Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
ABSTRAK
Kata kunci : ISIS Proteus, Penguat Awal Peka Muatan, Spektroskopi Nuklir, Fotodioda Si PIN, CsI(Tl).
ABSTRACT
Keywords : ISIS Proteus, Charge Sensitive Pre-Amplifier, Nuclear Spectroscopy, Si PIN Photodiode, CsI(Tl).
518
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
519
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
menjalankan tahap selanjutnya. Karena fungsinya (Coulomb atau pico Coulomb) (3)
inilah dinamakan penguat awal peka muatan
(charge sensitive pre-amplifier).
Dimana:
Diagram kerja dasar penguat awal peka
E : energi partikel (MeV)
muatan ditunjukkan pada gambar 3. Karena
e- muatan elektron 1,6 x 10-19 (Coulomb)
muatan Q dibangkitkan, tegangan masukan
energi yang dibutuhkan untuk
penguat meningkat dan pada saat bersamaan
membentuk satu pasang elektron-lubang.
tegangan dengan polaritas terbalik muncul pada
Sebagai contoh untuk Si, rentang Q dari
keluaran. Tetapi karena faktor penguatan lup
3,62 eV (300 K) sampai 3,71 eV (77 K).
terbuka cukup besar, kerja potensial keluaran
adalah melalui lup umpan balik sehingga tegangan
masukan akan menjadi nol dengan segera. Sehingga, (mV/MeV)
Akibatnya pulsa muatan Q terintegrasi melalui (mV/MeV) (4)
kapasitansi umpan balik Cf untuk membentuk
pulsa tegangan keluaran eout(t).
Detektor yang digunakan pada penelitian ini
adalah fotodioda Si PIN tipe S-3590 dengan
CsI(Tl) sebagai sintilatornya.
Karena penguat awal peka muatan yang dirancang
haruslah memiliki impedansi masukan yang tinggi
dan impedansi keluaran yang rendah maka
digunakanlah FET yang memiliki impedansi
masukan yang tinggi dan OP-AMP dengan derau
rendah. FET dan OP-AMP yang digunakan pada
rancangan ini adalah 2N4416A dan AD847.
Gambar 3. Diagram penguat awal peka muatan
(1)
520
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
521
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
yang berbeda.
(a) (b)
Gambar 8.Skematik penguat awal peka muatan pada Gambar 10. Tampilan pulsa pada rangkaian ISIS
ISIS Proteus (gabungan FET dan OPAMP) untuk (a) Cf = 3 pF (b) Cf = 2 pF
Setelah simulasi rangkaian FET berjalan Sama seperti pada rangkaian sebenarnya,
dengan baik, maka rangkaian FET tersebut terlihat juga bahwa semakin kecil Cf maka
digabungkan dengan rangkaian OP-AMP untuk sensitivitas akan semakin besar yang terlihat dari
membentuk rangkaian penguat awal peka muatan tinggi pulsa yang semakin besar.
secara keseluruhan (Gambar 8). Osiloskop virtual
digunakan dengan menggunakan tiga saluran.
Saluran A (kuning) untuk keluaran pulser, saluran
B (biru) untuk pulsa drain dan saluran C (merah)
untuk keluaran OP-AMP.
(a)
522
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
JFET
JFET yang digunakan pada penelitian ini adalah
JFET saluran N. Digunakan tiga buah JFET
saluran N pada simulasi untuk dilihat perbedaan
pulsa keluaran.
(5)
523
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
4. KESIMPULAN
524