Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FORUM GROUP DISCUSSION (FGD)

SEMESTER GASAL

Penilaian Kesejahteraan Hewan Ternak

OLEH

PETER WONG ONG YONG

(18/432341/KH/09839)

KELOMPOK 15.1

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

November 2018
Kesejarahteraan Hewan Pada Peternakan Sapi Perah

A. Tujuan Pembelajaran
Memahami Good Farming Pratices ternak sapi perah, penerapan prinsip
kesrawan,
norma agama, pemahaman osteologi, miologi, kabohidrat dalam kontek
terpadu dan holisme.

B. Skema

FGD
SEMESTER 1

BIOKIM ILMU
OSTEOLOGI, KESEJAHTE
PETERNAKAN
ARTHOLOGI, IA AGA RAAN
UMUM DAN
VETERI HEWAN
MIOLOGI DAN
SPLANKNOLOGI NER I
MA DAN ETIKA
KEWIRAUSAH
AAN
VETERINER

SINERGI DAN INTERGRITAS ANTAR MATA KULIAH UNTUK MEMBANGUN PEMHAMAN


SECARA LEBIH DALAM DAN KOMPREHENSIF UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI
SKENARIO IV

Kesejarahteraan Hewan Pada Peternakan Sapi Perah

Kelompok A mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM diajak mengunjungi


sebuah peternakan sapi perah dan diajak untuk melakukan asesmen terhadap
peternakan tersebut. Mereka dihadapkan kepada beberapa pertanyaan, antara lain :
a) apa sajakah yang menjadi input utama yang mempengaruhi kesejahteraan
hewan ternak? ; b) alas an apakah yang membuat peternak sering tidak mengenali
gejala kelumpuhan pada sapi perah ; c) apa sajakah yang menyebabkan pedet sapi
eprah mengalmami kondisi emosi negative ; d) pengauh harga susu yang rendah
terhadap kesejahteraan ; e) bagaimana mengidentifikasi problema utama
kesejahteraan dengan menggunakan empat kriteria dalam proyek Welfare Quality®;
apa yang akan terjadi apabila sapi mengalami kelumpuhan.
Kelompok B mahasiswa yang lain mengunjungi peternakan sapi potong yang
dipelihara dengan system intensif.Mereka melihat bahwa dari sisi perilaku, sapi-sapi
yang dipelihara dengan system ini dapat mengalami emosi negative yang pada
gilirannya dapat berdampak pada kesejahteraannya. Mereka lalu mencari contoh-
contoh emosi negative ini dan penyebab yang ada di balik perilaku yang muncul.
Mahasiswa kelompok C mengunjungi peternakan ayam petelur dengan jumlah
ayam per kelompok sebesar 4000 ekor yang dipelihara dengan siste baterai, dan
jumlah total ayam dalam peternakan tersebut sebanyak 16.000 ekor. Mahasiswa ini
diharapkan untuk menyiapkan checklist berdasarkan Lima Kebebasan Hewan dan
berdasarkan proyek Welfare Quality® untuk menilai kesejahteraan hewan ungags
tersebut. Selain itu mahasiswa diharapkan mempertimbangkan berbagai nilai-nilai
spiritualitas keagamaan dalama usaha peternakan.
C. Bahasan
I. Kesejahteraan Hewan

5 Teori Kebebasan Hewan:

• Bebas dari rasa lapar dan haus


• Bebas dari ketidaknyamanan
• Bebas dari nyeri, cedera, penyakit
• Bebas untuk berperilaku normal
• Bebas dari rasa takut dan cemas

Welfare Quality Project®:


1. Nutrisi yang baik

• Lapar yang berkepanjangan, dapat dilhat dari BCS


• Haus yang berkepanjangan, dapat dilihat dari adanya suplai air bersih yang ad libitum

2. Kandang

• Adanya area untuk beristirahat yang baik : area kering dan bersih
• Hewan ternak bebas bergerak : Dapat dilihat dari alas kandang yang rata atau tidak
• Suhu lingkungan : dapat dilihat dari apakah sedang terjadi cuaca ekstream. Melihat
juga dari perilaku hewan ternak apa sedang terengah-engah (panting), berkerumun
(haddling), menggigil (shavering)

3. Kesehatan,
peternakan yang baik harus bebas dari:

• Cedera : misalnya kelumpuhan


• Penyakit : seperti mastitis, footrot, scabies, osteoporosis, coccidian,
• Nyeri akibat prosedur : prosedur kastrasi, budding, potong ekor, potong paruh (beak
trimming)
4. Perilaku yang sesuai pada hewan ternak

• Keadaan emosi yang positif : misalnya tidak adadnya perilaku ketakutan, hewan ternak
dapat bersosialisasi dan bermain
• Ekspresi perilaku sosial : misalnya pada domba umumnya bersifat social kecuali saat
beranak dan mengasuh anaknya, atau ayam yang sifat aslinya adalah membuat
sarang,
• Hubungan antara manusia- hewan yang baik : misalnya penanganan petugas kandang
dengan hewan ternak

II. Nilai-nilai spiritualis agama

1. Buddhist

Buddhism requires us to treat animals kindly:

 Buddhists try to do no harm (or as little harm as possible) to animals

 Buddhists try to show loving-kindness to all beings, including animals

 The doctrine of right livelihood teaches Buddhists to avoid any work connected with the killing of
animals

 The doctrine of karma teaches that any wrong behaviour will have to be paid for in a future life - so
cruel acts to animals should be avoided

 Buddhists treat the lives of human and non-human animals with equal respect

Buddhists see human and non-human animals as closely related:

 both have Buddha-nature

 both have the possibility of becoming perfectly enlightened

 a soul may be reborn either in a human body or in the body of a non-human animal

Buddhists believe that is wrong to hurt or kill animals, because all beings are afraid of injury and
death:
All living things fear being beaten with clubs.
All living things fear being put to death.
Putting oneself in the place of the other,
Let no one kill nor cause another to kill.

Dhammapada 129

2. Hindu :

Hinduism and Jainism For the great Eastern religions, Hinduism and Buddhism,
nature is held as sacred and humans are not more significant than any other living
thing. This contrasts markedly with Judaism, Islam and Christianity, which are
human-centred religions. To a Hindu, animal souls are the same as human souls,
progressing to higher means of conscious expression in each life. Hinduism teaches
that every soul takes on a life for a particular reason and to kill an animal stops the
progression of the soul and thus causes great suffering. The Animal Welfare in
Context 2 Bhagavad Gita (verse 5.18) proclaims that a self-realised soul is able to
understand the equality of all beings. Hinduism preaches non-injury, truthfulness,
freedom from theft, lust, anger, greed and doing what is beneficial to all creatures. A
principle of Hinduism is Ahimsa (harmlessness), and in India, this is even written into
the constitution. Strict followers of Hinduism are vegetarian.
3. Christian
Christianity shares Judaism's creation story, which many Christians have interpreted as
commanding respect for all of nature and its inhabitants. This sentiment was reflected
in Jesus' ministry, which stressed love and peace. Recognising this, many devout
Christians have been leaders of pacifist, environmental, and animal advocacy
movements. For example, St. Francis of Assisi and Albert Schweitzer encouraged
respect and reverence for all life. Evidence of caring attitudes towards animals can be
found in the Bible, for example: - ‘He that killeth an ox is as if he slew a man’ (Isaiah
66.3) ‘For meat destroy not the work of God’ (Romans 14.19-21) ‘A righteous man
regardeth the life of the beast’ (Proverbs 12.10) In general however, established
Christianity was not sympathetic to animals, and some Christians still think that animals
were put on the earth for human use. The JudaeoChristian interpretation of the opening
chapter of Genesis which gave humans 'dominion over the fish of the sea and over the
birds of the air, and over the cattle, and over all the earth, and over every creeping thing
that creeps upon the earth’ has caused many to believe that animals were put on this
earth to be used by man in whichever way he chose. Thankfully, nowadays ‘dominion’
over animals has come to be interpreted rather more sympathetically as 'stewardship'
(protective caring) of animals rather than power over them. The Christian standpoint is
changing as regards mans' relations with animals. However, Reverend Andrew Linzey
reminds us that leading churchmen argued the case for animal welfare in Victorian
England too. As a theologian, his support for animal rights is based on the belief that
animals do not belong to us, but to God and must therefore be objects of value for
human beings - it is God's right to have his creatures treated with respect. St. Francis of
Assisi was considered the patron Saint of animals in the Christian tradition, viewing
animals as his brothers and sisters. The Roman Catholic Catechism (the codified text
of dominant Roman Catholic views) contains many positive precepts about animals,
including the fact that animals are ‘God’s creatures’ and reference to the ‘integrity of
creation’. However, it also reinforces the concept of dominion and sets out acceptable
uses of animals, including food and clothing, domestication, work and leisure, medical
and scientific experiments etc. It also speaks against spending money on animals that
could as a priority go to the relief of human suffering and giving animals ‘the affection
due only to persons’. The Greek Orthodox Church has not been noted as having an
historic appreciation for the plight of suffering animals, or any particularly marked
recognition of the important role of animals in God's creation. However, there was an
important saint of the Greek Orthodox Church - St Modestos - who is still considered
to be the patron saint of animals for the church (similar to St Francis of Assisi).

4. Islam

Despite contemporary Islamic rites involving animals, study of Islam also show the
promotion of kindness to living creatures. The Qur'an, the Hadith, and the history of
Islamic civilisation offer many examples of kindness, mercy, and compassion for
animals. Islam teaches that animal should be given equal consideration to humans.
The holy prophet Mohammed said, "It behoves you to treat the animals gently"
(Hadith Muslim, 4:2593), "And the earth - He has assigned it to all living creatures"
(Qur'n Majeed, 55:10- 12), "All creatures are like a family to God" (Hadith Mishkat,
3:1392), and "A good deed done to an animal is as meritorious as a good deed done
to a human being, while an act of cruelty to an animal is as bad as an act of cruelty to
a human being" (Hadith Mishkat, Book 6, Ch. 7, 8:178). Animal Welfare in Context 3
One of the few Islamic scholars to write on animal welfare was Al-Hafiz B A Masri
who founded the International Muslim Association for Animals and Nature. Masri
urged that religious beliefs be harnessed with practical reverence for all creation.

III. Manajemen usaha Peternakan Sapi perah, sapi potong


Sapi potong menjadi salah satu pilihan komoditas yang diyakini bisa menjadi sumber
pendapatan keluarga. Proses pemeliharaan sapi potong cukup mudah dilakukan.
Namun, juga banyak kendalanya. Kendala tersebut pemeliharaan yang dilakukan
peternak. Beberapa peternak belum memiliki orientasi bahwa beternak sapi potong
bisa menjadi sumber pendapatan utama. Sehingga pemeliharaannya tidak hanya
dilakukan secara asal–asalan.
Banyak harus diketahui peternak sebelum mengenal management pemeliharaan.
Pemilihan bibit, pemberian pakan, dan pemasaran. Pemasalahan tersebut sering kali
menjadi kendala para peternak.
Para peternak harus memperhatikan bibit yang akan dipelihara. Banyak macam
untuk dapat memilih bibit sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus
memperhatikan beberapa hal antara lain :
1. Kondisi sehat dan kuat
2. Badan lebar dan dalam
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut
5. Kepala lebar, moncong tumpul.

Selain itu keberadaan kandang juga harus diberhatikan. Kandang yang baik harus
memperhatikan beberapa aspek untuk dapat dipenuhi. Aspek – aspek yang
setidaknya ada dalam kandang antara lain:

1. Cukup mendapat sinar matahari


2. Mempunyai saluran pembuangan dan tempat penampungan kotoran yang memadai
3. Terbuat dari bahan yang cukup kuat dan tahan lama
4. Bila mungkin lantai kandang disemen/dikeraskan dan dihampiri jerami biar hangat.
5. Kandang hendaknya dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum
6. Lantai diusahakan agak miring dengan kemiringan 2 derajat kearah pantat sapi dan
diusahakan agar selalu kering dan hangat
Ukuran kandang juga harus diperhatikan. Ini sangat berpengaruh untuk kenyaman
dari sapi. Apabila sapi merasa nyaman maka sapi tidak mudah stress. Ukuran
kandang yang ideal untuk setap ekor sapi adalah sebagai berikut sapi induk :
2×1,5m2 dan pejantan 2x 1,5m2/ekor.
Dalam pemeliharaan penggemukan sapi, pakan sangat berpengaruh. Komposisi dari
pakan harus diperhatikan. Pemberian pakan yang sangat mungkin diberikan
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebagai berikut :
1. Pakan hijauan,yaitu bahan yang banyak mengandung serat kasar dengan nilai cerna
yang rendah dan cukup protein seperti rumput gajah, rumput raja, benggala, satria,
dan lain – lain. Jenis legume seperti gamal, acasia vilosa, turi serta dari jenis daun-
daunan dan jerami. Pakan hijauan diberikan 10% dari berat badan perhari. Hijauan
yang diberikan merupakan campuran antara rumput dan kacang-kacangan dengan
perbandingan 2/3 bagian rumput dengan 1/3 kacang-kacangan, diberikan 2-3 kali
sehari.
2. Pakan Penguat (konsentrat). Pakan penguat adalah campuran bahan yang disusun
sedemikian rupa.
Manajemant pemeliharaan sapi potong perlu dilakukan. Untuk itu ada beberapa
metode yang harus dilakukan. Metode pemeliharaan sapi potong berdasarkan tujuan
pemeliharaan yaitu:
 sapi potong pembibitan,
 sapi potong kereman,
 sapi untuk ternak kerja
a. Pemeliharaan sapi potong pembibitan:
 Sapi induk, Selain pemberian pakan yang baik pemeliharaan kesehatan dalam
pemeliharaan sapi induk perlu juga diperhatikan sistim perkawinannya, sehingga
induk dapat melahirkan setiap 1 – 18 bulan sekali.
 Induk bunting, Sapi yang mengalami proses produksi harus mendapat perlakuan dan
pakan yang baik. Pakan harus cukup baik, berikan pakan penguat sebanyak 2-3
kg/ek/hr ditambahkan mineral. Tempatkan sapi dikandang tersendiri agar merasa
tenang. Jagalah kebersihan kandang, alasi lantainya dengan jerami/rumput kering.
Pemelihraan anak sapi, Setelah anak sapi lahir segera bersihkan lender yang
menempel pada tubuhnya,terutama bagian hidung dan mulut. Potong tali pusar dan
olesi dengan yodium. Biarkan anak sapi menyusui pada induknya sampai 4 bulan.
Mulai diperkenalkan dengan konsentrat pada umur 3 minggu.

b. Pemeliharaan sapi potong kereman

Ada 4 patokan dalam memilih sapi untuk dierem, diantaranya :


 Sapi yang berumur kurang dari satu tahun yang akan diperlukan masa kerem selama
8-12 bulan.
 Sapi berumur 1-2 tahun dengan masa kerem selama 6-8 bulan.
 Sapi yang berumur 2-3 tahun dengan masa kereman selama 4-6 bulan.
 Sapi yang berumur 3 tahun keatas dengan masa kereman maksimal selama 4 bulan
Selain dari segi umur juga perlu pertimbangan dari bentuk tubuh sapi yang akan
dikerem dapat dipilih kurus, tapi bukan karena penyakit. Kuru dalam artian kurang
makanan dan perawatan. Berat ideal sapi yang akan dikerem antara 140-200 kg.
Pemberian konsentrat berupa dedak padi +starbio sebanyak 1 kg hari akan
memberikan pertambahan berat badan rata-rata 600 gram/hari.
c. Pemeliharaan sapi untuk ternak kerja, Pada pemeliharaan ini perlu diperhatikan
adalah ternak sebaiknya tidak dikerjakan pada waktu tertentu sbb:
1. Satu bulan setelah dikawinkan
2. Dua bulan sebelum melahirkan
3. Satu bulan setelah melahirkan
4. Pengolahan reproduksi
Kawinkan sapi betina untuk pertama kalinya pada umur 15 – 20 bulan,sedangkan
yang jantan pada umur 15-24 bulan. Bila sapi menunjukkan tanda-tanda birahi pagi
hari,kawinkan 12-18 jam. Perkawinan dinyatakan berhasil bila sapi memeprlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut:
 Tidak muncul birahi pada periode berikutnya,
 sapi kelihatan lebih tenang,nafsu makan dan minum bertambah,
 rongga perut bertambah besar.
 Kebuntingan sapi rata-rata berlangsung selama 283 hari

5. Pencegahan Penyakit:
Ada beberapa jenis penyakit yang perlu diwaspadai dalam mengelola sapi
diantaranya:

a. Ngorok (SE)
Gejala:
 Demam tinggi,badan lemah dan gemetar
 Banyak air liur
 Pembengkakan dileher , pundak kaki depan dan lidah
 Penyempitan saluran pernafasan sehingga sulit nafas.
Pencegahan:
 Vaksin anti SE
 Pengobatan L dengan menggunakan antibiotika dan sulfa
b. Radang Kuku (Foot Rot)
Gejala:
 Pembengkakan pada kuku dan sekitarnya
 Tumit,kuku mengelupas dan timbul bisul , ternak pincang dan bisa lumpuh

Pencegahan:
 Lantai harus kering,
 kuku dipotong,
 dibersihkan dengan larutan Betadine dan dibalut,

c. Bloat (Tymphani,Kembung Perut)


Gejala:
 Lambung bagian kiri membesar.
 Nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali,sapi gelisah,sesak nafas,bila sudah
dibaringkan susah berdiri
Pencegahan:
 Jangan terlalu banyak memebrikan hijauan yang banyak mengandung air (rumput
muda yang banyak kena embun),
 diberi makan kasar dan jerami kering (hay)
 untuk mengeluarkan gas diberikan minuman larutan gula merah dan air asam.

IV. Manajemen Usaha Peternakan Unggas

(1) Jadwal dan program Vaksinasi ayam layer


Vaksinasi ayam petelur dilakukan untuk dapat memastikan ayam sehat dan dapat
memproduksi telur dengan baik. Dalam pemberian vaksin pada ayam petelur tentunya
ada beberapa hal yang harus diperhatikan
• usaha peternakan unggas masalah penyakit memang harus diwaspadai.
• keberadaan penyakit selain menimbulkan kerugian karena dapat menyebabkan
kematian tetapi juga dapat menurunkan produktivitas.
• Program vaksin ini juga dimaksudkan sebagai pencegahan bibit penyakit masuk ke
lingkup peternakan unggas atau spesifik ke ayam petelur.

(2) Faktor Keberhasilan Vaksinasi Ayam Petelur


Pada vaksinasi ayam petelur ada ukuran faktor keberhasilan yang harus kita ketahui.
Apa saja, yakni, dengan sebutan 4M:
• Materi (vaksin dan ayam)
• Metode (program vaksinasi dan teknik vaksinasi)
• Manusia (keterampilan, sikap, dan pengetahuan)
• Milieu/lingkungan (agen penyakit, biosekuriti, dan air)
(3) Vaksinasi Ayam Petelur
Vaksin aktif
• Vaksin aktif berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan
• Biasanya dibeku
• Jika sudah dilarutkan, harus disuntik ke dalam tubuh ayam, sebab mikrooganisme
dilemahkan dan badan bisa membentuk kekebalan
Vaksin inaktif
1.Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi agen infeksi dan telah diinaktifasi dengan
pengertian mikroorganisme yang telah dimatikan
2. Jadi vaksin tersebut setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif tidak perlu
bereplikasi, tetapi langsung memacu jaringan limfoid untuk membentuk antibodi.

Jadwal vaksin ayam layer:


• Hari 1 - infectious bursal disease(ibd) - tetes mata
• Hari 4 - Newcastle disease(ND) - subcutan/ eye drop
• Hari 8/14 - IBD – drinking web
• Hari 21 - ND
• Hari 28 – IBD - drinking web
• Hari 35/42 – Coryza
• Hari 42 – Fowl pox – Wing web
• Hari 70/80 – Avian Influenza – subcutan
• Hari 130 – ND and every 3-4 months 1X booster shot

Daftar pustaka

Linzey,A,et.al ,1997.After Noah: Animals and the Liberation of Theology . Continuum


International Publishing Group – Mowbray
C.W,1957.Status of Animals in the Christian Religion . Universities Fedn. Animal Welfare

Animals in Islam Publisher: Spectrum Books

Zulifan A, 2010. https://www.kombinasi.net/manajemen-pemeliharaan-sapi-


potong/

Anda mungkin juga menyukai