantu pembentukan struktur tanah yang
mantap karena kemampuannya dalam mengeluarkan zat perekat yang tidak mudah
larut dalam air.
Bakteri
Bakteri dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Autotrof, menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik misalnya
melalui fotosintesis
2. Heterotrof, mendapatkan makanannya dari bahan organik yang telah ada
Fungi
1. Parasitik
2. Saprofitik
3. Simbiotik
Mycorhiza, yang berarti jamur akar adalah assosiasi simbiosis mycelia fungi dengan
akar tanaman tertentu (Gambar 3). Mikoriza membantu tanaman induk menyerap
unsur hara tertentu.
mikorisa endotropik.
Aktinomisetes
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan menjadi fungi atau bakteri.
Dicirikan oleh miselia yang bercabang-cabang seperti fungi. Aktinomisetes dapat
memproduksi antibiotik seperti streptomycin, aeromycin, tetramycin, dan neomycin.
Fungsi utama actinomycetes adalah dalam dekomposisi bahan organik terutama
selulosa dan jenis bahan organik lain yang resisten.
Algae
Algae (Gambar 2) mempunyai klorofil dan terdiri dari green algae, blue green
algae, yellow green algae dan diatomae. Berkembang biak pada tanah subur dan
lembab. Blue green algae dapat mengikat N udara.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 8 ini didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
Mikroorganisme hidup
Aktivitas kehidupan
mikroorganisme dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah lainnya yaitu sifat fisik
dan sifat kimia tanah.
Sumber pustaka:
1. Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
3. Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An Introduction. 2nd. Macmilan
Publishing Company. New York.
MODUL 9
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mikroorganisme tanah.
sebenarnya juga termasuk penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifatsifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral
pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya yang disebut ameliorasi.
Sebelum membicarakan berbagai bahan pupuk, sangat perlu memperhatikan
pemakaian unsur-unsur pupuk (nitrogen, fosfor dan kalium) secara tepat karena
berkaitan dengan ekonomi dan keefektifan pemupukan.
diberikan merupakan tambahan bagi unsur yang sudah ada dalam tanah, sehingga
jumlah keseluruhan N, P dan K yang tersedia bagi tanaman berada dalam
perbandingan yang tepat.
harus sedemikian rupa sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang lebat
dan normal.
Klasifikasi Pupuk
Klasifikasi pupuk telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membedakan, jenis,
bahan asal dan cara/sifat kerjanya, yaitu:
Klasifikasi pupuk berdasarkan sifat kerja:
1. Pupuk langsung: pupuk-pupuk yang mengandung unsur hara tanaman dan
pengaruhnya langsung kepada tanaman, seperti pupuk N,P,K dan lainlainnya, juga termasuk pupuk cair.
2. Pupuk tidak langsung; pengaruh utama adalah terhadap tanah, tetapi juga
mengandung unsur hara, seperti pengapuran dan penambahan bahan organik.
Klasifikasi pupuk berdasarkan kecepatan kerja
1. Pupuk yang kerja cepat ( fast acting/fast release): pengaruhnya cepat terlihat,
contohnya pupuk yang bersifat higroskopis
2. Pupuk yang kerja lambat (slow acting/slow release): pupuk-pupuk yang
efektif hanya setelah terjadi perubahan dalam tanah.
Klasifikasi berdasarkan tipe senyawa kimia
1. Pupuk organik
2. Pupuk anorganik atau pupuk mineral: mengandung satu atau lebih senyawa
anorganik.
Klasifikasi berdasarkan menurut jumlah unsur hara
1. Pupuk tunggal: pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara
essensial.
Dasar-Dasar Pemupukan
Dalam melakukan pemupukan ada beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu ;
1.
2.
3.
4.
5.
Waktu pemupukan
6.
Cara pemupukan
Broadcast (disebar)
Sideband
In the row
Top dressed atau side dressed
Pop up
Foliar application
2.
Kelembaban
3.
4.
Pupuk Organik
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah
dengan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai
keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti
permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kationkation tanah dsb.
Pupuk kandang
Hal penting yang diperhatikan dari pupuk kandang yaitu sifat-sifat pupuk kandang
olehkarena tiap jenis hewan yang dipelihara menghasilkan pupuk kandang dengan
sifat yang berbeda-beda. Kandungan unsur hara pukan juga ditentukan oleh
makanan ternak/hewan yang diberikan.
Pupuk hijau
Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai penambah N
dan unsur-unsur lain, atau sisa-sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah. Pupuk
hijau sebagai pengganti pupuk kandang apabila pupuk kandang sedikit, sedangkan
tanah sangat memerlukan pupuk organik. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman
leguminosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman rotassi
untuk memanfaatkan waktu sehingga tanah tidak diberakan. Tanaman pupuk hijau
harus memenuhi syarat-syarat sbb:
1.
2.
3.
Banyak mengandung N
4.
Tahan kekeringan
5.
Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat
Kompos
Selain pukan dan pupuk hijau, dalam penyedian pupuk organik dapat digunakan
kompos. Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang
terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air bila
terlalu kering.
Pupuk organik buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi
sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara
kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan biologi tanah dan dapat menyediakan unsur hara lebih cepat dan lebih
efektif seperti pupuk kimia.
Pupuk daun
Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan
penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar
adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga
perbaikan tanaman cepat terlihat. Unsur hara itu, unsur hara yang diberikan lewat
daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan
atau kerusakan tanah. Kekurangan pupuk yang diberikan lewat daun adalah bila
dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak. Kecuali itu, pupuk daun
tidak dapat diberikan pada tanaman yang dikonsumsi daunnya (misalnya sayuran)
atau buah yang berkulit tipis (tomat). Harga pupuk daun lebih mahal daripada
pupuk akar dan pemeberiannya memerlukan alat khusus.
Pengapuran
Dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah, pemberian kapur juga termasuk dalam
perbaikan kesuburan tanah. Pengapuran berguna untuk :
1.
Menaikkan pH tanah
2.
3.
4.
5.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 9 ini didasarkan pada hasil kerja perorangan
dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 15 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons. New
York.
2.
3.
MODUL 10
KLASIFIKASI TANAH
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2.
FAO/UNESCO
3.
Modifikasi PPT
(1978-1982)
Tanah aluvial
Andosol
Kambisol
Grumusol
Kambisol, Latosol,Lateritik
Litosol
Mediteran
Organosol
Podsol
Podsolik
Kambisol
Podsolik
Regosol
Renzina
Sistem FAO/UNESCO
Sistem ini dikembangkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), utamanya
oleh FAO dan UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia bersekala
1:5.000.000. Sistem ini dibagi dalam 2 kategori, dimana kategori pertamanya setara
dengan great soil grup dan kategori kedua setara dengan subgroup dalam Taksonomi
Tanah USDA.
Sistem USDA
Sistem yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy
(1975) menggunakan 6 kategori yaitu Ordo (Tabel 2), Sub-ordo, Great Soil Group,
Subgroup, Family dan Seri.
Tabel 2 ORDO TANAH menurut sistem Soil Taxonomy beserta sifat pencirinya masingmasing
ORDO
PENCIRI UTAMA
HORISON PENCIRI
ENTISOL
INCEPTISOL
Horison kambik
ALFISOL
Horison argilik
ULTISOL
Horison argilik
OXISOL
Horison oksik
SPODOSOL
Horison spodik
MOLLISOL
Epipedon molik
ARIDISOL
VERTISOL
Sifat vertik
HISTOSOL
ANDISOL
Sifat andik
GELISOL
Horison penciri
Untuk keperluan klasifikasi maka dikenal 3 horison penciri yakni :
1.
Epipedon/horison permukaan
2.
3.
Epipedon
1.
Epipedon mollik
2.
Epipedon umbrik
3.
Epipedon histik
4.
Epipedon okrik
5.
Epipedon plaggen
6.
Epipedon anthropik
2.
3.
4.
Horison Kalsik, tebal >15cm dan mengandung CaCO3 atau MgCO3 sekunder
5.
Horison Kambik, warna lebih merah, indikasi lemah ada argilik atau spodik
6.
7.
8.
Horison
Oksik,
tebal>30
cm,
KTK
<16cmol/kgliat
dan
KTK
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Konkresi
Padas
Sifat andik
Duripan
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Fragipan
Kontak litik
Kontak paralitik
Plintit
Kontak densik
Regim kelambaban tanah
Regim temperatur tanah
Perbandingan ke tiga sistem klasifikasi dari PPT Bogor, FAO/UNESCO dan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tanah alluvial
Andosol
Kambisol
Grumusol
Latosol
Lateritik
Litosol
Mediteran
Organosol
Podsol
Podsolik
Regosol
Rendzina
Ranker
Gleisol
Planosol
FAO/UNESCO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Fluvisol
Andosol
Cambisol
Vertisol
Nitosol
Ferralsol
Lithosol
Luvisol
Histosol
Podsol
Acrisol
Regosol
Rendzina
Ranker
Gleysol
Planosol
USDA/SOIL
TAXONOMY
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Entisol, Inceptisol
Andisol
Inceptisol
Vertisol
Ultisol
Oxisol
Entisol
Alfisol, Inceptisol
Histosol
Spodosol
Ultisol
Entisol
Rendoll
Entisol
Aquic subordo..
Alfisol (Aqualf)
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 10 ini didasarkan pada hasil kerja
perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
Sumber pustaka:
1.
2.
MODUL 11
PENGELOLAAN TANAH UNTUK
PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi tanah dan air sebagai media tempat berlangsungnya siklus air. Siklus
air dan siklus hidup mikroorganisme akan terganggu (berubah) bila tanah dan air itu
diperuntukkan, dimanfaatkan, diperlakukan melalui penerapan teknik pengelolaan
tanah dan air yang digunakan keliru atau tidak benar, tidak tepat dan tidak efisien
dan pada akhirnya menjadi lahan yang tidak lagi produktif dan berdampak terhadap
kerusakan sistem lingkungan.
Pendekatan penilaian kelestarian sumberdaya tanah telah dan air banyak
mengalami perkembangan dengan melibatkan berbagai fungsi tanah secara holistik;
tidak hanya aspek produktivitas pertanian saja. Untuk itu kegiatan penilaian
memerlukan tolok ukur yang dapat menggambarkan kecenderungan umum
perubahan kondisi tanah selama dimanfaatkan. Salah satu tolok ukur penilaian
tersebut adalah kualitas tanah.
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikatorindikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks
kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan
nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah
dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.
Kualitas tanah berkaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah, yaitu
kemampuan tanah menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman.
Beberapa
Keasaman (pH)
Tanah asam dapat mempengaruhi keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Agar tanah yang bereaksi asam dapat ditanami, maka keasamannya perlu
diperkecil, angka pH diperbesar dengan pemberian kapur.
2.
Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam tanah dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Unsur Nitrogen (N) mempunyai peranan
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya batang, cabang
dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah dengan
4.
Phospor (P)
Posphor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih
dan tanaman muda. Phospor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk
pembentukkan protein tertentu, membantu asimilasi, mempercepat bunga,
pemasakan biji dan buah.
akibatnya bagi tanaman kalau tanaman berbuah, buahnya kecil dan cepat
matang.
5.
Kalium (K)
Unsur Kalium berperan dalam membantu pembentukan Protein dan
Karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak
mudah gugur.
Ca (Kalsium)
Kalsium berperan merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan
batang dan merangsang pembentukan biji dan apabila tanah dengan kandungan
Kalsium rendah maka daun mudah mengalami klorosis. Kuncup-kuncup muda
akan mati karena perakarannya kurang sempurna, malahan sering salah bentuk.
Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan
dibeberapa tempat pada helai daun akan mati.
7.
Magnesium (Mg)
Tanah dengan kandungan Mg yang rendah menyebabkan daun tua mengalami
klorosis dan tampak bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar
menjadi kekuningan. Daun akan mengering dan kerap kali langsung mati. Pada
tanaman berbiji, sangat jelek pengaruhnya bila kekurangan Magnesium. Daya
tumbuh biji tidak mantap, melemah bijinya tampak lemah.
Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur
hara seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Calsium, Magnesium, Sulfur, Klor, Ferum,
Mangan, tembaga, Zeng, Boron dan Molibdenum. Unsur-unsur tersebut sangat
terbatas jumlahnya dalam tanah atau terkadang tanahpun tidak mengandung unsurunsur tersebut di atas.
Pengelolaan Tanah Dan Air Bagi Produktivitas Tanaman Yang Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau pembangunan pertanian berkelanjutan pertama kali
menjadi pembicaraan dunia pada tahun 1987, tahun 1992 diterima sebagai agenda
politik oleh semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan dalam Agenda 21,
Rio de Jeneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi
jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan
lingkungan. Pertemuan Johanesberg, Afrika Selatan (2-4 September 2002) yang
merupakan pertemuan puncak Pembangunan Berkelanjutan (World Summit On
Sustainable Development) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan
membutuhkan pandangan dan penanganan jangka panjang dengan partisipasi penuh
semua pihak. Secara jelas dinyatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan
aspirasi generasi mendatang. Di bidang pertanian diterapkan dengan pendekatan
pembangunan pertanian berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dalam
pelaksanaannya sudah termasuk aspek pertanian organik.
Pertanian berkelanjutan memiliki kegiatan yang secara ekonomis, ekologis,
dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu
kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, dan
Pengaruhnya bersifat
langsung (on site) dan tidak langsung (off site). Pengaruh langsung adalah
penurunan produktivitas lahan dan produksi tanaman, sedangkan pengaruh tak
langsung dapat berupa siltasi reservoir, saluran dan sungai, penurunan pasokan air,
penurunan kapasitas energi listrik, banjir, kerusakan jalan akibat longsor (landslide),
dan lain-lain.
Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di
tempat- tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air
seperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut
menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan akan mengakibatkan semakin
sering terjadi banjir dan semakin dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi
air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah
yang berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan
demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau
merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain itu
peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu
penyebab lain dari proses erosi.
Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata air
berhubungan erat dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan
oleh kandungan sedimen dan unsur yang terbawa masuk oleh air yang bersumber
dari erosi, tercuci oleh air hujan dari lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa
dari limbah industry atau limbah pertanian. Peristiwa ini disebut dengan polusi air.
Masuk dan mengendapnya sedimen di dalam air secara berlebihan akan
menyebabkan
pedangkalan
dan
memungkinkan
terjadinya
banjir
akibat
berkurangnya daya tampung air. Sedangkan masuknya unsur hara ke badan air
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang merupakan meningkatnya unsur hara
dalam air sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi
menyebabkan menurunnya fungsi badan air seperti ikan, alur transportasi, dan
sumber air untuk konsumsi dan irigasi.
Pada setiap pembangunan pertanian apapun jenisnya, terdapat beberapa
tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan air, yakni meliputi (1) Tahapan Penyiapan
Lahan; (2) Tahapan Penanaman; (3) Pemeliharaan; (4) Panen; dan (5) Transportasi.
1. Tahapan Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan tidak lain adalah proses pematangan lahan, penempatan dan
pembangunan fasilitas pendukung, pengolahan tanah sampai tanah siap tanam.
Kegiatan pengelolaan tanah dan air pada tahap penyiapan lahan dapat meliputi :
a. Land Clearing
Tahap awal dari kegiatan pengelolaan tanah dan air adalah land clearing. Land
clearing adalah perlakuan pembersihan permukaan tanah dari vegetasi ataupun
tanaman pengganggu. Pada tahap penyiapan lahan kegiatan land clearing
tidak selalu digunakan, tergantung keadaan dan jenis vegetasi yang menutupi
tanah. Misalnya pada tanah-tanah yang sudah diusahakan, vegetasi penutup
tanah yang ada hanya rumput, maka pembersihan rumput dapat sekaligus
dilakukan dengan pengolahan tanah. Tetapi bila vegetasi penutup tanah adalah
hutan ataupun semak belukar, land clearing mutlak diperlukan, seperti tanah
bukaan baru.
vegetasi dari penutupan tanah, tetapi bagaimana kualitas land clearing ini
dapat menunjang kegiatan selanjutnya dan tidak memberi dampak negatif baik
terhadap jenis tanaman yang diusahakan maupun terhadap kerusakan tanah
akibat land clearing.
membuat tanah menjadi rusak sebelum digunakan. Untuk itu teknik land
clearing yang diterapkan pada setiap kondisi lahan harus benar, tepat dan
efisien. Pemilihan teknik land clearing sangat ditentukan oleh faktor :
1) Jenis dan keadaan vegetasi penutup tanah yang ada
2) Keadaan topografi/kelerengan tanah
3) Keadaan iklim/musim
4) Jenis dan alat yang digunakan
5) Target waktu penyiapan lahan
6) Besarnya kemampuan modal untuk biaya land clearing
Secara umum teknik land clearing dapat dibagi 5, yakni :
Land clearing secara konvensional (tebang bakar)
Land clearing secara mekanik
Land clearing secara biologis
Land clearing secara kimia (Herbisida)
Kombinasi antara beberapa teknik land clearing
1) Land clearing secara konvensional
Tebang dan bakar adalah teknik land clearing pada lahan bervegetasi
hutan yang biasanya diterapkan pada sistem perladangan. Vegetasi hutan
yang ada ditebang dan setelah beberapa hari sesudah tebang lalu dibakar.
Sistem tebang dan bakar tidak dibenarkan dalam land clearing, alasannya
apa?
1) Untuk vegetasi hutan, dengan hanya penebangan pohon saja tanpa
pembersihan tanggul pohon dan perakaran yang ada, belum dapat
Namun untuk
Untuk mempercepat
selain
menghambat
kegiatan
lainnya
juga
dapat
1) Land clearing secara mekanik dengan alat berat tidak efektif dan
efisien bila dilakukan pada lahan yang berlereng > 15 %. Jadi hanya
efektif pada tanah yang datar sampai agak miring. Untuk itu pula
pada tanah berlereng > 15 % land clearing harus dilakukan dengan
tenaga manusia.
2) Land clearing yang dilakukan pada musim hujan atau pada saat status
air tanah lebih besar dari kapasitas lapang dapat menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah pada lapisan atas. Pemadatan tanah pada
waktu land clearing maksimum terjadi pada status air tanah
berlebihan (> Kapasita Lapang).
yang ditimbulkan
oleh
land
dengan
tepat
waktu
dam
kualitasnya
erosi
sudah
besar,
karena
sudah
terbuka
tanpa
pelindung/penutupan vegetasi.
3) Teknik Land Clearing Secara Biologis
Pembersihan lahan secara konvensional maupun secara mekanik dapat
berdampak negatif terhadap tanah dan ekosistem lingkungan. Untuk itu
yang paling tepat adalah teknik land clearing yang sifatnya ramah
lingkungan, dalam hal ini secara bilogis. Hanya saja, land clearing secara
biologis ini hanya efektif pada lahan yang bervegetasi rumput alang-alang
ataupun jenis rumput lainnya, utamanya pada tanah berlereng. Sedang
untuk lahan bervegetasi hutan ataupun jenis pepohonan tingkat tinggi,
land clearing secara biologis tidak dapat diterapkan. Namun sesudah
pembersihan pohon, lalu diberikan teknik land clearing secara biologis
utamanya untuk menekan rumput atau gulma yang akan tumbuh.
Teknik land clearing secara biolgis tidak lain adalah teknik penanaman
tanaman penutup tanah (cover crop) dari famili leguminosa seperti
Calopogonium, Centrosoma, Stilosantus, Mucuna dan sebagainya.
Keuntungan land clearing secara biologis meliputi :
1) Rumput alang-alang yang ada tidak dibersihkan dari permukaan
tanah, jadi tanah tetap terlindung/tertutup oleh rumput alang-alang,
yang dibersihkan hanya alur tempat penanaman tanaman cover crop
selebar 30 cm. Jarak antar barisan alur 2 3 cm. Bila tanah
berlereng, arah alur penanaman searah garis kontur. Dengan masih
adanya rumput yang menutupi tanah, maka tanah masih tetap
dilindungi dan tanaman pokok yang direncanakan sudah bisa ditanam
(jenis tanaman perkebunan).
2) Jenis tanaman cover crop yang sudah tumbuh dan menekan rumput
secara bertahap (melilit, menaungi rumput alang-alang) sehingga
konstribusi
bahan
organik
berarti
dapat
menjaga
clearing efektif untuk lahan dengan vegetasi rumput seperti rumput alangalang dan tentunya tidak efektif atau tidak diterapkan pada lahan yang
bervegetasi hutan.
clearing sangat ditentukan oleh jenis vegetasi yang ada dan semuanya
bermuara ke pertimbangan ekonomi lebih efisien dan pertimbangan
lingkungan tidak merusak. Yang jelas teknik land clearing secara kimia
jika keliru perencanaannya tentunya akan berdampak negatif terhadap
ekosistem ataupun secara ekonomi tidak menguntungkan karena input
biaya bisa lebih tinggi dari penggunaan teknik land clearing lainnya.
Teknik land clearing secara kimia biasanya diterapkan pada lahan yang
sudah dibuka atau lahan yang sudah dimanfaatkan ataupun pada lahan
baru akan dibuka, tetapi vegetasinya adalah rumput alang-alang. Dampak
negatif yang bisa ditimbulkan akibat land clearing secara kimia antara
lain:
1) Bahan kimia yang digunakan selain dapat mematikan perumputan
ataupun gulma juga dapat mematikan beberapa jenis organisme dan
mikroorganisme tanah, sehingga dapat membuat keseimbangan
ekologi dapat terganggu.
2) Bahan kimia yang digunakan bila tidak dapat terurai sempurna
tentunya dapat terakumulasi dalam tanah.
3) Bahan kimia yang digunakan yang selektif sifatnya, dapat membunuh
jenis gulma yang muncul sebagai tanaman pengganggu.
Kelebihan land clearing secara kimia tidak dilakukan pembersihan
vegetasi rumput, dengan demikian tanah tetap tertutupi rumput. Ancaman
kerusakan tanah karena erosi masih dapat dihindari, walaupun penanaman
tanaman pokok dilakukan. Keuntungan lainnya, suplai bahan organik dari
vegetasi rumput yang telah mati.
5) Kombinasi Teknik Land Clearing
Kadang penerapan teknik land clearing tidak memuaskan karena kondisi
lahan yang kompleks sehingga perlu dikombinasikan dengan teknik land
clearing yang lain. Seperti kombinasi antara teknik land clearing secara
mekanik akan efektif bila disertai teknik land clearing secara kimia atau
secara biologis. Utamanya untuk pencegahan tumbuhnya kembali gulma
untuk jangka waktu minimal tanaman pokok yang telah ditanam sudah
tumbuh dan sudah cukup bersaing dengan gulma.
Pada lahan bervegetasi rumput alang-alang yang diland clearing secara
mekanik karena pertimbangan waktu penyiapan lahan yang mendesak
dilaksanakan pada musim hujan, kadang disertai penyemprotan herbisida
untuk menekan rumput yang tumbuh kembali.
Pada lahan bervegetasi hutan dan mempunyai kelerengan lebih 15 %,
tentunya sudah sulit diaplikasikan land clearing secara mekanik, lebih
tepat bila dilakukan land clearing secara konvensional (tebangan dengan
menggunakan tenaga manusia menggunakan Chainsaw), disertai land
clearing secara biologis, tanpa pembakaran sisa tebangan ataupun
pembakaran terbatas pada tempat-tempat tertentu. Salah satu contoh land
clearing secara mekanis disertai cara biologis (tanaman cover crop) pada
lahan bervegetasi hutan dengan kelerengan lebih 15 % untuk penanaman
jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, cengkeh, karet,
kopi dan sebagainya, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pohon ditebang dengan arah pemotongan dibuat searah garis kontur,
agar pohon rebah memanjang searah garis kontur (melintang arah
kemiringan). Batang pohon terletak melintang di permukaan tanah
searah kontur, yang berarti batang pohon hasil tebangan berfungsi
sebagai teras yang menahan arus aliran permukaan.
2) Pohon hasil tebangan dipotong lagi menajdi beberapa potongan yang
diperkirakan bisa diangkat oleh tenaga manusia. Cabang dan ranting
dipisah dari batang utama. Cabang dan ranting dipotong kecil-kecil
sepanjang 1 meter atau kalau bisa lebih pendek lebih baik.
3) Semua hasil tebangan pohon-pohon dikumpulkan secara strip kontur
selebar 1/2 meter 1 meter.
kelerengan dan panjang lereng serta jenis tanaman pokok yang akan
ditanam. Hasil tebangan pohon yang diletakkan secara strip kontur
dapat berfungsi teras untuk mengantisipasi ancaman erosi karena
tanah mulai terbuka. Kalau pembakaran harus terpaksa dilakukan
karena alasan tertentu, seperti waktu tanam yang mendesak, maka
yang dibakar hanya hanya ranting/cabang hasil tebangan yang
biasanya menghalangi kelancaran kegiatan pertanaman dan dilakukan
hanya pada strip yang telah dibuat. Batang pohon yang berdiameter
lebih 30 cm sangat efektif menahan erosi, bila diletakkan searah garis
kontur.
4) Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum diletakkan secara
strip persis bagian bawah lereng dari peletakan sisa tebangan yang
juga dalam strip searah garis kontur.
5) Fungsi konservasi tanaman cover crop
Kaitan land clearing dengan pengelolaan tanah dan air antara lain:
1) Setiap penggunaan lahan utamanya di sektor pertanian, mutlak
diperlukan land clearing utamanya lahan bervegetasi hutan,
merupakan tahapan awal dari tindakan pengelolaan tanah dan air.
2) Land clearing termasuk kegiatan pengelolaan tanah dan air yang
butuh biaya relatif tinggi dan pada kondisi lahan tertentu dapat
menjadi biaya investasi yang tinggi dibandingkan tahapan kegiatan
pengelolaan tanah dan air.
3) Waktu pelaksanaan land clearing relatif lama dan pada kondisi lahan
tertentu termasuk kegiatan yang membutuhkan waktu terlama
dibandingkan tahapan kegiatan pengelolaan lainnya.
4) Kegiatan land clearing tidak sekedar membersihkan vegetasi
dipermukaan saja tetapi termasuk tunggul batang dan perakaran yang
ada dalam tanah, tunggul batang pohon dan akar yang tidak
dibersihkan, 4 - 5 tahun kemudian dapat menjadi sumber hama
Kerusakan tanah yang dapat terjadi karena land clearing adalah sebagai
berikut:
a) Periode/tenggang waktu yang selalu lama antara waktu, sesudah land
clearing dan waktu penanaman (pembangunan) membuat selalu
terbuka tanpa pelindung. Untuk itu peluang waktu tanah mengalami
erosi besar terlebih pada lahan berlereng.
b) Terjadi pemadatan tanah kalau land clearing dilakukan secara
mekanis dengan alat berat pada musim hujan.
c) Terjadi pembongkaran tanah pada tempat-tempat tertentu dari pohon
yang dirobohkan bersama perakarannya.
d) Terjadi perubahan iklim mikro.
e) Aktivitas kegiatan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme
dan bahan organik berlangsung intensif, membuat kadar bahan
organik merosot lebih cepat.
b. Land Lavelling
Tahapan kedua pengelolaan tanah dan air untuk pembangunan pertanian
adalah land lavelling. Sesudah land clearing dilakukan kegiatan land lavelling
yakni meratakan permukaan tanah sampai datar. Pada tanah yang tergolong
datar secara mikro permukaan tanah itu tidak ada yang 100% datar, tetapi
berombak sampai bergelombang. Untuk penggunaan lahan tertentu seperti
pencetakan sawah, pembuatan tambak, rumah, atau bangunan.
Dengan
demikian dalam penggunaan lahan utamanya tanah bukaan baru tidak selalu
diperlukan land lavelling tergantung peruntukannya. land lavelling dengan
mempergunakan alat berat sepertiGrader atau buldoser mengupas bagian
tanah yang lebih tinggi dan menimbun bagian tanah yang lebih rendah
sehingga permukaan tanah menjadi datar (cut and fill).
Karena terjadi
pengupasan dan penimbunan tanah maka permukaan tanah baru adalah lapisan
sub soil yang rendah kesuburannya, yang bila ditanami tentunya hasil yang
akan diperoleh tidak seperti tanah yang sebelum land lavelling.
Pada lahan yang tergolong datar (0 % - 3%) namun kondisi mikro topografi
termasuk
berombak/bergelombang
membuat
setempat-setempat
akan
tergenang bila hujan ataupun diberi air irigasi, dan lahan demikian drainase
permukaannya sangat jelek. Dengan demikian land lavelling diperlukan pada
lahan dengan drainase permukaan lambat karena kondisi mikro topografinya.
Tujuan dan kepentingan land lavelling:
1) Meratakan permukaan tanah untuk kepentingan usaha pertanian jenis
tanaman semusim, perumahan, pencetakan sawah, tambak, pembuatan
sistem irigasi permukaan.
2) Meratakan permukaan tanah untuk memperbaiki drainase permukaan.
3) Meratakan permukaan tanah dapat memperlancar kegiatan kelangsungan
pertanaman untuk skala besar dengan mempergunakan alat mekanis
4) Pengaturan jarak tanaman utnuk mencapai populasi tanaman dalam
jumlah optimal.
Disamping keuntungan land lavelling, semua hubungan dengan land clearing,
jika keliru dikelola akan berdampak negatif antara lain:
1) Land lavelling dengan mempergunakan alat berat yang dilakukan pada
musim hujan dapt menyebabkan pemadatan tanah.
2) Land lavelling yang mekanisme kerjanya mengupas dan menimbung (cut
and fill) tanah, dapat membuat lapisan sub soil yang menjadi permukaan
tanah, berarti dapat menurunkan produktifitas.
3) Land lavelling membutuhkan anggaran yang besar dan waktu relatif lama
sehingga memperbesar input biaya produksi.
c. Land Cleaning
Land cleaning menghaluskan permukaan tanah yang miring, sama dengan land
levelling tidak semua lahan setelah land clearing diperlukan land cleaning.
Permukaan tanah berlereng yang tidak mulus untuk jenis tanaman semusim
yang dilakukan secara mekanis perlu dimuluskan (diperhalus) agar alat
mekanis dapat lebih lancar bergerak dengan barisan yang lurus (mulus).
tahunan adalah pembuatan lubang tanaman, dengan kata lain kualitas rootbed
untuk jenis tanaman tahunan ditentukan oleh besarnya ukuran lubang dan
kualitas media yang dijadikan sebagai bahan untuk menimbun lubang
tanaman.
Untuk itu pengelolaan tanah dan air dalam kaitannya dengan pengolahan tanah
untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal pada prinsipnya harus
benar, tepat dan efisien. Persyaratan pengolahan tanah yang benar, tepat,
efisien untuk menghasilkan seedbed/rootbed yang optimal banyak faktor yang
harus dipertimbangkan, yakni meliputi:
pengolahan tanah. Tentu saja tidak berarti bahwa satu kali pengolahan tanah
dapat langsung merusak tanah, tetapi pengolahan tanah secara terus menerus
dapat menurunkan fungsi produksi tanah sampai pada tingkat tanah tidak lagi
mampu dapat berfungsi. Untuk itu pengolahan tanah yang dilakukan secara
tidak benar dan tidak efektif secara terus-menerus dapat menurunkan fungsi
tanah. Jadi tanah dikatakan rusak karena pengolahan tanah bila tanah tersebut
tidak lagi berfungsi sebagai faktor produksi. Untuk itu pula dapat
dipertanyakan mengapa pengolahan tanah dapat menurunkan fungsi produksi
tanah atau merusak tanah. Untuk mengetahui hal ini maka perlu ditelusuri apa
yang terjadi pada tanah karena pengolahan tanah.
1)
2)
dispersi fisik dari pukulan tetesan air hujan dan selalnjutnya mudah
dihanyutkan oleh aliran permukaan bila curah hujan yang terjadi
melampau daya infiltrasi.
3)
aktivitas
organisme
dan
mikroorganisme
tanah
dalam
proses
Dengan demikian
secara mekanis tidak hanya disebabkan oleh tekanan (gaya berat) dari alat
pengolah yang bertumpuk tepat di bawah tapak olah, tetapi pemadatan juga
terjadi karena tekanan dan gaya berat dari kendaraan yang digunakan yang
bertumpuk pada roda/ban. Pemadatan tanah yang diakibatkan tapak roda/ban
kendaraan disebut traffick sole. Dengan demikian pemadatan tanah karena
pengolahan tanah secara mekanis dapat disebabkan karena alat pengolah dan
karena roda/ban kendaraan.
sebagai
faktor
produksi
maupun
fungsinya
sebagai
tempat
sawah
semakin
menguntungkan
dan
semakin
sesuai
untuk
Utamanya
persyaratan
tumbuh
tanaman,
dalam
hal
ini
untuk
biaya
seminimal
mungkin
yang
digunakan
untuk
Tanah
melekat pada alat pengolah karena daya adhesi yang sangat kuat dan ini
tercapai pada kondisi status air tanah antara kapasitas lapang dan titik
jenuh. Pada status air tanah antara kapasitas lapang (KL) dan 80 % KL
maka pada kondisi ini tanah sangat mudah diolah karena alat tidak
melekat pada alat, tanah tidak keras dan struktur hasil olah menjadi mekar.
Hal ini disebabkan daya adhesi dan kohesi tanah sama kuat. Pada status
kadar air tanah di bawah kapasitas lapang 80 % dan kadar air tanah
semakin menurun sampai pada batas 40 % KL tanah semakin sulit diolah
karena semakin keras yang disebabkan daya adhesi lebih lemah dari daya
kohesi (kondisi kering). Pada kondisi tanah terlalu kering kadar air < 40
% dari kapasitas lapang, kembali tanah mudah diolah karena daya adhesi
dan kohesi tanah keduanya sangat lemah. Demikian pula status air tanah
lebih besar dari kondisi jenuh air (tergenang), daya adhesi dan kohesi
tanah keduanya sangat lemah sehingga tanah mudah diolah, hanya saja
kualitas hasil olahan adalah lumpur, alat dan kendaraan yang digunakan
mudah tergelincir dan tenggelam ke dalam tanah karena daya dukung
tanah sangat rendah. Kondisi tanah kering, daya dukung tanah sangat
tinggi (mekanik).
kaitannya dengan status air tanah. Semakin halus kelas tekstur tanah atau
semakin tinggi kadar liat suatu tanah maka makin tinggi daya lekat tanah
rendah
karena
pengolahan
yang
intensif
dan
tanpa
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan,
yaitu: (1) Metode vegetatif; 2) Metode mekanik; 3) Metode kimia.
1.
Metode Vegetatif
2.
Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi
tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki
atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan
penyediaan air bagi tanaman. Meode mekanik dalam konservasi tanah mencakup
pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan
bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul,
kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.
3.
Metode Kimia
Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa
bahan alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk
meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu
usaha dalam penggunaan senyawa organic sintetik sebagai soil conditioner
dilakukan oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa senyawa organic
sintetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah terhadap air secara
efektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl
dichlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini
berupa cairan yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air
tanah. Senyawa ini terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan dalam konservasi tanah dan air. Dengan
teknik tersebut diharapkan tingkat erosi dapat diminimalkan bahkan dicegah.
Tentunya dengan menjaga lingkungan menjadi kunci utama dalam pelestarian
sumber daya alam khususnya tanah dan air sehingga tanah dan air dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus hidrologi yang terus
berlangsung.
A. Indikator Penilaian
Penilaian dalam penugasan pada modul 11 ini didasarkan pada hasil kerja
perorangan dan kelompok. Penilaian pada bagian ini mencakup 5 % dari nilai akhir.
Sumber Pustaka
1.
Sitanala, Arsyad. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. IPB press: Bogor.
2.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8Ed. John Wiley & Sons.
New York.
3.
4.
LAMPIRAN
GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBRP)
MATA KULIAH : DASAR-DASAR ILMU TANAH (141G2103)
Kompetensi Utama
Memahami dasar-dasar pembentukan tanah, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi untuk kepentingan
pertumbuhan dan produksi tanaman yang berkelanjutan, konservasi dan pengelolaan lahan.
Kompetensi Pendukung
Kompetensi Lainnya
Membentuk pribadi yang bertanggung jawab, saling menghargai, kreatif dan berjiwa kepemimpinan.
Minggu ke 1
Materi Pembelajaran
Konsepsi tanah :
Kepentingan tanah
Tanah sebagai hasil
Bentuk Pembelajaran
(Metode SCL)
Kuliah di kelas
Indikator Penilaian
Aktivitas
Diskusi di kelas
mahasiswa dalam
Tanya jawab
produksi
berdiskusi
pelapukan
Tanah sebagai medium
tumbuh tanaman
Mampu menjelaskan
Ketepatan dalam
menjawab dan
menanggapi
tumbuh tanaman.
tiga fase
2
Pembentukan tanah :
Batuan dan bahan
induk
Proses pelapukan fisik
dan kimia
Faktor-faktor
Diskusi kelompok
Aktivitas
mahasiswa dalam
berdiskusi
Ketepatan dalam
menjawab dan
menanggapi
pembentuk tanah
Perkembangan profil
tanah
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 164
Tugas perorangan
Mampu menjelaskan
Diskusi kelompok
pembentukan mineral,
mahasiswa dalam
jenis-jenisnya, sifat-sifatnya
berdiskusi
tanah
Pembentukan mineral
tanah
Mineral liat
Ketepatan dalam
menjawab dan
menanggapi
Aktivitas
Kuliah
Tugas kelompok,
Sistematika tugas
paper
Kemutakhiran
mengumpulkan
referensi tentang sifat-
referensi yang
digunakan
Tampilan
presentasi/power
point
Tampilan presenter
kelompok
Kemampuan
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
67
Kuliah
Tugas kelompok
Sistematika tugas
paper
10
Penentuan kandungan
air tanah
pergerakannya serta
Kemutakhiran
peranannya terhadap
referensi yang
digunakan
Tampilan
air tanah
Faktor-faktor yang
presentasi/power
mempengaruhi air
point
Tampilan presenter
dalam tanah
Peranan air tanah dalam
Kemampuan
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
8-9
Kuliah
Mampu memahami
Tugas kelompok
Sistematika tugas
paper
Kemutakhiran
referensi yang
digunakan
Tampilan
presentasi/power
point
Tampilan presenter
Kemampuan
menjawab
10
pertanyaan dan
tanggapan
10
Bahan organik :
Sumber bahan organik
Komposisi bahan
organik
Perombakan bahan
organik
Humus
Peranan bahan organik
Kuliah
Mampu mengidentifikasi
Tugas kelompok,
mengumpulkan
Sistematika tugas
10
paper
Kemutakhiran
referensi yang
digunakan
Tampilan
dalam bentuk
makalah/paper
presentasi/power
point
Tampilan presenter
kelompok
Kemampuan
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
11
Kuliah pengantar
Mampu menjelaskan
pemupukan :
Diskusi kelompok
Tanya jawab
yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
ketersediaan hara
Konsep dan bentuk-
Sistematika tugas
paper
Kemutakhiran
referensi yang
digunakan
bagi tanaman
Tampilan
presentasi/power
Modul Pembelajaran Dasar Dasar Ilmu Tanah 167
10
point
Tampilan presenter
Kemampuan
tanah
menjawab
pertanyaan dan
dalam tanah
tanggapan
Kebutuhan hara
tanaman
12 - 13
Tugas perorangan/studi
literature tentang
Kuliah lapang /
dan pemetaannya
pengamatan profil
Sistematika tugas
10
paper
Kemutakhiran
referensi yang
digunakan
Keaktifan
Kemampuan
tanah
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
14 - 15
Mampu menganalisis
hubungan produktiviats
tanah dan keberlanjutannya
Sistematika tugas
paper
Kemutakhiran
referensi yang
10
berkelanjutan :
digunakan
Keaktifan
Persyaratan
Kemampuan
karakteristik fisik,
menjawab
pertanyaan dan
tanggapan
produktivitas tanaman.
Pengelolaan tanah dan
air bagi produktivitas
tanaman yang
berkelanjutan
Degradasi tanah dan
pengendaliannya
16
Ujian akhir
Ujian tertulis
Penilaian atas
jawaban
20