Uretritis Gonore Akut
Uretritis Gonore Akut
PENDAHULUAN
BAB II
KOMPLIKASI URETRITIS GONORE
2.1 Definisi
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang
reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifisium uretra eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas
seksual.
2.2 Faktor Risiko
Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui alatalat, pakaian, handuk, dan sebagainya.
Beberapa faktor risiko infeksi ini:
Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa pelindung
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariai antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri,
tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang sama sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Pada pria
Infeksi pertama
Uretritis
Komplikasi
Lokal: Tysonitis
Parauretritis
Littritis
Cowperitis
Asenden:
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis/funikulitis
Vas deferntitis
Epididimitis
Trigonitis
Pada wanita
Infeksi pertama
Uretritis
Komplikasi
Lokal: Parauretritis
Bartholinitis
Asenden:
Salpingitis
PID (Pelvic Infalmmatory Disease)
Servisitis
Artritis
- Perikarditis
Miokarditis
- Meningitis
Endokarditis
- Dermatitis
1. Pada pria
Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar
ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komlikasi lokal, asenden, dan diseminata.
Keluhan subyejtif berupa rasa gatal, panas di bagian diatal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung
uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu
ereksi.
Pada mulanya hanya tampak serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh
yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan
menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik
ke atas sampai pada daerah kandung telur.
Uretritis
Gejala utama adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.
2.6 Diagnosis
Diagnosis dalam petalaksanaan kasus IMS dilakukan dengan menggunakan
bagan alur, jenis obat yang dianjurkan, dan untuk fasilitas kesehatan dengan
laboratorium disediakan bagan alur tersendiri. Diagnosis ditegakkan dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan laboratorium bila tersedia.
Kuman patogen penyebab utama duh tubuh uretra adalah Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Oleh karena itu, pengobatan pasien dengan
duh tubuh uretra secara sindrom harus dilakukan terhadap kedua jenis kuman
penyebab utama tersebut bersama-sama. Bila ada fasilitas laboratorium yang
memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat dibedakan, dan selanjutnya
pengobatan secara lebih spesifik dapat dilakukan.
Pada pemeriksaan dengan pendekatan sindrom tanpa alat bantu dapat digunakan
bagan alur sebagai berikut :
Bagan Duh tubuh uretra pria3.
B. Kultur
Untuk indentifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang
dapat digunakan:
1. media transpor
2. media pertumbuhan
Contoh media transpor:
-
Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan
Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis;
dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan
media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidka perlu ditanam pada
media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin
dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
C. Tes difinitif
1. Tes oksidasi
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta-laktamase.
E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada
waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
-
Bagan Duh tubuh uretra pria dengan pemeriksaan mikroskop dan laboratorium
khusus
Diagnosis banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan antara lain:
Infeksi Trichomonas vaginalis. Biasanya memberi gambaran salin positif untuk
protozoa.
Infeksi Candida albicans. Gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan
Pada laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T.vaginalis dan C.
Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat menyebabkan
urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai nongonococcal atau nonspecific
atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan idnetifikasi patogen (kecuali gonokokus)
disebut nongonococcal urethritis (NGU). NGU dikarakteristikan dengan adanya disuria, duh
tubuh uretra atau sering berkemih dan ditemukannya N.gonorrhoe.
2.8 Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper). Namun,
penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke
atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat
menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum kandung
kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain
cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis,
proktitis, dan konjungtivitis.
Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang timbul biasanya berupa
tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan mungkin prostatitis.
Tysonitis
Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya
terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang
kurang baik. Diagnosis dibuat berdassarkan ditemukannnya butir pus atau
pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan
timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
Parauretritis
Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau
butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular.
Didiagnosis dengan uretroskopi.
Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi
pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan
pada daerha perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan
disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau
rektum dan mengakibatkan proktitis.
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum
dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing samapi hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal,
nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses
akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.
Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi
kadang-kadang menetap. Terasa tidka enak pada perineum bagian dalam dan rasa
tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk
nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat
biasanya sulit menemukan kuman diplokok atau gonokok.
Vesikulitis
Vesikulitis adalah radang akut yang mengenani vesikula seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai protatitis akut atau epididimitis akut. Gejala
subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria
terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.
Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiapepididimitis biasanya disertai
derefentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah trauma pada
uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita
sendiri. Faktor yang mempenngaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu
sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang
kasar, pengurutan prostat yang berlebihan, atau aktivitas seksual dan jasmani yang
berlebihan.
Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis,
sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila
mengenai kedua epididimitis dapat menngakibatkan sterilitas.
Trigonitis
Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Parauretritis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
Servisitis
Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan trelihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau
disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar
Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar
duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui
mukosa atau kulit. Kalau tidka diobati dapat terjadi rekuren atau menjadi kista.
Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu:
- masa puerpurium (nifas)
- dilatasi setelah kuretase
- pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Cara infeksi lanngsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah
salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP).
Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10%
wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada
abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur dan
abnormal.
Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang
menimbulkan gejala hampir sama, misalnya: kehamilan di luar kandungan,
apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis.
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan
kultur atau dengan laparoskopi mikroorganisme.
Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi
nongenital yang akan diuraikan berikut ini:
Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat
terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan
genitoanal pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa
seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan mukosa eritematosa,
edematosa, dan tertutup pus mukopurulen.
Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat
asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen yag ringan atau sedang.
Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menserita
servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada
2.9 Pengobatan
Obat yang digunakan untuk IMS disemua fasilitas pelayanan kesehatan sekurangkurangnya harus mempunyai tingkat efektifitas 90-95%.
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Harga murah
Nasional (DOEN), dan dalam memilih obat-obatan tersebut harus dipertimbangkan tingkat
kemampuan dan pengalaman dari tenaga kesehatan yang ada.
DITAMBAH
Penderita dianjurkan untuk pengobatan kembali bilamana gejala tetap ada sesudah 7
hari.
Ofloksasin*
Kanamisin
lain
atau
atau
Seftriakson
atau
Sefiksim
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.
** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
WHO merekomendasikan agar menggunakan dosis tunggal untuk gonore, dan dosis
ganda untuk klamidiosis.
atau
Ofloksasin* 400mg per oral, dosis tunggal,
atau
Azitromisin
atau
Kanamisin
atau
Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal
Pilihan pengobatan
lain
atau
atau
atau
atau
Tinidazol500 mg per oral, 2x sehari, selama 5 hari
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.
** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
Dalam upaya menurunkan resiko terjadinya dan menyebarnya galur kuman IMS yang
resisten di masyarakat umum, satu program khusus untuk penatalaksanaan kasus IMS yang
efektif perlu dirancang untuk kelompok berperilaku resiko tinggi, seperti misalnya pada
kelompok penjaja seks beserta para pelanggannya. Rejimen pengobatan untuk kelompok ini
sekurang-kurangnya harus memiliki efektivitas mendekati 100%, dan upaya pencarian
pengobatan bagi kelompok populasi ini perlu ditingkatkan, dengan menggunakan cara peran
aktif (participatory approach) oleh kelompok sebaya, dan petugas kesehatan sebaya (peer
health aducators).
Untuk menjamin tingkat kemanjuran, para dokter tidak diperbolehkan untuk
menggunakan dosis obat lebih rendah dari dosis yang dianjurkan.
Tingkat Keamanan
Toksisitas merupakan pertimbangan kedua untuk pengobatan IMS, karena seringnya
pasien mengalami infeksi ulang, sehingga perlu diberi pengobatan antimikroba berulang kali.
Disamping itu, pengobatan terhadap kuman penyebab IMS yang resisten sering
memerlukan pencapaian kadar serum antimikroba yang relatif tinggi selama 7 hari atau lebih.
Sedangkan pemberian obat kombinasi akan lebih meningkatkan resiko timbulnya efek
samping obat. Dibeberapa tempat, doksisiklin tidak digunakan karena mungkin bisa
menyebabkan fotosensitisasi.
Munculnya sefalosporin generasi ketiga dalam rejimen yang dianjurkan, karena
tingkat kemanjurannya tinggi bahkan untuk organisme yang relatif resisten, serta tingkat
toksisitasnya yang rendah.
Pembiayaan
Dalam memperhitungkan biaya dari bermacam-macam rejimen pengobatan yang ada,
penting untuk dipertimbangkan bahwa biaya tersebut akan berpengaruh pada kemanjuran
pengobatan yang akan diperoleh, yaitu resiko pengulangan pengobatan, resiko terjadinya
penyebaran penyakit yang semakin luas, dan resiko terjadinya peningkatan resistensi
mikroba.
Kuinolon
Beberapa kuinolon baru cukup baik untuk digunakan sebagai pengobatan per oral
terhadap gonore. Penggunaan kuinolon merupakan kontraindikasi pada kehamilan dan tidak
dianjurkan untuk anak-anak dan dewasa muda. Siprofloksasin dianggap memiliki aktivitas
terbaik dalam mengobati N. Gonorrhoeae.
Resistensi gonokokus terhadap flourukuinolon secara umum meningkat sejak tahun
1992, khususnya di kawasan Asia-Pasifik. Perlu dilakukan evaluasi terus-menerus terhadap
resistensi kuinolon, karena kelompok obat ini masih tetap efektif di sebagian besar belahan
dunia.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, ofloksasin memiliki potensi yang cukup baik
bila diberikan dalam dosis 300 mg dua kali sehari selama 7 hari. Cara ini cukup efektif untuk
pengobatan baik terhadap gonore maupun klamidiosis, namun penggunaan obat-obat ini
menjadi terbatas mengingat mahalnya obat-obat ini dan lamanya waktu pengobatan yang akan
mempengaruhi kepatuhan pasien.
Tetrasiklin
Berbagai jenis tetrasiklin dengan tingkat kemanjuran yang setara sudah cukup
tersedia, dan obat-obat ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk doksisiklin dan
tetrasiklin hidroklorid.
RESISTENSI N. gonorrhoeae TERHADAP ANTIMIKROBA
Terdapat dua tipe utama bentuk resistensi antimikroba terhadap gonokokus: resistensi
kromosomal dan plasmid mediated. Resistensi kromosomal menyangkut penisilin dan
beberapa obat lainnya yang digunakan secara luas seperti tetrasiklin, spektinomisin,
eritromisin, kuinolon, tiamfenikol, dan sefalosporin; sedangkan resistensi plasmid mediated
menyangkut peanisilin dan tetrasiklin. Resistensi kromosomal terhadap N. gonorrhoeae,
pembentukan penisilinase oleh N. gonorrhoeae, dan resistensi plasmid mediated yang
menimbulkan galur-galur yang resisten tehadap tetrasiklin, semuanya telah meningkat dan
memberikan dampak besar tehadap kemanjuran rejimen pengobatan yang bersifat tradisional
dalam pengobatan gonore.
Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan
bersamaan dengan obat anti klamidiosis, oleh karena infeksi campuran antara
klamidiosis dan gonore sering dijumpai. Cara pengobatan demikian tidak dilakukan
terhadap pasien klamidiosis yang telah didiagnosis berdasarkan pemeriksaan khusus
dengan tes laboratorium.
Pemilihan rejimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat
infeksi, resistensi galur N.gonorrhoeae terhadap antimikrobial, dan kemungkinan
infeksi Chlamydia trachomatis yang terjadi bersamaan. Oleh karena seringkali terjadi
koinfeksi dengan C.trachomatis, maka pada seorang dengan gonore dianjurkan pula
untuk diberi pengobatan secara bersamaan dengan rejimen yang sesuai untuk
C.trachomatis.
Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain :
Penisilin
Ampisilin dan amoksisilin
Sefalosporin
Spektinomisin
Kanamisin
Tiamfenikol
Kuinolon
lainnya.
Konjungtivitis Gonore pada Usia Dewasa
Cara pengobatan yang dianjurkan
- Seftriakson, 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal, atau
- Spektinomisisn, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal, atau
- Siprofloksasin, 500 mg, per oral, dosis tunggal, atau
- Ofloksasin, 400 mg, per oral, dosis tunggal
Tindak lanjut
Observasi terhadap gejala klinis perlu dilakukan secara cermat.
mg), atau
Spektinomisisn, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum
75 mg).
Tindak lanjut
Pasien agar dipantau kembali sesudah 48 jam
Pencegahan Oftalmia Neonatorum
Pengobatan pencegahan yang diberikan pada saat yang tepat akan mencegah
timbulnya oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonokokus. Mata bayi yang
baru lahir agar dibersihkan secepatnya segera sesudah lahir, dan kemudian ditetesi
dengan larutan nitras argenti 1% atau salep tetrasiklin 1% sebagai upaya pencegahan.
Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokus agar diberikan pengobatan
pencegahan sebagai berikut :
Cara pengobatan yang dianjurkan :
Seftriakson 50 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 125
mg).
Pilihan pengobatan lain :
Kanamisin, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tumggal, (dosis maksimum 75
-
mg), atau
Spektinomisin,
25
mg/KgBB,
intramuskuler, dosis
tumggal,
(dosis
maksimum 75 mg).
4. Infeksi Chlamidia trachomatis (bukan limfogranuloma venereum)
Infeksi Anogenital tanpa Komplikasi
Dianjurkan bahwa pengobatan infeksi klamidiosis harus diberikan pada
semua laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra dan mitra seksualnya.
Cara pengobatan yang dianjurkan
- Doksisiklin** 100 mg, per oral, 2 kali sehari, selam 7 hari, atau
- Azitromisin, 1 g, per oral, dosis tunggal
Pilihan pengobatan lain
- Amoksisilin, 500 mg, per oral, 3 kali perhari, selama 7 hari, atau
- Eritromisin, 500 mg, per oral, 4 kali perhari, selama 7 hari, atau
- Ofloksasin, 200 mg, per oral, 2 kali perhari, selama 9 hari, atau
- Tetrasiklin, 500 mg, per oral, 4 kali perhari, selama 7 hari.
Catatan :
-
Telah terbukti bahwa pengobatan yang melebihi 7 hari merupakan hal yang
kritis. Sampai saat ini belum pernah dijumpai adanya resistensi C. trachomatis
terhadap pengobatan yang sesuai dengan rejimen yang dianjurkan.
Tetrasiklin sampai saat ini masih efektif untuk pengobatan Chlamydia dan
Ureaplasma urelyticum. Eritromisin lebih efektif terhadap Ureaplasma dibandingkan
terhadap Chlamydia. Obat ini dipakai untuk mengobati wanita hamil dengan IGNS.
Doksisiklin merupakan obat yang paling banyak dianjurkan, karena cara
pemakaian yang lebih mudah dan dosis lebih. Azithromisin merupakan suatu
terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang, dengan dosis tunggal 1 gram sekali
minum dan juga efektif untuk gonore.
trikomoniasis
harus
diberikan
kepada
penderita
yang
Mitra seksual penderita harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis
yang dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multipel selama 7 hari.
Mendeteksi infeksi baik yang asimtomatik maupun yang simtomatik yang tidak mau
memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pengobatan yang tepat,
Upaya pencegahan IMS terutama didasarkan pada upaya untuk melakukan perubahan
perilaku seksual seseorang yang beresiko tertular IMS dan promosi penggunaan kondom.
BAB III
KESIMPULAN
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara P.M.S.
Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yanng telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing
Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G.). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk
Indonesia. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitogenital, orogenital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual
melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis
besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.
Manifestasi gonore genital yang sering muncul pada laki-laki adalah uretritis
akut, sedangkan pada wanita biasanya berupa servisitis, yang dapat asimptomatis.
Pada uretritis, keluhan subjektif yang muncul adalah rasa panas, gatal di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari
ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri waktu
ereksi. Penegakan diagnosis yang cepat sangat penting dalam menunjang
penatalaksanaan uretritis gonore yang tepat.