PENDAHULUAN
Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia (LSDI) dan Kode Etik Kebidanan
Indonesia (KODEKI) telah tercantum secara garis besar perilaku dan tindakantindakan yang layak atau tidak layak dilakukan seorang dokter dalam menjalankan
profesinya. Namun ada saja dokter yang tega melakukan pelanggaran etik bahkan
pelanggaran etik sekaligus hukum (etikolegal), terlebih dalam lingkungan
masyarakat yang sedang mengalami krisis akhir-akhir ini. Kenyataan menunjukkan
pula bahwa sanksi yang diberikan oleh atasan atau oleh organisasi profesi kebidanan
selama ini terhadap pelanggaran etik itu tidak tegas dan konsisten. Hal ini disebabkan
antara lain belum dimanfaatkannya organisasi profesi kebidanan oleh masyarakat
untuk menyampaikan keluhan-keluhannya dan tidak jelasnya batas-batas antara yang
layak dan tidak layak dilakukan seorang dokter terhadap pasien, teman sejawat dan
masyarakat umumnya. Inilah bedanya etik dengan hukum. Hukum lebih tegas dan
lebih objektif menunjukkan hal-hal yang merupakan pelanggaran hukum, sehingga
jika terjadi pelanggaran dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam makalah ini dibahas tentang perbedaan etik dengan hukum, contohcontoh pelanggaran etik murni dan pelanggaran etikolegal, termasuk contoh-contoh
dalam bidang Obstetri Ginekologi, prosedur penanganan dan sanksi-sanksi yang
dapat diberikan terhadap pelaku pelanggaran etik dan etikolegal profesi kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
Issue adalah salah satu bentuk corporate action yang dilakukan oleh
perusahaan saat hendak melepaskan / menjual saham ke publik (Initial Public
Offering = IPO). Mekanismenya, perusahaan tersebut menjual hak beli kepada
publik/pemegang saham yang sudah ada, sehingga si pemegang hak beli tersebut
pada periode yang telah ditetapkan berhak melakukan pembelian saham sesuai
dengan harga yang telah ditetapkan.
Etika kebidanan merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kebidanan
dalam hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya
serta merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan
medik ditinjau dari segi norma-norma / nilai-nilai moral.
Hukum merupakan peraturan perundang-undangan baik pidana, perdata
maupun administrasi. Hukum kesehatan merupakan peraturan perundang-undangan
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, jadi menyangkut
penyelenggara pelayanan kesehatan dan penerima pelayanan kesehatan.
Perbedaan etik dengan hukum adalah :
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum berlaku untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi. Hukum dibuat oleh suatu
kekuasaan atau adat.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab
undang-undang / lembaran negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik umumnya berupa tuntunan. Sanksi terhadap
pelanggaran hukum berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kebidanan (MKEK)
yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan
kepada Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kebidanan (P3EK), yang
dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DepKes). Pelanggaran hukum diselesaikan
melalui pengadilan.
pelanggaran
hukum
tidak
selalu
berarti
pelanggaran
etik.
tertentu.
Dalam KUHP secara rinci terdapat pasal-pasal yang mengancam pelaku abortus
ilegal sebagai berkut :
a. Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain
melakukannya (KUHP pasal 346, hukuman maksimum 4 tahun).
b. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seijinnya (KUHP pasal
347, hukuman maksimum 12 tahun dan bila wanita itu meninggal, hukuman
maksimum 15 tahun).
c. Seorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seijin wanita tersebut
(KUHP pasal 348, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita itu
meninggal, hukuman maksimum 7 tahun).
d. Dokter, Bidan atau Juru Obat yang melakukan kejahatan di atas (KUHP pasal
349, hukuman ditambah sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya).
Dalam pasal 80 UU Kesehatan tercantum, bahwa Barang siapa dengan
sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak dalam
keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang
dikandungnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana
denda paling banyak Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah).
3. Teknologi Reproduksi Buatan
Pada tahun 1978, Steptoe & Edwards melahirkan bayi tabung pertama Louise
Brown di Inggris, hasil Fertilisasi In Vitro (FIV) dan Pemindahan Embrio (PE). Ini
merupakan terobosan yang telah mengubah dunia kebidanan terutama di bidang
reproduksi manusia. Di Indonesia, bayi tabung pertama lahir 10 tahun kemudian
(1988) hasil upaya Tim Melati RSAB Harapan Kita Jakarta. FIV dan PE merupakan
upaya terakhir untuk menolong pasutri memperoleh keturunannya, karena upaya ini
memerlukan biaya yang besar, keberhasilan take home baby yang rendah dan
menyebabkan distres pada pasutri yang bersangkutan. Selain cara FIV dan PE telah
dikembangkan pula teknologi reproduksi buatan lainnya seperti Tandur Alih Gamet
atau Embrio Intra Tuba dan Suntikan Sperma Intra Sitoplasmik.
Dari segi hukum, di Indonesia telah terdapat peraturan perundang-undangan
tentang kehamilan di luar cara alami itu, yaitu bahwa cara tersebut hanya dapat
dilakukan pada pasangan suami istri yang sah, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, dan pada sarana kesehatan yang
memenuhi syarat (UU Kesehatan, pasal 16). Dengan demikian, masalah donasi oosit,
sperma dan embrio, masalah ibu pengganti adalah bertentangan dengan hukum yang
berlaku dan juga etik kebidanan.
Dalam pasal 82 ayat (2) UU Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa Barang
siapa melakukan upaya kehamilan di luar cara alami yang tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).
4. Bedah Plastik Selaput Dara
Wanita yang meminta dilakukan bedah plastik selaput dara umumnya
berdasarkan berbagai motif. Ada yang ingin memberi kesan kepada suaminya bahwa
dirinya masih perawan, sehingga bertujuan menyelamatkan hidup bersama suaminya,
padahal pasien pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan pria lain.
Di Indonesia, masalah keperawanan di malam pertama pengantin baru dianggap
penting, walaupun hal ini sebenarnya tidak adil dalam kedudukan wanita dan pria.
Ada pula wanita yang minta bedah plastik selaput dara dengan tujuan komersialisasi
keperawanan, dengan mengharapkan imbalan yang besar. Dalam hal ini hati nurani
dokterlah yang menentukan sikapnya dalam menghadapi godaan dari pasien
bersangkutan. Jika robeknya selaput dara disebabkan trauma atau akibat tindakan
dilatasi dan kuretase yang dilakukan karena indikasi medik (misalnya pada kasuskasus perdarahan uterus disfungsional yang menyebabkan anemia berat dan tidak
tanggap terhadap terapi medikamentosa), maka dalam hal ini bedah plastik selaput
dara masih dapat dibenarkan.
Prosedur penanganan pelanggaran etik kebidanan
Pada tahun 1985 Rapat Kerja antara P3EK, MKEK dan MKEKG telah
menghasilkan pedoman kerja yang menyangkut para dokter antara lain sebagai
berikut :
10
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Profesi kebidanan adalah profesi kemanusiaan, oleh karena itu etika
kebidanan harus memegang peranan sentral bagi para dokter dalam menjalankan
tugas-tugas pengabdiannya untuk kepentingan masyarakat.
12
DAFTAR PUSTAKA
FIGO Committee Report for the Ethical Aspects of Human Reproduction and
Womens Health Cairo, 1998.
Prof.dr. Ratna Suprapti Samil. Guru besar Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/12/etika-profesi-dalam-kesehatan
reproduksi/
13