Abstract
X-ray interaction with matter can produce phenomenon of fluorescence that emits visible light. This
phenomenon was exploited to design an x-ray detector based on phototransistor by attaching a screen
ZnS(Ag) on the surface of the phototransistor which is arraponged in a Darlington circuit. Detection
of active region of detector was done by collimating of x-rays beam from the x-ray generator tube
Philips 2000 watts, 60 kV type PW 2215/20 NR 780 026 and measure the detector output voltage (Vout)
at change in x-ray intensity . The experimental results showed that the Darlington circuit can be
applied to design the detector of x-ray based on phototransistor. Sensitivity of detector used 0,037 mV
and offset 130 mV.
Keywords: Detector , Phototransistor , X-ray , Screen ZnS ( Ag )
Abstrak
Interaksi sinar-x dengan materi dapat menghasilkan gejala fluoresensi yang mengemisikan cahaya
tampak. Fenomena ini dimanfaatkan untuk merancang detektor sinar-x berbasis fototransitor dengan
menempelkan layar pemendar ZnS(Ag) di permukaan fototransistor yang disusun dalam rangkaian
Darlington. Pengukuran sensitivitas detektor dilakukan dengan langkah mengkolimasi berkas sinar-x
dari tabung pembangkit sinar-x Philips 2000 watt, 60 kV tipe PW 2215/20 NR 780026 dan mengukur
tegangan keluaran detektor (Vout) terhadap perubahan intensitas sinar-x. Berdasarkan hasil
eksperimen menunjukkan bahwa rangkaian Darlington dapat diterapkan untuk merancang detektor
sinar-x berbasis fototransistor. Sensitivitas detektor didapatkan sebesar 0,037 mV dan gelinciran 130
mV.
Kata kunci: Detektor, fototransistor, Sinar-X, Layar ZnS(Ag)
memancarkan sinar radiasi tunggal, dan cukup besar serta memiliki efisiesi yang
detektor yang digabungkan bersama rendah. Berikutnya adalah detektor
sehingga detektor selalu menghadap sumber. semikonduktor yang memiliki keuntungan
Generasi kedua memiliki sebuah larik (1) respon yang bervariasi secara linear
detektor menghadap satu sumber, jumlah terhadap energi yang disimpan di detektor
rotasi dikurangi dengan penggunaan dan tidak tergantung pada jenis radiasi yang
beberapa pencil beams dan mengggunakan menyimpan energi, (2) penyerapan energi
beberapa detektor. Generasi ketiga salah diabaikan pada muka detektor, (3) resolusi
satu jenis scanner yang paling populer, energi yang sangat baik, (4) pembentukan
memiliki sejumlah detektor yang terletak di pulsa dengan waktu naik cepat, dan (5)
busur konsentris ke sumbernya. Ukuran ukuran detektor kecil (Hendee, Ritenour, &
detektor cukup besar, gerak linier Hoffmann, 2003). Sifat sinar-x yang
dihilangkan sehingga secara signifikan mampu mengionkan atom suatu bahan yang
mengurangi waktu akuisisi data. Generasi dikenainya yang kemudian mengemisikan
keempat dimana sumber diatur tetap dan foton, atau dapat menimbulkan gejala
sejumlah besar detektor dipasang pada fluoresensi pada suatu bahan tertentu.
cincin sehingga detektor membentuk cincin Dengan memanfaatkan gejala fluoresensi
tertutup dan tetap diam selama scanning yang umumnya menghasilkan cahaya
sinar radiasi menyapu objek. Salah satu tampak, maka tentunya kita dapat
keuntungan dari scanner generasi keempat menggunakan detektor cahaya sebagai basis
adalah jarak antara sampel yang berdekatan untuk mendeteksi sinar-x (Rahman, 2012).
dalam proyeksi ditentukan semata-mata oleh Gejala fluoresensi pada sinar-x akan sangat
di mana tingkat pengukuran dilakukan optimal jika bahan yang digunakan sebagai
(Abdullah et al., 2008). Semakin tinggi pemendar adalah bahan yang sangat sensitif
generasinya, jumlah detektor yang terhadap sinar-x. Salah satu jenis dari
digunakan semakin banyak sehingga fotodetektor adalah fototransistor yang
membutuhkan detektor yang lebih sensitif terbuat dari bahan semikonduktor p-n yang
terhadap radiasi sinar-x dan ukuran yang juga dapat menghasilkan arus listrik atau
lebih kecil. Detektor sinar-x yang biasa tegangan listrik dan sekaligus dapat
digunakan saat ini adalah detektor isian gas, menguatkan arus listrik tersebut. Arus yang
seperti Detektor Ionisasi dan Detektor dibangkitkan fototransistor jauh lebih besar
Geiger Muller (Grupen, 2011). Detektor ini daripada arus yang dibangkitkan fotodioda.
terdiri dari dua elektroda, elektroda positif Dengan kata lain, fototransistor lebih sensitif
dan elektroda negatif, serta berisi gas daripada fotodioda(Fraden, 2013). Pada
diantara kedua elektrodanya. Elektroda dasarnya fototransistor peka terhadap
positif disebut sebagai anoda, yang perubahan cahaya, sedangkan sinar-x itu
dihubungkan ke kutub listrik positif, sendiri bukan merupakan cahaya tampak.
sedangkan elektoda negatif disebut sebagai Oleh karena itu diperlukan layar pemendar
katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif. yang apabila berinteraksi dengan sinar-x
Detektor ini berbentuk silinder dengan akan menghasilkan gejala fluoresensi yang
sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan mengemisikan cahaya tampak. Salah satu
dinding silindernya sebagai katoda. Detektor bahan yang sangat peka dan mampu
isian gas memiliki konstruksi yang cukup memendarkan gelombang elektromegnetik
sederhana, namun memiliki dimensi yang yang berfrekuensi tinggi terutama sinar-x
adalah Silver-Activated Zinc Sulfide, atau Yogyakarta. Bahan yang dibutuhkan adalah
ZnS(Ag). Cahaya tampak inilah yang akan ZnS (Ag) sebagai layar pemendar, transistor
dideteksi oleh fototransistor dan keluaran 2N2369, fototransistor 3 mm. Peralatan
detektor dapat diukur baik berupa arus (i) yang digunakan meliputi Generator sinar-x
maupun tegangan (Vout). Untuk memberikan dari alat XRD Shimadzu XD-300 lengkap
informasi yang lebih berarti perlu dilakukan dengan Trafo pembangkit dan sistem
digitasi hasil keluaran detektor pendinginnya Shimadzu CWK-3500. Tabung
menggunakan konverter yang biasa disebut pembangkit sinar-x Philips 2000 watt, 60 kV
dengan istilah ADC (Analog to Digital dengan tipe PW 2215/20 NR.780026.
Converter). Perubahan sinyal analog yang Surveimeter, Analog to Digital Converter
dihasilkan detektor fototransistor menjadi 10 bit yang terdapat pada Arduino UNO R3,
nilai digital. Dengan perubahan besaran dan Komputer (PC) berfungsi untuk menulis
analog menjadi digital diharapkan dapat program serta menampilkan hasil data
memberikan manfaat yang lebih terutama analog yang dirubah dalam bentuk digital
dapat diproses oleh computer (PC). menggunakan ADC. Rangkaian yang
Fotoransistor banyak ditemukan dipasaran digunakan dalam penelitian seperti
baik yang berukuran 5 mm bahkan 3 mm ditunjukkan pada Gambar 1.
dengan harga yang relatif murah. Pada
penelitian ini digunakan fototransistor yang
berukuran 3 mm yang relatif lebih kecil.
Pada CT Scan terdapat larik detektor dalam
jumlah banyak untuk menangkap radiasi
sinar-x. Karena menggunakan larik detektor,
maka diperlukan detektor yang berukuran
kecil agar tiap larik dapat memuat banyak
detektor. Dengan dimensi fototransistor
yang relatif lebih kecil yaitu 3 mm untuk 1
sel dan sensitifitas yang lebih tinggi Gambar 1. Rangkaian Tipe Darlington
dibandingkan dengan fotodioda diharapkan (Kusminarto and Susilo, 2004)
dapat digunakan sebagai detektor sinar-x
pada CT-Scan. Untuk itu dilakukan Rangkaian ini digunakan untuk
penelitian penentuan sensitivitas detektor merancang detektor fototransistor yang
sinar-x berbasis fototransistor yang didekati didekatkan layar pemendar ZnS (Ag) untuk
oleh layar pemendar ZnS(Ag). Penelitian ini mendeteksi sinar-x dengan keluaran berupa
guna menentukan sensitivitas fototransistor tegangan (Vout) yang selanjutnya
yang didekatkan layar pemendar ZnS (Ag), dihubungkan pada ADC untuk
dengan diperolehnya informasi ini mengkonversi nilai analog menjadi nilai
diharapkan kedepannya fototransistor dapat digital. Detektor yang dirancang terdiri dari
diaplikasi untuk detektor X-ray pada layar pemendar ZnS (Ag) yang didekatkan
Computed Tomography (CT scan). tepat pada muka fototransistor.
Tahap berikutnya adalah pengujian
METODE PENELITIAN sensitivitas detektor terhadap cahaya tampak
Penelitian dilakukan di Laboratorium dikarenakan detektor ini sejatinya
Fisika Citra Jurusan Fisika FMIPA UGM merupakan detektor cahaya. Keluaran
detektor berupa tegangan (Vout) diukur dan Darlington yang diterapkan pada detektor
ditentukan sensitivitasnya terhadap serta untuk memastikan fototransistor yang
perubahan intensitas sinar-x. Pengukuran digunakan dalam keadaan baik. Pengujian
sensitivitas detektor terhadap sinar-x dilakukan dengan memvariasikan intensitas
ditampilkan pada layar komputer (PC), cahaya yang diterima oleh detektor dengan
seperti ilustrasi Gambar 2. cara mengubah tegangan yang diberikan
pada lampu menggunakan Variac.Detektor
dipasang pada posisi tetap yaitu 93 cm dari
sumber cahaya. Intensitas cahaya yang
dikeluarkan oleh lampu diukur
menggunakan Luxmeterdigital. Hasil
menunjukkan bahwa detektor dapat bekerja
dengan baik untuk setiap perubahan
intensitas cahaya yang diberikan dengan
tegangan keluaran maksimum yaitu
(9,85±0,01) V pada intensitas cahaya 377,1
lux. Hubungan antara intensitas cahaya yang
Gambar 2. Ilustrasi pengukuran sensitivitas diterima fototransistor dengan tegangan
detektor sinar-x keluaran yang dihasilkan detektor
ditunjukkan pada Gambar 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil eksperimen sensitivitas
detektorterhadap cahaya tampak ditunjukkan
pada Tabel 1 dan sensitivitas detektor
terhadap perubahan intensitas sinar-x
ditunjukkan pada Tabel 2.
diberikan dengan tegangan keluaran yang Tegangan keluaran minimum adalah sebesar
dihasilkan. Persamaan garis yang diperoleh 0,17 V dengan standar deviasi 0,03 V,
adalah y = 0,026X + 0,48 dimana y sedangkan nilai maksimum sebesar 0,87 V
menyatakan tegangan keluaran detektor dengan standar deviasi 0,07 V. Untuk
(Vout)dan X adalah intensitas cahaya mengetahui sensitivitas detektor atau
(I).Persamaan ini dapat kita tulis menjadi karakteristik dari detektor sinar-x yang telah
Vout = 0,026 I + 0,48 sehingga didapatkan dirancang, diplot hubungan antara intensitas
nilai sensitivitas detektor terhadap cahaya sinar-x terhadap tegangan keluaran detektor
tampak adalah 0,026 volt/lux dengan fototransistor, ditunjukkan pada Gambar 4.
offset(gelinciran) 0,48 volt. Hasil ini
menunjukkan bahwa rangkaian Darlington
yang digunakan pada detektor dapat
diterapkan, serta detektor berada dalam
keadaan baik. Untuk mengembangkan
fototransistor sebagai detektor sinar-x perlu
diperhatikan bahwa intensitas cahaya yang
terukur oleh fototransistor benar berasal dari
proses interaksi antara sinar-x dengan layar
pemendar, sehingga dalam pengambilan
data detektor fototransistor perlu ditutup
guna meminimalisir cahaya lain yang
terukur oleh detektor.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa detektor fototransistor yang didekati
layar pemendar ZnS(Ag) memiliki
sensitivitas 0,037 mV dan gelinciran 130
mV. Detektor yang dirancangmampu
menghasilkan tegangan keluaran yang cukup
besar dari mV sampai V dan mampu
mendeteksi sinar-x dengan kemapuan yang
baik sehingga membuka peluang untuk
dapat diaplikasikan pada bidang medis
khususnya dan dosimeter radiasi sinar-x
umumnya.