Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian
masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang
mengalami krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi
mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang dapat menurunkan
produktivitas kerja dan kualitas hidup.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional, pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk (Depkes RI 1992).
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional
dengan gejala pecahnya unsur-unsur kepribadian yang timbul pada usia kurang
dari 45 tahun.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada perubahan proses pikir
diintegrasikan secara komprehensip pada program asuhan klien diharapkan klien
dan keluarganya secara mungkin dapat berperan serta dalam Self Care dan
Family Support.
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis merasa tertantang untuk
mengambil kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn M
Dengan Perubahan Proses Pikir Waham Kebesaran Di Ruang Elang RSJP
Cimahi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum

a. Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam upaya asuhan


keperawatan.
b. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan
komprehensip meliputi aspek biopsikososial.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan prose pikir
waham kebesaran akibat skizofrenia residual.
b. Mampu mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan perubahan proses pikir waham kebesaran akibat skizofrenia
residual.
c. Mampu melakukan rencana keperawatan sampai dengan evaluasi.
C. Metode Penulisan
Dalam laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab yang ditujukan
kepada klien, keluarga dan tenaga yang terkait.
2. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan melihat secara langsung pada klien yang
dikaji dan untuk mengetahui perkembangan klien.
3. Studi Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan
semua dokumentasi serta data yang ada kaitannya dengan diri klien, status dan
kesehatan medis.
4. Studi literatur
Yaitu penulis mempelajari semua buku yang membahas permesalahan yang
akan dibahas dalam memperkuat teori.

D. Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun secara sistematik yang terdiri dari empat bab yaitu:
Bab I

: Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan


penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II

: Tinjauan teotitis yang mencakup pengertian, rentang respon,


psikodinamika

dampak,

pengkajian,

rencana

dan

tindakan

keperawatan serta evaluasi.


Bab III

: Tinjauan kasus yang mencakup pengkajian rencana keperawatan,


catatan tindakan dan evaluasi Pada Klien Tn M Dengan Perubahan
Proses Pikir Waham Kebesaran di Ruang Elang RSJP Cimahi.

Bab IV

: Kesimpulan

dan

saran

yang

merupakan

kesimpulan

dari

pelaksanaan asuhan keperawatan dari formulasi saran yang bersifat


membangun terhadap kesenjangan pada pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn M Dengan Perubahan Proses
Pikir Waham Kebesaran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


Orientasi

realitas

adalah

ketidakmampuan

individu

membedakan

rangsangan internal : fikiran, perasaan, sensasi, somatic, dan rangsangan eksternal


seperti bunyi situasi alam sekitar (tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan) (Stuart and Sunden, 1995).
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan
halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang benar-benar salah dan berfikir yang
sesuai dengan orang lain dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart and
Sunden, tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan
kenyataan dan tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya
(Rowlis, tahun 1991, hal 167).
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pemikiran seseorang
yaitu dengan mencampuri kemampuan pikiran untuk diuji dan dievaluasi secara
nyata (Judith Herber).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan tidak cocok dengan intelegensia latar belakang biarpun dibuktikan
kemustahialn hal itu (WF Maramis, tahun 1991, hal 147).
Waham somatic dalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak
benar, contohnya ususnya sudah busuk, otak sudah cair dan ada seekor kua dalam
perutnya
Tipe-tipe waham yaitu :
a. Menurut Haber (tahun 1997 hal 723) :
1. Ideas of referens seseorang merasa bahwa kejadian situasi atau interaksi
secara langsung berhubungan dengan dirinya.

2. Delusion of percution : keyakinan sesorang bahwa orang lain merusak


berbuat kerusakan pada dirinya.
3. Delusion of grandeus : keyakinan seseorang bahwa dia maha kuasa dan
mempunyai kekuatan super.
4. Somatik delusion.
b. Menurut Doengus (tahun 2000 hal 205) :
1. Eromati : waham tentang seseorang yang mencintai orang lain yang
statusnya lebih tinggi.
2. Grandues : waham tentang kekuatan pengetahuan diidentifikasikan khusus
atau hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
3. Jealous : seseorang merasa bahwa partner sexnya tidak setia.
4. Persecutori: keyakinan seseorang bahwa orang lain merusak atau berbuat
jahat pada dirinya.
5. Somatik : waham karena adanya beberapa penyakit fisik atau munculnya
keabnormalitas fisiknya.
c. Menurut Raulins (tahun 1993, hal 107) :
1. delusion of persicution : keyakinan seseorang bahwa orang lain akan
berbuat jahat pada dirinya.
2. Delusion of gerndeoues : keyakinan seseorang bahwa dirinya mempunyai
kekuatan luar biasa.
3. Delusion of control : keyakinan seseorang bahwa dirinya tindakan dan
pikirannya di kontrol oleh orang lain dan kekuatan eksternal.
4. Delusion of referens : keyakinan seseorang bahwa kejadian atau situasi
secara langsung yang berhubungan dengan diri dalam berinteraksi.
5. Somatik delusion : keyakinan seseorang bahwa tubuhnya berubah dan
berespon dengan cara yang tidak disadari dengan realita.
6. Thought brood costing : keyakinan seseorang bahwa pikirannya dapat di
dengar orang lain walau ia tidak membicarakannya.

d. Menurut W.F Maramis (tahun 1991, hal 117)


1. Waham kejar : pasien yakin bahwa ada komplotan yang sedang
menggangu bahwa ia ditipu, dimata-matai atau kejelekannya dibicarakan
banyak orang.
2. Waham somatic: keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak benar,
contohnya usunya sudah membusuk, otak sudah cair, ada seekor kuda
dalam perutnya.
3. Waham kesabaran : yakin ia mempunyai kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau keyakinan yang luar biasa misalnya bahwa dialah ratu
adil, dapat membaca fikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah dan
mobil.
4. Waham keagamaan: waham dengan tema keagamaan.
5. Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab dalam
suatu kejadian yan tidak baik misalnya kecelakaan keluarga, karena fikiran
yang tidak baik.
6. Waham pengaruh : yakni bahwa fikiran emosi perbuatannya diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain suatu kekuatan yang aneh.
7. Waham nilistic : yakni bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri
dan orang lain sudah mati.
8. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham, karena waham maka ia
berbuat tingkah laku yang demikian.

RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS

Respon adaptif

Respon maladaptive

- Pikiran logis

- pikiran kadang menyimpang

- kelainan pikiran/delusi

- persepsi akurat

- ilusi

- waham

- emosi konsisten

- reaksi emosional berlebihan

- halusinasi

- perilaku ganjil/tidak lazim

- ketidakmampuan untuk

dengan berlebihan
- perilaku sesuai

mengalami emosi
- hubungan sosial

- menarik diri

- ketidakteraturan
perilaku

B. MEKANISME TERJADINYA WAHAM


Waham terbentuk atas dasar faktor emosi, maka waham takkan dapat diubah oleh
alasan-alasan akal fikiran untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut. Gambaran
waham terlihat menurut kesulitan-kesulitan menurut individu sebelum sakit
berupa harapan-harapan yang mengecewakan perasaan inadekuat, perasaan
dibenci orang lain dan sebagainya.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor perkembangan
Hal ini tidak terjadi ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang therapeutik sering mengancam dan menimbulkan
cemas berkepanjangan sehingga individu mengisolasi diri dari lingkungan
eksternal.
c. Interaksi
Individu dalam berinteraksi dengan orang lain mengalami gangguan.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Merupakan serangkaian kejadian yang menimpa manusia di dalam menjalani
hidupnya dapat menjadi faktor pencetus timbulnya waham.
Adapun faktor pencetus meliputi :
a. faktor internal.
Karena merasa gagal kehilangan sesuatu yang bermakna.
b. Faktor eksternal
Ada trauma atau serangan fisik, kehilangan hubungan dengan orang lain yang
berarti.
E. PENGKAJIAN / KARAKTERISTIK PERILAKU
-

Menolak makan.

Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri.

Ekspresi muka sedih / gembira, ketakutan.

Gerakan tidak terkontrol.

Mudah tersinggung.

Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

Tidak membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata.

Menghindar dari orang lain.

Mendominasi pembicaraan.

Berbicara kasar.

Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak


melaksanakan.

F. DIAGNOSA KEPARAWATAN
1. Potensial menarik diri dari orang lain atau lingkungan.
2. Gangguan hubungan sosial : bermusuhan, manipulasi, ketakutan.
3. Potensial gangguan nutrisi: pemasukan tidak sesuai kebutuhan.
4. Gangguan perawatan diri.

G. TUJUAN
1. Pasien tidak melukai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
2. Pasien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab dengan orang
lain tanpa perasaan tertekan atau terancam.
3. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi, cairan dan eliminasi.
4. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Psikoterapeutik
a. Bina hubungan saling percaya
-

Perhatikan pasien saat bicara tanpa meremehkan.

Dengar pernyataan pasien tentang wahamnya, tanpa menyetujui atau


menentangnya.

Bicara saat terbuka dan tidak berbisik-bisik, tidak menggunakan katakata sindiran.

b. Bantu pasien meningkatkan harga dirinya.


-

Libatkan pasien dalam kegiatan individu dan kelompok.

Beri pasien kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Beri reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien.

c. Bantu pasien menemukan koping konstruktif

dalam penyelesaian

masalah.
-

Bersama klien mengidentifikasikan masalah yang dihadapi.

Tanyakan cara yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya.

Bicarakan manfaat dari cara tersebut.

Bersama pasien mencari alternatif cara penyelesaian masalah.

Beri dorongan kepada pasien untuk memilih cara yang tepat.

2. Lingkungan terapeutik
a. Ciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realita.
b. Ciptakan lingkungan sosial
c. Beri pujian atas keberhasilan klien.

3. Kegiatan hidup sehari-hari.


a. Bimbing pasien memenuhi mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b. Bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas istirahat tidur.
c. Bimbing pasien melakukan perawatan diri.
4. Somatik
Beri obat sesuai ketentuan.
a. Memberikan obat dengan mempertahankan lima benar dalam prinsip
pemberian obat.
b. Bujuk pasien bila menolak minum obat.
c. Ajak pasien berbicara menyakinkan bahwa obatnya sudah dimakan.
d. Beri pujian atas kerjasama klien.
5. Pendidikan kesehatan.
a. Bantu pasien mengenali wahamnya.
b. Ikutsertakan keluarga mengatasi masalah klien.
I. EVALUASI
1. a. Ekspresi wajah klien tampak tenang
b. Perilaku dan emosi pasien terkontrol.
c. Pasien berespon sesuai stimulus eksternal.
2. a.

Pasien dapat berespon secara non verbal.

b.

Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.

c.

Pasien dapat berinteraksi dengan pasien lain.

d.

Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.

3. a.

Pasien dapat menghabiskan porsi makan / minum yang diberikan.

b. Berat badan pasien meningkat sesuai kriteria.


4. a.
b.

Pasien dapat mandi sendiri dua kali sehari.


Gigi, rambut, mulut.

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn. M DENGAN PERUBAHAN PROSES PIKIR :
WAHAM KEBESARAN DI RUANG ELANG
RUMAH SAKIT JIWA PUSAT
CIMAHI
I. Identitas.
a. Identitas klien.
Nama

: Tn. M

Umur

: 40 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SPMA

Pekerjaan

:-

Agama

: Islam

Alamat

: Sukajadi Bandung

Status perkawinan

: Belum kawin

Tgl masuk

: 01 01 2003

Tgl pindahan

: 07 03 2003

Tgl pengkajian

: 4 Maret 2003

No. CM

: 011803

Dx. Medis

: Schizoprenia

b. Identitas Penanggung Jawab.


Nama

: Tn. H.D. Rojak

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Purnawirawan TNI-AD

Alamat

: Sukajadi Bandung

Hub. dengan klien

: Kakak klien

11

II

Alasan Masuk Rumah Sakit.


Klien dibawa ke RSJP Cimahi dengan alasan klien berbicara kacau,
bingung, mudah lupa, keluyuran klien juga pernah membanting radio 1 kali,
klien gelisah. Sulit tidur dan berbicara sendiri. Pada saat dikaji : klien dapat
diajak berbicara kooperatif.
Bila diajak bicara klien suka ngawur, mudah lupa pada hal-hal yang
baru saja dibicarakan. Pembicaraan ngawur dan tidak rasional. Klien selalu
mengatakan

bahwa dirinya bisa melakukan apa saja, klien mampu

menyembuhkan segala penyakit, hiperaktivitas.


Masalah keperawatan :

III

Waham kebesaran

Gangguan komunitas verbal.

Faktor Predisposisi.
1.

Klien mengalami sakit jiwa sejak tahun 1999 dan


dirawat di RSJP Cimahi sebanyak 3 kali.
Masalah keperawatan : respon pasca trauma.

2.

Pengobatan sebelumnya telah berhasil

3.

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan


jiwa.

4.

Klien tidak pernah mengalami riwayat aniaya fisik,


seksual maupun kekerasan dalam keluarga.

5.

Klien pernah mengalami masa lalu yang tidak


menyenangkan. Yaitu pada usia 17 tahun pernah diberi narkoba oleh
teman-temannya di Jakarta.
Masalah keperawatan : respon pasca trauma.

IV

Pemeriksaan Fisik.
1.

Tanda Vital
TD = 120/90 mmHg

R = 22 x/mnt

12

S = 370 C

= 88 x/mnt

2.

Ukuran
TB : 165 cm
BB : 50 Kg

3.

Keluhan Fisik
Klien tidak pernah mempunyai keluhan dalam hal fisik

Psikososial
1.

Genogram

Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

Klien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Orang yang terdekat
dengan klien selain orang tua adalah kekasihnya. Didalam keluarga tidak ada
yang mengalami sakit jiwa selain klien. Hubungan klien dengan tetangganya
terjalin dengan baik.
2.

Konsep Diri
1)

Citra tubuh

13

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak merasa minderengan keadaan


tubuhnya, klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
2)

Identitas diri
Pada saat klien dikaji klien mengatakan bahwa status dan posisi klien
sebelum dirawat klien bekerja sebagai buruh di penggilingan padi. Klien
puas dengan kedudukannya sebagai anak karena dapat membantu ayahnya
bekerja.

3)

Peran
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa diri klien sebagai anak kedua dari
empat bersaudara sehari-hari bekerja sebagai buruh dan klien merasa
senang terhadap apa yang telah dikerjakan.

4) Ideal Diri
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai keinginan
untuk menjadi seorang ustad dan klien sering menganggap dirinya hebat,
mampu menyembuhkan segala macam penyakit tanpa obat. Klien berharap
cepat sembuh dari sakitnya dan diterima di masyarakat. Klien ingin
menolong orang dengan menyembuhkan sakit setelah dia sembuh.
5) Harga diri
Pada saat dikaji klien mengatakan tidak merasa malu dengan kondisinya
saat ini. Klien yakin cita-citanya akan berhasil
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri, ideal diri yang tidak realistis.
3. Hubungan sosial
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa orang yang berarti dalam hidupnya
adalah ayah, ibu, adik dan kekasihnya. Jika ada masalah klien mengadu dan
meminta bantuan pada kedua orang tuanya.
Sebelum sakit klien tidak pernah aktif dalam kegiatan dalam masyarakat,
karena ada hambatan yaitu klien terlalu meninggikan dirinya dan berbicara
kacau.
Masalah keperawatan :

Kerusakan komunikasi verbal

14

Kerusakan interaksi sosial.

4. Spritual.
a.

Nihil dan keyakinan


Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan
mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya akan sembuh.

b.

Kegiatan /ibadah sebelum sakit


Pada saat dikaji klien mengatakan jarang sholat. Sebelum sakit klien
jarang iktu keagamaan di mesjid
Masalah keperawatan :

Distress spiritual.

VI Status Mental
1. Penampilan
Pada saat dikaji klien tampak rapi, klien selalu menyisir rambutnya. Klien
ganti baju 2 hari sekali dan penggunaannya sesuai.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2. Pembicaraan
Pada saat dikaji klien berbicara agak cepat dan mampu memulai percakapan
dengan perawat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
Pada saat dikaji klien suka berbicara ngawu. Klien sering mendominasi
pembicaraan. Pembicaraan klien tidak realistis.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas motorik.
Pada saat dikaji klien tidak tampak lesu dan kadang-kadang gelisah. Klien
tidak tampak adanya : agitas, tiki grimasen, tremor, kompulsif. Klien sering
melakukan aktivitas yang berlebihan/ hiperaktivitas.

15

Klien sering mengikuti kegiatan direhabilitasi psikomotor seperti : olahraga


bulu tangkis. Selain itu klien sering mengikuti kegiatan yang ada di ruangnya
seperti membereskan sehabis makan.
Masalah keperawatan : resiko tinggi cedera.
4. Alam perasaan
Pada saat dikaji klien tidak tampak : sedih, putus asa dan gembira yang
berlebihan. Klien juga tidak menunjukkan adanya ketakukan dan kekhawatiran
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
5. Afek
Pada saat dikaji, sesuai hasil observasi terlihat emosi yang sesuai dengan
stimulus yang ada. Seperti contoh: bila klien diberi stimulus yang
menyenangkan. Seperti bercanda klien memperlihatkan roman muka yang
gembira.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
6. Interaksi selama diwawancarai
Pada saat dikaji klien dapat diajak bekerja sama oleh perawat. Kontak mata
mau menatapa alwan berbicara, tidak menunjukkan rasa curiga dan
bermusuhan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
7. Persepsi
Pada saa dirumah klien sering mendengarkan suara bisikan almarhum
kakeknya.
Pada saat dikaji suara-suara itu tidak muncul lagi
Masalah keperawatan : resiko tinggi perubahan sensori persepsi halusinasi
dengar.
8. Proses pikir
Pada saat dikaji pembicaraan klien berbelit-belit tapi akhirnya sampai tujuan
pembicaraan/sirkumtansial.

16

Klien sering berbicara ngawaur dan jawaban yang diberikan sering tidak sesuai
dengan

kenyataan

dan

pertanyaan.

Klien

selalu

mengulang-ngulang

pembicaraan dan pembicaraan selalu meloncat dari suatu topik ke topik lain.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.

9. Isi pikir
Pada saat dikaji klien tampak gejala obsesi. Klien selalu ingin pulang dan ingin
bertemu dengan keluarganya. Klien ingin dijenguk keluarganya. Dalam pikiran
klien selalu bisa menyembuhkan penyakit tanpa obat.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
Waham :
Pada saat dikaji klien selalu mendominasi pembicaraan. Klien mempunyai
keyakinan bahwa ia orang hebat. Mampu melakukan apa saja diantaranya
menyembuhkan segala penyakit tanpa obat
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir waham kebesaran.
10. Tingkat kesadaran
Pada saat dikaji klien tampak bingung dan kacau. Klien tidak mengalami
stupporr. Klien tidak mengalami disorientasi waktu dan tempat. Tetapi klien
mengalami disorientasi orang.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
11. Memori
Pada saat dikaji klien dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi/daya
ingat saat ini. Dari hasil observasi klien tidak mampu mengingat kejadian yang
lebih dari seminggu/daya ingat jangka pendek dan klien juga tidak mengingat
kejadian yang lebih dari sebulan/daya ingat jangka panjang.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung saat wawancara dan kegiatan
dilakukan.

17

Contohnya : saat diwawancara perhatian klien tidak mudah dialihkan. Saat


diberi pertanyaan [(5 x 5)+25]: 5 = berapa ? jawabannya 10.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
13. Kemampuan penilaian
Pada saat dikaji klien mampu mengambil keputusan sederhana.
Contohnya : bapak mau mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi ? setelah diberi penjelasan klien mampu mengambil keputusan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
14. Daya tarik diri
Pada saat dikaji klien selalu mengingkari penyakit yang diderita. Klien tidak
menyadari gejala penyakit pada dirinya dan selalu berkeinginan untuk pulang.
VII.Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Pada saat pengkajian frekuensi makan 3x/hari, jumlah 1 porsi.
Variasi : sayur + nasi + buah + lauk + snack
b. Klien mampu makan secara mandiri tanpa bantuan petugas, makan
disiapkan petugas dan alat makan dibersihkan petugas
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
2. BAB/ BAK
Pada saat pengkajian klien mampu untuk BAK/BAB secara mandiri tanpa
bantuan perawat. Klien mampu mengguankan WC dan membersihkan diri dan
merapikan pakaian. Setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
3. Mandi
Pada saat pengkajian, frekuensi 2x/hari, cara mandi memakai gayung, gosok
gigi 2x/hari. Cuci rambut 1hari sekali.
Klien mampu mandi secara mandiri tanpa bantuan perawat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4. Berpakaian

18

Klien mampu berpakaian secara mandiri, tanpa bantuan perawat.


Penampilan dan dandanan rapi dan sesuai.
Frekuensi ganti : 2 hari sekali
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
5. Istrahat tidur

Tidur malam : 21.00 s/d 05.00 WIB

Tidur siang

Kegiatan sebelum dan sesudah tidur.

: 14.00 s/d 16.00 WIB

05.00 WIB

: klien bangun pagi

07.00 WIB

: klien makan pagi

07.30 WIB

: klien kerehabilitasi

11.00 WIB

: mandi siang

12.00 WIB

: makan siang

14.00 WIB

: tidur siang

17.0 WIB

: makan sore

21.00 WIB

: tidur malam

Masalah keperawatan : tidak ada masalah.


6. Penggunaan obat

Halloperidol

5 mg

3 x 1 tab

Trihexyphenidil

2 mg

3 x 1 tab

Persidal

Chlorpromazine

1 x 1tab
100 mg

1 x 1 tab

7. Pemeliharaan kesehatan
Dalam memelihara kesehatannya klien harus selalu minum obat secara teratur.
8. Aktivitas di rumah
Klien mampu mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah
(menyapu, mengepel)
9. Aktivitas di luar rumah

Klien mampu berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

19


8.

Klien mampu mengendarai kenderaan bermotor

Masalah Keperawatan
1. Respon pasca trauma
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Gangguan konsep diri : ideal diri yang tidak realistis
4. Kerusakan interaksi sosial
5. Distress spritual
6. Perubahan proses pikir
7. Waham kebesaran
8. Resiko tinggi cedera
9. Resiko tinggi perubahan sensori persepsi halusinasi dengar.

9.

Analisa Data
No
1

DS
DO

DS

DO

DS
DO

Data Senjang
Masalah
: Klien mengatakan pernah diberi narkoba Respon
pasca
oleh teman-temannya di Jakarta pada usia 17 trauma
tahun.
: Klien tampak berbicara kacau, linglung,
pelupa, bingung.
: Klien mengatakan bahwa dirinya adalah Kerusakan
orang hebat.
komunikasi verbal
Klien mengatakan bahwa dirinya mampu
melakukan
apa
saja
termasuk
menyembuhkan segala macam penyakit
tanpa obat.
: - Pembicaraan klien ngawur
- Kalau
berbicara
mendominasi
pembicaraan
- Ungkapan klien tidak sesuai dengan realita
: - Klien mengatakan bahwa dirinya adalah Gangguan konsep
orang hebat
diri ideal diri tidak
- Klien melakukan apa saja
realistis
: Isi pembicaraan klien terlalu tinggi
Ungkapan klien tidak realistis

20

DS

DO
5

DS
DO

DS

DO

DS
DO

DS
DO

DS

: Klien mengatakan bahwa dirinya tidak Kerusakan


pernah aktif dalam kegiatan di masyarakat
unteraksi sosial
Klien tampak kurang berinteraksi dengan
orang-orang di sekitarnya selama dirawat
: Klien tampak kurang berinteraksi dengan
orang-orang di sekitarnya selama dirawat
: Klien mengatakan bahwa dirinya jarang Distress spiritual
dalam menjalankan sholat 5 waktu
: Klien jarang sholat
: - Klien mengatakan saya sudah sembuh, Perubahan proses
saya sudah boleh pulang
pikir
- Klien mengatakan bahwa dirinya orang
hebat, mampu menyembuhkan segala
penyakit
: - Sirkumtansial
- Klien berbicara ngawur
- Jawaban klien tidak sesuai kenyataan dan
apa yang ditanyakan.
- Pembicaraan meloncat dari satu topk ke
satu topik lain.
- Obsesi
- Klien tampak bingung, mengalami
disorientasi orang.
- Klien tidak mengingat kejdian yang terjadi
minggu terakhir dan lebih dari 1 bulan.
- Klien sering mengingatkan penyakit yang
dideritanya.
: Klien mengatakan bahwa dirinya orang Waham kebesaran
hebat, mampu menyenbuhkan semua
penyakit tanpa obat.
: - Klien mendominasi pembicaraan
- Klien berbicara ngawur
- Berbicara hal-hal yang tinggi
: - Klien mengatakan selalu ingin melakukans Resiko
semua aktivitas
cedera
: - Kegiatan yang dilakukan klien berlebihan
- Hiperaktivitas

tinggi

: Klien mengatakan dulu pernah mendengar Resiko

tinggi

21

DO

bisikan dari almarhum koleganya


perubahan sensori
: Klien tidak tampak melamun dan tidak persepsi halusinasi
bicara sendiri
dengar

Pohon Masalah
Kerusakan Komunikasi Verbal. Effect

Perubahan proses pikir : Waham Kebesaran

Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Ideal diri yang tidak realistis Etiologi


XI Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham kebesaran
2. Perubahan proses pikir : Waham kebesaran berhubungan dengan ideal diri
yang tidak realistis

22

NO

Dx Keperawatan

Tujuan

Kerusakan
kemunikasi verbal
b/d.
Wham
kebesaran
yang
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan
bahwa
dirinya
adalah orang yang
hebat.
- Klien mengatakan
bahwa
dirinya
mampu
melakukan
apa
saja diantaranya
mampu
menyembuhkan
penyakit
tanpa
obat.
DO :
- Pembicaraan klien
ngawur.
- Kalau
diajak
bicara klien sering
mendominasi
pembicaraan.
- Ungkapan klien
tidak
sesuai
dengan realita.

TUM : Klien
dapat melakukan
komunikasi
verbal
dengan
baik.
TUK I tanggal 4
Maret 2003.
1. Klien dapat
membina
hubungan
saling
percaya.

Kriteria Evaluasi

Dalam
2
x
pertemuan klien
dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
seperti
membalas salam,
berjabat
tangan
menyebutkan
namanya.

1.

Rencana Tindakan

Rasional

Implementasi

Evakuasi

Bina hubungan
saling percaya.
a. Salam
terapeutik.
b. Perkenalkan
diri
c. Buat kontrak
yang pertama.
d. Bicara dengan
klien
secara
jujur,
singkat,
mudah
dimengerti, jelas.
e. Perhatikan
klien saat bicara
tanpa
meremehkan.
f. Dengar
perhatian klien
tentang
wahamnya tanpa
menentangnya.
g. Ciptakan
lingkungan yang
tenang.

Kejelasan
tujuan
dan
kontak
menentukan
rasa
percaya
dan merupakan
dasar hubungan
selanjutnya.

5 Maret 2003
1.
Membina
hubungan saling
percaya dengan
cara :
a.
Salam
terapeutik,
Selamat
pagi bapak,
nama bapak
siapa ?
b.
Perke
nalkan diri,
nama saya
Agnes, biasa
dipanggil
Ines.
c.
Mem
buat kontak
yang
jelas,
Saya di sini
samapi jam 2
siang,
kebetulan
saya bertugas
merawat
bapak. Hari

5 Maret 2003
S : Klien
mengatakan
sangat senang
sekali
berkenalan
dengan
perawat.
CO : Klien
menjawab
pertanyaan
perawat.
- Represi
wajah
gembira
- Klien
berbicara
terbuka
terhadap
perawat
- Klien
merasa
tenang
A
:
Masalah
teratasi
P : Tujuan khusus
1
pertahankan

23

Paraf

2.

TUK II
Tanggal 5 Maret
2003
2. Klien dapat
mengenali/
mengidentifik
asi waham
kebesarannya.

Dalam
3
x
pertemuan klien
dapat mengenali
waham
kebesarannya.

1.

Lakukan kontak
secara singkat dan
sering.

Bersama klien
memecahkan
masalah
yang
dihadapinya.

24

Dengan kontak
yang
singkat
dansering akan
memberikan
stimulus
dan
klien
merasa
diperhatikan
sehingga klien
percaya.

- Memecahkan
masalah
secara
bersamasama
merupakan
cara untuk
menemukan
koping
konstruktif
dalam
menyelesaika
n masalah
yangdihadapi

ini
saya
menemani
bapak selama
10 menit.
d.
Mend
engarkan
ungkapan
klien.
2.

lanjutankan
ke
tujuan khusus 2.

Melakuk
an kontak sering
dan
singkat,
Bertemu klien
setiap hari 2
kali

6 Maret 2003
1. Mengidentifika
si masalah klien
dengan bertanya:
Apa yang terjadi
sehingga
bapak
dibawa kemari
masih ingat siapa
yang
membawa
bapak kemari ?
menanyakan cara
klien
mengatasi

6 Maret 2003
S : Klien
mengatakan
tidak apa-apa
- Klien
mengatakan
bersedia kontak
tiap hari.
- Klien
mengatakan bisa
mengatasi
masalahnya
sendiri.

2.

3.

Tanyakan
kepada klien cara
yang
telah
dilakukan
untuk
mengatasi masalah
tersebut.
Bersama klien
memecahkan
masalah
untuk
mencari alternatif
cara lain untuk
mengatasi masalah
yang dihadapi.

4.

Anjurkan klien
sering
mengikuti
TAK.

5.

Tidak
memberikan
dukungan dan tidak
membantah
akan
wahamnya.

25

- Untuk
menggali
sejauh mana
klien dapat
memecahkan
masalahnya.
- Pemecahan
masalah
dapat
dilakukan
dengan
kesepakatan
dan
kerjasama
agar mudah
dilaksanakan.
- Mengalihkan
perhatian
klien
dari
wahamnya.
- Mengalihkan
perhatian
klien
dari
wahamnya

masalah.
Apa telah bapak
lakukan
untuk
mengatasi
cara
tersebut ?
Kalau
menurut
saya
sebaiknya
bapak
....
Bagaimana apakah
bapak setuju ?

Menganjurkan klien
untuk
sering
mengikuti t.a.k.
Berapa kali bapak
pernah mengikuti
t.a.k.
Bagaimana kalau
mulai
sekarang
bapak
sering
mengikuti kegiatan
t.a.k.

O : Kalau ditanya
klien defensif.
- Klien
belum
dapat mengenali
wahamnya.
A : Masalah belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi.
- Pertahankan tuk.
2, lanjutkan tuk
3
- Buat catatan
perkembangan

Tuk III
Tanggal 6 Maret
2003
3. Klien dapat
mengidentifika
si kebutuhan
yang tidak
terpenuhi.

7 Maret 2003

1 Observasi
kebutuhan klien
sehari-hari

- Diskusikan
kebutuhan klien
yang tidak
terpenuhi baik di
rumah maupun
rumah sakit.
- Membungkam
kebutuhan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham.

26

- Dengan
mengobserva
si kebutuhan
klien seharihari
dapat
diketahui
perkembanga
n kesehatan
klien.
- Dengan
mendiskusika
n kebutuhan
klien
diharapkan
klien mampu
memenuhi
kebutuhan
yang belum
terpenuhi.

7 Maret 2003
Mengobservasi
kebutuhan
klien
sehari-hari

Berdiskusi dengan
klien
dengan
menanyakan
Bapak kebutuhan
apa
saja
yang
belum
terpenuhi
selama dirawat di
sini
menayakan kepada
klien pikiran yang
sering muncul jika
kebutuhannya tidak
terpenuhi.
pikiran apa yang
muncul
jika
kebutuhan
bapak
tidak terpenuhi.

S : Klien
menyebutkan
beberapa
kebutuhan
yang belum
terpenuhi.
O : Kebutuhan
fisik klien
sudah
terpenuhi
kebutuhan
spiritual
belum
terpenuhi.
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Pertahankan
tuk 2
lanjutkan tuk
3
- Buat catatan
perkembangan

2. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
Tuk IV
Tanggal 6 Maret
2003
4. Klien dapat
berhubungan
dengan realitas

Dalam
5
x
pertemuan klien
dapat melakukan
hubungan dengan
realitas
1.

Berbicara dengan
klien dalam konteks
realitas (jati diri
klien)

2.

Libatkan
klien
dalam
terapi
aktivitas kelompok

27

- Dengan
aktivitas
klien dapat
mengalihkan
wahamnya
dengan
kegiatan
yang
bermanfaat
sesuai
kemampuan.

Berbicara
dalam konteks
realitas dapat
mengendalikan
harga diri yang
positif
pada
klien.

Mengikutsertakan
klien
dalam
kegiatan aktivitas
direhabilitasi
Menayakan
kegiatan
yang
disukai
sesuai
hoby :hoby bapak
apa ?

Tanggal 7 Maret
2003
1.Menanyakan jati
diri klien
Bapak alamatnya
dimana ?
apa
pekerjaan
bapak ?

Bapak
kerja
dimana ?
2.Terapi aktivitas
kelompok tidak
dapat
dilaksanakan
karena
keterbatasan
waktu.
3.Memberikan

Tanggal 7 Maret
2003
S : Klien
mengatakan
bahwa itulah
realitas.
- Klien
mengatakan
mau diajak
bulutangkis.
O : Pembicaraan
klien masih
belum sesuai
realita.
- Klien belum
ikut serta
dalam t.a.k
- Klien
bersedia bulu
tangkis
A : Masalah belum

3.

Tuk V
Tanggal 7 maret
2003
5. Klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar.

Berikan pujian
pada
setiap
kegiatan
yang
dilakukan klien

Dalam
2
x
pertemuan dapat
mengerti manfaat
obat
dan
mematuhi
pemberian obat.
1.

pujian
positif
setiap klien dapat
melakukan
kegiatan positif :
olah raga, bantu
cuci piring.
Bagus bapak dapat
melakukan
Mengajak
klien
berolah
raga
direhabilitasi.
:Bagaimana kalau
main bulu tangkis?

Jelaska
n
pentingnya
minum
obat
dengan benar.

2.
obat
dengan
dokter

28

Berikan
sesuai
advis

Minum
obat
dengan benar
dapat
membantu
proses
penyembuhan
Obat
yang
sesuai
dapat
memperkecil
efek samping
yang timbul.

teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Pertahankan
tujuan khusus
4, lanjutkan
tjuan 5
- Buat catatan
perkembanga
n.

S:
1.

Menjelasakan
tentang
pentingnya
minum obat.
2. Memberikan
obat sesuai advis
dokter.
- Pagi jam 07.00
Obat :
Naloperidoi 5
mg
Triheryphenica
l 2 mg
Persidal
Chlorproma 21
nekomg

Klien
mengatakan
penjelasan
perawat.
- Klien
mengatakan
tidak ada
efek samping
setelah
minum obat.
- Klien
mengatakan
selalu minum
obat setiap
habis makan
pagi siang
sore.
O : Klien minum
obat dengan benar
dan teratur.

Siang 12.00
Halloperidal 5
mg
Trihexyphenidi
l 3 mg
- Sore 17.00
Hallopheridol 5
mg
Trihexyphenidi
l 2 mg
3.
3.

Periksa
apakah obat yang
diberikan
diminum/ tidak

Memastikan
obat
yang
diberikan
diminum/ tidak.
Memperhatikan
klien saat minum
obat
4.

4.

Perhatik
an efek samping
dari obat yang
diberikan .

29

Memperhatikan
efek
samping
obat
yang
diberikan.
Bapak bila merasa
tidak enak setelah
minum obat, bapak
segera
lapor
perawat.

A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Tuk
5.
-

30

No
1

Tgl
6-3-03

No. Diagnosa
Keperawatan
DP I
Tuk II

Catatan Perkembangan
S :

O :

Masalah belum teratasi

P :

7-3-03

DP II
Tuk III

Klien mengatakan tidak apa-apa


Klien mengatakan bersedia kontak setiap hari
Klien mengatakan bisa mengatsi masalahnya
aendiri

Bersama klien memecahkan masalah yang


dihadapi
Bertanya kepada klien cara yang telah
dilakukan untuk mengatasi masalah
Bersama klien memecahkan msalah unutk
mencari alternatif cara lain untuk mengatasi
masalah
Menganjurkan klien mengikuti t.a.k.
Tidak memberikan dukungan dan tidak
membantah wahamnya.

Berdiskudi dengan klien mengenai cara pemecahan


masalah yang dihadapi klien ke alam realita.

E :

R :

Pertahankan t.u.k 2, lanjutkan t.u.k 3

S :

Klien menyebutkan beberapa kebutuhan yang


belum terpenuhi, klien dapat mengidentifikasi
kebutuhannya.

O :

Kebutuhan fisik klien belum terpenuhi, kebutuhan


spiritual belum terpenuhi

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

- Diskusikan dengan klien mengenai : kebutuhan


yang belum terpenuhi.
- Tingkatkan akivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan klien.

- Berdiskusi dengan klien mengenai cara-cara agar


kebutuhan klien terpenuhi.
- Mendampingi klien selama klien mengikuti
kegiatan di rehabilitasi.
- Menjelaskan kepada klien mengenai pentingnya
sholat.

E :

Klien mau diajak diskudi


Klien mau menerima wahamnya
Klien menyadari bahwa dia sakit dan mau
dibantu dalam mengatasi masalah.
- Masalah telah teratasi

- Klien mau diajak diskusi

31

Paraf

- Klien mengikuti kegiatan di rehabilitasi olah raga


- Klien sudah mulai menjalankan sholat
- Masalah teratasi

8-3-03

DP I
Tuk Iv

R :

- Lanjutkan Tuk 4
- Pertahankan Tuk 3

S :

- Klien mengatakan bahwa itulah realitas


- Klien mengatakan mau diajak bulu tangkis

O :

- Pembicaraan klien masih belum sesuai realita


- Klien belum ikut dalam t.a.k
- Klien bersedia diajak realita

P :

- Berbicara dengan kien dalam konteks realita/ jati


diri klien
- Libatkan klien dalam t.a.k
- Bawa klien ke alam realita
- Beri pujian pada setiap kegiatan positif yang
dilakukan

- Mendiskusikan tentang jati diri klien


- Memberikan pujian positif setiap klien dapat
menjawab pertanyaan dengan benar

E :

- Klien mulai menyadari realita


- Klien mengungkapkan jati diri yang sebenanya
- Masalah teratasi sebagian

R :

- Pertahankan t.u.k IV
- Lanjutkan tuk 5

32

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan
perubahan proses pikir : waham kebesaran di ruang Elang RSJP Cimahi, maka
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1.

Dalam

pengkajian

perlu

kemampuan

mengumpulkan

data

dan

penganalisaan yang tepat didasari teori yang ada sehingga dapat


merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan yang tepat. Dari
pengkajian didapatkan masalah utama perubahan proses pikir waham
kebesaran.
2.

Diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah klien Tn M adalah :


a.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan


proses pikir : waham kebesaran.

b.

Perubahan proses pikir : waham kebesaran berhubungan dengan


ideal diri yang tidak realistis.

3.

Pada tahap perencanaan, peran perawat sangat penting dalam


menentukan rencana tindakan sesuai dignosa keperawatan yang sesuai.
Adapun perencanaan yang dilakukan pada klien Tn. M meliputi :
psikoterapeutik, lingkungan terapeutik, kegiatan hidup sehari-hari,
somatik, pendidikan kesehatan.

4.

Pada pelaksanaan perawat dapat melaksanakan rencana yang disusun bila


memiliki kemampuan profesional dan interpersonal. Agar kebutuhan
klien dapat terpenuhi diperlukan dukungan fasilitas, partisipasi aktif klien
dan keluarga.

5.

Pada evaluasi, perawat dapat melakukan proses yang berkelanjutan untuk


menilai efek dari tindakan perawat pada klien. Evaluasi ini dilakukan
secara terus menerus dalam bentuk SOAP.

33

B. Saran
Saran yang diajukan penulis berupa saran yang bersifat membangun dan
bermanfaat bagi pengembangan pelayanan keperawatan psikiatri di RSJP
Cimahi sebagai berikut :
1.

Untuk

mendapatkan

data

yang akurat, dalam pengkajian perlu kerjasama yang baik antara perawat,
klien, keluarga, antara lain membina hubungan saling percaya.
2.

Dalam merumuskan diagnosa


keperawatan perlu diperhatikan masalah keperawatan yang muncul.

3.

Dalam

menyusun

rencana

keperawatan, sebaiknya rencana dibuat sesuai kebutuhan dan masalah


yang sedang dihadapi dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan
yang muncul.
4.

Dalam pelaksanaan tindakan


keperawatan, sebaiknya perawat berpedoman pada standar asuhan
keperawatan jiwa yang dibakukan.

34

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA, 1998, Proses keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.


Maramis W.F, 1990, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University, Press Surabaya
Maslim Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Jakarta.
Tim Keperawatan Jiwa, 1999

35

36

Anda mungkin juga menyukai