Anda di halaman 1dari 29

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT

UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
1

1. PENGERTIAN
Dalam dunia Industri, baik Industri kecil maupun Industri besar, termasuk juga pada unit-unit
Pembangkit Tenaga Listrik, banyak dijumpai adanya penyambungan antara poros penggerak
dan poros yang digerakan dilakukan dengan menggunakan sambungan kopling seperti
misalnya :





Antara poros motor penggerak dan poros motor pompa.


Antara poros diesel dengan poros generator.
Antara poros turbin dengan poros generator.
Dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

Meskipun metoda penyambung poros dengan menggunakan kopling ini banyak digunakan,
namun satu hal yang tidak bisa dihindari adalah adanya ketidak sebarisan (misalignment) dari
kedua poros yang dipersambungkan.
Namun demikian kejadian adanya ketidak sebarisan tersebut bisa diatasi dengan cara
melakukan penyebarisan (alignment), baik pada saat pemasangan baru maupun dalam
perawatan rutin.
1.1. Pengertian Penyebarisan (Alignment )
Penyebarisan (alignment) yang dimaksud didalam topik ini adalah melakukan koreksi terhadap
adanya ketidak sebarisan (mis-alignment) secara manual antara poros penggerak dan poros
yang digerakan, sehingga didapat suatu kesebarisan yang memenuhi persyaratan dari kedua
poros tersebut.
1.2. Pengertian ketidak-sebarisan (mis-alignment).
Yaitu adanya penyimpangan dari garis sumbu ke dua poros yang dipersambungkan, baik arah
sejajar(parellel) maupun arah aksial (Angular),sehingga terjadi ketidak sebarisan dari ke dua
poros yang dipersambungkan tersebut.
1.2.1.

Ketidak Sebarisan-Radial.

Adalah suatu kondisi dimana garis sumbu kedua poros yang dipersambungkan dalam keadaan
sejajar/parallel, tetapi tidak berada dalam satu garis sumbu.
Oleh karena penyimpangan yang terjadi dalam arah Radial dari poros, maka kondisi ini disebut
ketidak sebarisan Radial.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
2

Ketidak-sebarisan Radial terjadi dalam dua arah yaitu arah vertikal dan arah horisontal.
Pandangan depan

X = Ketidak sebarisan-Radial arah vertikal

Pandangan atas.

y = Ketidak sebarisan-Radial arah horisontal.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

1.2.2.

Balancing&Aligment
3

Ketidak Sebarisan Aksial.

Adalah suatu kondisi dimana garis sumbu dari kedua poros yang dipersambungkan dalam
keadaan tidak sejajar dan saling membentuk sudut simpangan.
Oleh karena penyimpangan yang terjadi dalam arah aksial dari poros, maka kondisi ini disebut
ketidak-sebarisan Aksial.
Ketidak sebarisan Aksial terjadi dalam dua arah yaitu arah vertikal dan arah horisontal

= sudut simpang Aksial yang dibentuk oleh kedua poros yang dipersambungkan dalam arah
vertikal

= sudut simpang Aksial yang dibentuk oleh kedua poros yang dipersambungkan dalam arah
horisontal
DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
4

1.3. Akibat dari ketidak-sebarisan.


Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa adanya ketidak sebarisan atau misalignment
diluar batas yang diijinkan akan mengakibatkan :
1.
2.
3.
4.

Kopling menjadi panas.


Terjadinya kelelahan material pada elemen kopling ( untuk kopling kering ).
Terjadinya keausan terutama pada kopling Roda Gigi.
Keretakan pada poros, akibat gaya tekuk yang berulang-ulang (Keretakan biasanya terjadi
pada sisi yang berdekatan dengan hub kopling ).
5. Kerusakan pada Bantalan (Bearing).
6. salah satu penyebab timbulnya getaran (vibrasi) pada mesin.

1.4.

Penyebab ketidak-Sebarisan.

Terjadinya ketidak-sebarisan bisa disebabkan antara lain oleh :


 Kesalahan dalam pemasangan.
 Pre Load dari poros bengkok.
 Bantalan yang tidak mapan, dimana sumbu bantalan tidak berimpit dengan sumbu poros.
 Sumbu poros/kopling tidak sebaris .
1.5. Batas Penyimpangan (toleransi) yang diijinkan :
Batas penyimpangan (toleransi) ketidak sebarisan (mis-alignment) yang diijinkan, biasanya
dipengaruhi oleh besar daya dan putaran dari poros penggerak dan poros yang digerakan.
Dalam arti, makin besar daya dan putaran yang dipindahkan akan makin kecil toleransi yang
diijinkan Namun demikian, masih ada faktor lain yang mempengaruhi toleransi yang diijinkan,
yaitu dari jenis kopling yang digunakan.
Untuk pelaksanaan di lapangan harus selalu mengikuti petunjuk atau referensi yang telah
ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.
Apabila tidak ada, maka referensi berikut ini bisa digunakan sebagai pedoman.
Mather & Platt Ltd-Inggris memberikan batasan toleransi sbb :
 Kopling dengan diameter sampai dengan 12 = 0,002 inchi.
 Kopling dengan diameter lebih besar dari 12 = 0,003 inchi.
Sedang Worthington-Simpson Ltd Inggris memberikan batasan maksimum untuk Radial dan
Angular mis-alignment sebesar 0,002 inchi untuk pompa-pompa Centrifugal dengan 3.000
RPM.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
5

2. KOPLING.
2.1.

Fungsi Utama.

Yaitu untuk memindahkan daya dan putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakan.
2.2.

Fungsi Lainnya :

Kopling juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk :


 Mengantisipasi ketidak sebarisan dari poros.
 Memberikan kemungkinan kepada poros untuk berekspansi (memuai) yang disebabkan
oleh panas.
 Meredam getaran.
 Pengaturan putaran bagi poros yang digerakan (terutama untuk kopling fluida).
 Memungkinkan pelepasan dari bagian-bagian poros untuk pekerjaan perbaikan.
2.3.

Jenis Kopling.

Sesuai dengan fungsinya, kopling bisa diklasifikasikan menjadi :


 Kopling tetap.
 Kopling tidak tetap.
2.3.1.

Kopling tetap :

Adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros
penggerak keporos yang digerakkan secara pasti, dimana jumlah putaran dan daya poros
penggerak sama dengan jumlah putaran dan daya poros yang digerakkan
Kopling tetap secara umum dapat dibedakan menjadi :
 Kopling kaku (Rigid Coupling).
Dipergunakan apabila ke dua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris dalam posisi
yang tetap.
 Kopling fleksibel (Flexible Coupling)
Dipergunakan apabila poros yang dihubungkan dapat mentolirir ketidak lurusan sumbu kedua
poros tersebut.
2.3.2.

Kopling tidak tetap :

Bedanya dengan kopling tetap adalah, hubungan antara poros penggerak dan poros yang
digerakan tersebut dapat dilepas (dibebaskan) baik dalam keadaan diam maupun dalam
keadaan berputar.
Dengan kata lain putaran poros yang digerakan tidak selalu sama dengan putaran poros
penggerak (contoh : kopling fluida).

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
6

3. PERALATAN PENYEBARISAN (ALIGNMENT)


Alat-alat kerja yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan serta memenuhi persyaratan, akan
melancarkan proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga akan menghemat waktu dan biaya
yang akhirnya akan meningkatkan produktifitas.
Peralatan-peralatan utama yang digunakan untuk melakukan pekerjaan penyebarisan adalah.
Dial Gauge atau Dial Indikator.
Alat ini bentuknya seperti pada gambar dibawah ini. Gambar sisi kanan menunjukan Dial
Gauge sepenuhnya, sedangkan gambar sebelah kiri menunjukan penampang Dial Gauge
yang diperbesar.

Cara membaca Dial Indikator.








Setiap satu kali putaran jarum besar berarti menunjukan ukuran sebesar 1mm, dan jarum
pada lingkaran kecil angka menunjuk 1 angka.
Lingkaran luar / besar Dial Indikator dibagi menjadi 10 skala bagian (angka 1- s/d -10),yang
berarti setiap skala nilainya = 1/10 mmatau 0,1 mm.
Setiap 1 skala (0,1 mm) dibagi lagi menjadi 10 strip, maka nilai setiap setrip = 0,1/10 mm =
0,01mm atau = 1/100 mm. (dilapangan biasanya disebut satu mikron (1).
Misalnya jarum besar bergerak dari 0 ke sekala angaka 3 + 5 strip, maka besar pengukuran
adalah = 0,3 mm + 0,05 mm = 0,35 mm.
Jumlah putaran jarum besar dapat diketahui dari penunjukan jarum kecil. Misalnya jarum
besar berputar 4 x, maka jarum kecil akan menunjukan angka 4.

Keterangan :
Jika jarum besar berputar searah jarum jam diberi nilai ( + ). Sedangkan kebalikannya adalah
(-)

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
7

Blok Magnet ( Magnet Base ).

Dengan bantuan tuas pengikat gunanya


untuk menempatkan Dial Indikator pada
tempat yang dikehendaki.
Magnetic Base terbuat dari balok magnet
yang bisa diaktivkan magnetnya, yaitu posisi
on = magnet berfungsi dan off = magnet
tidak berfungsi.

Pengukur celah (Feeler Gauge)


Gunanya untuk mengukur gap atau celah antara
permukaan kopling .
1 set Feeler Gauge terdiri dari bilah-bilah besi plat
tipis yang mempunyai ketebalan mulai 0,05 mm
sampai dengan 0,8 mm atau dalam satuan inchi
(0,002 s/d 0,003).
Cara mengukur celah dengan alat ini, yaitu celah
tersebut diisi dengan bilah-bilah Feeler Gauge
sampai penuh, selanjutnya bilah-bilah tersebut
dijumlahkan.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
8

Tapered Gauge.

Tapered Gauge ini fungsinya hampir sama dengan


Feeler Gauge yaitu utuk mengukur celah/gap
antara permukaan dua kopling, dengan cara
menusukan Tapered Gauge tersebut kedalam
celah.
Tapered Gauge terbuat dari plat bilah runcing
dengan panjang 100 mm dan lebar sisi pangkal =
10 mm.
Artinya setiap 1 mm (strip) panjang gauge
mempunyai nilai setara dengan 0,1mm gap.
Contoh :
Jika pengukuran gap dengan Tapered Gauge
terbaca pada angka 3 lebih 2 strip, berarti jarak
celah/gap = 3 mm + 2/10 mm = 3,2 mm.

Kunci Ring/Pass jumlah = 1 set.


Shim dalam berbagai ketebalan ukuran, mulai dari 0,02 s/d/1mm.
Palu besi ukuran 2 kg.
Palu lunak dan karet atau plastik, dengan ukuran = 1kg.
Gunting untuk pemotong shim.
Jack/dongkrak (jika perlu).
Pray bar.
Mikrometer.
Scuifmad/jangka sorong.
Kaca spion = untuk membantu membaca sisi belakang

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
9

4. PERSIAPAN PENYEBARISAN (ALIGNMENT).


4.1.

Persiapan Alat.

Telah diuraikan didepan, bahwa peralatan yang lengkap dan memenuhi persyaratan akan
meningkatkan unjuk kerja.
Oleh karena itu sebelum melakukan pekerjaan Alignment, maka terlebih dahulu
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan secara lengkap seperti pada daftar peralatan.

4.2.

Persiapan Tempat.

Pengertian dalam House Keeping menyebutkan, bahwa Tempat kerja yang nyaman, tidak
hanya menurunkan resiko kecelakaan, tetapi akan meningkatkan gairah kerja bagi karyawan,
yang dengan sendirinya akan meningkatkan produktivitas.
Oleh karena itu :
 Persiapan penerangan yang cukup, untuk menghindari kesalahan membaca ukuran.
 Ventilasi udara yang baik, agar tempat kerja menjadi nyaman.
 Barang-barang yang tidak berguna lebih baik disingkirkan karena akan mengganggu
kelancaran pekerjaan dan bisa menimbulkan kecelakaan.
 Bersikan pula ceceran-ceceran minyak atau air yang menggenang yang bisa menimbulkan
kecelakaan kerja.
 Sediakan balok kayu/ganjal dan scafolding bila perlu.
4.3.

Persiapan Tenaga Kerja.

Tenaga kerja yang banyak, belum tentu dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Untuk
melakukan alignment biasanya cukup dilakukan oleh :
 1 orang Teknisi Alignment yang berpengalaman.
 Max. 2 orang pembantu/helper.
4.4.

Peralatan Mesin Yang Akan di Alignment/di Sebariskan.

 Matikan sumber daya / power suply pada peralatan yang akan disebariskan.
 Lakukan prosedur Tagging terhadap peralatan tersebut, termasuk juga peralatan atau
instalansi lain yang terkait.
 Ambil data kesebarisan pada kondisi awal. Lihat buku petunjuk dari pabrik pembuatannya,
dan ikuti prosedur yang telah ditentukan.
 Melakukan penyebarisan sebaiknya dilakukan setelah panas dari poros turun sampai
dengan temperatur ruangan.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

4.5.






Balancing&Aligment
10

Keselamatan Kerja.

Yakinkan bahwa peralatan/ mesin yang disebariskan sudah bebas dari sisitim operasi.
Gunakan pakaian dan peralatan Keselamatan Kerja yang dipersyaratkan.
Ikuti dan laksanakan peraturan Keselamatan Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Ikuti petunjuk/Rekomendasi dan pabrik pembuatnya.
Yakinkan bahwa tempat kerja bebas / aman dari :

benda/barang jatuh.
Pekerjaan lain yang dapat mengganggu kelancaran penyebarisan.

 Jika perlu pasang pagar pembatas agar orang yang tidak berkepentingan tidak masuk
kelokasi kerja

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
11

5. METODA MENGETAHUI KETIDAK SEBARISAN.


5.1. Metoda Dengan Menggunakan Mistar.
Cara ini sangat sederhana sekali yaitu dengan menggunakan mistar/penggaris yang rata yang
ditempelkan pada keliling sisi luar dari kopling. Untuk mengetahui besarnya misalignment,
maka Feeller Gauge disisipkan pada bagian yang longgar.
Dengan melakukan pengambilan data pada empat tempat, yaitu pada posisi 00, 900, 1800 dan
2700, maka akan didapat besarnya nilai ketidak sebarisan Radial arah Vertkal dan arah
Horisontal.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
12

5.2. Metoda Dengan Menggunakan Feeler Gaguge Atau Tapered Gauge.


Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan Tapered Gauge atau Feeler Gauge
mengetahui gap/jarak antara dua permukaan kopling (Face To Face).

untuk

Dengan melakukan pengukuran gap antara permukaan kopling pada posisi 00, 900, 1800 dan
2700, maka akan didapat besarnya nilai ketidak sebarisan Axial arah horizontal maupun
vertikal.
Dilapangan sering ditemui panggunaan kode A (aksial) diganti dengan F artinya = Face.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
13

5.3. Metoda Dengan Mengunakan Dial Gauge.


Melakukan alignment dengan menggunakan Dial Gauge/Dial Indikator akan memberikan hasil
yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan Mistar, Tapered Gauge maupun
Feeler Gauge, karena bisa membaca tingkat ketelitian sampai 0,01 mm, baik untuk Radial
maupun Aksial .
Oleh karena tingkat ketelitian yang tinggi/presisi, maka metoda ini selalu digunakan melakukan
penyebarisan mesin-mesin dengan daya besar dan putaran tinggi.
Dengan menggunakan Dial Gauge, maka sekaligus bisa diukur adanya ketidak sebarisan
Aksial dan Radial.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
14

6. PELAKSANAAN PENYEBARISAN TERHADAP KETIDAK SEBARISAN


( PADA SAMBUNGAN POROS MOTOR DAN POMPA ).

RADIAL

Pengambilan Data Ketidak Sebarisan Radial.

Kesepakatan :
Arah pandang.
Arah pandang dari sisi peralatan yang disebariskan Motor menghadap keperalatan yang tidak
disebariskan Pompa.
Pengambilan Data.
b. Pengambilan data dalam satuan 1/100 mm dilakukan pada setiap posisi, 900 lingkaran
kopling, (dalam kasus ini 1/100 mm disebut dengan 1 mikron).
c. Dial Indikator dipasang pada poros/kopling dari peralatan yang disebariskan (motor) dan
ujung Dial Indikator menyentuh permukaan keliling luar poros/kopling peralatan yang tidak
disebariskan (pompa).
d. Kopling yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak disebariskan (sisi pompa)
diputar bersama-sama secara pelahan-lahan.
e. Titik di atas RT, dipakai sebagai referensi, dengan penyimpangan = 0 (NOL).
f. Jika jarum penunjuk pada Dial Indikator bergerak :



Searah jarum jam


: ujung dial tertekan, diberi nilai (+).
Berlawanan jarum jam : ujung dial memanjang, diberi nilai (-).

Dial Gauge

Arah Pandang

Pompa

Motor

Gambar

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
15

Penulisan data.
Data ketidak sebarisan yang telah diambil, ditulis diluar lingkaran Bantu, dalam satuan
(mikro), dengan ketentuan sbb.
RT

RT = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Top (atas)


RR = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Right (kanan)
RB = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Bottom (bawah)
RL = nilai ketidak sebarisan Radial sisi Left (kiri)

RR

RL

RB
Misalnya didapat nilai pengukuran (dalam satuan 1/100 mm) sbb :
RT = 0
RR = + 5
RB = - 65
RL = - 70

Selanjutnya nilai tersebut ditulis diluar lingkaran bantu


seperti gambar berikut.

+5

-70

- 65
Gambar Ilustrasi.
Untuk memberikan gambaran yang yata dan jelas dari kondisi peralatan yang disebariskan,
maka perlu dibuat suatu gambar ilustrasi.
Kecuali untuk maksud tersebut, keuntungan lain yang didapat adalah :
menghindari adanya kesalahan dalam pengurangan atau penambahan
penggeseran kekiri atau kekanan dari peralatan yang disebariskan.

shim

dan

Dari hasil pengukuran yang telah didapat seperti tersebut di atas, selanjutnya dibuatkan
gambaran ilustrasinya, sehingga jelas bisa diketahui :
 Penambahan atau pengurangan shim.
 Arah penggeseran motor, kekiri atau ke kanan.
DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
16

6.2.1. Gambar ilustrasi tampak pandangan depan atau Radial Vertikal (RV).

6.2.2. Gambar ilustrasi tampak pandangan atas atau Radial Horizontal (RH).

Dari gambar ilustrasi jelas bahwa motor harus digeser kekanan.


Menghitung Besarnya Penambahan Atau Pengurangan Shim Maupun Penggeseran
Motor Kearah Kiri Atau Ke Kanan.

Radial Arah Vertikal.


Dapat dihitung dengan rumus :
RT RB
RV =

dimana :

RT
RB

=0
= - 65

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

RT RB
RV =
2

0 (-65)
=
2

Balancing&Aligment
17
+ 65
=
2

= + 32,5

Menghitung Ketidak Sebarisan Radial arah Horisontal (RH) yaitu :


Dapat dihitung dengan rumus :
RL RR
dimana :

RH =
2

RL RR
-70 (+5)
RH = =
2
2

RL
RR

-75
=
2

= -70
=+5

= 37,5

Motor digeser kekanan (sesusai gamabar ) sebesar 37,5

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
18

Catatan :
Jika pengambilan data ketidak sebarisan Radial dengan menggunakan Filler Gauge, perlu
dibuat kesepakatan sbb :
Untuk meudahkan dalam pemberian nilai hasil pengambilan data, misalnya (+) atau (-), maka
yang dipakai pedoman adalah :
Tampak Pandangan Depan atau arah vertikal dari peralatan yang disebariskan yaitu sbb :

a. Apabila kopling pada sisi motor posisinya


pada RT lebih tinggi dari kopling sisi pompa,
maka RT diberi nilai (-) (minus) dan RB
diberi nilai (+) (plus) (Lihat gambar
disamping)

b. Apabila kopling pada sisi motor posisinya


pada RT lebih renda dari kopling sisi pompa,
maka RT diberi nilai (+) (plus) dan RB diberi
nilai (-) (minus) (lihat gambar disamping)

Keterangan :
 Untuk pemberian nilai (+) atau (-) pada arah Horisontal, dapat perpedoman pada referensi
tersebut.
 Untuk perhitungan selanjutnya, bisa menggunakan cara tersebut di atas, baik untuk
penambahan atau penggurangan shim, maupun arah penggeseran motor.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
19

7. PELAKSANAAN PENYEBARISAN TERHADAP KETIDAK SEBARISAN AKSIAL (PADA


SAMBUNGAN POROS MOTOR DAN POROS POMPA).
7.1.

PENGAMBILAN DATA KETIDAK SEBARISAN AKSIAL.

Kesepakatan :
7.1.1. Arah Pandang.
Arah pandang dari sisi peralatan yang disebariskan (sisi motor) menghadap ke arah peralatan
yang tidak disebariskan (sisi pompa).
7.1.2. Pengambilan Data menggunakan Dial Indikator.
a. Pengambilan data dalam satuan 1/100 mm dilakukan pada setiap posisi 900
lingkaran kopling (dalam satuan 1/100 mm disebut 1 )
b. Dial Indikator dipasang pada sisi poros/kopling dari peralatan yang disebariskan
(motor), dan ujung Dial Indikator menyentuh sisi permukaan dari kopling (atau pada
alat bantu) peralatan yang tidak disebariskan (pompa).
c. Kopling/poros yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak disebariskan
(sisi pompa) diputar secara bersama-sama dan perlahan-lahan.
d. Titik atas (AT) dipakai sebagai referensi dengan besarnya penyimpangan = 0
(NOL).
e. Jika jarum penunjuk pada Dial Indikator bergerak :



Searah jarum jam (ujung Dial Gauge tertekan) diberi nilai (+).
Berlawanan jarum jam (ujung Dial Gauge memanjang) diberi nilai (-).

7.1.3. Penulisan Data.


Data-data ketidak sebarisan Aksial yang telah diambil, ditulis didalam lingkaran Bantu dalam
satuan (mikron) dengan ketentuan:
AT = Ketidak sebarisan Aksial sisi Top (atas).
AB = Ketidak sebarisan Aksial sisi Bottom (bawah).
AL = Ketidak sebarisan Aksial sisi Lefet (kiri).
AR = Ketidak sebarisan Aksial sisi Right (kanan).
Misalnya didapat data-data sebagai berikut :





AT
AB
AL
AR

=0
= + 15
= + 25
= - 10

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
20

Data-data tersebut selanjutnya ditulis didalam lingkaran Bantu sbb.

0
+25

-10

+15

7.2.

GAMBAR ILUSTRASI.

Tujuan pembuatan gambar ilustrasi adalah sama dengan tujuan dari ketidak sebarisan Aksial,
yaitu untuk menghindari kesalahan penambahan/pengurangan shim, maupun arah pergeseran
motor.

7.2.1. Misalignment Aksial Arah Vertikal (AV) (pandangan depan) :

Dari gambar ilustrasi tampak, jelas bahwa motor harus ditambah shim
sudut )

(dinaikan sebesar

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
21

7.2.2. Misalignment Aksial Arah Horizontal (AH) (pandangan dari atas).

Dari gambar ilustrasi, tampak jelas bahwa motor harus digeser kekanan sebesar sudut

7.3.

MENGHITUNG BESARNYA MISALIGNMENT AKSIAL.

Dari gambar ilustrasi, tampak jelas bahwa motor harus digeser kekanan sebesar sudut
kondisi misalignment Aksial terjadi karena garis sumbu poros tidak sejajar dan saling
membentuk sudut.
Sudut yang dibentuk oleh poros sama besarnya dengan sudut yang dibentuk oleh kopling
Sehingga :
Sudut poros = Sudut kopling.
7.3.1. Besar Sudut Kopling, bisa dihitung dengan cara :

xy
Tg =
D
DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
22

Dimana :
X = AT = lebar gap/celah kopling sisi atas .
Y = AB = lebar gap/celah kopling sisi bawah .
D = diameter titiksentuh ujung Dial Indikator.

AT AB
Sehingga Tg =
D
7.3.2. Besar sudut Poros.
Besar sudut Poros, adalah sama dengan besarnya sudut yang dibentuk oleh alas motor
terhadap Basa Plate.
Besar sudut pada alas motor, dapat dihitung dengan cara :

Z
Tg =
L

Dimana :
Z = adalah lebar celah pada alas motor yang dibentu oleh sudut pada jarak sejauh L dari titik
sentuh Dial Gauge.
L = jarak antara baut pada motor terhadap titik sentuh Dial Gauge .

Dan :
LI = jarak baut pondasi motor sisi depan terhadap titik sentuh Dial Gauge.
L2 = jarak baut pondasi motor sisi belakang terhadap titik sentuh Dial Gauge.

7.3.3. Persamaan antara sudut Kopling sudut Poros.


Oleh karena besarnya sudut kopling sama dengan sudut poros dan juga sama dengan
sudut pada alas motor, maka selanjutnya di dapat suatu persamaan sbb :
sudut kopling = sudut poros.
Tg kopling
= Tg poros.

AT AB
Z
=
D
L
DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

7.3.4.a.

Balancing&Aligment
23

Untuk menghitung penambahan atau pengurangan shim Aksial arah Vertikal


(AV), maka :
Z = AV

Sehingga rumus diatas tersebut berubah menjadi :

AT AB
Z
=
D
L

Z = AV

AT AB
AV
Sehingga : =
D
L

(AT AB) x L
AV =
D

b. Untuk menghitung arah penggeseran motor Aksial arah Horisontal (AH) maka:
Z = AH
Sehingga rumus diatas tersebut berubah menjadi :
AL AR
Z
=
D
L

Z = AH

AL AR
AH
Sehingga =
D
L

7.4.

(AL AR) x L
AH =
D

Contoh Pelaksanaan Penyebarisan Terhadap Ketidak Sebarisan Aksial

Dari pengukuran dengan Dial gauge, didapatkan data-data sbb :

AT = 0
AR = -10
AB = + 15
AL = +25
D = 336 mm
L1 = 125 mm
L2 = 780 mm

0
+25

-10

+15

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
24

7.4.1. GAMBAR ILUSTRASI.


a. Arah Vertikal (AV).

b. Aarah Horisontal (AH).

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
25

7.4.2. Menghitung penambahan / pengurangan shim (AV).


a. Sisi Depan (AV1).

AT AB
AV1
=
D
L1

0-(+ 15)
AV1
- =
336
125

+ 15 x 125 - 18, 75
AV1 = = = - 5,6
336
336
Tambah shim setebal = 5,6 ( lihat gambar ilustrasi )

b. Sisi belakang (AV2)

AT AB
AV2
=
D
L2

0-(+ 15)
=
336

AV2

780

+ 15 x 780
- 117
AV1 = = = - 35
336
336
Motor harus ditambah shim setebal = 35/100 mm (lihat gambar ilustrasi)

7.4.3. Menghitung Penggeseran Motor (AH).


a. Sisi Depan (AH1).
AL AR
AH1
=
D
L1
+ 35 x 125
AH1 =
336

+ 25 (-10)
AH1
=
336
125
+ 43,75
=
336

= + 13

Motor digeser kekiri sejauh = 13/100 mm (lihat gambar ilustrasi)

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
26

b. Sisi belakang (AH 2)


AL AR
AH2
=
D
L2

+ 25 (-10)
AH2
=
336
780

+ 35 x 780
+ 2730
AH2 = = = + 81
336
336

Motor digeser kekiri sejauh = 81/100 mm ( lihat gambar ilustrasi )

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

8. PETUNJUK MELAKUKAN PENYEBARISAN


DIPERSAMBUNGKAN MENJADI SATU.

Balancing&Aligment
27
LEBIH

DARI

DUA

POROS

YANG

Didalam melakukan penyebarisan, tidak selalu poros yang dipersambungkan hanya


terdiri dari dua poros, tetapi sering dijumpai pula peralatan mesin yang mempunyai poros lebih
dari dua yang harus disebariskan bersama-sama menjadi satu kesebarisan.
Salah satu contoh dari kasus ini adalah penyebarisan poros Turbin Gas untuk PLTG,yang
mempunyai 6 poros dan harus disebariskan menjadi satu kesebarisan, yaitu :
o
o
o
o
o

Antara poros Turbin Gas dengan poros Generator.


Antara poros Generator dengan poros Excitor.
Antara poros Excitor dengan poros Aux Gear.
Antara Torque Convertor dengan poros Motor Convertor.
Antara Torque Convertor dengan poros Motor Starter

Permasalahan utama yang timbul dalam kasus ini adalah adanya perbedaan temperature
kerja yang tidak sama setiap peralatan.
Seperti diketahui, bahwa perbedaan tempertur kerja akan menyebabkan ekspansi dari
peralatan yang tidak sama, yang sendirinya akan mempengaruhi penyebarisan dari peralatan
yang terkait.
Permasalahan lain yang perlu dapat perhatikan adalah, bahwa dalam melakukan
penyebarisan dilaksanakan pada suhu ruangan, dimana temperatur kerja peralatan jauh
berbeda dengan suhu ruangan.

Sebagai contoh :
o Turbin Gas bekerja pada temperatur lebih besar dari 11000C.
o Generator bekerja pada temperatur sekitar 700C.
o Peralatan yang lain temperatur bekerja sedikit diatas temperatur ruang.
Dengan demikian saat melakukan penyebarisan pada kondisi dingin suhu ruang, harus
memperhitungkan adanya pengaruh ekspansi, sehingga diharapkan dalam kondisi operasi
nanti kesebarisan dari poros-poros tersebut berada pada posisi yang benar.
Sehubungan dengan kasus dan hal-hal tersebut diatas, maka agar didapat hasil penyebarisan
yang memenuhi persyaratan, beberapa petunjuk seperti di bawah ini dapat dipakai sebagai
acuan :

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
28

1. Gunakan selalu data-data dan atau Rekomendasi dari pabrik pembuatannya.


Keterangan : Setiap peralatan selalu dilengkapi data-data rekomendasi dari pabrik pembuat.

2. Apabila tidak ada data rekomendasi dari pabrik pembuatannya, maka :


a. Lakukan pengambilan data awal yaitu saat mesin berhenti dan belum dirubah
keadaannya.
b. lakukan penyebarisan mulai dari bagian/peralatan yang posisinya sudah tetap (tidak
bisa digeser misalnya Turbin Gas).
c. untuk selanjutnya lakukan penyebarisan terhadap peralatan yang lain.
3. Jangan sekali-kali mengabaikan Rekomendasi dari pabrik pembuatnya, karena hal ini akan
bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal pada peralatan.

DOC.01/2009

PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT


UDIKLAT SURALAYA

Balancing&Aligment
29

DOC.01/2009

Anda mungkin juga menyukai