Anda di halaman 1dari 147

BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA


BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
NOMOR : 05/PER/BP-BPWS/IV/2015
TENTANG

RENCANA STRATEGIS
BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA MADURA,
Menimbang

: a.

bahwa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan


nasional, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
perlu disusun Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura;

b.

bahwa dalam menjawab tantangan serta perkembangan


kebijakan dalam upaya percepatan pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura, maka diperlukan tujuan, kebijakan, dan
strategi dalam Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 20152019;

c.

bahwa rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan huruf b telah disusun sebagai satu dokumen

perencanaan indikatif yang memuat program-program


dalam
rangka
percepatan
pengembangan
wilayah
Surabaya-Madura;

Mengingat

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura tentang Rencana Strategis Badan
Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
Tahun 2015-2019.

1.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4421);

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4700);

3.

Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata


Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata


Cara
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4664);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

ii

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4816);

8.

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan


Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009;

9.

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;

10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementrian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;
11. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Jangka Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 3);
12. Peraturan
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan
Rencana
Strategis
Kementrian/Lembaga
(Renstra-KL) 2015-2019.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

iii

: PERATURAN
KEPALA
BADAN
PELAKSANA
BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TENTANG
RENCANA
STRATEGIS
BADAN
PELAKSANA
BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN
2015-2019.

KESATU

: Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah


Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan
ini.

KEDUA

: Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah


Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu digunakan acuan bagi Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura dalam perencanaan
tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja
pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura.

KETIGA

: Perubahan atas Rencana Strategis ini dimungkinkan dengan


memperhatikan perkembangan perubahan lingkungan strategis yang
berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan Wilayah SurabayaMadura.

KEEMPAT

: Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah


Surabaya-Madura ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Pada tanggal

: Jakarta
: 7 April 2015

KEPALA BADAN PELAKSANA


BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SURABAYA-MADURA

Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc

iv

KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura telah menyusun Rencana
Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura (BP-BPWS) Tahun 2015-2019 sebagai penjabaran
pelaksanaan program Nawa Cita Presiden yang tertuang dalam
Peraturan

Presiden

Nomor

Tahun

2015

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.


Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program serta kegiatan
untuk mempercepat pembangunan di wilayah Surabaya-Madura sesuai dengan tugas dan
fungsi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura yang tertuang
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah
dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009.
Pada periode 2015-2019, tantangan pembangunan di Wilayah Surabaya maupun
Madura semakin kompleks dan terkadang tidak terduga. Untuk menyikapi tantangan ini,
pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika, kekuatan/potensi serta
perubahan lingkungan strategis, dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektor dan
peran serta masyarakat.

KATA PENGANTAR

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 ini akan menjadi acuan dalam perencanaan
tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja BP-BPWS selama lima tahun
kedepan. Tentunya dokumen ini tidak dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
tidak dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di
lingkungan BP-BPWS maupun stakeholder terkait. Kepada semua pihak terkait diharapkan
saling bersinergi dalam merealisasikan upaya percepatan pembangunan di Wilayah
Surabaya-Madura.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan Renstra BP-BPWS Tahun 20152019. Semoga penyusunan dan implementasi Renstra ini mendapatkan ridha dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.

Jakarta, 7 April 2015


KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SURABAYA-MADURA

Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc.

vi

KATA PENGANTAR

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii


BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................

1.2 KONDISI UMUM ......................................................................................

1.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah .......................................

1.1.2 Kondisi Fisik Dasar ..........................................................................

1.1.3 Kondisi Perekonomian ....................................................................

1.1.4 Kondisi Sumber Daya Alam .............................................................

11

1.1.5 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) ...............................................

18

1.1.6 Kondisi Infrastruktur .......................................................................

21

1.1.7 Kawasan Potensial Wilayah Suramadu ..............................................

28

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN ................................................................

29

1.2.1 Potensi Wilayah Suramadu ...............................................................

29

1.2.2 Permasalahan Yang Dihadapi ...........................................................

31

1.2.3 Isu Strategis dan Tantangan ............................................................

33

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN .................................................................. 38


2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU .................................

38

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

vii

2.2 MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU .................................

39

2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ............................

39

2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ........

40

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ................................................... 42


3.1

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ............................................

42

3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019 .. 42

3.2

3.3

3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional ......................................

58

3.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan ........

60

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH ...............................................

61

3.2.1 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur ........

61

3.2.2 Arahan Pembangunan dan PEnataan Ruang Kota Surabaya ................

72

3.2.3 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura ..........

75

ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH


SURAMADU .............................................................................................

84

3.4

KERANGKA REGULASI ..............................................................................

94

3.5

KERANGKA KELEMBAGAAN ...................................................................... 100

BAB 4 TARGET KEINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................. 104


4.1

PROGRAM DAN KEGIATAN ....................................................................... 105


4.1.1 Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu .................... 105
4.1.2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
...................................................................................................... 109

4.2 TARGET KINERJA .................................................................................... 112


4.3 KERANGKA PENDANAAN .......................................................................... 112

viii

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 114


LAMPIRAN
Lampiran I

MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015-2019

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

ix

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013 ..............................

Tabel 1.2

Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010 ................................

13

Tabel 1.3

Produksi Garam Madura Tahun 2011 .....................................................

14

Tabel 1.4

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013 ...........

17

Tabel 1.5

Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ...............

18

Tabel 1.6

Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013 ..................

19

Tabel 1.7

Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013 ...................................

21

Tabel 1.8

Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi) .........................

22

Tabel 1.9

Kondisi Jalan Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional) ..................

23

Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) ...........................

23

Tabel 3.1

Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur ..........

56

Tabel 3.2

Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu ........

59

Tabel 3.3

Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam Pengembangan Wilayah


Surabaya-Madura ................................................................................

Tabel 3.4

71

Kebijakan Penataan Ruang Kota SurabayaTerhadap Pengembangan Wilayah


Suramadu............................................................................................

74

Tabel 3.5

Kebijakan Pembanguanan Kabupaten-Kabupaten di wilayah Madura ........

75

Tabel 3.6

Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten-Kabupaten di Wilayah Madura ......

77

Tabel 4.1

Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019 ..... 113

Tabel 4.2

Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019 ... 113

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 1.1

Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya Madura) ........................

Gambar 1.2

Kondisi Ketinggian Permukaan tanah Pulau Madura ...........................

Gambar 1.3

Tren Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013 ....

Gambar 1.4

Kontribusi PDRB Madura Terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013 ........

Gambar 1.5

Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009-2013............

Gambar 1.6

Produksi Pertanian dan Perkembangan Madura Tahun 2012 ................

11

Gambar 1.7

Produksi Peternakan Madura Tahun 2010 .........................................

12

Gambar 1.8

Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura ...............................................

15

Gambar 1.9

Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura


Tahun 2010-2013 ............................................................................

18

Gambar 1.10 Trend Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ............................

19

Gambar 1.11 Trend Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013 .................

20

Gambar 1.12 Peta Jaringan jalan Pulau Madura .....................................................

22

Gambar 1.13 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu .............................................

28

Gambar 3.1

Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 .........................

44

Gambar 3.2

Lokasi Prioritas Pengembangan kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah


Jawa-Bali .......................................................................................

57

Gambar 3.3

Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015-2019 ..........

58

Gambar 3.4

Koridor Ekonomi Jawa .....................................................................

61

Gambar 3.5

Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur ............

66

Gambar 3.6

Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu ......

85

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

xi

Gambar 3.7

Kerangkan Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pembangunan Ekonomi


Madura .........................................................................................

Gambar 3.8

86

Arah Kebijakan BPWS Dalam Mendukung Peningkatan Ekonomi di Wilayah


Suramadu ......................................................................................

88

Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu ...........

89

Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang Melalui Pelabuhan di Wilayah Suramadu ..

91

Gambar 3.11 Sistem Konektivitasi di Dalam Klaster/kawasan ..................................

93

Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional ...............................................

94

Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS .....................

96

Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintah ........................................................

98

Gambar 3.9

Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Suramadu ........... 100
Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu ..................... 101
Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS ................................................................ 102

xii

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pulau Madura memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah baik dari sektor
pertanian, kelautan perikanan, peternakan, maupun industry kecil menengah. Berdasarkan
data yang ada, saat ini produk perikanan Pulau Madura berkontribusi kurang lebih 60% dari
produk perikanan di Propinsi Jawa Timur, produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar
50% dari produk garam Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun), produk ternak
sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, produk pertanian jagung kurang lebih 700.000
ton per tahun dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun.
Namun demikian potensi tersebut belum tergarap secara baik dan secara umum
perkembangan ekonomi wilayahnya relatif tertinggal dibandingkan dengan wilayah Provinsi
Jawa Timur lainnya seperti Surabaya dan sekitarnya.
Dilihat dari kondisi perekonomiannya, terjadi ketidakseimbangan antara wilayah di
Kota Surabaya dengan Pulau Madura. Berdasarkan data tahun 2013, pertumbuhan ekonomi
di Pulau Madura relatif kecil (antara 5,74% - 6,44%) dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa
Timur (6,55%) dan Kota Surabaya (7,34%). Indikator indikator disparitas antar daerah
masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu. Disparitas
tersebut terutama dapat terlihat dari indikator pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pendapatan per kapita. Demikian juga, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura
relative masih rendah antara 62,39 67.17 dibanding Propinsi Jawa Timur (73,54) dan Kota
Surabaya (78,97).

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

diatas,

maka

perlu

upaya

percepatan

pembangunan wilayah Suramadu dengan pendekatan regional yang mengedepankan prinsip


keseimbangan antar wilayah. Keseimbangan antar wilayah yang dimaksud adalah
keseimbangan antar wilayah dalam berbagai sektor kehidupan berbasis pada potensi dan
kearifan lokal. Dalam hal ini kawasan - kawasan yang tumbuh pesat terus dipertahankan,
sedangkan kawasan kawasan yang relatif kurang berkembang terus didorong
perkembangannya. Selain itu, keseimbangan antar wilayah dilakukan melalui pembangunan
infrastruktur pendukung untuk memperkuat interaksi antar kawasan.
Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BP-BPWS) sebagaimana
amanah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya - Madura yang terakhir disempurnakan dengan Perpres Nomor 23
Tahun 2009, dibentuk dengan tujuan umum mempercepat pengembangan wilayah
Surabaya - Madura menjadi salah satu pusat pengembangan perekonomian Nasional.
Sedangkan tujuan khusus pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan ekonomi
unggulan

Madura

melalui

pengembangan

kawasan.

Dengan

adanya

percepatan

pengembangan Wilayah Suramadu diharapkan ketidakseimbangan antara wilayah Surabaya


dengan Pulau Madura dapat diatasi dan pengembangan potensi unggulan Madura dapat
dikembangkan secara optimal sehingga pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura dapat
tumbuh berkembang lebih cepat.
Percepatan

pengembangan

Wilayah

Suramadu

dapat

diwujudkan

melalui

pengembangan kawasan/klaster yang sudah berkembang maupun prospektif berkembang


melalui perkembangan sektor sektor strategis. Perkembangan sektor strategis melalui
keterkaitan ke depan dan ke belakang akan dapat mendorong pertumbuhan produksi secara
keseluruhan. Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura,
kedekatan dengan pusat pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu pintu outlet (lokal
dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, telah diidentifikasi ada 22 (dua puluh
dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan
sebagai pusat pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan/klaster diarahkan
BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor sektor strategis


dan komoditas unggulan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
dukungan terhadap sentra-sentra produksi unggulan yang terintegrasi dengan pusat
pengolahan, pemasaran dan promosi hasil produksi berbasis ekonomi kreatif baik skala
regional maupun nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Madura yang berkelanjutan.

1.2 KONDISI UMUM


1.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah
Wilayah Suramadu terdiri dari Kota Surabaya dan Pulau Madura (Kabupaten
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Wilayah administrasi Kota Surabaya yang
masuk dalam lingkup wilayah Suramadu yaitu pada kawasan disekitar kaki Jembatan
Suramadu sisi Surabaya yang merupakan wilayah administrasi Kelurahan Tambak Wedi
Kecamatan Kenjeran dan Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak. Kawasan ini
mempunyai luas sebesar 255,81 Ha dan berbatasan langsung dengan Selat Madura.
Sementara itu wilayah Pulau Madura terdiri dari pulau utama dan beberapa pulaupulau kecil yang termasuk dalam wilayah 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Wilayah kepulauan
di Madura terdiri atas 127 pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten
Sumenep dan Kabupaten Sampang. Dari 127 pulau pulau kecil tersebut, 49 pulau
berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni. Secara geografis, Pulau Madura terletak
antara koordinat 1124006 - 1161648 Bujur timur Adapun batas-batas administrasi
wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Laut Jawa;

Sebelah Selatan

: Selat Madura;

Sebelah Timur

: Laut Jawa dan Laut Flores;

Sebelah Barat

: Selat Madura.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Luas = 1.260,14 km2


(18 kecamatan)

Luas = 1.233,30 km2


(14 kecamatan)
Luas = 2.093,46 km2
(27 kecamatan)
km2

Luas = 729,30
(13 kecamatan)

Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya Madura)


Sumber : Diolah dari berbagai sumber

1.1.2. Kondisi Fisik Dasar


Secara umum, kondisi fisik dasar wilayah Suramadu pada kaki Jembatan Suramadu
sisi Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 3 6 meter diatas
permukaan laut (mdpl), kelerengan tanah didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan
antara 02% (datar), serta memiliki jenis tanah yang terdiri dari atas tanah aluvial kelabu
dan aluvial kelabu tua.
Karakteristik fisik dasar Pulau Madura berbeda dengan Kota Surabaya. Kondisi
morfologi Pulau Madura terbagi menjadi dua meliputi wilayah dataran rendah dan
perbukitan. Wilayah dataran rendah meliputi bagian utara hingga selatan mengelilingi

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

wilayah Pulau Madura, terletak pada bagian tepi pulau dan muara sungainya. Pada bagian
utara daerah dataran pantai dimulai dari daerah Bangkalan hingga Dungkek, memiliki lebar
pantai mencapai lebih dari 1 km, pola aliran dominan adalah sungai dendritik. Memiliki
elevasi 0-25 meter dengan lereng landai kurang dari 5%. Perbukitan tersebar memanjang
dari barat-timur. Memiliki elevasi lebih dari 25 meter hingga kurang dari 400 meter (dml)
dengan kelerengan kurang dar 5-15%, tetapi pada bagian tengah satuan ini selang
ketinggian (50-150) meter, seperti melalui wilayah Kecamatan Tambelangan-Kedungdung
dan Sampang. Hulu sungai dapat merupakan mata air, dan aliran sungai yang relatif
panjang maka aliran air cukup baik.
Kondisi topografi pada tiap Kabupaten di Pulau Madura adalah sebagai berikut
topografi wilayah Bangkalan didominasi oleh daerah dengan kemiringan 2-15%; Sampang
didominasi dengan kemiringan 9-15%; Pamekasan didominasi dengan kemiringan 0-15%;
dan Sumenep didominasi dengan kemiringan 0-8%. Kondisi kelerengan Pulau Madura yang
cukup beragam akan tetapi masih didominasi dengan daerah landai dengan kemiringan 08%.
Jenis tanah di Pulau Madura yang dominan adalah mediteran yang meliputi hampir
seluruh wilayah Pulau Madura, kemudian gleisol, grumusol serta alluvial. Jenis tanah
mediteran yang mencakup keseluruhan Pulau Madura dapat peruntukan Tebu, Padi, dan
tanaman buah-buahan. Tanah Gleisol yang meliputi sebagian kecil wilayah Bangkalan,
Sampang dan Pamekasan dapat diperuntukkan untuk tanaman kelapa, persawahan,
perladangan, palawija. Tanah Grumusol meliputi sebagian kecil wilayah pamekasan dan
Sumenep dapat diperuntukkan untuk padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa
sawit, kopi, cengkeh, kebun lada, tegalan, kebun karet. Tanah alluvial meliputi sebagaian
kecil wilayah Sumenep dapat diperuntukkan persawahan, perladangan, kebun kelapa,
palawija, dan untuk daerah perikanan. Jenis batuan yang dominan adalah pliosen fasies
sedimen yang meliputi hampir seluruh Pulau Madura, pliosen fasies batu gamping serta
aluvium.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan Tanah Pulau Madura


Sumber : Kajian Pengembangan Pulau Madura, Tahun 2009, Kementerian PU

Dilihat dari kondisi penggunaan lahannya, secara umum Kota Surabaya didominasi
peruntukkan lahan berupa kawasan permukiman dan peruntukkan tambak pada daerah
sekitar pesisir pantai Kota Surabaya pada sisi utara dan sisi timur. Sedangkan pola
peruntukan lahan Pulau Madura terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Berdasarkan data tahun 2008, jenis peruntukan lahan yang dominan di
wilayah Madura adalah tegal dan kebun yang meliputi lebih dari sebagian (58 %) dari
seluruh wilayah Pulau Madura. Dan diantaranya Kabupaten Sumenep memiliki prosentase
luasan tegal dan kebun yang paling besar (sekitar 36 % dari total tegal dan kebun di Pulau
Madura).

1.1.3. Kondisi Perekonomian


Dari segi perekonomian, pertumbuhan ekonomi keempat kabupaten di Madura masih
berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jatim. Pertumbuhan ekonomi Madura ini
juga relative lebih lambat dibandingkan Kota Surabaya, hal ini terlihat jelas bahwa Kota
Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan merupakan pusat bisnis,
perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi
Kota Surabaya tahun 2010 mencapai 7,09% dan meningkat pada tahun 2013 (7,34%), di
BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Sementara itu rata-rata
pertumbuhan ekonomi di Madura pada tahun 2013 (6,20%) juga relatif meningkat
dibandingkan tahun 2010 (5,54%), akan tetapi masih di bawah rata-rata pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur (tahun 2010 sebesar 6,68% dan tahun 2013 sebesar 6,55%).
Laju pertumbuhan ekonomi di Madura tahun 2013 tertinggi terdapat pada Kabupaten
Sumenep yaitu 6,44% dan terendah terdapat pada Kabupaten Sampang yaitu 5,74%.
Nilai Absolut PDRB Kabupaten-Kabupaten se Madura Tahun 2013 mencapai 42,02
Trilyun rupiah dan memberikan kontribusi 3,70 % ke PDRB Jawa Timur tahun 2013 (1.136
Triliyun rupiah). Dimana Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten dengan nilai PDRB
tertinggi dibandingkan dengan ketiga kabupaten lain di Madura, yaitu pada tahun 2013 nilai
PDRBnya mencapai 16,10 Triliun rupiah. Jika dilihat dari sektor/lapangan usaha yang
mendominasi struktur perekonomian empat Kabupaten di Pulau Madura, secara umum
sektor kontribusi terbesar penyumbang PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) adalah
sektor pertanian (40,32%) dan sektor perdagangan (24,85%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam gambar di bawah.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013


KABUPATEN

PERTUMBUHAN EKONOMI (%)


TAHUN 2010

TAHUN 2011

TAHUN 2012

TAHUN 2013

5.47
5.40
5.77
5.51
7.09
5.54
6.68

6.25
6.04
6.21
6.24
7.56
6.19
7.22

6.37
6.12
6.32
6.33
7.62
6.29
7.27

6.32
5.74
6.28
6.44
7.34
6.20
6.55

BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN
SUMENEP
SURABAYA
MADURA
JAWA TIMUR

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

7.27

7.22

8
6.68

6.55

6.32
5.74
6.28
6.44
7.34

6.37
6.12
6.32
6.33
7.62

6.25
6.04
6.21
6.24
7.56

5.47
5.40
5.77
5.51
7.09

TAHUN 2010

TAHUN 2011

TAHUN 2012

TAHUN 2013

1
0
BANGKALAN

SAMPANG

PAMEKASAN

SUMENEP

SURABAYA

JAWA TIMUR

Gambar 1.3 Trend Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013


Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Juta Rupiah

1,200,000,000.00
1,000,000,000.00
800,000,000.00
600,000,000.00
400,000,000.00
200,000,000.00
29,000,626.71

26,112,472.04

0.00

Tahun 2009

TAHUN 2010

MADURA

37,223,451.95

32,806,357.14

TAHUN 2011

TAHUN 2012

42,023,139.23
TAHUN 2013

JATIM*)

Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SAMPANG

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN BANGKALAN


2013**)

40.36

28.1

12

2012*)

41.26

27.07

12.12

15.51

2011

41.93

26.25

12.22

26.4

15.14

2010

43.14

25.46

12.01

25.79

14.93

2009

44.15

24.56

12.13

2013**)

28.09

28.05

15.89

2012*)

28.9

27.62

15.66

2011

30.45

26.88

2010

31.92

2009

32.52

10

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SUMENEP

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN PAMEKASAN


2013**)

47.71

18.52

12.69

2012*)

48.35

18.13

12.88

2011

48.59

17.68

13.03

2010

49.24

16.81

13.32

2009

49.48

16.45

13.4

2013**)

46.63

22.83

9.21

2012*)

46.97

22.76

9.26

2011

47.43

22.16

9.32

2010

48.24

21.21

9.53

2009

49.72

19.63

9.76

Gambar 1.5 Konstribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009 - 2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

1.1.4. Kondisi Sumber Daya Alam


A. Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan sangat potensial
dikembangkan di Madura. Potensi pertanian tersebar merata pada empat kabupaten di
Madura dengan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan yang berbeda-beda. Untuk
pertanian tanaman pangan, komoditas unggulan adalah jagung, padi dan ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Pada tahun 2013, jumlah produksi jagung
pada empat kabupaten di Madura mencapai 691.198,9 ton, jumlah produksi padi sawah dan
ladang mencapai 867.432 ton, dan ubi kayu mencapai 389.612,22 ton.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

11

Sementara itu, sektor perkebunan sebagai sub sektor pertanian juga merupakan
sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Komoditas unggulan sektor
perkebunan di Madura adalah kelapa, tembakau dan cabe jamu, jambu mete, kopi, kapuk
randu dan cengkeh. Pada tahun 2013, jumlah produksi tembakau pada empat kabupaten di
Madura mencapai 7.313 ton, jumlah produksi kelapa mencapai 53.133 ton, jumlah produksi
tebu mencapai 9.851 ton, dan jumlah produksi jambu mete 8.479 ton. Untuk komoditas
tembakau, kontribusi terbesar dihasilkan dari Kabupaten Pamekasan, sedangkan komoditas
kelapa terbesar dipasok dari Kabupaten Sumenep.
Dari sub sektor peternakan, komoditas sapi merupakan salah satu komoditas
unggulan di Madura. Tahun 2013, produksi sapi Madura mencapai 861.826 ekor dimana
40% berasal dari Kabupaten Sumenep. Selain sapi, komoditas peternakan yang terbesar
adalah ayam buras dengan jumlah produksi tahun 2013 mencapai 2.968.694 ekor dan ayam
petelur dengan jumlah produksi mencapai 672.739 ekor.

12

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Produksi tanaman buah-buahan (ton)


8,946.80
5,238.40

Mangga

2,601.90

10,846.20

Pisang

Pepaya

3,589.20

Jambu Biji

3,712.30

81,839.60

Jambu Air
Jeruk
Rambutan

Salak

4,268.70

Nangka

87,293.20

Produksi peternakan (ton)


950.90

32.00

51.50

6.70

118.00

50.80
9,851

24

7,313

7,277

8,479

53,133

Populasi ternak (ekor)


Tembakau
Kapuk Randu
Jambu Mete
Kelapa
Kopi
Tebu
Siwalan
Cabe Jamu
Pinang
Asam Jawa
Lada
Serat Nanas

6,487

861,826

327 664

71 846

82,329

41

2,934
82,329

2,968,694

166,327

672,739

414,374

Ayam Buras
Ayam Pedaging*)
Ayam Petelur
It ik
Entog
Kud a
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Itik Manila

Gambar 1.6 Produksi Pertanian, Perkebunan, dan Perternakan Madura Tahun 2012
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

B. Kelautan dan Perikanan


Wilayah Madura yang tidak hanya mencakup wilayah daratan melainkan wilayah
perairan (kepulauan) juga memiliki potensi sektor perikanan yang cukup besar memberikan
kontribusi terhadap sektor perikanan Provinsi Jawa Timur. Sektor perikanan dan kelautan
merupakan sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, dimana sektor perikanan
dan kelautan akan menimbulkan multiplier effect terhadap kegiatan lainnya seperti industri,
pelabuhan, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana transportasi penunjang kegiatan
perikanan. Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penghasil perikanan laut terbesar
dibandingkan dengan tiga kabupaten yang lain. Kecamatan penghasil produksi perikanan air

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

13

laut terbesar di Kabupaten Sumenep adalah


Kecamatan Masalembu, Arjasa dan Batangbatang.
Produksi
berkembang

perikanan

di

Kabupaten

yang
Sampang

berupa perikanan laut sebesar 8.075,071


ton.

Produksi

perikanan

di

Kabupaten

Pamekasan terbanyak berasal dari perairan


umum sebesar 50,500.00 ton. Produksi
perikanan

yang

berkembang

yaitu

perikanan laut dengan produksi 46,555.21


ton. Jumlah produksi sektor perikanan
tangkap dan budidaya Provinsi Jawa Timur
mencapai 934,6 ribu ton per tahun dan
Pulau Madura mencapai 598,9 ton per
tahun. Kontribusi Madura terhadap sektor
perikanan Jawa Timur mencapai 64,08%.
Air laut di perairan Madura yang mengandung garam berkualitas tinggi merupakan
bahan baku yang terbaik di Indonesia untuk industri garam. Potensi produksi garam di Pulau
Madura terdapat di wilayah Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten
Sumenep, dengan produksi garam mencapai 462.413,86 ton dengan luas lahan mencapai
8,045.89 Ha. Produksi garam tersebut memberikan konstribusi terhadap produksi garam
Jawa Timur sebesar 81,55% (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, 2011).

14

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010

Kabupaten/Kota
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
Total Madura
Total Jatim

Produksi
Produksi
Perikanan
Perikanan
Tangkap
Budidaya (Ton)
(Ton)
21.194,70
129,00
12.429,10
215,40
19.633,30
944,60
43.552,10
500.862,80

Jumlah (Ton)
21.323,70
12.644,50
20.577,90
544.414,90
598.961,00
934.675,10

Sumber: BPS Jawa Timur, Tahun 2011

Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011

Kabupaten/Kota
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
Total Madura
Total Jatim
Madura thd Jatim

Luas lahan
keseluruhan
(Ha)
115.89
4,200.00
1,796.00
1,934.00
8,045.89
11,201.96
71,83 %

Total Produksi
(Ton)
4,310.00
288,511.00
61,574.86
108,018.00
462,413.86
567,059.08
81,55 %

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, 2011

C. Pariwisata
Pulau Madura memiliki potensi 32 destinasi wisata yang berdasarkan jenisnyadapat
dikelompokkan menjadi wisata budaya, wisata religius, wisata alam dan kesehatan.
Pengembangan pariwisata saat ini berpotensi sebagai salah satu pengungkit pertumbuhan
ekonomi Madura, karena Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kabupaten Pamekan
dan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

15

Beberapa kawasan unggulan pariwisata di Madura antara lain


wisata ziarah Syaichona Cholil (Kabupaten Bangkalan), wisata
budaya kerapan sapi dan sapi sono (sapi hias) di Kabupaten
Pamekasan, serta wisata kesehatan Pulau Gili Iyang (Kabupaten
Sumenep).

Makam Agung

Sebaran Potensi Daya Tarik Wisata Madura


Aer Mata Ibu

Batik Tj. Bumi

Siring Kemuning

Hutan kera nepa

Air terjun
torowan

Makam Asta
Tinggi

Pantai Slopeng

Museum
Sumenep

Keraton
Sumenep

Masjjid Agung
Sumenep

M. Syaichona
Cholil
Kepulauan
Kangean

P. Lombang

Kep. Kangean

Mercusuar
Sembilangan

Wisata O2
Giliiyang
Pusat jamu
Madura

M. Syech Yusuf

Pulau Sapudi
Wisata budaya
Wisata kerajinan/kriya
Wisata alam pantai

Makam P.
Kadirun

Bukit Geger

P. Rongkang

M. Ratu Ebu

Waduk Klampis

P. Camplong

Gua Lebar

Wisata alam hutan


Wisata alam oksigen

Batik Proppo

Api tak kunjung


padam

Makam Batu
Ampar

Grand Final
Karapan Sapi 9

Gambar 1.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura

D. Pertambangan
Potensi kekayaan sumber daya alam Pulau Madura lainnya adalah tambang dengan
kandungan gas alam serta minyak bumi. Ladang migas di Madura Barat mencapai 22 juta
barel. Fakta menunjukkan bahwa saat ini LNG dari Madura telah memasok 60% kebutuhan

16

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Industri di Jawa Timur, di mana LNG tersebut diambil dari kepulauan Kangean yang
disalurkan melalui pipa laut sejauh 450 km ke arah Pulau Jawa.
Blok offshore di Laut Jawa terbentang dari Sumatera bagian Tenggara sampai ke
daerah dekat Jawa barat. Berbagai blok yang ada di Laut Jawa adalah blok offshore sekitar
Pulau Bawean, Gresik, dan pulau-pulau kecil di wilayah Madura dan Blok Sumatera
Tenggara, kedua blok ini mampu menghasilkan produksi sebesar 65.154 barrel per harinya.
dengan rincian 62.130 barrel minyak mentah ditambah 3.024 barrel kondensat. Perusahaan
yang mengoperasikannya adalah British Petroleum, Pertamina, CNOOC S.E.S. HESS, TOTAL,
KODECO Energy, ExxonMobil, Lapindo, Kangean Energy, Pertamina, dan Petrochina.
Sektor pertambangan di Pulau Madura terdiri dari tambang golongan C dan tambang
golongan A dan didominasi oleh bahan galian C. Potensi terbesar untuk pertambangan
terdapat pada Kabupaten Pamekasan dengan hasil pasir kuarsa kalsit. Potensi gas bumi
terdapat di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Hasil pertambangan
yang ada di Kabupaten Sampang terdiri dari batu gamping, batu putih, pasir sungai, pasir
laut, sirtu, tanah liat, pasir gunung, dimana produksi pertambangan tertinggi adalah batu
gamping sebesar 978 ton.
Potensi hasil tambang yang ada di Kabupaten Pamekasan terdiri dari pasir, batu
kapur, tanah liat, tanah urug, dan sirtu. Hasil tambang berupa pasir hanya terdapat di
Kecamatan Pademawu dan Galis. Hasil tambang berupa batu kapur terdapat di Kecamatan
Larangan, Palengaan, Pegantenan, dan Pasean. Hasil tambang tanah liat dapat ditemukan
pada Kecamatan Pademawu, Palengaan. Hasil tambang tanah urug dimiliki Kecamatan
Larangan, Pamekasan, Palengaan, dan Waru. Hasil tambang berupa sirtu ada di Kecamatan
Tlanakan, Pamekasan, dan Batumarmar. Sementara itu produksi pertambangan di
Kabupaten Sumenep antara lain berupa batu gunung, pasir kerikil, dan pasir urug, Produksi
tertinggi di sektor ini berupa batu gunung sebesar 58.032,19 ton.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

17

1.1.5. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 IPM Provinsi Jatim rata-rata 71,62% dan
Madura 59,70 - 65,60%, maka IPM pada tahun 2013 mengalami peningkatan untuk Provinsi
Jawa Timur 73,54% dan Madura 62,39 67,17%. Namun kondisi tersebut masih
menunjukkan kondisi masyarakat Madura yang masih tertinggal jika dibandingkan kondisi
masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Kondisi tersebut juga terlihat dengan melihat
jumlah penduduk miskin di Madura terhadap penduduk miskin di Jawa Timur sampai tahun
2012, jumlah penduduk miskin di Madura memiliki prosentase 17,5% (870.000 orang)
terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (4.960.100 orang).
Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)
KABUPATEN
BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN

18

TAHUN 2010
64.51
59.70
64.60

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

TAHUN 2011
65.01
60.78
65.48

TAHUN 2012
65.69
61.67
66.51

TAHUN 2013
66.19
62.39
67.17

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)


KABUPATEN

TAHUN 2010

SUMENEP
SURABAYA
JAWA TIMUR

TAHUN 2011

65.60
77.28
71.62

TAHUN 2012

66.01
77.85
72.18

TAHUN 2013

66.41
78.33
72.84

66.89
78.97
73.54

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

90
80

73.54

72.84

72.18

71.62

70
60

78.97

78.33

77.85

77.28

66.89

66.41

66.01

65.6

67.17

65.48

64.6

62.39

61.67

60.78

59.70

66.19

65.69

65.01

30

64.51

40

66.51

50

20
10
0

BANGKALAN

SAMPANG
TAHUN 2010

PAMEKASAN
TAHUN 2011

TAHUN 2012

SUMENEP

SURABAYA

TAHUN 2013

Gambar 1.8 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Dilihat dari kondisi ketenagakerjaannya, sampai tahun 2013 jumlah angkatan kerja
pada 4 kabupaten di Madura mencapai 2.135.048 orang, dengan jumlah angkatan kerja
terbanyak di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 645.569 orang. Sementara tingkat
pengangguran terbuka di Pulau Madura sekitar 3,93%, untuk tingkat pengangguran terbuka
tertinggi pada Kabupaten Bangkalan yaitu 6,78%. Untuk lebih jelas mengenai data angkatan
kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Madura tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam
tabel dan gambar di bawah.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

19

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013


JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG)

KABUPATEN

2009

2010

2011

2012

2013*)

BANGKALAN

500.688

461.365

473.198

492.413

507.089

SAMPANG
PAMEKASAN

493.170
482.625

461.746
454.102

480.195
464.908

499.631
482.955

491.679
490.711

SUMENEP

624.715

614.494

661.924

644.439

645.569

2.101.198

1.991.707

2.080.225

2.119.438

2.135.048

TOTAL

493,170
461,746
480,195
499,631
491,679

482,625
454,102
464,908
482,955
490,711

BANGKALAN

SAMPANG

PAMEKASAN

2009

2010

2011

2012

624,715
614,494
661,924
644,439
645,569

500,688
461,365
473,198
492,413
507,089

JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG) MADURA


Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
TAHUN 2009 2013

SUMENEP

2013*)

Gambar 1.9 Trend Angkatan Kerja di Madura 2009-2013


Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013


KABUPATEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)


2009

2011

2012

2013*)

BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN

5,14
1,70
2,17

6,05
1,79
3,53

6,37
2,13
2,61

5,13
1,71
2,29

6,78
4,68
2,17

SUMENEP

2,27

2,06

1,99

1,14

2,56

TOTAL

3,57

3,23

3,13

2,44

3,93

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

20

2010

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%) MADURA


TAHUN 2009 - 2013
8.00

7.00
6.00
5.00
4.00

3.00
2.00
1.00
2009

2010

BANGKALAN

2011

SAMPANG

2012

PAMEKASAN

2013*)

SUMENEP

Gambar 1.10 Trend Pengangguran Terbuka di Madura 2009-2013


Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Dilihat dari sosial budayanya, mayoritas penduduk di Pulau Madura beragama Islam
dan sampai saat ini masih sangat mewarnai corak kehidupan masyarakatnya. Peran
ulama/kyai menjadi menonjol dan merupakan figur sentral yang

dihormati dan ditaati.

Dalam adat istiadatnya, masyarakat Madura masih kental dengan kearifan local peran 4
(empat) elemen, yaitu Bapa, Ebuh, Guru dan Rato.

1.1.6. Kondisi Infrastruktur


Kondisi infrastruktur di wilayah Kota Surabaya secara umum cukup memadai bila
dibandingkan dengan kondisi infrastruktur di wilayah Pulau Madura yang relatif lebih minim.
Kondisi infrastruktur wilayah Surabaya-Madura diuraikan sebagai berikut:
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Pulau Madura dihubungkan dengan ruas jalan utama yang melintas
pada pesisir utara (lintas utara), pesisir selatan (lintas selatan), dan jalan lintas tengah yang
menghubungkan keduanya; dimana ketiga jaringan jalan utama tersebut berfungsi sebagai
jalan penghubung regional kewilayahan antar kabupaten di Pulau Madura dan juga sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

21

jalur utama penghubung dengan akses Suramadu sehingga dapat terlihat keterjalinan
infrastruktur transportasi dengan Jembatan Suramadu serta Kota Surabaya sebagai pusat
ekonomi di sekitar Pulau Madura. Sesuai dengan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009
2029 (Perda Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012), maka jaringan jalan lintas Pulau Madura
meliputi jalan yang memiliki status eksisting :

Jalan Lintas Utara sebagai jalan provinsi sepanjang 178 km;

Jalan Lintas Tengah Selatan sebagai jalan nasional sepanjang 193 km;

Jalan Lintas Selatan (Kamal Sampang) sebagai jalan provinsi sepanjang 84,3 km;

Jalan Penghubung Lintas Utara Selatan sebagai jalan provinsi dan kabupaten
sepanjang 180 km; dan

Jalan di dalam kawasan (jalan lingkar dalam kota) sebagai jalan desa dan jalan
kabupaten sepanjang 28 km.

Berdasarkan kondisi eksisting tahun 2013, kondisi jalan di Madura didominasi dengan
kondisi yang relatif baik. Kondisi jaringan jalan lintas Pulau Madura tersebut pada umumnya
memiliki lebar jalan 4 6 meter dengan panjang total 663,3 km. Untuk lebih jelas, kondisi
jaringan jalan di setiap kabupaten di Madura dapat terlihat sebagai berikut:
Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013
KONDISI

BANGKALAN

BAIK

484,90

SEDANG

109,92

745,56

SUMENEP

441,72

538,88

98,14

121,28

RUSAK RINGAN

74,63

294,80

30,67

497,49

RUSAK BERAT

51,92

81,06

14,49

520,73

30,60

168,91

615,62

1847,27

tidak ada
Keterangan
TOTAL

22

PANJANG (KM)
SAMPANG PAMEKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

721,37

1121,42

Gambar 1.11 Peta Jaringan Jalan Pulau Madura

Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi)
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA RUAS
Bangkalan - Batas
Kab. Sampang
Batas Kab. Bangkalan
- Ketapang
Ketapang - Batas Kab.
Pamekasan
Batas Kab. Sampang Sotobar
Sotobar - Batas Kab.
Sumenep
Batas Kab. Pamekasan
- Sumenep
Batas Kota Sumenep Pantai Lombeng
TOTAL

LOKASI

PANJANG
(km)

LEBAR
(m)

Baik
(km)

KONDISI 2013
Sedang
Rusak
(km)
(km)

Bangkalan

46.38

4-8

12.77

27.61

6.00

Sampang

17.54

4-6

17.54

Sampang

23.02

4-8

21.02

0.50

1.50

Pamekasan

5.68

2.40

3.28

Pamekasan

12.32

12.32

Sumenep

35.30

4-6

12.36

22.94

Sumenep

26.45

4-7

3.52

2.28

20.65

67.21

68.05

31.43

166.69

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

23

Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional)
NO
1
2
3
4

NAMA RUAS
Bts. Kota Sampang-Bts. Kab
Pamekasan
Bts. Kota Pamekasan-Bts.
Kab.Sumenep
Bts. Kab. Pamekasan-Bts. Kota
Sumenep
Bts. Kota Sumenep - Kalianget
TOTAL

PANJANG
(km)

LEBAR
(m)

KONDISI
2012

7.60

Baik

5.17

Baik

26.78

Baik

8.83
43.38

Baik

Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten)
NO
1
2
3
4

NAMA RUAS
Pembangunan Jembatan SresehPangarengan, Cs
Pembangunan Jalan Modung-Sreseh
Pembangunan Jalan Lingkar
Sampang
Pembangunan Jalan Kamal-Modung
TOTAL

PANJANG
(km)

LEBAR
(m)

0.51

7.00

2.50

30
40.01

Keterangan

2. Prasarana Perhubungan
Pulau Madura sebagai bagian dari kepulauan yang ada di Propinsi Jawa Timur
memiliki transportasi penghubung pula yang berfungsi menghubungkan wilayah di Pulau
Madura sebagai pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura, dengan
memanfaatkan jalur penyeberangan laut dan bandara udara Trunojoyo di Kabupaten
Sumenep. Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 2029, pada saat ini
terdapat beberapa pelabuhan yang sudah dikembangkan di Pulau Madura meliputi :

Pelabuhan nasional di Sapudi, Sapeken dan Kangean di Kabupaten Sumenep.

Pelabuhan regional di Branta (Kabupaten Pamekasan), Telaga Biru (Kabupaten


Bangkalan), dan kalianget di Kabupaten Sumenep.

Pelabuhan lokal di Masalembu, Gayam dan Raas(Kabupaten Sumenep), Taddan


(Kabupaten Sampang), serta Sepulu di Kabupaten Bangkalan.

24

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Transportasi penyeberangan laut di Pulau Madura juga didukung dengan pelabuhan


penyeberangan yang terdapat di Tanjung Perak Kamal (Bangkalan), Jangkar (Situbondo)
Wilayah Sumenep, Kalianget Ketapang, dan masih terdapat pelabuhan lainnya yang
digunakan sebagai transportasi penyeberangan. Pengembangan pelabuhan penyeberangan
kedepan diarahkan pada wilayah kepulauan dengan meningkatkan jalur pelayaran untuk
memberikan akses pada pulau-pulau khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep, dengan
memanfaatkan prasarana pelabuhan penyeberangan Kalianget.
Sistem transportasi antar pulau di wilayah Madura sangat penting karena jumlah
pulau kecil sangat banyak di wilayah Madura yaitu sebanyak 126 pulau dan yang
berpenghuni 48 pulau. Diantara 48 pulau yang berpenghuni tersebut, prasarana
perhubungan antar pulau belum memadai dan untuk itu dibutuhkan peningkatan prasarana
perhubungan dan pendukungnya. Pulau - pulau kecil yang merupakan simpul simpul
utama perhubungan laut antar pulau, yaitu : Pulau Mandangin, Pulau Gili Raja, Poteran,
Pulau Sapudi, Pulau Raas, Pulau Sapekan, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Kangean, Pulau
Keramaian dan Pulau Masalembu.
Untuk transportasi udara, Pulau Madura memiliki bandara udara Trunojoyo yang
terletak di Kabupaten Sumenep. Pengembangan perhubungan udara di Wilayah Suramadu
direncanakan melalui peningkatan Kapasitas Bandar Udara Trunojoyo yang terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

25

Kabupaten Sumenep sebagai pintu gerbang kedua Pulau Madura selain Jembatan
Suramadu. Pengembangan bandara ini strategis untuk mobilitas angkutan transportasi
wilayah Timur Pulau Madura dengan kota kota di Pulau lain.
3. Air Baku
Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia di Pulau Madura sebesar 1.300
liter/detik saat ini belum dapat memenuhi perkiraan perkembangan dimasa yang akan
datang. Sedangkan potensi sumberdaya air yang tersedia mencapai 33.500 liter/detik.
Beberapa potensi sumber air baku di Pulau Madura antara lain:

Waduk/Embung
Beberapa potensi waduk yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Wilayah
Suramadu adalah Waduk Blega (Kabupaten Bangkalan), Waduk Klampis dan Waduk
Nipah (Kabupaten Sampang) dan Tambak Agung (Kabupaten Sumenep).

Mata Air
Terdapat beberapa titik mata air Kabupaten Bangkalan di wilayah bagian Utara
(Kec.Sepulu, Tanjung Bumi dan Klampis), di wilayah bagian Selatan (Kec.Modung,

26

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Tragah dan Kwanyar), sedangkan wilayah bagian Tengah (Kec.Konang, Geger,


Tanah Merah dan Burneh), terdapat mata air atau sumber berkapasitas kecil yang
digunakan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari hari.Sedangkan,
potensi mata air lainnya yang tersebar di keempat kabupaten merupakan sumber
mata air yang belum dimanfaatkan secara maksimal baik untuk penyediaan air
minum maupun air bersih.

Air Tanah
Beberapa sumber air tanah terdapat di Kabupaten Bangkalan bagian barat, selatan
dan sedikit di bagian utara yang digunakan untuk irigasi pertanian, air perkotaan dan
industri karena ditunjang dengan kondisi geologi dan dipengaruhi geohidrologi,
topografi dan morfologi. Cakupan sumber air tanah tersebut menyebar di berbagai
kecamatan lintas kabupaten yaitu di Kabupaten Sampang bagian utara (yang
berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan) dan Sampang bagian Selatan, Kabupaten
Pamekasan bagian Tengah dan Selatan, serta Kabupaten Sumenep bagian tengah
dan sedikit ke barat

4. Energi Listrik
Distribusi

listrik

Madura

berasal dari Jaringan Listrik Jawa-

Jaringan Sistem Interkoneksi JAMALI


Wilayah Jawa Timur

Madura-Bali (Jamali) yang dipasok


Perusahaan

Listrik

Negara

(PLN).

Wilayah Madura masih mengalami


deficit listrik karena kebutuhan listrik
hingga tahun 2010 adalah sebesar
120 MW (media online, 14 januari
2010), namun baru dipasok 110 MW.
Pasokan listrik Jamali dialirkan melalui kabel bawah laut dari Gresik sebesar 80 MW
dan sisanya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berlokasi di Gili Timur,

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

27

Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan sebesar 30 MW. Untuk sumber listrik di pulau
pulau kecil Madura, umumnya masih menggunakan tenaga diesel dan pembangkit listrik
tenaga surya yang skala pelayanannya terbatas.Hal ini selain jarak antar pulau-pulau kecil
dengan pulau utama relatif jauh, pulau-pulau kecil tersebut sulit mendapatkan pasokan solar
pada kondisi iklim yang ekstrim terisolir.Hal ini mengakibatkan penyediaan tenaga listrik
sangat terbatas dan menjadi kendala utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat
yang umumnya bekerja sebagai nelayan.

1.1.7. Kawasan Potensial Wilayah Suramadu


Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan
dengan pusat pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu pintu outlet (lokal dan
regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, diidentifikasi 22 (dua puluh dua)
klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pusat pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan klaster/kawasan diarahkan untuk
mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor sektor strategis secara
berkelanjutan.
Sektor strategis dapat diartikan sebagai sektor sektor yang mempunyai multiplier
effect (backward forward linkages) yang besar yang mempunyai kemampuan secara
berkelanjutan

dapat

dikembangkan

melalui

investasi

infrastruktur

yang

efisien.

Pengembangan sektor strategis Madura difokuskan pada sektor pertanian, perikanan dan
kelautan, pariwisata dan industri perdagangan jasa.

28

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 1.12 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN


1.2.1. Potensi Wilayah Suramadu
Wilayah Suramadu terdiri dari sebagian wilayah Kota Surabaya dan seluruh Wilayah
Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Karakteristik
perekonomian kedua wilayah tersebut sangat berbeda, dimana Kota Surabaya didominasi
dengan kegiatan perdagangan dan jasa, sementara itu di Wilayah Pulau Madura dengan
didominasi kegiatan berbasis sumber daya alam.

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

29

Pulau Madura memiliki potensi yang sangat besar terutama di sector pertanian,
perkebunan, peternakan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan industri kecil menengah.
Potensi Wilayah Madura akan lebih ekonomis dimanfaatkan secara terpadu dengan potensi
kawasan Surabaya dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan wilayah Suramadu sebagai
suatu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Adapun potensi wilayah Suramadu antara
lain:

Kawasan Suramadu merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan
Perkotaan Gerbangkertasusila yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) pertumbuhan ekonomi.

Pulau Madura memiliki potensi pertanian pangan, perkebunan, peternakan,


perikanan darat dan perikanan laut serta pertambangan, yaitu:
- Produk perikanan Pulau Madura pada saat ini berkontribusi kurang lebih 60% dari
produk perikanan di Propinsi Jawa Timur
- Produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam
Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun)
- Produk ternak sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, dan produk
perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun.

Pengembangan industri lokal, seperti garam, kerajinan dan batik Madura, serta
potensi pengembangan industri berbasis pada pertanian pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan;

Potensi wisata budaya, religi dan alam yang didasarkan pada budaya lokal tersebar
lebih dari 30 destinasi wisata di Pulau Madura.

30

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

1.2.2. Permasalahan yang Dihadapi


Beberapa

permasalahan

utama

yang

dihadapi

dalam

rangka

percepatan

pengembangan di Wilayah Suramadu, yaitu :


1) Kesenjangan perkembangan antara Wilayah Madura dengan wilayahwilayah lain di Propinsi Jawa Timur
Kegiatan ekonomi di Wilayah Madura didominasi oleh kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan. Hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan
dan pendidikan masyarakat sehingga migrasi penduduk dari Pulau Madura ke pusat
kota-kota lain khususnya Surabaya (termasuk didalamnya brain drain). Ketimpangan
pembangunan akan semakin tinggi dan menimbulkan masalah sosial dan lingkungan.
2) Ketersediaan infrastruktur yang terbatas, seperti jalan, listrik dan air baku
menyebabkan

sulitnya

perkembangan

sektor-sektor

penggerak

pertumbuhan ekonomi seperti industry dan perdagangan


Keterbatasan infrastruktur di wilayah Suramadu menjadi permasalahan penting, yang
seharusnya segera ditanggulangi untuk mempercepat pengembangan wilayah
Suramadu. BP-BPWS memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di
wilayah Suramadu.
Masih tingginya ketimpangan antar kawasan di wilayah Suramadu antara keempat
kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan Kota Surabaya maupun
rata-rata wilayah di Provinsi Jawa Timur, sebagai akibat masih rendahnya
konektivitas antarwilayah di Pulau Madura dan belum meratanya ketersediaan
infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah
aksesibilitas

pusat-pusat

pertumbuhan

kawasan.

Pendekatan

pembangunan

infrastruktur berbasis kawasan semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman


menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

31

isolasi wilayah. Sementara itu, ketersediaan infrastruktur pengairan merupakan


prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.
3) Belum memperoleh opini WTP dan dukungan manajemen yang optimal
Penyelenggaran catatan atas laporan keuangan di lingkungan BP-BPWS sudah cukup
baik, meskipun belum mendapatkan opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia. Selain itu, penataan kelembagaan BPWS, pengaturan ketentuan
ketentuan organisasi dan pelaksanaan tugas, rekrutmen personel profesional sangat
dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu organisasi BPWS yang dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif. Selain itu dukungan sarana dan
prasarana perkantoran yang memadai juga akan mengoptimalkan pelaksanaan
tugas. Untuk mendukung kecepatan ketersediaan informasi, diperlukan inventarisasi,
pencatatan, pelaporan BMN yang akurat serta pengamanannya dan pengelolaannnya
secara tertib, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar Deputi, Sekretariat dan
Divisi yang lebih baik.
4) Perlu ditingkatkan sinergitas koordinasi antar unsur pemerintah pusat,
daerah, swasta dan masyarakat
Sebagaimana instansi pemerintah lainnya, BPWS dalam mengembangkan kawasan
Suramadu

memiliki

keterbatasan

anggaran.

Oleh

karena

itu

pelaksanaan

pengusahaan dan investasi perlu melibatkan pelaku usaha lokal terutama untuk
dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan
swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.
5) Kesenjangan ekonomi di wilayah Suramadu dan perlu penyamaan persepsi
dalam hal otonomi daerah
Tingkat perkembangan ekonomi Wilayah Madura yang relatif rendah dibanding
dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini dapat dilihat dari masih relatif
lambat dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Di sisi lain,

32

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Pulau Madura memiliki potensi alam yang melimpah meliputi potensi

sektor

pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, maupun pariwisata.


Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah
Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten di
Wilayah Madura dan atau pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan
oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan
yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.
Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi
pada

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

dengan

selalu

memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.


1.2.3. Isu Strategis dan Tantangan
Isu strategis yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah
Suramadu, yaitu:
a. Aspek Pengembangan Wilayah dan Ekonomi
Ketimpangan di antara Wilayah Suramadu merupakan salah satu isu strategis yang
meliputi lemahnya keterkaitan hubungan antara desa-kota, perbedaan nilai tambah
dari berbagai sektor pertanian, kurang berkembangnya kegiatan perindustrian lokal,
belum optimalnya pengembangan kegiatan ekonomi pertanian, perikanan dan
pariwisata Pulau Madura serta belum memadainya kapasitas dan kualitas
infrastruktur dan SDM. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan kawasan-kawasan
strategis di tingkat lokal yang berupa klaster-klaster potensi unggulan dan sentrasentra produksi, pengolahan dan pemasaran unggulan yang diharapkan dapat
menciptakan trickle down effect untuk pertumbuhan ekonomi Madura, yang
terintegrasi dengan kawasan strategis di tingkat propinsi (KSP) dan nasional (KSN).

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

33

b. Aspek Pengembangan SDM


Dilihat dari aspek kondisi sosial budaya masyarakat Madura saat ini, apabila dikaitkan
dengan pengembangan industrialisasi di Madura, maka beberapa isu strategis
pengembangan SDM di Madura adalah:
Pengembangan kawasan-kawasan strategis yang berupa pusat pusat produksi
perlu mempertimbangkan prioritas pengembangan SDM dengan memperhatikan
kearifan lokal.
Tingkat pendidikan dan ketrampilan belum memenuhi kebutuhan industrialisasi
Pelaku ekonomi lokal sulit masuk dalam sektor modern baik karena kemampuan
investasi, kemampuan produksi dan lain sebagainya.
c. Aspek Pengusahaan dan Investasi
Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di wilayah Suramadu menjadi sangat
penting bagi perekonomian wilayah Suramadu karena dapat memberikan efek ganda
(multiplier effect) terhadap perekonomian yang cukup besar. Oleh karena itu
perubahan pola pikir (mindset) dalam pemahaman bahwa pembangunan ekonomi
wilayah membutuhkan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat (melalui BPWS
dan sektor) dan Daerah, dunia usaha (BUMN, BUMD dan swasta) dalam semangat
Suramadu Incorporated. Pengusahaan dan investasi kawasan Suramadu diharapkan
dapat memberikan ruang kepada pelaku usaha lokal terutama untuk dapat
meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan
swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.
d. Aspek Dukungan Sektor
Infrastruktur transportasi darat, laut dan udara menjadi sangat penting untuk
disediakan mengingat kondisi geografis Madura berupa kepulauan dengan disparitas
ekonomi antar kawasan yang sangat beragam. Tersedianya infrastruktur transportasi
akan memperlancar arus barang, manusia dan jasa, serta dapat menjadi

34

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

penghubung yang efisien antara sumber bahan baku (resource), pusat produksi dan
pasar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai akan
menciptakan konektivitas antar daerah bahkan antar pulau, termasuk daerah
terpencil dengan daerah terdekat bahkan dengan pusat pertumbuhan ekonomi. Pada
akhirnya tersedianya infrastruktur akan banyak membawa dampak posistif bagi
produktivitas industri, kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing.
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu bersifat multisektor dan multi
dimensi, sehingga perlu dukungan dan keterlibatan serta komitmen sektor terkait
secara optimal.
Tantangan yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah
Suramadu, yaitu:
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Pulau Madura
Pengembangan

Sumber

Daya

Manusia

untuk

mendukung

penelitian

dan

pengembangan maupun kegiatan produksi pada sektor pertanian, perkebunan,


peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, industri dan jasa.
b. Perlu ditingkatkan sinergitas kooodinasi antar unsur pemerintah pusat,
daerah, swasta dan masyarakat
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu merupakan lingkup penugasan yang
bersifat lintas sektor dan sinergi pusat dan daerah. Dukungan kebijakan pemerintah
baik pusat, propinsi, dan daerah (baik kebijakan sektoral maupun tata ruang) yang
sinergis sangat diperlukan untuk memperkuat pelaksanaan program/kegiatan
percepatan pengembangan Wilayah Suramadu.
c. Koordinasi, sinkronisasi program dan kerjasama antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pembangunan
dan pemeliharaan/pengelolaan infrastruktur
Program percepatan pengembangan Wilayah Suramadu perlu diintegrasikan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

35

Jangka

Menengah

Daerah

(baik

propinsi

maupun

kabupaten/kota)

serta

dikoordinasikan dengan sektor-sektor lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum,


Kementerian Perhubungan, PLN dan sektor lain yang terkait.
d. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi.
Peningkatan iklim yang kondusif untuk pengembangan investasi dan usaha sangat
penting untuk mendorong investasi masuk (baik investasi domestik maupun investasi
asing) dan mendorong berkembangnya usaha di wilayah Suramadu. Meningkatnya
investasi dan berkembangnya usaha sangat penting untuk mendorong aktivitas
perekonomian, karena dapat menggerakkan usaha lain yang terkait dan dapat
menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

36

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

37

BAB

VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Visi dapat diartikan sebagai keadaan dari sesuatu yang diharapkan di masa yang
akan datang. Dalam konteks pengembangan wilayah Suramadu, visi dapat diartikan sebagai
keadaan wilayah Suramadu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dengan
memperhatikan arah kebijakan, strategi pembangunan dan penataan ruang Nasional,
Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Wilayah Suramadu, kondisi geografis, potensi
strategis Pulau Madura dan sosial budaya masyarakat, percepatan pengembangan wilayah
Suramadu, maka disusun visi jangka panjang percepatan pengembangan Wilayah Suramadu
sebagai berikut:

Mendukung Percepatan Pembangunan Wilayah Suramadu Untuk

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah


Berdasarkan visi pengembangan Wilayah Suramadu di atas, Badan Pelaksana BPWS
sesuai peran dan fungsinya mempunyai visi untuk mendukung percepatan pengembangan
Kawasan Suramadu khususnya untuk periode tahun 2015-2019 sebagai berikut:

Terwujudnya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu


melalui Pembangunan Kawasan, Dukungan Sektor dan Kerjasama Dengan
Badan Usaha

38

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

2.2 MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Untuk mewujudkan visi dan tugas dan fungsi BPWS seperti yang telah ditetapkan,
maka misi dari Badan Pelaksana BPWS tahun 2015 2019 adalah:
1. Menyelenggarakan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor
dan lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang
optimal dan terpadu;
2. Menyelenggarakan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan
kawasan guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat
kawasan;
3. Menyelenggarakan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM guna mendukung
percepatan pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;
4. Menyelenggarakan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten,
terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pengembangan wilayah
Suramadu, tujuan yang ingin dicapai BP-BPWS dalam kurun waktu 2015 2019 adalah:
1. Meningkatkan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor dan
lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang
optimal dan terpadu;
2. Meningkatkan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan kawasan
guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat kawasan;
3. Meningkatkan dukungan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM
mendukung

percepatan

pengembangan

wilayah,

pertumbuhan

guna

ekonomi

dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

39

4. Meningkatkan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten,


terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance;

2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH


SURAMADU
Mengacu pada kondisi wilayah Suramadu, hasil pelaksanaan tahun 2011-2014 dan isu
strategis maupun permasalahan yang dihadapi, maka sasaran strategis BPWS diarahkan
kepada upaya percepatan pengembangan Wilayah Suramadu yang efektif untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam kaitan tersebut, sasaran strategis dari BPBPWS adalah sebagai berikut:

1. TUJUAN I, II, dan III didukung dengan sasaran strategis: Meningkatnya


pembangunan kawasan yang berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur, sarana dan prasarana yang terpadu, pengembangan
SDM lokal yang berkualitas, serta akses kawasan, dengan outcome:
Meningkatnya

dukungan

stimulan

infrastruktur

akses

kawasan

dan

pengembangan SDM lokal.


Adapun indikator sasaran startegis (ISS) kedua, antara lain :
-

Jumlah pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana mendukung


kawasan (unit);

Luas lahan yang dibebaskan (hektar);

Persentase jumlah tenaga terampil

bersertifikat yang terserap dalam

pasar kerja (%);


-

Jumlah bidang pengusahaan (bidang).

2. TUJUAN IV didukung dengan sasaran strategis: Meningkatkan kapasitas


kelembagaan dan SDM internal untuk meningkatkan kinerja BPWS,

40

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

dengan outcome: Meningkatnya kualitas dukungan manajemen serta sarana


dan prasarana.
Adapun indikator sasaran strategis (ISS) pertama, antara lain :
-

Opini laporan keuangan (nilai);

Nilai akuntabilitas kinerja (nilai);

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

41

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

41

BAB

ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL


3.1.1. Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019
Pembangunan

nasional

adalah

rangkaian

upaya

pembangunan

yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan nasional Indonesia dijabarkan dalam perencanaan jangka panjang (20
tahun) dan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan pembangunan
dalam tahapan-tahapan jangka menengah (5 tahun). Pembangunan nasional jangka
panjang dijabarkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Pentahapan rencana pembangunan nasional
disusun dalam masing-masing periode jangka menengah atau disebut dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program
selama lima tahun kedepan.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

42

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program


kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Tahun 2015-2019 merupakan tahapan
pembangunan nasional ketiga yang ditetapkan melalui Presiden Republik Indonesia nomor 2
tahun 2015.
Visi pembangunan nasional tahun 2005 2025 sebagaimana tertuang dalam
Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Nasional

(RPJPN)

2005

2025

adalah

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi
tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu:
1.

Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan


beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

2.

Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

3.

Mewujudkan masyarakat demokratis yang berlandaskan hukum;

4.

Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu;

5.

Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

6.

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;

7.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan

8.

Mewujudkan Indonesia yang berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.


Visi misi pembangunan nasional tersebut bertujuan untuk mewujudkan bangsa yang

maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai
ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur pembangunan nasional
dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran sasaran pokok.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

43

Dalam keterkaitan dengan pengembangan wilayah, arah pembangunan nasional


adalah mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui percepatan
pembangunan dan pertumbuhan wilayah wilayah strategis dan cepat tumbuh khususnya
pada wilayah wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah. Percepatan pengembangan
wilayah ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan
distribusi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah,
serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama
antarsektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung peluang
berusaha dan investasi di daerah.

Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005 - 2025


Sumber: UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005 - 2025

Dalam pembangunan jangka menengah ketiga (tahun 2015 2019), prioritas utama
dan strategi pembangunan nasional ditujukan untuk lebih memantapkan memantapkan
pembangunan

44

secara

menyeluruh

dengan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

menekankan

pembangunan

keunggulan

kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta
kemampuan IPTEK. Sementara itu, visi yang ingin dicapai pada tahun 2015-2019 adalah
Terwujudnya

Indonesia

yang

Berdaulat,

Mandiri,

dan

Berkepribadian

berlandaskan Gotong-royong. Untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 7


(tujuh) misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritime, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
Negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara
maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6. Mewujudkan Indonesia

menjadi Negara maritime yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasis kepentingan nasional;


7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam pembangunan jangka menengah ketiga tersebut, pembangunan Indonesia
pada tahan ke-III tahun 2015-2019 dijabarkan melalui visi, misi, agenda strategis dan
agenda prioritas pembangunan. Sesuai dengan agenda pembangunan nasional tersebut,
tugas dan fungsi BPWS dalam mempercepat pengembangan wilayah Suramadu, maka fokus
kebijakan dan strategi BPWS diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran 3 (tiga)
agenda prioritas, antara lain agenda ke-3, ke-6 dan ke-7.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

45

AGENDA 3 : Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah

Dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan


a) Pengembangan daerah tertinggal, difokuskan pada :
1. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga
terbangun kemitraan dengan banyak pihak;
2. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik;
3. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara
daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan.
b) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan, difokuskan pada pengembangan ekonomi
kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi :
1. Mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil
pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;
2. Meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
lokal/wilayah;
3. Mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-swasta
termasuk kerjasama pengelolaan BUMDesa;
4. Membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
5. Mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani untuk
berinteraksi dengan pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi panen,
penjualan, distribusi, dan lain-lain.
c) Pengembangan kawasan strategis, melalui percepatan pengembangan pusat - pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi,
menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan
infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral
dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui
pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.

46

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah dengan mengembangan pusat-pusat


pertumbuhan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak
kesempatan kerja serta melalui percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis
maritim (kelautan) di kawasan pesisir.
2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar
wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui
percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, kereta api, bandara, jalan,
informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas
adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk
memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal

supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat


pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland); (c) menyebarkan
manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan
dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan.
3. Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK, melalui penyediaan SDM yang memiliki
kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masingmasing pusat-pusat pertumbuhan di daerah.
4. Peningkatan keterkaitan kota-desa bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional
antara pasar dan kawasan produksi. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi
sebagai berikut:

Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan
desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana
dan prasarana transportasiyang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk
memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan
pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi
untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

47

Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata,
dan transmigrasi.

Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kotadesa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang
efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c)
mengembangkan kerjasama antardaerah khususnya di luar Jawa-Bali dan
kerjasama

pemerintah-swasta;

(d)

mengembangkan

forum

dialog

antar

stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; (e) mengembangkan


pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas
local.
5. Penanggulangan kemiskinan dengan strategi menguatkan konektivitas lokasi
pedesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di
pedesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil
kepada pusat ekonomi terdekat.
AGENDA 6 : Meningkatkan Produktivitas Rakyat Dan Daya Saing Di Pasar Internasional
a) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
1. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri
nasional untuk mendukung sistem logistik nasional dan penguatan konektivitas
nasional dalam kerangka pendukung kerjasama regional dan global melalui
pengembangan pelabuhan-pelabuhan berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan
fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/coastal
shipping pada jalur logistic nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan
jalan raya.
2. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional
dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan melalui penyediaan
sarana

dan

prasarana

transportasi,

seperti

pembangunan

jalan

provinsi,

kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasan-kawasan

48

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas keselamatan dan


keamanan transportasi, serta sarana transportasi yang disesuaikan dengan
karakteristik daerah.
3. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung
investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan
pusat-pusat

pertumbuhan

pembangunan

dan

lainnya

di

peningkatan

wilayah

prasarana

non-koridor
transportasi

ekonomi
yang

melalui

mendukung

pengembangan industri dan pariwisata nasional sesuai dengan Rencana Induk


Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional

(KSPN),

serta

stimulasi

pengembangan

kawasan

dan

penguatan

konektivitas regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu).


b) Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui :
1. Peningkatan agroindustri, hasil hutan dan kayu, perikanan, dan hasil tambang
2. Akselerasi pertumbuhan industri manufaktur
3. Akselerasi pertumbuhan pariwisata
4. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif, serta
5. Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi
Agenda 7 : Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Dengan Menggerakkan Sektor-Sektor

Strategis Ekonomi Domestik


a) Peningkatan Kedaulatan Pangan melalui :
1. Peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri
2. Peningkatan produksi bahan pangan lainnya
3. Peningkatan produksi perikanan, dan
4. Peningkatan layanan jaringan irigasi.
b) Peningkatan Ketahanan Air melalui :
1. Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya
2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air bagi masyarakat
3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

49

c) Peningkatan Kedaulatan Energi diantaranya melalui peningkatan aksesibilitas energi di


wilalyah pulau-pulau dan desa terpencil.
d) Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan melalui :
1. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan
2. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan peran SDM dan IPTEK
kelautan
3. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir

AGENDA STRATEGIS PRIORITAS


1. MENGHADIRKAN NEGARA UNTUK MEINDUNGI SEGENAP BANGSA DAN MEMBERIKAN RASA
AMAN PADA SELURUH WARGA NEGARA
2. MEMBUAT PEMERINTAH TIDAK ABSEN DENGAN MEMBANGUN TATA KELOLA PEMERINTAH
YANG BERSIH, EFEKTIF, DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN

3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA


4. MENOLAK NEGARA LEMAH DENGAN MELAKUKAN
REFORMASI SISTEM
DAN PENEGAKANDENGAN
DARI
PINGGIRAN
HUKUM YANG BEBAS KORUPSI, BERMARTABAT DAN TERPERCAYA

MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN


DESA
DALAM
KERANGKA
NEGARA
5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA
KESATUAN

BPWS MENDUKUNG
AGENDA 3, 6 DAN 7
3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA
DARI
PINGGIRAN
DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN
DESA
DALAM
KERANGKA
NEGARA
AGENDA
PRIORITAS (NAWA CITA)
KESATUAN

6. KAMI AKAN MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN
DAYA
SAING
DI
PASAR
INTERNASIONAL

AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)

6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL


3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA 6. KAMI AKAN MENINGKATKAN
DARI
PINGGIRAN
DENGAN
PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN
7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR
MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN
DAYA
SAING
DI
PASAR
STRTAEGIS EKONOMI DOMESTIK
DESA
DALAM
KERANGKA
NEGARA
INTERNASIONAL
KESATUAN
8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA

7. KAMI
AKAN
MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN
MENGGERAKKAN
SEKTOR-SEKTOR
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK

9. MEMPERTEGUH KE-BHINEKA-AN DAN MEMPERKUAT RESTORASI SOSIAL INDONESIA

Selain

dukungan

terhadap

ketiga

agenda

prioritas

tersebut,

percepatan

pengembangan Wilayah Suramadu juga bertujuan untuk mendukung arah kebijakan/strategi


pembangunan bidang dan pengembangan wilayah Jawa - Bali, yang meliputi :

50

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

AGE
6.

7.

I.

Pembangunan Bidang Ekonomi


a) Industri melalui strategi penumpuhan populasi industry serta peningkatan daya
saing dan produktivitas
b) UMKM dan koperasi melalui strategi pembangunan peningkatan kualitas sumber
daya manusia, peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran
c) Pariwisata melalui strategi pemasaran pariwisata nasional, pembangunan destinasi
pariwisata, pembangunan industri pariwisata utamanya peningkatan partisipasi
usaha lokal serta meningkatkan keragaman/daya saing produk/jasa pariwisata
d) Penguatan investasi melalui strategi peningkatan efektivitas dan upaya promosi
investasi serta pengembangan investasi lokal
e) Tenaga kerja melalui strategi meningkatkan akses angkatan kerja kepada sumber
daya produktif serta mendorong pengembangan ekonomi pedesaan,

II.

Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang


a) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan melalui strategi pembangunan sumber
daya manusia, pengembangan ekonomi kawasan pedesaan untuk mendorong
keterkaitan desa-kota.
b) Kawasan strategi melalui kebijakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya dengan meningkatkan produktivitas
dan hilirasi komoditas unggulan yang terintegrasi dengan kawasan di sekitarnya,
memberikan fasilitasi pengembangan industri-industri pengolahan komoditas
unggulan di kawasan; meningkatkan konektivitas antarwilayah sekitarnya (desa,
daerah tertinggal, dan perbatasan) menuju pusat-pusat pertumbuhan lainnya;
mempercepat penyediaan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan;
serta meningkatkan kemampuan pengelolaan kawasan di wilayah belakangnya
secara profesional.
c) Daerah tertinggal melalui strategi pengembangan mengembangkan perekonomian
masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai
dengan karakteristik (bioregion) dan produk unggulan daerah, posisi strategis, dan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

51

keterkaitan antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur manajemen usaha,


akses permodalan, inovasi, dan pemasaran; meningkatkan aksesibilitas yang
menghubungkan

daerah

tertinggal

dengan

pusat

pertumbuhan

melalui

pembangunan sarana dan prasarana transportasi; mempercepat pemenuhan


Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik, terutama di
bidang transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi; meningkatkan
pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran, seperti kawasan perbatasan dalam
upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal; mendukung pengembangan
kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan
antarwilayah; meningkatkan koordinasi dan peran serta lintas sektor dalam upaya
mendukung pembangunan daerah tertinggal melalui pengembangan kawasan
perdesaan sebagai program pembangunan lintas sektor.
III. Pembangunan Bidang Penyediaan Sarana Prasarana
a) Pembangunan

prasarana

dasar

kawasan

permukiman

serta

energi

dan

ketenagalistrikan melalui penyediaan energi listrik untuk daerah-daerah terpencil


dan kepulauan.
b) Menjamin

ketahanan

air

untuk

mendukung

ketahanan

nasional

melalui

pembangunan tampungan air skala kecil/menengah pada daerah krisis dan wilayah
strategis, pembangunan saluran pembawa air baku di wilayah tertinggal, strategis,
pulau kecil, kawasan terpencil serta daerah perbatasan.
c) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
melalui percepatan pembangunan transportasi nasional untuk mendukung sistem
logistic nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan
transportasi yang berorientasi lokal dan kewialyahan; membangun sistem dan
jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada koridor
ekonomi,

kawasan

industrk

khusus,

kompleks

industri

dan

pusat-pusat

pertumbuhan lainnya di wilayah non koridor ekonomi sehingga memberikan nilai

52

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

tambah serta meningkatkan produktivitas nasional secara lebih berkualitas;


penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan
provinsi, kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasankawasan strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas
keselamatan

dan

keamanan

transportasi,

serta

sarana

transportasi

yang

disesuaikan dengan karakteristik daerah; Meningkatkan kapasitas dan kualitas


pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama
yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan
wilayah

dan

wilayah yang

mempunyai potensi

ekonomi dan pariwisata;

meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman dan rawan


bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta pembangunan terminal
penumpang.
IV. Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Bali
a) Pengembangan kawasan strategis
Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali
diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi
dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan
jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu
gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri
makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan
besi baja.
Salah satu fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Jawa-Bali
adalah pengembangan Wilayah Suramadu sebagai penggerak ekonomi daerah
pinggiran. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi
sebagai berikut:
1. Pengembangan potensi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura,
Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, dan Kawasan Khusus di
Pulau Madura.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

53

2. Percepatan penguatan konektivitas melalui pembangunan jalan akses kawasan


industri di Madura menuju pelabuhan petikemas.
b) Pengembangan kawasan perkotaan
Kebijakan pembangunan kawasan perkotaan di Wilayah Jawa - Bali dilakukan
melalui berbagai strategi, diantaranya meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan
perkotaan Gerbangkertasusila (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Mojekerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bangkalan, Kota
Mojekerto).
c) Pengembangan desa dan kawasan pedesaan untuk mendorong keterkaitan desakota melalui dukungan perwujudan sentra industri peternakan modern, sentra
industry pertanian organic maupun non organic di kawasan Pamekasan dan
Sampang.
d) Peningkatan keterkaitan kota dan desa di wilayah Jawa Bali diarahkan dengan
memperkuat pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan Cibaliung dan Sekitarnya (Provinsi Banten),
Pamekasan dan sekitarnya (Provinsi Jawa Timur), Banyuwangi dan sekitarnya
(Provinsi Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya (Provinsi Bali). Kawasankawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan
pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di
Wilayah Jawa - Bali adalah sebagai berikut :
1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil
dan desa, serta antar pulau
Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau
Jawa, Jalan Lintas Pulau Madura, Jalan Lintas Pulau Bali, jalan bebas
hambatan dan jaringan kereta api di Pulau Jawa, Pelabuhan Regional
Banyuwangi, Bandara Banten Selatan dan Banyuwangi, serta angkutan
penyebrangan yang melayani Pulau Madura dan Pulau Bali;

54

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota


melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, dan
pariwisata.
Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di
Kawasan Cibaliung, Pamekasan, dan Tabanan-Bali, serta sentra produksi
dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan di Kawasan Banyuwangi.
Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan
simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan
prasaran produksi.
3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan
desa-kota
Meningkatkan

pengetahuan

dan

kemampuan

masyarakat

mengenai

kelestarian daerah resapan serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan


Perdesaan Pamekasan.
4. Pengembangan daerah tertinggal
Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai
berikut:
Pemerataan distribusi tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian
barat dan timur Pulau Jawa;
Peningkatan kapasitas tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian
barat dan timur Pulau Jawa;
Pemerataan distribusi tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura,
bagian barat dan timur Pulau Jawa;
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura,
bagian barat dan timur Pulau Jawa;
Pengembangan kegiatan perekonomian sub-sektor perikanan laut, garam,
dan produk olahan laut diutamakan di Pulau Madura;

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

55

Pembangunan infrastruktur jalan dan sarana transportasi di desa-desa


terisolir khususnya di Pulau Madura, bagian timur, dan bagian barat Pulau
Jawa;
Pengembangan pelabuhan penyebrangan antarpulau;
Pembangunan sarana transportasi air di desa-desa terisolir bagian utara
Pulau Jawa;
Pengembangan bandara perintis di Pulau Madura.
5. Penanggulangan bencana di wilayah Bangkalan dan Pamekasan

Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur
KEGIATAN STRATEGIS JANGKA MENENGAH NASIONAL
PERHUBUNGAN UDARA
Pengembangan Bandara Sumenep
PERHUBUNGAN LAUT
Pengembangan Pelabuhan Taddan/Sampang
JALAN
Pembangunan Jalan Lintas Utara Madura (Bangkalan - Tj Bumi-Ketapang-Sotobar-Sumenep)
SUMBER DAYA AIR
Persiapan Pembangunan Waduk Blega Kab. Bangkalan
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 2019

56

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan


Wilayah Jawa Bali
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 2019

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

57

Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015-2019


Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 2019
3.1.2. Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), penataan ruang wilayah nasional
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan

serta

mewujudkan

keseimbangan

dan

keserasian

perkembangan

antarwilayah. Untuk mewujudkan penataan ruang tersebut, RTRWN memuat kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang yang diterjemahkan ke dalam struktur ruang dan pola ruang.
Arah kebijakan tata ruang nasional diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang terdiri atas tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional, yang

58

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

selanjutnya dijabarkan struktur ruang wilayah dan pola ruang wilayah. Dalam struktur ruang
wilayah terdiri atas sistem perkotaan nasional dan sistem jaringan pembentuk ruang wilayah
sedangkan pola ruang wilayah mencakup pembagian alokasi ruang beserta penjabaran
fungsi ruang/kawasan pembentuk didalamnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, Wilayah
Suramadu yang terdiri atas Kota Surabaya dan keempat kabupaten di Madura merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari struktur ruang kewilayahan nasional. Hal ini terlihat dari
beberapa kebijakan penetapan Wilayah Suramadu sebagai bagian dari Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) maupun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam
struktur ruang maupun beberapa rencana sistem jaringan di Wilayah Suramadu untuk
mendukung konektivitas antar wilayah sebagai upaya perwujudan percepatan pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur secara umum. Selain itu, rencana pengembangan Wilayah Suramadu
juga tercantum dalam rencana pola ruang nasional yang mencakup pengembangan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) maupun Kawasan Andalan.
Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu
No.

Kebijakan

A
1

Struktur Ruang
Sistem Perkotaan Nasional

Pengaruh terhadap Pulau Madura

Perkotaan Bangkalan dan Surabaya merupakan bagian dalam Pusat


Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila.
Perkotaan Pamekasan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW)
Perkotaan Sampang dan Sumenep ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL)
Direncanakan jalan bebas hambatan antar kota dengan jurusan
Surabaya-Madura

Jalan Bebas Hambatan

Pelabuhan sebagai simpul


transportasi Nasional

Pelabuhan Tanjung Perak dalam satu kesatuan dengan Tanjung


Bumi

B
1

Pola Ruang
Kawasan Strategis
Nasional

Kawasan Andalan

Perkotaan Surabaya dan Bangkalan termasuk dalam Kawasan


Perkotaan Gerbangkertosusila ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Nasional (KSN) pertumbuhan ekonomi.
Kawasan Gerbangkertosusila termasuk dalam kawasan andalan
nasional dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri dan
pariwisata.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

59

No.

Kebijakan

Pengaruh terhadap Pulau Madura

Madura dan Kepulauan termasuk dalam kawasan andalan nasional,


dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri, pariwisata
dan perikanan.
Kawasan Laut Madura dan sekitarnya termasuk dalam kawasan
andalan
Nasional,
dengan
sektor
unggulan
perikanan,
pertambangan dan pariwisata.
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

3.1.3. Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan


Pendekatan pembangunan kewilayahan dalam mewujudkan visi pembangunan
nasional adalah melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sejalan dengan
rencana penataan ruang nasional. Pendekatan ini dilakukan dengan mendorong program
program strategis yang tertuang dalam Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI). Strategi utama dalam pendekatan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi ini adalah :
a)

Pengembangan koridor ekonomi yaitu pengembangan dan revitalisasi pusat pusat


pertumbuhan di luar Jawa dan peningkatan pusat pusat pertumbuhan di Pulau
Jawa.

b) Perkuatan konektivitas nasional. Hal ini dilakukan melalui sinergi antar pusat pusat
pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur dasar secara menyeluruh di wilayah
Indonesia;
c)

Mempercepat kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Untuk mendorong peningkatan


produksi di pusat pusat pertumbuhan, perlu didukung inovasi teknologi dan SDM
ke arah pengembangan ekonomi (inovation driven economy).
Wilayah Suramadu mendukung Koridor Jawa sebagai koridor pendorong industri dan

jasa nasional. Industri dan jasa yang dikembangkan adalah industri manufacturing, tekstil,
permesinan transportasi, perkapalan, alutsista, telematika dan pengembangan metropolitan
Jabodetabek. Kota Surabaya dalam Koridor Jawa sebagai salah satu simpul utama

60

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

infrastruktur dibagian timur Jawa dengan pelabuhan utama internasional Tanjung Perak dan
jalur utama ke luar koridor ke arah selatan Surabaya, sedangkan ke arah timur menuju ke
Pulau Madura.

Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa


Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 2025

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH


3.2.1. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur
Dalam penjabaran visi, misi dan arahan percepatan pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura, perlu dilakukan tinjauan kebijakan yang mengacu pada arahan
pembangunan dan penataan ruang di Provinsi Jawa Timur. Kebijakan pembangunan daerah

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

61

mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 2025 dan
Dokumen Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019. Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 2031.
A. Arahan Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa Timur ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 Tahun 2009, dengan jangka waktu
perencanaan mulai tahun 2005 hingga tahun 2025. Selama jangka waktu perencanaan
tersebut, Provinsi Jawa Timur memiliki visi pembangunan sebagai Pusat Agrobisnis

Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur


Makmur dan Berakhlak.
Dalam mewujudkan visi tersebut, misi Jawa Timur 20 (dua puluh) tahun kedepan
adalah :
1.

Mengembangkan Perekonomian Modern Berbasis Agrobisnis, dicapai dengan


cara mendorong pergeseran Agrobisnis dari berbasis pada keunggulan komparatif
(comparative advantage) ke arah Agrobisnis yang didorong oleh keunggulan kompetitif
(competitive advantage) melalui pengembangan modal dan peningkatan kemajuan
teknologi pada setiap sub-sistemnya, serta peningkatan kemampuan sumber daya
manusia.

2.

Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Handal, Berakhlak Mulia dan
Berbudaya, dicapai dengan cara meningkatkan kualitas masyarakat Jawa Timur yang
berakhlak, berpendidikan, berdaya, inovatif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

3.

Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas


Hidup,

62

dicapai

dengan

cara

mengurangi

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

kesenjangan

sosial,

kemiskinan,

pengangguran melalui kemudahan memperoleh akses terhadap berbagai bentuk


pelayanan sosial dasar masyarakat yang berkualitas.
4.

Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dicapai dengan


cara menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan hidup melalui penataan ruang yang berkelanjutan.

5.

Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi, dicapai dengan cara


pembangunan sarana dan prasarana wilayah untuk mendorong pengembangan
kawasan pusat-pusat produksi (agropolitan) dan distribusi (metropolitan) serta
mengurangi ketimpangan antar wilayah.

6.

Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dicapai dengan cara


membangun transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan
kinerja pelayanan publik yang didukung profesionalisme aparatur, stabilitas politik,
ketentraman dan ketertiban serta konsistensi dalam penegakan hukum dan HAM.
Visi pembangunan Jawa Timur yang dilakukan melalui pelaksanaan misi dan strategi

pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan jangka menengah dan


tahunan. Dalam penyusunan Rencana Strategi Badan Pelaksana BPWS 5 (lima) tahun
kedua mengacu pada arahan pembangunan pada periodisasi tahap ketiga (2015 2019)
dalam RPJP Provinsi Jawa Timur. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai
keberlanjutan pembangunan tahap pertama dan kedua, maka pembangunan tahap ketiga
ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang
dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
dan teknologi yang terus meningkat. Tahap ini ditujukan untuk memantapkan kemajuan
daerah dan mengembangkan kesejahteraan.
Berpijak pada visi, misi dan arahan pembangunan RPJPD Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 pada tahap ke-3 tersebut, maka pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur
ditandai makin dominannya peran pengetahuan dan penguasaan teknologi, serta diarahkan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

63

pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya, sehingga kemajuan yang dicapai
menjadikan Jawa Timur lebih berdaya saing. Berpedoman pada arah pembangunan
tersebut, maka visi pembangunan lima tahunan kedua dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJM) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 adalah Jawa

Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak.


Perwujudan visi lima tahunan tersebut, dijabarkan dalam misi pembangunan Provinsi Jawa
Timur sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan
2. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing,
berbasis agrobisnis/agroindustri dan industrialisasi.
3. Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang.
4. Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik.
5. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial.
Perumusan kebijakan umum pembangunan jangka menengah daerah bertujuan
menjelaskan cara yang ditempuh untuk menterjemahkan strategi ke dalam rencana
program-program prioritas pembangunan. Kebijakan umum pembangunan memberikan
arahan konkrit bagi penentuan program-program pembangunan yang berdaya ungkit dalam
menterjemahkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan pengembangan Provinsi Jawa
Timur dijabarkan sebagai berikut :
I.

Kebijakan Kewilayahan
Fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 diarahkan pada pemantapan
perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan di Jawa Timur, pengembangan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi
utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti
pengembangan sistem agropolitan serta dengan memantapkan pengembangan
kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan. Fokus
tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya.

64

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

II. Pengembangan Wilayah Jawa Timur yang Berorientasi pada Pertumbuhan Inklusif
Beberapa upaya pembangunan periode 2014 - 2019 yang berkaitan dengan kebijakan
pengembangan

kewilayahan,

memberdayakan

diarahkan

perekonomian

pada

rakyat,

perluasan

terutama

lapangan

yang

kerja,

berbasis

dan

pertanian;

meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan; meningkatkan aksesibilitas


pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu; meningkatkan pelayanan kesehatan
yang murah dan berkualitas; meningkatkan pembangunan infrastruktur; serta
meningkatkan

pemeliharaan

kualitas

lingkungan

hidup,

dan

pengembangan

pembangunan berwawasan lingkungan.


III. Penetapan Klaster Kewilayahan

Klaster kewilayahan ditetapkan menjadi dasar sasaran kebijakan pengembangan


kewilayahan

dalam

rangka

meningkatkan

pemerataan

pertumbuhan

ekonomi,

infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan Klaster
dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yaitu sebagai
Pusat

Agrobisnis

terkemuka

yang

disinkronisasikan

dengan

arahan

agenda

pembangunan Tahun 2014-2019 yang difokuskan pada pengembangan kawasan


strategis, utamanya kawasan strategis agropolitan, kawasan agroindustri, kawasan
metropolitan dan kawasan tertinggal.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

65

Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur


Sumber : Dokumen Rancangan Awal RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019

Sesuai penugasan BPWS di Wilayah Surabaya-Madura, kebijakan dan arahan


pengembangan Klaster yang perlu menjadi acuan antara lain :
A. Klaster Agropolitan Madura
Pulau Madura dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Ekonomi, yaitu Kawasan Agropolitan
Madura (terdiri dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten
Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep), dan Kawasan Tertinggal (terdiri dari
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan) sehingga

66

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Klaster Agropolitan Madura ditetapkan pada Kabupaten Bangkalan, Kabupaten


Sampang, dan Kabupaten Sumenep, dengan arahan sebagai berikut:
a) Mendorong pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan sebagai sektor utama dalam pertumbuhan ekonomi Pulau Madura,
b) Pengembangan Klaster agropolitan Madura berlandaskan pada keunggulan
sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable) dan
berkelanjutan (sustainable) dari aspek alam,
c) Pembangunan sektor agrobisnis di Pulau Madura yang didukung oleh
pembangunan infrastruktur kewilayahan dengan lebih merata tanpa tergantung
pada wilayah tertentu. Infrastruktur kewilayahan difokuskan pada peningkatan
produksi, distribusi, maupun pemasaran komoditas unggulan.
d) Pengembangan perdagangan dan jasa agrobisnis yang dapat mendukung
kegiatan perekonomian di kawasan agropolitan Madura
e) Perluasan produk dan peningkatan ekonomi masyarakat dengan upaya
mewujudkan keterkaitan pasar lokal dengan pasar regional sebagai
f) Peningkatan sumber daya manusia dengan fokus pada sektor agrobisnis,
khususnya inovasi riset yang mampu membuat keunggulan komparatif pada
sektor unggulan.
g) Penguatan koordinasi kelembagaan didalam Klaster Agropolitan Madura untuk
menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan,
h) Peningkatan kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan kawasan yang
mampu mendorong pembangunan sektor-sektor unggulan,
i)

Menciptakan iklim investasi yang kondusif dari segi tatanan peraturan/regulasi,


keamanan, stabilitas sosial, penyediaan infrastruktur, serta kesiapan sumber
daya manusia.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

67

B. Klaster Metropolitan
Dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai berikut:
a) Rencana sistem perkotaan yang ditetapkan sebaga Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau beberapa
provinsi meliputi Kawasan Perkotaan Gresik Bangkalan Mojokerto Surabaya
Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang
b) Kawasan Strategis Provinsi Sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan
Metropolitan yang berfokus pada pemantapan sektor industri, perdagangan, dan
jasa komersial yang terdiri dari koridor Metropolitan yang meliputi Kawasan Kaki
Jembatan Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu di

Kota Surabaya, Kawasan Pusat

Bisnis (Central Bussines

District/CBD) Surabaya, High Tech Industrial Park (HTIP) di Kota Surabaya dan
Kabupaten Sidoarjo, Kwasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan, Kawasan
Komersial di Lawang, Kawasan Pusat Bisnis Kota Malang, dan Pusat Pariwisata
Batu) Kota Surabaya.
C. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berfungsi sebagai pemerataan dan sebagai
upaya untuk membuka akses pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih
belum terlayani di Provinsi Jawa Timur. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
diarahkan pada wilayah yang berada pada pesisir Jawa Timur dan wilayah
kepulauan dengan arahan strategi sebagai berikut:
a) Pengelolaan perairan wilayah laut
b) Peningkatan sektor unggulan pada wilayah pesisir dan pulau
c) Pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan sumber daya kelautan
dan merangsang investasi
d) Pemberdayaan masyarakat nelayan/pesisir.
e) Pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi.
f) Pengawasan eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah laut kewenangan propinsi.

68

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Berdasarkan

arahan

kebijakan

pengembangan

tersebut,

agenda

dan

prioritas

pembangunan dalam RPJMD Jawa Timur 2015-2019 terkait dengan pengembangan


wilayah Surabaya dan Madura yaitu :
I. Agenda meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta
pembangunan dan penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan;
II. Agenda memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan
perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang;
III. Prioritas Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur;
IV. Prioritas Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup; serta Perbaikan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Penataan Ruang.
Sesuai dengan arahan pembangunan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2019,
dikaitkan dengan tugas percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2008 tentang BPWS, dalam tahap
kedua percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura tahun 2015 2019, penugasan
BPWS lebih menekankan pada pengembangan klaster/kawasan pendukung pengembangan
kewilayahan, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia (SDM),
serta pengusahaan/investasi klaster/kawasan; yang berbasis sektor/komoditas unggulan di
Wilayah Surabaya-Madura. Pengembangan tersebut didukung dengan pengembangan
infrastruktur ekonomi yang sejalan dengan pengembangan kompetensi tenaga kerja
berbasis lokal.
B. Arahan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
2031, visi penataan ruang Provinsi Jawa Timur adalah Terwujudnya Ruang Wilayah

Provinsi Berbasis Agrobisnis dan Jasa Komersial yang Berdaya Saing Global
dalam Pembangunan Berkelanjutan. Dari visi tersebut, diharapkan sektor pertanian
menjadi salah satu sektor penggerak utama pembangunan di Jawa Timur yang dikemas

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

69

dalam bentuk agrobisnis, dimana agrobisnis merupakan sistem dan usaha kegiatan-kegiatan
pembangunan pertanian di kawasan agropolitan, terutama kawasan sentra produksi pangan
dan juga kawasan lain di sekitarnya. Pencapaian visi dikaitkan dengan penugasan BPWS di
Wilayah Surabaya-Madura tersebut dijabarkan kedalam arahan penataan ruang (spasial)
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura
NO.
I.
A.

B.

KEBIJAKAN

SISTEM PERKOTAAN
Sistem Perkotaan

Sistem dan Fungsi


Perwilalyahan

II. TRANSPORTASI
A.
Transportasi Darat
- Jaringan Jalan

- Terminal
- Kereta Api

70

ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP


PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
- Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN
adalah Kawasan Perkotaan Bangkalan, yang menjadi bagian dari
Kawasan Gerbangkertosusila.
- Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW
adalah Pamekasan.
- Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL
yakni Sumenep dan Sampang.
- Wilayah Surabaya-Madura merupakan bagian dalam Wilayah
Pengembangan (WP) Germakertosusila Plus.
- Wilayah Madura dan kepulauan diprioritaskan pada kegiatan
kesehatan dan pendidikan (Bangkalan), sektor perdagangan dan
jasa (Bangkalan), pertanian tanaman pangan/peternakan/perkebunan (Sumenep, Pamekasan, Sampang), pariwisata
(Bangkalan, Sumenep dan Sampang), industri (Bangkalan,
Pamekasan dan Sampang), perikanan dan tambak garam
(Sampang dan Pamekasan).

- Pengembangan jaringan jalan nasional (arteri primer) jalan bebas


hambatan Surabaya-Suramadu-Tanjung Buluhpandan
- Pengembangan jaringan jalan provinsi (kolektor primer)
Bangkalan-Tanjung Bumi-Ketapang-Sotabar-Sumenep-Lombang;
Sampang-Ketapang;
Sampang-Omben-Pamekasan;
dan
Pamekasan-Sotabar
- Pengembangan jaringan jalan strategis nasional BangkalanPelabuhan Tanjung Bumi; Bangkalan-Tanjung BuluhpandanKetapang-Sotabar-Sumenep; Kamal-Kwanyar-Modung-Sampang
- Pengembangan jaringan jalan strategis provinsi Sampang-Ragung
dan Slopeng-Lombang
- Pengembangan Terminal Tipe A di Pamekasan, Sumenep dan
Bangkalan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

NO.

C
III.
A.

B.

KEBIJAKAN

ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP


PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

- Pengembangan Terminal Tipe B di Sampang


- Rencana konservasi jalur kereta api dan stasiun Kamal-BangkalanSampang-Pamekasan-Sumenep
Transportasi Laut
- Pengembangan Pelabuhan pengumpul di Bangkalan dan Sumenep
- Pengembangan Pelabuhan pengumpan di Pamekasan, Bangkalan,
dan Sumenep
- Pengembangan Pelabuhan lokal di Sumenep, Sampang dan
Bangkalan
- Pengembangan Pelabuhan penyeberangan antar kabupaten/kota
di Bangkalan dan Sumenep
- Pengembangan Pelabuhan penyeberangan dalam wilayah
kabupaten/kota di Sumenep
Transportasi Udara
- Pengembangan Bandar udara pengumpan (Trunojoyo) dan Bandar
udara khusus (Pagerungan) di Sumenep
PRASARANA WILAYAH
Energi dan
- Pengembangan energi baru dan terbarukan di Bangkalan (energi
Kelistrikan
angin, gelombang laut, biogas, biomassa dan surya), Sumenep
(energi panas bumi, biogas, biomassa dan gelombang laut),
Sampang (energi biogas, biomassa dan gelombang laut),
Pamekasan (energi gelombang laut, biomassa dan biogas)
- Pengembangan jaringan transmisi 150 kV kabel Jawa MaduraSuramadu dan Madura PLTU (Sampang-Pamekasan)
- Pengembangan Gardu Induk (GI) 150/20 kV di Sumenep,
Bangkalan, Pamekasan
- Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi KangeanPorong-Gresik
- Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi di
Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep
Sumberdaya Air

Pengembangan jaringan irigasi di wilayah Sungai Kep. Madura :


- Waduk Nipah di Sampang
- Waduk Blega di Bangkalan
- Waduk Samiran di Pamekasan
- Waduk Tambak Agung di Sumenep
Pengembangan jaringan air baku untuk:
- SPAM regional PANTURA Sungai Bengawan Solo di bangkalan

Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Prov Jatim

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

71

3.2.2. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota Surabaya


Kebijakan pembangunan Kota Surabaya mengacu pada Peraturan Daerah Kota
Surabaya Nomor 17 Tahun 2012 tentang RPJPD Kota Surabaya Tahun 2005-2025 dan
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 18 tahun 2012 tentang RPJMD Kota Surabaya
Tahun 2010-2015. Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah mengacu pada rancangan
RTRW Kota Surabaya tahun 2010 2030.
A. Arahan Pembangunan Kota Surabaya
RPJPD Kota Surabaya tahun 2005 2025 menyebutkan pembangunan Kota
Surabaya memiliki visi Surabaya Kota Perdagangan dan Jasa Internasional

Berkarakter Lokal yang Cerdas, Bersih, Manusiawi dan Berbasis Ekologi.


Penjabaran visi tersebut dalam pembangunan lima tahunan ke-3 (tiga) tahun 2015 2019
yang merupakan periode pemantapan peran Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan
jasa internasional. Adapun misi dan arah kebijakan pembangunan Kota Surabaya periode
2015 2019 adalah :
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, melalui pemanfaatan TIK
yang terintegrasi dan handal, dengan memantapkan sarana dan prasarana, sistem
informasi penunjang peningkatan kualitas SDM aparatur, serta memantapkan kualitas
dan kuantitas pelayanan publik pada semua unit pelayanan.
2. Mewujudkan penataan ruang yang berbasis ekologi serta berorientasi pada
prinsip-prinsip berkeadilan dan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan system
transportasi, infrastruktur, pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa dan pesisir yang
tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan binaan (budidaya) dan alami (lindung).
3. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana berbasis ekologi, dengan
meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan dan jasa
nasional

maupun

internasional,

pengoptimalan

sistem

dan

pelayanan

jaringan

transportasi (darat, laut dan udara) secara terpadu, serta peningkatan upaya
pengembangan energi yang ramah lingkungan.

72

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

4. Mewujudkan perekonomian daerah berbasis potensi ekonomi lokal yang


mandiri, dengan meningkatkan dan pengoptimalan sumber penerimaan daerah secara
efektif dan efisien, serta peningkatan daya tarik pariwisata.
5. Mewujudkan pola kerjasama yang sinergis dalam menciptakan perekonomian
yang berkeadilan dan beretika, dengan mewujudkan efisiensi dan efektifitas
perdagangan serta pemerataan kesempatan akses ke sumberdaya produktif.
6. Mengembangkan kearifan lokal sebagai modal sosial warga kota dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan,
dengan mewujudkan peningkatan kreatifitas masyarakat berkarakter lokal.
7. Mewujudkan pemerataan aksesibilitas pendidikan, kesehatan dan pelayanann
sosial yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, dengan pemenuhan
sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan mudah dijangkau oleh
masyarakat.
8. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan kaum rentan sosial dalam meningkatkan kualitas
hidup, dengan memantapkan kesetaraan gender, kapasitas kelembagaan dan SDM.
Pada periode kedua rencana pembangunan jangka menengah Kota Surabaya yaitu
tahun 2010 2014 diarahkan pada penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana
drainase kota dan sistem sanitasi yang terintegrasi; pengembangan infrastruktur dan sistem
transportasi sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi; perkuatan kompetensi dan daya saing pelaku usaha;
peningkatan kerjasama dengan wilayah-wilayah sekitar dalam upaya penggalian potensi
perdagangan

dan

jasa

serta

pengembangan

dengan

swasta

dan

masyarakat;

pengembangan kemampuan dan kompetensi masyarakat untuk mengembangkan seni dan


budaya lokal dan mendorong pengembangan industri kreatif.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

73

B. Arahan Penataan Ruang Kota Surabaya


Dalam rangka percepatan pengembangan wilayah Suramadu, pembangunan Pulau
Madura dapat didorong melalui pengembangan infrastruktur dan sistem transportasi yang
sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.
Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota Surabaya Terhadap Pengembangan
Wilayah Suramadu
NO.

I. SISTEM PERKOTAAN
A
Orde Perkotaan

ARAH PENGEMBANGAN KOTA SURABAYA TERHADAP


PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

KEBIJAKAN

Hirarkhi Perkotaan

II. TRANSPORTASI
A.
Transportasi Dar at
- Jaringan Jalan

- Kota Surabaya secara regional termasuk dalam PKN yaitu termasuk


dalam Kawasan Perkotaan Metropolitan GERBANGKERTOSUSILA
(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).
- Kota Surabaya sebagai PKN mempunyai fungsi pelayanan nasional dan
internasional, pusat kota dan regional, sub pusat kota dan pusat unit
pengembangan (desentralisasi pusat pusat perdagangan dan jasa)
- Kota Surabaya sebagai pusat pelayanan nasional dan internasional
- Kecamatan Pabean Cantikan, Krembangan, Semampir, Simokerto,
Bubutan, Genteng dan Tegalsari sebagai pusat pelayanan kota dan
regional
- Wilayah Kandangan (Benowo) sebagai pusat sub kota barat, kawasan
Segi-8Darmo sebagai pusat sub kota tengah, wilayah Klampis sebagai
pusat sub kota timur.
- Kecamatan Tambak Wedi sebagai Unit Pengembangan untuk
pengembangan perdagangan, jasa, permukiman dan wisata.
- Pengembangan wisata pesisir disekitar Kenjeran

Pengembangan jalan lingkar timur tengah (middle east ring road)


Pengembangan jalan akses Suramadu
Pengembangan jalan akses Suramadu ke Pelabuhan Tanjung Perak
- Terminal
Pengembangan Terminal Tipe A dan Terminal barang di jalan akses
Suramadu
B.
Transportasi Laut
- Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Teluk Lamong sebagai
satu kesatuan sistem
C
Transportasi Udara
- Pengembangan jalan akses ke Bandara yang terintegrasi dengan
sistem jaringan kereta api
III. PRASARANA WILAYAH
A.
Kelistrikan
- Pengembangan Gardu Induk PLN pada kawasan kawasan baru yang
dikembangkan
B.
Sumberdaya Air
- Mata Air : Umbulan
- Sungai : Air Kali Surabaya
Sumber: Bappeko Surabaya, 2011

74

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

3.2.3. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura


Kebijakan arahan pembangunan dan penataan ruang di Wilayah Madura dituangkan
dalam Peraturan Daerah dan rangan awal pembangunan jangka menengah.
A. Arahan Pembangunan di Wilayah Madura
Kebijakan pembangunan Pulau Madura diidentifikasi dari masing masing arah
kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan,
Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Secara umum, arah pembangunan empat kabupaten
di Pulau Madura ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi berbasis ekonomi lokal dan
peningkatan dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi.
Secara ringkas, arahan kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura
disampaikan pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Kebijakan Pembangunan Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura
RENCANA
PEMBANGUNAN
KABUPATEN BANGKALAN
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
NO.

2.

Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah

ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA


Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Bangkalan periode
tahun 2005 2025 diarahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia, perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan
berkelanjutan, dan pembangunan sarana prasarana wilayah penunjang
yang berkelanjutan bagi terciptanya iklim investasi yang mendorong
pembangunan daerah.
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Bangkalan periode
2010 2014 diarahkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang religius dengan didukung oleh tingkat kualitas pendidikan dan
kesehatan masyarakat yang baik, peningkatan pembangunan ekonomi
kerakyatan dalam mendukung ekonomi daerah dan investasi,
pembangunan infrastruktur yang strategis dan berimbang dengan
mempertimbangkan aspek tata ruang dan lingkungan, peningkatan
pendayagunaan sumber daya alam meliputi pertanian dalam arti luas
(pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan
kelautan) yang berorientasi kemakmuran rakyat, peningkatan dan
melestarikan serta mengembangkan potensi budaya dan peningkatkan
partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

75

RENCANA
PEMBANGUNAN
KABUPATEN SAMPANG
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
NO.

2.

Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah

KABUPATEN PAMEKASAN
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang

2.

Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah

KABUPATEN SUMENEP
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang

76

ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA


Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sampang tahun 2005
2025 diarahkan pada peningkatan hidup sehat dan sejahtera dengan air
minum berkualitas dalam kondisi sanitasi lingkungan yang bebas dari
pencemaran, banjir dan berwawasan lingkungan, pengembangkan SDM
yang religius, cerdas, mandiri dan berdaya saing, pengembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berbasis sumber daya lokal,
pensinergian kehidupan sosial, berbudaya dan berpolitik untuk
mewujudkan masyarakat yang madani dan pengelolaan ruang kegiatan
bagi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang harmonis,
terintegrasi, dan terpadu.
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sampang periode
2008 2013 diarahkan pada pengembangan keterkaitan sektor primer
dengan sektor sekunder dan sektor tersier berbasis sumber daya lokal,
pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang sejalan dengan
pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat, dan
Pemerataan pelayanan aktivitas perekonomian di seluruh wilayah
Kabupaten melalui pengembangan infrastruktur transportasi darat dan
transportasi laut (pembangunan dan revitalisasi pelabuhan) dan
pengembangan infrastruktur untuk menunjang kegiatan pariwisata.

Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Pamekasan tahun 2005


2025 diarahkan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan
dalam
kehidupan
masyarakat
dengan
kewajiban
menjalankan
keyakinan/syariat agama bagi pemeluk-pemeluknya, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, peningkatan pemberdayaan masyarakat dan
penguatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan potensi daerah,
dan penegakan Supremasi hukum dan hak asasi manusia.
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Pamekasan periode
2013-2018 diarahkan pada Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan
yg efektif dan efisien, Peningkatan layanan prima terkait dengan
adminstrasi kependudukan, Meningkatnya ketaqwaan dan kerukunan hidup
umat beragama, Peningkatan layanan prima penerbitan ijin lokasi,
mengembangkan sistem informasi dan komunikasi berdasis pada
pengembangan TI.
Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumenep tahun 2005
2025 diarahkan pada pengembangan sistem ekonomi kerakyatan,
peningkatan kualitas pelaku usaha dan pengembangan UMKM yang
mempertimbangkan kebutuhan lokal, serta mampu bersaing di tingkat

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

NO.

RENCANA
PEMBANGUNAN

ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA

regional, nasional, dan bahkan internasional, pengembangan pola


pengelolaan SDA, peningkatan pembangunan di wilayah kepulauan,
pengembangan SDM yang berorientasi pada keahlian dan keterampilan
dengan dilandasi nilai-nilai agama dan budaya yang mampu bersaing di
tingkat regional dan nasional bahkan dunia internasional, dan pewujudan
ketersediaan infrastruktur dasar masyarakat yang merata dan berkualitas.
2.
Rencana
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sumenep periode
Pembangunan
2015 2019 diarahkan pada pengembangan ekonomi lokal berbasis
Jangka Menengah
pertanian, perikanan dan industri kecil dan berorientasi agribisnis dan
ketahanan pangan, industrialisasi dan eksplorasi SDA berbasis SDM
Masyarakat Lokal, peningkatan infrastruktur pemenuhan kebutuhan
masyarakat (listrik, air bersih) dan infrastruktur ekonomi yang mendukung
kegiatan ekonomi produksi, pembangunan infrastruktur (listrik dan air
bersih), jaringan transportasi darat dan laut di wilayah Kepulauan sejalan
dengan peningkatan pengelolaan SDA, dan peningkatan sarana dan
prasarana sektor kelautan dan perikanan.
Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten
Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, 2014

B. Arahan Penataan Ruang di Wilayah Madura


Dalam sistem perkotaan nasional, empat kabupaten di Pulau Madura mempunyai
fungsi perkotaan yang berjenjang. Perkotaan Bangkalan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dalam satu kesatuan dengan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila,
Perkotaan Pamekasan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Perkotaan
Sampang serta Perkotaan Sumenep berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan
fungsi tersebut, arahan kebijakan pengembangan ruang pada masing-masing kabupaten di
Pulau Madura disampaikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura
NO.
KEBIJAKAN
ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
KABUPATEN BANGKALAN
I. Sistem Perkotaan
a.
Orde Perkotaan
- Kawasan perkotaan di Kecamatan Labang sebagai pusat regional
dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan Bangkalan
- Kecamatan Klampis, Kecamatan Tanjung Bumi, Kecamatan Blega
dan Kecamatan Tanah Merah termasuk dalam Orde K1
- Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan terdapat pada kawasan
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

77

NO.

KEBIJAKAN

b.

Hirarkhi Perkotaan

II. Transportasi
a. Transportasi Darat
Jaringan Jalan

Terminal

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


perkotaan masing-masing kecamatan termasuk dalam orde K2
- Area hinterland dari orde K1 dan K2 termasuk dalam orde K3
- Desa desa berada di luar pengaruh secara langsung
perkembangan wilayah kota di Ibukota Kecamatan (IKK) di
Kabupaten Bangkalan dan memiliki akses berupa jalan lokal
sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde K4
Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bangkalan
Kecamatan Klampis sebagai Kawasan Pengembangan Metropolitan
Bangkalan
Ibu kota kecamatan lain di Kab. Bangkalan sebagai Kawasan
Perkotaan Kecil

Pengembangan Tol Suramadu-Bangkalan Utara


Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan SurabayaBangkalan-Sampang
Pengembangan jaringan jalan Interchange Burneh-ArosbayaPelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan Klampis)
Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan

Interchange Burneh dan Tragah

Sistem Kereta Api


Transportasi Laut

Revitalisasi jalur Kamal-Pamekasan-Sumenep


b.
Arahan pengembangan pelabuhan Petikemas Tanjung ModungBulupandan di Kecamatan Klampis sebagai Pelabuhan Petikemas
Internasional
Arahan pengembangan pelabuhan Telaga Biru di Kecamatan
Tanjungbumi yang dikembangkan menjadi Pelabuhan Regional
Arahan pengembangan Pelabuhan
Pengembangan pelabuhan Sepulu sebagai pelabuhan lokal
III. Infrastruktur-Prasarana
a
Telekomunikasi
Pengembangan prasarana telematika dengan penyediaan tower
BTS (Base Transceiver Station) di pedesaan dan sistem
telekomunikasi kabel pada semua kawasan di Kabupaten
Bangkalan
b
Sumberdaya Air
Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah
Pengembangan hutan sebesar 30% dari luas DAS Blega untuk
perlindungan terhadap DAS Blega
c
Kelistrikan
Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di Kabupaten
Bangkalan
Pengembangan dan mengoptimalkan pelayanan listrik di
Kabupaten Bangkalan

78

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

NO.
d

KEBIJAKAN
Pengelolaan
Lingkungan

KABUPATEN SAMPANG
I. Sistem Perkotaan
a
Orde Perkotaan

II. Transportasi
a
Jaringan Jalan

Sistem Kereta Api

Transportasi Laut

Transportasi
Sungai
e
Transportasi Udara
III. Prasarana
a
Kelistrikan

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanahmerah

Sampang dan Ketapang termasuk dalam kota orde I (pusat


pelayanan utama)
Torjun termasuk dalam kota orde II (pusat pelayanan wilayah)
Sreseh, camplong, Tambelangan, Jrengik, Omben, Banyuates dan
Sokobanah termasuk dalam kota orde III (pusat pelayanan sub
wilayah/distrik)
Kedungdung dan Robatal termasuk dalam kota orde IV (pusat
pelayanan lokal)
Pembagian SWP ditetapkan menjadi 4 wilayah yaitu Sampang
selatan (pengembangan wilayah kabupaten bagian selatan),
Sampang tengah bagian barat (kutub pertumbuhan bagian barat),
Sampang tengah bagian timur (kutub pertumbuhan wilayah bagian
timur) dan Sampang utara (kutub pertumbuhan sampang bagian
utara).
Pengembangan jalan arteri primer: Banyuates Ketapang
Sokobanah dan Jrengik Torjun Sampang - Camplong
Pengembangan jalan kolektor sekunder: Ketapang Robatal
Kedungdung Sampang. Selain itu juga diperlukan perencanaan
jalan lingkar kolektor sekunder lain untuk pengembangan wilayah
kota juga untuk
mengatasi lalu lintas yang padat yang melalui kawasan pusat kota
.
Pengembangan jalan lokal primer: Menghubungkan Ibukota
Kecamatan dengan Pusat Desa
Pengembangan sub-sub terminal baru disetiap kecamatan di
Kabuaten Sampang
Rencana pengfungsian kembali jaringan jalan kereta api yang
menghubungkan Bangkalan-Sumenep (melewai Kabupaten
Sampang) bila nantinya pada Pulau Madura bermunculan kawasankawasan industri maupun kegiatan-kegiatan lain yang mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Rencana peningkatan fungsi dari pelabuhan Branta II, Pelabuhan
Pangarengan dan Pelabuhan Nepa
Transportasi sungai di Kabupaten Sampang terdapat di Kecamatan
Sreseh
Arahan lokasi lapangan udara pada lokasi Sokobanah
Perkiraan kebutuhan kelistrikan untuk Kabupaten Sampang sampai

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

79

NO.

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


dengan tahun 2009/2010 adalah sebesar 120.418,75 Kva.
b
Air Bersih dan
Kebutuhan volume total air minum hingga tahun 2009/2020 sebesar
Pemanfaatan Air
91.004.259,38 (liter/perhari) dengan kebutuhan debit
Baku
(liter/detik)adalah sebesar 1.053.290.
Pengembangan sistem penyimpanan air dalam bentuk embung
untuk daerah/wilayah yang cukup jauh dari waduk Klampis dan
Nepa
c
Telekomuni
Kebutuhan fasilitas telepon sampai dengan tahun 2009/2010 di
Kasi
Kabupaten Sampang adalah sebesar 719 satuan sambungan untuk
telepon umum dan 14.381 satuan sambungan untuk telepon
komersial/rumah tangga.
d
Drainase
Pembuatan kanal-kanal secara alami tanpa plengsengan untuk
wilayah yang belum terjangkau pelayanan sistem drainase secara
formal .
KABUPATEN PAMEKASAN
Sistem Perkotaan
a
Orde Perkotaan
Kawasan perkotaan Pamekasan termasuk dalam perkotaan Orde I
Kawasan perkotaan Galis dan Tianakan termasuk dalam perkotaan
Orde II
Kawasan perkotaan Pakong dan Waru termasuk dalam perkotaan
Orde III
Kawasan perkotaan Pasean, Proppo, Larangan, Pademawu,
Pegantenan, Palengaan, Kadur dan Batumarmar.
Pembagian SSWP ditetapkan menjadi sebagai berikut;
4. SSWP I bagian selatan (pusat pengembangan di Pamekasan
dan wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Pamekasan,
Pademawu, Galis, Larangan, Proppo dan Tlanakan);
5. SSWP II bagian tengah (pusat pengembangan di Pakong dan
wilayah pendukungnya meliputi Kecamatan Pegantenan,
Palengaan, Kadur dan Pakong);
SSWP III bagian utara (pusat pengembangan di Waru dan wilayah
pendukungnya meliputi Kecamatan Waru, Pasean, dan
Batumarmar)
b
Transportasi
Rencana pengembangan jaringan jalan
a. rencana jaringan jalan Nasional meliputi:
1) ruas jalan Nasional sebagai arteri primer yang sudah
dikembangkan di Pulau Madura terdiri atas ruas Kamal
Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep
Kalianget; dan
2) rencana pengembangan lintas utara dari jalan Provinsi
menjadi jalan nasional (arteri primer) terdiri atas ruas
Bangkalan Ketapang Sotabar Pasongsongan
Sumenep Pantai Lumbang.
b. rencana jaringan jalan Provinsi meliputi ruas jalan Provinsi

80

KEBIJAKAN

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

NO.

KEBIJAKAN

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


sebagai jalan kolektor primer yang sudah dikembangkan di
Pulau Madura yang melintasi Kabupaten Pamekasan meliputi
ruas Pamekasan Sotabar Sampang Omben Proppo
Pamekasan; dan rencana jaringan jalan Kabupaten.
Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api
a. arahan pengembangan jalur perkeretaapian Bangkalan Kamal
Sampang Pamekasan Sumenep dan Penyambungan
jaringan jalur perkeretaapian Pulau Madura ke jaringan
perkeretaapian di Surabaya.
b. revitalisasi jalur Kamal Pamekasan Sumenep dan
menghidupkan kembali jalur rel Kereta Api Mati Bangkalan
Sampang Pamekasan.
c. rencana pengembangan stasiun kereta api kelas I
dikembangkan di Kecamatan Pamekasan
Rencana pengembangan pelabuhan
a. Pengembangan Pelabuhan Branta di Desa Branta Pesisir
Kecamatan Tlanakan sebagai pelabuhan pengumpul sehingga
dapat meningkatkan layanan keluar-masuk barang melalui
pelabuhan tersebut.
b.Merencanakan pelabuhan baru meliputi:
1) pelabuhan pengumpan di Talang Siring yang terletak di
Desa Montok Kecamatan Larangan untuk melayani
transportasi dari Daerah ke Pulau Jawa;
2) pelabuhan pengumpan di Desa Pagagan Kecamatan
Pademawu untuk melayani angkutan barang dan sapi dari
Daerah menuju Pasuruan dan Situbondo; dan
3) pelabuhan pengumpul di Desa Batu Kerbuy Kecamatan
Pasean untuk melayani transportasi laut dari Daerah ke
Kalimantan.
Rencana pengembangan terminal
a. rencana pengembangan terminal angkutan penumpang,
meliputi:
1) peningkatan pelayanan terminal tipe B menjadi tipe A di
Kecamatan Tlanakan;
2) peningkatan pelayanan terminal tipe C menjadi tipe B di
Kecamatan Waru
3) rencana terminal Tipe C yang terdapat di Kecamatan
Pademawu, Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Galis,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Proppo, Kecamatan
Kadur, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Pakong, Kecamatan Batumamar dan Kecamatan
Pasean.
b. rencana pengembangan terminal angkutan barang terdapat di
Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

81

NO.
c

KEBIJAKAN
Prasarana

KABUPATEN SUMENEP
I. Sistem Perkotaan
a
Orde Perkotaan

82

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


Rencana Pembangunan industri kelistrikan dalam bentuk
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Tlanakan.
Rencana Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih melalui
pengelolaan air permukaan, pengembangan air baku dari sumber
mata air (di Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Pademawu,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Pasean, Kecamatan Proppo, Kecamatan Tlanakan,
Kecamatan Waru, Kecamatan Batumarmar, dan Kecamatan
Palengaan); pembangunan prasarana air berupa pipanisasi air
bersih (Kecamatan Pasean, Kecamatan Waru, Kecamatan
Batumarmar, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Palengaan, Kecamatan Kadur, dan Kecamatan
Larangan); pembangunan prasarana air berupa bak penampung
air (Kecamatan Proppo, Kecamatan Pakong, Kecamatan
Pamekasan, Kecamatan Pagentenan, Kecamatan Larangan dan
Kecamatan Palengaan).

Pembagian SSWP di Kabupaten Sumenep adalah:


1. Sub SWP I, meliputi Kecamatan-kecamatan Sumenep, Gapura,
Saronggi, Talango dan Kalianget dengan pusatnya Sumenep.
Kegiatan utama: Pertanian, Industri Kecil, Pendidikan, Pariwisata,
Perdagangan dan Penggaraman
2. Sub SWP II, meliputi kecamatan-kecamatan Ganding, Lenteng,
Guluk-guluk dengan pusatnya Ganding.
Kegiatan utama: Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan
Pendidikan
3. Sub SWP III, meliputi Kecamatan-kecamatan Pasongsongan,
Ambunten dan Rubaru dengan pusatnya Pasongsongan.
Kegiatan utama: Perikanan, Perkebunan, dan Holtikultura
4. Sub SWP IV, meliputi Kecamatan-kecamatan Batang-batang,
Batuputih dan Dungkek dengan pusatnya Batang-batang.
Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil dan
Pariwisata.
5. Sub SWP V, meliputi Kecamatan-kecamatan Manding dan Dasuk
dengan pusatnya Manding.
Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Pariwisata dan
Holtikultura
6. Sub SWP VI, meliputi Kecamatan-kecamatan Pragaan, Bluto, dan
Giligenting dengan pusatnya Pragaan.
Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil Dan
Pendidikan
7. Sub SWP VII, meliputi Kecamatan-kecamatan Arjasa dan Sapeken
dengan pusatnya Arjasa.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

NO.

KEBIJAKAN

Transportasi

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


Kegiatan utama: Pertanian, Perikanan, dan Pertambangan
8. Sub SWP VIII, meliputi Kecamatan-kecamatan Gayam dan
Nonggunong dengan pusatnya Gayam.
Kegiatan utama: Perkebunan, Peternakan, Industri Kecil dan
Perhubungan
9. Sub IX, meliputi Kecamatan-kecamatan Masalembu dengan
pusatnya di Masalembu.
Kegiatan utama: Pertanian, dan Perikanan
Rencana pengembangan jaringan jalan
Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api
Pengembangan kembali jalur-jalur kereta api mati potensial, yaitu
Sumenep Bangkalan melalui Perkotaan Saronggi Perkotaan
Bluto Perkotaan Pragaan dan menuju ke wilayah Kabupaten
Pamekasan.
Rencana pengembangan pelabuhan
a. Pengembangan Pelabuhan Regional Kalianget di Desa
Kalianget Timur
b. Pengembangan Pelabuhan Nasional, yaitu Pelabuhan Arjasa di
Pulau Kangean (Batu Guluk I dan II), Pelabuhan di Kecamatan
Sapeken sebanyak 2 unit (di Desa Sapeken dan Pagerungan
Besar), Pelabuhan di Pulau Sapudi sebanyak 2 unit (di Desa
Gayam kecamatan Gayam dan di Desa Karamian Kecamatan
Nonggunong).
c. Pengembangan Pelabuhan/dermaga skala lokal antar pulau
(dilengkapi dengan TPI) di Kecamatan Masalembu terletak di
Desa Masalima, Pelabuhan di Kecamatan Raas sebanyak 1 unit
berada di Desa Berakas, di Desa Dungkek (Kecamatan
Dungkek), Gapura (Desa Longos Kecamatan Gapura), Gili
Genting (Desa Aeng Anyar), Talango (Desa Talango) Raas
(Desa Ketupati), Sapudi, Pasongsongan (Desa Pasongsongan),
Ambunten (Desa Ambunten tengah), Dasuk (Desa Slopeng),
Bluto (Desa Lobuk), Pragaan, Saronggi (Desa Tanjung) dan
Noingguninjg (Desa Sokarame Pasar).
Rencana pengembangan terminal
Terminal Klas A (terminal Arya Wiraraja di Perkotaan Sumenep)
Terminal Klas C (Terminal Pragaan di Kec. Pragaan; Terminal
Guluk-Guluk di Kec. Ganding; Terminal Kalianget di Kec.
Kalianget; Terminal Ambunten di Kec. Ambunten; Terminal
Dungkek di Kec. Dungkek; Terminal Pasongsongan di Kec.
Pasongsongan; Terminal Saronggi di Kec. Saronggi; Terminal
Batuan di Kec. Batuan; Terminal Talango di Kec. Talango;
Terminal Bangkal di Kota Sumenep; dan Terminal Pamolokan di
Kota Sumenep)
Rencana Pengembangan Bandar Udara
Pengembangan Bandar udara Nasional Trunojoyo di Perkotaan
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

83

NO.

KEBIJAKAN

Prasarana

ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA


Sumenep dan pengembangan bandar udara khusus non militer di
Pagerungan Kecamatan Sapeken.
Rencana Pengembangan Jaringan Listrik
a. Pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi
alternatif di wilayah kepulauan melalui pengembangan PLTD
(Pusat Listrik Tenaga Diesel) dan PLTS (Pusat Listrik Tenaga
Surya).
b. Pengembangan energi panas bumi Aeng Panas Tirtosari di
Kecamatan Pragaan.
c. Pengembangan Pembangkit Listik Tenaga Angin di Kecamatan
Raas.
Rencana Pengembangan Sistem Air Baku dan Air Bersih
a. Pengembangan sistim penyediaan air bersih untuk kota-kota
yang mendapat prioritas tinggi (Pusat Kota Sumenep dan Ibu
Kota Kecamatan lainnya).
b. Mengoptimalkan sumber air baku yang berasal dari sungai
yang melintasi wilayah Kabupaten Sumenep yang mempunyai
debit air yang melimpah dan tidak pernah kering

Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten


Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, 2014

3.3 ARAH

KEBIJAKAN

DAN

STRATEGI

BADAN

PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu economically feasible, socially

acceptable dan environmentally sustainable dalam arahan kebijakan pembangunan Nasional


merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengembangan
wilayah Suramadu. Percepatan pembangunan ekonomi membutuhkan kolaborasi antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta. Kemampuan pemerintah
melalui APBN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan sangat terbatas, sehingga peran
pemerintah sebagai stimulan bagi peran swasta yang lebih dominan dalam pembangunan
ekonomi.

84

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Seperti yang telah disampaikan di atas, langkah langkah percepatan pembangunan


Suramadu dilakukan melalui integrasi pengembangan infrastruktur dan SDM dalam kerangka
pengembangan wilayah. Percepatan pengembangan wilayah Suramadu dilaksanakan melalui
pendekatan pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada
maupun yang potensi untuk dikembangkan. Pendekatan ini merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral dan regional. Tujuan pengembangan pusat pusat pertumbuhan
ekonomi ini adalah untuk membangun keterkaitan ekonomi Madura sebagai pusat
pertumbuhan Jawa Timur yang dapat memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali
potensi daerah serta memperbaiki ketimpangan pembangunan ekonomi.
Ditetapkan sebagai kawasan Strategis
Propinsi (KKSS, KKSM.KKM)
KEP. KANGEAN

kebijakan
relokasi
industri ke
KKM

Pengembangan Pelabuhan berorientasi


pemasaran outward dalam sistem logistik

XIII

VI

IX

XXI

XX

VII

KEP.MASALEMBU

XVI

XVII

XVIII

XII

III

IV

XIX

II
XV

XIV

XXII

I
XI

PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSS UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN

PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSM UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN

Link Hulu-Hilir (19 KLASTER unggulan


(produksi pengolahan pemasaran)

TRICKLE DOWN EFFECT UNTUK


EKONOMI LOKAL

Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu


Pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penguatan
konektifitas antar pusat pusat pertumbuhan dan antara pusat pertumbuhan ekonomi
dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur dan SDM pendukungnya. Jembatan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

85

Suramadu merupakan modal konektivitas jaringan distribusi (barang dan jasa) yang dapat
menyatukan wilayah pengembangan ekonomi Jawa dan Madura dalam satu koridor.
Penguatan konektivitas akan membuka pertumbuhan ekonomi baru dan mengurangi
keterisolasian wilayah dan memperluas cakupan hinterland wilayah yang terlebih dahulu
berkembang. Secara keseluruhan, pusat pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitasnya
menciptakan

kerangka

percepatan

pengembangan

wilayah

Suramadu.

Dalam

pengembangan klaster klaster ekonomi tersebut, BPWS berfokus pada pengembangan


sektor pertanian, perikanan dan kelautan, industri kecil-menengah dan pariwisata.

PROGRAM STRATEGIS NASIONAL


PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Sebagai STIMULAN Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Madura
PEMBANGUNAN SEKTOR LAINNYA
DAN BPWS
Jaringan jalan
Infrastruktur perhubungan
Infrastruktur air baku, air minum, sanitasi,
energi, telekomunikasi

PEMBANGUNAN KAWASAN

Pembangunan dan pengelolaan dalam rangka


pengusahaan investasi kawasan oleh BPWS/
BLU/ BUMN/ BUMD/ Dunia Usaha

Pembangunan pelabuhan, tol, bandara


FASILITASI

Perencanaan
Pengembangan SDM
Pembebasan Lahan
Persiapan Pengusahaan Investasi Kawasan
Persiapan kerjasama pengusahaan pelabuhan Tol untuk pengembangan kawasan
Gambar 3.7 Kerangka Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan
Ekonomi Madura

86

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL

DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI REGIONAL
PULAU MADURA

DUKUNGAN MEMBANGUN
KETERKAITAN
EKONOMI NASIONAL

Membangun infrastruktur dan


Membangun fasilitas regional
Mengembangkan kawasan
sarana pendukung kegiatan
berupa fasilitas umum sosial,
industri kecil menengah di
ekonomi lokal di klaster
terminal regional, kawasan
Pulau Madura dan kawasan
unggulan
pergudangan regional,
khusus sisi Madura
perdagangan regional di
mendukung Pelabuhan
Mengembangkan kelembagaan
kawasan
strategis
propinsi

Mendukung Sistem Logistik


dan keuangan mendukung
Nasional melalui
peningkatan ekonomi lokal
Membangun sistem
pembangunan pelabuhan
Mengembangkan inovasi
konektivitas dari daerah
utama di Madura
teknologi utk ekonomi lokal
produksi ke pemasaran di

Meningkatkan sistem jaringan


kawasan regional
Meningkatkan pemberdayaan
jalan nasional termasuk
masy. dan kapasitas SDM
Mengembangkan pengusahaan
pembangunan jalan tol.
Mengembangkan pusat model
dan investasi melalui
pengolahan produksi,
pembentukan BLU kawasan
pemasaran dan promosi

Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS dalam mendukung Peningkatan Ekonomi di


Wilayah Suramadu
Adapun penjabaran kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran
strategis yang diinginkan adalah :
a) Pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan klaster/kawasan
ekonomi berbasis pada produk unggulan, dicapai dengan strategi;
Membangun infrastruktur dan sarana pendukung kegiatan ekonomi lokal di klaster
unggulan;
Mengembangkan kelembagaan dan keuangan mendukung peningkatan ekonomi
lokal;
Mengembangkan inovasi teknologi untuk ekonomi lokal;
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kapasitas sumber daya manusia;
Mengembangkan pusat model pengolahan produksi, pemasaran dan promosi.
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

87

Dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura, pengembangan ekonomi


lokal pada sektor strategis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri
kecil menengah, dilakukan melalui pendekatan :
Pengembangan kegiatan perekonomian dan perekonomian masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, yaitu sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan pada sektor strategis klaster/kawasan;
Penekanan pada pendekatan pengembangan bisnis (business development);
Pelibatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam suatu proses yang
partisipatif dan kemitraannya;
Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi;
Pengembangan UKM (usaha kecil menengah).
Sebagai pusat pertumbuhan baru, 19 klaster/kawasan (selain ketiga kawasan kaki
Jembatan

Suramadu

dan

kawasan

khusus

sekitar

pelabuhan

petikemas)

dikembangkan ke dalam tema tema sesuai dengan potensi sektor strategis pada
masing masing kawasanberfokus pada 4 (empat) sektor strategis, yaitu pertanian,
kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri/perdagangan jasa. Pendekatan
dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura dilakukan melalui:
- Pengembangan ekonomi lokal;
- Penguatan konektivitas klaster/kawasan;
- Penguatan kemampuan SDM dan peran serta pemberdayaan masyarakat;
- Peningkatan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah.
Konsep

tersebut

pertanian/perikanan

dilakukan
yang

dengan

berbasis

penguatan

potensi

lokal,

sentra-sentra
penguatan

pasar

produksi
melalui

pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan agribisnis/ minabisnis hulu sampai


dengan hilir, pengembangan sistem kelembagaan dan sistem keterkaitan desa-kota
(urban-rural linkage) untuk mendukung pengembangan kawasan. Sistem keterkaitan
tersebut bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang saling menguntungkan
antara pusat kawasan dengan sentra-sentra produksi yang dapat memberikan nilai

88

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

tambah produksi sehingga dapat memacu pembangunan perdesaan, meningkatkan


produktivitas

dan

kualitas

produk

unggulan,

meningkatan

pendapatan

dan

kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland, pengembangan pusat pertumbuhan


ekonomi daerah yang pada akhirnya akan menekan laju urbanisasi.

Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di wilayah Suramadu

b) Pengembangan

kawasan

regional

mendukung

distribusi

pemasaran

produk unggulan klaster, dicapai melalui strategi:


Membangun fasilitas regional berupa fasilitas umum, sosial, terminal regional,
kawasan pergudangan regional dan perdagangan regional di kawasan strategis
provinsi;
Membangun sistem konektivitas dari daerah produksi ke pemasaran di kawasan
regional;
Mengembangkan pengusahaan dan investasi melalui pembangunan fasilitas
terkait tol dan fasilitas lainnya melalui pembentukan BLU kawasan bekerjasama
dengan Jasa Marga.
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

89

Dengan adanya Jembatan Suramadu, untuk optimasi pengembangan infrastruktur


Wilayah Suramadu, di samping meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur
juga

perlu

diperkuat

keterkaitan

infrastruktur

wilayah.

Untuk

memperkuat

keterkaitan infrastruktur wilayah Suramadu ditetapkan simpul-simpul aktifitas dan


bernilai strategis regional sehingga perlu dikembangkan dan ditata sebagai pusat
pelayanan yang merupakan perluasan Kota Surabaya dan menjadi satu kesatuan
dengan Perkotaan Bangkalan. Nilai strategis regional yang dimaksud dapat berupa
batasan fisik, lingkup pelayanan dan fungsional dari suatu kegiatan dalam rangka
mendukung perekonomian kewilayahan, didukung dengan pusat-pusat koleksi dan
distribusi kegiatan dan ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Nilai strategis
regional tersebut diarahkan pada kegiatan ekonomi tinggi yang dapat berpengaruh
secara luas lintas kabupaten/kota dan menciptakan sinergitas serta efisiensi
antarkegiatan, antarfungsi dan antar kawasan.
Untuk

mendukung

integrasi

logistik

nasional,

sistem

transportasi

nasional,

pengembangan wilayah dan sistem komunikasi dan informasi tersebut, dibangun


Pusat Distribusi Regional yang berfungsi sebagai cadangan penyangga nasional dan
Pusat Distribusi Propinsi sebagai penyangga pada setiap Propinsi dan menjadi
penyangga bagi jaringan Distribusi Kabupaten/Kota. Adapun kriteria penempatan
Pusat Distribusi Regional adalah jumlah penduduk, akseibilitas, daerah konsumen
(bukan penghasil dan bukan daerah produsen), dapat berfungsi sebagai kolektor
(pusat konsolidasi) dan distributor, berada pada wilayah dekat Pelabuhan Utama dan
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan antar pulau.
Dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dan berdasar pada
pendekatan

pembangunan

tersebut,

percepatan

pengembangan

infrastruktur

Wilayah Suramadu meliputi pengembangan simpul-simpul, sistem/jaringan dan


konektivitas kewilayahan pada skala lokal, regional dan nasional. Pada lingkup lokal
fokus pengembangan diwujudkan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan

90

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

kawasan

berdasarkan

sektor

unggulan

yang

didukung

dengan

penyediaan

infrastruktur penunjang aktifitas produksi-pengolahan-pemasaran produk unggulan.


Pada lingkup yang lebih luas (regional), pengembangan diwujudkan melalui
pengembangan pusat perkotaan sebagai sentra pemasaran dan distribusi produk
menuju wilayah lain didukung dengan konektivitas sistem perkotaan-daerah
pendukungnya (hinterland). Sedangkan, pada lingkup nasional pengembangan
diwujudkan melalui pengembangan simpul-simpul transportasi penghubung utama.
Sebagai ilustrasi, Kota Surabaya merupakan lokasi Pusat Distribusi Regional, dimana
segala aktifitas perekonomian di Wilayah Suramadu akan berpusat dan menjadi
orientasi distribusi barang menuju wilayah lain.

Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang melalui Pelabuhan di Wilayah


Suramadu
c) Pengembangan konektivitas mendukung ekonomi nasional dalam MP3EI,
dicapai melalui strategi:
Mengembangkan kawasan industri/kawasan khusus sisi Madura;
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

91

Mendukung Sistem Logistik Nasional melalui pembangunan pelabuhan utama di


Madura;
Meningkatkan sistem jaringan jalan nasional termasuk pembangunan jalan tol.
Konektivitas Wilayah Suramadu merupakan bagian dari konektivitas nasional, untuk
itu penguatan konektivitas Wilayah Suramadu mempertimbangkan keterhubungan
Suramadu dengan pusat pusat perekonomian Nasional untuk meningkatkan daya
saing.
Penguatan konektivitas dilakukan secara terintegrasi dalam satu sistem, yang mana
simpul simpul transportasi (pelabuhan, terminal, bandara, pusat pusat distribusi
dan kawasan pergudangan) diintegrasikan dengan jaringan infrastruktur yang
terhubung secara efektif dan efisien. Dalam pengembangan klaster/kawasan di
wilayah

Madura,

penguatan

konektivitas

klaster/kawasan

dilakukan

melalui

pendekatan:
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan.
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung dilakukan dengan menghubungkan
antar pusat pusat kegiatan ekonomi (produksi, pengolahan dan pemasaran) dalam
klaster/kawasan, antar pusat pusat kegiatan ekonomi klaster/kawasan menuju
pusat pusat pelayanan dan pintu pintu outletyang akan berdampak pada
kelancaran arus barang dan efektivitas kegiatan ekonomi.

92

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 3.11 Sistem Konektivitas di Dalam Klaster/Kawasan


Infrastruktur yang dikembangkan meliputi infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi,
sumber daya air dan jaringan prasarana lainnya, yaitu:
Sistem jaringan transportasi
Meliputi jaringan transportasi darat (jalan, jalan lintas dan angkutan jalan,
penyeberangan

dan

perkeretaapian),

jaringan

transportasi

laut

(tatanan

kepelabuhanan dan alur pelayaran), serta jaringan transportasi udara (tatanan


kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan).
Sistem jaringan energi
Meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik.
Sistem jaringan telekomunikasi
Meliputi jaringan terestrial dan jaringan satelit (stasiun bumi, STO, dan lain
sebagainya).

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

93

Sistem jaringan sumber daya air


Meliputi sumber air (wilayah sungai dan cadangan air tanah) dan prasarana SDA
(irigasi, pengendali banjir dan lain sebagainya).

Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional

3.4 KERANGKA REGULASI


UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU
SPPN) telah mengamanatkan penanganan kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka
pendanaan sejak proses perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak
proses perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan meningkatkan
kualitas kebijakan dan regulasi yang tertib sehingga memungkinkan setiap tindakan dapat
memberikan manfaat yang lebih optimal.
UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
pada Pasal 18 merupakan langkah terobosan untuk mensinergikan antara kebijakan dan

94

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

regulasi. Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat


dibutuhkan karena kerangka regulasi bertujuan untuk:
Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan
sesuai kebutuhan pembangunan;
Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung
pencapaian prioritas pembangunan; dan
Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan
peraturan perundang-undangan.
Lingkup penugasan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) adalah
penugasan multi sektor dan lintas kabupaten/kota sehingga pembangunan wilayah
Suramadu merupakan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Program percepatan pengembangan wilayah Suramadu adalah multi sektor dan lintas
kabupaten/kota, beberapa hal yang perlu dikoordinasikan adalah sebagai berikut:

Aturan perundang-undangan: disharmoni dalam aturan perundang-undangan


antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur.

Kapasitas kelembagaan: tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan


kapasitas SDM.

Pembebasan tanah: pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan


infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya.

Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan


infrastruktur.

Prioritisasi: sinkronisasi prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas


wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota).
Berdasarkan lingkup substansi yang multi sektor dan kewilayahan yang lintas

kabupaten, kerangka regulasi diperlukan untuk menjamin pelaksanaan koordinasi kebijakan


dan pelaksanaan pembangunan Wilayah Suramadu sebagaimana diamanatkan oleh Perpres
yang merupakan kewenangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi bersama sama
BPWS dalam skema hubungan kelembagaan di bawah ini. Kerangka regulasi tersebut

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

95

diturunkan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi, dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS

Pemerintah Provinsi sebagai wakil dari pemerintah di Daerah (Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi) mempunyai fungsi koordinasi program Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Dalam pembangunan wilayah Suramadu, Gubernur bersama sama dengan BPWS
mensinergikan Pusat dan daerah dalam berbagai urusan dan melaksanakan kesepakatan,

96

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

kerjasama serta melaksanakan berbagai peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan


sinkronisasi pelaksanan pembangunan kawasan oleh Dunia usaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah serta masyarakat.
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan kepala daerah melaksanakan sinergi pusatdaerah dan antardaerah yang dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi,
anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah yaitu:
a. Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan, antara lain: (1) sinergi dalam
perencanaan pembangunan; (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3)
standardisasi indikator pembangunan; (4) pengembangan database dan sistem
informasi; (5) perijinan investasi di daerah.
b. Sinergi dalam Kerangka Anggaran
Sinergi antara APBN dan APBD (DAU, DAK, DBH, DP, Dana Otsus).
c. Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah, yaitu (1)
menata dan menyempurnakan pengaturan mekanisme pembangunan antartingkat
pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran; (2)
meningkatkan kapasitas aparatur.
d. Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah, meliputi: (1) sinkronisasi
kebijakan dalam penggunaan lahan dan tata ruang; (2) keterpaduan pembangunan
prasarana dan sarana antar kabupaten/kota; (3) meningkatkan pengaturan bersama
alih fungsi lahan; (4) mempercepat penyusunan penyusunan RTRW Daerah, dan
peraturan pendukung pelaksanaan RTRW; (5) membangun kesepakatan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, urusan pemerintahan terbagi habis dalam
kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan setiap bidang

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

97

terbagi ke dalam urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan urusan bersama antara
Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT (Mutlak Urusan Pusat)

Politik Luar Negeri


Pertahanan
Keamanan
Yustisi
Moneter & Fiskal Nasional
Agama

CONCURRENT
(Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL
(SektorUnggulan)

WAJIB/OBLIGATORY
(PelayananDasar)

Contoh: pertanian,
industri, perdagangan,
pariwisata, kelautan,
dsb

Contoh: kesehatan,
pendidikan, lingkungan
hidup, pekerjaan umum,
dan perhubungan

SPM
(StandarPelayanan Minimal)
PP 65/2005

Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintahan


Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah


Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten dengan
pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun
2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah
dikelola bersama oleh daerah terkait Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi
daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara Daerah
dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk

98

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang
tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang
serasi antar Daerah dengan Pemerintah.
Kerjasama antar daerah dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan
yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan
manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama.
Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain: kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip
efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik,
mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Obyek kerja
sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama :

Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain
yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima)
tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama.

Badan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas adalah bukan perangkat daerah.
Dalam kaitannnya dengan pengembangan Wilayah Suramadu, Peran Pemerintah

Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu antara lain:


1. Dukungan politik & komitmen stakeholder, meliputi: sektor-sektor terkait, swasta,
masyarakat, media massa
2. Dukungan sumberdaya, meliputi: legal, organisasi, SDM, dana
3. Dukungan leadership, meliputi visi, pro-aktif, konsisten, dsb

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

99

Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu

3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN


Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 27 tahun 2008 junto Perpres No. 23 Tahun 2009 dan rancangan
revisi Perpres No. 27 Tahun 2008 terdiri dari Dewan Pengarah, Tim Koordinasi Pelaksana
Pengembangan Wilayah, dan Badan Pelaksana.
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah
Suramadu dan perubahannya mengamanatkan pembangunan kawasan dan penyediaan
infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, jaringan jalan, jaringan listrik dan air minum.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 dan Undang Undang sektor,
pembangunan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah melalui kementerian yang
terkait dan pemerintah propinsi serta Pemerintah Kabupaten kota. BPWS sesuai dengan
amanat Perpres mempunyai tugas dan fungsi utama untuk mengintegrasikan pembangunan
dengan memfasilitasi dan menkoordinasikan pelaksanaan urusan urusan yang menjadi

100

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

kewenangan Pusat dan daerah tersebut, dan mempunyai fungsi membangun, mengelola
dan mengusahakan kawasan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi lokal.

Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) merupakan Lembaga


Pemerintah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Pembentukan
BPWS bertujuan untuk mempercepat pengembangan Wilayah Suramadu yang meliputi
sebagian wilayah Surabaya, Madura dan Kepulauannya. Struktur BPWS terdiri atas Dewan
Pengarah dan Badan Pelaksana. Dewan Pengarah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan umum, memberikan arahan dan melakukan pembinaan
terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pengendalian pembangunan dan
pengelolaan wilayah Suramadu;
b. Mensinkronkan kebijakan instansi-instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
yang berhubungan dengan pengembangan wilayah Suramadu;

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

101

c. Memberikan

petunjuk

pelaksanaan

kepada

Badan

Pelaksana

mengenai

pengembangan wilayah Suramadu sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Pusat


dan Pemerintah Daerah;
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan wilayah
Suramadu yang dilakukan oleh Badan Pelaksana.
DEWAN PENGARAH
Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Ketua Pelaksana Harian : Menteri Pekerjaan Umum (merangkap anggota)
Sekretaris : Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Menteri Keuangan
Menteri Perhubungan
Menteri Perindustrian
Menteri Komunikasi dan Informatika
Menteri Perdagangan
Menteri Dalam Negeri
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
Sekretariat
Gubernur Jawa Timur

BADAN PELAKSANA
KEPALA BADAN
WAKIL KEPALA BADAN
SEKRETARIS

DEPUTI BIDANG PERENCANAAN

DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN

Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS


Dewan Pengarah Badan Pengembangan Wilayah Suramadu terdiri atas 12 (dua
belas) Menteri Negara, 1 (satu) Sekretaris Jenderal dan 1 (satu) Gubernur dengan rincian
dapat dilihat pada Gambar di atas. Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya Dewan
Pengarah dapat membentuk sekretariat dengan rincian tugas serta susunan organisasi yang
ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengarah. Kewenangan Dewan Pengarah adalah meminta
penjelasan kepada Badan Pelaksana terhadap segala hal yang berkaitan dengan

102

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

pelaksanaan

pengembangan

wilayah

Suramadu

dan

meminta

masukan

maupun

mengadakan konsultasi dengan pihak lain yang dipandang perlu. Adapun skema organisasi
internal secara keseluruhan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dapat dilihat Gambar
di atas.
Pada tahun 2011 telah disusun Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Nomor: 01/PER/BP-BPWS/XI/2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja BP-BPWS dan pada tahun 2011 telah ditetapkan
Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
Nomor: 024/PER/BP-BPWS/V/2012 tentang Pembentukan Satuan Pengawas Intern BP-BPWS
sebagai acuan operasional dalam pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja. Susunan
Organisasi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura terdiri dari :
1. Kepala Badan Pelaksana;
2. Wakil Kepala Badan Pelaksana;
3. Sekretaris Badan Pelaksana;
4. Deputi Bidang Perencanaan;
5. Deputi Bidang Pengendalian.
BP-BPWS berada dibawah Dewan Pengarah dan dapat berkonsultasi kepada Dewan
Pengarah apabila diperlukan. Selain itu, BP-BPWS berkoordinasi dengan Menteri, Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Pemerintah Daerah dan Pimpinan
Lembaga lainnya yang terkait; melibatkan secara langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait; dan memperhatikan aspirasi dan masukan dari
masyarakat.

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

103

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

103

BAB
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN

Dokumen Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah


Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta undang-Undang
nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara. Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana pembangunan nasional
disusun dengan penetapan Rencana Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah), Rencana Kerja
Jangka Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN), dan
Rencana Jangka Panjang (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/RPJPN).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
Dalam pelaksanaannya, arah kebijakan Badan Pelaksana Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura didukung oleh satu Program Teknis dan satu Program Generik,
antara lain Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu dan Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya untuk meuwujudkan visi dan misi yang
telah ditetapkan.
Target program strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan wilayah
Surabaya-Madura dalam periode 2015-2019 secara keseluruhan akan meliputi :

104

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

a. Pembangunan dan pengelolaan dalam rangka pengusahaan investasi pada 3


Kawasan (KKJSS, KKJSM, KKM) dan Jalan Akses Tol Suramadu serta Pelabuhan
Petikemas Tanjung Bulu Pandan dan Socah sebagai satu kesatuan; (perpres 27/2008
pasal 12 huruf b, c, d)
b. Stimulasi pemberdayaan masyarakat dan pengembangan SDM serta pembangunan
dan peningkatan infrastruktur (konektivitas) untuk mendukung pengembangan
kawasan dan sentra produksi/komoditas di Madura, meliputi:
Infrastruktur untuk mendukung kawasan dan akses destinasi wisata di Madura;
Kawasan agropolitan dan industrialisasi minapolitan dalam rangka peningkatan
produktivitas komoditas unggulan (kelautan dan perikanan, industri garam, ternak

sapi di Madura, dan perkebunan tebu di Madura);


Kawasan industri kompetitif inti daerah di Madura (batik, pengolahan ternak sapi

dan perikanan, jamu, gula, dll);


Sentra ekonomi unggulan dan seni budaya serta infrastruktur pengolahan dan
pemasaran hasil produksi di 4 kabupaten wilayah Suramadu.
Infrastruktur Bandara Trunojoyo sebagai pintu gerbang kedua Madura untuk
mendukung konektivitas serta pelayanan penerbangan komersial di MaduraSurabaya-Banyuwangi-Bali-Bawean
c. Integrasi sektor-sektor dalam rangka peningkatan potensi unggulan daerah Madura;

4.1 PROGRAM DAN KEGIATAN


4.1.1. Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu
Program percepetan pengembangan wilayah Suramadu berada di bawah unit kerja
(Eselon II), antara lain :

Deputi Perencanaan melalui kegiatan perencanaan pengembangan wilayah


Suramadu, dan

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

105

Deputi Pengendalian melalui kegiatan pengendal;ian pengembangan wilayah


Suramadu.

Adapun keluaran (outcome) program ini adalah :


1. Meningkatnya dukungan stimulan infrastruktur akses kawasan dan
pengembangan SDM lokal. Adapun indikator outcome tersebut, antara lain :
- Jumlah

dokumen/kajian/

rumusan

kebijakan

yang

diterima

stakeholder

(dokumen);
- Persentase dokumen perencanaan teknis yang diaplikasikan (%);
- Jumlah unit infrastruktur dasar dan prasarana lainnya yang distimulan terkait
(unit);
- Jumlah tenaga terampil terlatih untuk industri lokal (orang);
2. Meningkatnya

pembangunan

kawasan

dalam

rangka

pengusahaan

investasi oleh badan usaha. Adapun indikator outcome tersebut, yaitu :


- Jumlah dukungan pengusahaan investasi yang diselesaikan/ dipublikasikan
(dokumen);
- Luas lahan yang dibebaskan (hektar);
- Jumlah unit infrastruktur kawasan yang dibangun/dipelihara (unit);
Kegiatan dalam program percepatan pengembangan wilayah Suramadu antara lain :
1. Perencanan Pengembangan Wilayah Suramadu, adapun sasaran kegiatan
dan indikator, sebagai berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : Terselesaikannya dokumen perencanaan
pengembangan wilayah Suramadu (Dokumen)
Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan umum dan evaluasi yang diselesaikan
(dokumen);
Jumlah dokumen program dan anggaran yang diselesaikan (dokumen);
Jumlah dokumen perencanaan kawasan yang diselesaikan (dokumen);

106

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

b. Sasaran Kegiatan (Output) 2 : Terlaksananya dukungan pengembangan


investasi kawasan (Dokumen)
Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan dan pengembangan investasi kawasan
(dokumen);
Jumlah laporan pelaksanaan promosi investasi (laporan);
2. Pegendalian Pengembangan Wilayah Suramadu, adapun sasaran kegiatan
dan indikator, sebagai berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : Terlaksananya penyiapan kawasan dan
pembebasan lahan (Hektar)
Indikator :
Luas lahan yang dibebaskan (hektar);
Jumlah dokumen penyiapan kawasan (dokumen);
b. Sasaran

Kegiatan

(Output)

Terselesaikannya

dokumen

pengendalian/pembangunan di wilayah Suramadu (Dokumen)


Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan teknis yang diselesaikan (dokumen);
Jumlah dokumen pengawasan yang diselesaikan (dokumen);
c. Sasaran Kegiatan (Output) 3 : Terbangunnya infrastruktur kawasan
(Unit)
Indikator :
Jumlah unit infrastruktur dan prasarana lainnya yang distimulan (unit);
Jumlah infrastruktur kawasan yang dibangun (unit);
d. Sasaran Kegiatan (Output) 4 : Terlaksananya pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan SDM lokal (Orang)
Indikator :
Jumlah SDM lokal terlatih (orang);

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

107

e. Sasaran Kegiatan (Output) 5 : Terlaksananya operasional dan pemeliharaan


infrastruktur (Bulan Layanan)
Indikator :
Jumlah bulan layanan operasional dan pemeliharaan (bulan layanan);

4.1.2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya berada di
bawah unit kerja (Eselon II) Sekretaris Badan Pelaksana BPWS. Adapun keluaran
(outcome) program ini adalah meningkatnya kualitas dukungan manajemen serta
sarana dan prasarana. Adapun indikator outcome tersebut, antara lain :
-

Jumlah SDM pegawai yang dibina dan ditingkatkan kompetensinya (orang);

Jumlah dukungan manajemen pelaksanaan tugas BP-BPWS (laporan);

Jumlah produk hukum/Mou dengan instansi terkait (peraturan/MoU);

Sistem aplikasi dan informasi publik yang tersedia dan dikelola (sistem aplikasi);

Jumlah daftar BMN (daftar);


Kegiatan dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya antara lain :


1. Dukungan Manajemen Internal, adapun sasaran kegiatan dan indikator, sebagai
berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : Terlaksananya Layanan Perkantoran (Bulan
Layanan)
Indikator :

Jumlah orang / bulan yang dibayarkan renumerasinya (bulan layanan);

Jumlah bulan layanan operasional dan pemeliharaan kantor (bulan layanan).

b. Sasaran Kegiatan (Output) 2 : Tersusunnya laporan kegiatan dukungan


manajemen tugas BP-BPWS (Laporan)
Indikator :

108

Jumlah pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kompetensi pegawai (laporan);

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Jumlah laporan dukungan pelaksanaan tugas BP-BPWS (laporan);

Jumlah fasilitasi dan promosi yang dilaksanakan (laporan);

Jumlah laporan pengelolaan data dan informasi publik serta hubungan


masyarakat (laporan);

c. Sasaran Kegiatan (Output) 3 : Tersusunnya dokumen hukum dan peraturan


lainnya (Dokumen)
Indikator :

Jumlah produk/ kajian hukum yang diselesaikan (Dokumen);

Jumlah kasus/perkara yang dibantu (laporan);

d. Sasaran Kegiatan (Output) 4 : Tersedia dan terkolanya sistem aplikasi dan


informasi publik (Sistem Aplikasi)
Indikator :

Jumlah sistem aplikasi informasi dan database (sistem aplikasi);

e. Sasaran Kegiatan (Output) 5 : Terlaksananya pengadaan sarana dan prasarana


perkantoran (Unit)
Indikator :

Jumlah unit pengadaan peralatan fasilitas perkantoran (unit);

4.2 TARGET KINERJA


Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja. Target kinerja
menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh kementerian yang
meliputi program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam
penyusunan target kinerja didasarkan pada kriteria-kriteria diantaranya:
Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap
indicator kinerja sasaran;
Penetapan target secara relevan dengan indicator kinerjanya, logis dan berdasarkan
baseline data yang jelas.

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

109

Selain itu penentapan target kinerja berdasarkan pada base line tahun 2014 yang
merupakan jumlah dari rencana target baru ditambah dengan sisa yang belum tercapai
pada periode 2010-2014 dan disesuaikan dengan RPJMN 2015-2019. Secara lengkap target
kinerja baik sasaran strategis, sasaran program maupun sasaran kegiatan disajikan dalam
matriks pada Lampiran.

4.3 KERANGKA PENDANAAN


Mengacu kepada mekanisme dan prosedur perencanaan tersebut, maka Badan
Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura menyusun Rencana Strategis
Tahun 2015 - 2019 dengan memperhitungkan kerangka makro dan mikro dari situasi dan
kondisi global, baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal lembaga, sekaligus
mengantisipasi pembiayaan melalui pola prognosis perkiraan pembiayaan per tahun untuk
lima tahun ke depan. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Mencermati perkembangan dan perubahan lingkungan strategis sebagaimana
tersebut, maka perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Suramadu yang dilaksanakan melalui Program Teknis 2015-2019,
dapat diperhitungkan dengan dua (2) skenario yaitu sebagai berikut:

Skenario pertama (Skenario Moderat), didasarkan perkiraan trend kenaikan anggaran


Badan Pelaksana BPWS pertahun (2011-2014);

Skenario ketiga (Skenario Optimis),didasarkan atas perhitungan kebutuhan masingmasing Unit Kerja Eselon I.

110

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Tabel 4.1 Skenario 1: Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019


NO.

1
2

ALOKASI ANGGARAN (Rp. JUTA)

PROGRAM
Program dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas BPWS
Program percepatan
pengembangan Wilayah
Suramadu
JUMLAH

TOTAL
ALOKASI
2015-2019
(Rp. JUTA)

2015

2016

2017

2018

2019

37.000

41.248

42.735

44.894

59.643

258.507

265.802

279.555

305.594

328.599

1.437.800

295.507

307.051

322.290

350.488

388.241

1.663.577

225.777

Tabel 4.2 Skenario 2: Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019


NO.

1
2

ALOKASI ANGGARAN (Rp. JUTA)

PROGRAM
Program dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas BPWS
Program percepatan
pengembangan Wilayah
Suramadu
JUMLAH

TOTAL
ALOKASI
2015-2019
(Rp. JUTA)

2015

2016

2017

2018

2019

37.257

41.249

42.735

44.894

59.643

258.250

479.431

506.395

539.945

590.786

2.374.807

295.507

520.680

549.130

584.839

650.428

2.600.584

225.777

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

111

11
1

BAB 6 PENUTUP

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB

PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura 2015-2019 ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Badan Pelaksana Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sehingga hasil
pencapaiannya terukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
tahunan Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura. Dalam
kaitannya dengan pengukuran kinerja dan sebagai masukan bagi perencanaan selanjutnya,
Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura 2015-2019 ini
akan dievaluasi pada pertengahan (2017) dan akhir periode 5 tahun (2019) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Penyusunan Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah SurabayaMadura 2015-2019 melibatkan stakeholders terkait baik Pusat dan Daerah. Kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Tentunya dokumen ini dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di lingkungan
Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura.

112

BAB 5 PENUTUP

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

BAB 1 PENDAHULUAN

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015-2019


BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Program/
Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran


Kegiatan (Output)/ Indikator

Satuan

Lokasi

Target
2015

2016

2017

Alokasi (Dalam Juta Rupiah)


2018

2019

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU

2015

2016

2017

2018

2019

295,507

318,551

322,291

350,488

388,241

258,250

279,050

282,416

309,592

343,613

Unit Organisasi K/L-N-BPelaksana


NS-BS

Sasaran Strategis 1
Meningkatnya pembangunan kawasan
yang berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur, sarana dan prasarana
yang terpadu, pengembangan SDM
lokal yang berkualitas, serta akses
kawasan

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Strategis:


-

Jumlah pembangunan infrastruktur dan


sarana prasarana mendukung kawasan

Unit

18

10

10

12

14

- Luas lahan yang dibebaskan

Ha

20

20

20

20

20

Persentase jumlah tenaga terampil


- bersertifikat yang terserap dalam pasar
kerja

85

85

100

100

100

Bidang

- Jumlah bidang pengusahaan

Badan Pelaksana
BPWS

Sasaran Strategis 2
Meningkatnya kapasitas kelembagaan
dan SDM internal yang mendukung
kinerja BPWS

SurabayaMadura

37,257

39,501

39,875

40,896

44,629

258,250

279,050

282,416

309,592

343,613

115,324

108,550

109,211

133,630

139,464

Indikator Kinerja Sasaran Strategis:


- Opini laporan keuangan

Nilai

WTP

WTP

WTP

WTP

WTP

- Nilai akuntabilitas kinerja

Nilai

BB

BB

PROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Sasaran Program (Outcome) 1
Meningkatnya dukungan stimulan
infrastruktur akses kawasan dan
pengembangan SDM lokal

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Program:


Jumlah dokumen/kajian/ rumusan
kebijakan yang diterima stakeholder
Persentase dokumen perencanaan
teknis yang diaplikasikan
-

Jumlah unit infrastruktur dasar dan


prasarana lainnya yang distimulan
Jumlah tenaga terampil terlatih untuk
industri lokal
-

Dokumen

20

17

16

16

16

80

80

80

90

90

Unit

10

Orang

500

500

500

1000

1000

Deputi
Perencanaan dan
Deputi
Pengendalian BPBPWS

Program/
Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran


Kegiatan (Output)/ Indikator

Satuan

Lokasi

Target
2015

2016

2017

Deputi
Unit
Organisasi
Perencanaan
dan K/L-N-BPelaksana
NS-BS
Deputi
Pengendalian BPBPWS

Alokasi (Dalam Juta Rupiah)


2018

2019

2015

2016

2017

2018

2019

Sasaran Program (Outcome) 2


Meningkatnya pembangunan kawasan
dalam rangka pengusahaan investasi
oleh badan usaha

SurabayaMadura

142,926

170,500

173,205

175,962

204,149

15,470

20,000

19,190

19,790

20,746

Indikator Kinerja Sasaran Program:


Jumlah dukungan pengusahaan
- investasi yang diselesaikan/
dipublikasikan
- Luas lahan yang dibebaskan
Jumlah unit infrastruktur kawasan yang
dibangun/dipelihara

Dokumen

Ha

20

20

20

20

20

Unit

KEGIATAN 1 : PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Sasaran Kegiatan (Output) 1
Terselesaikannya dokumen
perencanaan pengembangan wilayah
Suramadu

Dokumen

SurabayaMadura

20

17

16

16

16

11,700

14,500

13,635

13,848

14,203

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah dokumen perencanaan umum


dan evaluasi yang diselesaikan

Dokumen

4,950

5,000

4,040

4,103

4,208

Jumlah dokumen program dan


anggaran yang diselesaikan

Dokumen

600

750

758

769

789

Jumlah dokumen perencanaan kawasan


Dokumen
yang diselesaikan

12

10

10

10

10

6,150

8,750

8,838

8,976

9,205

3,770

5,500

5,555

5,942

6,544

Dokumen

3,170

4,000

4,040

4,303

4,713

Laporan

600

1,500

1,515

1,639

1,831

242,780

259,050

263,226

289,802

322,866

Sasaran Kegiatan (Output) 2


Terlaksananya dukungan
pengembangan investasi kawasan

Dokumen

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


Jumlah dokumen perencanaan dan
pengembangan investasi kawasan
Jumlah laporan pelaksanaan promosi
investasi
-

KEGIATAN 2 : PENGENDALIAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU


Sasaran Kegiatan (Output) 1
Terlaksananya penyiapan kawasan dan
pembebasan lahan

Ha

SurabayaMadura

20

20

20

20

20

105,799

112,500

113,625

115,400

118,355

Ha

20

20

20

20

20

104,999

111,500

112,615

114,375

117,303

Dokumen

800

1,000

1,010

1,026

1,052

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


- Luas lahan yang dibebaskan
- Jumlah dokumen penyiapan kawasan

Deputi
Perencanaan BPBPWS

Program/
Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran


Kegiatan (Output)/ Indikator

Satuan

Lokasi

Dokumen

SurabayaMadura

Target

Alokasi (Dalam Juta Rupiah)

2015

2016

2017

2018

2019

2015

2016

2017

2018

2019

16

18

18

18

18

4,905

10,050

10,151

10,304

10,581

Unit Organisasi K/L-N-BPelaksana


NS-BS

Sasaran Kegiatan (Output) 2


Terselesaikannya dokumen
pengendalian/pembangunan di wilayah
Suramadu

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah dokumen perencanaan teknis


yang diselesaikan

Dokumen

10

2,280

4,850

4,899

4,970

5,110

Jumlah dokumen pengawasan yang


diselesaikan

Dokumen

10

10

10

10

2,625

5,200

5,252

5,334

5,471

18

10

10

12

14

120,896

124,000

126,825

149,139

177,589

Sasaran Kegiatan (Output) 3


Terbangunnya infrastruktur kawasan

Unit

SurabayaMadura

Deputi
Pengendalian BPBPWS

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah unit infrastruktur dan prasarana


lainnya yang distimulan

Unit

10

87,539

71,500

72,800

94,519

98,339

Jumlah infrastruktur kawasan yang


dibangun

Unit

33,357

52,500

54,025

54,620

79,250

500

500

500

1000

1000

2,100

3,500

3,535

5,726

6,373

500

500

500

1000

1000

2,100

3,500

3,535

5,726

6,373

12

12

12

12

12

9,080

9,000

9,090

9,232

9,968

12

12

12

12

12

9,080

9,000

9,090

9,232

9,968

37,257

39,501

39,875

40,896

44,629

37,257

39,501

39,875

40,896

44,629

Sasaran Kegiatan (Output) 4


Terlaksananya pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan SDM
lokal

Orang

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


- Jumlah SDM lokal terlatih

Orang

Sasaran Kegiatan (Output) 5


Terlaksananya operasional dan
pemeliharaan infrastruktur

Bulan
layanan

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah bulan layanan operasional dan


pemeliharaan

Bulan
layanan

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA


Sasaran Program (Outcome) 1
Meningkatnya kualitas dukungan
manajemen serta sarana dan prasarana

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Program:


-

Jumlah SDM pegawai yang dibina dan


ditingkatkan kompetensinya

Jumlah dukungan manajemen


pelaksanaan tugas BP-BPWS
-

Jumlah produk hukum/Mou dengan


instansi terkait

Orang

85

85

85

100

100

Laporan

Produk
hukum/
MoU

Sekretaris BPBPWS

Sekretaris BPBPWS
Program/
Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran


Kegiatan (Output)/ Indikator

Satuan

Sistem aplikasi dan informasi publik


yang tersedia dan dikelola

- Jumlah daftar BMN

Lokasi

Target

Alokasi (Dalam Juta Rupiah)

2015

2016

2017

2018

2019

Sistem
Aplikasi

Daftar

KEGIATAN 1 : DUKUNGAN MANAJEMEN INTERNAL

2015

2016

2017

2018

Unit Organisasi K/L-N-BPelaksana


NS-BS

2019

37,257

39,501

39,875

40,896

44,629

Sasaran Kegiatan (Output) 1


Terlaksananya layanan perkantoran

Bulan
layanan

SurabayaMadura

12

12

12

12

12

28,057

28,760

29,608

30,468

33,934

12

12

12

12

12

10,326

9,000

9,500

10,000

10,500

12

12

12

12

12

17,731

19,760

20,108

20,468

23,434

12

10

6,650

7,341

6,833

6,940

7,118

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


Jumlah orang / bulan yang dibayarkan
renumerasinya
Jumlah bulan layanan operasional dan
pemeliharaan kantor
Sasaran Kegiatan (Output) 2
-

Tersusunnya laporan kegiatan


dukungan manajemen tugas BP-BPWS

Bulan
layanan
Bulan
layanan
Laporan

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah pelaksanaan pembinaan dan


peningkatan kompetensi pegawai

Laporan

2,000

2,750

2,778

2,821

2,893

Jumlah laporan dukungan pelaksanaan


tugas BP-BPWS

Laporan

1,600

700

707

718

736

Jumlah fasilitasi dan promosi yang


dilaksanakan

Laporan

1,450

2,300

1,742

1,769

1,815

Jumlah laporan pengelolaan data dan


- informasi publik serta hubungan
masyarakat

Laporan

1,600

1,591

1,606

1,632

1,673

1,950

2,000

2,020

2,052

2,104

Dokumen

1,100

1,200

1,212

1,231

1,262

Laporan

850

800

808

821

842

400

900

909

923

947

400

900

909

923

947

200

500

505

513

526

200

500

505

513

526

Sasaran Kegiatan (Output) 3


Tersusunnya dokumen hukum dan
peraturan lainnya

Dokumen

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah produk/ kajian hukum yang


diselesaikan

- Jumlah kasus/perkara yang dibantu


Sasaran Kegiatan (Output) 4
Tersedia dan terkolanya sistem aplikasi
dan informasi publik

Sistem
Aplikasi

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah sistem aplikasi informasi dan


database

Sistem
Aplikasi

Sasaran Kegiatan (Output) 5


Terlaksananya pengadaan sarana dan
prasarana perkantoran

Unit

SurabayaMadura

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:


-

Jumlah unit pengadaan peralatan


fasilitas perkantoran

Unit

Sekretaris BPBPWS

Anda mungkin juga menyukai