Fluida Perekah
Fluida Perekah
umum,
leak-off yang
berlebihan
dapat
disebabkan
oleh
di mana dalam cp adalah viskositas, dan untuk air = 1 cp, untuk minyak
bermacam-macam sampai lebih dari 50 cp. Plot grafik (shear rate) vs (shear
stress) untuk fluida Newtonian diberikan pada Gambar 4.20. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa pada keadaan I ( 1) viskositasnya akan lebih besar dari
keadaan II ( 2).
Gambar 4.20.
Shear Stress vs. Shear Rate pada Fluida Newtonian 4)
Untuk fluida non-Newtonian, viskositasnya bergantung pada laju aliran.
Gambar 4.21. memperlihatkan plot vs. untuk tiga macam fluida.
Gambar 4.21.
Harga Shear Rate vs. Shear stress pada Fluida Newtonian
dan Non-Newtonian 4)
Untuk fluida perekah, yang berlaku adalah power law, sehingga :
K ' n ......................................................................................(4-43)
dan pada plot pada Gambar 4.22. di bagian sebelah kiri adalah pada kertas biasa
sedangkan yang kanan adalah pada kertas log-log. K = consistency index, lbfsecn /ft2 dan n = power law index. Untuk n = 1, maka fluidanya Newtonian. Untuk
log-log plot,
log log K n log '
................................................................(4-44)
Gambar 4.22.
Plot dari Fluida Power Law dengan Linier dan Log-log 4)
Dalam pengukuran dengan alat di laboratorium di mana kalau aliran
terjadi di sekitar silinder (misalnya di annulus) maka dibuat faktor K yang
berhubungan dengan flow behavior index, n = n. Bila B = r cup/rbob adalah radius
dalam (misalnya tubing O.D.) dan rbob = radius cup yang luar (misalnya casing
I.D.) maka :
B 2 / n ' ( B 2 1)
2 / n'
1) B
n' ( B
K K'
n'
.......................................................... (4-45)
4 n'
K ' pipa K
n'
...................................................................(4-46)
2n'1
3n'
K 'slot K
n'
....................................................................(4-47)
app
47,880 K '
cp .................................................................(4-48)
' 1 n '
di mana = 8V / D sec-1
Gambar 4.23.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked 4)
Gambar 4.24.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked 4)
Gambar 4.25.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked 4)
Gambar 4.26.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked 4)
Untuk menghitung shear rate pada pipa :
3n'1
4 n'
'
8u
d
........................................................................(4-49)
3 n'
'
6u
w
........................................................................(4-50)
di mana :
w
Perlu diketahui bahwa qi/2 karena ada dua sayap dari rekahan.
Untuk foam fluids, Valko et al (1992) menunjukkan bahwa consistency
index pada Persamaan (4-49) dapat dinyatakan sebagai :
K K foam 1 n ...............................................................................(4-51)
v ' foam
v 'liquid
liquid
........................................................................(4-52)
foam
dan Kfoam dan n adalah karakteristik yang dimiliki oleh campuran air dan gas pada
temperatur tertentu. Pada suatu sumur, superficial velocity dari foam tersebut
berubah dengan kedalaman, karena temperatur juga berubah menyebabkan variasi
dari densitas. Persamaan (4-51) penting karena terlihat bahwa K akan
mengkompensasikan variasi densitas sehingga friction factor akan konstan
sepanjang pipa baik di laminer maupun turbulen. Persamaan (4-51) disebut juga
volume equalized power law.
Fluida perekah yang bersifat fluida power law adalah sangat sensitif
terhadap temperatur tinggi. Polymer dapat mengalami degradasi dengan cepat dan
viskositas turun karena temperatur. Karena itu perlu dilihat berapakah harga
temperatur kerja polymer yang bersangkutan yang dapat dilihat dari setiap buku
service companies (kontraktor). Gambar 4.27. memperlihatkan efek temperatur
pada viskositas untuk 40 lb/1000 gal HPG.
Gambar 4.27.
Efek Temperatur pada Viskositas untuk 40 lb/1000 gal HPG 4)
Gambar 4.28. memperlihatkan harga viskositas untuk bermacam-macam
kadar proppant pada macam-macam harga n.
Gambar 4.28.
Harga Viskositas Beberapa Harga Proppant
untuk Bermacam Harga n' 4)
4.2.1.2. Fluid Loss
Fluid loss (leak-off, kebocoran) adalah kehilangan fluida karena fluidanya
masuk meresap ke dalam formasi karena tingginya tekanan di formasi dan dapat
mengakibatkan volume rekahan yang terjadi akan berkurang serta proppant akan
bridging atau screen-out (terhenti atau mengendap). Jadi laju leak-off ini
merupakan faktor terpenting dalam menentukan geometri rekahan nantinya. Ada
dua macam penilaian terhadap fluid loss, yakni :
1. Fluid efficiency (pengukuran total/global)
volume rekahan
volume yang dipompakan
.....................................................(4-53)
30 50 % umumnya.
C tot
t
spurt .............................................................................(4-54)
Q L C tot A f
...........................................................................(4-55)
kp
C1 0,0469
L
1/ 2
ft / min ....................................................(4-56)
di mana :
k
dan
terutama
dikontrol
oleh
kompressibilitas
formasi/reservoir.
kC t
C II 0,0374 p
1/ 2
ft / min
di mana :
C t = kompressibilitas total formasi, psi-1
.................................... (4-57)
C vc
2 C I C II
2
C I (C I 4 C II )1 / 2
......................................................... (4-58)
3). CIII : wall building mechanism (mekanisme penutup dinding). Terbentuk dari
residu polymer di dinding formasi yang menghalangi aliran masuk ke
dalam formasi. Hal in sangat penting dan sengaja dibuat demikian agar
tidak banyak fluida yang hilang. Tidak bisa dihitung dengan baik dan
harus diukur di laboratorium.
Gambar 4.29. memperlihatkan suatu polt hasil analisa laboratorium
terutama penting untuk formasi dengan permeabilitas tinggi. Dari
gambar tersebut, CIII = Cw = kemiringan garis (dilaporkan dalam
ft/men1/2).
Spurt adalah fluida yang masuk pertama kali dalam jumlah relatif besar
karena bertemu media berpori sebelum terbentuk filter cake yang didapat
dari perpotongan dengan sumbu tegak, gal/ft2.
Gambar 4.29.
Plot Hasil Laboratorium untuk Mencari Cw = CIII 4)
Spurt time adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai bagian plot
yang lurus,
menit
Cw
(0,0164) m
......................................................................(4-59)
A
di mana :
m = kemiringan
A = luas core yang dipakai
Cara lain adalah dengan menggunakan sistem grafik dan koreksinya
diberikan pada Gambar 4.30. dan Gambar 4.31. Pada gambar tersebut misalnya
permeabilitas 30 md, 40 lb/1000 gal complexed HPG pada 1250F, maka spurt loss
= 0,32 gal/ft2. Andaikan diperlukan koreksi temperatur misalnya 2000F, maka dari
Gambar 4.31. didapat faktor koreksi sebesar 1,4 sehingga spurt loss = 1,4 x 0,32
gal/ft2 = 0,45 gal/ft2. Gambar 4.32. memperlihatkan harga spurt loss dan Cw
untuk fluida Versagel dan WAC-9 (Halliburton).
Gambar 4.30.
Mencari Harga Cw atau CIII 4)
Gambar 4.31.
Koreksi Temperatur untuk Cw atau CIII 4)
Gambar 4.32.
Spurt Loss dan CIII (Cw) untuk Versagel dan WAC-9 4)
Selanjutnya akan dicari hubungan antara fracture stiffness (S), laju
penurunan tekanan (p dan C), dan koefisien fluid loss. Dengan asumsi bahwa
aliran linier Carter untuk fluid loss berlaku, dan kembali ke Persamaan (4-50),
maka :
qloss
2Cda
A t (a)
............................................................ (4-60)
sedangkan untuk fluid loss yang besar sekali, luas rekahan akan meluas sesuai
dengan akar dari waktu :
t , (loss ) .......................................................................(4-62)
Gambar 4.33.
Pertumbuhan Rekahan vs Waktu4)
.........................................................................................(4-63)
A tp
di mana A adalah luas rekahan pada seluruh waktu pemompaan sampai akhir, tp,
dan a adalah pertambahan incremental kecil luas rekahan yang terjadi pada waktu
, < tp dan ini akan memberikan :
a
t p ...................................................................................(4-64)
A
atau
q loss
2Cda
.............................................................(4-65)
a
A t tp
A
yang kalau diintegrasikan dari luas 0 ke A akan memberikan laju fluid loss, q loss ,
untuk waktu tp, maka :
qloss
2 AC
2
tp
t t
.........................................................(4-66)
atau
q loss
2 AC
2 1 ...........................................................(4-67)
tp
di mana t = waktu, sama dengan tp + ts (pumping time + shut-in time) dan = ts/tp.
Dengan jalan yang sama, untuk fluid loss yang besar, Persamaan (4-51) dan
Persamaan (4-52) dapat diintegrasikan untuk mendapatkan :
qloss
2 AC
tp
1
sin
..........................................................(4-68)
1
2Cr p Af ( )
tp
.......................................................................(4-69)
q i p tr
..................................................................................(4-70)
40,8
di mana :
qi
Ptr
(Pbd untuk breakdown dan p sementara rekahan bergerak) dan tekanan hidrostatis
serta friksi pf.
konsentrasi garam. Sebagai pengganti CMC maka digunakan CMHEC, yang tidak
sensitif terhadap garam dan tetap mudah di crosslink terutama untuk temperatur
yang rendah. Xanthan dapat digunakan untuk linier atau crosslink gel dan
umumnya digunakan untuk memperkental lumpur pemboran. Polycrylamides
lebih digunakan sebagai friction reducer (pengurang friksi) daripada sebagai
pengental HCl. Sifatnya adalah stabil pada temperatur tinggi namun sangat mahal
biayanya, bisa dicrosslinked, dan digunakan terutama pada fracture acidizing.
Gambar 4.34.
Sejarah Penggunaan Fluida Perekah dan Jumlah Penggunaannnya4)
(Carboxymethyl
Hydroxypropyl
Guar,
IBR
1,40),
HEC
(Hydroxyethylcellulose, IBR = 1,62) dan Xanthan Gum (IBR = 2,65). IBR di atas
adalah berlaku di Amerika Serikat sedangkan di Indonesia IBR tersebut tidak akan
sejauh itu bedanya dikarenakan biaya transportasi. Misalnya Xanthan Gum hanya
akan sekitar 2,26 IBR-nya di Indonesia (dengan anggapan biaya transportasi
sekitar 30 % dari biaya dasar dan guar = 1,0).
Gambar 4.35. memperlihatkan buah guar yang dihasilkan di Pakistan.
Gambar 4.35.
Buah Guar dari Pakistan4).
dapat mengendap (turun ke bawah). Dalam beberapa hal viskositas bisa turun
sanpai hanya 20 cp saja pada 1750F karena itu harus digunakan crosslink agent
yakni organometalic atau transition metal compunds yang biasanya borate, titan,
dan zircon.
Gambar 4.38.
Crosslink Borate 4)
Metal ini membentuk ikatan dengan rantai guar dan HPG yang
menghasilkan polymer dengan viskositas besar. Viskositas pada 170 det -1 untuk
crosslink borate 40 lb/1000 gal bisa mencapai viskositas di atas 2000 cp pada
1000F dan 250 cp pada 2000F .
Gambar 4.38. menunjukkan borate crosslink dan Gambar 4.39.
menunjukkan organometalic crosslink.
Gambar 4.39.
Crosslink Organometalic 4)
Crosslink borate tahan sampai temperatur 2250F sedangkan crosslink
zircon dan titan dapat mencapai 3250F. Kalau crosslink borate tidak sensitif
terhadap shear (karena yang terlepas dapat terikat kembali), maka di crosslink
zircon maupun titan, sekali lepas maka tidak akan dapat diregenerasi kembali.
Karena itu kadua jenis ini hanya dipakai untuk di formasi saja, tidak di permukaan
atau tubing yang mungkin akan memberikan shear di pompa, pipa, dan lain-lain.
Suatu fluida perekah seharusnya menghasilkan friksi tekanan yang kecil
dan tetap berviskositas besar agar dapat menahan proppant serta bisa turun
kembali viskositasnya setelah selesai pelaksanaan perekahan dan penempatan
proppant agar dapat memproduksi dari formasi dengan mudah. Agar dapat
memenuhi syarat tersebut maka additive perlu ditambahkan seperti :
1. Buffers (pengontrol pH).
Pada pencampuran di tempat, polymer dalam bentuk powder ditambahkan
pada fluid dasar. Untuk bisa terpisah dengan baik, pH harus sekitar 9 yang didapat
dari pencampuran dengan basa, seperti NaOH, NH 4OH, Na-acetat atau Asam
Asetat, Natrium Carbonat atau Asam Fumaric (C4H4O4) dan Asam Sulfamic
(HSO3NH2).
2. Bactericides/biocides.
Bakteri yang menyerang organic polymer akan merusak ikatannya dan
mengurangi viskositasnya sehingga perlu ditambahkan antibakteri seperti
glutaraldehyde, chloropenates, quaternary amines, dan isothiazoline. Zat tersebut
perlu ditambahkan di tanki sebelum air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur
Pasir 100-Mesh.
Silika Fluor (325-Mesh) baik untuk rekahan kecil alamiah (Silika Fluor
200-Mesh untuk rekahan kecil akan kurang dari 50 micron dan 100-Mesh
untuk yang lebih besar dari 50 micron).
Diesel 2 5 % (diemulsikan).
Unrefined guar.
Karaya gums.
5. Breakers.
Polymer breakers, yaitu untuk memecahkan rantai polymer sehingga
kembali menjadi encer (kecil viskositasnya) setelah slesai penempatan proppant
agar produksi aliran minyak kembali mudah untuk dilakukan. Di sini breaker
decomposition
dari
Peroxydisulfate
selanjutnya
akan
memproduksikan radikal sulfate yang sangat reaktif dan bisa menyerang inti
polymer. Pada temperatur di bawah 1250F thermal decomposition akan lambat
namun bisa dipercepat dengan menambahkan amines. Di atas 1250F reaksi akan
cepat sehingga hanya akan diperlukan 0,25 lb/1000 gal. Di sini mula-mula
breaker ditambahkan sedikit saja pad, kemudian ditambah lagi sesuai dengan
bertambahnya proppant. Selanjutnya Natrium atau Ammonium Persulfate (SP atau
AP) yang memberikan radikal bebas juga dipakai. Material ini tidak memproduksi
radikal sampai temperatur mendekati 2000F.
Dalam prakteknya, kontaminan seperti ion metal bisa mempercepat
dekomposisi dari peroxides sehingga kinerjanya sukar untuk diperhitungkan.
Selain itu material ini juga berbahaya bagi manusia. Enzim seperti Hemicellulase
atau protein dipakai sebagai breaker yang akan mulai memecahkan polymer
selama pH 3,5 8 dan akan di non-aktifkan oleh temperatur saat kurang dari
1250F. Enzim ini sama dengan bakteri yang digunakan untuk menekan polymer.
B.J. (SPE Paper No.28513, 1994) menyatakan bahwa enzim pada perkembangan
terakhir dpat digunakan untuk 1500F bahkan ada yang lebih dari 3000F.
Holditch (Hydraulic Fracture Treatment Design and Excution, Tech.
Paper 13th Petroleum Conference by Egyptian General Petroleum Corp., 1997)
memberikan range pemakaian breakers sebagai berikut :
Tabel IV-4.
Breakers yang Umum Digunakan 4)
Jenis
Breakers
Range pH
Range Temperatur
(oF)
Conventional Enzyme
High Temperature Enzyme
pH Tolerant Enzyme
Oxidizer
Catalist Oxidizer
High Temperature Oxidizer
Encapsulated Oxidizer
Delay Oxidizer
Weak Acids
3 - 7,5
3 - 7,5
3 - 14
3 - 14
3 - 14
3 - 14
3 - 14
3 - 14
-
70 - 130
100 - 250
100 - 250
130 - 260*
70 - 120
180 - 250
100 - 300
100 - 300
200*
Gambar 4.40.
Pengaruh Oxidizer (AP) pada Viskositas 4)
Untuk minyak sebagai fluida dasar maka breaker-nya akan berbeda, asam
dan basa bisa memecahkan gel aluminium phospate ester. Jadi biasanya asam atau
basa yang terlarut dengan lambat ditambahkan ke gel-nya. Gel bisa pecah
karenanya dan biasanya tidak akan bekerja dengan temperatur di bawah 100 0F.
Gambar 4.41. menunjukkan oxydizers.
Gambar 4.41.
Oxidizer 4)
6. Viscosity Stabilizers.
Suatu
zat
tambahan
untuk
menjaga
penurunan
viskositas
pada
Polysaccharide gels (fluida perekah) yang dilakukan pada temperatur tinggi untuk
waktu yang lama di atas 2000F. Umumnya digunakan methanol dan Natrium
Thiosulfate (Na2S2O3). Ethanol berbahaya karena mudah terbakar dan di mana
dipakai 5 10 % volume. Sodium Thiosulfate dipakai sebanyak 20 lb/1000 gal
dan lebih efektif dan diperkirakan bekerja dengan mengikat oksigen. Gambar
4.42. menunjukkan skematik dari kerja stabilizer.
Gambar 4.42.
Stabilizer 4)
7. Surfactant.
Surfactant akan bekerja pada konsentrasi yang rendah dan akan
menyerap dua permukaan antara dua fluida yang yang tidak bercampur.
Surfactant mempunyai dua sisi di mana satu sisi menghadap ke fluida pertama
dan sisi yang lain menhadap ke fluida kedua sehingga antara kedua fluida tersebut
dapat bercampur. Penggunaannya antara lain pada pembentukan foam. Selain itu
fluorocarbon surfactant akan mengurangi tekanan permukaan (surface tension)
dan
mempermudah
menghilangkan
air
dari
permukaan
formasi
dan
Tabel IV-5.
Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Foam CO2 dan N2 4)
CO2 FOAM
N2 FOAM
pH 3 3,5
Terlarut di air, minyak,
dan alkohol
Friksi tekanan tinggi
Dipompakan sebagai cairan
Tekanan hidrostatik tinggi
Sangat kompresibel
Baik untuk mencegah
fluid loss
fluid loss
Emulsi di permukaan
2. Clay Stabilizers.
Clay pada formasi batupasir seperti kaolinite, illite, dan chlorite atau
smectite, dapat menjadi masalah. Aliran dari fluida perekah dengan perubahan
tekanan atau temperatur atau lingkungan ion dapat menyebabkan clay terlepas dan
bermigrasi sehingga akan merusak formasi. Di sini, KCl mencegah menyebarnya
clay dengan memberikan sifat cationic untuk mencegah perpindahan ion, namun
KCl tidak dapat mencegah terjadinya migrasi bila hal tersebut sudah terjadi. KCl
juga dapat digunakan untuk mencegah pembengkakan clay. NH4Cl berfungsi
sama seperti KCl tetapi tidak digunakan dalam perekahan hidrolik melainkan pada
pengasaman. CaCl2 akan mengendap pada kondisi air formasi dengan sulfat atau
alkalin yang dominan. CaCl2 dapat digunakan untuk larutan air air atau methanol
di mana kelarutan KCl dan NH4Cl terbatas.
Garam Zicronimum Chloride juga digunakan untuk mengikat clay di
tempatnya tetapi umumnya digunakan pada tahap preflush. Semacam Polyamines,
Quarternary Amines juga digunakan untuk mencegah clay yang membengkak.
Yang lain seperti Polymeric Hydrohyxaluminium juga dapat digunakan namun
jarang sekali dipakai.
3. Iron Control Additives.
Sama seperti pada pengasaman, ion Fe3+ harus dicegah karena dapat
menimbulkan pengendapan. Material yang digunakan dari additives ini antara lain
Citric Acid dan EDTA, atau Acetic dengan Citric, Crythrobic, dan lain-lain.
4. Paraffin Control.
Dapat digunakan parafin dispersant atau dipanaskan untuk mencegah
terjadinya pengendapan parafin di tubing. Bisa juga digunakan kombinasi
paraffin inhibitor dan dispersant.
5. Crosslinker Control Agent.
Additive ini bertujuan untuk mengontrol waktu crosslink misalnya untuk
menghambat terjadinya crosslink, Acetinate yang dilarutkan, terutama pada Ti-
crosslink. Untuk temperatur rendah, waktu crosslink malah akan dipercepat. Atau
campuran keduanya untuk mengontrol waktu crosslink.
6. Radioactive Materials.
Zat radioaktif (Antimon, Iridium, dan Scandium) akan ditambahkan sekitar
0,5 sampai 1,0 millicuries / 1000 lb proppant) dengan maksud agar dapat
ditentukan zona rekahan yang dilakukan dengan gamma-ray log.
7. Scale Inhibitors.
Biasanya digunakan inhibitor Phosponate atau Acrylate.
Ts
rw
= jari-jari sumur, m
Cp
Cpf
Kf
T Ts e f
T
f
1 e
z
f
z ...................................... (4-71)
sedangkan
f
K f f C pf
.................................................................(4-72)
i
2rw
Cpi
Dengan mengetahui waktu injeksi t dan harga besaran yang lain, maka
temperatur di dasar sumur dapat dihitung. Untuk aliran di formasi, harga L bisa
diperkirakan dengan :
i t1 / 2
2Ch
...................................................................................(4-73)
2
C C
K f f C pf
3
..............................................................(4-74)
1
Tg T1
L
T Ts e
z
f
........................................................................(4-75)
T
f
1 e
z
f
z .........................................(4-76)
di mana :
TR = temperatur reservoir, oC
T = temperatur yang dicari, oC
L = panjang rekahan satu sayap, m
T1 = temperatur dasar sumur, oC
C = koefisien fluid loss, m/det1/2