Anda di halaman 1dari 149

METODE MATRIK

APLIKASI METODE MATRIK


UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

PENGERTIAN UMUM
Metode matrik adalah suatu pemikiran baru pada analisa struktur, yang
berkembang bersamaan dengan populernya penggunaan computer

otomatis untuk operasi perhitungan aritmatika.

HAL UTAMA DALAM ANALISA UNTUK MENENENTUKAN BAIK ITU DEFORMASI

ATAUPUN STRESS PADA STRUKTUR, IALAH SAMPAI JAUH MANA SUDAH


DIKETAHUI SIFAT KARAKTERISTIK HUBUNGAN GAYA DAN DEFORMASI DARI
ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR, DAN MEMAKSAKAN TERPENUHINYA SYARAT-

SYARAT KOMPATIBILITI DAN KESETIMBANGAN, ADA TIGA HAL YANG


MENDASARI

1.

2.
3.

ANALISIS

INI,

kesetimbangan
hubungan stress dan strain, atau gaya
dalam dan deformasi
kompatibiliti,atau kontinuitas dari
deformasi

YAITU:

DALAM ANALISIS MATRIK DIKENAL ADA DUA CARA :

1.

2.

metode kekakuan (stiffness method, atau


displacement method )
metode fleksibilitas (flexibility method, atau force
method)

METODE KEKAKUAN
Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan
lendutan, dinyatakan secara matematis :

K D

= gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat adanya lendutan.

= lendutan pada titik-titik diskrit

= menyatakan kekakuan dari struktur

Metode Kekakuan

Ini

Juga

Disebut

Metode

Lendutan

(Displacement Method), Karena Analisa Dimulai Dengan


Lendutan Sehingga Dengan Demikian Urutan Kerjanya Secara
Garis Besar Adalah Sebagai Berikut :

kompabiliti; yaitu mencari hubungan antara deformasi dengan lendutan, atau secara
tegasnya mencari deformasi apa yang terjadi pada elemen-elemen dititik-titik diskrit
akibat diberikannya lendutan pada struktur dititik-titik tersebut.

persamaan hubungan stress dan strain, yaitu mencari hubungan mengenai gaya-gaya

dalam yang timbul sebagai akibat adanya deformasi pada elemen-elemen pada struktur
tersebut.

kesetimbangan, langkah terakhir yang menyatakan hubungan gaya luar dititik diskrit
dengan gaya-gaya dalam atau mencari berapa besar gaya luar di ujung elemen-elemen
yang tepat diimbangi oleh gaya-gaya dalam elemen titik-titik diskrit.

Metode Kekakuan Ialah Suatu Cara Untuk Analisa Struktur Dimana Dalam Proses Perumusan
Dari Analisanya Diambil Lendutan Di Titik-titik Diskrit Sebagai Besaraan Anu Yang Hendak

Dicari.Dalam Proses Menganalisa Akan Mengenal Beberapa Matrix Yang Penting Sebagai Berikut
:

matrik deformasi A suatu matrik yang menyatakan


hubungan kompatibiliti atau hubungan deformasi dan
lendutan :

A D

dimana :
d

= menyatakan deformasi dari elemen struktur

A = adalah matrik deformasi

D = menyatakan lendutan ditik diskrit

MATRIK KEKOKOHAN INTERNEN

SUATU MATRIX YANG MEMENUHI HOKUM

HOOKE DALAM MANA DINYATAKAN HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN DEFORMASI :

S d

dimana :
H

= menyatakan gaya dalam elemen

= adalah
elemen

matrix kekokohan

= menyatan deformasi elemen

intern

MATRIX STATIS

, SUATU MATRIX YANG MENYATAKAN

KESETIMBANGAN ANTARA GAYA LUAR DAN GAYA DALAM :


=

B H

dimana :

= menytakan gaya luar yang bekerja dititik diskrit

= matrix statis

= gaya dalam elemen

Maka ketiga matrix di atas digabungkan, maka akan didapatkan hubungan :

B S

B S

DIMANA K ADALAH MATRIX KEKAKUAN STRUKTUR, DENGAN

PENGERTIAN

B S A

Jadi salah satu tujuan terminal yang penting adalah proses analisa ini
ialah dapat menurunkan matrik kekakuan struktur K

Selanjutnya akan mudah dicapai tujuan akhir, yaitu analisa


lendutan dan gaya dalam elemen.

DERAJAT KETIDAK-TENTUAN KINEMATIS

Untuk analisa ini akan dimulai dengan mengambil


lendutan di titik-titik diskrit sebagai sasaran yang
harus dihitung.

Untuk mengetahui dimana harus dipasang besaran


lendutan yang akan dicari tersebut, maka harus
diketahui dahulu beberapa derajat ketidak tentuan
kinematis atau istilah lainnya derajat kebebasan
(degree of freedom) dari struktur.

Derajat ketidak-tentuan kinematis ialah suatu


besaran yang menyatakan jumlah komponen
bebas dari lendutan dititik diskrit yang mungkin
terjadiyang berhubungan dengan diberikannya
suatu pembebanan pada struktur. Di bawah ini
diberikan beberapa macam struktur bidang
yang akan ditujukkan berapa derajat ketidaktentuan kinematisnya.

struktur

Komponen bebas dari lendutan


di titik pertemuan

Derajat
kinematis

ketidak-tentuan

0
(a)

D1

D2

2
(b)

D1

D2

2
(c)

Derajat
ketidaktentuan kinematis

Komponen bebas dari lendutan


di titik pertemuan

struktur

D5

D2
D3
D1

D4

D6

(d)
D1

D3
3
Dengan
mengabaikan
deformasi aksial dari
eleme

D2

(e)
D5
D3
D1

D4
D6

D7

(f)

D4

D2
D1

D6

D3
D5

D7

(g)

D8

D9
D10

D11

D12

12

Gambar 1.1 derajat ketidak-tentuan kinematis dari


struktur

ditunjukkan

oleh

banyaknya

vector

lendutan yang mungkin terjadi di titik bebas,


dimana arah vector pada gambar menunjukkan
arah vector yang positif.

DASAR PERHITUNGAN
Dalam bab ini, akan dijelaskan secara mendetail
urut-urutan analisa dari suatu konstruksi bidang (dua
dimensi) dengan berdasarkan pada metode
kekakuan.
Sekarang terlihat satu konstruksi seperti seperti
ditunjukkan pada gambar 2.(a) selanjutnya akan
diikuti urutan dari proses analisa.

(a)gambar konstruksi statis tak tentu

D3

D2

D1

(b) derajat ketidak-tentuan kinematis : 3

Q1

Q2

Q3
D3

D2

D1

(c) diagram gaya luar ekivalen Q


yang koresponding dengan lendutan D sebagai pengganti
darisistem pembebanan pada gambar (a)

EI1

EI2

EI3

L1

L2

L3

(d) Struktur dasar yang merupakan struktur yang dikekang

d2

d3
D1

(e) diberikan D1 = 1 satuan


d4

(f) diberikan

d5
D2

D2=1 satuan
d6

(g) diberikan

D3

=1 satuan

D3

d1

d5

d3

H1

H2

H6

H4
H3

d2

H5

d4

(h) diagram H-d, dimana H


merupakan reaksi elemen yang
terhadap diberikannya deformasi.

Q1

Q2
H4

H2

H5

H6

Q3

H3

(i) diagram kesetimbangan


Gambar 1. 2 Analisa balok di atas beberapa perletakan.

d6

dikekang

Konstruksi Ini Ialah Balok Menerus Di Atas Empat Perletakan, Satu Jepit Dan
Tiga Sendi, Merupakan Suatu Konstruksi Dengan Derajat Ketidak-tentuan
Kinematis Sebesar 3 (Gambar 2.B)

Langkah pertama ialah menyelidiki kompatibilitas dari struktur,


dengan jalan memberikan berturut-turut lendutan
D1 1, D2 1 dan D3 1 (gambar 2.e, 2.f, dan 2.g).
Mudah dapat kita lihat, bahwa :
d2

d3

D1

d4

d5

D2

d6

D3

d1

atau disusun secara sistematis :


d1
d2
d3

D1
D1

d4
d5
d6

D2
D2
D3

bila dinyatakan dalam hubungan matrix :


d1
d2
d3

0
1
1

0
0
0

0
0
0

d4
d5
d6

0
0
0

1
1
0

0
0
1

atau

A D

D1
D2
D3

D1

d1

d2

d3

d4

d5

d6

D2

D3

Langkah kedua ialah menyelidiki hubungan gaya dalam dan deformasi


dengan melihat tiap-tiap elemen sebagai bagian yang diskrit, seperti pada
gambar 2.h.
Dari sifat elastis elemen, didapatkan hubungan :
d1
H1

d5

d3
H2
H3
d2

d1
d2

1 H1L1
3 EI1
1 H1L1
6 EI1

H6

H4

d4

1 H 2 L1
6 EI1
1 H 2 L1
3 EI1

H5
d6

dimana :

d1

= menyatakan deformasi yang terjadi di ujung elemen

= menyatakan gaya dalam yang ada di ujung elemen,

dalam hal ini momen lentur


diinverskan, akan didapat :

H1
H3
H5

4 EI1
2 EI1
d1
d2
L1
L1
4 EI1
d3
L2
4 EI 3
d5
L3

2 EI 2
d4
L2
2 EI 3
d6
L3

H2

2EI1
4EI1
d1
d2
L1
L1

H4

2 EI 2
4 EI 2
d3
d4
L2
L2

H6

2 EI 3
4 EI 3
d5
d6
L3
L3

Bila hubungan ini dinyatakan dalam bentuk matrix, maka :

H1
H2
H3
H4
H5
H6

4 EI1
L1
2 EI1
L1

2 EI1
L1
4 EI1
L1

4 EI 2
L2
2 EI 2
L2

2 EI 2
L2
4 EI 2
L2

4 EI 3
L3
2 EI 3
L3

2 EI 3
L3
4 EI 3
L3

d1
d2
d3
d4
d5
d6

atau :

S d

dimana matrix S merupakan matrix :


4 EI 1
L1
2 EI 1
L1

2 EI 1
L1
4 EI 1
L1

4 EI 2
L2
2 EI 2
L2

2 EI 2
L2
4 EI 2
L2

4 EI 3
L3
2 EI 3
L3

2 EI 3
L3
4 EI 3
L3

d5

d6

d3

d4

d1

d2

Jadi Sebenarnya Matrix S

Ialah Suatu Matrix Yang Menyatakan

Berapa Besar Gaya Dalam H Yang Timbul Diujung Elemen Bila Di


Titik-titik Tersebut Diberikan Satu Satuan Deformasi

Langkah ketiga adalah menyelidiki tentang kesetimbangan gaya luar


dan gaya dalam :

Melihat gambar

Q1

H2

H5

Q2

H4

H5

Q3

H6

Bila dinyatakan secara matrik :


Q1
Q2

0 1 1 0 0 0
0 0 0 1 1 0

Q3

0 0 0 0 0 1

atau :
Q

H1
H2
H3
H4
H5
H6

B H

dimana :
B

Q1

Q2

Q3

H2

H3

H4

H5

H6

Satu hubungan terminal, adalah mendapatkan hubungan :

K D
Dimana :

B S A

untuk mendapatkan lendutan, maka


sebagai :

dapat diinverskan

dimana :

Q
D

menyatakan gaya-gaya luar yang bekerja di titik-titik diskrit.

menyatakan lendutan di titik


berkoresponding dengan gaya Q

bersangkutan

yang

ternyata didapatkan :

prinsip kerja virtual.

Q*

a.gaya luar virtual


D

b. lendutan aktuil

Gamabar 1.3 konstruksi balok menerus pada mana dikerjakan gaya virtual.

Misalnya pada konstruksi yang sedang dibahas tersebut


dikerjakan gaya virtual Q
gambar (1.3a ) sehingga timbul gaya dalam H
pada elemennya, maka dari prinsip kerja virtuil akan
didapatkan hubungan (yang dinyatakan dalam
perkalian matrix).

dengan melihat :

A D

Q
Q

B H
T

maka persamaan ( ) bisa ditulis ;

A D

Bila disederhanakan, akan memberikan :


B

A
A

Dengan demikian persamaan, bisa ditulis :

A S A

Dengan demikian persamaan telah dipermudahkan,


yaitu untuk menurunkan matrix kekakuan K

cukup hanya menurunkan dua matrik penbentuknya,


yaitu matrix deformasi A
dan matrix kekokohan intern elemen S

Untuk menghitung gaya dalam digunakan hubungan :


.

S d

atau

S A D

dimana :

= matrik lendutan dititik diskrit.

APLIKASI
KONSTRUKSI BALOK MENERUS

selanjutnya akan diberikan beberapa contoh


pemakaian metode kekakuan ini pada analisa
struktur.

Contoh 3.1
Di bawah ini akan dibahas secara singkat analisa dengan
metode kekakuan dengan derajat ketidak-tentuan
kinematik tingkat 1.

600kg/m

EI
10 m

EI
8m

a. konstruksi yang akan dianalisa

b. konstruksi dasar yang dikekang

-5000

+5000

-3200

+3200

c. momen primer (fixed-end moment)

Momen primer :
M AB

M BA

M BC

M CB

1
.600.6 2
12
1
.600.4 2
12

5000kg.m
3200kg.m

D1

d.. derajat ketidak-pastian kinematis : 1

Q1=1800kg.m

e. gaya luar ekivalen dititik diskrit yang koresponding


dengan lendutan Q1 5000 3200(kg.m)

D1

d3
d2

f. diberikan D1
d1

1 satuan
d3

H2

H4
H3

d2

g. diagram H - d

d4

H2
H3

h. diagram kesetimbangan
Gambar 1.4 balok diatas tiga tumpuan

Melihat gambar 1.4 (f), dengan mudah akan didapatkan :

0
1
1
0
D
1

d1
d2
d3
d4
1

dari gambar 1.4 (g) :

4 EI
10
2 EI
10

2 EI
10
4 EI
10

d1

d2

H1

H2

4 EI
8
2 EI
8

2 EI
8
4 EI
8

H3

d3

0.4
0.2
0

0.2
0.4
0

0
0
0.5

0
0
0.25

0.25

0.5

d4

H4

dari persamaan:
K

0 1 1 0

0.4
0.2

0.2
0.4

0
0

0
0

0
1

0.5

0.25

0.25

0.5

0.2 0.4 0.5 0.25

0
1
1
0

K
K

0.9 EI
1

1
0.9 EI

EI

EI

Dengan mengubah gaya Q menjadi gaya titik ekivalen di


ujung elemen (gambar 1.4.c dan e) dan dengan melihat
persamaan (1.25) :
D
D1
D1

1
1800
0.9 EI
2000
EI

dari persamaan (1.36) :

S A D
0.4
0.2

0.2
0.4

0
0

0
0

0.5

0.25

0.2
0.4
0.5

0.25

0.5

0.25

.2000

H1
H2
H3
H4

400
800
1000
500

H1
H2
H3

400
800
1000

kg.m
kg.m
kg.m

H4

500

kg.m

A
400

800

1000

Gambar 1.5 Distribusi gaya dalam

500

hasil yang ditunjukkan oleh gambar 1.5 ialah menyatakan besarnya


momen lentur (dalam hal ini sebagai momen batang, bukan sebagai
momen titik) yang didistribusikan ke batang elemen AB dan BC sesuai
dengan kekakuan masing-masing . jadi gaya dalam H yang didapat

dari hasil perhitungan ini bukan merupakan memen lentur yang


sebenarnya bekerja.
Momen lentur

H yang sebenarnya bekerja bisa diperoleh dengan

mengurangi gaya dalam dengan momen primer elemen struktur.

MA

400

( 5000)

M BA

800

M BC

1000

MC

500

( 5000)
( 3200)

( 3200)

5400kg.m
4200kg.m
4200kg.m
2700kg.m

Penting untuk dicatat pula di sini, bahwa hasil momen akhir


ini juga menyatakan momen batang bukan momen titik.
Contoh 1.2
Sebagai contoh kedua akan dibahas suatau konstruksi
kinematis tertentu seperti pada gambar 1.6 (a).
Q=1000 kg
EI
A

EI

6m

4m

a. konstruksi yang akan dianalisa dengan beban

b. struktur dasar yang dikekang

D1
C
D2

c. derajat ketidak-tentuan kinematis : 2


D1
d2
d1

d3
d4

(d) diberikan

D1= 1 satuan

d3
D2

d2

e. diberikan D2 = 1 satuan
d1

d3

H4

H2
H3

H3
d2

f. diagram H-d

d4

Q1
H2

Q2

H3

H1+H2
6

H3+H4
4

g. diagram kesetimbangan

Gambar 1.6 balok di atas 2 tumpuan

Langkah pertama yang dilakukan ialah menganggap


konstruksi ini terdiri atas dua elemen diskrit. AC dan
CB ( gambar 3.6 b). titik C segai titik diskrit
mempunyai dua derajat kebebasan, yaitu translasi
dan rotasi.
Melihat gambar 3.6, akan didapat hubunganD
hubungan sebagai berikut :
1

d2

d3

d1

d4

1
6
1
6
1
4
1
4
D

d1

d2

d3

d4

H1
H2
H3
H4
H5
H6

4 EI1
L1
2 EI1
L1

2 EI1
L1
4 EI1
L1

4 EI 2
L2
2 EI 2
L2

2 EI 2
L2
4 EI 2
L2

4 EI 3
L3
2 EI 3
L3

2 EI 3
L3
4 EI 3
L3

d1
d2
d3
d4
d5
d6

EI

EI

4
6
2
6

2
6
4
6

2
3
1
3

1
3
2
3

0
0
1

0
0
2

4
4
2
4

2
4
4
4

1
2

1
2
3

1
4

selanjutnya dihitung matrix kekakuan K

1
6
0

A S A

1
6
1

1
4
1

1
4
0

0
0

1
6
1
3

2
3
1
3

1
6
2
3

1
3
2
3

1
2

1
2

3
8
1

3
8
1
2

1
6
1
6
1
4
1
4

1
6
1
6
1
4
1
4

0
1
EI
1
0

0
1
EI
1
0

0.2430 0.2083
EI
0.2083 1.6667

K
K

D1
D2

1
0.3617EI

1.6667
0.2083

0.2083
0.2430

4607.85
EI
575.89
EI

selanjutnya akan bisa dihitung gaya dalam :

S A D

= EI

2
3
1
3

1
3
2
3

0
0

= EI

1
2

1
2

1
6
1
6
3
8
3
8

1
3
2
3
1
1
2

1
6
1
6
1
4
1
4

4607.85
EI
575.89
EI

0
1
1
0

4607.85
EI
575.89
EI

H1
H2
H3
H4

960
1152
1152
1440

960

1152

1152

4m

6m
Gambar 1.7 Distribusi gaya dalam

Maka didapatkan hasil analisa ;


MA
MB
M CA

960kg.m
1440kg.m
M CB

1152kg.m

1440

Bila dibandingkan hasil ini dengan rumus yang sudah diketahui :


MA
MB

1000.6.4 2
960kg.m
2
10
1000.6 2.4
1440kg.m
2
10

Ternyata hasilnya sama

Contoh 1.3
Pada contoh soal selanjutnya ini, akan diperlihatkan
bagaimana proses analisa bila konstruksi pada contoh
1.2 dikombinasikan dengan suatu perletakan elastis di
titik C.
Q=1000 kg
EI

k=0.5EI

C
6m

4m

(a) konstruksi yang akan dianalisa, dengan satu perletakan elastis


dimana k = 0.5 EI

D1

D2

(b) derajat ketidak-tentuan kinematsi : 2


D1
d2
d1

(c) deberikan

d3
d4

D1 = 1 satuan

Q=-1000

D1
kD1

(d) gaya ekivalen dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan


D1

Q=-1000-kD1

kD1

(e) penyederhanaan dari gambar (d)


Gambar 1.8 konstruksi balok menerus di atas perletakan elastis.

Persoalan pada contoh ini sebenarnya sama dengan contoh 1.2, karena
memunyai elemen batang yang sama dengan derajat kebebasan yang sama
pula . maka proses analisa tidak akan mendetail dibahas lagi disini, dan
langsung akan matrik kekakuan :

0.2430 0.2083
EI
0.2083 1.6667

1.6667
1
0.3617EI 0.2083

0.2083
0.2430

Proses selanjutnya akan terlihat adanya perbedaan dengan analisa contoh


soal yang lalu, yaitu dalam menetapklan vector gaya yang bekerja, yang
disamping ditentukan oleh gaya luar yang dikethuiQ 1000kg,
juga dipengaruhi oleh gaya pegas

kD1

D
D1
D2
D1
D1
D1

K Q
1.6667 0.2083 ( 1000 kD1 )
1
0
0.3617EI 0.2083 0.2430
1
.1.6667( 1000 kD1 )
0.3617EI
1.6667
( 1000 0.5 EID1 )
0.3617EI
4608
2.304D1
EI

4608
EI
1394.7
EI

3.304D1
D1

D2
D2

1
1394.7
( 0.2083( 1000 0.5EI
))
0.3617EI
EI
174.3
EI

berdasarkan hasil lendutan D1 dan D


2
yang didapat, bisa dihitung gaya dalam yang timbul
pada elemen struktur.

EI

1
6
1
6
3
8
3
8

1
3
2
3
1
1
2

1394.7
EI
174.3
EI

H1
H2
H3
H4

290.5
348.7
384.7
435.9

Dengan demikian didapatkan hasil analisa :

MA
M CA
M CB
MB

290.5kg.m
348.7kg.m
348.7kg.m
435.9kg.m

KONSTRUKSI PORTAL BIDANG TANPA


PENGGOYANGAN DIMANA DIFORMASI
AKSIAL DIABAIKAN

Dalam hal ini akan dibahas analisa dari konstruksi portal


bidang. Diketahui dua macam konstruksi portal bidang ,
yaitu portal tanpa penggoyangan dan portal dengan
penggoyangan, seperti ditunjukkan oleh gambar 1.2.

Dalam pasal ini akan dicoba dibahas analisa portal bidang


tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari elemenelemennya diabaikan.

(a)Portal tanpa penggoyangan.

b. portal menerus tanpa


pergoyangan

(c) portal dengan penggoyangan


Gambar 1.2 konstruksi portal dengan titik hubung kaku

Contoh 1.1
Dalam pasal ini akan dibahas analisa portal bidang
tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari
elemen-elemennmya diabaikan.

Q=300kg/m

2 m

600kg

600kg
EI

EI
3 m

C
5 m

(a) portal bidang yang akan dianalisa, dengan bentuk konstruksi dan system
pembebanan yang simetris

( b) struiktur dasar yang dikekang

Momen primer :

M AB
M BA

600.3.2 2
52
600.32.2
52

288kg.m
432kg.m

M CD

M BA

1
.300.5 2
12
432kg.m

M CD

M AB

288kg.m

M BC

M CB

625

625kg.m

625
C

B
432

432

288

288
A

cMomen primer

D1

D2

d. derajat ketidak-pastian kinematis : 2


Q2=-193
Q1=-193

e. gaya ekivalen dititik yang koresponding dengan lendutan D

Q1

432 625

193kg.m

Q2

625 432

193kg.m

d3
D1
C
d2

f. diberikan D =1 satuan

D2

d4

d5

g. diberikan D2= 1 satuan


H4
H2

H3

d3

d4

H5
d5

d2

d1

d6
H6

H1

h. Diagram H-d

H3

Q2

Q1

H4

H2

(i ) diagram kesetimbangan

H5

Gambar 1.3 Portal simetris


Dengan memperhatikan gambar 1.3 akan didapatkan :

d1

d2

d3

d4

d5

d6

D1

D2

4
5
2
5

2
5
4
5

0
0

4( 2)
5
2( 2)
5

2( 2)
5
4( 2)
5

4
5
2
5

2
5
4
5

EI

2EI
5

2 1 0 0 0 0 1
1 2 0 0 0 0 2
0 0 4 2 0 0 3
0 0 2 4 0 0 4
0 0 0 0 2 1 5
0 0 0 0 1 2 6

1 2 3 4 5 6

4 EI1
L1
2 EI1
L1

2 EI1
L1
4 EI1
L1

4 EI 2
L2
2 EI 2
L2

2 EI 2
L2
4 EI 2
L2

4 EI 3
L3
2 EI 3
L3

2 EI 3
L3
4 EI 3
L3

Dengan demikian :

A S A

0 1 1 0 0 0
0 0 0 1 1 0

2
1
2EI 0
5 0
0
0

0
2EI 1 2 4 2 0 0 1
5 0 0 2 4 2 1 1
0
0
0
2EI 6 2

2 6

1
2
0
0
0
0

0
0
4
2
0
0
0
0
0
1
1
0

0
0
2
4
0
0

0
0
0
0
2
1

0
0
0
0
1
2

0
1
1
0
0
0

0
0
0
1
1
0

Dengan mengubah gaya-gaya luar menjadi gaya ekivalen


terpusat di ujung elemen atau di titik-titik diskrit ( 1. 3.c dan e ),
dan dengan melihat persamaan :

D
D1
D2

5
1
6
.
2EI 36 4 2

5
64EI

D1
D2

2
6

193
193

=
1544
1544

965
8 EI
965
8 EI

Jadi putaran sudut dititik B dan C ialah sebesar :


=

D1

965
8EI

D2

Dari persamaan ( 1.36)

S A D
5
2 EI

2
1
0
0
0
0

1
2
0
0
0
0

0
0
4
2
0
0

0
0
2
4
0
0

0
0
0
0
2
1

0
0
0
0
1
2

0
1
1
0
0
0

0
0
0
1
1
0

965
8 EI
965
8 EI

1
2
4
2
0
0
H1
H2
H3
=

H4
H5
H6

0
0
2
4
2
1

193
4
193
4

48.25
96.5
96.5
96.5
96.5
48.25

Melihat momen primernya pada gambar (1.3.c), maka akan didapat :


M

AB

48.25

( 288)

239.75kg.m

M BA

96.50

( 432)

528.50kg.m

M BC

96.50

( 625)

528.50kg.m

M CB

96.50

( 625)

528.50kg.m

M CD

96.50

( 432)

528.50kg.m

MD

48.25

( 288)

239.75kg.m

Contoh 1.2 :
Sekarang Akan Dibahas Analisa Portal dengan adanya penahanan kesamping

400kg
q= 600kg/m
D 2EI F

2EI

2EI

C
2.00

EI

EI

1000kg
B

2.00

A
2.00

1.00
5.00
a. Portal yang dianalisa

5.00

B
A

b. Struktur dasar yang dikekang


Momen primer :

M ED
M EF

400.2 800kg.m
M FE

M FC

M CF

M FB

M BF

1
.800.5 2
12

1250kg.m

1
.600.5 2
12

1250kg.m

.1000.4

500kg.m

800 1250

1250 1250

1250

500

500

b. Momen primer
D1

D2

c. Derajat ketidak-tentuan kinematsi : 2 (deformasi aksial diabaikan)

Q1=-450

Q2=-500

d. Gaya ekivalen Q dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan D

D1
d2

e. Diberikan

D1

d3

= 1 satuan

d4

D2
d7
d5

g. Diberikan D2
d4
H3
H2

d3

= 1 satuan

H7

H4
H5

d7

d2

d5
d6

d1

H6
H1

h. Diagram H-d

Gambar 1.4 Portal menerus tanpa penggoyangan

d8

Dimulai dengan menghitung matrik

0
1

0
0

d1
d2

d3
d4
d5
d6
d7
d8

0
0
0
0
0

D1

1
1
0
1
0
1

D2

A
4
5
2
5

2
5
4
5

dan

4(2)
5
2(2)
5

2(2)
5
4(2)
5

2
4
4
4

4
4
2
4

4(2)
5
2(2)
5

2(2)
5
4(2)
5

EI

EI
10

8
4
0
0
0
0
0
0

4
8
0
0
0
0
0
0

0
0
16
16
0
0
0
0

0
0
8
8
0
0
0
0

0
0
0
0
10
10
0
0

0
0
0
0
5
5
0
0

0
0
0
0
0
0
16
8

0
0
0
0
0
0
8
18

1
2
3
4
5
6
7
8

Matrik kekakuan struktur dapat dihitung berdasarkan persamaan :

EI 0 1 1 0 0 0 0 0
10 0 0 0 1 1 0 1 0
=

EI 4 8 16 8 0 0 0 0
10 0 0 8 16 10 5 16 8

8
4
0
0
0
0
0
0

4
8
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0

0
0
16
16
0
0
0
0

0
0
8
8
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0

0
0
0
0
10
10
0
0

0
0
0
0
5
5
0
0

0
0
0
0
0
0
16
8

0
0
0
0
0
0
8
18

0
1
1
0
0
0
0
0

0
0
0
1
1
0
1
0

K
K

EI
10

24
8

8
42

EI x 1
42
10 944
8

8
24

21
4
5
4 12
236EI
D1
D2

D1
D2
D1
D2

21
4
5
236EI 4 12

5
7450
236EI
4200
37250
236EI
21000
236EI

450
500

S A D

8
4
0
EI 0
10 0
0
0
0

4
8
0
0
0
0
0
0

4
8
16
8
0
0
0
0

0
0
16
16
0
0
0
0

0
0
8
8
0
0
0
0

0
0
0
0
10
10
0
0

0
0
0
0
5
5
0
0

0
0
8
16
10
5
16
8

0
0
0
0
0
0
16
8

0
0
0
0
0
0
8
18

0
1
1
0
0
0
0
0

0
0
0
1
1
0
1
0

37250
236
21000
236

37250
236EI
21000
236EI

63.14
126.27
323.73
268.64
88.98
44.49
142.38
71.19

Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur maka


akan didapat :

MA
M EA

63.14 0
126.27 0

63.14kg.m
126.27kg.m

M ED

0 ( 800)

800kg.m

M EF

323.73 ( 1250) 926.27.kg.m

M FE

268.64 ( 1250)

1518.64kg.m

M FB

88.98 ( 500) 411.02kg.m

M FC

142.38 ( 1250) 1107.62kg.m

MB

44.49 ( 500)

MC

71.19 ( 1250)

544.49kg.m

1321.19kg.m

Sekarang ditinjau apakah kesetimbangan dititik-titik pertemuhan terpenuhi :

ME

M EA

M ED

M EF

= -126.27-800+926.27
= 0 (terpenuhi)

ME

M FE

M FB

M FC

= -1518.64 + 411.02 + 1107.62


= 0 (terpenuhi)

Setelah matrik kekakuan struktur di atas disusun sesuai


dengan kebutuhan yaitu untuk mendapatkan matrik
berukuran 3 x 3, maka dilakukan kondensasi statik.

K tt

K to

K ot

K oo

K
Matrik K setelah dikakukan kondensasi adalah :

K 3 x3

K tt

K to K oo

K ot

yang

KONSTRUKSI PORTAL BIDANG DENGAN PERGOYANGAN


DIMANA DEFORMASI AKSIAL DIABAIKAN
Setelah pada pasal yang lalu dibahas analisa portal tanpa
penggoyangan, sekarang akan dicoba menganalisa
kostruksi portal dengan pergoyangan, dimana deformasi
aksial masih diabaikan.

Contoh 1 :
Di bawah ini diberikan satu contoh analisa portal
sederhana dengan penggoyangan kesamping.

1
4
1
4
0

0
1
4
1
4
D1

d1

d2

d3

d4

d5

d6

D2

4
4
2
4

2
4
4
4

0
0

D3

4( 2)
4
2( 2)
4

2( 2)
4
4( 2)
4

4
4
2
4

2
4
4
4

EI

EI
2

2
1
0

1
2
0

0
0
4

0
0
2

0
0
0

0 1
0 2
0 3

0
0

0
0

2
0

4
0

0
2

0 4
1 5

2 6

Selanjutnya bisa dihitung matrik kekakuan struktur

S A
2 1 0

1
EI 4
0
2
0

1
1
0 0
4
4
1 1 0 0
0 0 1 1

1 1 2
4 0 0
0
0 0
0
0 0

0
4
2
0

0 0 0

1
0 0
0 0 0 4
1
1 0
0 0 0
4
2 0 0 0 1 0
4 0 0 0 0 1
0 2 1 1 0 1
4
0 1 2 1
0 0
4

3
EI 4
1
2
0

3
4
2

4 2

3
4
0

3
4
0

2 4

0 0

EI
2

EI
8

3
4
3
4
3
4

3
4

3
4

3 3
3 24

3
8

24

1
0 0
4
1
1 0
4
0 1 0
0
1
4
1
4

0 1
0 1
0 0

Setelah

8 1
.
EI 1248

1
156EI

dan K

512
48

48
63

48

15

48
15
63

512
48

48
63

48

15

48
15
63

dihitung,

maka besar lendutan dan gaya-gaya dalam akan dapat dengan


mudah ditentukan.

D
D1
D2
D3

K
1
156EI

512
48

48
63

48

15

48
15
63

1000
500
500

D1
D2
D3

512000
87000

1
156EI

9000

D1 3282.05 / EI
D2
557.69 / EI
D3

57.69 / EI

EI
2

2
1
0
0
0
0

1
2
0
0
0
0

0
0
4
2
0
0

0
0
2
4
0
0

0
0
0
0
2
1

0
0
0
0
1
2

1
4
1
4
0
0
1
4
1
4

0 0
1 0
1 0
0 1
0 1
0 0

3282.05 / EI
557.69 / EI
57.69 / EI

1
2

3
4
3
4
0
0
1
4
1
4

3282.05

557.69

57.69

951.92
673.07
1173.07
673.07
1173.07
1201.92

1
2
3
4
5
6

Dengan memperhatikan momen primer dari elemenelemen struktur, maka akan didapat :

MA

M CA

951.92 0 951.92kg.m

673.07 0

673.07kg.m

M CD

1173.07 ( 500)

M DC

673.07 ( 500)

673.07kg.m
1173.07kg.m

M DB

1173.07 0 1173.07kg.m

MB

1201.92 0 1201.92kg.m

Contoh 2
Dibawah ini akan dicoba menganalisa satu portal sederhana dengan
pergoyangan sate arah yaitu mendataryang dikombinasikan dengan pegas,
dengan kontanta pegas k. Beban-beban dan ukuran konstruksi diambil sama
dengan contoh : 1.

Persoalan kekakuan struktur pada contoh soal ini adalah sama dengan contoh 1,
jadi proses menghitung kekakuan
K adalah sama dengan contoh tersebut.

EI
8

3 3
3 24

3
8

24

1
156EI

D1
D2
D3

1
156EI

512
48

48
63

48

15

63

512
48

48
63

48
15

48

15

48
15

63

1000 k .D1
500
500

D
D1
D2

K
1
156EI

512000 512k .D1


37000 48kD1

D3

untuk

9000 48k .D1

D1

1
(512000 512k.D1 )
156EI

1
EI
4

D1

3282.05 / EI

1.8205D1

3282.05 / EI

D1 1802.82 / EI
kD1

08205D1

450.70kg

1
1
( 87000 48. EI .1802.82 / EI )
156EI
4

D2
D2

419.01/ EI

D3

1
1
( 9000 48. EI .1802.82 / EI )
156EI
4

D3

80.986 / EI

S A D
3
4
3
4
EI 0
2 0
3
4
3
4

1 0
2 0
4 2
2 4
0 2
0 1

1802.82 / EI
419.01 / EI
80.986 / EI

466.55
257.04
757.04
257.04
757.04
716.55

Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur , maka


akan didapatkan :

MA

466.55kg.m

M CA

257.04kg.m

M CD

757.04 ( 500)

257.04kg.m

M DC

257.04 ( 500)

757.04kg.m

M DB

MB

757.04kg.m

716.55kg.m

CONTOH.3
GAMBAR 3.14 MENUNJUKKAN SATU PORTAL YANG DAPAT BERGOYANG PADA ARAH MENDATAR,
DIMANA SATU KAKINYA BD MIRING, DENGAN SUDUT KEMIRINGAN .

Dengan memperhatikan gambar 3,14 dan memperhatikan bahwa deformasi

aksial akibat diberikannya lendutan

D2

dan

sama dengan contohDadalah


3

contoh yang lalu, maka akan dapat menurunkan

1
4
1
4
4
(3)(4)
4
(3)(4)
5
(3)(5)
5
(3)(5)

matrik

d1

d2

d4

d5

d6

d3

dan matrik .

1
4
1
4
1
3
1
3
1
3
1
3

4
4
2
4

2
4
4
4

0
0

4(2)
4
2(2)
4

2(2)
4
4(2)
4

4
5
2
5

2
5
4
5

EI

10

0 1

10

0 2

20

10

0 3

10

20

0 4

4 5

8 6

EI 0
10 0

Selanjutnya :

S A

1
4
0
0

1
4
1
0

1
3
1
0

15 15
EI 4 4
5 10
10
0 0

1
3
0
1

10

1
3
0
1

10 5 0 0 0 0
1
5 10 0 0 0 0
3 EI 0 0 20 10 0 0
0
10 0 0 10 20 0 0
0
0 0 0 0 8 4
0 0 0 0 4 8

10 4 4

20

10

0 0

10

20

8 4

1
4
1
4
1
3
1
3
1
3
1
3

0 0
1 0
1 0
0 1
0 1
0 0

1
4
1
4
1
3
1
3
1
3
1
3

0 0
1 0
1 0
0 1
0 1
0 0

11.208
EI
6.25
10
6

10
1
.
EI 6870.17

D
D1
D2
D3

10

740
115

28

115
277.82

117.5

1.007
1
0.167
EI
0.171
1

6.25
6
30
10

117.5
74.58

74.58 297.18

0.167
0.404
0.109

0.171
0.109
0.433

1.007
1
0.167
EI
0.171

0.167
0.404
0.109

0.171
0.109

333.34

0.433

500

100

D1
D2

427.823/ EI
38.921/ EI

D3

284.152 / EI

S A D

10 5
5 10
EI 0
10 0
0
0

0
0
0
0

0
0

0
0

20 10
10 20
0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

8
4

4
8

1
4
1
4
1
3
1
3
1
3
1
3

427.823/ EI
38.921/ EI

284.152 / EI

15
5 0
4
15
10 0
EI 4
10 20 10
10
10 10 20
4
0 8
4
0 4

427.823/ EI
38.921/ EI
284.152 / EI

140.973
121.513
122.514
H

101.560
398.451
284.790

Momen akhir :

MA
M CA
M CE
M CD

140.973
121.513

140.973kg.m
121.513kg.m

( 400)
221.514 ( 500)

M DC
M DB

101.560
398.451

MB

284.790

( 500)

389.440kg.m
389.440kg.m
284.790kg.m

Momen
H

400kg.m
278.487kg.m

primer

KONSTRUKSI RANGKA BATANG DENGAN TITIK HUBUNG


ENGSEL

Pada pasal-pasal yang lalu, telah dibahas analisa struktur dengan sambungan kaku
dimana deformasi normal masih diabaikan.
Sekarang akan dapat dianalisa konstruksi rangka batang yang justru dianggap hanya

mengalami deformasi normal (aksial) saja.

Sebenarnya proses analisanya adalah sama dengan yang telah


dilakukan pada pasal-pasal yang lalu, hanya berbeda pada cara

memberikan vector lendutan, dimana hanya ada vector lendutan


translasi saja, dan matrik S yang meyatakan hubungan gaya dalam
dan deformasi, baik gaya dalam maupun deformasi yang timbul

hanyalah bersifat aksial saja. Contoh terlihat di bawah ini.

Gamnbar 3.15 Konstruksi Rangka Batang


Memperhatikan gambar 3.15, akan dengan mudah dapat ditentukan matrik A
, yaitu matrik yang menyatakan hubungan deformasi dan lendutan.
Dari gambar 3.15 e, untuk D1

d1
d2
d3

0
0
1

d4
d5

0
0

Dari gambar 4.15.f, untuk D2

d1
d2
d3

1
1
0

d4
d5

0
0
D3

Dari gambar 4.15.g, untuk

d1
d2

d3

d4

1.Sin

d5

1.Sin

3
5
3
5

Dari gambar 4.15.h, untuk D4


d1
d2

0
0

d3

0
4
5

d4

1.Cos

d5

1.Cos

Jadi matrik

4
5

0
0

1
1

D1 1 D2

0
0
1
3
5
3
5

d1

0
0

d2
d3

0
4
5
4
5

1 D3 1 D4

d4
d5

Sesuai dengan apa yang telah disinggung di bagian depan pada pasal ini,
maka elemen-elemen pada konstruksi rangka batang ini hanya menderita
deformasi aksial saja, yanmg dengan demikian hanya menimbulkan gaya

dalam normal saja. Karena disini membahas konstruksi yang elastis,


maka hokum Hooke akan berlaku karenanya

AE
H
L

Gambar 3.16 Batang yang menderita gaya normal H dan mengalami


deformasi aksial d

HL
AE

Dengan demikian :

AE
d
L

H
dimana

AE
L

menyatakan kekakuan aksial dari batang pada gambar.

Dengan melihat persamaan ( ), maka jelas dapat diketahui bahwa matrik


, akan terdirin dari elemen-elemen kekakuan aksial, yaitu :

A1 E1
L1

H1

A2 E2
L2

H2

A3 E3
L3

H3

A4 E4
L4

H4

A5 E5
L5

H5

d1

d2

d3

d4

d5

Dengan demikian sekaran sudah dapat dihitung matrik kekakuan

, yaitu:

A S A
0

0
3
5
4
5

0
3
5
4
5

1
0

1
AE 2
0

1
2
0

1
2

1
2

2
3

2
5

2
5

6
25
8
25

6
25
8
25

0
0

2
3
2
3

0
0

0
AE

1
1

0
3
5
3
5

0
4
5
4
5

2
2
0
3
3
0 1
0
358
AE 2
0
3
375

0
0
64
125

179
125
0
36
36
0 1 0
1
125
125
0
AE
36
36
0

0
0
0
125
64

untuk menghitung lendutan dipakai persamaan :

D1
D2
D3

Q1
Q2
Q3

D4

Q4

D1
D2

179
125
0
36
36
0 1 0
1
125
125
0
AE
36
36

D3
D4

D3
D4

4972.22

D1
D2

1
AE

0
3472.22
3906.25

0
0

1000
0

125
64

2000

Selanjutnya:

S A D
0

H1
H2
H3
H4
H5

H1
H2
H3
H4
H5

0
2
3

1
2
1
2
0

2
3
6
25
6
25

0
8
25
8
25

0
0
1000
2083.33
416.67

4972.22
0
3472.22
3906.25

Jadi gaya batang nomor :

1 : H1
2 : H2

0
0

3 : H3

1000kg

4 : H4

2083.33kg

4 : H5

416.67kg

MEMPERHATIKAN GAMBAR DI ATAS, AKAN DIDAPAT MATRIK MATRIK DEFORMASI

Gambar d, untuk

d1

D1 1
0.8

d2

d3

d4

0.8

d5

Gambar e, untuk

D2

d1

0.6

d2

d3

d4
d5

0.6
0

Gambar f, untuk D3
d1 0

d 2 0.385
d 3 0.385
d4 0
d5

Gambar g, untuk D4

d1

d2

0.923

d3

0.923

d4

d5

Gambar h, untuk D5

d1

d2

d3

0.023

d 4 0 .6
d5
Jadi atrik

A
:

0.8
0
0
0.8
1

0.6
0
0
0.6
0

0
0.385
0.385
0
1

0
0
0.923
0
0.923 0.923
0
0

0.6
0

Matrik

terdiri dari elemen-elemen kekakuan aksial, yaitu :

A1 E1
L1

A2 E 2
L2

A3 E3
L3

A4 E 4
L4

A5 E5
L5

25 E
2.1000

65 E
4.650

65 E
4.650

0
0

55 E
6.550

EI
2000

25 0 0
0 50 0
0 0 50

0
0
0

0
0

25
0
0 33.33

0
0

Matrik kekakuan

0
0

0
0
0

S A

0.8
0
0.6
0
0.6 0.385
0
0
0.8
0
0
0.8
1

0.923
0
0.6
0
0
0.6
0

0
0
0.385

0.8
0.6
0

1
0
1

25 0
0 50
0
0

0
0
50

0
0
0

0.923
0.923

0
0.6

0
0

0
0

0
0

25
0
0 33.33

0
0.385
0.385
0
1

0
0
0.923
0
0.923 0.923
0
0

0.6
0

0
0

0
0
0

EI
2000

E
2000

65.33 0
0
18
33.33 0
0
12

1
E

0
9

33.33
0
48.15

0
0
0

12
9
77.77

0
77.77

85.19
42.60

42.60
52.6

172.6
108.8
199.8

205.8
145.2

108.8
217.6

94.6
189.4

symetris
287.2
145.2
290.4

118.2
189.4

378.2

Lendutan yang terjadi :

1000
0
0
0
0

10000
E

172.6
108.8
199.8
108.8
217.6

Selanjutnya :

H
E
2000

20
0
0

S A D
15
0
0

20
33.33

15
0

0
19.25
19.25
0
33.33

1900 1
5874.8 2
5874.8 3
9100 4
4533 5

0
0
46.15
0
46.15 46.15
0
0

15
0

172.6
108.8
10000
199.8
E
108.8
217.6

Jadi dapat gaya-gaya ;


H1
H2
H3

91000kg (tekan)
5874.8 kg (tarik)
5874.8 kg (tarik)

H4
H5

9100 kg (tekan)
4533 kg (tarik)

Anda mungkin juga menyukai