Anda di halaman 1dari 13

KE DAFTAR ISI

ISSN 0216 - 3128

414

Syarip, dkk.

PEMODELAN DAN MODIFIKASI BEAMPORT REAKTOR


KARTINI UNTUK FASILITAS PROMPT GAMMA-RAY
NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS
Syarip
PTAPB BATAN Yogyakarta

Pujo Priyantono
Fakultas Teknik Fisika UGM

ABSTRAK
PEMODELAN

DAN MODlFlKASI

BEAMPORT

REAKTOR

KARTINI

UNTUK

FASIUTAS

PROMPT

GAMMA-RA Y NEUTRON ACTIVATION


ANALYSIS.
Dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan
pengoperasian reaktor reaktor KARTINI akan dikembangkanfasilitas
analisis unsur dengan metode prompt
gamma-ray neutron activation analysis (PGNAA), maka diperlukan penelitian sebagai studi awal untuk
mengetahui kelayakannya. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kelayakan
beamport tembus radial
(radial piercing beamport) dan beamport radial (radial beamport), reaktor KARTINI sebagai sumber
neutron untuk fasi/itas PGNAA. Perhitungan fluks neutron dan paparan sinar gamma dilakukan dengan
membuat simulasi menggunakan perangkat lunak Monte Car/o N-Particle (MCNP). Perhitungan dilakukan
pada beamport reaktor KARTINI yang sudah dimodifikasi menggunakan kolimator timbal dan jilter dari
timbal atau bismut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluks neutron termal rata-rata yang dihasi/kan
pada model modifikasi beamport radial dengan jilter timbal setebal 4 em dan jilter bismut setebal 5 em
memiliki ni/ai yang sarna besarnya yaitu (4.91 0.4799) x Iff' n.cm,2.s,l. Sedangkan fluks neutron termal
rata-rata pada model modifikasi beamport radial ternbus denganjilter timbal setebal 3 em danJilter bismllt
setebal 4 em masing-masing sebesar (2.16 0.8313) x 106 n.Cm,2.s,1 dan (2.71 0.6402) x 106 n.cm,2.s'
I. Sedangkan paparan radiasi sinal' gamma pada keempat modifikasi berni/ai 0 mR/h. Dari hasi/ tersebut
dapat disimpulkan bahwa reaktor KARTINllayak
untuk digunakan dan dikembangkan sebagai fasi/itas
PGNAA.
Kata kunci:

Beamport, PGNAA, Kolimator, Reaktor KARTINI

ABSTRACT
MODHUNG
AND MODIFICATION OF KARTINI REACTOR /J/~/tMPORT FOR I'IWMI'T GAMMA-NA},
NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS FACILITY. To enhance the utilization of Kartiini reactor operations.
an element analysis facility with prompt gamma neutron activation analysis (PGNAA) method will be
developed at Kartini reactor, therefore, a preliminary feasibility study have to be done. This research
objective is to analyze the feasibility of radial piercing beamport and radial beamport of Kartini reactor to
be used as neutron source of PGNAA facility. The neutron and gamma-ray exposure calculations were done
by making simulations using Monte Carlo N-Particle (MCNP). These calculations were done for Kartini
reactor's beamport that has been modified using lead collimator and jiltered with lead or bismuth. This
research shows that the average thermal neutron flux is same for both radial beam ports with lead jilter of 4
em and bismuth jilter of 5 em, which is 4.91 0.4799 x 106 n.cm,2.s,l. The average thermal neutron fllL': for
radial piercing beam port with leadjilter of 3 em and bismuthjilter of 4 em is 2.16 0.8313 x 106 n.cm'2 ..~-1
and 2. 71 0.6402 x Iff' n.cm2.S1 respectively. The gamma-ray exposure for all beam port modifications is 0
mR/h. Based on this result can be concluded that Kartini reactor is feasible to be used and to be developed
further for PGNAA facility.
Keyword:

Beamport, PGNAA, Collimator, Kartini reactor

PENDAHULUAN

Dompt
Gamma-ray
Activation
(PGNAA)
merupakanNeutron
salah satu
metode Analysis
analisis
aktivasi neutron untuk menentukan kandungan suatu
unsur yang didasarkan pad a terjadinya sinar gamma
serentak yang dihasilkan dari inti yang tereksitasi

setelah menyerap neutron. Oleh karena itu, lInsur


yang tidak dapat ditentukan oleh analisis aktivasi
neutron konvensional karena tidak diproduksinya
nuklida radioaktif yang akan digunakan, seperti H,
B, N, Si, dan Cd, dapat ditentukan dengan PGNAA.
Belakangan ini, PGNAA sudah banyak dikaji lebih
luas dengan intalasi tabung pengarah neutron hasil

Prosidlng PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

Syarip, dkk.

ISSN 0216-3128

rekayasa pada berbagai jenis reaktor. PGNAA


menggunakan berkas neutron yang diteruskan dari
reaktor menembus tabung pengarah yang memberikan keuntungan dapat diterapkan pada berbagai jenis
dan ukuran sampel karena iradiasinya dilakukan di
luar reactor (Nair, K. Sudarsan dkk, 2003).
Oalam rangka pemanfaatan pengoperasian
reaktor untuk meningkatkan pendayagunaan reaktor
KARTINI akan dikembangkan fasilitas analisis
unsur dengan metode prompt ga.mma-ray neutron
activation analysis (PGNAA), maka diperlukan
penelitian sebagai studi awal untuk mengetahui
kelayakan reaktor KARTINI bila digunakan sebagai
fasilitas PGNAA tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan
pada saluran tembus radial (radial piercing
beamport) dan saluran radial (radial beamport) pada
reaktor Kartini dengan tujuan dapat diperoleh tluks
neutron dan paparan radiasi sinar gamma yang layak
untuk fasilitas PGNAA. Dari segi tluks neutron studi
ini dititikberatkan untuk mcngctahui scbcrapa bcsar
tlllks neutron yang bisa digllnakan dalam melakukan
aktivasi neutron di luar teras reaktor KARTINI.
Sedangkan penghitungan
paparan radiasi sinar
gamma dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik
sistem pencacahan yang dibutuhkan, serta untuk
mencari paparan sinar gamma minimum agar perisai
biologi tambahan y~ng diperlukan untuk keselamatan dapat diminimalkan. Penghitungan tluks neutron
dan paparan sinar gamma dilakukan dengan
membuat simulasi menggunakan perangkat lunak
Monte Carlo N-Partic/e (MCNP). Diharapkan hasil
dari penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat antara lain, dapat memberikan iformasi tentang
kelayakan
reaktor KARTINI
sebagai fasilitas
PGNAA.

DASAR TEORI

4/5

Metode PGNAA secara ideal cocok untuk


menentukan banyak unsur yang termasuk dalam
unsur dengan nomor atom rendah seperti H, B, Si, P,
S dan Ti. Unsur dengan nom or atom rendah ini sulit
dideteksi atau sensitivitasnya kecil jika dideteksi
dengan menggunakan analisis aktivasi neutron
konvensional. Meskipun demikian, analisis aktivasi
neutron konvensional baik untuk diterapkan pada
unsur-unsur berat. Analisis sampel yang besar
dengan berbagai geometri, menunjukkan kelebihan
dari penerapan metode PGNAA pada berbagai jenis
sampel seperti sampel biologi, sampel arkeologi dan
sampel geologi. Salah satu kelemahan utama dari
metode PGNAA adalah sensitivitasnya yang rendah
karena rendahnya intensitas berkas neutron yang
digunakan biasanya - 106_108 n/cm2/s. (Choi, et all,
2004).
Neutron yang dihasilkan dari reaktor nuklir
melalui beamport belum homogen dan menyebar,
untuk mendapatkan berkas neutron yang dapat
dipergunakan pad a prompt Ramma-ray neutron
activation analysis, maka berkas neutron harus
difokuskan atau disejajarkan agar neutron tepat
mengenai sampel yang akan diiradiasi, untuk itu
diperlukan alat yang disebut kolimator. Dinding
kolimator dilapisi suatu material yang dapat mencegah masuknya neutron ke dalam sistem melalui
dinding kolimator serta mengurangi sudut hamburan
yang kecil dalam sistem. Material pelapis mempunyai tampang lintang hamburan neutron yang
tinggi dan serapan terhadap neutronnya rendah.
Bahan yang biasa digunakan sebagai penapis adalah
boron, cadmium, dysprosium, europium, gadolinium, dan indium. Sebaran angular berkas neutron
akan dibatasi oleh perbandingan LID yaitu perbandingan panjang dengan diameter lubang kolimator.
Semakin tinggi perbandingan LID maka semakin
sempit sebaran berkas neutron (narrow beamspread) sebuah kolimator.

Metode Monte Carlo

Prompt Gamma-ray Neutron Activation Analysis (PGNAA) merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi unsur pada berbagai jenis
sample yang didasarkan pada pengukuran karakteristik dan intensitas sinar gamma serentak yang
dipancarkan akibat proses tangkapan neutron oleh
unsur-unsur pada sample terse but.
Energi sinar
gamma yang khas untuk masing-masing unsur digunakan untuk menentukan jenis unsur yang terkandung di dalam sampel. Sedangkan kadar unsur
di dalam sampel ditentukan dengan mengukur intensitas dari sinar gamma pada masing-masing energi,
karena intensitas sinar gamma yang dipancarkan
sebanding dengan kadar unsur pada sampel terse but.

Metode Monte Carlo merupakan teknik stokastik yang prinsipnya berdasarkan pad a penggunaan suatu bilangan acak atau random pada kebolehjadian statistik untuk menyelesaikan masalah. Secara
sederhana, metode Monte Carlo terdiri atas pensimulasian sejumlah N riwayat partikel dengan
menggunakan suatu bilangan acak (random number). Oalam setiap riwayat partikel, bilangan acak
dibangkitkan untuk melakukan pengukuran-pengukuran berkaitan dengan sifat-sifat partikel seperti
kemungkinan
distribusi
sudut-sudut
hamburan,
panjangjejak di antara tumbukan, dan lain-lain.

Proslding PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

4/6

ISSN 0216 - 3128

5
/

.............
I~
6

...:<!t ...

...

1
Gambar

I.

.....................
7

Urutan Kejadian:
1. Hamburan neutron dan
produksi foton
2. Fisi dengan produksi
foton
3. Tangkapan neutron
4. Neutron keluar slab
S. Hamburan foton
6. Foton keluar slab
7. Tangkapan foton

Daur hidup neutron dalam metode Monte Carlo (MCNP manual


introduction halaman 17, 1997).

Gambar I menjelaskan daur hidup neutron


pad a sebuah material berbentuk slab dalam proses
fisi, angka antara 0 dan I dipilih seeara aeak untuk
menentukan apa dan dimana interaksi terjadi,
berdasarkan teori fisika dan probabilitas (transport
data) yang mendasari proses ini dan jenis material
yang digunakan. Tumbukan neutron terjadi pada
kejadian I, selanjutnya neutron terhambur pada arah
yang ditunjukkan diatas, yang dipilih seeara random
dari distribusi hamburan yang mungkin terjadi.
Foton juga dihasilkan dan seeara temporer datanya
disimpan untuk analisis selanjutnya. Pada kejadian
2, terjadi fisi menghasilkan 2 neutron dan I foton. I
neutron dan foton disimpan untuk analisis selanjutnya. Neutron hasil fisi pertama ditangkap pada
kejadian 3 dan lenyap. Neutron disimpan/dieatat
mendapat perlakuan kembali dalam random sampling selanjutnya keluar slab pada kejadian 4. foton
hasil fisi mengalami tumbukan pad a kejadian 5
selanjutnya keluar slab (boeor) pada kejadian 6,
roton yang dihasilkan rada tllmollkan I ditangknp
pada kejadian 7.

Program MCNP
Monte Carlo N-Partie/e (MCNP) merupakan
sebuah kode transport yang berdasarkan pada
metode Monte Carlo. MCNP dapat digunakan dalam
beberapa mode transport seperti neutron, foton,
elektron, gabungan foton-neutron, foton-neutronelektron, dan foton-elektron. Program ini digunakan
dengan terlebih dahulu membuat suatu file masukan
yang berisikan informasi mengenai geometri, bahan
dan koefisien tampang lintangnya (atenuasi), sumber
radiasi dan distribusinya, serta detektor. Satuan
dasar yang digunakan dalam MCNP adalah panjang
(em), energi (MeV), waktu (shake, 10.8 detik),
temperature (MeV, kT), densitas atom (atomlbam-

Syarip, dkk.

and

em); densitas (glem\ tam pang lintang (barn, 10.24


em2), jumlah pemanasan (MeV/tumbukan), dan rasio
berat atom berdasarkan pada massa neutron.
Program MCNP dapat menirukan pengukuran
sesungguhnya di laboratorium dengan standar deviasi pengukuran sehingga sesuai dengan pengukuran
radiasi sesungguhnya yang mempunyai fenomena
ketidakpastian karena sifat statistik radiasi. MCNP
memiliki pustaka data atom dal1 nuklir yang lengkap.
Sumber utama data nuklir ini diperoleh dari
Evaluated Nue/ear Data Library (ENDL) dan Activation Library (ACTL). Tabel data nuklir tersebut
tersedia untl,lk interaksi neutron, neutron-foton
tereduksi, interaksi foton, dosimetri neutron atau
aktivasi, dan hamburan partikel thermal S(a,fJ).
Data-data inilah yang membuat MCNP sangat
berdaya guna. (Briesmeister, J.F, 1997).
MCNP
juga
menyediakan
jenis-jenis
distribusi kebolehjadian
untuk variabel-variabel
slll11bcr radiasi ini, dinnlaranya Waif, Maxwellial/.
Spektra Gaussian, Isotropik, ataupun sllmber yang
dipanearkan ke satu arah saja (Briesmeister, 1997).
Hasil perhitungan MCNP disertai dengan perhitungan R, yang merupakan nilai perkiraan ralat relatif
yang didefinisikan sebagai deviasi standar bagi nilai
rata-rata. Dalam MCNP, kuantitas-kuantitas yang
diperlukan untuk menentukan ralat ini dihitung
setelah seluruh riwayat partikel selesai, yang
dihitung berdasarkan kenyataan bahwa berbagai
kontribusi pada perhitungan dari riwayat partikel
yang sarna saling berhubungan. Untuk perhitungan
yang baik, nilai R ini akan sebanding dengan N' 2,
dengan N adalah jumlah partikel. Untuk mendapat R
yang kecil, jumlah partikel harus dinaikkan. Partikelpartikel yang dapat disimulasikan hanya neutron,
foton dan elektron.

Prosiding PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

ISSN 0216-3128

Syarip, dkk.

TATA KERJA
Peralatan

yang dibutuhkan

untuk

Dengan menggunakan
konfigurasi
teras pada
Gambar 2 dilakukan simulasi perhitungan kritikalitas
dan fluks neutron pada beamport radial dan beamport radial tembus. Selanjutn~'a data keluaran teras

melakukan

penelitian
ini adalah
perangkat komputer
dengan
mikroprosesor
minimal frekuensi clock 100 MHz,

hasil simulasi ini menjadi input untuk perhitungan


secara simulasi pad a model kolimator
(Gambar 3
dan 4). P"da model ini kolimator diberi filter radiasi
gamma yang terbuat dari Timbal atau dari Bismut.
Oalam penelitian
ini tebal filter akan divariasikan

memori minimal 16 Mbyte, sisa ruangan hard disk


minimal 100 Mbyte. Perangkat lunak Monte Carlo
MCNP versi 4C untuk mensimulasikan
pengukuran
tluks neutron
dan sinar gamma setelah melewati
beamport. Perangkat
lunak
kolimator
di dalam
Microsoft Office Xp dan Perangkat lunak Microsoft
Excel.

Gambar 2. Konfigurasi

"'~.,

untuk mendapatkan
tebal filter yang optimum. Tebal
filter divariasikan
mulai dari kolimator
tanpa filter
sampai dengan ketebalan filter 12 em.

teras reaktor

Kartini (Syarip dkk, 1996).

.
t J.

4/7

Gambar 3. Model modifikasi Beamport radial tembus.


Prosiding PPI - PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Jull 2006

418

ISSN 0216 - 3128

Gambar

Syarip, dkk.

4. Model modifikasi Beamport radial.

Penghitungan fluks neutron dan sinar gamma


di port keluaran, dalam penelitian ini, dilakukan
dengan mensimulasikan partikel-partikel
tersebut
dengan MCNP code. Dalam penghitungan ini
dilakukan dua tahap. Pertama dilakukan perhitungan
kritikalitas
dengan tujuan untuk mendapatkan
catatan jumlah partikel yang melalui suatu permukaan tertentu, kemudian pada penghitungan
kedua simulasi dilanjutkan dengan menjadikan
rekaman di permukaan tersebut sebagai sumber
(neutron dan foton) baru. Hal ini dengan pertimbangan bahwa; pertama, kemungkinan kesalahan
pembuatan input akan lebih kecil disbanding satu
tahap perhitungan. Kedua, running time MCNP akan
lebih pendek jika digunakan dua tahap p~rhitungan.
Namun satu tahap per hitungan akan memiliki
presisi hasil lebih tinggi sebab dalam perhitungan
dua tahap akan dibutuhkan tally sumber (dianggap
sebagai sumber berbentuk permukaan) di pintu
masuk kolimator. Sedangkan tally sumber tersebut
merupakan distribusi probabilistic.
Dalam MCNP, hasil perhitungan
yang
terangkum dalam tally-tally dinormalisasi dengan
bobot partikel sumber. Dengan demikian, karena
penghitungan ini dilakukan pad a tingkat daya steady
state, maka harus
dilakukan normalisasi dengan
NeutronMeV
10
152
1,0.10'1
5,0.10'1
2,5.10'8
menggunakan konversi
sebagai berikut

3,121099 . 1010 . P. v neutron per detik sebagai


sumber neutron. Nilai v neutron thermal untuk Um
adalah 2,44 dengan demikian untuk Reaktor Kartini
pad a tingkat daya 100 kW, faktor konversinya
menjadi (Lamarsh, J.R., 1965).

Co'kWw )C sumber
neutron )e,44
=7.615.1015 n/cm2/s

100 kW

lisl
SU~ber)(

W.del1k liSi)
3,121099.10'"

Nilai di atas digunakan untuk menormalisasi


tally-tally dalam input file dalam suatu card khusus
(fin card). Selain perhitungan fluks neutron dan
foton juga dilakukan perhitungan paparan biologisnya, untuk itu dilakukan konversi dari fluks neutron
menjadi dosis biologis. Dalam hal ini penulis
menggunakan data konversi yang terdapat dalam
manual MCNP sebagai ditampilkan dalam Tabel 1
dan 2, yaitu didasarkan pad a data dari International
Commision
on Radiological
Protection-ICRP.
(Tsoulfanidis, N., 1983, Knoll, G.F., 1989).
Tabel

1.

Energi

Konversi

fluks neutron

biologis.
Faktor
1,47.
10-4
1,47.
10.4
1,43
.6,8
10,4
1,18
.Dosis
10-4
(rem/jam)/(n/cm2.s)
9,3
10,6
7,8
3,85
. 10'5
10'6
7,14
10'5
2,3
2,08
7,4
..kualitas

watt
MeV )
( I joule/detik
) ( 1,62.10'13
I MeVjoule ) ( 180fisi
3,121099. 1010fisi/watt/detik
Karenanya, untuk menghasilkan daya sebesar
P watt dibutuhkan fisi sebanyak 3,121099 . 1010 fisi
per detik. Ini akan menghasilkan neutron sebanyak
Prosiding PPI PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

II

ke dosis

ISSN 0216-3128

Syarip, dkk.

4/9

Tabel 2. Konversi nuks foton ke dosis biologis.


7,69.
10-6
Dosis
4,00
5,56
2,44
9,09
1,47
3,45
1,47
2,78
5,88
1,56
I,
II
10'6
10'6
10,7
10,6
.10'6
10,6
10'7
9,09
5,56
.10,6
10,7
1,79.
3,03
4,76.
1,14.
2,56
1,20
1,20.
I,ll
....Dosis
10,6
.10'6
10,7
7,69.
10'7
am/(
roton/em
34258I 2.detik)
MeV
10
Energi
(rem/jam
)/(foton/em2
.detik)
0,6
1,5
0,8
0,5
Energi rem/j
..

HASIL
HASAN

ANALISIS

DAN

PEMBA-

Perhitungan besamya tluks neutron dan


paparan radiasi gamma di]akukan pad a reaktor
KARTINI yang beroperasi dengan daya tetap 100
kW kritis. Perhitungan dilakukan melalui dua tahap,
tahap pertama dilakukan perhitungan kritikalitas
dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah partikel
yang melalui pennukaan tertentu, kemudian pada
perhitungan
kedua simu]asi dilakukan dengan
menjadikan rekaman di pennukaan tersebut sebagai
sumber (neutron dan foton) baru. Hasil perhitungan
untuk beberapa model adalah :
Tabel

3. Fluks neutron dan paparan

Fluks Neutron Dan Paparan Gamma Pada


Beamport Tanpa Kolimator
Hasil perhitungan pad a beampor/ radial
tembus dan beampor/ radial masing-masing tanpa
kolimator, berturu-turut disajikan pada Tabel 3 dan
Tabe] 4.
Dari hasil perhitungan tersebut fluks
neutron mengalami penurunan seiring bertambahnya
jarak dari pusat reaktor. Hal ini terjadi karena
neutron dan radiasi gamma teratenuasi oleh bahan
yang dilewatinya baik itu berupa atenuasi o]eh udara
maupun atenuasi oleh bahan dinding kolimator.

gamma beamport radial tembus tanpa kolimator.

(/)nn.
(1.27
(2.70
(1.89
(7.08
0.OI3I)E+09
0.0643)E+08
0.0442)E+08
0.0701)E+08
0.1019)E+07
(8.80
(6.70
(7.88
(1.28
(1.72
0.0093)E+09
0.0108)E+09
0.0334)E+08
0.0222)E+09
0.0]57)E+IO
(3.76
0.01
74)E+09
(2.73
(3.77
(1.65
(9.18
(8.15
(1.17
(5.24
(7.70
(3.41
(5.21
(3.36
0.0406)E+08
0.0615)E+08
0.0765)E+07
0.0286)E+08
0.0626)E+08
0.0381
0.0484)E+08
0.0382)E+06
0.0479)E+05
0.0584)E+05
0.0736)E+05
)E+08
(2.34
(4.20
0.0
0.0409)E+08
170)E+09
(6.77
(2.02
(2.80
(1.44
(1.06
(1.16
(6.45
(3.84
(5.55
(2.06
(2.74
(1.58
(2.19
(1.50
(6.30
(9.30
(5.43
(2.17
(3.20
(1.03
0.009I)E+10
0.0220)E+09
0.0385)E+08
0.0108)E+IO
0.0062)E+
0.0099)E+IO
0.0069)E+IO
0.0334)E+09
0.01
0.0084)E+07
0.0094)E+07
0.0087)E+]
0.0
0.0180)E+06
0.0236)E+06
145)E+06
39)E+
3]
87)E+09
86)E+07
12)E+09
]4)E+07
)E+09
10
I00
Paparan
Gamma
(2.]
9 0.0]
0.0524)E+08
Jarak (4.13
(3.68
(1.33
(1.98
0.0142)E+09
0.0240)E+09
0.0304)E+06
(n.em'2.s'l)
(mR.h'l)
(n.em'
.S'I)
(/)nr
(/)n{

Prosiding PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

420

ISSN 0216 - 3128

Syarip, dkk.

Tabel 4. Fluks neutron dan paparan gamma heamport radial tanpa kolimator.
Jarak
55.5
65
70
80
95
115

140
170

205
245
295

352.5
Keterangan :
Jarak adalah jarak dari
(/Jn7h = Fluks neutron
tPn"1' = Fluks neutron
tPnf
= Fluks neutron

pusat reaktor dengan arah radial


termal
epitermal
cepat

Fluks neutron,
hasil perhitungan
pada
beampor/ radial tern bus dan beampor/ radial bila
dilukiskan dalam bentuk grafik maka akan terlihat
seperti pada Gambar 5.
Terlihat bahwa fluks
neutron termal pad a beampor/ radial ternbus lebih
kecil bila dibandingkan dengan fluks neutron termal
pada beampor/ radial, sedangkan fluks neutron cepat
dan fluks neutron epitermal pad a beamporl radial
tembus lebih besar bila dibandingkan dengan fluks
neutron epitermal dan fluks neutron cepat pada
beampor/ radial. Hal ini disebabkan karena pad a
beampor/ radial, fluks neutron dari teras dimoderasi
terlebih dahulu oleh grafit yang menyelimuti teras
(graftt reflektor). Sehingga sebagian besar fluks
neutron yang keluar dari graftk reflektor berupa
neutron termal. Sedangkan pada beampor/ radial
tembus, karena beampor/nya
men em bus graftt
reflektor sampai kedalam teras, maka fluks neutron
tidak termoderasi oleh graftt reflektor dan hasilnya
fluks neutron pada beampor/ radial tembus sebagian
besar masih berupa neutron cepat dan neutron
epitermal.
Adapun fluks neutron yang ada pada posisi
sampel yaitu pada jarak 352.5 cm dari pusat teras,
pada kedua beamport sudah mencukupi persyaratan
sebagai fasilitas PGNAA. Akan tetapi besarnya
paparan gamma yang ada sangat tinggi, sehingga
tidak memungkinkan
bila kondisi seperti ini
digunakan sebagai fasilitas PGNAA, karena sangat
berbahaya bagi pekerja radiasi. Selain itu, ketidaklayakan penggunaan beampor/ radial tembus ini

secara langsung sebagai fasilitas PGNAA juga


ditunjang oleh rendahnya nilai perbandingan antara
neutron termal dengan neutron epitermal dan
neutron cepat. Nilai ini menunjukkan bahwa peranan
neutron temal masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan neutron epitermal dan neutron cepa!.
Sedarigkan pada beamporl radial, fluks neutron
termal sudah eukup berperan. Sehingga ketidaklayakannya hanya disebabkan oleh besarnya radiasi
gamma saja.
Untuk mengatasi permasalahan
besarnya
radiasi gamma maka diperlukan filter yang dapat
menyerap radiasi gamma, yaitu bahan yang memiliki
koeftsien atenuasi gamma yang besar dengan
koeftsien serapan neutron yang rendah. Selain itu
juga perlu dibuat kolimator guna mengarahkan
neutron pada posisi sampel.

Hasil Modifikasi Beamport


Untuk memeeahkan
persyaratan
paparan
radiasi gamma yang dihadapi pada beampor/ radial
dan radial tembus dilakukan perancangan kolimator.
Hal ini dimaksudkan agar berkas neutron yang
keluar dari beamport radial dan radial tembus
reaktor KARTINI menjadi terarah dan memiliki
paparan radiasi gamma yang serendah-rendahnya.
Kolimator ini dibuat dari tabung berdiameter 8 em
yang terbuat dari timbal dengan tebal sekitar 3,5 em,
seperti yang secara rinci dilukiskan pada Gambar 3
dan Gambar 4.

Prosidlng PPI PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

ISSN 0216 - 3128

Syarip, dkk.

42/

1.00E+ II
-....

Neutron

Termal

....... Neutron

-It- Netron
Neutron

Radial

Radial

Total Beamport
Termal

Radial

Beamport

Cepat Beamport

..... Neutron
-.-

1.00E+ I 0

Beamport

Epitermal

Beamport

Radial
Radial Tembus

....... Neutron

Epitermal

Beamport

---

Neutron

Cepat Beamport

Radial Tembus

Radial Tembus

-+- Neutron

Total Beamport

Radial Tembus

1.00E+09 -

I.OOEI08

1.00E+07

1.00E+06
55.5

105.5

155.5

205.5

255.5

305.5

Jarak dari pusat reaktor (em)

Gambar

5. Fluks neutron pada beamport reaktor

Timbal dan bismut digunakan sebagai bahan


untuk melakukan filtrasi terhadap radiasi neutron
dan sekaligus sebagai pengatenuasi radiasi gamma.
Pemilihan bahan ini dikarenakan timbal dan bismut
memiliki koefisien atenuasi yang eukup besar dalam
menyerap gamma. Selain itu, timbal dan bismut juga
memiliki densitas yang tinggi, yaitu densitas timbal
sebesar 11,34 gr /em3 dan bismut berdensitas 9,8 g
/emJ, sehingga bismut dan timbal sangat efektif
dalam menyerap radiasi gamma.
Pada penelitian ini penggunaan timbal dan
bismut sebagai filter dan attenuator, dilakukan
seeara terpisah. Pad a tahap pertama dilakukan
penelitian dengan menggunakan timbal sebagai filter
dan attenuator
dalam menentukan
kelayakan
beamport radial tembus sebagai fasilitas PGNAA.
Sedangkan bismut digunakan pada penelitian tahap
berikutnya.
Hasil dari penelitian tahap pertama pada
beamport radial tembus dapat dilihat pad a Tabel 5
dan seeara grafik dilukiskan pada Gambar 6.
Terlihat bahwa fluks neutron seeara keseluruhan

Kartini tanpa kolimator.

mengalami
penurunan
seiring
bertambahnya
ketebalan
bahan
filter dan attenuator
yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada,
yaitu ketika berkas radiasi melewati suatu bahan atau
material, maka berkas radiasi tersebut
akan
mengalami atenuasi karena terjadi interaksi antara
berkas radiasi tersebut dengan bahan atau meterial
yang dilewatinya.
Radiasi gamma juga mengalami hal yang
sama yang terjadi pada neutron. Paparan radiasi
sinar gamma menurun
dengan
bertambahnya
ketebalan filter yang diberikan. Bahkan terjadi
penurunnan hingga ke nilai 0 mR/h yang terjadi pada
saat ketebalan filter 3 em. Hal ini menunjukkan
bahwa bahan timbal sangat efektif dalam melakukan
penyerapan terhadap radiasi gamma.
Dengan
penggunaan
bahan
filter dan
attenuator berupa timbal didapatkan kondisi terbaik
bila digunakan sebagai fasilitas PGNAA pada
ketebalan bahan filter sebesar 3 em dengan nilai
fluks termalnya sebesar (2.16 0.8313) x 106
n.em2.s1 dan paparan radiasi gamma 0 mR.h'l.

Prosiding PPI PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

ISSN 0216 - 3128

422

Tabel5.

Syarip, dU.

Fluks neutron Beamport radial tembus dengan filter timbal.

(9.42
0.3589)E+06
(2.27
0.2584)E+07
(2.16
(4.99
(1.67
0.4369)E+06
0.4856)E+06
0.8313)E+06
0.8204)E+06
Paparan
(2.11
(8.92
(7.41
(2.93
(I.53
(9.29
(6.28
(4.77
Gamma
0.4083)E+06
0.4473)E+06
0.7072)E+06
0.2867)E+07
0.3
0.4089)E+06
0.501O)E+06
0.5787)E+06
I66)E+07
(3.86
(7.68
0.2043)E+07
0.2666)E+04
(3.19
(3.19 (n.em-2.s-l)
1.0000)E+05
1.0000)E+05
(3.28
(2.98
(2.69
(1.50
(1.35
(1.44
(0.00
(3.97
(2.47
(3.25
(1.74
0.2355)E+07
0.3704)E+07
0.2235)E+07
0.2495)E+07
0.3480)E+07
1.0000)E+06
0.7088)E+06
O.OOOO)E+OO
0.3389)E+04
0.4350)E+04
1.0000)E+06
tPnep
tPnf
(n.em-2.s-l)
(mRXI)
Tebal (6.20
tPnTh (n.em-2.s-1)
(em)

Keterangan :
= Fluks neutron termal
<Pncp = Fluks neutron epitermal
<Pnf
= Fluks neutron cepat
<Pnlh

_ 1.00E+08
~
M
~e

--

-.-

---

- .. -

-.- ..

.s.

c
e
;;..
c

- Ncutron Tcnml

-+- Ncutron

Eprtcnnal
-Ncutron Ccpa!
. Fh,ks TOlal

~ 1.00E+07
G:

---..
\

-----'"

1.00E+06

---

-----

--!
i

1.00E+05
o

10

12

Tcbal filter (cm)

Gambar

6. Fluks neutron pada beamport radial tembus dengan filter timbal.

Pada tahap kedua, yang menggunakan bismut


sebagai bahan filter dan attenuator sinar gamma
didapatkan hasil serti yang terlihat pada Tabel 6 dan
dilukiskan pada Gambar 7. Hasil dari penggunaan
bismut sebagai bahan filter dan attenuator sinar
gamma tidak jauh berbeda dengan penggunaan
bahan timbal. Hanya saja pada saat bahan filter

diganti dengan bismut, penurunan paparan sinar


gamma dan fluks neutron terjadi lebih lambat.
Sehingga ketebalan bahan filter dan attenuator yang
digunakan juga lebih besar. Hal ini disebabkan
karena densitas bismut lebih rendah daripada timbal,
sehingga meskipun koefisien atenuasi Iinearnya
hampir sama, koefisien atenuasi persatuan massanya

Prosidlng PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

ISSN 0216-3128

Syarip, dkk.

lebih keeil, dengan demikian kemampuan serapan


yang dimiliki juga akan lebih keci!.
Berdasarkan
hasil dari pereobaan yang
pada Tabel 6 didapatkan kondisi terbaik

terlihat

423

untuk fasilitas PGNAA pada ketebalan bahan filter


sebesar 3 em yaitu dengan nilai tluks termal sebesar
(2.71 0.6402) x 106 n.em-2.s-1 dan paparan radiasi
gamma 0 mR.h-!.

Tabel 6. Fluks neutron Beamport radial tern bus dengan filter Bismut.
(9042
0.3589)E+06
0.6402)E+06
(1.50
(2.54
(3.25
(9.27
0.2575)E+07
0.7088)E+06
Oo4089)E+06
(2.71
(1.05
(8.94
(1.67
(2.27
(6.20
(4.99
(1.05 (n.em-2.s-l)
Oo4369)E+06
0.7596)E+06
Oo4369)E+06
Oo4856)E+06
0.7596)E+06
(3.86
(2.11
(7041
(1.74
(3.28
(1.81
(2.98
(3.82
(1.53
(4.75
(5.90
(1.08
(2.87
0.3480)E+07
0.2043)E+07
0.2235)E+07
0.2867)E+07
0.3130)E+07
Oo4083)E+06
Oo4473)E+06
0.5787)E+06
0.2355)E+07
0.2584)E+07
0.3
0.3785)E+07
0.5001)E+06
O.OOOO)E+OO
0.3498)E+04
0.3993)E+04
0.5870)E+04
1.0000)E+06
166)E+07
(7.68
Paparan(0.00
Gamma
0.2666)E+04
tPnep
tPnf
(n.em-2.s-l)
(mR.h-l)
Tebal (6.20
tPnTh

(em)

Keterangan :
= Fluks neutron termal
<PileI' = Fluks neutron epitermal
<Pllf
= Fluks neutron eepat
1>l1lh

.!!;

1.00E+08'

"'e

- Neutron Tcnml

-+- Neutron
-+- N cutron

..::,

-....

Epitcnml
Ccpat

Fluks Total

""

I.OOE+07

'-....

LOOE+06

----

"'------

__

1.00E+05

12

10

Tcbal

Gambar

7. Fluks neutron pada beamport radial tern bus dengan filter bismuth.

Prosiding PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

filtcr(cm)

ISSN 0216 - 3128

424

Model modifikasi ini tidak berbeda dengan


model modifikasi pada beamport radial ternbus,
yang membedakan keduanya hanyalah letak dari
kedua beamport pada reaktor Kartini. Beamport
radial ternbus menembus hingga ke teras reaktor,
sedangkan
beamport
radial hanya menembus
dinding reaktor sampai di luar grafit reflektor.
Sehingga keduanya memiliki kondisi fluks dan
paparan radiasi gamma yang berbeda.
Model
modifikasi pada beamport radial juga dibuat dengan
menggunakan filter dan attenuator berupa timbal dan
bismut. Hal ini dilakukan dengan alasan yang sarna,
yaitu karena timbal dan bismut memiliki koefisien
atenuasi yang besar dibandingkan dengan bahanbahan yang lain sehingga penggunaan timbal dan
bismut akan lebih efektif dalam menyerap radiasi
gamma dibandingkan bila digunakan bahan yang
lain, khususnya pada model modifikasi ini.
Perhitungan pada model modifikasi ini juga
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah
Perhitungan fluks neutron dan paparan radiasi
gamma pada model dengan bahan filter timbal.
Sedangkan Perhitungan tahap kedua dilakukan pad a
model modifikasi dengan bahan filter bismut. Hasil
Perhitungan pada modei modifikasi dengan bahan
filter timbal seeara grafis disajikan pad a Gambar 8.
Oari hasil terse but terlihat bahwa terjadi penurunan
fluks neutron seiring dengan bertambahnya ketebalan filter timbal yang digunakan. Fluks neutron
epitermal dan fluks neutron eepat mengalami
penurunan yang signifikan, bahkan habis ketika
ketebalan filter 3 em untuk neutron epitermal dan 4
em untuk neutron eepat. Hal ini mungkin terjadi
karena fluks neutron eepat yang berinteraksi dengan
material di sekelilingnya, energinya tidak turun
mcnuju kc cncrgi cpitcrmal tetapi malah menuju ke

Syarip, tlkk..

energi termal. Sehingga dengan bertambahnya


ketebalan bahan filter neutron epitermal teratenuasi
hingga habis dan tidak terdapat produksi neutron
epitermal lagi. Begitu juga dengan neutron eepa!,
dengan bertambahnya
ketebalan
filter semakin
banyak pula neutron eepat yang berinteraksi dengan
bahan filter dan pad a ketebalan filter 4 em neutron
eepat terattenuasi seeara keseluruhan. Sehingga tluks
neutron eepat pada posisi sampel menjadi O.
Berdasarkan

Tabel

model

Hasil
perhitungan
tahap
kedua,
yaitu
perhitungan pad a model modifikasi dengan bahan
filter terbuat dari bismut memiliki pola yang sarna
seperti halnya pada kasus modifikasi beamporl
radial dengan bahan filter dari timbal, pad a model
modifikasi beamport radial dengan bahan filter
bismut fluks neutron dan paparan radiasi gamma
mengalami
penurunan
seiring
bertambahnya
ketebalan bahan filter . Akan tetapi penurunan pada
saat digunakan bismut sebagai filter tidak secepat
ketika digunakan
filter dari timbal. Neutron
epitermal turun seeara drastis pad a saat ketebalan
bismut 4 em. Besarnya fluks neutron epitermal turun
hingga menuju nilai DOl. Penurunan menuju ke nilai
nol juga diikuti oleh besaran yang lain yang dihitung
pad a penelitian ini, yaitu paparan radiasi gamma dan
fluks neutron eepat. Fluks neutron cepat dan paparan
radiasi gamma turun hingga mencapai ke titik nol
pada saat ketebalan bismut 5 em.

-;- 1.6OE' 07

~~
~ 1.40E.07
""
"

-NewonTennal

-+- Neutron

Eptermal

-llt-NeutronCepat

-r- Ne""'n

Total

:: 1.20E+07

..

"

;;: I.00E+07

8.00E+06

6.00E+06

4.00E+06

2.00E+06

O.OOE+OO

10

12
Teb.) filler (em

Gambar

modifikasi

beamport radial dengan menggunakan bahan filter


dari timbal didapatkan pada saat ketebalan timbal
sebesar 3 em dimana fluks neutron termalnya
sebesar (4.91 0.4799) x 106 n.em-2.s-t dengan
paparan radiasi gamma 0 mR/h.

8. Fluks neutron pada beamport radial dengan filter timbal.


Prosldlng PPI - PDIPTN 2006
Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Jull 2006

ISSN 0216-3128

Syarip, dkk.

Komparasi Dengan Fasi/itas PGNAA Yang


Sudah Ada
Berdasarkan
pada sistem-sistem PGNAA
yang sudah ada dianggap layak untuk digunakan
sebagai fasilitas PGNAA bila memiliki tluks neutron
termal lebih besar atau sama dengan 2 x 106 n.em'
2.S,1 dan memiliki paparan radiasi sinar gamma pada
tempat sam pel kurang dari atau sarna dengan 200
mR/h,l. Fluks neutron termal pada beamport reaktor
KARTINI hasH modifikasi ditunjukkan pad a Gambar 8. Kondisi terbaik penggunaan timbal sebagai
bahan filter, pada beamport radial tembus didapatkan ketika ketebalan filter 3 em dengan tluks
neutron termal (2.16 0.8313) x 106 n.em'2.s'l
Sedangkan pad a beamport radial, kondisi terbaik
didapatkan ketika filter yang digunakan setebal 4 em
dengan besar tluks neutron termalnya sebesar (4.91
0.4799) x 106 n.em2.s'l Perbedaan ketebalan ini
disebabkan karena pad a ketebalan 3 em, pad a
heal11port radial terjadi proses tangkapan neutron
epitermal oleh bahan seeara besar-besaran. Sehingga
ketika ketebalan filter 3 em pad a beamport radial
tembus paparan radiasi sinar gamma sudah meneapai
titik nol, pada beamport radial paparan radiasi
gammanya masih sangat tinggi yaitu sebesar (3.21
.00) x 106 mR/h.
J

Kondisi terbaik pada beamport radial tembus


didapatkan ketika filter bismut yang digunakan
setebal 4 em dengan fluks neutron termal sebesar
(2.71 0.6402) x 106 n.em,2.s,l. Sedangkan pada
beamport radial kondisi terbaik didapatkan ketika

425

ketebalan filter bismut yang dipaki setebal 5 em


dengan fluks neutron termal sebesar (4.91 0.4799)
x 106 n.em,2.s'. Hal ini juga disebabkan oleh
penyebab yang serupa yang terjadi pada saat
digunakan filter timbal, yaitu ketika ketebalan filter
4 em, pada beamport radial terjadi proses tangkapan
neutron
epitermal
seeara
besar-besaran
yang
menghasilkan radiasi sinar gamma dalam paparan
yang besar pula. Sehingga ketika paparan radiasi
gamma pada beamport
radial tembus sudah
meneapai titik nol, pada beamport radial masih
terdapat kontaminan radiasi gamma yang tinggi yaitu
sebesar (3.21 1.0000)E+03 mR/h.
Paparan radiasi gamma pada posisi sampel
pada berbagai variasi tebal filter dapat dilihat pada
Gambar 9. Terlihat bahwa paparan radiasi gamma
pada beamport radial jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan paparan radiasi gamma pada
beamport radial tembus. Hal ini terjadi karena
radiasi gamma yang dihasilkan didalam teras
mengalami
atenuasi
oleh reflektor,
kemudian
diteruskan ke beampor/ radial. Pad a beamport radial
tembus, radiasi gammanya langsung berasal dari
teras dan hanya teratenuasi oleh udara. Terbukti
dengan sesudah dipasangnya filter dari timbal
setebal 3 em pada beamport radial tembus dan 4 em
pada beamport radial atau bismut setebal 4 em pada
beamport radial tembus dan 5 em pada beamport
radial, paparan radiasi gamma pada beamport radial
dan beamport
radial menjadi
nol. Hal ini
menunjukkan bahwa pemilihan bismut dan timbal
sebagai filter adalah sangat efektif.

IJOE>j)1

BcarflJOrtRadel de~n

filtertinbal

1.10[+(17

-+- BeafI'!AJrtRadel Tentus

9.00E+06

de~n

. BcarflJOrtRadelTentus de~n

f!kertirrbal
liter bi;nu

7.00E~

3.00E+06

I.OOE4{)6

10
I.OOE+%

~._ ..

~._._---,-".-.-

.. _-_.'~----"---'----"'--"---'-_._'------

-".-.-.--".--

Trplfiltu(c_)

Gambar

8. Fluks neutron termal pada beamport reaktor

Prosiding PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 Juli 2006

KARTINI.

ISSN 0216 - 3128

426

900E.j.(I4 _-----------

Syarip, dkk.

~__ ~~_

BealTl'ort Radial dcngan fihcr limbal

-+- BealTl'ort

Radial dcngan fiher bismut

---

BcalTl'ort Radial Temb", dengan fiher limbal

BCalTl'M Radial Tcmb", dcngan fiher bismut

10
1,I)OE+04

Gambar

9. Papa ran radiasi gamma pada beamport reaktor

KESIMPULAN
Berkas neutron yang keluar dari beamport
reaktor KARTINI dikolimasi dengan menggunakan
bahan kolimator yang berbentuk tabung
yang
terbuat dari timbal. Di dalam tabung timbal dipasang
filter yang terbuat dari timbal atau bismut sebagai
penapis neutron dan mengatenuasi sinar gamma.
Efektifitas penyerapan gamma ditunjukkan dengan
hasil laju paparan gamma yang rendah pad a keempat
model modifikasi beamport. Fluks neutron termal
rata-rata yang dihasilkan pada model modifikasi
beamport radial dengan filter timbal setebal 4 em
dan filter bismut setebal 5 em memiliki nilai yang
sarna besarnya yaitu (4.91 0.4799) x 106 n.em,2.s"
dengan besar dan paparan gamma yang berbeda
yaitu masing-masing 198 mR/h dan 53 mR/h. Fluks
neutron termal rata-rata dan laju papa ran gamma
pada model modifikasi beamport radial ternbus dengan filter timbal setebal 3 em masing-masing sebesar (2.16 0.8313) x 106 n.em-2.s-1 dan 173 mR/h,
dan filter bismut setebal 4 em masing-masing sebesar (2.71 0.6402) x 106 n.em-2.s-) dan 167 mR/h.
Dengan demikian hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa beamport reaktor KARTINI
layak digunakan sebagai fasilitas prompt gamma-ray
neutron activation analysis dengan kondisi terbaik
pada model modifikasi beamport radial dengan filter
bismuth setebal 5 em.

DAFTARPUSTAKA

KARTINJ.

A. G. C. NAIR, K. SUDARSHAN, N. RAJE, A.V.


R. REDDY, S.B. MANOHAR,
and, A.
GOSW AMI, Analysis of A//oys by Prompt
Gamma ray Neutron Activation, Analytical
Chemistry Division Bhabha Atomic Research
Centre Trombay, Mumbai, 2003.
BRIESMEISTER, J.F., MCNP-A General Monte
Carlo N-Particle Tansport Code 48, Los Alamos National Laboratory, LA-7396-M, 1997.
CHOI, H.D., R.B. FIRESTONE,
R.M. LINDSTROM, G.L. MOLNAR, S.F. MUGHABGHAB, R. PA VIOTTI-CORCUERA,
ZS.
REVAY, A.TRKOV,
V. ZERKIN, C.M.
ZHOU, Database of Prompt Gamma Rays
from Slow Neutron Capture for Elemental
Analysis, IAEA, Vienna, 2004.
KNOLL, G.F., Radiation Detection And Measurement, 2nd Edition, John Wiley & Sons, Inc.,
New York, 1989.
LAMARSH, J.R., Introduction To Nuclear Reactor
Theory, Addison-Wesley Publishing Company,
New York, 1965.
SY ARIP dkk., Laporan Ana/isis
Keselamatan
Reaktor KART/N/, Revisi 3, Pusat Penelitian
Nuklir Yogyakarta - Badan Tenaga Atom
Nasional , Yogyakarta, 1996.
TSOULFANIDIS, N., Measurement And Detection
of Radiation, Hemisphere Publishing Corporation, New York, 1983.

Prosldlng PPI - PDIPTN 2006


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 10 JuJi 2006

KE DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai