Tugas Teori Administrasi - (Administrasi Dan Kebijakan Publik)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Administrasi Publik dan

Kebijakan Publik

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata


Kuliah
Teori Administrasi

Disusun oleh :
Raditya Pamungkas
NIM: 138010002

PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS PASUNDAN
2013

Administrasi Publik dan

Kebijakan Publik
ADMINISTRASI PUBLIK
Secara etimologis, administrasi publik (Public Administration)
berasal

dari

Administrasi,

dua

kata,

dalam

arti

yakni
luas,

Administrasi
dapat

dan

didefiniskan

Publik.
sebagai

kerjasama dua orang atau lebih yang berdasar pada rasionalitas


yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang dilakukan dalam suatu wadah organisasi.
Sedangkan, secara sempit Administrasi dapat diartikan kegiatan
catat-mencatat atau ketatausahaan (clarrical work). Sementara
itu, Publik merupakan sekelompok orang/ masyarakat yang
memiliki interst yang sama.
Beberapa pakar negarawan yang mendefinisikan administrasi
publik banyak sekali. Inilah beberapa pakar negarawan:
Gerald Caiden:
Administrasi negara meliputi setiap bidang dan aktifitas yang
menjadi sasaran kebijaksanaan pemerintah, termasuk proses
formal dan kegiatan-kegiatan DPR, fungsi-fungsi yang berlaku
dalam

lingkungan

pengadilan

dan

kegiatan-kegiatan

dari

lembaga militer.
Dwight Waldo:
Public Administration is the organization and management of
men and materials to achieve the purposes of government
(Administrasi Publik adalah organisasi dan manajemen dari
orang-orang

dan

bahan-bahan

untuk

mencapai

tujuan

pemerintah)

|1

Soesilo Zauhar ( Dosen Ilmu Administrasi Publik, Universitas


Brawijaya ):
Administrasi negara/ publik adalah proses kerjasama yang
berlaku dalam organisasi publik dalam rangka memberikan
pelayanan publik.
Administrasi publik, seperti yang dirumuskan oleh Pfiffner dan
Presthus (1953), adalah sebuah disiplin ilmu yang terutama
mengkaji

cara-cara

untuk

mengimplementasikan

nilai-nilai

politik. Hal tersebut sejalan dengan gagasan awal Wilson dalam


Shafritz dan Hyde (1992) yang dianggap sebagai orang yang
membidani lahirnya ilmu administrasi publik modern di Amerika
Serikat.
Wilson

mengemukakan

bahwa

disiplin

administrasi

publik

merupakan produk perkembangan dari ilmu politik. Namun


Wilson mengusulkan adanya pemisahan disiplin administrasi dari
ilmu politik. Gagasan ini kemudian dikenal sebagai dikotomi
politik-administrasi.

Sejak

itu,

selama

satu

abad

lebih,

administrasi publik baik sebagai bidang studi maupun sebagai


profesi terus berkembang.
Kajian tentang administrasi publik tidak terlepas dari organisasi
pemerintah

dalam

penanganan

masalah-masalah

publik.

Bellone (1982) berpendapat bahwa the discipline of public


administration is predicated on the study of organization. Teori
organisasi, hipotesis tentang perilaku manusia dalam organisasi
pemerintahan yang kompleks dan teori administrasi serta
hipotesis tentang perilaku manusia dalam kelompok kerja,
merupakan dasar dalam teori administrasi publik. Hingga dapat
dijelaskan bahwa administrasi publik berbicara tentang perilaku
manusia dalam organisasi pemerintah. Bahkan Shafritz dan

|2

Russell (2005) mengemukakan bahwa it is easy to define


administration if you are content with being simplistic: it is
governmnet in action the management of public affairs on the
implementation of public policies.
Sekitar tahun 80-an berkembang konsep yang berlabel baru
untuk memberdayakan konsep ilmu administrasi publik. Konsep
tersebut

antara

Administration

lain

ada

(Bellone,

yang

1980),

menyebut
The

New

New

Public

Science

of

Organizations (Ramos, 1981), dan terakhir sekitar 90-an muncul


konsep disebut New Public Management (Ferlie, 1996). Ini pada
hakekatnya

berupaya

untuk

mencerahkan

konsep

Ilmu

Administrasi Negara/ Publik.


Administrasi
hubungan

publik

dimaksudkan

pemerintah

dengan

untuk

publik

lebih

serta

memahami

meningkatkan

responsibilitas kebijkan terhadap kebutuhan publik, dan juga


melembagakan

praktek-praktek

manajerial

agar

terbiasa

melaksanakan suatu kegiatan dengan efektif, efesien dan


rasional. Peran administrasi publik dalam suatu negara sangat
vital sehingga Karl Polangi mengatakan bahwa kondisi ekonomi
suatu negara sangat tergantung pada dinamika administrasi
publik.
Gray (1989) menjelaskan peran administrasi publik dalam
masyarakat

adalah

(1)

menjamin

pemerataan

distribusi

pendapatan nasional kepada kelompo masyarakat miskin secara


berkeadilan, (2) melindungi hak-hak rakyat atas kepemilikan
kekayaan,

serta

menjamin

kebebasan

bagi

rakyat

untuk

melaksanakan tanggung jawab atas diri mereka, (3) melestarikan


nilai tradisi masyarakat yang sangat bervariasi

|3

Dimock & Dimock membagi empat komponen administrasi


publik yaitu: (1) apa yang dilakukan pemerintah: pengaruh
kebijakan,

tindakan-tindakan

lingkungan

kerja

administratif

politis, dasar-dasar

pemerintah,

kedalam

pemerintah mengatur

penentuan

wewenang,

tujuan,

rencana-rencana,

(2)

kebijakan
Bagaimana

organisasi, personalia, pembiayaan,

usaha, struktur administrasi dari segi formalnya, (3) bagaimana


para

administrator

mewujudkan

kerjasama,

(4)

bagaimana

pemerintah tetap bertanggung jawab baik pengawasan eksekutif,


yudkatif dan legislatif.
Ruang lingkup administrasi publik adalah (1) kebijakan publik, (2)
birokrasi publik, (3) managemen Publik, (4) Kepemimpinan, (5)
pelayanan Publik, (6) Administrasi kepegawaian, (7) Kinerja, (8)
etika

administrasi

publik.

G.

Fredrickson

(1984)

mengemukakan enam paradigma administrasi publik yaitu:

Birokrasi klasik yang berfokus pada struktur organisasi dan


fungsi,

prinsip

manajemen

sedangkan

lokusnya

adalah

berbagai jenis organisasi, baik pemerintah maupun bisnis.


Nilai pokok yang mau diwujudkan adalah efesiensi, efektifitas
ekonomi dan rasional. Tokohnya adalah Weber (Bereucrasy,
1922), Wison (The Study of public administration, 1887),
Tylor, (Scientific management, 1912) dan Gullic dan Urwick

(Paper on the Science of administration, 1937)


Birokrasi Neo Klasik memuat nilai yang dianut sama dengan
paradigma birokrasi klasik, namun yang berbeda adalah fokus
pada proses pengambilan keputusan

dengan perhatian

khusus pada penerapan ilmu prilaku, ilmu manajemen,


analisa sistem dan penelitian operasi sementara lokusnya
adalah keputusan yang dihasilkan birokrasi pemerintah.
Tokohnya adalah Simon (Administration Behaviour, 1984)
Cyer dan March (Abehavioral Theory of the firm, 1963)

|4

Kelembagaan yang berfokus pada pemahaman mengenai


prilaku

birokrasi

yang

dipandang

juga

sebagai

suatu

organisasi yang kompleks. Masalah efesiensi, efektivitas dan


produktivitas organisasi kurang mendapat perhatian. Salah
satu

perilaku

organisaisasi

yang

diungkapkan

dalam

paradigma ini adalah perilaku pengambilan keputusan yang


bersifat

gradual

dan

increamental

yang

oleh

Limbdon

dipandang sebagai satu-satunya cara untuk memadukan


kemampuan

dan

keahlian

birokrasi

dengan

preferensi

kebijkana dan berbagai kemungkinan bias dari pejabat politis.


Hubungan kemanusiaan yang intinya adalah keikut sertaan
dalam pengambilan keputusan, minimasi perbedaan dan
status dan hubungan antar pribadi, keterbukaan, aktualisasi
diri dan optimasi tingkat kepuasan, fokusnya adalah dimensidimensi kemanusiaan dan aspek social dalam tiap jenis
organisasi atau birokrasi. Tokohnya Rennis Likert (The Human

organizations its managemen and value, 1967)


Pilihan Publik, lokus administrasi negara menurut paradigma
ini tak terlepas dari politik. Fokusnya adalah pilihan-pilihan
untuk melayani kepentingan publik akan barang dan jasa
yang

harus

diberikan

oleh

sejumlah

organisasi

yang

kompleks, Tokohnya Ostrom (1973) Tullock (1968).


Administrasi negara baru: locusnya adalah usaha untuk
mengorganisasikan,

menggambarkan

dan

mendesain

ataupun membuat organisasi dapat berjalan kearah dengan


mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara maksimal yang
dilaksanakan dengan menggambarkan sistem desentralisasi
dan organisasi-organisasi demokratis yang responsif dan
mengundang
meberikan

partisipasi
secara

dan

merata

peran
jasa-jasa

seerta
yang

dan

dapat

diperlukan

masyarakat. Karakteristiknya adalah menolak bahwa para


administrator dan teori administrasi bersifat netral atau
bebas nilai.

|5

David Osborn mengemukakan paradigmanya yakni Reinventing


Government

bahwa

pemerintah

harus

bersifat

katalik,

meberdayakan masyarakat, mendorong semangat kompetisi,


berorientasi pada misi, mementingkan hasil dan bukan cara,
mengutamakan

kepentingan

pelanggan,

berjiwa

wirausaha,

selalu berupaya mencegah masalah atau bersikap antisipatif,


desentralistis dan berorientasi pasar.
Paradigma

New

Pablic

Management

(NPM)

oleh

Hood

mengemukakan tujuh komponen doktrin yaitu (1) pemanfaatan


manajemen profesional, (2) penggunaan indikator kerja, (3)
penggunaan
Pergeseran

yang

lebih

perhatian

ke

besar

pada

unit-unit

control

terkecil,

(5)

output,

(4)

pergeseran

kekompetisi yang lebih tinggi, (6) penekanan gaya sector swasta


pada praktek manajemen dan (7) penekanan pada sdisiplin dan
penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya.
JV. Denhart (2003) Paradigma New Public Service (NPS)
administrasi publik harus (1) melayani warga masyarakat bukan
sebagai pelanggan, (2) Mengutamakan kepentingan Publik, (3)
lebih menghargai kewarganegaraan daripada kewirausahaan, (4)
berikir strategis, bertindak demokratis, (5) menyadari bahwa
akuntabilitas bukan merupakan suatu yang mudah, (6) melayani
dari pada pengendalian, (7) menghargai orang bukan karena
produktivitasnya semata.

KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik dapat diartikan sebagai suatu tujuan tertentu
atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya
dengan sesuatu subjek atau sebagai respon terhadap suatu
keadaan

yang

kritis

(Parker,

1975).

Itu

berarti

bahwa

|6

dirumuskannya

sebuah

kebijakan

disebabkan

oleh

adanya

masalah yang perlu segera dicarikan solusinya yang bermanfaat


bagi publik atau kelompok sasaran (stakeholders).
Hakekat sebuah kebijakan publik adalah harus menguntungkan
atau memberi manfaat bagi banyak orang dan menekan risiko
seminimal mungkin. Memang tidak ada sebuah kebijakan yang
akan

memuaskan

semua

orang,

tetapi

yang

pasti

harus

memberikan manfaat atau nilai bagi banyak orang. Pengertian


banyak

orang

bukanlah

didasarkan

pada

mayoritas

dan

minoritas, karena kebijakan itu sendiri tidak boleh diskriminatif.


Sebuah kebijakan publik seperti Undang-Undang Dasar 1945, UU,
Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah,
Peratutan Presiden, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden,
Peraturan Daerah, memiliki sifat memaksa dan berlaku untuk
semua kelompok sasaran tanpa kecuali. Artinya, siapa saja yang
menjadi sasaran kebijakan harus tunduk, termasuk mereka yang
membuatnya.
Ditinjau dari tipenya, kebijakan publik dapat dikelompokkan pada
empat tipe, yaitu (1) tipe kebijakan distributif, (2) tipe kebijakan
redistributive, (3) tipe kebijakan regulative protective dan (4) tipe
kebijakan regulative kompetitive (Ripley, 1986). Tipe kebijakan
distributif dimaksudkan untuk meningkatkan atau mendorong
aktivitas masyarakat tanpa ada intervensi atau dorongan dari
pemerintah. Pada tipe ini semua tingkatan organisasi pemerintah
memiliki peran yang sama pentingnya dan secara umum konflik
antar organisasi pelaksana rendah. Tipe kebijakan redistributif
bertujuan untuk menata kembali alokasi kekayaan, hak-hak atau
kepentingan antar kelompok sosial, contohnya adalah kebijakan
Bantuan

Langsung

Tunai

(BLT).

Tipe

kebijakan

regulative

|7

protective

bertujuan untuk

menetapkan

kondisi

atau

melindungi
syarat

masyarakat dengan

bagi

kegiatan-kegiatan

masyarakat yang hendak dilaksanakan. Terakhir, tipe kebijakan


regulative kompetitive bertujuan untuk menjaga agar terdapat
kompetisi yang adil. Dengan kata lain, kebijakan tipe ini
bertujuan

untuk

menghindari

terjadinya

monopoli

oleh

sekelompok masyarakat atas suatu bidang dan akses tertentu.


Ada satu pendekatan atau metode yang dapat digunakan dalam
merumuskan sebuah kebijakan publik (baca : UU). Metode
dimaksud adalah metode analisis kebijakan. Melalui metode ini
dapat ditekan kesalahan menjadi sekecil mungkin. Analisis
kebijakan dilakukan untuk menciptakan secara kritis, menilai dan
mengkomunikasikan

pengetahuan

yang

relevan

dengan

kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan


kebijakan.

Dunn

(2004),

merumuskan

metode

analisis

kebijakan yang sangat membantu kita dalam memformulasikan


kebijakan publik. Kelima metode dimaksud adalah (1) perumusan
masalah (problem structuring), (2) peramalan (forecasting), (3)
rekomendasi (recommendation), (4) pemantauan (monitoring),
dan

(5)

evaluasi

(evaluation).

Perumusan

masalah

akan

membantu untuk menghasilkan masalah apa yang hendak


dipecahkan; peramalan akan membantu untuk menghasilkan
formulasi

atau

rekomendasi

akan

hasil-hasil

kebijakan

membantu

untuk

yang

diharapkan;

menghasilkan

adopsi

kebijakan; monitoring akan membantu untuk menghasilkan hasilhasil

akibat

implementasi

kebijakan;

dan

evaluasi

akan

membantu untuk menghasilkan kinerja kebijakan.


Perumusan masalah, peramalan, dan rekomendasi merupakan
metode yang digunakan sebelum (ex ante) kebijakan diadopsi
dan diimplementasikan, sedangkan metode monitoring dan

|8

evaluasi digunakan setelah (ex post) kebijakan diadopsi dan


diimplementasikan. Untuk memformulasikan sebuah kebijakan
yang baik, tahap pertama yang harus dilakukan dan yang
bersifat kritis adalah bagaimana merumuskan masalah secara
benar.

Dalam

menggunakan

mencapai
metode

maksud

perumusan

tersebut,

kita

masalah

dapat

(problem

structuring). Melalui metode ini kita harus mencari akar masalah


atau sebab akar dari munculnya masalah. Untuk memperolehnya
kita dapat menggunakan 4 fase perumusan masalah yang saling
berkaitan. Empat fase itu adalah (1) Pencarian masalah (problem
search), (2) pendefinisian masalah (problem definition), (3)
spesifikasi masalah (problem spesification), dan (4) pengenalan
masalah

(problem

menghasilkan

situasi

menghasilkan

meta

sensing).

Pengenalan

masalah

akan

Pencarian

masalah

akan

masalah;
masalah

(masalah

atas

masalah);

pendefinisian masalah akan menghasilkan substansi masalah;


dan spesifikasi masalah akan menghasilkan masalah formal. Dari
masalah formal inilah kita akan mengetahui akar masalah yang
sesungguhnya. Apabila masalah formal sudah ditemukan, maka
akan mempermudah kita untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Hal

ini

sejalan

dirumuskan

dengan

dengan

baik

pernyataan
adalah

bahwa

masalah

masalah
yang

yang

setengah

terpecahkan.
Setelah masalah kebijakan dirumuskan dengan baik, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan peramalan (forecasting).
Peramalan dapat dilakukan melalui kegiatan proyeksi, prediksi
atau perkiraan. Melalui peramalan ini kita akan mengetahui
kondisi masa depan. Ada 3 kondisi masa depan yang dihasilkan
melalui peramalan, yaitu potential future, yaitu situasi sosial
masa depan yang mungkin terjadi; plausible future, yakni situasi
sosial masa depan yang akan terjadi jika tidak dilakukan

|9

intervensi melalui kebijakan publik; dan normative future, yakni


situasi sosial masa depan yang akan terjadi akibat adanya
intervensi kebijakan. Dari peramalan ini, sesuai dengan masalah
yang

sudah

menentukan

dirumuskan
apakah

sebelumnya,

memang

sebuah

kita

akan

intervensi

dapat

kebijakan

diperlukan atau tidak. Harap dicatat bahwa dapat saja situasi


sosial masa depan akan lebih baik tanpa intervensi kebijakan,
dan sebalikya akan kontraproduktif jika dipaksakan melalui
sebuah intervensi kebijakan.
Metode ketiga adalah rekomendasi. Jika memang sebuah
kebijakan sangat dibutuhkan, maka untuk memilih kebijakan apa
yang tepat, harus dibuat berbagai alternatif pilihan. Setelah
alternatif itu ada barulah dipilih dan diadopsi dengan alat bantu
metode rekomendasi. Dalam melakukan rekomendasi harus
dipertimbangkan kriteria dan sub kriteria sebagai berikut, (1)
technical feasibility yang meliputi sub kriteria effectiveness and
adequacy; (2) political viability yang meliputi sub kriteria
acceptability, appropriateness, responsiveness, legal, and equity;
(3) economic and financial possibility yang meliputi sub kriteria
change in net worth, economic efficiency, profitability and costeffectiveness; dan (4) administrative operability yang meliputi
sub kriteria authority, institutional commitment, and organisation
support. Setiap kriteria dan sub kriteria harus dipertimbangkan
dengan matang agar tidak menorehkan masalah di masa depan.

HUBUNGAN

ADMINISTRASI

PUBLIK

DENGAN

KEBIJAKAN PUBLIK
Secara konseptual, kebijakan public (public policy) itu dipelajari
oleh 2 ilmu disiplin yaitu ilmu politik dan ilmu administrasi publik.
Masing-masing disiplin ilmu tersebut memiliki sudut pandang

|10

yang

berbeda-beda

terhadap

Kebijakan

Publik.

Hal

ini

dikarenakan masing-masing disiplin ilmu itu memiliki Locus dan


Focus yang berbeda. Locus ilmu administrasi publik adalah
organisasi dan manajemen, sedangkan focus ilmu administrasi
publik adalah efektifitas dan efisiensi.
Menurut konsep ilmu administrasi publik, kebijakan publik itu
berasal dan dibuat oleh pemerintah (manajemen) sebagai fungsi
dinamis

dari

negara

(organisasi),

yang

ditujukan

untuk

menciptakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas-tugas


pemerintahan dan kenegaraan.
Kebijakan publik (public policy) adalah fungsi dari pilar organisasi
dan manajemen. Unsur organisasi di dalam perspektif ini adalah
'Negara', sedang unsur manajemen adalah 'Pemerintahan'.
Negara dipandang sebagai suatu wadah atau organisasi dalam
arti statis. Unsur ini memerlukan mesin penggerak yang dapat
mendinamisasikannya. Unsur dinamis itu adalah manajemen,
yang

di

dalam

sistem

kenegaraan

lebih

dikenal

sebagai

pemerintahan. Dalam perspektif ini bertemunya unsur negara


dan

pemerintahan

akan

menghasilkan

sebuah

ketentuan,

peraturan atau hukum yang lazim disebut kebijakan publik.


Selanjutnya,

kebijakan

publik

akan

dilaksanakan

oleh

administrasi publik/ negara yang di jalankan oleh birokrasi


pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern
adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang
bisa

dilakukan

meningkatkan

oleh

negara

kualitas

untuk

mempertahankan

kehidupan

orang

atau

banyak.

Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban


menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak

|11

dan retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai


kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan.
Peranan administrasi publik dalam menata pemerintahan harus
dapat terimplementasikan dalam bentuk kebijakan publik, baik
dalam prosesnya, pelaksanaannya maupun evaluasinya, yang
dapat direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, sehingga akan terasa makna perannya tersebut.
Upaya administrasi publik dalam memecahkan permasalahan
tersebut, diimplementasikan dalam bentuk kebijakan (publik).

PENUTUP
Bila melihat pengertian dan keterkaitan antara administrasi
publik dan kebijakan publik, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa di Indonesia saat ini terdapat 2 permasalahan pokok
terkait administrasi dan kebijakan publik yaitu, permasalahan
kepemimpinan

dan

implementasi.

teoritis,

ahli

administrasi

para

Berdasarkan
publik

perspektif

sepakat

bahwa

kepemimpinan merupakan inti administrasi dan manajemen.


Sebagai inti yang memiliki peran sentral, menunjukkan bahwa
pada tataran organisasi, kepemimpinan didudukkan pada posisi
yang

sangat

stratejik.

Para

pemimpin

dipercaya,

mampu

memandu perjalanan organisasi ke arah tujuan yang telah


ditentukan sebelumnya. Dalam berbagai kajian dan pengalaman
empirik, membuktikan bahwa peran kepemimpinan organisasi
menjadi penggerak, pengungkit, pendorong, pelindung, pelayan
sekaligus

sebagai

penanggungjawab

berbagai

aktivitas

organisasi.
Masalah kepemimpinan sangat strategis dalam penanganan
administrasi publik dan kebijakan publik dan aplikasinya harus
beranjak

dari

pandangan

bahwa

pemimpin

publik

harus

|12

mengenali secara tepat dan utuh baik mengenai dirinya,


bawahannya maupun kondisi dan aspirasi masyarakat yang
dipimpinnya, serta perkembangan dan permasalahan lingkungan
stratejik yang dihadapi dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk

paradigma

dan sistem administrasi di mana

ia

berperan.
Sedangkan Implementasi merupakan tahap kebijakan antara
pembentukan

program

dan

konsekuensi

kebijakan

bagi

masyarakat yang dipengaruhinya. Apabila suatu program tidak


tepat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan
sasaran kebijakan, maka program itu mungkin akan mengalami
kegagalan sekalipun program itu diimplementasikan dengan
baik, sedangkan suatu program yang cemerlang mungkin juga
akan menghadapi kegagalan bila program tersebut kurang
diimplementasikan

dengan

baik.

implementasi

merupakan

proses melaksanakan keputusan yang dihasilkan dari pernyataan


kebijakan (policy statement) kedalam aksi kebijakan (policy
action). Implementasi dimaksudkan untuk memahami apa yang
senyatanya terjadi setelah suatu kebijakan dirumuskan dan
berlaku merujuk pada kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh
berbagai aktor yang mengikuti arahan tertentu untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan. Beranjak dari pandangan
tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa implementasi suatu
program mempunyai peran penting dan menentukan dalam
menanggulangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan.

Sumber:

|13

http://pramascita.wordpress.com/2013/06/07/implementasikebijakan-publik/
http://priyatna-daman.blogspot.com/2012/08/lingkup-administrasipublik.html
http://catatananakkuliah.blogspot.com/2010/04/hubunganadministrasi-nehgara-dengan.html
http://rizaaditya.com/pengertian-administrasi-publik.html
http://administrasipublikunm.blogspot.com/2012/07/konsepparadigma-dan-teori-ilmu.html
http://marlanhutahaean.wordpress.com/2008/09/08/memahamikebijakan-publik/
http://dewibluesaphire22.blogspot.com/2010/02/administrasi-publikdan-kebijakan.html

|14

Anda mungkin juga menyukai