Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN JIWA II

KONSEP DASAR TEORI, KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN, DAN


ANALISIS KASUS WAHAM

OLEH :
KELOMPOK 5
A10-B

A.A ISTRI SISKA NOVIANTI DEWI (16.321.2479)

I KOMANG DODI ARTAMA (16.321.2484)

NI KADEK AYU CINTYA DEWI (16.321.2496)

NI LUH GD UTARI APRILIA NITA DEWI (16.321.2503)

NI PUTU AMY JUNIASARI (I6.321.2512)

NI PUTU DINA SHERLYNA SARI (16.321.2514)

NI WAYAN EVY AYUDIA PRATIWI (16.321.2524)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PENDAHULUAN
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.3 Analisa Kasus Asuhan Keperawatan Waham
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Teori, Konsep Asuhan
Keperawatan, Dan Analisis Kasus Waham” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman
bagi mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam dan mampu menjelaskan tentang hal
tersebut serta dalam memenuhi tugas.

Disamping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya
dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini maka seluruh isi makalah ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun sederhana peper ini, kami
harapkan mempunyai suatu manfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 27 September 2018

Penyusun

Kelompok 5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu
yang lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis
yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman , tidak tentram dan rasa nyeri), distabilitas
(tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan risiko
kematian, kesahatan dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak coco dengan intelegensia dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Waham?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Waham?
3. Bagaimana Analisa kasus Asuhan Keperawatan Waham?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mengenai Konsep dan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Waham.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit waham
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada waham
3. Untuk mengetahui analisa kasus asuhan keperawatan waham

BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi
‐ Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tdaka diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dab Sunden, 1998).
‐ Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapu
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
bersal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control ( Depkes RI, 2000).
‐ Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakan budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat,1999).

b. Penyebab Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah  :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya    menyalahkan orang lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan
dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan  yang
menyakitkan.  Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang
terluka. (kalpan dan Sadock 1997)

c. Jenis waham
‐ Waham kebesaran
Keykinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“saya ini pejabat di kementrian kesehatan
“saya punya perusahaan paling besar di dunia lho...”
‐ Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang
tetapi idak sesuai dengan kenyataan.
Contoh
“kalau saya mau masuk surga, saya harus memakai pakaian serba putih dan
mengeluakan tasbih setiap hari”
Saya adalah tuhan yang bisa mengendalikan mahkluk”
‐ Waham curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugkan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
‐ Waham somatik
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan dan menceerai
dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“saya menderita kanker”(padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker
pada tubuhnya)
‐ Waham nihilistik
Keyakinan seserang bahwa diriya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenytaan.
Contoh:
“ini alam kubur kan ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
‐ Waham bizar
 Sisip pikir
Klien yakin ada pikiran orang lain yang disispkan didalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
 Siar pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan pada orang tersebut yang dinyatakan
secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
 Kontrol pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar

d. Tanda dan gejala Waham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b.  Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun

e. Proses terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang –
orang dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara social dan ekonomi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

2. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah

3. Fase control internal – eksternal


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa – apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan, lingkungan hanya menjadi pendengar fasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang. Dari siniah mulai terjadilah kerusakan control diri dan tidak berfungsinya
norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi social (isolasi social).

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan – kebuthan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.

f. Rentang Respon

‐ Pikiran logis ‐ Kadang-kadang ‐ Gangguan isi


‐ Persepsi proses pikir pikir halusinasi
akurat terganggu ‐ Perubahan
‐ Emosi ‐ Ilusi proses emosi
konsisten dgn ‐ Emosi ‐ Perilaku tidak
pengalaman berlebihan terorganisasi
‐ Perilaku sesuai ‐ Perilaku yang ‐ Isolasi sosial
‐ Hubungan tidak biasa
sosial ‐ Manarik diri

g. Faktor predisposisi
‐ Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
‐ Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
‐ Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
‐ Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
‐ Faktor genetik

h. Faktor presipitasi
‐ Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
‐ Faktor biokimia\
Dopamine, norepineprin, dan zat halisinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
‐ Faktor psikologis
Kecemeasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan unuk mengatasi
masalah sehinga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak atau
menerima keyakinan pasien.
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa,
serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis
sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah.
Proses Pikir
Data diperoleh dari observasi pada saat wawancara
a. Sirkumansial: pembicaraan yang berbelit – belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan
b. Tangensial: pembicaraan yang berbelit – belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of idea: pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e. Blocking: pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali
f. Perseverasi: pembicaraan yang di ulang berkali – kali.

Isi Pikir
Data didapatkan melalui wawancara
a. Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya
b. Phobia: ketakutan yang patologi atau tidak logis terhadap objek atau situasi
tertentu
c. Hipokondria: keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tbuh yang
sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi: perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
e. Ide yang terkait: keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan
yang bermakna dan terkait pada dirinya
f. Pikiran magis: keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal – hal
yang mustahil atau diluar kemampuannya.

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain
sebagai berikut.
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)


a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.

3. Perilaku dan hubungan sosial


a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

b. Diagnosa keperawatan waham


Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan yaitu :
Gangguan proses pikir : Waham

c. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah...x pertemuan, SP 1
‐ Berorientasi kepada pasien dapat memenuhi ‐ Identifikasi
relitas secara kebutuhannya kebutuhan pasien
bertahap. ‐ Bicara konteks realita
‐ Mampu berinteraksi (tidak mendukung
denagn orang lain dan atau membantah
lingkunagan waham pasien)
‐ Menggunakan obat ‐ Latih pasien untuk
dengan prinsip 6 memenuhi
benar kebutuhannya “dasar”
‐ Masukan dalam
jadwal harian pasien.
Setelah...x pertemuan, SP 2
pasien mampu: ‐ Evaluasi kegiatan
‐ Menyebutkan yang lalu (SP1)
kegiatan yang sudah ‐ Identifikasi
dilakukan potensi/kemampuan
‐ Mampu menyebutkan yang dimiliki
serta memilih ‐ Pilih dan latih
kemampuan yang potensi/kemampuan
dimiliki yang dimiliki
‐ Masukan dalam jurnal
kegiatan pasien.
Setelah...x pertemuan SP 3
pasien dapat meneyebutkn ‐ Evaluasi kegiatan
kegiatan yang sudah yang lalu (SP1 dan
dilakukan dan mampu SP2)
memilih kemampuan lain ‐ Berikan obat dengan
yang dimiliki prinsip 6 benar
‐ Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Keluarga mampu: Setelah...x pertemuan, SP 1
‐ Mengidentifikasi keluarga mampu ‐ Identifikasi masalah
waham pasien mengidentifikasi masalah keluarga dalam
‐ Memfasilitasi pasien dan menjelaskan cara merawat pasien
untuk memenuhi merawat pasien ‐ Jelaskan proses
kebutuhannya terjadinya waham
‐ Mempertahankan ‐ Jelaskan tentang cara
program pengobatan merawat pasien
pasien secara optimal waham
‐ Latih (simulasi) cara
merawat
‐ RTL keluarga/jadwal
merawat pasien
Setelah..x pertemuan SP 2
keluarga mampu: ‐ Evaluasi kegiatan
‐ Menyebutkan yang lalu (SP 1)
kegiatan yang sesuai ‐ Latih keluarga cara
dilakukan merawat pasien
‐ Mampu (langsung ke pasien)
memperagakan cara ‐ RTL keluarga
merawat pasien
Setelah..x pertemuan SP 3
keluarga mampu ‐ Evaluasi kemampuan
mengidentifikasi masalah keluarga (SP 2)
dan mampu menjelaskan ‐ Evaluasi kemampuan
cara merawat pasien pasien
‐ RTL keluarga
Follow up
rujukan

d. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan rencana
keperawatan dan strategi pelaksanaan yang telah disusun.
e. Evaluasi
1. Pasien mampu melakukan hal berikut
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

2.3 Analisa Kasus Asuhan Keperawatan Waham


KASUS
Laki-laki usia 26 tahun pernah dirawat di RSJ, 2 tahun yang lalu karena selalu bilang
sakit kepala, dan sealalu mengatakan ada yang mencarinya. Saat ditanya pasien
mengatakan dirinya adalah utusan tuhan. Kondisi fisik terlihat bersih dan sudah bisa
melakukan kegiatan sehari-hari dan arahan.
a. Analisa Data

Data Masalah/Diagnosa Keperawatan


DS: pasien mengatakan dirinya adalah Gangguan Pola Pikir : Waham
utusan tuhan Kebesaran
DO :
‐ Pembicaraan klien cenderung
berulang-ulang
‐ Isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan

Pohon Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Gangguan Proses Pikir: Waham

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis


b. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Waham TUM : SP 1 SP 1
Klien dapat mengontrol 1. Identifikasi kebutuhan pasien 1. Untuk mengetahui
wahamnya 2. Bicara konteks realita (tidak kebutuhan pasien
TUK I: mendukung atau membantah 2. Membantu pasien
‐ Berorientasi kepada relitas waham pasien) berkomunikasi sesuai
secara bertahap. 3. Latih pasien untuk memenuhi realita tanpa mendukung
‐ Mampu berinteraksi kebutuhannya “dasar” atau membantah waham
dengan orang lain dan 4. Masukan dalam jadwal harian pasien
lingkunagan pasien. 3. Membantu pasien
memenuhi kebutuhannya
4. Agar klien dapat membuat
jadwal kegiatannya
2 Waham TUK II: SP 2 SP 2
‐ Menyebutkan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) 1. Untuk mengetahui sejauh
yang sudah dilakukan 2. Identifikasi potensi/kemampuan mana klien paham
‐ Mampu menyebutkan yang dimiliki mengenai kegiatan yang
serta memilih kemampuan 3. Pilih dan latih sebelumnya dilakukan
yang dimiliki potensi/kemampuan yang 2. Untuk mengetahui
dimiliki kemampuan/potensi yang
4. Masukan dalam jadwal kegiatan dimiliki pasien.
pasien. 3. Untuk membantu pasien
mengontrol waham dengan
kemampuan dan potensi
yang dimiliki
4. Agar pasien mengetahui
kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan
3 Waham TUK III SP 3 SP 3
‐ Menyebutkan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 1. Agar mengetahui sejauh
yang sudah dilakukan dan dan SP2) mana pasien mengingat
mampu menggunakan 2. Memberikan obat dengan prinsip kegiatan yang seblumnya
obat dengan prinsi 6 benar 6 benar dilakukan
3. Masukan dalam jadwal kegiatan 2. Memberikan obat dengan
pasien prinsip 6 benar
3. Agar pasien mengetahui
kegiatan apa saja yang telah
dilakukan
c. Implementasi Keperawatan

Implementasi Evaluasi
Tanggal 27 September 2018 S: pasien mengatakan dirinya adalah utusan tuhan
Pukul 08.30 WITA O: Klien terus mengatakan dirinya utusan Tuhan, Pembicaraan klien
1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien cenderung berulang-ulang, Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
2. Membicarakan konteks realita (tidak mendukung atau membantah kenyataan
waham pasien) A: SP 1 tercapai dimana klien dapat berorientasi pada realitas secara
3. Melatih pasien untuk memenuhi kebutuhannya “dasar” bertahap, mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Memasukan dalam jadwal harian pasien. P:
Pasien : berorientasi terhadap realita, dan berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan
Perawat : lanjutkan SP 2
Tanggal 28 September 2018 S: pasien mengatakan senang bermain bola
Pukul 08.30 WITA O: pasien tampak mampu menyebutkan kemampuan yang dimiliki
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP1) A: SP 2 tercapai dimana klien dapat meyebutkan kemampuan dan
2. Mengidentifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki dapat melakukan kegiatan yang dimilikinya
3. Memilih dan melatih potensi/kemampuan yang dimiliki P:
4. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien. Pasien : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan, mampu
menyebutkan serta memilih kemampuan yang dimiliki
Perawat : lanjutkan SP 3
Tanggal 28 September 2018 S: pasien mengatakan mengerti warna dan nama obat yang diminum
Pukul 08.30 WITA O: pasien mampu mengerti warna dan nama obat serta mampu
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan SP2) mengerti 6 benar
2. Memberikan obat dengan prinsip 6 benar A: SP 3 tercapai dimana klien mampu menyebutkan kegiatan yang
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien sudah dilakukan dan mampu menggunakan obat dengan prinsi 6
benar
P:
Pasien:
Perawat : pertahankan kondisi pasien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP – 1 PASIEN : WAHAM
PERTEMUAN 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Nama klien: Tn. A
2. Kondisi klien
DS: pasien mengatakan dirinya adalah seorang utusan tuhan
Do:pasien terlihat berbicara sendiri dan juga menganggap utusan tuhan
3. Diagnosa keperawatan: Waham
4. Tujuan khusus:
a. Berorientasi kepada realita secara bertahap
b. Mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
5. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kebutuhn pasien
b. Melakukan pembicaraan konteks realita (tidak mendukung tau membantah
waham pasien)
c. Melatih pasien untuk memenuhi kebutuhan “dasar”
d. Memasukkan dalam jadwal harian pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi? Perkenalkan nama saya perawat amy, saya adalah mahasiswa
keperawatan stikes wira medika yang sedang praktek disini. Saya praktek
disini selama tujuh hari.Nama bapak siapa?Bapak senangnya dipanggil
siapa? Oh, jadi bapak senang di panggil Bapak. A saja?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana kabar bapak hari ini?
c. Jelaskan Tujuan
“begini pak disini tujuan saya yaitu untuk mengeajarkan bapak berbicara
tentang kenyataan yang ada”
d. KontrakTopik

“ baiklah bapak A, bagaimana kalau saya menjelaskan apa itu utusan tuhan,
sebelumnya apakah bapak tahu apa tugas tuhan ? dan dimana tuhan
tinggal ?
e. Kontrak Waktu
“ berapa lama bapak A ingin saya menjelaskan tentang tuhan, bagaimana
kalau 30 menit pak?”
f. Kontrak Tempat
“ bapak A ingin kita berbicara dimana, disini saja atau di taman pak?

2. Tahap Kerja
a. Buat komunikasi sesuai dengan sp
“ saya paham dengan apa yang bapak katakan tapi saya ragu untuk
mempercayainya. sejak kapan bapak merasa diri bapak sebagai utusan
tuhan ? bapak disini saya akan menjelaskan bahwa utusan tuhan itu adalah
dewa, nabi, seperti itu, terus sekarang apakah bapak nabi atau dewa ?
apakah bapak tahu tugas utusan tuhan itu seperti apa? Nah tugas utusan
tuhan itu adalah sebagai pencipta makhluk hidup apakah bapak bisa
menciptakan makhluk hidup?Bapak bagaimana apakah bapak sudah paham
dengan apa yang saya katakana tadi ? bapak saya lihat baju bapak sudah
kotor sekali, bapak juga belum mandi, mari saya bantu untuk bapak mandi
dan mengganti pakaiannya”.
b. Beri reinforcement positif
“ wah bapak hebat sekali, bapak sangat pintar”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi subjektif
‘ bagaimana perasaan bapak A setelah setelah tadi saya menjelaskan
mengenai apa itu utusan tuhan?”
b. Evaluasi objektif
“ apakah bapak A bisa mengulangi kembali apa yang tadi saya sampikan ?
c. Rencana tindak lanjut
“bagaimana kalau kita masukkan ke jadwal harian bapak?
“ apa kegiatan yang ingin bapak lakukan besok ?
d. Kontrak waktu yang akan datang
“ besok saya akan memilih kemampuan yang bapak miliki, besok kita mulai
pertemuannya pukul 8 ya bapak.
e. Kontrak tempat yang akan datang
“ bapakA mau latihannya diamana disini lagi atau di taman bapak? baiklah
kalau bapak ingin disini.”
“ baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai jumpa ya bapak, selamat
pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SP – 2 Pasien : WAHAM
Pertemuan ke – 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Nama klien: Tn. A
2. Kondisi klien
DS: pasien mengatakan dirinya adalah seorang utusan tuhan
Do: pasien terlihat berbicara sendiri dan juga menganggap utusan tuhan
3. Diagnosa keperawatan: Waham
4. Tujuan khusus:
a. Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
b. Mampu menyebutkan serta memilih kemampuan yang dimiliki
5. Tindakan Keperawatan:
a. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
b. Mengidentifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
c. Memilih dan melatih potensi/ kemampuan yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak A, Sebelumnya apa bapak masih ingat dengan saya?,
iya benar bapak saya perawat amy, yang kemarin sempat datang kemari.
Sebelumnya boleh saya duduk disini bapak?”
b. Evaluasi validasi
“bapakbagaimana kabarnya hari ini?”
“Sebelumnya saya sempat datang kemari ya bapak dan mengajarkan
bapaktentang apa itu utusan tuhan. Apa bapak masih ingat apa itu utusan
tuhan dan tugas utusan tuhan yang saya ajarkan?.Iya bapak benar utusan
tuhan itu adalah dewa, nabi, tugas utusan tuhan itu adalah sebagai pencipta
makhluk hidup”.
c. Jelaskan tujuan
“begini bapak, seperti kontrak yang kemarin,tujuan saya kesini adalah untuk
mendiskusikan tentang kemampuan yang bapak miliki”
d. Kontrak topik
“ baiklahbapak A, kegiatan apa yang ingin bapak lakukan?”
“baiklahbapak A, jika bqpak ingin melakukan kegiatan bermain bola dan
catur, hari ini kegiatan apa yang bapak ingin lakukan terlebih dulu ?”
e. Kontrak waktu
“ berapa lama bapak A ingin melakukan kegiatan bermain bola,bagaimana
kalau kita bermain bola 15 menit pak?”
f. Kontrak tepat
“ sesuai kesepakatan kemarin, kita akan melakukan kegiatan bermain bola di
taman ya bapak”.

2. Tahap kerja
a. Buat komunikasi sesuai dengan sp
“baiklah bapak sekarang kita akan mulai melakukan kegiatan bermain bola,
ini saya berikan bola kita akan bermain bersama-sama”
b. Beri reinforcement positif
“ wah bapak hebat sekali, bapak sangat hebat bermain bolanya tadi”.

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi subjektif
‘‘ bagaimana perasaan bapak setelah bermain bola tadi ?”
b. Evaluasi objektif
“ bapak A bisa mengulangi kembali kegiatan apa yang tadi yang kita
lakukan?”
c. Rencana tindak lanjut
“bagaimana kalau kita masukkan ke jadwal kegiatan harian bapak ?”
“Tadi bbapak kan sudah menyebutkan kalau bapak suka bermain bola dan
catur, bagaimana kalau besok kita bermain catur?”
d. Kontrak waktu yang akan datang
“ besok saya akan membahas mengenai obat, warna dan obat bapak dalam
prinsip 6 benar ya pak”.
e. Kontrak tempat yang akan datang
”bapak A mau latihannya diamana disini lagi atau di taman bapak? baiklah
kalau bapak ingin diruangan.”
“ baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai jumpa ya bapak, selamat
pagi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP – 3 PASIEN : WAHAM
PERTEMUAN KE 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Nama klien: Tn. A
2. Kondisi klien
DS: pasien mengatakan dirinya adalah seorang utusan tuhan
Do: pasien terlihat berbicara sendiri dan juga menganggap utusan tuhan

3. Diagnosa keperawatan: Waham


4. Tujuan khusus:
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu menggunakan obat
dengan prinsi 6 benar
5. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan SP2)
b. Memberikan obat dengan prinsip 6 benar
c. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak A, Sebelumnya apa bapak masih ingat dengan saya?,
iya benar bapak saya perawat amy, yang kemarin sempat datang kemari.
Sebelumnya boleh saya duduk disini bapak?”
b. Evaluasi validasi
“bapak bagaimana kabarnya hari ini?”
“Sebelumnya saya sempat datang kemari ya bapak dan mengajarkan bapak
tentang apa itu utusan tuhan. Apa bapak masih ingat apa itu utusan tuhan
dan tugas utusan tuhan yang saya ajarkan?.Iya bapak benar utusan tuhan itu
adalah dewa, nabi, tugas utusan tuhan itu adalah sebagai pencipta makhluk
hidup, kemarin kita sudah melatih kemampuan yang bapak miliki apakah
bapak masih ingat?”
c. Jelaskan tujuan
“begini bapak seperti kontrak yang kemarin, membahas mengenai obat,
warna dan obat bapak dalam prinsip 6 benar ya pak”
d. Kontrak topik
“ baiklah bapak A, kemarin bapak sudah melakukan kegiatan bermain bola.
Untuk sekarang kita membahas mengenai obat ya bapak? ”
e. Kontrak waktu
“ berapa lama bapak A ingin membahas mengenai obat, bagaimana kalau
kita membahas mengenai obat 10 menit pak?”
f. Kontrak tepat
“ sesuai kesepakatan kemarin, kita akan membahas mengenai obat di
ruangan ini ya bapak”.

2. Tahap kerja
a. Buat komunikasi sesuai dengan sp
“baiklah bapak sekarang kita akan mulai membahas mengenai obat,coba
sekarang saya mau tanya, bapak dapa obat berapa kali sehari? Kapan saja itu
pak? Oh pagi siang dan sore, berapa jenisnya bapak?apa saja pak waranya?.
Nah sekarang saya akan menjelaskan kepada bapak arti dari warna obatnya,
kuning genteng itu namanya CPZ, putih namanya THP, dan ping itu
namanya HPL, dan saya juga mau menjelaskan kepada bapak bahwa minum
obat itu ada aturannya yaitu 6 Benar diantaranya benar jenis, guna, dosisi,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat dan 1 E yaitu evek samping dari
obatnya. Nah sekarang kan sudah mengeti nama obatnya, kalau bapak tidak
minum obat secara tidak teratur menurut bapak apa yang akan terjadi? Iya
benar sekali bapak, jika bapak tidak minum obat secara teratur maka bapak
tidak akan sembuh-sembuh.”
b. Beri reinforcement positif
“ wah bapak hebat sekali, bapak sangat hebat tadi”.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi subjektif
‘‘ bagaimana perasaan bapak setelah membahas mengenai obat tadi?”
b. Evaluasi objektif
“ bapak A bisa mengulangi kembali kegiatan apa yang tadi yang kita
lakukan ?”
c. Rencana tindak lanjut
“bagaimana kalau kita masukkan ke jadwal kegiatan harian bapak ?”
d. Kontrak yang akan datang
“baiklah Bapak. A sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Bapak. A masih
ada yang ingin ditanyakan/ ada masalah yang ingin dibicarakan boleh
kepada suster lain yang dinas diruangan ini. Suster permisi dulu ya Bapak.A
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan
dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan  yang
menyakitkan.  Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls
yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan
inferioritas telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi
waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang
terluka. (kalpan dan Sadock 1997).
Tindakan keperawatan jiwa yang diberikan antara lain BHSP, tidak mendukung
ataupun menyangkal Waham pasien, mempertahankan pasien untuk tetap pada
realita.

b. Saran
Sebagai tenaga kesehatan jiwa, kita hendaknya memperhatikan setiap aspek yang
mungkin dapat mempengaruhi Waham seseorang, seperti lingkungan, keluarga dan
faktor-faktor lain yang mungkin mendukung waham yang dialami. Sehingga
dengan mengidentifikasi setiap aspek yang mungkin berpengaruh, diharapakan
tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dan dapat menghasilakan hasil yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Herman Surya Direja, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yoyakarta:
Nuha Medika
Prabowo, Eka. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai