Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

SIMULASI KERJA PENGUAT AWAL SISTEM


SPEKTROSKOPI NUKLIR DENGAN ISIS PROTEUS

Widya Arrum Gammayani1,2, Zaki Suud2, Mitra Djamal2, Nanda Nagara1


1
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Jl. Tamansari 71, Bandung, 40132
2
Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10, Bandung, 40132, widya.a9@gmail.com

ABSTRAK

SIMULASI KERJA PENGUAT AWAL SISTEM SPEKTROSKOPI NUKLIR DENGAN ISIS


PROTEUS. Telah dilakukan simulasi ISIS Proteus untuk kerja penguat awal peka muatan yang
menggunakan photodioda Si PIN dan sintilator CsI(Tl). Pengubahan parameter komponen elektronika yang
disimulasikan menunjukkan kesamaan perilaku dengan rangkaian sebenarnya, seperti pengubahan kapasitor
umpan balik, coil, dan JFET. Penguat awal peka muatan yang dibuat pun menunjukkan performa yang baik,
mampu memunculkan spektrum Gamma Co-60 dan kestabilan sistem alat yang baik dengan nilai chi square
test 7,86. Pengujian derau FWHM dengan metode perhitungan Vrms menunjukkan hasil 1,5 keV dan
perhitungan FWHM dengan MCA adalah 5 keV.

Kata kunci : ISIS Proteus, Penguat Awal Peka Muatan, Spektroskopi Nuklir, Fotodioda Si PIN, CsI(Tl).

ABSTRACT

SIMULATION OF CHARGE SENSITIVE PRE-AMPLIFIER NUCLEAR SPECTROSCOPY USING


ISIS PROTEUS. ISIS Proteus simulation for charge sensitive pre-amplifier using Si PIN photodiode and
CsI(Tl) scintillator has been done. Changing the parameters of simulated electronic components resulted
similar behavior with the actual circuit, such as feedback capacitor, coil, and JFET. The charge sensitive pre
amplifier which is made showed good performance and was able to show Gamma spectrum of Co-60 and
good system stability of device with chi squared test of 7,86. The FWHM noise measurement using Vrms
parameter is 1,5 keV and the FWHM noise measurement using MCA is 5 keV.

Keywords : ISIS Proteus, Charge Sensitive Pre-Amplifier, Nuclear Spectroscopy, Si PIN Photodiode, CsI(Tl).

1. PENDAHULUAN fotodioda Si PIN (Si PIN Photodiode) dengan


sintilator banyak digunakan pada deteksi dan
Pada proses pembuatan alat dengan rangkaian pengukuran sinar gamma dan elektron energi
elektronika, simulasi virtual berperan dalam tinggi. Kecilnya ukuran fisik keduanya memiliki
membantu perancangan alat yang akan dibuat. kelebihan memudahkan untuk dibawa keluar saat
Banyak simulator yang bisa digunakan salah pengukuran di lapangan. Kristal CsI(Tl) dengan
satunya adalah ISIS Proteus. ISIS (Intelligent karakterisasi intensitas sintilasi yang besar
Schematic Input System) merupakan sebuah (maksimum di 550 nm) sesuai untuk ditempel pada
program keluaran Labcenter Electronics yang permukaan fotodioda. Kristal CsI(Tl) yang relatif
memudahkan pengguna untuk menggambar lembut dan plastis mudah dibuat menjadi berbagai
rangkaian elektronika, mengujinya dengan variasi geometri detektor. Radiasi yang menimpa
simulasi dan bahkan bisa digunakan untuk sintilator membangkitkan sintilan-sintilan cahaya
membuat PCB sehingga kesalahan dalam membuat yang kemudian ditangkap oleh fotodioda. Cahaya
PCB (Printed Circuit Board) dapat diminimalisir. lalu berinteraksi dengan atom Si fotodioda yang
Alat yang akan disimulasikan disini adalah menghasilkan sejumlah pembawa muatan bebas
penguat awal dari sistem spektroskopi nuklir. elektron-lubang yang lalu diperkuat oleh rangkaian
Spektroskopi Gamma sangat besar peranannya penguat awal peka muatan (charge sensitive pre-
dalam aplikasi nuklir sehari-hari. Kombinasi amplifier).

518
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

2. TATAKERJA (BAHAN DAN METODE)

Prosedur penelitian meliputi pembuatan


penguat awal peka muatan menggunakan
fotodioda Si PIN dan sintilator CsI(Tl). Pembuatan
alat dikombinasikan perancangannya secara virtual
dengan ISIS Proteus sehingga dapat diamati
terlebih dahulu pengaruh besaran komponen yang
akan digunakan pada alat dengan cara mengubah-
ubah parameternya untuk mendapatkan keluaran
yang baik. Alat yang dibuat lalu diuji tampilan Gambar 1. Fotodioda silicon PIN
pulsa keluarannnya di osiloskop. Kestabilan alat
pun diuji dengan metode chi squared test dan
dihitung derau-nya dengan metode equivalent Cesium Iodida (CsI) adalah material senyawa
noise charge. Metode uji yang digunakan adalah dengan kemampuan menahan radiasi Gamma
metode eksperimenal. tinggi karena memiliki nilai Z (nomor atom) dan
densitas yang relatif tinggi. Untuk pencacahan
sintilasi, ia bisa digunakan dalam bentuk
2.1 Penguat Awal Peka Muatan (Charge seutuhnya ataupun dengan dikotori oleh Thalium.
Sensitive Pre-amplifier) Dibandingkan dengan NaI(Tl), CsI relatif lembut
dan plastis. Ia mudah dibuat menjadi berbagai
Detektor Si dirancang untuk pengukuran variasi geometri detektor. Karena karakteristiknya,
radiasi dengan dua metode: yang pertama adalah CsI sendiri dapat larut dalam air tetapi tidak
pengukuran tidak langsung dimana masukan higroskopik.
radiasi diubah menjadi cahaya oleh sintilator lalu
dideteksi oleh fotodioda Si; yang kedua adalah
pengukuran langsung dimana detektor Si langsung
mendeteksi muatan yang dibangkitkan melalui
proses ionisasi karena energi radiasi. Metode
deteksi tidak langsung yang merupakan kombinasi
fotodioda dengan sintilator banyak digunakan pada
deteksi dan pengukuran sinar gamma dan elektron
energi tinggi. Radiasi yang menimpa sintilator
membangkitkan sintilan-sintilan cahaya yang
kemudian ditangkap oleh fotodioda. Kelebihan
metode langsung adalah resolusi energi yang
tinggi karena muatan sinyal dibangkitkan dengan
efisiensi yang tinggi. Bentuk fisik fotodioda pada Gambar 2. Kristal CsI(Tl)
kedua metode pengukuran adalah sama, mereka
memiliki karakteristik dasar yang sama. Fotodioda
Ketika detektor semikonduktor seperti Si
terdiri dari kristal silicon tipe-N sebagai substrat
pada bagian dasar dan lapisan silicon tipe-P digunakan untuk pengukuran sinar X dan radiasi
Gamma energi rendah sampai tinggi, sinyal
sebagai daerah permukaan aktif. Kedua material
keluaran adalah pulsa muatan lemah dengan lebar
tersebut membentuk sambungan P-N yang
berfungsi sebagai pengubah fotolistrik. Pada beberapa puluh nanosekon. Detektor itu sendiri
merupakan komponen kapasitif dengan impedansi
metode langsung, efisiensi intrinsik untuk
keluaran yang tinggi. Kondisi ini membutuhkan
mendeteksi energi yang lebih besar adalah rendah
impedansi masukan yang tinggi dari penguat
mengingat keterbatasan tebal dari daerah aktif
fotodioda. Efisiensi intrinsik adalah rasio jumlah sebagai pengondisi sinyal untuk mendapatkan
sinyal yang siap diproses lebih lanjut. Penguat
pulsa yang dihasilkan detektor dengan jumlah
harus memiliki impedansi masukan yang tinggi
radiasi Gamma yang mengenai detektor. Oleh
untuk mengintegrasi pulsa muatan yang lemah lalu
karena itu deteksi dan pengukuran elektron dan
mengubahnya ke pulsa tegangan yang sebanding
radiasi Gamma energi tinggi menggunakan metode
dengan energi partikel yang didepositkan dalam
tidak langsung yang merupakan kombinasi
detektor untuk selanjutnya dibentuk pulsanya dan
fotodioda dengan material sintilasi lebih tepat
diperkuat, dimana penguat juga harus memiliki
untuk digunakan.
impedansi keluaran yang rendah untuk

519
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

menjalankan tahap selanjutnya. Karena fungsinya (Coulomb atau pico Coulomb) (3)
inilah dinamakan penguat awal peka muatan
(charge sensitive pre-amplifier).
Dimana:
Diagram kerja dasar penguat awal peka
E : energi partikel (MeV)
muatan ditunjukkan pada gambar 3. Karena
e- muatan elektron 1,6 x 10-19 (Coulomb)
muatan Q dibangkitkan, tegangan masukan
energi yang dibutuhkan untuk
penguat meningkat dan pada saat bersamaan
membentuk satu pasang elektron-lubang.
tegangan dengan polaritas terbalik muncul pada
Sebagai contoh untuk Si, rentang Q dari
keluaran. Tetapi karena faktor penguatan lup
3,62 eV (300 K) sampai 3,71 eV (77 K).
terbuka cukup besar, kerja potensial keluaran
adalah melalui lup umpan balik sehingga tegangan
masukan akan menjadi nol dengan segera. Sehingga, (mV/MeV)
Akibatnya pulsa muatan Q terintegrasi melalui (mV/MeV) (4)
kapasitansi umpan balik Cf untuk membentuk
pulsa tegangan keluaran eout(t).
Detektor yang digunakan pada penelitian ini
adalah fotodioda Si PIN tipe S-3590 dengan
CsI(Tl) sebagai sintilatornya.
Karena penguat awal peka muatan yang dirancang
haruslah memiliki impedansi masukan yang tinggi
dan impedansi keluaran yang rendah maka
digunakanlah FET yang memiliki impedansi
masukan yang tinggi dan OP-AMP dengan derau
rendah. FET dan OP-AMP yang digunakan pada
rancangan ini adalah 2N4416A dan AD847.
Gambar 3. Diagram penguat awal peka muatan

Karena resistor umpan balik Rf paralel dengan Cf


maka pulsa tegangan keluaran akan mengalami
pengosongan (discharge) perlahan dengan
konstanta waktu =Rf.Cf yang disederhanakan
sebagai:

(1)

Gambar 4. Rangkaian penguat awal peka muatan


Persamaan ini menunjukkan bahwa pulsa muatan dengan FET dan OPAMP
Qs diubah ke pulsa tegangan dengan besar
yang diredam dengan konstanta waktu
Faktor penguat dari penguat awal peka muatan
=Rf.Cf. hanya ditentukan dari Cf (kapasitor umpan balik).
Rf (resistor umpan balik) sendiri tidak berpengaruh
Penguatan muatan pada penguat awal peka muatan pada faktor penguatan tetapi untuk men-discharge,
dihitung sebagai A=Vout/Q sehingga: mengosongkan keluaran loop integrasi ke dasar.
Digunakan dua buah OP-AMP AD847 untuk
A = Vout/Qs = 1/Cf (Volt/Coulomb) (2) penguat dan untuk penyangga (buffer).
Fotodioda diberi catu daya -24 V. Karena ada arus
Tetapi prakteknya, faktor penguat dari penguat bocor dan sebagainya, tegangan di fotodioda
awal peka muatan dengan detektor sebagai suatu menjadi sekitar -5 V. Saat radiasi masuk, fotodioda
kombinasi lebih diperhatikan, sehingga istilah konduk dan tegangan menjadi hampir nol. Oleh
sensitivitas biasa digunakan daripada faktor karena itu pulsa masukan ke gate FET adalah
penguat. Sensitivitas (S) adalah tegangan keluaran positif (-5 V 0 V).
(mV) untuk setiap 1 MeV energi partikel yang
menumbuk detektor. Amplitudo muatan sinyal
yang diperoleh ditentukan oleh energi partikel
masukan (sinar Gamma atau sinar X) dan juga oleh
material semikonduktor.

520
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

Penguat awal peka muatan dibuat simulasinya


pada program ISIS Proteus. Pertama yang harus
dilakukan adalah membuat skematik rangkaian
pada program ISIS Proteus. Semua komponen
yang digunakan pada skema disamakan dengan
jenis komponen yang digunakan pada rangkaian
asli, jika ada komponen yang tidak tersedia pada
library ISIS Proteus digunakanlah komponen lain
yang sejenis. Pada rangkaian asli digunakan OP-
AMP AD847, pada library ISIS Proteus tidak
ditemukan AD847 yang memuat karakteristik
sebenarnya sehingga pada simulasi ini OPAMP
AD847 yang digunakan diganti dengan D826AP
Gambar 5. Penguat awal peka muatan yang memiliki karakteristik mirip dengan AD847
(high speed operational amplifier).
Fotodioda merupakan komponen yang sudah
komplek dan tidak tersedia di library ISIS
sehingga masukan sinyal pada FET berasal dari
signal generator. Dengan mengubah parameter-
parameter penting pada skema, baik itu komponen
maupun besar/ nilai komponennya akan terlihat
keluaran OP-AMP yang berbeda dan terlihat di
osiloskop virtual. Sehingga bisa disimulasikan
perubahan parameternya untuk mendapatkan
keluaran pulsa yang baik.
Untuk memudahkan simulasi, rangkaian
terlebih dahulu dibagi menjadi dua bagian,
rangkaian FET dan rangkaian OP-AMP. Gambar 7
di bawah adalah rangkaian FET.
Gambar 6. Karakteristik keluaran kurva V-I FET

Karena Id membesar, tegangan beban drain


membesar juga sehingga jatuh tegangan di Vd
mengecil. Sehingga saat gate positif, maka
keluaran drain adalah negatif. Pulsa negatif
tersebut lalu masuk ke op-amp non-inverting
sehingga keluarannya tetap negatif. Keluaran
negatif ini lalu masuk ke gate yang positif tadi
melalui rangkaian pembalik (feedback) Rf//Cf.
Keseluruhan rangkaian ini menjadi rangkaian Gambar 7. Skematik rangkaian FET
integrator. Blok terakhir adalah buffer. Impedansi
keluaran buffer kecil sehingga cocok dengan kabel
coax yg rendah ohm (50 ohm). Pulsa keluaran yg Pulsa masukan berasal dari pulser yang
diinginkan adalah pulsa dengan rise time yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai
cepat dan ini ditentukan oleh RC time. FET yang pulsa nuklir pada rangkaian sebenarnya. Pulsa
digunakan harus memiliki Cgs dan Igs rendah tetapi pulser dibuat negatif (-100 mV) dengan rise time 2
memiliki Gm yang besar. Cgs rendah bisa dilihat ns dan fall time 4 us. FET harus di reverse biased
pada datasheet produk. Igs rendah menunjukkan sehingga Vg dibuat lebih kecil dari Vs. Vg pada
bahwa impedansi masukan FET tinggi sekali. Gm gambar bernilai +1,6 V yang terukur karena
besar berarti perubahan kecil pada Vgs pembagi tegangan R1 (650k) dan R2 (100k). Vd
menyebabkan perubahan besar pada Ids. bernilai +6,37 V (12-5,63 = 6,37) karena beban
tegangan pada rangkaian drain adalah +5,63 V. Id =
Is = 5,12 mA, maka beban di drain : V=I.R=5,12
2.2 Pembuatan Skematik Simulasi Penguat mA . 1,1k=5,632. Sedangkan Vs = +2,4 V (5,12
Awal Peka Muatan dengan Program ISIS mA x 470).
Proteus

521
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

yang berbeda.

(a) (b)
Gambar 8.Skematik penguat awal peka muatan pada Gambar 10. Tampilan pulsa pada rangkaian ISIS
ISIS Proteus (gabungan FET dan OPAMP) untuk (a) Cf = 3 pF (b) Cf = 2 pF

Setelah simulasi rangkaian FET berjalan Sama seperti pada rangkaian sebenarnya,
dengan baik, maka rangkaian FET tersebut terlihat juga bahwa semakin kecil Cf maka
digabungkan dengan rangkaian OP-AMP untuk sensitivitas akan semakin besar yang terlihat dari
membentuk rangkaian penguat awal peka muatan tinggi pulsa yang semakin besar.
secara keseluruhan (Gambar 8). Osiloskop virtual
digunakan dengan menggunakan tiga saluran.
Saluran A (kuning) untuk keluaran pulser, saluran
B (biru) untuk pulsa drain dan saluran C (merah)
untuk keluaran OP-AMP.

(a)

Gambar 9. Osiloskop dengan tiga saluran


(b)

Gambar 11. Tampilan pulsa pada rangkaian


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebenarnya untuk (a) Cf = 3 pF (b) Cf = 1 pF
3.1 Perubahan Parameter pada Simulasi
Virtual ISIS Proteus
Coil
Beberapa parameter penting pada rangkaian
Coil dipasang di drain, coil berpengaruh pada
diubah-ubah nilainya untuk dilihat tampilan hasil
frekuensi tinggi. Pada simulasi terlihat jika besar
spektrum terbaik-nya, baik itu pada rangkaian
coil tidak begitu berpengaruh pada hasil pulsa
sebenarnya maupun pada rangkaian simulasi.
keluaran.
Parameter yang dimaksud tersebut adalah:
Kapasitor umpan balik (Cf)

Kapasitor berpengaruh pada besar sensitifitas


detektor karena (mV/MeV). Semakin
kecil Cf maka sensitifitas semakin besar. Berikut
tampilan pulsa pada rangkaian ISIS untuk nilai Cf

522
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

mempertimbangkan besaran dan komponen


elektronika yang disimulasikan. Derau yang kecil
berpengaruh pada resolusi energi, sehingga derau
diupayakan sekecil mungkin agar tidak
mengurangi pembacaan sinyal dari detektor yang
mengganggu keakuratan informasi. Penguat yang
digunakan pada penelitian ini Ortec Model 485.
Besar derau yang tampak pada osiloskop cukup
kecil, untuk penguat awal peka muatan, tinggi
(a) (b) derau adalah 0,1 Volt. Sumber yang digunakan
Gambar 12. Tampilan pulsa pada rangkaian ISIS
adalah Co-60 yang memiliki dua puncak, 1173,2
untuk (a) L = 100 mH (b) L = 100 uH
keV dan 1332,5 keV.

JFET
JFET yang digunakan pada penelitian ini adalah
JFET saluran N. Digunakan tiga buah JFET
saluran N pada simulasi untuk dilihat perbedaan
pulsa keluaran.

Gambar 14. Pulsa keluaran penguat dengan penguat


awal peka muatan

3.2.2 Chi Squared Test ( )

(a) (b) Untuk menguji kestabilan dari sistem


pencacah dilakukan dengan tes .

(5)

Dimana : Ci = cacahan ke-i


= rata-rata cacahan

Pengujian dilakukan melalui pengukuran radiasi


(c) menggunakan keseluruhan sistem dengan sumber
Gamma Co-60. Hasil pengukuran menunjukkan
Gambar 13. Tampilan pulsa pada rangkaian virtual kinerja peralatan cukup baik. Pengujian
untuk JFET (a) 2N4416 (b) 2N3967 (c) 2N5434 memberikan nilai sebesar 7,86. Mengacu pada
IAEA-TECDOC 317, Quality Control of Nuclear
Medicine Instruments nilai yang baik untuk
Secara keseluruhan bentuk pulsa sama hanya pada 10 kali pencacahan adalah pada rentang 3,32
OP-AMP 2N3967 pulsa bergetar dan tidak stabil 16,92.
sedangkan pada 2N5434 bentuk pulsa akhir-nya
overshoot. Ini karena besar parameter yang
digunakan pada masing-masing JFET tidak persis 3.2.3 Equivalent Noise Charge (ENC)
sama, sehingga pada prakteknya dalam
penggunaan dilakukan copot pasang JFET untuk Derau penguat awal peka muatan biasanya
mendapatkan JFET yang sesuai. ditentukan sebagai full width at half maximum
(FWHM). Parameter Vrms (tegangan derau) harus
dikali 2,35 untuk mengubahnya ke spesifikasi
3.2 Pengujian Alat FWHM.
3.2.1 Tampilan Pulsa Keluaran Penguat
(6)
Alat dibuat pada rangkaian PCB dengan

523
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
PTNBR BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan

Dimana : hasil yang berbeda, untuk perhitungan dengan


E : pulsa masukan dalam keV Vrms, derau FWHM adalah 1,5 keV sedangkan
Vp : pulsa keluaran penguat (mV) perhitungan FWHM dengan MCA adalah 5 keV.
Vrms : tegangan derau (mV) Hal ini dimungkinkan karena perbedaan penguat
yang digunakan. Simulator ISIS Proteus
Vrms Vin Vout FWHM membantu memprediksikan hasil pada rangkaian
(mV) (keV) (mV) (keV, Si) sebenarnya, pada kenyataannya di lapangan besar
2.3 1000 3600 1.50 komponen yang digunakan pada rangkaian bisa
berbeda karena banyak faktor yang mempengaruhi
kestabilan alat seperti kerapihan PCB, peletakan
Pengujian lainnya untuk mengukur derau ialah
komponen, derau, dan lain sebagainya.
dengan menggunakan MCA dan spektrum yang
terbentuk nanti dilihat besar FWHM-nya.
5. DAFTAR PUSTAKA

1. IAEA, Distant Learning Module of The


Regional Training Course On Radiation
Interactions : Nuclear Electronics CD 1 Vers.
2.0.
2. IAEA-TECDOC 317, Quality Control
of Nuclear Medicine Instruments,
Vienna,(1984) 111 112.
Gambar 15. FWHM pada spektrum menggunakan 3. KNOLL, GLENN F. :Radiation
MCA untuk penguat awal peka muatan Detection and Measurement, John Wiley &
Sons, Michigan (1988).
4. LIUSMAN, T.R.:X-ray and Gamma
Pengujian derau dengan kedua metode
Spectroscopy Development by Using Silicon
menunjukkan hasil yang berbeda, untuk
PIN Photo diode Detector, Final Report on
perhitungan dengan Vrms, derau FWHM adalah
Research Activity at JAERI, Tokyo (2000).
1,5 keV sedangkan perhitungan FWHM dengan
5. ORTEC : Preamplifier Introduction.
MCA adalah 5 keV. Hal ini dimungkinkan karena
Ametek.
perbedaan penguat yang digunakan. Untuk MCA,
6. Technical Information: Characteristics
penguat berada dalam satu modul MCA yang sama
and Use of Charge Amplifier. Hamamatsu
sedangkan saat menghitung FWHM dengan Vrms
(2001).
menggunakan modul penguat terpisah yang
dipasang pada BIN. ENC/ FWHM dengan
menggunakan MCA pun lebih besar hasilnya
karena menggunakan detektor yang masih
terpasang dengan penguat awal peka muatan
sehingga derau dari pemasangan detektor
berpengaruh.

4. KESIMPULAN

ISIS Proteus sebagai simulator mampu


mensimulasikan kerja alat penguat awal peka
muatan dengan baik. Parameter-parameter yang
disimulasikan menunjukkan kesamaan perilaku
dengan rangkaian sebenarnya, seperti perubahan
kapasitor umpan balik, coil, dan JFET. Alat yang
dibuat pun dapat berfungsi dengan baik dilihat dari
hasil pengujian alat yang mampu membentuk
spektrum radiasi Gamma Co-60. Kestabilan sistem
pencacah menunjukkan hasil yang baik terlihat
dari besar nilai Chi Squared Test ( ) 7,86. Nilai
ini masih berada dalam rentang 3,32 16,92 yang
diharapkan. Pengujian derau FWHM dengan
metode perhitungan Vrms dan MCA menunjukkan

524

Anda mungkin juga menyukai