Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

OTITIS MEDIA AKUT


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Muarrifa Muflihati
20090310064

Diajukan Kepada :
dr. Asti Widuri, Sp.THT KL

ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Tn.Suradi

Umur

: 28 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Godean, Yogyakarta

Anamnesis
Keluhan utama : keluar cairan kemerahan keruh dari telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Laki-laki usia 28 tahun datang ke poli THT RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan
keluhan telinga kanan keluar cairan kemerahan keruh sejak 2 hari yang lalu. Telinga terasa
panas. Pendengaran berkurang(+) demam(-) nyeri(-) nyeri tenggorokan(-). Sekitar 3 hari yang
lalu telinga kanan pasien kemasukan serangga dan pasien juga merasakan batuk dan pilek
sejak sekitar 1 bulan ini. Pasien hanya minum obat flu di warung tapi keluhan tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengalami pilek pada pagi hari (-)
Riwayat trauma(-) berenang (-) mengkorek telinga(-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa pada keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
sama. Dari keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit alergi, asma, hipertensi,
jantung, DM dan penyakit sistemik lainnya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Denyut Nadi

: 78 kali/menit

Respirasi

: 18 kali/menit

Temperatur

: afebris

Status General
Kepala
Mata

: Tidak ditemukan kelainan


: Anemia (-/-), ikterus (-/-), ptosis (-/-), diplopia (-/-),
strabismus (-/-), isokor

THT

: Sesuai status lokalis

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak

: Cor : S1S2 tunggal, Reguler, Murmur(-)


Po : Ves +/+, Rh-/-, Wh-/-

Abdoment

: Distensi(-), Bising usus (+) Normal, H/L tak teraba

Ekstremitas

: Edema (-/-), akral hangat (+/+)

Status Lokalis THT


TELINGA
Daun telinga

Liang telinga

Discharge
Membrana Timpani

Tumor
Mastoid
Palpasi

Tes pendengaran:
HIDUNG

KANAN
Bentuk dan ukuran dbn,

KIRI
Bentuk dan ukuran dbn,

Edema (-), hiperemi (-),

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), nyeri

massa (-), nyeri

pergerakan aurikula (-)


Lapang

pergerakan aurikula (-)


Lapang, Edema (-),

Edema (-), hiperemi (-),

hiperemi (-),sekret

sekret (+) furunkel (-),

(-) furunkel (-),

serumen (-)
+
perforasi (+)

serumen (-)
perforasi (-)

retraksi (-),hiperemi (+),

retraksi (-),hiperemi (-),

edema(+)
N
Nyeri pergerakan

edema(-)
N
Nyeri pergerakan

aurikula (-) Nyeri tekan

aurikula (-) Nyeri tekan

tragus (-)

tragus (-)

tidak dilakukan
KANAN

KIRI

Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Discharge
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
TENGGOROK
Dispneu
Sianosis
Mukosa
Dinding belakang
Stridor
Suara
Tonsil

N
Lapang
Tidak ada deviasi
Serous
Merah muda
Dekongesti
N

N
Lapang
Tidak ada deviasi
serous
Merah muda
Dekongesti
N

Merah muda
Normal
T1/T1
Mukosa : permukaan tidak rata
Hiperemis (-/-) kripta membesar (-/-)

FARING

Detritus (-/-) perlengketan (-/-)


Mukosa tenang , granula (-/-)

Diagnosa Kerja
Otitis Media Akut Stadium Perforasi pada Auris Dextra
DD : Eksaserbasi Akut Otitis Media Supuratif Kronis
Penatalaksanaan
-

Erlamycetin ed fl I
3 dd gtt II AD

Tremenza No. X
3 dd 1 tab

Ambroxol No. X
3 dd 1 tab

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Telinga
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari
daun telinga sampai membran timpani. Telinga tengah terdiri dari membran timpani,
kavum timpani, prosesus mastoideus dan tuba eustachius, sedangkan telinga dalam
terdiri dari koklea dan vestinuler.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas sebagai berikut :

Batas luar

: membran timpani

Batas depan

: tuba eustachius

Batas belakang

: aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas bawah

: vena jugularis

Batas atas

: tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam

: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis

horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar


(round window) dan promontorium.
Telinga tengah terdiri dari :
1. Membran timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa
(membran propria). Pars flaksid hanya berlapis dua, bagian luar yang merupakan
lanjutan epitel luar kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia. Pars tensa memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya (cone of light) kea rah
bawah pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dna pukul 5 untuk membrane

timpani kanan. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek
cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran untuk menyatakan letak
perforasi membran timpani. Hal ini berpatokan dengan cara menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian supero-anterior, supero-posteroir, infero-anterioir
serta infero-posteroir.
Tulang-tulang pendengaran terdiri dari malleus (hammer/martil), inkus
(anvil/landasan),

dan

stapes

(stirrup/pelana).

Tulang-tulang

ini

saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus


melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap
lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang
pendengaran merupakan persendian.

2. Kavum timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15
mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6
dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding
anterior, dinding posterior.
3. Prosesus mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding

lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada
daerah ini.
4. Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya
seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum
timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak
dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu bagian tulang
terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan
terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar,
drenase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya
sekret dari nasofaring ke kavum timpani.
II. Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh
dauntelinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telahh diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada
skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
medorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane
basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nucleus auditoruis sampai ke korteks pendengarana (area 39-40) di
lobus temporalis.
III. Otitis Media Akut

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid kurang dari 3 minggu.
Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis.
Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa,
otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.
Etiologi dan faktor resiko
Penyebab utama terjadinya OMA ini adalah karena masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah yang seharusnya steril, dikarenakan oleh mekanisme pertahanan tubuh
(seperti silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi) terganggu. Gangguan
mekanisme pertahanan tubuh ini paling sering terjadi karena sumbatan dari tuba
eustachius.
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur (pada anak-anak lebih sering),
jenis kelamin (lebih sering pada laki-laki), ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta
lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak
dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis congenital yang menyebabkan gangguan
fungsi tuba, status imunologi dimana system imunnya menurun, infeksi bakteri atau
virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, immatur tuba Eustachius
dan lain-lain. Pada anak lebih sering teradi karena pada anak tuba eustachius nya
pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.
Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
hemolitikus, stafilokokus aeureus, pneumokokus. Kadang kadang ditemukan juga
Haemofilus influenza, E.coli, Streptococus anhemolitikus, proteus vulgaris, dan
pseudomonas aeruginosa. Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak usia
dibawah 5 tahun.
Patofisiologi
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba eustachius
sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusanya adalah infeksi saluran
nafas atas. Infeksi saluran nafas bagian atas menyebabkan penyumbatan pada tuba
eustachius sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba yang menyebabkan terjadinya
tekanan negative pada telinga tengah akibat absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah,
yang menyebabkan retraksi dari membran timpani lalu terjadi pula respon inflamasi
yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di membrane timpani, protein plasma
keluar dan terkumpulnya cairan yang menyebabkan efusi serta edema dan selanjutnya

bila fungsi tuba tetap terganggu dan adanya infiltrasi kuman pathogen dari nasofaring
dan rongga hidung akan menimbulkan supurasi. Akumulasi cairan yang terus menerus
menyebabkan membrane timpani menonjol lama kelamaan membrane timpani bisa
perforasi.
Manifestasi klinik
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan umur
pasien. Keluhan yang biasanya timbul adalah otalgia, otorea, pendengaran berkurang,
rasa penuh di telinga, demam. Pada anak-anak biasanya timbul keluhan demam, anak
gelisah dan sulit tidur, diare, kejang, kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.
Stadium otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah terdiri dari :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi
membran timpani akibat tekanan negatif didalam telinga tengah, karena
adanya absorpsi udara.

Posisi

malleus menjadi lebih horizontal, refleks

cahaya juga berkurang, edema yang terjadi pada tuba eustachius juga
menyebabkannya tersumbat. Kadang-kadang membrane timpani tampak
normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (presupurasi)
Pada stadium ini tampak seluruh membrane timpani hiperemis serta
edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat1. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang
berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik.
Proses inflamasi terjadi di telinga tengah dan membran timpani menjadi
kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan
pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran
mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya
proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang
meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam
sampai dengan satu hari.

Membran Timpani Hiperemis


3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya sekret eksudat yang purulen di cavum timpani
menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga
luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum
timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapilerkapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis
pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat
sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot. Di
tempat ini akan terjadi ruptur.

Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen


4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar, secret yang keluar
terlihat seperti berdenyut. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi
tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak.

Membran Timpani Perforasi

5. Stadium Resolusi
Stadium terakhir dari OMA. Bila membrane timpani tetap utuh maka
keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah
terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering.
Pendengaran kembali normal. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media
akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila
secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi. Apabila stadium
resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif
kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap,
dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Diagnosis
Kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu:
1 Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2 Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada
gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran
3

timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.


Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada
membran timpani,

nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan

aktivitas normal.
Keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat.
Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas
membran timpani yang menurun, terdapat

bayangan cairan di belakang membran

timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga
terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam,

otalgia,

gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap
berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam
melebihi 39,0C, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.
Diagnosis banding
1. Otitis eksterna
2. Otitis media efusi
3. Eksaserbasi akut otitis media kronik
4. Infeksi saluran napas atas

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai
OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada
OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan gangguan
pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.

Penatalaksanaan
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya :
1.

Stadium oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga
tekanan negative di telinga tengah hilang dengan diberikan :
Obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% dalam larutan fisiologis
(anak<12 tahun) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk

2.

anak di atas 12 tahun atau dewasa.


Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya

kuman.
Stadium hiperemis (presupurasi)

Antibiotic (golongan penisilin atau ampisilin) selama 7 hari, dapat


dengan pemberian IM pada awalnya agar tidak terjadi mastoiditis

3.

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan relaps.


Obat tetes hidung (decongestan)
Analgesic / antipiretic
Stadium supurasi
Diberikan dekongestan, antibiotika, analgetik/antipiretik.
Pasien harus dirujuk untuk dilakukan mirongotomi bila membrane
timpani masih utuh sehingga gejala-gejala klinis cepat hilang dan

4.

5.

rupture (perforasi) dapat dihindari.


Stadium perforasi
Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari
Antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam
7-10 hari.
Stadium resolusi
Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada
perbaikan membrane timpani, secret dan perforasi1.
Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis media

akut dapat bersifat medis atau pembedahan. Penatalaksanaan medis berupa pemberian
antibiotic dosis rendah dalam jangka waktu hingga 3 bulan. Alternative lain adalah
pemasangan tuba ventilasi untuk mengeluarkan secret terutama pada kasus-kasus yang
membandel. Keputusan untuk melakukan miringotomi umumnya berdasarkan
kegagalan profilaksis secara medis atau timbul reaksi alergi terhadap antimikroba yang
lazim dipakai.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi faktor resiko terutama pada
anak-anak, bisa dengan beberapa seperti : pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan
anak, pemberian ASI minimal 6 bulan, hindari memberi makanan atau minuman ketika
anak berbaring, hindari dari pajanan asap rokok, hindari memaksa keluarkan terlalu
keras mucus, biasakan untuk tidak sering mengorek-ngorek liang telinga, lindungi
telinga selama penerbangan atau saat berenang.
Prognosis dan komplikasi
Prognosis otitis media akut adalah dubia ad bonam, biasanya gejala membaik
dalam 24 jam dan dapat sembuh dalam 3 hari dengan pengobatan yang adekuat, tetapi
jika tidak diobati dengan benar, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi mulai

dari mastoiditis, kolesteatom, abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis.
Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada OMSK. Jika perforasi
menetap dan secret tetap keluar lebih dari 3 bulan maka keadaan ini disebut OMSK.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Soepardi E. A, dkk. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan THT. Edisi VI. Fakultas
kedokteran UI. Jakarta

2. Adam, George L, Lawrence R.Boies, dan Peter A.Higler. Embriologi


Anatomi

dan

Fisiologi

Telinga

dan

Penyakit

Telinga

Tengah

dan

Mastoid.BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.1997


3. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No.5 May
2004,

pp.1451-1456.http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;

113/5/1451

Anda mungkin juga menyukai