Anda di halaman 1dari 149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI RADIOGRAFI X-RAY PADA REFLEKTOR KOLIMATOR UNTUK


KOMPONEN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian


Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Oleh:
RICKY FAJAR ADIPUTRA
NIM : 155214118

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

X-RAY RADIOGRAPHY TESTING ON REFLECTOR COLLIMATOR


FOR BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY COMPONENT

THESIS

As a Partial Fullfilment of the Requirement


to Obtained the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering

By :
RICKY FAJAR ADIPUTRA
STUDENT NUMBER : 155214118

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM


FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2019

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) adalah metode terapi kanker yang
potensial untuk dikembangkan. BNCT bekerja dengan menggunakan sinar neutron
dengan kriteria tertentu untuk diarahkan menggunakan kolimator pada sel kanker.
Pada kolimator terdapat reflektor kolimator yang berfungsi merefleksikan sinar
neutron kembali pada bagian dalam kolimator. Karena fungsinya yang penting,
perlu dilakukan uji tak rusak (NDT) untuk mengetahui kualitas reflektor kolimator
menggunakan teknik radiografi x-ray. Tujuan dari penelitian ini diantaranya: Untuk
mengetahui proses pengujian radiografi x-ray dan standar yang digunakan dalam
pengujiannya, untuk mengetahui struktur bagian dalam dari reflektor kolimator dan
mendeteksi diskontinuitas yang terdapat pada reflektor kolimator, dan untuk
mengetahui homogenitas reflektor kolimator.
Reflektor kolimator yang diuji pada penelitian ini berjumlah 12 segmen,
diuji dengan dua tahapan pengujian. Uji radiografi dilakukan dengan mesin
Industrial X-ray bertegangan 80-30 kV dengan teknik Double Wall Single Image
(DWSI) dan menggunakan film radiografi AGFA D7. Setelah dilakukan uji
radiografi, dilakukan pengolahan film radiografi berupa kriteria keberterimaan
menurut ASME V, analisa homogenitas, dan analisa diskontinuitas.
Dari hasil pengujian ditentukan bahwa hampir seluruh film radiografi tidak
memenuhi kriteria keberterimaan ASME V dengan rentang nilai densitas rata-rata
yang berada di bawah rentang nilai yang disyaratkan (1,5-4) dan rentang variasi
densitas yang melebihi atau kurang dari nilai yang disyaratkan (-15%-30%). Dari
hasil pembacaan film radiografi, ditemukan diskontinuitas dengan tipe hot tears,
shrinkage, dan porositas pada beberapa kolimator. Analisa homogenitas
menunjukkan seluruh reflektor kolimator yang diuji tidak homogen karena rentang
nilai densitas dengan densitas rata-rata tidak memenuhi kriteria yang ditentukan
sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih detail.

Kata Kunci: BNCT, DWSI, hot tears, NDT, porositas,radiografi x-ray, shrinkage

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) is a potential cancer therapeutic


methods to be developed. BNCT is working by using neutron beams with certain
criteria to be direct with collimator on cancer cells. On this collimator there is a
functioning reflector to reflects back the neutron beam inside the collimator.
Because its functions are important, nondestructive test (NDT) needed to know the
quality of reflector collimator using the x-ray radiography technique. The goals of
this research are: to know the process of testing x-ray radiography and standards
used, to know the structure inside of the reflector collimator and detecting a
discontinuity in reflector collimator, and to determine reflector collimator
homogeneity.
Reflector kolimator tested in this study amounts to 12 segments, tested with
two stages of radiography testing. Radiography processed by industrial x-ray
machine with 80-30 kV voltage with Double Wall Single Image technique (DWSI)
and AGFA radiography film using the D7. After the test was done, radiographic
film inspected with acceptance criteria according to ASME V, homogeneity
analysis, and discontinuity analysis.
From the test results it was determined that nearly all film radiography did
not meet the acceptance criteria of the ASME V with the range of average density
value that is below the required value range (1.5-4) and the range of variation of the
density that exceeds or less than the value required (-15%-30%). From the results
of the interpretate of the film radiography, discovered a discontinuity with the type
of hot tears, shrinkage, and porosity on some kolimator. Homogeneity analysis
shows the entire reflector kolimator tested is not homogenous because the range of
density values with an average density of does not meet the specified criteria, with
the result, the specified research must be applied.

Keywords: BNCT, DWSI, hot tears, NDT, porosity, x-ray radiography, shrinkage

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan perlindungan-Nya, serta kasih dan segala bimbingan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Tugas akhir berjudul “Uji
Radiografi X-ray pada Reflektor Kolimator Untuk Komponen Boron Neutron
Capture Therapy” yang telah diselesaikan oleh penulis merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Teknik Mesin, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan
tugas akhir ini penulis tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan dukungan serta
bimbingan dari orang-orang disekitar penulis. Oleh karena itu, melalui tulisan ini
dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Sanata Dharma.
3. Budi Setyahandana, M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir 1
4. Prof. Ir. Yohannes Sardjono, APU selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir 2
5. Bapak Sigit Santosa dan Tim Penguji PSMN selaku pembimbing selama
pengujian di lapangan
6. Stefan Mardikus, M.T. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, yang
telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama
perkuliahan.
8. Orang tua, saudara serta semua keluarga yang selalu memberikan
bantuan, dukungan serta fasilitas selama menyelesaikan perkuliahan dan
tugas akhir ini.
9. Bima, Deo, Erasmus, Alfian yang selalu memberikan dukungan serta
waktu dan tenaga menjadi teman dalam penyelesaian tugas akhir ini.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

TITLE PAGE ......................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 2

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II .................................................................................................................... 4

2.1 Dasar Teori ............................................................................................... 4

2.1.1 Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) ........................................ 4

2.1.2 Beam Shaping Assembly (BSA) atau Kolimator ............................... 6

2.1.3 Bahan dan Teknik Pembuatan Reflektor Kolimator ......................... 8

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1.4. Centrifugal Casting ........................................................................... 9

2.1.5 Uji Tak Rusak (Non Destructive Testing) ....................................... 13

2.1.6 Radiasi Sinar-X ............................................................................... 15

2.1.7 Uji Radiografi X-ray ....................................................................... 18

2.1.8 Peralatan Pengujian Radiografi Sinar-X ......................................... 20

2.1.9 Film radiografi ................................................................................ 23

2.1.10 Parameter Pengujian Radiografi ..................................................... 28

2.2 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 37

BAB III ................................................................................................................. 39

3.1 Alur Penelitian ............................................................................................. 39

3.2 Objek Penelitian .......................................................................................... 40

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41

3.4 Alat dan Alat Pendukung Penelitian ........................................................... 42

3.4.1 Mesin Industrial X-ray Rigaku Radioflex 250 EGM (Pengujian I)...... 42

3.4.2 Mesin Industrial X-ray Revo 300D (Pengujian II) ............................... 45

3.4.3 Peralatan pendukung ............................................................................. 46

3.4.4 Peralatan Proteksi Radiasi .................................................................... 51

3.5 Persiapan sebelum pemaparan ..................................................................... 53

3.5.1 Persiapan peralatan dan benda uji ......................................................... 53

3.5.2 Penentukan teknik pemaparan .............................................................. 54

3.5.3 Penentukan tegangan tabung (kV) ........................................................ 55

3.5.4 Penentukan jarak sumber terhadap film minimal (SFDmin) .................. 55

3.5.5 Penentukan waktu penyinaran menurut grafik exposure chart ............ 57

3.5.6 Penentukan IQI (penetrameter) dan Lokasi IQI ................................... 59

3.6 Pemaparan (shooting) .................................................................................. 60

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.7 Pencucian dan Pembacaan Film .................................................................. 61

3.7.1 Pencucian Film ..................................................................................... 61

3.7.2 Pembacaan Film .................................................................................... 62

3.7.2.2 Analisa Keberterimaan Film menurut ASME V................................ 62

3.7.2.3 Analisa Homogenitas ......................................................................... 63

3.7.2.4 Interpretasi film.................................................................................. 63

BAB IV ................................................................................................................. 64

4.1. Pengujian Tahap I ................................................................................... 64

4.2 Pengujian Tahap II ................................................................................... 72

4.3 Pembahasan ...................................................................................... 120

BAB V................................................................................................................. 124

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 124

5.2 Saran .................................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 125

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter Kualitas Neutron Menurut IAEA (IAEA, 2001) ................... 7
Tabel 2.2 Klasifikasi Film Radiografi Menurut AGFA (GE Inspection
Technologies, 2006) .............................................................................................. 25

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Rigaku Radioflex 250 EGM2 .................................. 44


Tabel 3.2 Spesifikasi Mesin Industrial X-ray Revo 300D .................................... 46
Tabel 3.3 Geometric Unsharpness Limitations ..................................................... 55
Tabel 3.4 Geometric Unsharpness Limitations ..................................................... 56
Tabel 3.5 IQI Selection ......................................................................................... 59
Tabel 3.6 Wire IQI Designation, Wire Diameter, and Wire Identity ................... 60
Tabel 3.7 Geometric Unsharpness Limitations ..................................................... 62

Tabel 4.1 Pengukuran Densitas KLM 01 0-1 A.................................................... 65


Tabel 4.2 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 A ........................................ 66
Tabel 4.3 Pengukuran Densitas KLM 01 0-1 B .................................................... 67
Tabel 4.4 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 B ........................................ 68
Tabel 4.5 Pengukuran Densitas KLM 01 1-2 A.................................................... 69
Tabel 4.6 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 1-2 A ........................................ 69
Tabel 4.7 Pengukuran Densitas KLM 01 1-2 B .................................................... 70
Tabel 4.8 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 A ........................................ 71
Tabel 4.9 Nilai densitas film K01 0-1 A ............................................................... 73
Tabel 4.10 Kriteria Keberterimaan Film K01 0-1 A menurut ASME V .............. 74
Tabel 4.11 Nilai densitas film K01 0-1 B ............................................................. 75
Tabel 4.12 Kriteria Keberterimaan Film K01 0-1 B menurut ASME V ............... 76
Tabel 4.13 Nilai densitas film K01 1-2 A ............................................................. 77
Tabel 4.14 Kriteria Keberterimaan Film K01 1-2 A menurut ASME V .............. 78
Tabel 4.15 Nilai densitas film K01 1-2 B ............................................................. 79
Tabel 4.16 Kriteria Keberterimaan Film K01 1-2 B menurut ASME V ............... 80
Tabel 4.17 Nilai densitas film K01 2-3 A ............................................................. 81

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.18 Kriteria Keberterimaan Film K01 2-3 A menurut ASME V .............. 82
Tabel 4.19 Nilai densitas film K01 2-3 B ............................................................. 83
Tabel 4.20 Kriteria Keberterimaan Film K01 2-3 B menurut ASME V ............... 84
Tabel 4.21 Nilai Densitas Rata-Rata K01 ............................................................. 85
Tabel 4.22 Nilai densitas film K02 0-1 A ............................................................. 86
Tabel 4.23 Kriteria Keberterimaan Film K02 0-1 A menurut ASME V .............. 87
Tabel 4.24 Nilai densitas film K02 0-1 B ............................................................. 88
Tabel 4.25 Kriteria Keberterimaan Film K02 0-1 B menurut ASME V ............... 89
Tabel 4.26 Nilai densitas film K02 1-2 A ............................................................. 90
Tabel 4.27 Kriteria Keberterimaan Film K02 1-2 A menurut ASME V .............. 91
Tabel 4.28 Nilai densitas film K02 1-2 B ............................................................. 92
Tabel 4.29 Kriteria Keberterimaan Film K01 1-2 B menurut ASME V ............... 93
Tabel 4.30 Nilai densitas film K02 2-3 A ............................................................. 94
Tabel 4.31 Kriteria Keberterimaan Film K02 2-3 A menurut ASME V .............. 95
Tabel 4.32 Nilai densitas film K02 2-3 B ............................................................. 96
Tabel 4.33 Kriteria Keberterimaan Film K02 2-3 B menurut ASME V ............... 97
Tabel 4.34 Nilai densitas film K02 3-0 A ............................................................. 98
Tabel 4.35 Kriteria Keberterimaan Film K02 3-0 A menurut ASME V .............. 99
Tabel 4.36 Nilai densitas film K02 3-0 B ........................................................... 100
Tabel 4.37 Kriteria Keberterimaan Film K02 3-0 B menurut ASME V ............. 101
Tabel 4.38 nilai densitas rata-rata film Kolimator 2 ........................................... 102
Tabel 4.39 Nilai densitas film K05 0-1 A ........................................................... 103
Tabel 4.40 Kriteria Keberterimaan Film K05 0-1 A menurut ASME V ............ 104
Tabel 4.41 Nilai densitas film K05 0-1 B ........................................................... 105
Tabel 4.42 Kriteria Keberterimaan Film K05 0-1 B menurut ASME V ............. 106
Tabel 4.43 Nilai densitas film K05 1-2 A ........................................................... 107
Tabel 4.44 Kriteria Keberterimaan Film K05 1-2 A menurut ASME V ............ 108
Tabel 4.45 Nilai densitas film K051-2 B ............................................................ 109
Tabel 4.46 Kriteria Keberterimaan Film K05 1-2 B menurut ASME V ............. 110
Tabel 4.47 Nilai densitas film K05 2-3 A ........................................................... 111
Tabel 4.48 Kriteria Keberterimaan Film K05 2-3 A menurut ASME V ............ 112

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.49 Nilai densitas film K05 2-3B ............................................................ 113


Tabel 4.50 Kriteria Keberterimaan Film K05 2-3 B menurut ASME V ............. 114
Tabel 4.51 Nilai densitas film K05 3-0 A ........................................................... 115
Tabel 4.52 Kriteria Keberterimaan Film K053-0 A menurut ASME V ............. 116
Tabel 4.53 Nilai densitas film K05 3-0 B ........................................................... 117
Tabel 4.54 Kriteria Keberterimaan Film K05 3-0 B menurut ASME V ............. 118
Tabel 4.55 Nilai Densitas Film K05 ................................................................... 119

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi yang terjadi pada metode BNCT (Barth, dkk., 2005) ............. 4
Gambar 2.2 Alat BNCT menggunakan cyclotron (RSNI 3, 2017) ......................... 5
Gambar 2.3 Skema Beam Shaping Assembly (BSA) (Bavarnegin, dkk., 2017) .... 6
Gambar 2.4 Nikel murni sebagai bahan untuk kolimator BNCT (Mujiyono, dkk.,
2018) ....................................................................................................................... 8
Gambar 2.5 Mesin Centrifugal Casting Horizontal untuk Pembuatan Reflektor
Kolimator (Mujiyono, dkk., 2018) ........................................................................ 10
Gambar 2.6 Hot tears (Hellier, 2003).................................................................... 11
Gambar 2.7 Shrinkage porosity (Hellier, 2003) .................................................... 12
Gambar 2.8 Gas porosity (Hellier, 2003) .............................................................. 13
Gambar 2.9 Inclusion (Hellier, 2003) ................................................................... 13
Gambar 2.10 Spektrum elektromagnetik (GE Inspection Technologies, 2006) ... 16
Gambar 2.11 Intensitas yang datang dan intensitas yang ditransmisikan (IAEA,
1992) ..................................................................................................................... 18
Gambar 2.12 Diagram skematik dari pengujian radiografi X-ray (Noorzhalena,
dkk.) ...................................................................................................................... 19
Gambar 2.13 Skema tabung X-ray secara umum (Hellier, 2003) ......................... 20
Gambar 2.14 Grafik Intensitas terhadap Panjang Gelombang X-ray (Halmshaw,
1996) ..................................................................................................................... 23
Gambar 2.15 Susunan Lapisan Film Radiografi (GE Inspection Technologies,
2006) ..................................................................................................................... 24
Gambar 2.16 Struktur film berbutir lambat (a) dan film berbutir cepat (b)
(Kurniawan, 2017) ................................................................................................ 24
Gambar 2.18 Kontras Radiografi (diambil dari https://eis.hu.edu.jo)................... 26
Gambar 2.19 Definisi Radiografi (diambil dari https://eis.hu.edu.jo) .................. 27
Gambar 2.20 Contoh exposure chart (Hellier, 2003) ............................................ 29
Gambar 2.21 Geometric Unsharpness (Kim-Tsew, 2015) .................................... 31
Gambar 2.22 Jenis-Jenis IQI (GE Inspection Technologies, 2006) ...................... 32

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.23 Teknik pemaparan dengan single wall, single image (Halmshaw,
1996) ..................................................................................................................... 33
Gambar 2.24 Teknik pengujian double wall single image (Hellier, 2003) ........... 34
Gambar 2.25 Teknik pengujian double wall double image (Hellier, 2003).......... 35

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian.................................................................... 39


Gambar 3.2 Reflektor Kolimator .......................................................................... 40
Gambar 3.3 Skema reflektor kolimator ................................................................. 41
Gambar 3.4 Tabung X-ray Rigaku Radioflex 250 EGM2 .................................... 42
Gambar 3.5 Box Controller Rigaku Radioflex 250 EGM2................................... 43
Gambar 3.6 Power Supply .................................................................................... 44
Gambar 3.7 Mesin Industrial X-ray EVO 300D ................................................... 45
Gambar 3.8 Controller Mesin Industrial X-ray Evo 300D ................................... 45
Gambar 3.9 Exposure chart Rigaku Radioflex 250 EGM2................................... 47
Gambar 3.10 Exposure chart Evo 300D ............................................................... 47
Gambar 3.11 IQI ASTM 1B ................................................................................. 48
Gambar 3.12 Film radiografi AGFA D7 ............................................................... 48
Gambar 3.13 Jangka Sorong ................................................................................. 49
Gambar 3.14 Marking Tip..................................................................................... 49
Gambar 3.15 Lead Marker X-ray .......................................................................... 49
Gambar 3.16 Densitometer ................................................................................... 50
Gambar 3.17 Film Viewer..................................................................................... 50
Gambar 3.18 Tangki untuk larutan Developer, Fixer, dan Stopbath .................... 51
Gambar 3.19 Dryer................................................................................................ 51
Gambar 3.20 Surveymeter .................................................................................... 52
Gambar 3.21 Pocket Dosimeter ............................................................................ 52
Gambar 3.22 Tanda Radiasi dan tali kuning ......................................................... 53
Gambar 3.23 Menempelkan identifikasi dan film pada Kolimator....................... 54
Gambar 3.24 Mengukur SFD dengan meteran ..................................................... 54
Gambar 3.25 Exposure Chart Revo 300D ............................................................ 58
Gambar 3.26 Skema Pemaparan Reflektor Kolimator .......................................... 61

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.1 KLM01 0-1 A .................................................................................... 65


Gambar 4.2 KLM-01 posisi 0-1 B ........................................................................ 66
Gambar 4.3 KLM 01 1-2 A ................................................................................... 68
Gambar 4.4 KLM01 1-2 B .................................................................................... 70
Gambar 4.5 K01 0-1 A .......................................................................................... 73
Gambar 4.6 K01 0-1 B .......................................................................................... 75
Gambar 4.7 K01 1-2 A .......................................................................................... 77
Gambar 4.8 K01 1-2 B .......................................................................................... 79
Gambar 4.9 K01 2-3 A .......................................................................................... 81
Gambar 4.10 K01 2-3 B ........................................................................................ 83
Gambar 4.11 K02 0-1 A ........................................................................................ 86
Gambar 4.12 K02 0-1 B ........................................................................................ 88
Gambar 4.13 K02 1-2 A ........................................................................................ 90
Gambar 4.14 K02 1-2 B ........................................................................................ 92
Gambar 4.15 K02 2-3 A ........................................................................................ 94
Gambar 4.16 K02 2-3 B ........................................................................................ 96
Gambar 4.17 K02 3-0 A ........................................................................................ 98
Gambar 4.18 K02 3-0 B ...................................................................................... 100
Gambar 4.19 K05 0-1 A ...................................................................................... 103
Gambar 4.20 K05 0-1 B ...................................................................................... 105
Gambar 4.21 K05 1-2 A ...................................................................................... 107
Gambar 4.22 K05 1-2 B ...................................................................................... 109
Gambar 4.23 K05 2-3 A ...................................................................................... 111
Gambar 4.24 K05 2-3 B ...................................................................................... 113
Gambar 4.25 K05 3-0 A ...................................................................................... 115
Gambar 4.26 K05 3-0 B ...................................................................................... 117
Gambar 4.27 Hot tears pada Kolimator 1 sisi 1-2 A ........................................... 121
Gambar 4.28 Hot tears pada Kolimator 1 sisi 1-2 B ........................................... 121
Gambar 4.29 Porositas pada Kolimator 5 sisi 2-3 B ........................................... 122
Gambar 4.30 Porositas pada Kolimator 5 sisi 3-0 B ........................................... 122

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.31 Shrinkage pada Kolimator 5 sisi 0-1 B ......................................... 122


Gambar 4.32 Shrinkage pada Kolimator 5 sisi 3-0 A ......................................... 123

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
yang tidak terkendali dan penyebaran sel abnormal. Jika penyebaran tidak
dikendalikan, dapat mengakibatkan kematian. Sekitar 606.880 warga Amerika
diperkirakan akan mati karena kanker pada tahun 2019 yang berarti sekitar 1.660
kematian per hari. Kanker adalah penyebab kematian terbesar kedua di Amerika
setelah penyakit jantung (American Cancer Society, 2019). Sekitar 70% kematian
karena kanker terjadi pada masyarakat kelas menengah ke bawah.
Kematian karena kanker diproyeksikan akan mencapai 13,1 juta pada tahun
2030 (WHO, 2015). Pada perkembangannya telah banyak diterapkan metode terapi
kanker untuk mengatasinya. Salah satu jenis terapi kanker yang potensial yaitu
Boron Neutron Capture Therapy (BNCT). Teknik ini memanfaatkan Boron ( 105B)
untuk menangkap neutron melalui reaksi 10
5B (n, ) 73Li. Alat terapi kanker BNCT
terdiri dari tiga komponen utama yaitu sumber neutron (reaktor, akselerator,
siklotron), moderator, dan kolimator (Priambodo, Nugroho, Palupi, Zailani, &
Sardjono, 2017).
Kolimator terdiri dari beberapa komponen diantaranya: reflektor,
moderator, perisai gamma, dan lubang keluaran. Reflektor kolimator ini berbentuk
tabung dengan material nikel murni (>95%) dibuat menggunakan teknik
centrifugal casting (Mujiyono; dkk, 2018), yaitu suatu metode pengecoran yang
dilakukan dengan cara menuangkan logam cair dalam cetakan yang berputar,
dimana dalam metode ini berpotensi terjadi diskontinuitas seperti retak dan tidak
homogennya struktur bagian dalam material (ASM International, 2008), oleh
karena itu perlu dilakukan uji tak rusak (NDT) untuk mengetahui struktur bagian
dalam dari kolimator tersebut. Pada penelitian ini reflektor kolimator diuji
kelayakannya.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jenis uji tak rusak yang digunakan penulis yaitu X-ray radiografi yang
memanfaatkan radiasi X-ray untuk dipancarkan pada objek. Objek tersebut akan
menyerap X-ray sehingga intensitasnya menjadi berkurang. Perbedaan intensitas
tersebut lalu dicatat menggunakan film untuk melihat cacat pada objek yang diuji
(Halmshaw, 1996). Pada penelitian ini digunakan peralatan industrial X-ray dengan
tegangan 80-300 kV. Setelah film dipaparkan dengan X-ray, film kemudian
diproses di kamar gelap dengan menggunakan larutan fixer, developer dan
stopbath.

1.2 Identifikasi Masalah


Kolimator merupakan komponen vital dari alat terapi kanker BNCT karena
fungsinya untuk mengarahkan neutron yang bersifat acak dan mengkondisikan
fluks neutron epitermal yang berasal dari sumber neutron menjadi fluks neutron
termal yang sesuai untuk penggunaan sistem BNCT. Kolimator BNCT harus dapat
menghasilkan kualitas neutron sesuai parameter IAEA-Tecdoc-1223.2001. Current
Status of Neutron Capture Therapy. International Atomic Energy Agency
Wagramer Strasse 5. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, salah satu komponen
kolimator yaitu reflektor harus lolos uji dengan metode uji tak rusak radiografi X-
ray.

1.3 Rumusan Masalah


Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana proses pengujian radiografi X-ray dan standar yang digunakan?
b. Bagaimana hasil pengujian radiografi X-ray pada reflektor kolimator BNCT?
c. Bagaimana tingkat kelayakan reflektor kolimator BNCT yang dihasilkan?

1.4 Batasan Masalah


Sehubungan dengan luasnya penelitian dan keterbatasan dana dan waktu yang ada,
penulis memberikan batasan penelitian berupa:
a. Reflektor kolimator yang diuji dibuat dengan nikel (>95%)
b. Reflektor kolimator dibuat dengan metode centrifugal casting

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Pengujian menggunakan metode radiografi X-ray


d. Teknik pengujian menggunakan teknik DWSI (double wall single image)
e. Peralatan pengujian menggunakan peralatan industrial X-ray dengan tegangan
80-300 kV
f. Film radiografi yang digunakan film X-ray AGFA D7

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses pengujian radiografi X-ray dan standar yang
digunakan dalam pengujiannya
b. Untuk mengetahui struktur bagian dalam dari reflektor kolimator dan untuk
mengetahui diskontinuitas yang terdapat pada reflektor kolimator
c. Untuk mengetahui homogenitas reflektor kolimator

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Mengetahui proses uji tak rusak dengan metode radiografi X-ray pada bahan
nikel
b. Mengetahui pengaruh centrifugal casting pada bahan nikel
c. Menentukan tingkat kelayakan kolimator
d. Sebagai referensi untuk pengujian radiografi X-ray pada bahan nikel
e. Sebagai referensi untuk pembuatan reflektor kolimator BNCT dengan metode
centrifugal casting

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Boron Neutron Capture Therapy (BNCT)
Saat ini ada beberapa jenis pengobatan yang digunakan untuk mengobati
pasien kanker diantaranya: pembedahan (surgery), radiation therapy, chemo
therapy, immunotherapy, dan targeted cancer therapy. Targeted cancer therapy
adalah jenis kemoterapi khusus yang mengambil keuntungan dari perbedaan antara
sel normal dan sel kanker (Maulana, 2018). Boron Neutron Capture Therapy
(BNCT) merupakan salah satu metode terapi kanker dengan targeted cancer
therapy. Teknik ini memanfaatkan Boron ( 105B) untuk menangkap neutron melalui
reaksi 105B(n, ) 73Li. Produk dari reaksi tersebut aman karena jangkauan energi yang
dihasilkan setara dengan diameter sel (Priambodo, dkk., 2017). Reaksi tersebut
ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Reaksi yang terjadi pada metode BNCT (Barth, dkk., 2005)

Mekanisme BNCT yaitu pertama-tama boron ( 105B) diinjeksikan ke pasien sampai


ke jaringan tumor target dan ketika konsentrasi rasio dari atom 105B dengan jaringan
sehat di sekitarnya cukup besar, pasien akan diiradiiasi dengan sinar neutron
(Fanditis J. , 2018).
BNCT mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan jenis pengobatan
lainnya, diantaranya dapat membunuh sel kanker dan resiko minimal pada sel yang

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sehat tingkat toksiksitas yang rendah dan boron lebih terlokalisasi hanya pada sel
kanker (Susilowati, dkk., 2016). Kelemahan teknik ini adalah ikut terpaparnya
jaringan sehat yang segaris atau sejajar dengan pemukaan sel kanker, terutama yang
lebih dekat dengan sumber radiasi. Terlebih lagi ada atenuasi untuk bagian tubuh
yang lebih dalam sehingga ada variasi distribusi dosis untuk tiap kedalaman yang
berbeda (Muslih, dkk., 2014).
Untuk menunjang fasilitas BNCT, diperlukan sumber neutron dengan
kriteria tertentu. Sumber neutron pada fasilitas BNCT bisa diperoleh dari reaktor
nuklir atau akselerator seperti cyclotron. Cyclotron mengubah partikel proton
menjadi neutron. Perubahan proton menjadi neutron terjadi di target. Material yang
dapat digunakan sebagai target diantaranya beryllium dan lithium (Yuniarti, dkk.,
2016). Skema dari alat BNCT yang menggunakan cyclotron ditunjukkan pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Alat BNCT menggunakan cyclotron (RSNI 3, 2017)


Skema dari alat terapi kanker BNCT yang menggunakan cyclotron pada
Gambar 2.2 dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: A. Fasilitas utama sumber
neutron (cyclotron) dan B. Fasilitas pengarah neutron sampai meja pasien. Neutron
yang digunakan pada alat terapi BNCT ada dua jenis yaitu neutron epitermal
digunakan untuk tumor yang terletak di dalam dan neutron termal digunakan untuk
tumor yang terletak di permukaan kulit (Priambodo, dkk., 2017). Neutron epitermal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah neutron yang memiliki energi dalam rentang antara 0,5 eV hingga 10 keV.
Neutron termal adalah neutron memiliki energi di bawah 0,5 eV (IAEA, 2001).
Neutron yang berasal dari cyclotron diatur untuk dapat memenuhi standar yang
ditentukan dari International Atomic Energy Agency (IAEA). Komponen yang
digunakan untuk memproses berkas sinar neutron adalah Beam Shaping Assembly
(BSA) atau kolimator (Bilalodin, dkk., 2017).

2.1.2 Beam Shaping Assembly (BSA) atau Kolimator


BNCT membutuhkan sinar neutron dengan energi dan intensitas energi
yang cocok dan sinar gamma yang rendah. Untuk mendapatkan sinar tersebut,
diperlukan suatu perangkat Beam Shaping Assembly (BSA). Perangkat ini dipasang
diantara sumber neutron dan pasien. BSA terdiri dari beberapa bagian, diantaranya
moderator neutron, reflektor neutron, filter neutron termal, filter gamma, dan
kolimator (Bavarnegin, dkk., 2017). Skema dari BSA ditunjukkan pada Gambar
2.3.

Gambar 2.3 Skema Beam Shaping Assembly (BSA) (Bavarnegin, dkk., 2017)

Desain kolimator yang sesuai untuk aplikasi BNCT adalah tabung dengan
diameter bagian dalam 16 cm, diameter bagian luar 19 cm dan panjang total 13 cm
dengan 12 buah dengan kemurnian nikel di atas 95% (Mujiyono, dkk., 2018).
Kolimator untuk BNCT harus mampu menghasilkan fluks neutron termal sesuai
dengan parameter kualitas neutron dari IAEA-Tecdoc-1223. 2001. Current Status
of Neutron Capture Therapy. International Atomic Energy Agency Wagramer
Strasse 5, sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 2.1 Parameter Kualitas Neutron Menurut IAEA (IAEA, 2001)

Parameter Satuan
Fluks Neutron epithermal (Фepi) 1.0 x 109 n.cm-2.s-1
Laju dosis neutron cepat/fluks neutron
<2.0 x 10-13 Gy.cm2.n-1
epitermal (Ḋf/Фepi)
Laju dosis gamma/fluks neutron
<2.0 x 10-13 Gy.cm2.n-1
epitermal (ḊƔ/Фepi)
Rasio antara fluks termal dan <0.05
epitermal (Фth/Фepi)
Rasio antara arus neutron total dan >0.7
fluks neutron epitermal (J/Фepi)

BSA didesain dengan tujuan untuk memoderasi neutron berenergi tinggi menjadi
berenergi rendah dan mengeliminasi neutron cepat, neutron termal, dan
kontaminasi gamma sesuai dengan rekomendasi dari IAEA (Fanditis & Nicolau,
2017). BSA mempunyai beberapa bagian diantaranya:
1. Moderator
Moderator digunakan untuk memoderasi neutron cepat menjadi neutron
epitermal (Bilalodin, dkk., 2017). Sebagai contoh bahan yang dapat digunakan
antara lain Al, Fe, MgF2, Al3, 6Li, Fe, 12
C, 27Al, Al+AlF3, dan air berat (RSNI 3,
2017).
2. Reflektor
Reflektor pada kolimator berfungsi untuk merefleksikan berkas ke bagian dalam
kolimator dan mempertahankan intensitas neutron untuk mencapai aperture
(Fanditis & Nicolau, 2017). Sebagai contoh bahan yang dapat digunakan antara
lain PbF, Ni-nat, 208Pb (RSNI 3, 2017)
3. Filter
Filter berfungsi untuk menyerap neutron termal dan neutron cepat sehingga
dapat menghasilkan kriteria berkas sinar sesuai IAEA (Bilalodin, dkk., 2017). 60Ni
biasanya digunakan sebagai filter neutron cepat, sedangkan timbal dan bismuth
digunakan untuk filter gamma ray (Fanditis & Nicolau, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Aperture
Aperture (lubang keluaran) adalah ujung dari kolimator yang berbentuk kerucut.
Bentuk kerucut dari ujung kolimator dimaksudkan untuk memfokuskan berkas dan
menaikkan intensitas berkas (Susilowati, dkk., 2016). Bahan yang dapat digunakan
untuk aperture antara lain Ni, Pb, 91Zr, 6Li2CO3-, polyethylene (RSNI 3, 2017).

2.1.3 Bahan dan Teknik Pembuatan Reflektor Kolimator


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahan terbaik
untuk dinding kolimator nikel, karena nikel memiliki nomor atom yang tidak terlalu
kecil, penurunan fluks neutron yang tidak terlalu besar, dan juga mampu
meningkatkan sedikit spektrum energi neutron (Warfi, dkk., 2016).
Nikel dengan nomor atom 28 termasuk logam transisi dengan golongan VIII
B mempunyai massa jenis padat 8,9 gr/cm3, massa jenis cairan 7,8 gr/cm3, titik leleh
1455 ºC dan titik didih 2913 ºC. Logam yang berpenampilan putih keperakan,
berkilat, keras, mempunyai struktur kristal face centre cubic (fcc) dengan sifat
mudah ditempa dan ditarik. Nikel mempunyai densitas 8,902 g/cm3 pada suhu 25ºC
(Rosenberg, 1968).

Gambar 2.4 Nikel murni sebagai bahan untuk kolimator BNCT (Mujiyono, dkk.,
2018)

Nikel harus melalui proses manufaktur agar dapat digunakan sebagai


reflektor kolimator. Nikel yang digunakan untuk pembuatan reflektor kolimator
pada penelitian ini mempunyai tingkat kemurnian 98,9%, berbentuk persegi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ukuran 3x3 cm2 dan 15x15 cm2 (ditunjukkan pada Gambar 2.4). Nikel ini kemudian
dilebur untuk dilakukan proses pengecoran (Mujiyono, dkk., 2018).
Metode pengecoran yang digunakan untuk produk kolimator
mempengaruhi kekuatan mekanik, mikrostruktur, dan kualitas kolimator
(Nurhadiyanto, dkk., 2017). Teknik pengecoran yang diajukan untuk pembuatan
kolimator ada 3 jenis yaitu: centrifugal casting, investment casting, dan gravity
casting.
Metode pengecoran gravitasi tidak dipilih, meskipun pengecoran ini telah
digunakan oleh banyak industri, karena metode ini memiliki potensi tinggi untuk
cacat karena penuangan logam menggunakan gravitasi seperti cacat porositas atau
celah udara, cacat aliran dan cacat rongga penyusutan (Nurhadiyanto, dkk., 2017).
Sedangkan invesment casting tidak menjadi pilihan karena berat coran yang hanya
terbatas pada 5 kg dan peralatan yang digunakan untuk pengecoran relatif mahal
(Singh, dkk., 2016).

2.1.4. Centrifugal Casting


Centrifugal casting adalah salah satu jenis teknik pengecoran yang
dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke cetakan yang berputar (Gupta,
dkk., 2015). Proses penuangan pada centrifugal casting dilakukan pada saat
cetakannya berputar dengan maksud untuk menambahkan energi pada bahan coran
sehingga dapat terbentuk cetakan (Situngkur, 2009). Centrifugal Casting
memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh rotasi cetakan akan
menyebabkan logam cair yang dituangkan menjauh dari sumbu rotasi dan menuju
jari-jari yang paling jauh dari cetakan dan menghasilkan pengisian yang lebih
lengkap dari rongga cetakan. Oleh karena itu, mesin centrifugal casting harus dapat
memutar cetakan, menerima logam cair, dan membiarkan logam mengeras dalam
cetakan dengan cara yang terkontrol (ASM International, 2008).
Reflektor kolimator yang diuji pada penelitian ini dibuat menggunakan
teknik true centrifugal casting dengan sumbu pemutaran horizontal. Mesin yang
digunakan untuk pembuatan reflektor kolimator pada penelitian ini ditunjukan pada
Gambar 2.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Gambar 2.5 Mesin Centrifugal Casting Horizontal untuk Pembuatan Reflektor


Kolimator (Mujiyono, dkk., 2018)

Kekurangan dari metode ini adalah tekanan pada logam cair juga
menyebabkan logam cair mengalir pada laju yang jauh lebih tinggi daripada
pengecoran gravitasi (ASM International, 2008). Hasil akhir dari centrifugal
casting bergantung pada banyak parameter seperti suhu penuangan, suhu awal
cetakan, kecepatan putar cetakan, komposisi dan jenis material (Ali, 2019).
Kecepatan putar cetakan ditentukan oleh gaya sentrifugal yang dibutuhkan.
Gaya sentrifugal dihitung menggunakan kelipatan gaya gravitasi (G). Mesin
centrifugal casting horisontal biasanya berputar pada 45 sampai 60 G. Pada proses
pengecoran, penuangan harus diperhatikan, jika laju penuangan terlalu lambat dapat
mengakibatkan pembentukan porositas, sementara jika terlalu cepat, dapat
mengakibatkan longitudinal cracking (ASM International, 2008). Suhu penuangan
pada proses centrifugal casting dengan jenis pengecoran lainnya adalah relatif
sama.

2.1.4.2 Diskontinuitas dan Homogenitas Pada Casting


Diskontinuitas didefinisikan sebagai ketidaksempurnaan atau gangguan pada
karakteristik fisik atau struktur pada suatu objek, sedangkan defect adalah suatu
kondisi dimana suatu benda objek harus dikoreksi atau diperbaiki, sehingga kata
defect identik dengan hasil akhir yang tidak dapat diterima/ditolak (ASM
International, 2009). Homogenitas dalam arti luas, mengacu pada proses yang
dirancang untuk mencapai distribusi material penyusun secara merata pada setiap
volume dan luasan (ASM International, 2008). Menurut Hellier (2003),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

diskontinuitas pada casting yang dapat dideteksi dengan metode radiografi


diantaranya:
1. Hot tears dan crack
Hot tears dan crack merupakan jenis diskontinuitas yang terbentuk karena
tegangan (stress) yang tinggi selama proses pendinginan. Pada film radiografi
biasanya berbentuk linear atau seperti cabang (ditunjukkan pada Gambar 2.6).
Kemungkinan diskontinuitas ini terjadi pada area dimana ada perubahan ketebalan,
karena laju pendinginan yang berbeda dapat menginisiasi tegangan (Hellier, 2003).
Pada centrifugal casting, laju pembekuan yang terlalu lambat dapat mengakibatkan
crack ke arah longitudinal (Tjitro & Sugiharto, 2004).

Crack yang ditunjukkan


oleh area gelap yang
memanjang pada film

Gambar 2.6 Hot tears (Hellier, 2003)

2. Shrinkage Porosity
Shrinkage porosity adalah jenis diskontinuitas yang disebabkan penyusutan pada
saat proses solidifikasi pada casting (ASM International, 2008). Penyusutan ini
disebabkan karena laju pendinginan yang berbeda. Laju pendinginan yang berbeda
ini disebabkan adanya variasi luas penampang, perbedaan laju pelepasan panas, dan
sebagian area yang cenderung membeku lebih cepat dibandingkan area lainnya
(Krisnawan, dkk., 2012). Besar shrinkage dipengaruhi oleh jumlah logam cair yang
dituangkan, suhu pengecoran, dan volume yang berubah pada saat proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

solidifikasi (Balan, 2018). Contoh shrinkage porosity yang tampak pada film
radiografi ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Shrinkage yang
ditunjukkan pada
area gelap pada film

Gambar 2.7 Shrinkage porosity (Hellier, 2003)


3. Gas Porosity
Porositas gas disebabkan oleh gas yang terperangkap pada saat proses
solidifikasi (Balan, 2018). Porositas gas terjadi ketika konsentrasi gas dalam logam
cair lebih tinggi daripada tingkat kelarutannya. Gas dalam logam cair dapat
merupakan hasil dari reaksi antara logam dan gas dalam atmosfer atau di bahan
padat yang mengandung logam cair (ASM International, 2008). Pada centrifugal
casting, gas porosity dapat terbentuk akibat laju penuangan yang terlalu lambat,
sehingga menghasilkan formasi bertumpuk yang mengakibatkan gas terperangkap
di dalamnya (Tjitro & Sugiharto, 2004). Pada film radiografi Gas Porosity
berbentuk melingkar dengan warna hitam (Gharsallah & Braiek, 2015). Contoh
Gas Porosity yang tampak pada film radiografi ditunjukkan pada Gambar 2.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Gas porosity yang ditunjukkan area yang gelap pada film

Gambar 2.8 Gas porosity (Hellier, 2003)

4. Inclusion
Inclusion merupakan jenis diskontinuitas yang terjadi akibat masuknya partikel
nonmetalik selama casting (ASM International, 2009). Partikel nonmetalik ini
dapat masuk ke dalam coran pada saat proses peleburan di tungku dan pada saat
pengecoran (Balan, 2018). Contoh inclusion yang tampak pada film radiografi
ditunjukkan oleh lingkaran merah pada Gambar 2.9.

Inclusion ditunjukkan oleh


area gelap yang memanjang
pada film

Gambar 2.9 Inclusion (Hellier, 2003)

2.1.5 Uji Tak Rusak (Non Destructive Testing)


Pengujian tidak rusak adalah metode untuk mengevaluasi integritas material
untuk cacat permukaan atau internal atau kondisi metalurgi tanpa merusak material
dan fungsi dari material tersebut (Dwivedi, dkk., 2018). Dengan kata lain, ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

inspeksi atau tes selesai bagian yang diuji masih dapat digunakan. NDT mempunyai
beberapa tujuan diantaranya yaitu untuk mendeteksi cacat/diskontinuitas baik yang
berada di permukaan atau di dalam material yang diuji, mengukur geometri benda,
serta menentukan komposisi kimia suatu material (Krey, 2016). Karena
memungkinkan pemeriksaan tanpa mengganggu penggunaan suatu produk, NDT
memberikan keseimbangan yang sangat baik antara kontrol kualitas dan efektivitas
biaya (Septiano, 2016). Metode NDT yang tersedia saat ini adalah: Acoustic
Emission Testing (AE), Electromagnetic Testing (ET), Guided Wave Testing (GW),
Ground Penetrating Radar (GPR), Laser Testing Methods (LM), Leak Testing
(LT), Magnetic Flux Leakage (MFL), Liquid Penetrant Testing (PT), Magnetic
Particle Testing (MT), Neutron Radiographic Testing (NR), Radiographic Testing
(RT), Thermal/Infrared Testing (IR), Ultrasonic Testing (UT), Vibration Analysis
(VA) dan Visual Testing (VT). Enam metode pengujian yang paling sering
digunakan adalah MT, PT, RT, UT, ET dan VT (ASNT, 2017).
1. Magnetic Particle Testing (MT)
Magnetic Particle Testing didasarkan pada analisa persebaran medan magnet
menggunakan material feromagnetik sebagai indikatornya (Chesnokova, dkk.,
2017). Metode ini menggunakan medan magnet dan partikel magnetik kecil untuk
mendeteksi diskontinuitas pada objek. Pada pengaplikasiannya yang sederhana kuk
elektromagnet ditempatkan di permukaan objek yang sudah diberi cairan yang
mengandung besi. Apabila ada diskontinuitas, maka medan magnet akan berubah.
Kekurangan dari metode ini yaitu objek hanya terbatas pada bahan feromagnetik
dan hanya dapat mendeteksi diskontinuitas di permukaan (Dwivedi, dkk., 2018).
2. Ultrasonic Testing
Ultrasonic Testing (UT) merupakan jenis NDT yang digunakan untuk
mendeteksi diskontinuitas dan ketebalan benda. Metode ini memanfaatkan
gelombang suara dengan frekuensi 2-10 MHz. Gelombang suara tersebut kemudian
dipantulkan dan diterima oleh tranduser. Metode ini mempunyai keuntungan
diantaranya lebih aman dan dapat mengukur kedalaman diskontinuitas pada objek
(Patil & Darade, 2017), tapi metode ini juga mempunyai kekurangan, diantaranya
benda dengan geometri yang rumit sulit untuk diuji dengan metode ini dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

diskontinuitas tidak yang sejajar dengan gelombang suara tidak dapat terdeteksi
(Kroworz & Katunin, 2018).
3. Eddie Current
Eddie current diciptakan oleh proses induksi elektromagnetik. Ketika arus AC
dialirkan pada suatu konduktor maka medan magnet akan terbentuk mengelilingi
konduktor tersebut (Dwivedi, dkk., 2018). Eddie Current adalah metode uji tak
rusak yang efektif untuk diterapkan di material yang konduktif (Zhang, He, &
Dong, 2018). Kekurangan dari metode ini yaitu sulit untuk diinterpretasikan dan
objek hanya terbatas pada bahan metal.
4. Dye Penetrant
Dye Penetrant Testing merupakan salah satu metode pengujian paling awal yang
digunakan untuk inspeksi NDT. Metode ini hanya terbatas untuk mendeteksi
diskontinuitas di permukaan. Prinsip kerjanya dengan mengaplikasikan cairan
penetrant ke permukaan spesimen, penetrant akan masuk ke dalam jika terdapat
cacat karena adanya kapilaritas dan sesudah itu akan diperjelas dengan cairan
developer (Shyamji & Prasad, 2017).
5. Visual Testing
Visual Testing merupakan pengujian NDT yang paling banyak digunakan.
Karena pengujian ini hanya menggunakan mata atau dengan bantuan perangkat
yang sederhana. Karena hanya menggunakan perangkat sederhana, pengujian ini
merupakan pengujian NDT termurah dalam segi biaya. VT harus dilakukan di
tempat dengan pencahayaan yang memadai dan permukaan objek harus bersih.
Teknik VT dibagi menjadi dua yaitu: Direct Viewing dimana penguji melihat
langsung objek yang diuji dan Remote Viewing dimana penguji melihat objek
dengan bantuan peralatan khusus seperti mikroskop dan kamera. Pengujian terbatas
untuk mendeteksi cacat di permukaan saja dan di bawah permukaan jika objek yang
diuji transparan (Kroworz & Katunin, 2018).

2.1.6 Radiasi Sinar-X


Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895.
Perbedaan sinar-X dengan sinar biasa adalah sinar-X mempunyai panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

gelombang yang lebih pendek. Sinar-X dihasilkan ketika elektron diperlambat.


Ketika elektron dipercepat melewati nukleus, elektron akan mengalami gaya tarik
dan melambat. Pada proses ini elektron kehilangan sebagian energi kinetik yang
diubah menjadi sinar-X (Halmshaw, 1996).
2.1.6.1 Spektrum Elektromagnetik
Spektrum elektromagnetik merupakan cakupan dari seluruh panjang
gelombang yang diketahui. Panjang gelombang dari radiasi elektromagnetik dapat
dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Spektrum elektromagnetik (GE Inspection Technologies, 2006)


Spektrum sinar-X memilki panjang gelombang 10-8 – 10-12 nm, berfrekuensi 1017 -
1020 Hz dan memiliki energi 103-106 eV. Spektrum sinar-X ditentukan oleh panjang
gelombang minimum (λmin) menggunakan Persamaan Duane Hunt (GE Inspection
Technologies, 2006):
λmin= 1,234 (2.1)
kV

Dengan :
λ = Panjang gelombang dalam nanometer (10-9 m)
kV = tegangan dalam kilo volt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2.1.6.2 Energi radiasi


Energi dari suatu radiasi akan menentukan kekuatan untuk menembus suatu
material. Energi radiasi yang lebih tinggi dapat menembus lebih dalam dan
kerapatan densitas yang lebih besar dibandingkan energi radiasi yang lebih kecil
(Hellier, 2003). Energi dari radiasi elektromagnetik diukur dalam satuan elekron
volt (eV).
Energi dalam satu panjang gelombang diperoleh dengan Persamaan (2.2) :
E = h. v dan (2.2)
λ. v = c
Dengan :
E = energi dalam elektron volt (eV)
h = konstanta Planck
v = frekuensi
c = kecepatan dari radiasi elektromagnetik

2.1.6.3 Interaksi Radiasi dengan Material


Sinar-X dan sinar gamma saat melewati material akan kehilangan sebagian
intensitasnya. Intensitas tersebut berkurang karena kehilangan energi akibat adanya
penyerapan dan penyebaran radiasi atau saat melewati suatu material. Banyaknya
pengurangan intensitas radiasi ini tergantung pada kualitas radiasi, jenis material,
densitas, dan ketebalannya (IAEA, 1992). Hubungan antara intensitas yang datang
dan intensitas yang ditransmisikan ditunjukkan oleh Persamaan (2.3):
𝐼𝑥 = 𝐼𝑜 exp( −𝜆𝑥) (2.3)
Dengan :
Ix = intensitas sinar X yang ditransmisikan
Io = intensitas yang datang
λ = koefisien absorpsi linier
x = tebal objek
Intensitas yang datang dan intensitas yang ditransmisikan ditunjukan pada gambar
2.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Gambar 2.11 Intensitas yang datang dan intensitas yang ditransmisikan (IAEA,
1992)

2.1.7 Uji Radiografi X-ray


Pada saat ini x-ray telah digunakan secara luas di beberapa sektor area,
berawal dari kebutuhan medis hingga industri. X-ray digunakan untuk
menginspeksi bagian dalam dari sebuah objek. Pada aplikasinya untuk industri, x-
ray digunakan untuk uji tak rusak (NDT) untuk mendeteksi dan mengidentifikasi
diskontinuitas seperti retak pada pengelasan, pengecoran, forging, struktur beton,
material komposit dan lainnya (Handoyo, dkk., 2017). Uji radiografi adalah salah
satu dari teknik NDT yang paling efisien untuk keperluan quality control dari
produk-produk pengecoran. Teknik ini dapat mendeteksi diskontinuitas seperti
porosity, shrinkage, dan inclusion pada coran (Oliveira, dkk., 2015).
Pada pengaplikasiannya uji radiografi menggunakan radiasi sinar-X atau
sinar gamma. Penentuan penggunaan sinar ini ditentukan oleh tebal dan jenis
material benda uji (Hellier, 2003). Prinsip dari pengujian radiografi yaitu didasari
pada interaksi radiasi dengan materi. Sinar-X atau sinar gamma semakin diserap
saat mereka melewati materi dan berpenetrasi menembus material (Al-Hameed &
Picton, 2017). Uji radiografi memerlukan sumber dari radiasi (sinar-X atau sinar
gamma) dan film radiografi. Sumber sinar-X ditempatkan di satu sisi spesimen dan
film radiografi untuk merekam struktur spesimen di sisi lain, spesimen berada di
tengah dari sumber dan film. Penyerapan dan kekuatan penetrasi saat berinteraksi
dengan spesimen akan berbeda-beda. Karena lebih banyak radiasi akan berlalu
melalui area spesimen di mana ada rongga daripada area material yang padat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Perbedaan intensitas ini akan direkam pada film radiografi. Film setelah diproses
akan menampilkan area gambar yang lebih gelap di bawah rongga ukuran gambar
akan kira-kira sama dengan luas penampang rongga (Halmshaw, 1996).
Uji Radiografi konvensional menggunakan film radiografi untuk mencatat
diskontinuitas yang terdapat di bagian dalam objek. Pada film radiogafi
konvesional, setelah film dipaparkan, akan tersimpan gambar tak tampak (latent
image) yang perlu untuk diproses untuk menjadi gambar tampak yang dapat dibaca.
Proses ini dilakukan di kamar gelap (dark room) (Yenumula, dkk., 2019). Skema
uji radiografi ditunjukkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Diagram skematik dari pengujian radiografi X-ray (Noorzhalena,


dkk.)

Uji radiografi mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya :


Kelebihan:
1. Memberikan informasi yang akurat dan permanen mengenai objek yang diuji
2. Dapat digunakan untuk memeriksa objek dengan berbagai bentuk dan ukuran
3. Dapat mengetahui cacat pada permukaan dan bagian dalam objek yang diuji
Kekurangan:
1. Ada potensi bahaya keamanan karena penggunaan perangkat radiasi
2. Ada batasan ketebalan material yang diuji berdasarkan kepadatan material dan
energi yang digunakan
3. Peralatan yang mahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

4. Membutuhkan personel dengan sertifikasi radiografi untuk mengoperasikan dan


menginterpretasikan film

2.1.8 Peralatan Pengujian Radiografi Sinar-X


Secara umum peralatan pengujian radiografi sinar-X (industrial x-ray
equipment) dapat dikategorikan menurut energi yang dihasilkannya. Unit yang
menghasilkan energi sampai dengan 125 kV adalah unit dengan energi rendah, dari
125 kV-400 kV adalah unit dengan energi sedang, dan diatas 400 kV adalah unit
dengan energi tinggi (Hellier, 2003).
Untuk dapat menghasilkan sinar-X, peralatan penghasil sinar-X harus
mempunyai sumber elektron, yaitu filamen yang dipanaskan, alat untuk
mengarahkan dan mempercepat elektron, dan target bagi elektron untuk
dibombardir yaitu logam berat. Peralatan tersebut berada di dalam tabung X-ray
yang terbuat dari kaca (Halmshaw, 1996). Skema tabung X-ray ditunjukkan pada
Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Skema tabung X-ray secara umum (Hellier, 2003)


2.1.8.1 Bagian-bagian dari tabung X-ray
Menurut Halmshaw, (1996) bagian-bagian tabung x-ray adalah :
1. Sumber Elektron (Filamen)
Sumber elektron berasal dari filamen. Ketika filamen dipanaskan, beberapa
elektron dalam materi akan terlepas dari materi sebagai elektron bebas. Elektron
bebas ini akan mengelilingi materi sebagai awan elektron. Dalam tabung sinar-X,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

sumber elektron dikenal sebagai katoda. Katoda terdiri dari gulungan kawat
(filamen) yang berfungsi sebagai pemancar elektron.
2. Target (Anoda)
Material yang digunakan sebagai target harus memiliki sifat-sifat yang
dibutuhkan seperti nomor atom tinggi, titik lebur tinggi dan konduktivitas termal
yang tinggi. Angka atom yang tinggi memberikan efisiensi konversi energi elektron
menjadi sinar-X yang lebih tinggi. Titik lebur tinggi memungkinkan arus tabung
tinggi untuk ukuran titik fokus tertentu memberikan keluaran sinar-X yang besar.
3. Tube Envelope
Tube Envelope merupakan selubung tabung yang terbuat dari kaca. Pada tabung
ini diletakan dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Selubung tabung ini dibuat oleh
kaca dengan jenis borosilikat yang mempunyai titik leleh yang tinggi. Bahan
dengan titik leleh yang tinggi diperlukan untuk menahan pahas yang tinggi akibat
panas yang dihasilkan di anoda. Kevakuman diperlukan untuk mencegah oksidasi
dari bahan-bahan elektroda dan memungkinkan lewatnya berkas elektron tanpa
ionisasi gas, serta menyediakan isolasi listrik antar elektroda.
4. Tubeheads
Tubeheads merupakan selubung logam yang menyelimuti tabung. Bahan dari
Tubeheads adalah timah, fungsinya untuk membatasi sinar radiasi ke lubang
keluaran/port. Pada prakteknya Tubeheads diletakkan di ground untuk
menghilangkan kemungkinan bahaya listrik karena tegangan tinggi yang
digunakan.
5. Tube Window
Tube Window merupakan lubang/port tempat keluarnya sinar-X. Tube Window
biasanya terbuat dari bahan yang kurang dalam penyerapan radiasi, seperti
berilium.
6. Focusing Cup
Focusing Cup merupakan alat yang digunakan untuk mengarahkan berkas
elektron yang dihasilkan oleh filamen agar tidak terhambur dan dapat menabrak
anoda sehingga dapat menghasilkan sinar-X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2.1.8.3 Kuantitas dan Kualitas dari sinar-X


Sebagian besar energi dari elektron yang menabrak dihamburkan sebagai
panas. Pada tabung dengan tegangan sangat rendah, 0,1% dari energi berkas
elektron diubah menjadi sinar-X. Pada tabung dengan tegangan 100 kV efisiensi
pembuatan sinar-X meningkat menjadi sekitar 1%. Pada 2 juta volt mendekati 10%
dan pada 15 juta volt lebih dari 50% (IAEA, 1992). Efisiensi konversi elektron ke
sinar x-ray ditentukan oleh Persamaan (2.4):
𝐸 = 𝐾. 𝑉. 𝑍 (2.4)
Dimana:
K = konstanta bahan target
V = tegangan yang diterapkan (kV)
Z = nomor atom bahan target
Jumlah atau intensitas sinar-X yang dihasilkan tergantung pada jumlah
elektron yang menabrak target. Intensitas x-ray dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan arus atau tegangan tabung. Arus tabung dapat dikontrol dengan
mengendalikan jumlah elektron yang dipancarkan oleh filamen yaitu dengan
mengendalikan arus pemanasan melalui filamen (Hellier, 2003). Meningkatkan
arus tabung berarti meningkatkan jumlah elektron yang tersedia untuk menabrak
target, arus tabung diukur dalam satuan miliampere (mA) . Kualitas atau energi
elektron yang menabrak target ditentukan oleh tegangan tabung. Tegangan tabung
yang lebih tinggi meningkatkan daya tembus sinar-X. Tegangan tabung diukur
dalam satuan kilovolt (kV) (Halmshaw, 1996). Gambar 2.14 menunjukkan
perubahan arus dan tegangan tabung tidak menyebabkan perubahan panjang
gelombang sinar-X yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Gambar 2.14 Grafik Intensitas terhadap Panjang Gelombang X-ray (Halmshaw,


1996)

2.1.9 Film radiografi


Film radiografi masih menjadi detektor yang banyak digunakan untuk
radiografi karena alasan ekonomis, teknikal, dan praktikal (Polee, dkk., 2015). Film
radiografi berfungsi sebagai alat untuk mencatat struktur internal dari objek yang
diuji. Film radiografi terdiri dari tujuh lapisan yang mempunyai ketebalan kurang
lebih 0,5 mm. Ketujuh lapisan ini terdiri dari lapisan hardened gelatin pada kedua
sisi film, yang berfungsi untuk melindungi emulsi yang berada di bawahnya.
Lapisan emulsi berada di bawah lapisan gelatin. Emulsi terdiri dari sejumlah besar
butir perak bromida. Emulsi merupakan lapisan yang paling penting karena sensitif
terhadap sinar-X, sinar gamma, panas, tekanan, dan bahan kimia. Lapisan emulsi
memiliki ketebalan kurang lebih 0,025 mm. Lapisan di bawah emulsi adalah lapisan
base, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal diantara lapisan lainnya. Base
terbuat dari selulosa, triasetat, atau polyester (Hellier, 2003). Ketujuh susunan
lapisan dari film radiografi ditunjukkan pada gambar 2.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Gambar 2.15 Susunan Lapisan Film Radiografi (GE Inspection Technologies,


2006)
Film berbutir besar (film cepat) seringkali digunakan untuk mengurangi waktu
pemaparan, sedangkan film berbutir kecil (film lambat) digunakan untuk
menghasilkan definisi yang lebih baik (Halmshaw, 1996). Gambar 2.16
menunjukkan struktur dari film radiografi.

Gambar 2.16 Struktur film berbutir lambat (a) dan film berbutir cepat (b)
(Kurniawan, 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Pada penelitian ini, digunakan film AGFA D7. Klasifikasi film radiografi
menurut AGFA ditunjukkan oleh Tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi Film Radiografi Menurut AGFA (GE Inspection
Technologies, 2006)

2.1.10.1 Kualitas Gambar Radiografi


Kualitas gambar yang dihasilkan dari radiografi ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Kontras radiografi
Pada objek yang mempunyai variasi ketebalan, radiasi yang diserap akan
berbeda-beda. Pada bagian yang lebih tebal akan nampak lebih terang dibandingkan
dengan bagian yang lebih tipis (Mgonja, 2017). Perbedaan tingkat kehitaman film
dari satu area dengan area lainnya ini disebut kontras radiografi. Semakin tinggi
tingkat perbedaan kontras dari film radiografi, maka gambar akan lebih mudah
dibaca. Kontras radiografi merupakan gabungan dari dua kontras yaitu kontras
subjek dan kontras film. Kontras subjek diakibatkan oleh tingkat penyerapan radiasi
oleh objek. Kontras subjek dipengaruhi densitas material dan ketebalan dari objek
dan kekuatan penetrasi dari radiasi. Kontras film dipengaruhi oleh karakteristik dari
variabel dari film yang digunakan untuk merekam gambar (Singh, 2016). Kontras
radiografi ditunjukkan pada Gambar 2.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Gambar 2.17 Kontras Radiografi (diambil dari https://eis.hu.edu.jo)

2. Definisi Radiografi
Definisi radiografi merupakan ketajaman dari gambar radiografi yang
dihasilkan. Ketajaman berarti tingkat kekasaran transisi dari satu densitas ke
densitas lainnya. Film dengan tingkat ketajaman bagus akan mempunyai transisi
yang kasar antara satu densitas dengan densitas lainnya sehingga gambar yang
dihasilkan lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singh R. , 2016). Butir adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi definisi detail gambar. Untuk kontras yang
sama, film berbutir kecil mampu menghasilkan gambar yang lebih detail daripada
film berbutir besar (Halmshaw, 1996). Definisi Radiografi ditunjukkan pada
Gambar 2.19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Gambar 2.18 Definisi Radiografi (diambil dari https://eis.hu.edu.jo)

2.1.10.2 Pemrosesan Film


Setelah film dipaparkan dengan radiasi, film perlu diproses lebih lanjut
untuk dapat menghasilkan citra gambar. Pemrosesan film dilakukan di kamar gelap
dengan melalui lima tahapan, yaitu:
1. Developing
Developing merupakan proses pengembangan dengan larutan basa (developer)
yang mengubah gambar laten yang tersimpan secara kimiawi dalam emulsi
radiografi menjadi gambar tampak dengan citra abu-abu dan hitam (Hellier, 2003).
2. Stop Bath
Stop bath merupakan proses untuk menghentikan pengembangan (development).
Stop bath yang bersifat asam menghentikan developing dengan cara menetralkan
cairan developer yang bersifat basa. Apabila sebuah film dikeluarkan dari dalam
larutan developer maka sejumlah kecil larutan basa akan tertinggal di film tersebut
(Hellier, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

3. Fixing
Fixer mempunyai dua fungsi utama, yaitu untuk membersihkan sisa-sisa kristal
perak halida yang tidak terekspos pada film dan memperbaiki dan memperjelas
gambar. Kristal perak halida yang tidak terkena paparan radiasi akan dibuang oleh
cairan fixer pada fixing bath (Hellier, 2003).
4. Washing
Washing merupakan tahapan pencucian dengan air untuk menghilangkan zat-zat
kimia yang digunakan untuk pemrosesan film sebelumnya (Hellier, 2003).
5. Drying
Drying merupakan proses terakhir sebelum dilakukan pembacaan pada film.
Film yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke lemari pengering untuk
dikeringkan (Hellier, 2003).

2.1.10 Parameter Pengujian Radiografi


2.1.10.1 Waktu Eksposi (exposure time)
Waktu ekposi menunjukkan lamanya penyinaran, semakin lama waktu
penyinaran semakin besar sinar-X yang dihasilkan (Hellier, 2003). Perhitungan
waktu eksposi didasarkan pada exposure chart. Exposure chart merupakan grafik
yang dibuat berdasarkan kapasitas dan karakteristik mesin sinar-X, jadi exposure
chart dari setiap mesin akan berbeda-beda. Langkah perhitungan waktu eksposi
dilakukan dalam tiga tahap:
1. Melakukan verifikasi antara jenis material objek yang diuji dan ketebalannya
dengan data pada exposure chart
2. Membuat garis vertikal dari ketebalan ke atas, lihat besar energi yang dapat
digunakan. Pemilihan energi tidak boleh terlalu rendah karena dapat
mengakibatkan scatter yang akan mengurangi ketajaman dan kejelasan gambar.
Scatter disebabkan oleh panjang gelombang yang panjang karena energi rendah
dan waktu pemaparan yang lebih lama. Sebaliknya jika digunakan energi yang
terlalu besar menghasilkan gambar dengan kontras yang rendah.
3. Membuat garis horizontal ke arah arus tabung (dalam mAs). Dari sini akan
diketahui waktu eksposi untuk objek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Gambar 2.20 menunjukkan contoh dari exposure chart secara umum.

Gambar 2.19 Contoh exposure chart (Hellier, 2003)


Setelah didapatkan nilai energi (mA.s) kemudian dapat ditentukan waktu
pemaparan dengan menggunakan Persamaan (2.5)
𝑆𝐹𝐷 2 𝐸
𝑡 = (𝑆𝐹𝐷 ) 𝑥𝐴 (2.5)
𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎

Dengan :
t = waktu pemaparan
SFDmin = SFD minimum yang ditentukan
SFDkurva = SFD yang tercantum pada kurva
E = Eksposur (mA/menit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

A = arus tabung (mA)


2.1.11.2 Source to Film Distance (SFD)
SFD merupakan jarak dari sumber radiasi ke film . SFD disebut juga target
to film distance (TFD). SFD mempengaruhi waktu pemaparan, karena semakin jauh
jarak yang digunakan, maka semakin lama pula waktu eksposinya. Hubungan
antara SFD dan waktu eksposi ditunjukkan oleh Persamaan (2.6) :
𝑇1 𝐷 2
= 𝐷1 (2.6)
𝑇2 22

dengan :
T1 = waktu eksposi mula-mula
T2 = waktu eksposi baru
D1 = jarak mula-mula
D2 = jarak baru
Sedangkan persamaan untuk menghitung jarak sumber ke film minimal ditunjukkan
oleh Persamaan (2.7)
𝑓
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑋 (𝑈𝑔 + 1) (2.7)
𝑚𝑎𝑥

Dengan :
X = tebal benda uji
f = ukuran focal spot
Ugmax = geometry unsharpness (ketidaktajaman geometri)

2.1.11.2 Ketidaktajaman Geometri (Geometry Unsharpness)


Geometric Unsharpness (Ug) merupakan efek penumbra yang terbentuk karena
pembentukan gambar melalui radiasi yang bergerak lurus dari sumber ke film
(ditunjukkan Gambar 2.21). Pada Gambar 2.21, S merupakan ukuran sumber, D
merupakan jarak sumber ke objek, dan T merupakan jarak objek ke film.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Gambar 2.20 Geometric Unsharpness (Kim-Tsew, 2015)


Limitasi nilai Ug (mengacu pada ASME section V T-274.2 Geometric Unsharpness
Limitations) ditentukan berdasarkan ketebalan benda uji. Nilai Ug ditentukan
dengan Persamaan (2.8) :
𝑓𝑥𝑡
𝑈𝑔 = (2.8)
𝐷

Dengan :
f = ukuran sumber (focal spot)
t = jarak objek yang diradiografi dengan film
SFD = jarak sumber ke objek
Nilai Ug tidak boleh melebihi nilai limitasi nilai Ug sesuai ketentuan ASME section
V.

2.1.11.3 Sensitivitas Radiografi


Dalam radiografi industri, sensitivitas radiografi adalah istilah kualitatif
mengacu pada ukuran detail terkecil yang dapat direkam dan dilihat pada
film/radiografi. Untuk mengukur secara kuantitatif diperlukan suatu indikator yaitu
IQI (Image Quality Indicator). Kualitas gambar ditentukan oleh perbandingan
dengan gambar dari Image Quality Indicator (IQI) atau disebut juga penetrameter
(Kim-Tsew, 2015). Ada dua jenis IQI yang digunakan saat ini yaitu jenis shim dan
wire (ditunjukkan pada Gambar 2.22). Shim atau jenis lubang berisi nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

identifikasi di satu ujung dan tiga lubang dengan diameter berbeda. Pada jenis wire,
terdapat wire dengan ketebalan yang berbeda-beda dan semakin meningkat
ketebalannya ke arah kanan. Pada penelitian ini, digunakan IQI jenis wire.
Ketebalan IQI wire yang paling umum adalah 2% dari ketebalan material (Hellier,
2003). Sensitivitas IQI wire disebut juga contrast sensitivity (S) yang diukur dengan
persentase perbandingan wire terkecil yang tampak pada film dengan ketebalan
material yang diradiografi (Yenumula, dkk., 2019). Sensitivitas suatu film
radiografi dapat ditentukan menggunakan Persamaan (2.9)
Ф
S = x 100% (2.9)
X

Dengan :
Ф = ukuran kawat terkecil yang tampak
X = ketebalan benda uji

Gambar 2.21 Jenis-Jenis IQI (GE Inspection Technologies, 2006)

2.1.11.4 Teknik dan Prosedur Pengujian Radiografi


Menurut Halmshaw (1996), ada empat teknik yang memungkinkan untuk
melakukan uji radiografi pada objek yang berbentuk tabung/pipa. Teknik tersebut
adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

1. Single wall, single image (sumber berada di dalam)


Teknik single wall single image merupakan teknik dalam uji radiografi dengan
meletakkan sumber radiasi di dalam objek. Radiasi yang dipancarkan oleh sumber
akan melewati satu dinding ketebalan dari objek. Dinding yang terkena radiasi
adalah dinding yang diinspeksi. Teknik ini merupakan teknik yang paling umum
digunakan untuk uji radiografi objek yang berbentuk tabung/pipa. Teknik ini
mempunyai kelebihan karena seluruh luasan objek dapat diuji radiografi dalam satu
kali pemaparan.
2. Single wall, single image (sumber di luar)
Pada teknik ini sumber radiasi berada di luar benda uji dan film diletakkan di dalam
benda uji. Teknik ini memerlukan akses untuk meletakkan film di dalam benda uji.
Teknik ini memerlukan waktu yang lebih lama dari teknik yang menggunakan
sumber di dalam karena memerlukan pemaparan 360 untuk menginspeksi seluruh
benda uji.

Gambar 2.22 Teknik pemaparan dengan single wall, single image (Halmshaw,
1996)

Gambar 2.23 tersebut menunjukkan:


A. Sumber berada pada garis tengah benda uji dan dapat memaparkan radiasi ke
seluruh bagian objek (360 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

B. Sumber berada di dalam benda uji sumber hanya mengarah pada satu sisi pada
benda uji
C. Sumber berada di luar dengan jarak tertentu dan film berada di dalam
3. Double wall, single image
Pada teknik ini Pada teknik ini radiasi melewati dua dinding dari benda uji, tetapi
hanya dinding yang dekat dengan film yang diinspeksi. Karena radiasi harus
melewati dua dinding dari benda uji, maka diperlukan tegangan (kV) yang lebih
tinggi untuk menghasilkan penetrasi yang lebih besar. Teknik ini biasanya
digunakan untuk menginspeksi benda uji dengan diameter kecil.

Gambar 2.23 Teknik pengujian double wall single image (Hellier, 2003)
4. Double wall, double image
Pada teknik ini radiasi melewati dua dinding dari benda uji dan kedua dinding yang
dilewati diinspeksi. Teknik ini hanya dapat diterapkan pada benda uji dengan
diameter yang kecil (kurang dari 90mm).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Gambar 2.24 Teknik pengujian double wall double image (Hellier, 2003)

2.1.11.5 Densitas Film Radiografi dan Metode Pengukurannya


Densitas film radiografi menunjukkan tingkat kehitaman citra pada film.
Film dengan tingkat kehitaman yang tinggi memiliki densitas yang tinggi pula.
Secara kuantitatif, densitas film radiografi dinyatakan sebagai logaritma dari
perbandingan intensitas cahaya yang datang pada film dengan intensitas yang
ditransmisikan oleh film (IAEA, 1992). Secara matematik, densitas film dapat
dinyatakan dengan Persamaan (2.10)
𝐼
𝐷 = log ( 𝐼0 ) (2.10)
𝑡

Dengan:
I0 = intensitas yang datang pada film
It = intensitas yang ditransmisikan oleh film
Pada praktiknya, digunakan alat densitometer. Densitometer digunakan untuk
mengukur densitas film radiografi secara langsung. Densitometer digunakan untuk
mengambil nilai densitas di beberapa titik, kemudian dirata-rata dan hasilnya
digunakan untuk menentukan kriteria keberterimaan menurut ASME section V.
Nilai densitas rata-rata film mengacu pada ASME section V appendix VII nilai
densitas untuk radiografi x-ray yang dapat diterima berada pada rentang 1,5 – 4.
Dan variasi densitas yang disyaratkan mengacu pada ASME section V T-282.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

dimana rentang densitas film harus berada pada -15% - 30%. Variasi densitas
ditentukan dengan menggunakan Persamaan (2.11)
Dmax −Davg
VDmax = x 100% dan
Davg

Dmin −Davg
VDmin = x 100% (2.11)
Davg

Dengan :
Dmax = Nilai Densitas maksimal
Dmin = Nilai Densitas minimal
Davg = Nilai Densitas rata-rata

2.1.12 Pembacaan Film Radiografi


Untuk menindaklanjuti hasil film dari proses penyinaran, dilakukan
pembacaan film. Pembacaan film pada penelitian ini meliputi pembacaan nilai
densitas film dan jenis cacat yang mungkin terdapat pada film. Pembacaan nilai
densitas digunakan untuk menentukan kriteria keberterimaan film menurut ASME
section V. Kriteria yang digunakan diantaranya yaitu ada tidaknya identifikasi dan
marker lokasi pada kolimator, rata-rata nilai densitas, limitasi nilai ketidakjelasan
geometri, variasi nilai densitas, sensitivitas radiografi, dan minimal kawat IQI
tampak. Selain untuk mementukan kriteria keberterimaan film, nilai densitas juga
digunakan untuk melakukan analisa homogenitas. Analisa homogenitas
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat distribusi unsur penyusun bahan komponen
telah merata untuk setiap volume dan luasan. Analisa homogenitas ini diatur dalam
standar SNI 8506:2018-Peralatan medis untuk terapi kanker dengan metode Boron
Neutron Capture Therapy (BNCT)–Bagian 1: Kolimator–Persyaratan umum dan
uji kinerja. Sedangkan penentuan jenis cacat, ukuran cacat, dan lokasi cacat
ditentukan oleh teknisi NDT atau radiographer (Al-Hameed, dkk., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

2.2 Tinjauan Pustaka


Mujiyono, dkk (2018) melakukan penelitian tentang pembuatan kolimator
menggunakan metode centrifugal casting. Penelitian ini menggunakan teknik true
centrifugal casting dengan sumbu pemutaran horisontal. Penelitian juga meliputi
bahan kolimator, dilakukan penelitian tentang komposisi bahan campuran dari
kolimator sebelum dan sesudah dicasting. Komposisi bahan kolimator sebelum
dilebur adalah Ni (98,89%), Si (0,79%), S (0,17%), dan Fe (0,15%) dan setelah
dilebur adalah Ni (97,89%), Si (0,92%), S (0,26%), and Fe (0,90%). Komposisi
bahan ini memenuhi syarat dari kolimator BNCT. Hasil penelitian menunjukkan
kolimator berbahan nikel murni dapat dibuat menggunakan metode centrifugal
casting dengan parameter 2200 rpm dan suhu tuang sebesar 1600 C.

Hidayat (2017) melakukan penelitian tentang Analisis pengaruh variabel tegangan,


arus, dan waktu terhadap hasil uji radiografi. Penelitian ini dengan metode
radiografi sinar-x. Hasil dari pengujian berupa gambar pada film dengan kualitas
sesuai standar yang ditandai dengan terbacanya enam buah kawat pada IQI dengan
nilai densitas +- 2. Gambar dengan kualitas sesuai standar tersebut diperoleh
dengan melakukan beberapa variasi antara tegangan, arus, dan waktu lamanya
penyinaran.

Abdullah, dkk (2018) melakukan penelitian tentang Analisis Cacat pada


Sambungan Lasan Antar Material Metal Carbon Steel dengan metode Non
Destructive Testing Radiography. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sumber sinar-X dimana nilai tegangannya sebesar 170 kV dengan arus 3 mA.
Teknik yang digunakan untuk penyinaran adalah Single Wall Single Image (SWSI).
Material yang diuji adalah plat berbahan carbon steel dengan ketebalan plat 0,695
cm dan tebal lasan 0,945 cm. Hasil penelitian didapatkan nilai sensitivitas plat
sebesar 1,69% dan terdapat defect pada material plat dengan jenis gas pores dan
side wall fusion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Pembuatan kolimator pada penelitian ini menggunakan proses centrifugal


casting yang dilakukan oleh Mujiyono (2018), sehingga dapat diketahui
diskontinuitas yang dapat terjadi akibat proses dari centrifugal casting tersebut.
Untuk penentuan parameter dan standar uji radiografi x-ray yang digunakan seperti
arus, tegangan, dan waktu penyinaran diacu dari penelitian Hidayat (2017), yang
melakukan penelitian tentang analisis pengaruh variabel tegangan, arus, dan waktu
terhadap hasil uji radiografi. Setelah kolimator dipaparkan dengan x-ray, perlu
dilakukan analisa kelayakan film dengan standar ASME V diantaranya Ug, nilai
densitas, variasi nilai densitas dan sensitivitas yang diacu dari penelitian yang
dilakukan Abdullah (2017). Ketiga tinjauan tersebut digunakan penulis untuk
melakukan uji radiografi x-ray, analisa diskontinuitas, dan pembacaan film
radiografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan diagram alur yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1

Mulai

Persiapan :
-Persiapan Benda Uji
-Persiapan Parameter
Penyinaran

Mulai Uji Radiografi Sinar X

Pencucian Film

Analisa Tidak
Keberterimaan
Film (ASME V)

Ya

Analisa Homogenitas
dan Diskontinuitas

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3.2 Objek Penelitian


Objek yang menjadi penelitian yaitu Reflektor Kolimator. Benda uji merupakan
reflektor kolimator untuk komponen alat terapi kanker BNCT yang dibuat
menggunakan metode centrifugal casting di UPT Balai Pengolahan Mineral
Lampung (UPT BPML)-LIPI, Indonesia. Reflektor Kolimator terbuat dari nikel
dengan tingkat kemurnian diatas 95% dan berbentuk silindris. Reflektor Kolimator
ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan skema reflektor kolimator ditunjukkan pada
Gambar 3.3.

Objek yang
diteliti yaitu
reflektor
kolimator
berjumlah
12 segmen

Gambar 3.2 Reflektor Kolimator


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Gambar 3.3 Skema reflektor kolimator


Spesifikasi reflektor kolimator :
Fungsi : mengarahkan dan menghasilkan berkas neutron yang sesuai
untuk terapi BNCT ditunjukkan oleh tabel 2.1
Bentuk : Cylindrical (tabung)
Dimensi : OD = 190 mm, ID = 160 mm
Tebal : 15 mm
Berat : 8 kg
Jumlah segmen : 12
Bahan Pembuatan : Nikel (>95%)
Metode Pembuatan : Centrifugal casting

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian tahap I dilakukan di PUSDIKLAT BATAN beralamat di Jl. Lebak Bulus
Raya No.9, RT.3 RW.2, Lb. Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Jakarta.
Penelitian tahap II dilakukan di PSMN BATAN, Serpong, Tangerang Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

3.3.2 Waktu Penelitian


Penelitian tahap I dilakukan pada tanggal 20-25 September 2018
Penelitian tahap II dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019

3.4 Alat dan Alat Pendukung Penelitian


3.4.1 Mesin Industrial X-ray Rigaku Radioflex 250 EGM (Pengujian I)
Mesin Industrial X-ray digunakan untuk menghasilkan radiasi X-ray. Mesin ini
terdiri dari tiga bagian penting yaitu : tabung X-ray, box controller, dan power
supply, ditunjukkan pada Gambar 3.4, Gambar 3.5, dan Gambar 3.6.

Gambar 3.4 Tabung X-ray Rigaku Radioflex 250 EGM2


Tabung X-ray berfungsi untuk menghasilkan radiasi X-ray. Box Controller
berfungsi untuk mengatur parameter-parameter pemaparan, diantaranya tegangan
(kV), arus (mA), dan waktu pemaparan (s).
Bagian-bagian dari box controller ditunjukkan oleh Gambar 3.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

1 6

2 7

3 8

4 9

5 10

11

12

13
Gambar 3.5 Box Controller Rigaku Radioflex 250 EGM2
Gambar 3.5 menunjukkan:
1. Layar untuk menampilkan waktu pemaparan
2. Layar untuk menampilkan tegangan tabung
3. Switch untuk mengatur arus tabung
4. Switch untuk mengatur tegangan tabung
5. Switch ON mesin X-ray
6. Line Voltage monitor
7. Switch untuk arus tabung (STD/LOW)
8. Fuse (power supply)
9. Fuse (control circuit)
10. Non-Fuse breaker
11. Switch off mesin X-ray
12. Safety key Switch
13. Layar untuk menampilkan arus tabung

Power Supply
Power supply digunakan untuk menyuplai daya listrik pada tabung x-ray dan
controller. Power supply ditunjukkan pada Gambar 3.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Gambar 3.6 Power Supply


Spesifikasi Mesin :
Spesifikasi mesin yang digunakan untuk pengujian tahap I ditunjukkan oleh Tabel
3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Rigaku Radioflex 250 EGM2
Jenis Rigaku Radioflex 250 EGM2
Tegangan Tabung 110 kV- 300 kV
Arus Tabung 5 mA
Duty Cycle 50% (1:1)
X-ray tube Metal ceramic X-ray tube, ukuran focal
spot : 2 mm x 2 mm

Inherent Filter Be 1 mm + Al 2 mm
Dimensi Generator : 632 x 320 x 320 mm
Controller : 344 x 195 x 407 mm

Berat Generator : 28 kg
Controller : 18 kg

Power Supply Single phase, 180-240 V AC 50/60 Hz


Power consumption : 3,7 kVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

3.4.2 Mesin Industrial X-ray Revo 300D (Pengujian II)

Gambar 3.7 Mesin Industrial X-ray EVO 300D

Gambar 3.8 Controller Mesin Industrial X-ray Evo 300D


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel 3.2 Spesifikasi Mesin Industrial X-ray Revo 300D


Model SMART EVO 300D
Part No 20064001
Serial No 868836
Max Power 50% (1:1)
Max Kv 300 kV
Inherent Filter 0,8 mm Be
Additional Filter 4 mm Al
Focal Spot 3 mm

Weight 29 kg

3.4.3 Peralatan pendukung


a. Exposure chart
Exposure chart merupakan grafik yang digunakan untuk menghitung lamanya
waktu pemaparan berdasarkan tegangan tabung, arus tabung, jenis material dan
ketebalan material. Gambar 3.9 dan Gambar 3.10 menunjukkan exposure chart
yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Gambar 3.9 Exposure chart Rigaku Radioflex 250 EGM2

Gambar 3.10 Exposure chart Evo 300D


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

b. IQI/Penetrameter
IQI digunakan untuk mengetahui sensitivitas radiografi. Sensitivitas radiografi ini
digunakan untuk mengetahui nilai minimum dari diskontinuitas yang dapat dideteksi.
Gambar 3.11 menunjukkan set penetrameter yang digunakan.

Gambar 3.11 IQI ASTM 1B


c. Film Radiografi
Film yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis film untuk industrial
radiografi dengan tipe AGFA D7. Ukuran film yang digunakan yaitu 4” x 10”.
Gambar 3.12 menunjukkan Film radiografi yang digunakan.

Gambar 3.12 Film radiografi AGFA D7


d. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur geometri dan mengukur ketebalan
reflektor kolimator. Gambar 3.13 menunjukkan Jangka sorong yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Gambar 3.13 Jangka Sorong


e. Marking Tip
Marking Tip digunakan untuk merekatkan lead marker X-ray, IQI dan film pada
kolimator. Gambar 3.14 menunjukkan marking tip yang digunakan.

Gambar 3.14 Marking Tip


f. Lead Marker X-ray
Lead marker X-ray berisi nomor dan alfabet terbuat dari timbal (Pb) yang
digunakan untuk penomoran dan menandai posisi film sehingga mempermudah
untuk identifikasi film. Gambar 3.15 menunjukkan Lead Marker X-ray yang
digunakan.

Gambar 3.15 Lead Marker X-ray


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

g. Densitometer
Densitometer digunakan untuk mengukur nilai densitas film radiografi yang
dihasilkan. Sebelum dilakukan pengukuran densitometer dikalibrasi terlebih dahulu
dengan film viewer yang digunakan. Gambar 3.16 menunjukkan densitometer yang
digunakan.

Gambar 3.16 Densitometer


h. Film viewer
Film viewer merupakan alat untuk membaca film radiografi. Film viewer
memberikan pencahayaan sehingga gambar dari film radiografi dapat dibaca dan
diinterpretasikan. Gambar 3.17 menunjukkan film viewer yang digunakan.

Gambar 3.17 Film Viewer


i. Larutan developer, fixer, dan stopbath
Larutan developer, fixer, dan stopbath digunakan untuk proses pencucian film di
kamar gelap. Gambar 3.18 menunjukkan larutan developer, fixer, dan stopbath
yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Gambar 3.18 Tangki untuk larutan Developer, Fixer, dan Stopbath


f. Dryer
Dryer (pengering) digunakan untuk mengeringkan film setelah dilakukan proses
pencucian. Gambar 3.19 menunjukkan dryer yang digunakan.

Gambar 3.19 Dryer


3.4.4 Peralatan Proteksi Radiasi
a. Surveymeter
Surveymeter digunakan untuk mengetahui laju dosis radiasi pada suatu area secara
langsung. Informasi dari surveymeter ini digunakan untuk memperkirakan jumlah
radiasi yang diterima oleh pekerja dalam waktu tertentu. Gambar 3.20
menunjukkan surveymeter yang digunakkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Gambar 3.20 Surveymeter

b. Pocket Dosimeter
Pocket Dosimeter digunakan untuk mengukur dosis radiasi yang diterima personal
secara akumulasi. Gambar 3.21 menunjukkan pocket dosimeter yang digunakan.

Gambar 3.21 Pocket Dosimeter

c. Tanda Radiasi dan tali kuning


Tanda radiasi digunakan sebagai peringatan adanya aktivitas yang melibatkan
radiasi dan tali kuning digunakan sebagi penanda batas area pemaparan. Gambar
3.22 menunjukkan tanda radiasi dan tali kuning yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Gambar 3.22 Tanda Radiasi dan tali kuning

3.5 Persiapan sebelum pemaparan


3.5.1 Persiapan peralatan dan benda uji
1. Pembagian keliling kolimator
Pembagian keliling kolimator ini dimaksudkan untuk membagi area kolimator yang
dipaparkan karena keterbatasan ukuran film. Ukuran film yang dipakai yaitu
4”x10” atau 10,16 cm x 25,4 cm. Ukuran film tidak dapat menutupi seluruh lingkar
kolimator, oleh karena itu dilakukan pembagian dengan cara sebagai berikut:
Perhitungan keliling kolimator
k = π x d = 3.14 x 19 cm = 59,66 cm
dengan :
k = keliling kolimator
π = 3,14
d = diameter luar kolimator
Karena keliling kolimator adalah 59,66 cm, maka jumlah film minimal untuk
menutupi lingkar kolimator adalah :
keliling kolimator 59,66 cm
Jumlah film = = = 2,34 → 3
panjang film 25,4 cm
Jadi jumlah film minimal yang dibutuhkan untuk menutupi lingkar kolimator
adalah 3 buah. Karena lebar film (10,16 cm) tidak dapat menutupi seluruh
lebar/tinggi kolimator (14,5 cm), maka dibutuhkan minimal 2 buah film. Jadi,
keseluruhan film minimal yang dipergunakan untuk kolimator adalah 3x2 = 6 buah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

2. Pada kolimator ditempelkan no. identifikasi KLM – no kolimator menggunakan


lead marker x-ray dan film radiografi pada kolimator menggunakan marking tip

Gambar 3.23 Menempelkan identifikasi dan film pada Kolimator


3. Pengukuran jarak sumber ke film minimal (SFDmin)
Pengukuran dilakukan untuk mencari posisi SFDmin yang telah ditentukan nilainya
menggunakan persamaan 3.1. Pengukuran dilakukan dari titik focal spot sampai ke
dudukan benda kerja menggunakan meteran.

Gambar 3.24 Mengukur SFD dengan meteran


3.5.2 Penentukan teknik pemaparan
Teknik pemaparan untuk benda uji berbentuk silindris yang dibuat dengan casting
adalah Double Wall Viewing (ASME section V appendix VII-271.2). Dengan
menggunakan teknik Double Wall, maka ketebalan benda uji menjadi 2 dinding (2
x 15 mm = 30 mm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

3.5.3 Penentukan tegangan tabung (kV)


Sesuai SNI 8506 :2018 pengujian dilakukan dengan metode radiografi dengan
pesawat Sinar-X tegangan 120 – 150 kV. Pada prakteknya digunakan nilai 120 kV
sesuai grafik yang digunakan untuk pengujian tahap I dan 200 kV pada pengujian
II.
3.5.4 Penentukan jarak sumber terhadap film minimal (SFDmin)
3.5.4.1 Pengujian Tahap I
SFDmin ditentukan dengan persamaan (2.7) :
𝑓
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑋 (𝑈𝑔 + 1) (2.7)
𝑚𝑎𝑥

Dengan:
X = tebal benda uji
f = ukuran focal spot
Ugmax = geometry unsharpness (ketidaktajaman geometri)
Pada spesifikasi mesin Industrial Rigaku Radioflex 250 EGM2 diketahui bahwa
ukuran focal spot pada mesin yaitu 2x2 mm, maka diagonal focal spot adalah 2√2.
Selanjutnya dicari nilai Ugmax berdasarkan ASME section V T-274.2 Geometric
Unsharpness Limitations. Tabel 3.3 menunjukkan nilai Ug yang digunakan.
Tabel 3.3 Geometric Unsharpness Limitations

Berdasarkan ketebalan benda uji (30 mm) didapatkan nilai Ugmax yaitu 0,51 mm.
Nilai Ugmax dimasukkan dalam persamaan untuk menghitung SFDmin:
2√2
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 30 ( + 1)
0,51
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 196,37 𝑚𝑚 → 197 𝑚𝑚
Didapatkan nilai SFDmin sebesar 197 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

SFD aktual yang digunakan nilainya harus lebih besar dari SFD minimal untuk
memperkecil nilai Ug, tetapi SFD aktual yang digunakan SFD contact yaitu sumber
menempel pada benda uji sehingga SFD = diameter luar benda uji = 190 mm.
3.5.4.2 Pengujian tahap II
SFDmin ditentukan dengan persamaan (2.7) :
𝑓
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑋 ( + 1) (2.7)
𝑈𝑔𝑚𝑎𝑥

Dengan :
X = tebal benda uji
f = ukuran diagonal focal spot
Ugmax = geometry unsharpness (ketidaktajaman geometri)
Pada spesifikasi mesin Industrial X-ray Revo 300D diketahui bahwa ukuran focal
spot pada mesin yaitu 3x3 mm, maka diagonal focal spot adalah 3√3. Selanjutnya
dicari nilai Ugmax berdasarkan ASME section V T-274.2 Geometric Unsharpness
Limitations. Tabel 3.4 menunjukkan nilai Ug yang digunakan.
Tabel 3.4 Geometric Unsharpness Limitations

Berdasarkan ketebalan benda uji (30 mm) didapatkan nilai Ugmax yaitu 0,51 mm.
Nilai Ugmax dimasukkan dalam persamaan untuk menghitung SFDmin :
3√3
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 30 ( + 1)
0,51
𝑆𝐹𝐷𝑚𝑖𝑛 = 335,647 𝑚𝑚 → 340 𝑚𝑚
Didapatkan nilai SFDmin sebesar 340 mm
SFD aktual yang digunakan nilainya harus lebih besar dari SFD minimal, SFD
aktual yang digunakan 380 mm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

3.5.5 Penentukan waktu penyinaran menurut grafik exposure chart


3.5.5.1 Pengujian tahap I
Pada Gambar 3.5 terdapat grafik exposure chart yang digunakan untuk mencari
nilai Eksposure (E) berdasarkan ketebalan. Karena ketebalan benda uji (30 mm)
tidak terdapat pada grafik, digunakan persamaan yang tercantum pada grafik.
Menggunakan persamaan yang tercantum di grafik, dapat dicari Eksposure yang
digunakan Persamaan (3.1)
𝐿𝑂𝐺 𝑌 = 0,08 + 0,073. 𝑋 (3.1)
Dengan :
Y = eksposure (mA/menit)
X = tebal benda uji (mm)
Menggunakan Persamaan 3.1 kemudian ditentukan energi (mA.menit) berdasarkan
nilai ketebalan bahan uji (30 mm) :
𝐿𝑂𝐺 𝑌 = 0,08 + 0,073.30
𝑌 = 𝑎𝑛𝑡𝑖 log(2,27)
𝑌 = 186,208 𝑚𝐴. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Setelah didapatkan nilai eksposure, ditentukan waktu pemaparan menggunakan
Persamaan (2.5)
Arus tabung ditetapkan konstan pada 5 mA. Data tersebut dimasukkan dalam
persamaan untuk mencari waktu pemaparan (t) :
190 186,208
𝑡=( )𝑥
700 5
𝑡 = 3,04 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 → 3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3.3.5.2 Pengujian Tahap II
Pada Pengujian tahap II digunakan exposure chart Revo 300D untuk mencari
Eksposure berdasarkan ketebalan benda uji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Gambar 3.25 Exposure Chart Revo 300D


Digunakan grafik exposure chart pada Gambar 3.25 dan dimasukkan nilai
ketebalan benda uji 30 mm (karena menggunakan teknik DWSI ketebalan benda
menjadi 2 dinding). Tegangan dan arus yang digunakan sudah ditentukan
sebelumnya yaitu 200 kV dan 5 mA. Pada garis pertemuan antara garis vertikal
ketebalan benda uji dengan garis miring tegangan ditarik garis secara horizontal ke
kiri, sehingga didapatkan nilai Eksposure sebesar 28 mA min.
Setelah didapatkan nilai eksposure, ditentukan waktu pemaparan menggunakan
persamaan 2.5
𝑆𝐹𝐷 2 𝐸
𝑡 = (𝑆𝐹𝐷 ) 𝑥𝐴 (2.5)
𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎

Dengan :
t = waktu pemaparan
SFD = SFD aktual
SFDkurva = SFD yang tercantum pada kurva
E = Eksposur (mA.menit)
A = arus tabung (mA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Arus tabung ditetapkan konstan pada 5 mA. Data tersebut dimasukkan dalam
persamaan untuk mencari waktu pemaparan (t) :
380 2 25
𝑡=( ) 𝑥
700 5
𝑡 = 2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 7 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 → 3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3.5.6 Penentukan IQI (penetrameter) dan Lokasi IQI


IQI digunakan untuk menentukan tingkat sensitivitas radiografi. Ukuran IQI yang
digunakan dapat ditentukan menurut standart ASME V pada Tabel T.276 IQI
Selection dan Tabel T.233.2 Wire IQI Designation, Wire Diameter, and Wire
Identity.
Tabel 3.5 IQI Selection

Dari Tabel 3.5 dapat ditentukan tipe IQI dan penempatan IQI yang digunakan. IQI
yang digunakan ditentukan berdasarkan ketebalan benda uji yaitu 30 mm atau
1,1811 inch. Dari ketebalan tersebut didapatkan tipe IQI 10, penempatan IQI pada
sisi sumber (source side). Kemudian digunakan Tabel 3.6 untuk menentukan set
dan berapa kawat yang harus muncul untuk memenuhi sensitivitas pengujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tabel 3.6 Wire IQI Designation, Wire Diameter, and Wire Identity

Pada Tabel 3.6 dapat diketahui jumlah kawat yang diharapkan muncul yaitu 2 kawat
dengan diameter 0,64 mm dan 0,81 mm.

3.6 Pemaparan (shooting)


Pemaparan dilakukan dengan teknik DWSI dengan SFD yang sudah ditentukan
sebelumnya. Skema pemaparan ditunjukan pada Gambar 3.23. Pemaparan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Alat proteksi radiasi personil (pocket dosimeter) dikenakan oleh seluruh personil
yang terlibat, alat tersebut dikalibrasi dan dicatat dosis awalnya. Kalibrasi dan
pencatatan dosis dilakukan oleh petugas proteksi radiasi.
2. Monitor radiasi dan tali kuning dipasang sebagai tanda dan pembatas area radiasi
3. Kolimator dipasang pada dudukan mesin X-ray sesuai posisi yang sudah diukur
sebelumnya dengan film berada di bawah kolimator (teknik DWSI)
4. Tegangan tabung, arus tabung, dan waktu pemaparan diatur pada controller
sesuai nilai yang telah ditentukan sebelumnya
5. Mesin X-ray dihidupkan dengan memutar kunci dan menekan tombol ON pada
controller
6. Dilakukan pemaparan dan ditunggu sampai waktu pemaparan selesai hingga
alarm dari mesin X-ray berbunyi
7. Petugas proteksi radiasi masuk terlebih dahulu mengukur dosis radiasi
menggunakan surveymeter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

8. Setelah dinyatakan aman, kolimator diambil, kemudian dipisahkan film dengan


kolimator, film yang sudah dipaparkan ditandai. Film baru pada kolimator untuk
dilakukan pemaparan selanjutnya.

Gambar 3.26 Skema Pemaparan Reflektor Kolimator

3.7 Pencucian dan Pembacaan Film


Setelah dilakukan pemaparan pada film, film ditindaklanjuti dengan melakukan
pencucian dan pembacaan film.
3.7.1 Pencucian Film
Langkah-langkah pencucian film adalah sebagai berikut :
1. Film yang telah dipaparkan diambil, dan dilakukan unloading
2. Film digantungkan pada hanger
3. Film dicelupkan pada larutan developer, sambil dicelupkan film diagitasi,
proses ini berlangsung selama lima menit
4. Film dicelupkan pada larutan fixer, sambil dicelupkan film diagitasi, proses ini
berlangsung selama lima menit
5. Film dicelupkan pada larutan stopbath, sambil dicelupkan film diagitasi, proses
ini berlangsung selama lima menit
6. Film dimasukkan pada dryer untuk dikeringkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

3.7.2 Pembacaan Film


3.7.2.1 Pembacaan nilai densitas
Nilai densitas minimum yang terdapat dalam ASME section V appendix VII adalah
1,5. Pembacaan nilai densitas menurut standard RSNI 3 diukur melalui 7 titik yang
berbeda dengan ketentuan perbedaan nilai densitas hasil pengukuran yang
didapatkan harus +-0,05 dari nilai densitas rata-rata.
3.7.2.2 Analisa Keberterimaan Film menurut ASME V
Setelah film diukur densitasnya dilakukan analisa kriteria keberterimaan film
menurut ASME V, kriteria kebertrimaan tersebut diantaranya :
1. Ada atau tidaknya identifikasi yang nampak pada film
2. Ada atau tidaknya marker lokasi yang nampak pada film
3. Nilai densitas rata-rata film mengacu pada ASME section V appendix VII nilai
densitas yang dapat diterima berada pada rentang 1,5 – 4.
4. Limitasi Nilai Ug
Limitasi nilai Ug mengacu pada ASME section V T-274.2 Geometric Unsharpness
Limitations.
Tabel 3.7 Geometric Unsharpness Limitations

Karena ketebalan benda uji 30 mm, maka Ug maksimal yang diperbolehkan yaitu
0,51 mm. Nilai Ug ditentukan dengan persamaan (2.8).
5. Variasi nilai densitas:
Variasi nilai densitas yang disyaratkan mengacu pada ASME section V T-282.2
dimana rentang densitas film harus berada pada -15% - 30%
Variasi Ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.11) :
Dmax −Davg
VDmax = x 100% dan
Davg

Dmin −Davg
VDmin = x 100% (2.11)
Davg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Dengan :
Dmax = Nilai Densitas maksimal
Dmin = Nilai Densitas minimal
Davg = Nilai Densitas rata-rata
6. Sensitivitas radiografi
Sensitivitas radiografi ditentukan dengan persamaan (2.9)
Ф
S = x 100% (2.9)
X

Dengan :
Ф = ukuran kawat terkecil yang tampak
X = ketebalan benda uji
7. Minimal kawat IQI yang tampak
Minimum kawat yang tampak adalah 2 kawat (Tabel 3.6)

3.7.2.3 Analisa Homogenitas


Analisis homogenitas dilakukan dengan melakukan pembacaan nilai densitas pada
film radiografi yang telah dihasilkan dari pengujian dengan ketentuan densitas
diukur pada minimal 7 titik yang berbeda pada setiap area pemeriksaan (ROI)
selanjutnya dirata-rata dan hasilnya dibandingkan dengan pengukuran disetiap titik
yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh berupa selisih nilai densitas disetiap
titik dengan densitas rata-rata ± 0,05 dengan catatan tidak terdapat diskontinuitas
pada material. Seperti yang ditampilkan dalam hasil pengujian pada kolimator,
kolimator yang nilai perbedaan densitas yang diukur dengan densitas rata-ratanya
lebih dari 0,05 artinya kolimator tersebut tidak homogen.

3.7.2.4 Interpretasi film


Setelah dilakukan pembacaan nilai densitas, film kemudian diinterpretasikan oleh
radiographer untuk ditentukan jenis cacat, ukuran cacat, dan posisi cacat yang
mungkin terdapat pada reflektor kolimator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan dua kali pengujian terhadap reflektor kolimator. Pengujian


pertama dilakukan pada kolimator nomor 1, tetapi ada film yang rusak karena
terbakar dan tidak dapat terbaca. Karena hasil yang belum memuaskan, dilakukan
pengujian tahap II pada seluruh kolimator (12 kolimator). Data hasil penelitian
berupa gambar film kolimator dan nilai densitas, lalu dilakukan pengolahan data
berupa analisa keberterimaan film menurut ASME section V, analisa
diskontinuitas, dan analisa homogenitas.

4.1. Pengujian Tahap I


Parameter yang digunakan pada pengujian pertama adalah sebagai berikut :
Parameter Pengujian :
Tegangan tabung : 120 kV
Arus Tabung : 5 mA
Waktu Penyinaran : 3 menit
SFD : 200
Film : AGFA D7 (4”x10”)

Film hasil pengujian radiografi tahap pertama pada kolimator no.1 ditunjukkan
pada Gambar 4.1 – Gambar 4.4. Data hasil pengukuran densitas dan Tabel
kebertrimaan film menurut ASME section V ditunjukkan pada Tabel ditunjukkan
pada Tabel 4.1 – Tabel 4.8.

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

4.1.1. Kolimator 1
Pada pengujian kolimator 1, film hasil radiografi pada sisi 2-3 A dan 2-3 B tidak
dapat ditampilkan untuk dianalisa dikarenakan film rusak pada saat pengujian.
4.1.1.1. KLM01 0-1 A

Gambar 4.1 KLM01 0-1 A


a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 2√2 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,1105 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Pengukuran nilai densitas film
Tabel 4.1 Pengukuran Densitas KLM 01 0-1 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,76 1,68 1,77 1,71 1,72 1,79 1,69 1,73

c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,79 − 1,73
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 3,46%
Davg 1,73

Dmin − Davg 1,68 − 1,73


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −2,89%
Davg 1,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

d. Sensitivitas Radiografi
Ukuran kawat terkecil yang nampak pada film : 0,020” = 0,51 mm, sehingga :
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.2 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 A
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,1105 𝑚𝑚 DITERIMA
4 Densitas 1,5 – 4 1,73 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -2,89% s/d DITERIMA
3,46 %
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
11 (minimal 2
kawat)

Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa film KLM 01 0-1 A diterima menurut
standart ASME V. Pada KLM 01 0-1 A tidak ditemukan adanya diskontinuitas.
4.1.1.2 KLM 0-1 B

Gambar 4.2 KLM-01 posisi 0-1 B


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 2√2 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,1105 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Pengukuran Nilai Densitas Film
Tabel 4.3 Pengukuran Densitas KLM 01 0-1 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,21 1,81 1,26 1,24 1,22 1,20 1,21 1,31

c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,81 − 1,307
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 38,48%
Davg 1,307

Dmin − Davg 1,20 − 1,307


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −0,81%
Davg 1,307
d. Sensitivitas Radiografi
Ukuran kawat terkecil yang nampak pada film : 0,020” = 0,51 mm
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30
e. Kriteria Keberterimaan ASME V
Kriteria Keberterimaan ASME V ditunjukkan pada tabel 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Tabel 4.4 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 B


No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,1105 DITERIMA
4 Densitas 1,5 – 4 1,31 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -0,81% s/d TIDAK
38,48% DITERIMA
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
11 (minimal 2
kawat)

Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa film KLM 01 0-1 B tidak diterima menurut
standart ASME V dikarenakan nilai densitas dan variasi nilai densitas tidak
memenuhi kriteria.Pada KLM 01 0-1 B tidak ditemukan adanya diskontinuitas.

4.1.1.3 KLM 01 1-2 A

Gambar 4.3 KLM 01 1-2 A


a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 2√2 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,1105 𝑚𝑚
𝐷 190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

b. Pengukuran Nilai Densitas Film


Pengukuran Nilai Densitas Film ditunjukkan oleh Tabel 4.5
Tabel 4.5 Pengukuran Densitas KLM 01 1-2A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,81 1,80 1,78 1,82 1,78 1,80 1,79 1,79

c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,82 − 1,79
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 1,67%
Davg 1,79

Dmin − Davg 1,78 − 1,79


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −0,55%
Davg 1,79
d. Sensitivitas Radiografi
Ukuran kawat terkecil yang nampak pada film : 0,020” = 0,51 mm
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30
e. Kriteria Kebertrimaan ASME V
Kriteria Keberterimaan ASME V ditunjukkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 1-2 A
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,1105 mm DITERIMA
4 Densitas 1,5 – 4 1,79 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -2,89% s/d DITERIMA
3,46 %
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
11 (minimal 2
kawat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Dari Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa film KLM 01 1-2 A diterima menurut
standart ASME V. Pada KLM 01 1-2 A tidak ditemukan adanya diskontinuitas.

4.1.1.4 KLM 01 1-2 B

Gambar 4.4 KLM01 1-2 B


a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 2√2 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,1105 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Pengukuran Nilai Densitas Film
Pengukuran Nilai Densitas Film ditunjukkan oleh Tabel 4.7
Tabel 4.7 Pengukuran Densitas KLM 01 1-2 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,02 1,03 1,02 1,03 1,08 1,04 1,07 1,04

c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,82 − 1,79
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 1,6759%
Davg 1,79

Dmin − Davg 1,78 − 1,79


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −0,5586%
Davg 1,79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

d. Sensitiitas Radiografi
Ukuran kawat terkecil yang nampak pada film : 0,020” = 0,51 mm
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30
e. Kriteria Keberterimaan ASME V
Kriteria Keberterimaan ASME V ditunjukkan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Kriteria ASME V pada Film KLM 01 0-1 A


No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA TIDAK TIDAK
ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,1105 mm DITERIMA
4 Densitas 1,5 – 4 1,68 - 1,79 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -2,89% s/d DITERIMA
3,4682 %
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
11 (minimal 2
kawat)

Dari tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa film KLM 01 1-2 B tidak diterima menurut
standart ASME V dikarenakan marker lokasi tidak nampak pada. Pada KLM 01 1-
2 B tidak ditemukan adanya diskontinuitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

4.2 Pengujian Tahap II


Pengujian tahap kedua dilakukan pada seluruh kolimator (12 kolimator) dengan
parameter pengujian sebagai berikut:
Tegangan tabung : 120-200 kV
Arus Tabung : 3 mA
Waktu Penyinaran : 3 menit 6 detik
SFD : 380 mm
Film : AGFA D7 (4” X 10”)
Teknik : DWSI (Double Wall Single Image)
Pengujian dilakukan dengan empat sisi daerah pemeriksaan (ROI) yaitu 0-1, 1-2,
2-3, dan 3-0. Dengan setiap sisi ada dua film (atas dan bawah) dengan identifikasi
A dan B. Dengan demikian satu kolimator membutuhkan 8 film.Berikut
dicantumkan data-data pengujian meliputi gambar film, analisa keberterimaan film
menurut ASME V, analisa homogenitas, dan analisa diskontinuitas. Dicantumkan
data densitas film hasil pengukuran penulis (dibawah film) dan densitas film hasil
pengukuran penguji.Terdapat perbedaan selisih nilai densitas yang cukup
signifikan antara nilai yang diukur penulis dengan nilai yang diukur tim penguji,
hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Perbedaan jenis alat pengukur (densitometer) yang digunakan
2. Perbedaan area pengukuran densitas pada film
3. Kesalahan kalibrasi dan penggunaan alat
Nilai densitas yang digunakan untuk pengolahan data merupakan nilai densitas
hasil pengukuran tim penguji. Pengukuran yang dilakukan meliputi seluruh film
kolimator, setiap film diambil tujuh titik kemudian dijumlah dengan delapan film
lainnya dan dirata-rata.
Dicantumkan data tiga kolimator yaitu kolimator 1, kolimator 2, dan kolimator 5,
yang mempunyai jenis diskontinuitas yang berbeda-beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.2.1 Kolimator 1
4.2.1.1. KLM 01 0-1 A
Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 0-1 – 3-0 ditunjukkan
pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 K01 0-1 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 190
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 0-1 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.9
Tabel 4.9 Nilai densitas film K01 0-1 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,14 1,19 1,15 1,09 1,04 0,96 1,08 1,09

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.9 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,14
Nilai Densitas min : 0,96
Nilai Densitas rata-rata : 1,09
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,14 − 1,09
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 4,58 %
Davg 1,09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Dmin − Davg 0,96 − 1,09


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −11,92%
Davg 1,09
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30
e. Kriteria Keberterimaan ASME V
Tabel 4.10 Kriteria Keberterimaan Film K01 0-1 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,09 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -11,92% DITERIMA
s/d 4,58%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 0-1 A tidak dapat
diterima menurut ASME V dikarenakan nilai densitas film dan nilai Ug tidak
memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.2.1.2. K01 0-1 B


Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 0-1 B ditunjukkan pada
Gambar 4.6.

Gambar 4.6 K01 0-1 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 0-1 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.11
Tabel 4.11 Nilai densitas film K01 0-1 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
0,76 0,7 0,73 0,71 0,78 0,83 0,82 0,76

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.11 didapatkan :
Nilai Densitas max : 0,83
Nilai Densitas min : 0,7
Nilai Densitas rata-rata : 0,76
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 0,83 − 0,76
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 9,21 %
Davg 0,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Dmin − Davg 0,7 − 0,76


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −7,89%
Davg 0,76
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.12 Kriteria Keberterimaan Film K01 0-1 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 0,76 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -7,89% s/d DITERIMA
9,21%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 0-1 B tidak dapat
diterima menurut ASME V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

4.2.1.3. K01 1-2 A


Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 1-2 A ditunjukkan pada
Gambar 4.7

Gambar 4.7 K01 1-2 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 1-2 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.13
Tabel 4.13 Nilai densitas film K01 1-2 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,76 1,82 1,78 1,87 1,83 1,79 1,6 1,77

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.13 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,87
Nilai Densitas min : 1,6
Nilai Densitas rata-rata : 1,77
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,87 − 1,77
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 5,64 %
Davg 1,77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Dmin − Davg 1,6 − 1,77


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −9,6%
Davg 1,77

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.14 Kriteria Keberterimaan Film K01 1-2 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,77 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -9,6% s/d DITERIMA
5,64%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 1-2 A diterima
menurut ASME V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

4.1.2.4. K01 1-2 B


Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 1-2 B ditunjukkan pada
Gambar 4.8

Gambar 4.8 K01 1-2 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 0-1 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.15
Tabel 4.15 Nilai densitas film K01 1-2 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,18 1,16 1,22 1,14 1,25 1,28 1,23 1,21

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.15 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,28
Nilai Densitas min : 1,14
Nilai Densitas rata-rata : 1,21
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,28 − 1,21
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 5,78 %
Davg 1,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Dmin − Davg 1,14 − 1,21


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −5,78%
Davg 1,21
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.16 Kriteria Keberterimaan Film K0 11-2 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,21 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -5,78% s/d DITERIMA
5,78%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.16 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 1-2 B tidak dapat
diterima menurut ASME V dikarenakan nilai densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

4.2.1.5. K01 2-3 A


Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 2-3 A ditunjukkan pada
Gambar 4.9

Gambar 4.9 K01 2-3 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 2-3 Aditunjukkan oleh Tabel 4.17
Tabel 4.17 Nilai densitas film K01 2-3 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,52 1,54 1,3 1,36 1,32 1,5 1,63 1,45

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.17 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,63
Nilai Densitas min : 1,3
Nilai Densitas rata-rata : 1,45
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,63 − 1,45
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 12,41 %
Davg 1,45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Dmin − Davg 1,3 − 1,45


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −10,34%
Davg 1,45
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.18 Kriteria Keberterimaan Film K01 2-3 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,45 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -10,34% DITERIMA
s/d 12,41%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 2-3 A tidak dapat
diterima menurut ASME V dikarenakan nilai densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

4.2.1.6. K01 2-3 B


Film hasil pengujian radiografi dari kolimator 01 pada sisi 2-3 B ditunjukkan pada
Gambar 4.10

Gambar 4.10 K01 2-3 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K01 2-3B Ditunjukkan oleh Tabel 4.19
Tabel 4.19 Nilai densitas film K01 2-3 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,17 1,18 1,25 1,35 1,37 1,52 1,54 1,34

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.19 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,54
Nilai Densitas min : 1,17
Nilai Densitas rata-rata : 1,34
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,54 − 1,34
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 14,92 %
Davg 1,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Dmin − Davg 1,17 − 1,34


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −12,68%
Davg 1,34
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.20 Kriteria Keberterimaan Film K01 2-3 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
4 Densitas 1,5 - 4 1,34 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -12,68% DITERIMA
s/d 14,92%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.20 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K01 2-3 B tidak dapat
diterima menurut ASME V dikarenakan nilai densitas film tidak memenuhi kriteria.
4.2.1.2 Analisa Homogenitas
Analisa Homogenitas dilakukan dengan membandingkan selisih nilai densitas pada
masing-masing titik pada film yang telah diukur dengan densitas rata-rata. Jika
selisih nilai yang didapat lebih atau kurang dari 0,05 maka kolimator tersebut tidak
homogen. Selisih nilai densitas rata-rata film K02 0-1 A ditunjukkan pada Tabel
4.21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Tabel 4.21 Nilai Densitas Rata-Rata K01


Titik 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengukuran
Pada ROI
Nilai
2.51 2.51 2.21 2.26 2.31 2.28
Densitas
Nilai
Densitas 2.35
Rata-rata
Rentang
perbedaan
nilai
densitas
dengan 0.16 0.16 0.14 0.09 0.04 0.07
densitas
rata-rata
(SNI
8506:2018)

Penentuan homogenitas kolimator didasarkan pada rentang selisih nilai densitas


pada masing-masing sisi film, bila nilai yang didapatkan lebih dari 0,05 artinya
kolimator tersebut tidak homogen. Hasil perhitungan selisih densitas menunjukkan
nilai maksimal pada 0,16 dan nilai minimal pada 0,04. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kolimator tersebut tidak homogen.

4.2.1.3 Analisa Diskontinuitas


Ditemukan diskontinuitas yang ditunjukkan oleh lingkaran merah, pada sisi 1-2 A
berupa hot tears sepanjang 6,5 cm. Hot tears tersebut berada pada posisi 10,5 cm
dari penomoran 1. Hot tears tersebut memanjang hingga sisi 1-2 B sepanjang 5 cm,
berada pada 3 cm dari penomoran 2. Sehingga total panjang hot tears adalah 11,5
cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

4.2.2 Kolimator 2
Gambar film dari kolimator 2 ditunjukkan pada Gambar 4.11 – Gambar 4.18
4.2.2.1 K02 0-1 A
Film K02 0-1 A ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 K02 0-1 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 0-1 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.22
Tabel 4.22 Nilai densitas film K02 0-1 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
2,14 2,05 1,98 1,8 1,88 1,74 1,72 1,73

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.23 didapatkan :
Nilai Densitas max : 2,14
Nilai Densitas min : 1,72
Nilai Densitas rata-rata : 1,9
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 2,14 − 1,9
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 12,63 %
Davg 1,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Dmin − Davg 1,72 − 1,9


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −9,47%
Davg 1,9
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.23 Kriteria Keberterimaan Film K02 0-1 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,72 – 2,14 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -9,47% s/d DITERIMA
12,63%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 0-1 A dapat diterima
menurut ASME V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

4.2.2.1 K02 0-1 B


Film K02 0-1 B Ditunjukkan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 K02 0-1 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 0-1 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.24
Tabel 4.24 Nilai densitas film K02 0-1 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,27 1,35 1,33 1,31 1,28 1,55 1,59 1,38

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.24 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,59
Nilai Densitas min : 1,27
Nilai Densitas rata-rata : 1,38
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,59 − 1,38
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 15,21 %
Davg 1,38
Dmin − Davg 1,27 − 1,38
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −7,97%
Davg 1,38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.25 Kriteria Keberterimaan Film K02 0-1 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,38 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -7,97% DITERIMA
s/d
15,21%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.25 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 0-1 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

4.2.2.3 K02 1-2 A


Film K02 1-2 A Ditunjukkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 K02 1-2 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 1-2 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.26
Tabel 4.26 Nilai densitas film K02 1-2 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,25 1,24 1,35 1,46 1,29 1,34 1,35 1,32

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.26 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,46
Nilai Densitas min : 1,24
Nilai Densitas rata-rata : 1,32
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,46 − 1,32
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 10,61 %
Davg 1,32
Dmin − Davg 1,24 − 1,32
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −6,1%
Davg 1,32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.27 Kriteria Keberterimaan Film K02 1-2 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,32 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -6,1% s/d DITERIMA
10,61%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 1-2 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film dan nilai Ug tidak memenuhi
kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

4.2.2.4 K02 1-2 B


Film K02 1-2 B Ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 K02 1-2 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 1-2 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.28
Tabel 4.28 Nilai densitas film K02 1-2 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,31 1,35 1,33 1,31 1,27 1,25 1,24 1,29

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.28 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,35
Nilai Densitas min : 1,24
Nilai Densitas rata-rata : 1,29
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,35 − 1,29
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 4,65 %
Davg 1,29
Dmin − Davg 1,24 − 1,29
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −3,87%
Davg 1,29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.29 Kriteria Keberterimaan Film K01 1-2 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,29 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -3,87% s/d DITERIMA
4,65%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 1-2 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

4.2.2.5 K02 2-3 A


Film K02 2-3A ditunjukkan pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15 K02 2-3 A

1. Analisa Keberterimaan ASME V


a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 2-3 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.30
Tabel 4.30 Nilai densitas film K02 2-3 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,33 1,49 1,46 1,44 1,37 1,34 1,31 1,39

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.30 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,49
Nilai Densitas min : 1,31
Nilai Densitas rata-rata : 1,39
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,49 − 1,39
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 7,19 %
Davg 1,39
Dmin − Davg 1,31 − 1,39
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −5,75%
Davg 1,39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.31 Kriteria Keberterimaan Film K02 2-3 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,39 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -5,75% s/d DITERIMA
7,19%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.31 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 2-3 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

4.2.2.6 K02 2-3 B


Film K02 2-3 B Ditunjukkan pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 K02 2-3 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 2-3 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.32
Tabel 4.32 Nilai densitas film K02 2-3 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,5 1,44 1,45 1,3 1,22 1,23 1,25 1,34

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.32 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,5
Nilai Densitas min : 1,22
Nilai Densitas rata-rata : 1,34
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,5 − 1,34
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 11,94 %
Davg 1,34
Dmin − Davg 1,22 − 1,34
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −8,95%
Davg 1,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.33 Kriteria Keberterimaan Film K02 2-3 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 TIDAK
mm DITERIMA
4 Densitas 1,5 - 4 1,34 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -8,95% s/d DITERIMA
11,94%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.33 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 2-3 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film dan nilai Ug tidak memenuhi
kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

4.2.2.7 K02 3-0 A


Film K02 3-0 A Ditunjukkan pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 K02 3-0 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 3-0 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.34
Tabel 4.34 Nilai densitas film K02 3-0 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,44 1,67 1,6 1,4 1,38 1,3 1,34 1,44

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.34 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,67
Nilai Densitas min : 1,3
Nilai Densitas rata-rata : 1,44
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,67 − 1,44
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 20,1 %
Davg 1,44
Dmin − Davg 1,3 − 1,44
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −9,72%
Davg 1,44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.35 Kriteria Keberterimaan Film K02 3-0 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,44 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -9,72% s/d DITERIMA
20,1%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.35 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 3-0 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film dan nilai Ug tidak memenuhi
kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

4.2.2.8 K02 3-0 B


Film K02 3-0 B Ditunjukkan pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 K02 3-0 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K02 0-1 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.36
Tabel 4.36 Nilai densitas film K02 3-0B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,47 1,52 1,42 1,4 1,37 1,25 1,27 1,38

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.23 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,25
Nilai Densitas min : 1,52
Nilai Densitas rata-rata : 1,38
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,52 − 1,38
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 10,14 %
Davg 1,38
Dmin − Davg 1,25 − 1,38
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −9,42%
Davg 1,38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.37 Kriteria Keberterimaan Film K02 3-0 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,38 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -9,47% s/d DITERIMA
12,63%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.37 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K02 3-0B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film dan nilai Ug tidak memenuhi
kriteria.

2. Analisa Homogenitas
Analisa Homogenitas dilakukan dengan membandingkan selisih nilai densitas pada
masing-masing titik pada film yang telah diukur dengan densitas rata-rata. Jika
selisih nilai yang didapat lebih atau kurang dari 0,05 maka kolimator tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

homogen. Selisih nilai densitas rata-rata film K02 0-1 A ditunjukkan pada Tabel
4.38.
Tabel 4.38 nilai densitas rata-rata film Kolimator 2
Titik 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengukuran
Pada ROI
Nilai
2,39 2,15 2,33 2,11 2,11 2,17 2,17 2,18
Densitas
Nilai
Densitas 2,20
Rata-rata
Rentang
perbedaan
nilai
densitas
dengan 0.19 0.05 0.13 0.09 0.09 0.03 0.03 0.02
densitas
rata-rata
(SNI
8506:2018)

Penentuan homogenitas kolimator didasarkan pada rentang selisih nilai densitas


pada masing-masing sisi film, bila nilai yang didapatkan lebih dari 0,05 artinya
kolimator tersebut tidak homogen. Hasil perhitungan selisih densitas menunjukkan
nilai maksimal pada 0,19 dan nilai minimal pada 0,02. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kolimator tersebut tidak homogen.

3. Analisa Diskontinuitas
Terdapat diskontinuitas jenis porositas yang tersebar merata di hampir semua
bagian kolimator, bagian yang terdapat porositas ditunjukkan oleh lingkaran merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

4.2.3 Kolimator 5
Gambar film dari kolimator 5 ditunjukkan pada Gambar 4.19 – Gambar 4.28
4.2.3.1 K05 0-1 A

Gambar 4.19 K05 0-1 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 0-1 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.39
Tabel 4.39 Nilai densitas film K05 0-1 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,3 1,27 1,38 1,53 1,26 1,31 1,37 1,34

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.39 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,53
Nilai Densitas min : 1,26
Nilai Densitas rata-rata : 1,34
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,53 − 1,34
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 14,17 %
Davg 1,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Dmin − Davg 1,26 − 1,34


VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −5,97%
Davg 1,34
d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.40 Kriteria Keberterimaan Film K05 0-1 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 TIDAK
mm DITERIMA
4 Densitas 1,5 - 4 1,34 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -5,97% s/d DITERIMA
14,17%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 0-1 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film dan nilai Ug tidak memenuhi
kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

4.2.3.2 K05 0-1 B

Gambar 4.20 K05 0-1 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 0-1 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.41
Tabel 4.41 Nilai densitas film K05 0-1 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,66 1,52 1,28 1,32 1,35 1,62 1,64 1,48

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.41 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,66
Nilai Densitas min : 1,28
Nilai Densitas rata-rata : 1,48
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,66 − 1,48
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 12,16%
Davg 1,48
Dmin − Davg 1,28 − 1,48
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −13,51%
Davg 1,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.42 Kriteria Keberterimaan Film K05 0-1 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 – 4 1,48 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -13,51% DITERIMA
s/d 12,16%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.42 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 0-1 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

4.3.2.3 K05 1-2 A

Gambar 4.21 K05 1-2 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K051-2 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.43
Tabel 4.43 Nilai densitas film K05 1-2 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,51 1,31 1,39 1,53 1,21 1,25 1,29 1,35

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.43 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,53
Nilai Densitas min : 1,21
Nilai Densitas rata-rata : 1,35
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,53 − 1,35
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 13,33 %
Davg 1,35
Dmin − Davg 1,21 − 1,35
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −10,37%
Davg 1,35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.44 Kriteria Keberterimaan Film K05 1-2 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,35 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -10,37% DITERIMA
s/d 13,33%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 3
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.44 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 1-2 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

4.3.2.4 K05 1-2 B

Gambar 4.22 K05 1-2 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 1-2 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.45
Tabel 4.45 Nilai densitas film K05 1-2 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,13 1,18 1,04 1,06 1,11 1,12 1,1 1,11

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.45 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,18
Nilai Densitas min : 1,04
Nilai Densitas rata-rata : 1,11
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,18 − 1,11
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 6,31 %
Davg 1,11
Dmin − Davg 1,04 − 1,11
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −6,31%
Davg 1,11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.46 Kriteria Keberterimaan Film K05 1-2 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,11 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -6,31% s/d DITERIMA
6,31%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 1-2 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

4.3.2.5 K05 2-3 A

Gambar 4.23 K05 2-3 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 190
𝑈𝑔 = = = 5,196 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 2-3 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.47
Tabel 4.47 Nilai densitas film K05 2-3 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,3 1,4 1,23 1,29 1,25 1,23 1,21 1,27

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.47 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,4
Nilai Densitas min : 1,21
Nilai Densitas rata-rata : 1,27
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,4 − 1,27
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 10,23 %
Davg 1,27
Dmin − Davg 1,21 − 1,27
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −4,72%
Davg 1,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.48 Kriteria Keberterimaan Film K05 2-3 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,27 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -4,72% s/d DITERIMA
10,23%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.48 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 2-3 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

4.3.2.6 K05 2-3 B

Gambar 4.24 K05 2-3 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 190
𝑈𝑔 = = = 5,196 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 2-3B Ditunjukkan oleh Tabel 4.49
Tabel 4.49 Nilai densitas film K05 2-3B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
2,14 2,05 1,98 1,8 1,88 1,74 1,72 1,73

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.49 didapatkan :
Nilai Densitas max : 2,14
Nilai Densitas min : 1,72
Nilai Densitas rata-rata : 1,9
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 2,14 − 1,9
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 12,63 %
Davg 1,9
Dmin − Davg 1,72 − 1,9
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −9,47%
Davg 1,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.50 Kriteria Keberterimaan Film K05 2-3 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,9 DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -9,47% s/d DITERIMA
12,63%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.50 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 2-3 B dapat diterima
menutrut ASME V karena memenuhi seluruh kriteria yang ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

4.3.2.7 K05 3-0 A

Gambar 4.25 K05 3-0 A


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 3-0 A Ditunjukkan oleh Tabel 4.51
Tabel 4.51 Nilai densitas film K05 3-0 A
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,55 1,29 1,4 1,42 1,38 1,16 1,14 1,33

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.51 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,55
Nilai Densitas min : 1,14
Nilai Densitas rata-rata : 1,33
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,55 − 1,33
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 16,54 %
Davg 1,33
Dmin − Davg 1,14 − 1,33
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −14,28%
Davg 1,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.52 Kriteria Keberterimaan Film K05 3-0 A menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,33 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -14,28% DITERIMA
s/d 16,54%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.52 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 3-0 A tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

4.3.2.7 K05 3-0 B

Gambar 4.26 K05 3-0 B


1. Analisa Keberterimaan ASME V
a. Nilai Ug
𝑆 𝑥 𝑇 3√3 𝑋 15
𝑈𝑔 = = = 0,41022 𝑚𝑚
𝐷 190
b. Nilai Densitas Film
Nilai densitas film K05 3-0 B Ditunjukkan oleh Tabel 4.53
Tabel 4.53 Nilai densitas film K05 3-0 B
Densitas Densitas
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
1,34 1,37 1,42 1,26 1,3 1,22 1,15 1,29

Dari data film radiografi dan nilai densitas film radiografi dapat dianalisa kriteria
kebertrimaan film tersebut menurut ASME V. Dari tabel 4.53 didapatkan :
Nilai Densitas max : 1,42
Nilai Densitas min : 1,15
Nilai Densitas rata-rata : 1,29
c. Variasi Densitas
Dmax − Davg 1,42 − 1,29
VDmax = x 100% = VDmax = x100% = 10,07 %
Davg 1,29
Dmin − Davg 1,15 − 1,29
VDmin = x 100% = VDmin = x100% = −10,85%
Davg 1,29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

d. Sensitivitas
Terdapat 3 kawat yang nampak pada film. Ukuran kawat terkecil yang tampak 0,51
mm.
Ф 0,51
S = x 100% = x 100% = 1,7%
X 30

e. Kriteria Keberterimaan ASME V


Tabel 4.54 Kriteria Keberterimaan Film K05 3-0 B menurut ASME V
No Parameter ASME V Hasil Keterangan
1 Sistem Identifikasi ADA ADA DITERIMA
2 Marker Lokasi ADA ADA DITERIMA
3 Ug Max 0,51 mm 0,41022 DITERIMA
mm
4 Densitas 1,5 - 4 1,29 TIDAK
DITERIMA
5 Variasi Densitas -15% s/d 30% -10,85% DITERIMA
s/d 10,07%
6 Penetrameter (IQI) Set B, kawat 3 kawat DITERIMA
10 (minimal 2
kawat
tampak)

Dari Tabel 4.54 dapat disimpulkan bahwa film radiografi K05 3-0 B tidak dapat
diterima menurut ASME V karena densitas film tidak memenuhi kriteria.

4.2.1.2 Analisa Homogenitas


Nilai Densitas Film Kolimator 05 ditunjukkan oleh Tabel 4.55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Tabel 4.55 Nilai Densitas Film K05


Titik 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengukuran
Pada ROI
Nilai
2,13 2,19 2,06 2,07 2,07 1,99 1,95 2,08
Densitas
Nilai
Densitas 2,07
Rata-rata
Rentang
perbedaan
nilai
densitas
dengan 0,06 0,12 0,01 0,00 0,00 0,08 0,12 0,01
densitas
rata-rata
(SNI
8506:2018)

Dari Tabel 4.1 didapatkan nilai :


Nilai Densitas max : 2,19
Nilai Densitas min : 1,95
Nilai Densitas rata-rata : 2,07

Penentuan homogenitas kolimator didasarkan pada rentang selisih nilai densitas


pada masing-masing sisi film, bila nilai yang didapatkan lebih dari 0,05 artinya
kolimator tersebut tidak homogen. Hasil perhitungan selisih densitas menunjukkan
nilai maksimal pada 0,12 dan nilai minimal pada 0,00. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kolimator tersebut tidak homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

4.2.1.3 Analisa Diskontinuitas


Terdapat diskontinuitas jenis shrinkage lv.1 yang tersebar merata di hampir semua
bagian kolimator, bagian yang terdapat diskontinuitas ditunjukkan oleh lingkaran
merah.

4.3 Pembahasan
Pada pengujian kedua, seluruh kolimator (12 kolimator) diuji. Kolimator
tersebut diuji menggunakan tegangan 200 kV, arus 3 mA, SFD sebesar 380 mm dan
teknik DWSI. Untuk menguji 12 kolimator diperlukan 48 film. Dari 48 film tersebut
ada dua film dari kolimator 1 (sisi 3-0 A dan 3-0 B) yang rusak pada saat pengujian
sehingga tidak dapat dibaca. Karena keterbatasan waktu dan biaya, pemaparan
ulang pada sisi tersebut tidak dilakukan. Pada penelitian ini diambil 3 sampel
kolimator, yaitu kolimator 1, kolimator 2, dan kolimator 5, alasan diambil sampel
tersebut adalah kolimator tersebut terdapat diskontinuitas yang dimana pada
kolimator lainnya tidak terdapat/terbaca. Film-film dari kolimator 1, kolimator 2,
dan kolimator 5 yang yang sudah diproses di kamar gelap kemudian dilanjutkan
untuk dibaca pada film viewer untuk diinterpretasikan dan dianalisa. Analisa film
meliputi analisa keberterimaan menurut standar ASME section V, analisa
diskontinuitas dan analisa homogenitas. Pada Analisa ASME section V hanya
terdapat 3 film dari 22 film yang dianalisa yang lolos uji standar ASME V. Film-
film yang tidak lolos standar diakibatkan oleh nilai densitas yang berada di bawah
rentang nilai densitas yang disyaratkan yaitu 1,5-4. Sedangkan untuk kriteria
lainnya seperti limitasi nilai Ug, film yang diuji memiliki nilai 0,41022 mm dimana
memenuhi kriteria yang harus berada pada nilai dibawah 0,51 mm. Sensitivitas
radiografi berada pada nilai 1,7% dimana nilai tersebut dibawah nilai sensitivitas
radiografi yang biasanya digunakan sebesar 2%, karena nilai sensitivitas yang kecil,
film ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi diskontinuitas dengan ukuran
sebesar 1,7% dari ketebalan kolimator (15 mm) yaitu 0,255 mm. Dengan kata lain
diskontinuitas dengan ukuran minimal 0,255 mm dapat terlihat pada film radiografi.
Walaupun banyak tidak lolos standar uji, film-film tersebut tetap dibaca, film-film
tersebut dapat menampilkan diskontinuitas yang terdapat pada kolimator dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

memiliki kontras yang baik, sehingga dapat diinterpretasikan jenis diskontinuitas,


ukuran diskontinuitas, dan lokasi diskontinuitas oleh radiographer.
Dari kedua belas kolimator yang diuji, ditemukan beberapa diskontinuitas di
beberapa kolimator. Pada kolimator nomor 1 ditemukan diskontinuitas jenis hot
tears pada sisi 1-2 A dan memanjang hingga sisi 1-2 B (ditunjukkan oleh Gambar
4.27 dan Gambar 4.28). Panjang total diskontinuitas ini adalah 11,5 cm. Hot tears
merupakan diskontinuitas yang nampak seperti keretakan dan dapat disebabkan
oleh laju pembekuan yang terlalu lambat (Mujiyono, dkk., 2018) (Tjitro &
Sugiharto, 2004).

Gambar 4.27 Hot tears pada Kolimator 1 sisi 1-2 A

Gambar 4.28 Hot tears pada Kolimator 1 sisi 1-2 B


Pada kolimator nomor 2 ditemukan diskontinuitas jenis porositas (ditunjukkan oleh
Gambar 4.29 dan Gambar 4.30). Porositas ini terdapat di beberapa sisi, sisi yang
terdapat porositas yang cukup banyak adalah sisi 2-3 B dan sisi 3-0 B. Porositas ini
dapat disebabkan oleh laju penuangan yang terlalu lambat, laju penuangan yang
terlalu lambat dan temperatur yang terlalu rendah. Kedua faktor tersebut dapat
mengakibatkan hasil coran bertumpuk, dan mengakibatkan gas hidrogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

terperangkap di bawahnya sehingga timbul rongga-rongga dalam coran (Tjitro &


Sugiharto, 2004).

Gambar 4.29 Porositas pada Kolimator 2 sisi 2-3 B

Gambar 4.30 Porositas pada Kolimator 2 sisi 3-0 B


Pada kolimator nomor 5 ditemukan adanya diskontinuitas jenis shrinkage
(ditunjukkan pada Gambar 4.30 dan 4.31) yang terdistribusi merata hampir di
semua sisi kolimator 5. Diskontinuitas jenis ini dapat disebabkan oleh laju
pembekuan yang tidak sama antara bagian tengah dan bagian pinggir cetakan
(Krisnawan, dkk., 2012).

Gambar 4.31 Shrinkage pada Kolimator 5 sisi 0-1 B


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Gambar 4.32 Shrinkage pada Kolimator 5 sisi 3-0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya :
a. Reflektor Kolimator yang dibuat dari nikel murni dan dengan teknik centrifugal
casting dapat diuji tak rusak dengan menggunakan radiografi X-ray yang
merupakan trial dan error dikarenakan belum adanya standar bahan nikel, jadi
digunakan standar carbon steel untuk mencari tegangan dan waktu pemaparan
b. Terdapat beberapa diskontinuitas yang terdapat pada kolimator, diantaranya hot
tears pada kolimator 1, porositas pada kolimator no 2, dan shrinkage pada
kolimator no 5, diskontinuitas tersebut dapat ditunjukkan oleh film radiografi
walaupun film tersebut tidak memenuhi nilai kriteria ASME V
c. Dari seluruh kolimator yang diuji (12 kolimator) semuanya dinyatakan tidak
homogen melalui analisa homogenitas

5.2 Saran
Beberapa saran yang disampaikan dalam penelitian ini :
a. Pada penelitian ini, terdapat beberapa film yang terbakar/rusak, perlu
diperhatikan lama waktu pemaparan dan proses pencucian film
b. Terdapat perbedaan data densitas yang diukur oleh penulis dan tim penguji,
kalibrasi dan penggunaan alat pengukur (densitometer) perlu diperhatikan
c. Proses pembuatan kolimator menggunakan centrifugal casting perlu dikaji lebih
ulang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dan minim diskontinuitas serta
dapat menghasilkan struktur yang homogen

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hameed, W., & Picton, P. (2017). DETECTING DEFECT IN DIGITAL


RADIOGRAPHIC IMAGES. Journal of Telecommunication, Electronic
and Computer Engineering, 151-154.
Al-Hameed, W., Picton, P., & Al-Mayali, Y. (2014). Context-Based Image
Segmentation of Radiography. International Journal of Engineering
Research and Development, 27-31.
Ali, S. M. (2019). The effect of reinforced SiC on the mechanical properties of the
fabricated hypoeutectic Al-Si alloy by centrifugal casting. Engineering
Science and Technology, an International Journal, 1-11.
American Cancer Society. (2019). Cancer Facts & Figures 2019. Atlanta:
American Cancer Society.
ASM International. (2008). ASM Handbook, Volume 15 : Casting. United States of
America: ASM International.
ASM International. (2009). Casting Design and Perfomance. America: ASM
international.
Balan. (2018). Metallurgical Failure Analysis.
Barth, R. F., Codderey, J. A., Vicente, M. G., & Blue, T. E. (2005). Boron Neutron
Capture Therapy of Cancer: Current Status and FutureProspects. American
Association of Cancer Research, 3987-4002.
Bavarnegin, E., Kasesaz, Y., & Wagner, F. (2017). Neutron beams implemented at
nuclear research reactors. Journal of Instrumentation, 1-19.
Bilalodin, Kusminarto, Hermanto, A., Sardjono, Y., & Sunardi. (2017). Double
Layer Collimator for BNCT Neutron Source Based on 30 MeV Cyclotron.
Indonesian Journal of Physics and Nuclear Application, 124-127.
Chesnokova, A. A., Kalayeva, S. Z., & Ivanova, V. A. (2017). Development of a
flaw detection material for the magnetic particle method. Journal of
Physics: Conf. Series, 1-6.

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dwivedi, S. K., Vishwakarma, M., & Soni, P. (2018). Advances and Researches on
Non Destructive Testing: A Review. Materials Today: Proceedings 5,
3690–3698.
Fanditis, J. (2018). Beam shaping assembly study for BNCT facility based on a 2.5
MeV proton accelerator on Li target. Journal of Theoretical and Applied
Physics, 249-256.
Fanditis, J. G., & Nicolau, G. (2017). Optimization of Beam Shaping Assembly
design for Boron Neutron Capture Therapy based on a transportable proton
accelerator. Alexandria Engineering Journal, 1-10.
GE Inspection Technologies. (2006). Industrial Radiography : Image Forming
Techniques. GE Inspection Technologies.
Gharsallah, M. B., & Braiek, E. B. (2015). Weld Inspection Based on Radiography
Image Segmentation with Level Set Active Contour Guided Off-Center
Saliency Map. Advances in Materials Science and Engineering, 1-10.
Gupta, M. K., Nayak, S., & Kachawaha, A. K. (2015). ANALYSIS OF
CENTRIFUGAL CASTING DEFECTS ON THEIR MANUFACTURING
PARAMETER. Journal of Harmonized Research (JOHR), 5-8.
Halmshaw, R. (1996). Introduction to the Non-Destructive Testing of Welded
Joints. England: Abington Publishing.
Handoyo, D., Cahyono, A., Kurnianto, K., & TS, A. (2017). DEVELOPMENT OF
DIGITAL FLUOROSCOPIC PROTOTYPE FOR MANUFACTURING
INDUSTRIES. Instrumentasi, 65-72.
Hellier, C. J. (2003). Handbook of Nondestructive Evaluation. USA: McGraw-Hill.
IAEA. (1992). Industrial Radiography. Vienna: IAEA.
IAEA. (2001). Current Status of Neutron Capture Therapy. Vienna: International
Atomic Energy Agency Wagramer Strasse 5.
Kim-Tsew, T. (2015). Radiographic Sensitivity in Industrial Radiographic Testing
With X-Ray Films. Malaysia International NDT Conference & Exhibition
2015 (MINDTCE-15).

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Krey, E. (2016). UJI KUALITAS KERAMIK KLAMPOK-BANJARNEGARA


DENGAN METODE RADIOGRAPHY NON-DESTRUCTIVE TESTING
(RNDT).
Krisnawan, I. H., Kusharjanta, B., & Raharjo, W. P. (2012). PENGARUH
UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT
POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR .
Mekanika, 125-130.
Kroworz, A., & Katunin, A. (2018). Non-Destructive Testing of Structures Using
Optical and Other Methods: A Review. SDHM, 1-17.
Kurniawan, D. R. (2017). ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW DENGAN
ARUS 200A PADA MATERIAL PLAT ST 37 MENGGUNAKAN
ELEKTRODA E7018 YANG DI RENDAM AIR DENGAN PENGUJIAN
RADIOGRAFI DAN MAKRO ETSA. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
November.
Maulana, I. (2018). ANIMATION OF BORON NEUTRON CAPTURE CANCER
THERAPY. Indonesian Journal of Physics and Nuclear Application, 102-
112.
Mgonja, C. T. (2017). EVALUATION ON USE OF INDUSTRIAL
RADIOGRAPHY FOR WELD JOINTS INSPECTION IN TANZANIA.
International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET),
65-74.
Muslih, M. I., Sardjono, Y., & Widiharto, A. (2014). Perancangan Kolimator di
Beam Port Tembus Reaktor Kartini untuk Boron Neutron Capture Therapy.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah-Penelitian Dasar Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Nuklir (pp. 163-178). Yogyakarta: Pusat Sains
dan Teknologi Akselerator-BATAN.
Nurhadiyanto, D., Mujiyono, & Ristadi, F. A. (2017). The Characteristics of
Aluminum Casting Product Using Centrifugal Casting Machine. Advances
in Social Science, Education and Humanities Research,, 153-158.

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Patil, S., & Darade, P. (2017). Application and Performance Frequency Response
Method as NDT Tool to Detect Defects in Castings. Materials Today:
Proceedings 4, 8463–8468.
Polee, C., Chankow, N., Srisatitt, S., & Thong-Aram, D. (2015). An industrial
radiography exposure device based on measurement of transmitted gamma-
ray intensity. Journal of Physics : Conference Series, 1-7.
Priambodo, G., Nugroho, F., Palupi, D. S., Zailani, R., & Sardjono, Y. (2017).
OPTIMIZATION OF BIOLOGICAL SHIELD FOR BORON NEUTRON
CAPTURE CANCER THERAPY (BNCT) AT KARTINI RESEARCH
REACTOR. J. Tek. Reaktor. Nukl., 139-148.
Rosenberg, S. J. (1968). Nickel and It's Alloys . Washington D.C.: Institute for
Material Research National Bureau of Standards Washington D.C.
RSNI 3. (2017). Peralatan Medis Untuk Terapi Kanker dengan Metode Boron
Neutron Capture Therapy (BNCT)-Bagian 1: Kolimator-Persyaratan
Umum dan Uji Kinerja. Pusat Standarisasi dan Mutu Nuklir BATAN.
Septiano, F. A. (2016). UJI KERETAKAN KNALPOT DENGAN METODE
RADIOGRAPHY NON DESTRUCTIVE TESTING.
Shyamji, & Prasad, S. (2017). Non Destructive Method by Penetrant Testing.
International Journal of Advance Research, Ideas, And Innovations In
Technology, 308=310.
Singh, R. (2016). Applied Welding Engineering. Elsevier.
Singh, R., Singh, S., & Hashmi, M. (2016). Invesment Casting. Oxford: Elsevier.
Situngkur, H. (2009). PENGARUH PUTARAN CETAKAN TERHADAP SIFAT
MEKANIK BESI COR KELABU PADA PEMBUATAN SILINDER
LINER MESIN OTOMOTIF DENGAN PENGECORAN SENTRIFUGAL
MENDATAR. Jurnal DInamis, 19-28.
Susilowati, A. D., Kusminarto, & Sardjono, Y. (2016). Boron Neutron Capture
Therapy (BNCT) using Compact Neutron Generator. Indonesian Journal of
Physics and Nuclear Applications, 73-80.
Tjitro, S., & Sugiharto. (2004). Pengaruh Kecepatan Putar Pada Proses Pengecoran
Aluminium Centrifugal. JURNAL TEKNIK MESIN, 1-7.

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Warfi, R., Harto, A. W., Sardjono, Y., & Widiarto. (2016). Optimization of Neutron
Collimator in The Thermal Column of Kartini Research Reactor for in vitro
and in vivo Trials Facility of Boron Neutron Capture Therapy using MCNP-
X Simulator. Indonesian Journal of Physics and Nuclear Applications, 54-
62.
Yuniarti, S., Sardjono, Y., & Bilalodin. (2016). Design Collimator and Dosimetry
of in Vitro and in Vivo Test Using MCNP-X Code. Indonesian Journal of
Physics and Nuclear Applications, 14-19.
Zhang, K., He, Y., & Dong, Z. (2018). Pulsed Eddy Current Nondestructive Testing
for Defect Evaluation and Imaging of Automotive Lightweight Alloy
Materials. Journal of Sensors, 1-11.

129

Anda mungkin juga menyukai