RENCANA STRATEGIS
BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA MADURA,
Menimbang
: a.
b.
c.
Mengingat
d.
1.
2.
3.
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);
4.
5.
6.
ii
7.
8.
9.
iii
: PERATURAN
KEPALA
BADAN
PELAKSANA
BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TENTANG
RENCANA
STRATEGIS
BADAN
PELAKSANA
BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN
2015-2019.
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di
Pada tanggal
: Jakarta
: 7 April 2015
iv
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
Presiden
Nomor
Tahun
2015
tentang
Rencana
KATA PENGANTAR
Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 ini akan menjadi acuan dalam perencanaan
tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja BP-BPWS selama lima tahun
kedepan. Tentunya dokumen ini tidak dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
tidak dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di
lingkungan BP-BPWS maupun stakeholder terkait. Kepada semua pihak terkait diharapkan
saling bersinergi dalam merealisasikan upaya percepatan pembangunan di Wilayah
Surabaya-Madura.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan Renstra BP-BPWS Tahun 20152019. Semoga penyusunan dan implementasi Renstra ini mendapatkan ridha dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.
vi
KATA PENGANTAR
iii
vi
11
18
21
28
29
29
31
33
38
DAFTAR ISI
vii
39
39
40
42
3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019 .. 42
3.2
3.3
58
60
61
3.2.1 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur ........
61
72
75
84
3.4
94
3.5
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
Tabel 1.1
Tabel 1.2
13
Tabel 1.3
14
Tabel 1.4
17
Tabel 1.5
18
Tabel 1.6
19
Tabel 1.7
21
Tabel 1.8
22
Tabel 1.9
23
Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) ...........................
23
Tabel 3.1
56
Tabel 3.2
59
Tabel 3.3
Tabel 3.4
71
74
Tabel 3.5
75
Tabel 3.6
77
Tabel 4.1
Tabel 4.2
DAFTAR ISI
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.6
11
Gambar 1.7
12
Gambar 1.8
15
Gambar 1.9
18
19
20
22
28
Gambar 3.1
44
Gambar 3.2
57
Gambar 3.3
58
Gambar 3.4
61
Gambar 3.5
66
Gambar 3.6
85
DAFTAR ISI
xi
Gambar 3.7
Gambar 3.8
86
88
89
91
93
94
96
98
Gambar 3.9
Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Suramadu ........... 100
Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu ..................... 101
Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS ................................................................ 102
xii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
diatas,
maka
perlu
upaya
percepatan
Madura
melalui
pengembangan
kawasan.
Dengan
adanya
percepatan
pengembangan
Wilayah
Suramadu
dapat
diwujudkan
melalui
Sebelah Utara
: Laut Jawa;
Sebelah Selatan
: Selat Madura;
Sebelah Timur
Sebelah Barat
: Selat Madura.
BAB 1 PENDAHULUAN
Luas = 729,30
(13 kecamatan)
BAB 1 PENDAHULUAN
wilayah Pulau Madura, terletak pada bagian tepi pulau dan muara sungainya. Pada bagian
utara daerah dataran pantai dimulai dari daerah Bangkalan hingga Dungkek, memiliki lebar
pantai mencapai lebih dari 1 km, pola aliran dominan adalah sungai dendritik. Memiliki
elevasi 0-25 meter dengan lereng landai kurang dari 5%. Perbukitan tersebar memanjang
dari barat-timur. Memiliki elevasi lebih dari 25 meter hingga kurang dari 400 meter (dml)
dengan kelerengan kurang dar 5-15%, tetapi pada bagian tengah satuan ini selang
ketinggian (50-150) meter, seperti melalui wilayah Kecamatan Tambelangan-Kedungdung
dan Sampang. Hulu sungai dapat merupakan mata air, dan aliran sungai yang relatif
panjang maka aliran air cukup baik.
Kondisi topografi pada tiap Kabupaten di Pulau Madura adalah sebagai berikut
topografi wilayah Bangkalan didominasi oleh daerah dengan kemiringan 2-15%; Sampang
didominasi dengan kemiringan 9-15%; Pamekasan didominasi dengan kemiringan 0-15%;
dan Sumenep didominasi dengan kemiringan 0-8%. Kondisi kelerengan Pulau Madura yang
cukup beragam akan tetapi masih didominasi dengan daerah landai dengan kemiringan 08%.
Jenis tanah di Pulau Madura yang dominan adalah mediteran yang meliputi hampir
seluruh wilayah Pulau Madura, kemudian gleisol, grumusol serta alluvial. Jenis tanah
mediteran yang mencakup keseluruhan Pulau Madura dapat peruntukan Tebu, Padi, dan
tanaman buah-buahan. Tanah Gleisol yang meliputi sebagian kecil wilayah Bangkalan,
Sampang dan Pamekasan dapat diperuntukkan untuk tanaman kelapa, persawahan,
perladangan, palawija. Tanah Grumusol meliputi sebagian kecil wilayah pamekasan dan
Sumenep dapat diperuntukkan untuk padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa
sawit, kopi, cengkeh, kebun lada, tegalan, kebun karet. Tanah alluvial meliputi sebagaian
kecil wilayah Sumenep dapat diperuntukkan persawahan, perladangan, kebun kelapa,
palawija, dan untuk daerah perikanan. Jenis batuan yang dominan adalah pliosen fasies
sedimen yang meliputi hampir seluruh Pulau Madura, pliosen fasies batu gamping serta
aluvium.
BAB 1 PENDAHULUAN
Dilihat dari kondisi penggunaan lahannya, secara umum Kota Surabaya didominasi
peruntukkan lahan berupa kawasan permukiman dan peruntukkan tambak pada daerah
sekitar pesisir pantai Kota Surabaya pada sisi utara dan sisi timur. Sedangkan pola
peruntukan lahan Pulau Madura terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Berdasarkan data tahun 2008, jenis peruntukan lahan yang dominan di
wilayah Madura adalah tegal dan kebun yang meliputi lebih dari sebagian (58 %) dari
seluruh wilayah Pulau Madura. Dan diantaranya Kabupaten Sumenep memiliki prosentase
luasan tegal dan kebun yang paling besar (sekitar 36 % dari total tegal dan kebun di Pulau
Madura).
atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Sementara itu rata-rata
pertumbuhan ekonomi di Madura pada tahun 2013 (6,20%) juga relatif meningkat
dibandingkan tahun 2010 (5,54%), akan tetapi masih di bawah rata-rata pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur (tahun 2010 sebesar 6,68% dan tahun 2013 sebesar 6,55%).
Laju pertumbuhan ekonomi di Madura tahun 2013 tertinggi terdapat pada Kabupaten
Sumenep yaitu 6,44% dan terendah terdapat pada Kabupaten Sampang yaitu 5,74%.
Nilai Absolut PDRB Kabupaten-Kabupaten se Madura Tahun 2013 mencapai 42,02
Trilyun rupiah dan memberikan kontribusi 3,70 % ke PDRB Jawa Timur tahun 2013 (1.136
Triliyun rupiah). Dimana Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten dengan nilai PDRB
tertinggi dibandingkan dengan ketiga kabupaten lain di Madura, yaitu pada tahun 2013 nilai
PDRBnya mencapai 16,10 Triliun rupiah. Jika dilihat dari sektor/lapangan usaha yang
mendominasi struktur perekonomian empat Kabupaten di Pulau Madura, secara umum
sektor kontribusi terbesar penyumbang PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) adalah
sektor pertanian (40,32%) dan sektor perdagangan (24,85%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam gambar di bawah.
BAB 1 PENDAHULUAN
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
5.47
5.40
5.77
5.51
7.09
5.54
6.68
6.25
6.04
6.21
6.24
7.56
6.19
7.22
6.37
6.12
6.32
6.33
7.62
6.29
7.27
6.32
5.74
6.28
6.44
7.34
6.20
6.55
BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN
SUMENEP
SURABAYA
MADURA
JAWA TIMUR
7.27
7.22
8
6.68
6.55
6.32
5.74
6.28
6.44
7.34
6.37
6.12
6.32
6.33
7.62
6.25
6.04
6.21
6.24
7.56
5.47
5.40
5.77
5.51
7.09
TAHUN 2010
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
1
0
BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN
SUMENEP
SURABAYA
JAWA TIMUR
BAB 1 PENDAHULUAN
Juta Rupiah
1,200,000,000.00
1,000,000,000.00
800,000,000.00
600,000,000.00
400,000,000.00
200,000,000.00
29,000,626.71
26,112,472.04
0.00
Tahun 2009
TAHUN 2010
MADURA
37,223,451.95
32,806,357.14
TAHUN 2011
TAHUN 2012
42,023,139.23
TAHUN 2013
JATIM*)
Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
40.36
28.1
12
2012*)
41.26
27.07
12.12
15.51
2011
41.93
26.25
12.22
26.4
15.14
2010
43.14
25.46
12.01
25.79
14.93
2009
44.15
24.56
12.13
2013**)
28.09
28.05
15.89
2012*)
28.9
27.62
15.66
2011
30.45
26.88
2010
31.92
2009
32.52
10
BAB 1 PENDAHULUAN
47.71
18.52
12.69
2012*)
48.35
18.13
12.88
2011
48.59
17.68
13.03
2010
49.24
16.81
13.32
2009
49.48
16.45
13.4
2013**)
46.63
22.83
9.21
2012*)
46.97
22.76
9.26
2011
47.43
22.16
9.32
2010
48.24
21.21
9.53
2009
49.72
19.63
9.76
Gambar 1.5 Konstribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009 - 2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
11
Sementara itu, sektor perkebunan sebagai sub sektor pertanian juga merupakan
sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Komoditas unggulan sektor
perkebunan di Madura adalah kelapa, tembakau dan cabe jamu, jambu mete, kopi, kapuk
randu dan cengkeh. Pada tahun 2013, jumlah produksi tembakau pada empat kabupaten di
Madura mencapai 7.313 ton, jumlah produksi kelapa mencapai 53.133 ton, jumlah produksi
tebu mencapai 9.851 ton, dan jumlah produksi jambu mete 8.479 ton. Untuk komoditas
tembakau, kontribusi terbesar dihasilkan dari Kabupaten Pamekasan, sedangkan komoditas
kelapa terbesar dipasok dari Kabupaten Sumenep.
Dari sub sektor peternakan, komoditas sapi merupakan salah satu komoditas
unggulan di Madura. Tahun 2013, produksi sapi Madura mencapai 861.826 ekor dimana
40% berasal dari Kabupaten Sumenep. Selain sapi, komoditas peternakan yang terbesar
adalah ayam buras dengan jumlah produksi tahun 2013 mencapai 2.968.694 ekor dan ayam
petelur dengan jumlah produksi mencapai 672.739 ekor.
12
BAB 1 PENDAHULUAN
Mangga
2,601.90
10,846.20
Pisang
Pepaya
3,589.20
Jambu Biji
3,712.30
81,839.60
Jambu Air
Jeruk
Rambutan
Salak
4,268.70
Nangka
87,293.20
32.00
51.50
6.70
118.00
50.80
9,851
24
7,313
7,277
8,479
53,133
6,487
861,826
327 664
71 846
82,329
41
2,934
82,329
2,968,694
166,327
672,739
414,374
Ayam Buras
Ayam Pedaging*)
Ayam Petelur
It ik
Entog
Kud a
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Itik Manila
Gambar 1.6 Produksi Pertanian, Perkebunan, dan Perternakan Madura Tahun 2012
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
13
perikanan
di
Kabupaten
yang
Sampang
Produksi
perikanan
di
Kabupaten
yang
berkembang
yaitu
14
BAB 1 PENDAHULUAN
Kabupaten/Kota
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
Total Madura
Total Jatim
Produksi
Produksi
Perikanan
Perikanan
Tangkap
Budidaya (Ton)
(Ton)
21.194,70
129,00
12.429,10
215,40
19.633,30
944,60
43.552,10
500.862,80
Jumlah (Ton)
21.323,70
12.644,50
20.577,90
544.414,90
598.961,00
934.675,10
Kabupaten/Kota
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
Total Madura
Total Jatim
Madura thd Jatim
Luas lahan
keseluruhan
(Ha)
115.89
4,200.00
1,796.00
1,934.00
8,045.89
11,201.96
71,83 %
Total Produksi
(Ton)
4,310.00
288,511.00
61,574.86
108,018.00
462,413.86
567,059.08
81,55 %
C. Pariwisata
Pulau Madura memiliki potensi 32 destinasi wisata yang berdasarkan jenisnyadapat
dikelompokkan menjadi wisata budaya, wisata religius, wisata alam dan kesehatan.
Pengembangan pariwisata saat ini berpotensi sebagai salah satu pengungkit pertumbuhan
ekonomi Madura, karena Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kabupaten Pamekan
dan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
BAB 1 PENDAHULUAN
15
Makam Agung
Siring Kemuning
Air terjun
torowan
Makam Asta
Tinggi
Pantai Slopeng
Museum
Sumenep
Keraton
Sumenep
Masjjid Agung
Sumenep
M. Syaichona
Cholil
Kepulauan
Kangean
P. Lombang
Kep. Kangean
Mercusuar
Sembilangan
Wisata O2
Giliiyang
Pusat jamu
Madura
M. Syech Yusuf
Pulau Sapudi
Wisata budaya
Wisata kerajinan/kriya
Wisata alam pantai
Makam P.
Kadirun
Bukit Geger
P. Rongkang
M. Ratu Ebu
Waduk Klampis
P. Camplong
Gua Lebar
Batik Proppo
Makam Batu
Ampar
Grand Final
Karapan Sapi 9
D. Pertambangan
Potensi kekayaan sumber daya alam Pulau Madura lainnya adalah tambang dengan
kandungan gas alam serta minyak bumi. Ladang migas di Madura Barat mencapai 22 juta
barel. Fakta menunjukkan bahwa saat ini LNG dari Madura telah memasok 60% kebutuhan
16
BAB 1 PENDAHULUAN
Industri di Jawa Timur, di mana LNG tersebut diambil dari kepulauan Kangean yang
disalurkan melalui pipa laut sejauh 450 km ke arah Pulau Jawa.
Blok offshore di Laut Jawa terbentang dari Sumatera bagian Tenggara sampai ke
daerah dekat Jawa barat. Berbagai blok yang ada di Laut Jawa adalah blok offshore sekitar
Pulau Bawean, Gresik, dan pulau-pulau kecil di wilayah Madura dan Blok Sumatera
Tenggara, kedua blok ini mampu menghasilkan produksi sebesar 65.154 barrel per harinya.
dengan rincian 62.130 barrel minyak mentah ditambah 3.024 barrel kondensat. Perusahaan
yang mengoperasikannya adalah British Petroleum, Pertamina, CNOOC S.E.S. HESS, TOTAL,
KODECO Energy, ExxonMobil, Lapindo, Kangean Energy, Pertamina, dan Petrochina.
Sektor pertambangan di Pulau Madura terdiri dari tambang golongan C dan tambang
golongan A dan didominasi oleh bahan galian C. Potensi terbesar untuk pertambangan
terdapat pada Kabupaten Pamekasan dengan hasil pasir kuarsa kalsit. Potensi gas bumi
terdapat di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Hasil pertambangan
yang ada di Kabupaten Sampang terdiri dari batu gamping, batu putih, pasir sungai, pasir
laut, sirtu, tanah liat, pasir gunung, dimana produksi pertambangan tertinggi adalah batu
gamping sebesar 978 ton.
Potensi hasil tambang yang ada di Kabupaten Pamekasan terdiri dari pasir, batu
kapur, tanah liat, tanah urug, dan sirtu. Hasil tambang berupa pasir hanya terdapat di
Kecamatan Pademawu dan Galis. Hasil tambang berupa batu kapur terdapat di Kecamatan
Larangan, Palengaan, Pegantenan, dan Pasean. Hasil tambang tanah liat dapat ditemukan
pada Kecamatan Pademawu, Palengaan. Hasil tambang tanah urug dimiliki Kecamatan
Larangan, Pamekasan, Palengaan, dan Waru. Hasil tambang berupa sirtu ada di Kecamatan
Tlanakan, Pamekasan, dan Batumarmar. Sementara itu produksi pertambangan di
Kabupaten Sumenep antara lain berupa batu gunung, pasir kerikil, dan pasir urug, Produksi
tertinggi di sektor ini berupa batu gunung sebesar 58.032,19 ton.
BAB 1 PENDAHULUAN
17
18
TAHUN 2010
64.51
59.70
64.60
BAB 1 PENDAHULUAN
TAHUN 2011
65.01
60.78
65.48
TAHUN 2012
65.69
61.67
66.51
TAHUN 2013
66.19
62.39
67.17
TAHUN 2010
SUMENEP
SURABAYA
JAWA TIMUR
TAHUN 2011
65.60
77.28
71.62
TAHUN 2012
66.01
77.85
72.18
TAHUN 2013
66.41
78.33
72.84
66.89
78.97
73.54
90
80
73.54
72.84
72.18
71.62
70
60
78.97
78.33
77.85
77.28
66.89
66.41
66.01
65.6
67.17
65.48
64.6
62.39
61.67
60.78
59.70
66.19
65.69
65.01
30
64.51
40
66.51
50
20
10
0
BANGKALAN
SAMPANG
TAHUN 2010
PAMEKASAN
TAHUN 2011
TAHUN 2012
SUMENEP
SURABAYA
TAHUN 2013
Gambar 1.8 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
Dilihat dari kondisi ketenagakerjaannya, sampai tahun 2013 jumlah angkatan kerja
pada 4 kabupaten di Madura mencapai 2.135.048 orang, dengan jumlah angkatan kerja
terbanyak di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 645.569 orang. Sementara tingkat
pengangguran terbuka di Pulau Madura sekitar 3,93%, untuk tingkat pengangguran terbuka
tertinggi pada Kabupaten Bangkalan yaitu 6,78%. Untuk lebih jelas mengenai data angkatan
kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Madura tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam
tabel dan gambar di bawah.
BAB 1 PENDAHULUAN
19
KABUPATEN
2009
2010
2011
2012
2013*)
BANGKALAN
500.688
461.365
473.198
492.413
507.089
SAMPANG
PAMEKASAN
493.170
482.625
461.746
454.102
480.195
464.908
499.631
482.955
491.679
490.711
SUMENEP
624.715
614.494
661.924
644.439
645.569
2.101.198
1.991.707
2.080.225
2.119.438
2.135.048
TOTAL
493,170
461,746
480,195
499,631
491,679
482,625
454,102
464,908
482,955
490,711
BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN
2009
2010
2011
2012
624,715
614,494
661,924
644,439
645,569
500,688
461,365
473,198
492,413
507,089
SUMENEP
2013*)
2011
2012
2013*)
BANGKALAN
SAMPANG
PAMEKASAN
5,14
1,70
2,17
6,05
1,79
3,53
6,37
2,13
2,61
5,13
1,71
2,29
6,78
4,68
2,17
SUMENEP
2,27
2,06
1,99
1,14
2,56
TOTAL
3,57
3,23
3,13
2,44
3,93
20
2010
BAB 1 PENDAHULUAN
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
2009
2010
BANGKALAN
2011
SAMPANG
2012
PAMEKASAN
2013*)
SUMENEP
Dilihat dari sosial budayanya, mayoritas penduduk di Pulau Madura beragama Islam
dan sampai saat ini masih sangat mewarnai corak kehidupan masyarakatnya. Peran
ulama/kyai menjadi menonjol dan merupakan figur sentral yang
Dalam adat istiadatnya, masyarakat Madura masih kental dengan kearifan local peran 4
(empat) elemen, yaitu Bapa, Ebuh, Guru dan Rato.
BAB 1 PENDAHULUAN
21
jalur utama penghubung dengan akses Suramadu sehingga dapat terlihat keterjalinan
infrastruktur transportasi dengan Jembatan Suramadu serta Kota Surabaya sebagai pusat
ekonomi di sekitar Pulau Madura. Sesuai dengan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009
2029 (Perda Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012), maka jaringan jalan lintas Pulau Madura
meliputi jalan yang memiliki status eksisting :
Jalan Lintas Tengah Selatan sebagai jalan nasional sepanjang 193 km;
Jalan Lintas Selatan (Kamal Sampang) sebagai jalan provinsi sepanjang 84,3 km;
Jalan Penghubung Lintas Utara Selatan sebagai jalan provinsi dan kabupaten
sepanjang 180 km; dan
Jalan di dalam kawasan (jalan lingkar dalam kota) sebagai jalan desa dan jalan
kabupaten sepanjang 28 km.
Berdasarkan kondisi eksisting tahun 2013, kondisi jalan di Madura didominasi dengan
kondisi yang relatif baik. Kondisi jaringan jalan lintas Pulau Madura tersebut pada umumnya
memiliki lebar jalan 4 6 meter dengan panjang total 663,3 km. Untuk lebih jelas, kondisi
jaringan jalan di setiap kabupaten di Madura dapat terlihat sebagai berikut:
Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013
KONDISI
BANGKALAN
BAIK
484,90
SEDANG
109,92
745,56
SUMENEP
441,72
538,88
98,14
121,28
RUSAK RINGAN
74,63
294,80
30,67
497,49
RUSAK BERAT
51,92
81,06
14,49
520,73
30,60
168,91
615,62
1847,27
tidak ada
Keterangan
TOTAL
22
PANJANG (KM)
SAMPANG PAMEKASAN
BAB 1 PENDAHULUAN
721,37
1121,42
Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi)
NO
1
2
3
4
5
6
7
NAMA RUAS
Bangkalan - Batas
Kab. Sampang
Batas Kab. Bangkalan
- Ketapang
Ketapang - Batas Kab.
Pamekasan
Batas Kab. Sampang Sotobar
Sotobar - Batas Kab.
Sumenep
Batas Kab. Pamekasan
- Sumenep
Batas Kota Sumenep Pantai Lombeng
TOTAL
LOKASI
PANJANG
(km)
LEBAR
(m)
Baik
(km)
KONDISI 2013
Sedang
Rusak
(km)
(km)
Bangkalan
46.38
4-8
12.77
27.61
6.00
Sampang
17.54
4-6
17.54
Sampang
23.02
4-8
21.02
0.50
1.50
Pamekasan
5.68
2.40
3.28
Pamekasan
12.32
12.32
Sumenep
35.30
4-6
12.36
22.94
Sumenep
26.45
4-7
3.52
2.28
20.65
67.21
68.05
31.43
166.69
BAB 1 PENDAHULUAN
23
Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional)
NO
1
2
3
4
NAMA RUAS
Bts. Kota Sampang-Bts. Kab
Pamekasan
Bts. Kota Pamekasan-Bts.
Kab.Sumenep
Bts. Kab. Pamekasan-Bts. Kota
Sumenep
Bts. Kota Sumenep - Kalianget
TOTAL
PANJANG
(km)
LEBAR
(m)
KONDISI
2012
7.60
Baik
5.17
Baik
26.78
Baik
8.83
43.38
Baik
Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten)
NO
1
2
3
4
NAMA RUAS
Pembangunan Jembatan SresehPangarengan, Cs
Pembangunan Jalan Modung-Sreseh
Pembangunan Jalan Lingkar
Sampang
Pembangunan Jalan Kamal-Modung
TOTAL
PANJANG
(km)
LEBAR
(m)
0.51
7.00
2.50
30
40.01
Keterangan
2. Prasarana Perhubungan
Pulau Madura sebagai bagian dari kepulauan yang ada di Propinsi Jawa Timur
memiliki transportasi penghubung pula yang berfungsi menghubungkan wilayah di Pulau
Madura sebagai pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura, dengan
memanfaatkan jalur penyeberangan laut dan bandara udara Trunojoyo di Kabupaten
Sumenep. Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 2029, pada saat ini
terdapat beberapa pelabuhan yang sudah dikembangkan di Pulau Madura meliputi :
24
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
25
Kabupaten Sumenep sebagai pintu gerbang kedua Pulau Madura selain Jembatan
Suramadu. Pengembangan bandara ini strategis untuk mobilitas angkutan transportasi
wilayah Timur Pulau Madura dengan kota kota di Pulau lain.
3. Air Baku
Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia di Pulau Madura sebesar 1.300
liter/detik saat ini belum dapat memenuhi perkiraan perkembangan dimasa yang akan
datang. Sedangkan potensi sumberdaya air yang tersedia mencapai 33.500 liter/detik.
Beberapa potensi sumber air baku di Pulau Madura antara lain:
Waduk/Embung
Beberapa potensi waduk yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Wilayah
Suramadu adalah Waduk Blega (Kabupaten Bangkalan), Waduk Klampis dan Waduk
Nipah (Kabupaten Sampang) dan Tambak Agung (Kabupaten Sumenep).
Mata Air
Terdapat beberapa titik mata air Kabupaten Bangkalan di wilayah bagian Utara
(Kec.Sepulu, Tanjung Bumi dan Klampis), di wilayah bagian Selatan (Kec.Modung,
26
BAB 1 PENDAHULUAN
Air Tanah
Beberapa sumber air tanah terdapat di Kabupaten Bangkalan bagian barat, selatan
dan sedikit di bagian utara yang digunakan untuk irigasi pertanian, air perkotaan dan
industri karena ditunjang dengan kondisi geologi dan dipengaruhi geohidrologi,
topografi dan morfologi. Cakupan sumber air tanah tersebut menyebar di berbagai
kecamatan lintas kabupaten yaitu di Kabupaten Sampang bagian utara (yang
berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan) dan Sampang bagian Selatan, Kabupaten
Pamekasan bagian Tengah dan Selatan, serta Kabupaten Sumenep bagian tengah
dan sedikit ke barat
4. Energi Listrik
Distribusi
listrik
Madura
Listrik
Negara
(PLN).
BAB 1 PENDAHULUAN
27
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan sebesar 30 MW. Untuk sumber listrik di pulau
pulau kecil Madura, umumnya masih menggunakan tenaga diesel dan pembangkit listrik
tenaga surya yang skala pelayanannya terbatas.Hal ini selain jarak antar pulau-pulau kecil
dengan pulau utama relatif jauh, pulau-pulau kecil tersebut sulit mendapatkan pasokan solar
pada kondisi iklim yang ekstrim terisolir.Hal ini mengakibatkan penyediaan tenaga listrik
sangat terbatas dan menjadi kendala utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat
yang umumnya bekerja sebagai nelayan.
dapat
dikembangkan
melalui
investasi
infrastruktur
yang
efisien.
Pengembangan sektor strategis Madura difokuskan pada sektor pertanian, perikanan dan
kelautan, pariwisata dan industri perdagangan jasa.
28
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
29
Pulau Madura memiliki potensi yang sangat besar terutama di sector pertanian,
perkebunan, peternakan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan industri kecil menengah.
Potensi Wilayah Madura akan lebih ekonomis dimanfaatkan secara terpadu dengan potensi
kawasan Surabaya dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan wilayah Suramadu sebagai
suatu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Adapun potensi wilayah Suramadu antara
lain:
Kawasan Suramadu merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan
Perkotaan Gerbangkertasusila yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) pertumbuhan ekonomi.
Pengembangan industri lokal, seperti garam, kerajinan dan batik Madura, serta
potensi pengembangan industri berbasis pada pertanian pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan;
Potensi wisata budaya, religi dan alam yang didasarkan pada budaya lokal tersebar
lebih dari 30 destinasi wisata di Pulau Madura.
30
BAB 1 PENDAHULUAN
permasalahan
utama
yang
dihadapi
dalam
rangka
percepatan
sulitnya
perkembangan
sektor-sektor
penggerak
pusat-pusat
pertumbuhan
kawasan.
Pendekatan
pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN
31
memiliki
keterbatasan
anggaran.
Oleh
karena
itu
pelaksanaan
pengusahaan dan investasi perlu melibatkan pelaku usaha lokal terutama untuk
dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan
swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.
5) Kesenjangan ekonomi di wilayah Suramadu dan perlu penyamaan persepsi
dalam hal otonomi daerah
Tingkat perkembangan ekonomi Wilayah Madura yang relatif rendah dibanding
dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini dapat dilihat dari masih relatif
lambat dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Di sisi lain,
32
BAB 1 PENDAHULUAN
sektor
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
dengan
selalu
memperhatikan
BAB 1 PENDAHULUAN
33
34
BAB 1 PENDAHULUAN
penghubung yang efisien antara sumber bahan baku (resource), pusat produksi dan
pasar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai akan
menciptakan konektivitas antar daerah bahkan antar pulau, termasuk daerah
terpencil dengan daerah terdekat bahkan dengan pusat pertumbuhan ekonomi. Pada
akhirnya tersedianya infrastruktur akan banyak membawa dampak posistif bagi
produktivitas industri, kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing.
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu bersifat multisektor dan multi
dimensi, sehingga perlu dukungan dan keterlibatan serta komitmen sektor terkait
secara optimal.
Tantangan yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah
Suramadu, yaitu:
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Pulau Madura
Pengembangan
Sumber
Daya
Manusia
untuk
mendukung
penelitian
dan
BAB 1 PENDAHULUAN
35
Jangka
Menengah
Daerah
(baik
propinsi
maupun
kabupaten/kota)
serta
36
BAB 1 PENDAHULUAN
37
BAB
38
percepatan
pengembangan
wilayah,
pertumbuhan
guna
ekonomi
dan
39
dukungan
stimulan
infrastruktur
akses
kawasan
dan
40
41
41
BAB
nasional
adalah
rangkaian
upaya
pembangunan
yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan nasional Indonesia dijabarkan dalam perencanaan jangka panjang (20
tahun) dan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan pembangunan
dalam tahapan-tahapan jangka menengah (5 tahun). Pembangunan nasional jangka
panjang dijabarkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Pentahapan rencana pembangunan nasional
disusun dalam masing-masing periode jangka menengah atau disebut dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program
selama lima tahun kedepan.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.
42
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
(RPJPN)
2005
2025
adalah
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi
tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan
8.
maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai
ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur pembangunan nasional
dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran sasaran pokok.
43
Dalam pembangunan jangka menengah ketiga (tahun 2015 2019), prioritas utama
dan strategi pembangunan nasional ditujukan untuk lebih memantapkan memantapkan
pembangunan
44
secara
menyeluruh
dengan
menekankan
pembangunan
keunggulan
kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta
kemampuan IPTEK. Sementara itu, visi yang ingin dicapai pada tahun 2015-2019 adalah
Terwujudnya
Indonesia
yang
Berdaulat,
Mandiri,
dan
Berkepribadian
45
46
Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan
desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana
dan prasarana transportasiyang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk
memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan
pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi
untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.
47
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata,
dan transmigrasi.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kotadesa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang
efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c)
mengembangkan kerjasama antardaerah khususnya di luar Jawa-Bali dan
kerjasama
pemerintah-swasta;
(d)
mengembangkan
forum
dialog
antar
dan
prasarana
transportasi,
seperti
pembangunan
jalan
provinsi,
48
pertumbuhan
pembangunan
dan
lainnya
di
peningkatan
wilayah
prasarana
non-koridor
transportasi
ekonomi
yang
melalui
mendukung
(KSPN),
serta
stimulasi
pengembangan
kawasan
dan
penguatan
49
BPWS MENDUKUNG
AGENDA 3, 6 DAN 7
3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA
DARI
PINGGIRAN
DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH DAERAH DAN
DESA
DALAM
KERANGKA
NEGARA
AGENDA
PRIORITAS (NAWA CITA)
KESATUAN
7. KAMI
AKAN
MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN
MENGGERAKKAN
SEKTOR-SEKTOR
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
Selain
dukungan
terhadap
ketiga
agenda
prioritas
tersebut,
percepatan
50
AGE
6.
7.
I.
II.
51
daerah
tertinggal
dengan
pusat
pertumbuhan
melalui
prasarana
dasar
kawasan
permukiman
serta
energi
dan
ketahanan
air
untuk
mendukung
ketahanan
nasional
melalui
pembangunan tampungan air skala kecil/menengah pada daerah krisis dan wilayah
strategis, pembangunan saluran pembawa air baku di wilayah tertinggal, strategis,
pulau kecil, kawasan terpencil serta daerah perbatasan.
c) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
melalui percepatan pembangunan transportasi nasional untuk mendukung sistem
logistic nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan
transportasi yang berorientasi lokal dan kewialyahan; membangun sistem dan
jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada koridor
ekonomi,
kawasan
industrk
khusus,
kompleks
industri
dan
pusat-pusat
52
dan
keamanan
transportasi,
serta
sarana
transportasi
yang
dan
wilayah yang
mempunyai potensi
53
54
pengetahuan
dan
kemampuan
masyarakat
mengenai
55
Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur
KEGIATAN STRATEGIS JANGKA MENENGAH NASIONAL
PERHUBUNGAN UDARA
Pengembangan Bandara Sumenep
PERHUBUNGAN LAUT
Pengembangan Pelabuhan Taddan/Sampang
JALAN
Pembangunan Jalan Lintas Utara Madura (Bangkalan - Tj Bumi-Ketapang-Sotobar-Sumenep)
SUMBER DAYA AIR
Persiapan Pembangunan Waduk Blega Kab. Bangkalan
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 2019
56
57
serta
mewujudkan
keseimbangan
dan
keserasian
perkembangan
antarwilayah. Untuk mewujudkan penataan ruang tersebut, RTRWN memuat kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang yang diterjemahkan ke dalam struktur ruang dan pola ruang.
Arah kebijakan tata ruang nasional diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang terdiri atas tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional, yang
58
selanjutnya dijabarkan struktur ruang wilayah dan pola ruang wilayah. Dalam struktur ruang
wilayah terdiri atas sistem perkotaan nasional dan sistem jaringan pembentuk ruang wilayah
sedangkan pola ruang wilayah mencakup pembagian alokasi ruang beserta penjabaran
fungsi ruang/kawasan pembentuk didalamnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, Wilayah
Suramadu yang terdiri atas Kota Surabaya dan keempat kabupaten di Madura merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari struktur ruang kewilayahan nasional. Hal ini terlihat dari
beberapa kebijakan penetapan Wilayah Suramadu sebagai bagian dari Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) maupun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam
struktur ruang maupun beberapa rencana sistem jaringan di Wilayah Suramadu untuk
mendukung konektivitas antar wilayah sebagai upaya perwujudan percepatan pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur secara umum. Selain itu, rencana pengembangan Wilayah Suramadu
juga tercantum dalam rencana pola ruang nasional yang mencakup pengembangan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) maupun Kawasan Andalan.
Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu
No.
Kebijakan
A
1
Struktur Ruang
Sistem Perkotaan Nasional
B
1
Pola Ruang
Kawasan Strategis
Nasional
Kawasan Andalan
59
No.
Kebijakan
b) Perkuatan konektivitas nasional. Hal ini dilakukan melalui sinergi antar pusat pusat
pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur dasar secara menyeluruh di wilayah
Indonesia;
c)
jasa nasional. Industri dan jasa yang dikembangkan adalah industri manufacturing, tekstil,
permesinan transportasi, perkapalan, alutsista, telematika dan pengembangan metropolitan
Jabodetabek. Kota Surabaya dalam Koridor Jawa sebagai salah satu simpul utama
60
infrastruktur dibagian timur Jawa dengan pelabuhan utama internasional Tanjung Perak dan
jalur utama ke luar koridor ke arah selatan Surabaya, sedangkan ke arah timur menuju ke
Pulau Madura.
61
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 2025 dan
Dokumen Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019. Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 2031.
A. Arahan Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa Timur ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 Tahun 2009, dengan jangka waktu
perencanaan mulai tahun 2005 hingga tahun 2025. Selama jangka waktu perencanaan
tersebut, Provinsi Jawa Timur memiliki visi pembangunan sebagai Pusat Agrobisnis
2.
Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Handal, Berakhlak Mulia dan
Berbudaya, dicapai dengan cara meningkatkan kualitas masyarakat Jawa Timur yang
berakhlak, berpendidikan, berdaya, inovatif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
3.
62
dicapai
dengan
cara
mengurangi
kesenjangan
sosial,
kemiskinan,
5.
6.
63
pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya, sehingga kemajuan yang dicapai
menjadikan Jawa Timur lebih berdaya saing. Berpedoman pada arah pembangunan
tersebut, maka visi pembangunan lima tahunan kedua dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJM) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 adalah Jawa
Kebijakan Kewilayahan
Fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 diarahkan pada pemantapan
perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan di Jawa Timur, pengembangan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi
utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti
pengembangan sistem agropolitan serta dengan memantapkan pengembangan
kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan. Fokus
tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya.
64
II. Pengembangan Wilayah Jawa Timur yang Berorientasi pada Pertumbuhan Inklusif
Beberapa upaya pembangunan periode 2014 - 2019 yang berkaitan dengan kebijakan
pengembangan
kewilayahan,
memberdayakan
diarahkan
perekonomian
pada
rakyat,
perluasan
terutama
lapangan
yang
kerja,
berbasis
dan
pertanian;
pemeliharaan
kualitas
lingkungan
hidup,
dan
pengembangan
dalam
rangka
meningkatkan
pemerataan
pertumbuhan
ekonomi,
infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan Klaster
dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yaitu sebagai
Pusat
Agrobisnis
terkemuka
yang
disinkronisasikan
dengan
arahan
agenda
65
66
67
B. Klaster Metropolitan
Dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai berikut:
a) Rencana sistem perkotaan yang ditetapkan sebaga Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau beberapa
provinsi meliputi Kawasan Perkotaan Gresik Bangkalan Mojokerto Surabaya
Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang
b) Kawasan Strategis Provinsi Sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan
Metropolitan yang berfokus pada pemantapan sektor industri, perdagangan, dan
jasa komersial yang terdiri dari koridor Metropolitan yang meliputi Kawasan Kaki
Jembatan Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu di
District/CBD) Surabaya, High Tech Industrial Park (HTIP) di Kota Surabaya dan
Kabupaten Sidoarjo, Kwasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan, Kawasan
Komersial di Lawang, Kawasan Pusat Bisnis Kota Malang, dan Pusat Pariwisata
Batu) Kota Surabaya.
C. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berfungsi sebagai pemerataan dan sebagai
upaya untuk membuka akses pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih
belum terlayani di Provinsi Jawa Timur. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
diarahkan pada wilayah yang berada pada pesisir Jawa Timur dan wilayah
kepulauan dengan arahan strategi sebagai berikut:
a) Pengelolaan perairan wilayah laut
b) Peningkatan sektor unggulan pada wilayah pesisir dan pulau
c) Pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan sumber daya kelautan
dan merangsang investasi
d) Pemberdayaan masyarakat nelayan/pesisir.
e) Pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi.
f) Pengawasan eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah laut kewenangan propinsi.
68
Berdasarkan
arahan
kebijakan
pengembangan
tersebut,
agenda
dan
prioritas
Provinsi Berbasis Agrobisnis dan Jasa Komersial yang Berdaya Saing Global
dalam Pembangunan Berkelanjutan. Dari visi tersebut, diharapkan sektor pertanian
menjadi salah satu sektor penggerak utama pembangunan di Jawa Timur yang dikemas
69
dalam bentuk agrobisnis, dimana agrobisnis merupakan sistem dan usaha kegiatan-kegiatan
pembangunan pertanian di kawasan agropolitan, terutama kawasan sentra produksi pangan
dan juga kawasan lain di sekitarnya. Pencapaian visi dikaitkan dengan penugasan BPWS di
Wilayah Surabaya-Madura tersebut dijabarkan kedalam arahan penataan ruang (spasial)
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura
NO.
I.
A.
B.
KEBIJAKAN
SISTEM PERKOTAAN
Sistem Perkotaan
II. TRANSPORTASI
A.
Transportasi Darat
- Jaringan Jalan
- Terminal
- Kereta Api
70
NO.
C
III.
A.
B.
KEBIJAKAN
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Prov Jatim
71
maupun
internasional,
pengoptimalan
sistem
dan
pelayanan
jaringan
transportasi (darat, laut dan udara) secara terpadu, serta peningkatan upaya
pengembangan energi yang ramah lingkungan.
72
dan
jasa
serta
pengembangan
dengan
swasta
dan
masyarakat;
73
I. SISTEM PERKOTAAN
A
Orde Perkotaan
KEBIJAKAN
Hirarkhi Perkotaan
II. TRANSPORTASI
A.
Transportasi Dar at
- Jaringan Jalan
74
2.
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
75
RENCANA
PEMBANGUNAN
KABUPATEN SAMPANG
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
NO.
2.
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
KABUPATEN PAMEKASAN
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
2.
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
KABUPATEN SUMENEP
1.
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
76
NO.
RENCANA
PEMBANGUNAN
77
NO.
KEBIJAKAN
b.
Hirarkhi Perkotaan
II. Transportasi
a. Transportasi Darat
Jaringan Jalan
Terminal
78
NO.
d
KEBIJAKAN
Pengelolaan
Lingkungan
KABUPATEN SAMPANG
I. Sistem Perkotaan
a
Orde Perkotaan
II. Transportasi
a
Jaringan Jalan
Transportasi Laut
Transportasi
Sungai
e
Transportasi Udara
III. Prasarana
a
Kelistrikan
79
NO.
80
KEBIJAKAN
NO.
KEBIJAKAN
81
NO.
c
KEBIJAKAN
Prasarana
KABUPATEN SUMENEP
I. Sistem Perkotaan
a
Orde Perkotaan
82
NO.
KEBIJAKAN
Transportasi
83
NO.
KEBIJAKAN
Prasarana
3.3 ARAH
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
BADAN
84
kebijakan
relokasi
industri ke
KKM
XIII
VI
IX
XXI
XX
VII
KEP.MASALEMBU
XVI
XVII
XVIII
XII
III
IV
XIX
II
XV
XIV
XXII
I
XI
PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSS UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN
PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSM UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN
85
Suramadu merupakan modal konektivitas jaringan distribusi (barang dan jasa) yang dapat
menyatukan wilayah pengembangan ekonomi Jawa dan Madura dalam satu koridor.
Penguatan konektivitas akan membuka pertumbuhan ekonomi baru dan mengurangi
keterisolasian wilayah dan memperluas cakupan hinterland wilayah yang terlebih dahulu
berkembang. Secara keseluruhan, pusat pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitasnya
menciptakan
kerangka
percepatan
pengembangan
wilayah
Suramadu.
Dalam
PEMBANGUNAN KAWASAN
Perencanaan
Pengembangan SDM
Pembebasan Lahan
Persiapan Pengusahaan Investasi Kawasan
Persiapan kerjasama pengusahaan pelabuhan Tol untuk pengembangan kawasan
Gambar 3.7 Kerangka Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan
Ekonomi Madura
86
DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL
DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI REGIONAL
PULAU MADURA
DUKUNGAN MEMBANGUN
KETERKAITAN
EKONOMI NASIONAL
87
Suramadu
dan
kawasan
khusus
sekitar
pelabuhan
petikemas)
dikembangkan ke dalam tema tema sesuai dengan potensi sektor strategis pada
masing masing kawasanberfokus pada 4 (empat) sektor strategis, yaitu pertanian,
kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri/perdagangan jasa. Pendekatan
dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura dilakukan melalui:
- Pengembangan ekonomi lokal;
- Penguatan konektivitas klaster/kawasan;
- Penguatan kemampuan SDM dan peran serta pemberdayaan masyarakat;
- Peningkatan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah.
Konsep
tersebut
pertanian/perikanan
dilakukan
yang
dengan
berbasis
penguatan
potensi
lokal,
sentra-sentra
penguatan
pasar
produksi
melalui
88
dan
kualitas
produk
unggulan,
meningkatan
pendapatan
dan
b) Pengembangan
kawasan
regional
mendukung
distribusi
pemasaran
89
perlu
diperkuat
keterkaitan
infrastruktur
wilayah.
Untuk
memperkuat
mendukung
integrasi
logistik
nasional,
sistem
transportasi
nasional,
pembangunan
tersebut,
percepatan
pengembangan
infrastruktur
90
kawasan
berdasarkan
sektor
unggulan
yang
didukung
dengan
penyediaan
91
Madura,
penguatan
konektivitas
klaster/kawasan
dilakukan
melalui
pendekatan:
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan.
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung dilakukan dengan menghubungkan
antar pusat pusat kegiatan ekonomi (produksi, pengolahan dan pemasaran) dalam
klaster/kawasan, antar pusat pusat kegiatan ekonomi klaster/kawasan menuju
pusat pusat pelayanan dan pintu pintu outletyang akan berdampak pada
kelancaran arus barang dan efektivitas kegiatan ekonomi.
92
dan
perkeretaapian),
jaringan
transportasi
laut
(tatanan
93
94
95
diturunkan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi, dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
96
97
terbagi ke dalam urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan urusan bersama antara
Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
URUSAN PEMERINTAHAN
CONCURRENT
(Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
PILIHAN/OPTIONAL
(SektorUnggulan)
WAJIB/OBLIGATORY
(PelayananDasar)
Contoh: pertanian,
industri, perdagangan,
pariwisata, kelautan,
dsb
Contoh: kesehatan,
pendidikan, lingkungan
hidup, pekerjaan umum,
dan perhubungan
SPM
(StandarPelayanan Minimal)
PP 65/2005
98
meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang
tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang
serasi antar Daerah dengan Pemerintah.
Kerjasama antar daerah dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan
yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan
manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama.
Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain: kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip
efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik,
mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Obyek kerja
sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama :
Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain
yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima)
tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama.
Badan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas adalah bukan perangkat daerah.
Dalam kaitannnya dengan pengembangan Wilayah Suramadu, Peran Pemerintah
99
100
kewenangan Pusat dan daerah tersebut, dan mempunyai fungsi membangun, mengelola
dan mengusahakan kawasan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi lokal.
101
c. Memberikan
petunjuk
pelaksanaan
kepada
Badan
Pelaksana
mengenai
Menteri Keuangan
Menteri Perhubungan
Menteri Perindustrian
Menteri Komunikasi dan Informatika
Menteri Perdagangan
Menteri Dalam Negeri
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
Sekretariat
Gubernur Jawa Timur
BADAN PELAKSANA
KEPALA BADAN
WAKIL KEPALA BADAN
SEKRETARIS
102
pelaksanaan
pengembangan
wilayah
Suramadu
dan
meminta
masukan
maupun
mengadakan konsultasi dengan pihak lain yang dipandang perlu. Adapun skema organisasi
internal secara keseluruhan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dapat dilihat Gambar
di atas.
Pada tahun 2011 telah disusun Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Nomor: 01/PER/BP-BPWS/XI/2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja BP-BPWS dan pada tahun 2011 telah ditetapkan
Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
Nomor: 024/PER/BP-BPWS/V/2012 tentang Pembentukan Satuan Pengawas Intern BP-BPWS
sebagai acuan operasional dalam pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja. Susunan
Organisasi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura terdiri dari :
1. Kepala Badan Pelaksana;
2. Wakil Kepala Badan Pelaksana;
3. Sekretaris Badan Pelaksana;
4. Deputi Bidang Perencanaan;
5. Deputi Bidang Pengendalian.
BP-BPWS berada dibawah Dewan Pengarah dan dapat berkonsultasi kepada Dewan
Pengarah apabila diperlukan. Selain itu, BP-BPWS berkoordinasi dengan Menteri, Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Pemerintah Daerah dan Pimpinan
Lembaga lainnya yang terkait; melibatkan secara langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait; dan memperhatikan aspirasi dan masukan dari
masyarakat.
103
103
BAB
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
104
105
dokumen/kajian/
rumusan
kebijakan
yang
diterima
stakeholder
(dokumen);
- Persentase dokumen perencanaan teknis yang diaplikasikan (%);
- Jumlah unit infrastruktur dasar dan prasarana lainnya yang distimulan terkait
(unit);
- Jumlah tenaga terampil terlatih untuk industri lokal (orang);
2. Meningkatnya
pembangunan
kawasan
dalam
rangka
pengusahaan
106
Kegiatan
(Output)
Terselesaikannya
dokumen
107
Sistem aplikasi dan informasi publik yang tersedia dan dikelola (sistem aplikasi);
108
109
Selain itu penentapan target kinerja berdasarkan pada base line tahun 2014 yang
merupakan jumlah dari rencana target baru ditambah dengan sisa yang belum tercapai
pada periode 2010-2014 dan disesuaikan dengan RPJMN 2015-2019. Secara lengkap target
kinerja baik sasaran strategis, sasaran program maupun sasaran kegiatan disajikan dalam
matriks pada Lampiran.
Skenario ketiga (Skenario Optimis),didasarkan atas perhitungan kebutuhan masingmasing Unit Kerja Eselon I.
110
1
2
PROGRAM
Program dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas BPWS
Program percepatan
pengembangan Wilayah
Suramadu
JUMLAH
TOTAL
ALOKASI
2015-2019
(Rp. JUTA)
2015
2016
2017
2018
2019
37.000
41.248
42.735
44.894
59.643
258.507
265.802
279.555
305.594
328.599
1.437.800
295.507
307.051
322.290
350.488
388.241
1.663.577
225.777
1
2
PROGRAM
Program dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas BPWS
Program percepatan
pengembangan Wilayah
Suramadu
JUMLAH
TOTAL
ALOKASI
2015-2019
(Rp. JUTA)
2015
2016
2017
2018
2019
37.257
41.249
42.735
44.894
59.643
258.250
479.431
506.395
539.945
590.786
2.374.807
295.507
520.680
549.130
584.839
650.428
2.600.584
225.777
111
11
1
BAB 6 PENUTUP
BAB
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura 2015-2019 ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Badan Pelaksana Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sehingga hasil
pencapaiannya terukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
tahunan Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura. Dalam
kaitannya dengan pengukuran kinerja dan sebagai masukan bagi perencanaan selanjutnya,
Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura 2015-2019 ini
akan dievaluasi pada pertengahan (2017) dan akhir periode 5 tahun (2019) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Penyusunan Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah SurabayaMadura 2015-2019 melibatkan stakeholders terkait baik Pusat dan Daerah. Kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Tentunya dokumen ini dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di lingkungan
Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura.
112
BAB 5 PENUTUP
BAB 1 PENDAHULUAN
Satuan
Lokasi
Target
2015
2016
2017
2019
2015
2016
2017
2018
2019
295,507
318,551
322,291
350,488
388,241
258,250
279,050
282,416
309,592
343,613
Sasaran Strategis 1
Meningkatnya pembangunan kawasan
yang berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur, sarana dan prasarana
yang terpadu, pengembangan SDM
lokal yang berkualitas, serta akses
kawasan
SurabayaMadura
Unit
18
10
10
12
14
Ha
20
20
20
20
20
85
85
100
100
100
Bidang
Badan Pelaksana
BPWS
Sasaran Strategis 2
Meningkatnya kapasitas kelembagaan
dan SDM internal yang mendukung
kinerja BPWS
SurabayaMadura
37,257
39,501
39,875
40,896
44,629
258,250
279,050
282,416
309,592
343,613
115,324
108,550
109,211
133,630
139,464
Nilai
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP
Nilai
BB
BB
SurabayaMadura
Dokumen
20
17
16
16
16
80
80
80
90
90
Unit
10
Orang
500
500
500
1000
1000
Deputi
Perencanaan dan
Deputi
Pengendalian BPBPWS
Program/
Kegiatan
Satuan
Lokasi
Target
2015
2016
2017
Deputi
Unit
Organisasi
Perencanaan
dan K/L-N-BPelaksana
NS-BS
Deputi
Pengendalian BPBPWS
2019
2015
2016
2017
2018
2019
SurabayaMadura
142,926
170,500
173,205
175,962
204,149
15,470
20,000
19,190
19,790
20,746
Dokumen
Ha
20
20
20
20
20
Unit
Dokumen
SurabayaMadura
20
17
16
16
16
11,700
14,500
13,635
13,848
14,203
Dokumen
4,950
5,000
4,040
4,103
4,208
Dokumen
600
750
758
769
789
12
10
10
10
10
6,150
8,750
8,838
8,976
9,205
3,770
5,500
5,555
5,942
6,544
Dokumen
3,170
4,000
4,040
4,303
4,713
Laporan
600
1,500
1,515
1,639
1,831
242,780
259,050
263,226
289,802
322,866
Dokumen
SurabayaMadura
Ha
SurabayaMadura
20
20
20
20
20
105,799
112,500
113,625
115,400
118,355
Ha
20
20
20
20
20
104,999
111,500
112,615
114,375
117,303
Dokumen
800
1,000
1,010
1,026
1,052
Deputi
Perencanaan BPBPWS
Program/
Kegiatan
Satuan
Lokasi
Dokumen
SurabayaMadura
Target
2015
2016
2017
2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
16
18
18
18
18
4,905
10,050
10,151
10,304
10,581
Dokumen
10
2,280
4,850
4,899
4,970
5,110
Dokumen
10
10
10
10
2,625
5,200
5,252
5,334
5,471
18
10
10
12
14
120,896
124,000
126,825
149,139
177,589
Unit
SurabayaMadura
Deputi
Pengendalian BPBPWS
Unit
10
87,539
71,500
72,800
94,519
98,339
Unit
33,357
52,500
54,025
54,620
79,250
500
500
500
1000
1000
2,100
3,500
3,535
5,726
6,373
500
500
500
1000
1000
2,100
3,500
3,535
5,726
6,373
12
12
12
12
12
9,080
9,000
9,090
9,232
9,968
12
12
12
12
12
9,080
9,000
9,090
9,232
9,968
37,257
39,501
39,875
40,896
44,629
37,257
39,501
39,875
40,896
44,629
Orang
SurabayaMadura
Orang
Bulan
layanan
SurabayaMadura
Bulan
layanan
SurabayaMadura
Orang
85
85
85
100
100
Laporan
Produk
hukum/
MoU
Sekretaris BPBPWS
Sekretaris BPBPWS
Program/
Kegiatan
Satuan
Lokasi
Target
2015
2016
2017
2018
2019
Sistem
Aplikasi
Daftar
2015
2016
2017
2018
2019
37,257
39,501
39,875
40,896
44,629
Bulan
layanan
SurabayaMadura
12
12
12
12
12
28,057
28,760
29,608
30,468
33,934
12
12
12
12
12
10,326
9,000
9,500
10,000
10,500
12
12
12
12
12
17,731
19,760
20,108
20,468
23,434
12
10
6,650
7,341
6,833
6,940
7,118
Bulan
layanan
Bulan
layanan
Laporan
SurabayaMadura
Laporan
2,000
2,750
2,778
2,821
2,893
Laporan
1,600
700
707
718
736
Laporan
1,450
2,300
1,742
1,769
1,815
Laporan
1,600
1,591
1,606
1,632
1,673
1,950
2,000
2,020
2,052
2,104
Dokumen
1,100
1,200
1,212
1,231
1,262
Laporan
850
800
808
821
842
400
900
909
923
947
400
900
909
923
947
200
500
505
513
526
200
500
505
513
526
Dokumen
SurabayaMadura
Sistem
Aplikasi
SurabayaMadura
Sistem
Aplikasi
Unit
SurabayaMadura
Unit
Sekretaris BPBPWS