(1401410203 / 07)
(1401411342 / 42)
ROMBEL 03
PEMDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A.
1.
2)
Tidak bertentangan dengan Pancasila dan berbagai peraturan adat yang
berlaku.
3)
4)
5)
c.
d.
Mencari sumber bahan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
e.
2.
Pembinaan muatan lokal perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan
dilakukan secara kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang
siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel,
peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu
dan biaya.
Meskipun kurikulum muatan lokal telah direncanakan dengan serapi mungkin, tetapi
dalam pelaksanaannya tentu akan mengalami berbagai hambatan. Atas dasar
berbagai pengalaman bagi si pelaksana dan berbagi sarana, kritik dan tanggapan
yang merupakan bahan masukan yang sangat berguna bagi revisi bahan muatan
lokal selanjutnya. Dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang siswa bahkan
lebih mahir daripada gurunya, karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatankegiatan yang dimaksud setiap harinya.
Misalnya anak petani diajari bertani oleh guru yang tidak biasa bertani. Anak
pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya diajari oleh guru yang tidak mengenal
dan memiliki kemampuan berbagai kegiatan tersebut, yang akibatnya akan terjadi
pembuangan tenaga, waktu dan biaya yang sia-sia. Oleh karenanya, pembinaan
perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional yang dilakukan
secara continue.
3.
Ada dua pengembangan dalam muatan lokal, yakni (1) pengembangan untuk
jangka panjang dan (2) pengembangan untuk jangka pendek.
a.
regional dan sebagainya. Jadi perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang,
agar para siswa dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan
harapan nantinya. Dapat membantu dirinya sendiri, keluarga, masyarakat yang
akhirnya dapat membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karenanya,
perkembangan muatan lokal dalam jangka waktu panjang harus direncanakan
secara sistematik oleh sekolah, keluarga dan masyarakat setempat dengan
perantara pakar-pakar pada instansi terkait, baik negeri maupun swasta.
Perkembangan dapat dilaksanakan dengan pola Tri Con Teorin oleh Ki Hajar
Dewantara yaitu muatan lokal di ambil dari daerah setempat(concentris), kemudian
berjalan terus meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik menuju ke
daerah daerah lain akhirnya meskipun setiap sekolah memulai dari centris-nya
masing-masing, tapi kalau semua sekolah melaksanakan secara continue akibatnya
akan terjadi kesamaan bahan yang dipelajari oleh semua peserta didik di Indonesia
(convergensi). Jadi, dengan kata lain untuk muatan lokal di sekolah dasar masih
bersifat concentriskemudian dilaksanakan secara continue di sekolah menengah
pertama dan akan terjadi convergensi di sekolah menengah atas.
b.
Pengembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara: menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun
GBPP-nya dan di revisi setiap saat. Dalam pengembangan selanjutnya ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu (1) perluasan muatan local, dan (2) pendalaman
muatan local.
1)
Dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada didaerahnya itu yang terdiri dari
berbagai jenis muatan lokal, misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti
peternakan, perikanan, kerajinan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasardasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan paa
periode selanjutnya.
2)
Dasarnya adalah bahan muatn lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai
misalnya: masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana
cara memupuk, memelihara, mengembangkannya, penyakitnya, pemasarannya
dan sebagainya. Oleh karena itu, pelajaran ini diberikan pada siswa yang sudah
dewasa.
Perluasan
Kekreatifan guru
2.
Kesesuaian program
3.
Ketersediaan sarana/prasarana
4.
Cara pengelolaan
5.
Kesiapan siswa
6.
7.
B.
Model konsep dan pengembangan kurikulum adalah suatu konstruksi dasar sebuah
kurikulum , yang merupakan lambang acuan teoritik dalam melakukan
pengembangan sebuah kurikulum. Berikut dikemukakan beberapa model kurikulum,
yang sering dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : (1) model
kurikulum Roger, (2) model kurikulum Robert S. Zais, (3) model kurikulum Gree
Root, (4) G. A. Beauchamp.
1.
a.
2)
b.
Model II
2)
3)
4)
c.
Model III
Model IV
Model pengembangan kurikulum Robert S.Zais ini sering disebut model administratif
atau model garis dan staf atau bisa juga disebut model dari bawah ke atas. Disebut
demikian karena dalam pengembangannya, adalah sebagai berikut. :
a.
b.
Panitia pengarah merencanakan, mengarahkan dan menyiapkan rumusan
falsafah dan tujuan umum pendidikan (terdiri dari pengawas, kepala sekolah dan
guru inti)
c.
Panitia pengarah membentuk Panitia kerja yang terdi dari staf pengajar dan
ahli kurikulum.
d.
e.
Hasil uji coba dievaluasi oleh panitia pengarah untuk kemudian diuji cobakan
lagi, baru diputuskan untuk dilaksanakan
3.
b.
c.
d.
4.
Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu
:
a.
Penentuan arena pengembangan (kelas, sekolah, kawasan pemakai regeonal
atau nasional)
b.
Menentukan para pengembang (specialis kurikulum, wakil kelompok
profesional dan wakil masyarakat umum )
c.
Menentukan prosedur perencanaan kurikulum dan membentuk dewan
kurikulum yang bertugas menyusun kurikulum
d.
e.
5.
Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu
:
a.
b.
c.
d.
e.
PENUTUP
A.
SIMPULAN
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA