Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL DAN MODEL KONSEP

KURIKULUM MUATAN LOKAL


MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah pengembangan
kurikulum muatan lokal
Dosen Pengampu : Drs.Purnomo, M.Pd.
Disusun Oleh :
MUIN ARIFAH

(1401410203 / 07)

INA MAY SAROH

(1401411342 / 42)

ROMBEL 03

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

PEMDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

B.

RUMUSAN MASALAH

PEMBAHASAN

A.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL

Proses pembelajaran di sekolah dapat dilakukan secara intrakurikuler,


kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Begitu pula bahan yang ada pada muatan lokal
dapat tercantum pada intrakurikuler, misalnya berbagai mata pelajaran yang
termasuk dalam bidang studi kesenian dan keterampilan, bahasa (bahasa Daerah
dan Inggris) dan beberapa topik subtopik bahasan yang bernaung dalam bidang
studi IPA dan IPS dan pelajaran lainnya. Sedang bagi bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara kurikuler, bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam
lingkungannya dan perlu dibicarakan dengan narasumber yang bersangkutan dan
bekerja sama dengan instansi-instansi lain yang terkait untuk mencari atau
menyeleksi bahan muatan lokal yang sesuai dengan harapan dan keadaan sekolah.
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka
peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini
sangat menentukan. Untuk melaksanakan pengembangan, langkah-langkahnya
dapat ditempuh sebagai berikut : (1) menyusun perencanaan muatan lokal,
(2) melaksanakan pembinaan, (3) merencanakan pengembangan.

1.

Menyusun Perencanaan Muatan Lokal

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau


komponen yang saling terkait. Begitu pula dalam menyusun perencanaan muatan
lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, seperti pengajar, metode, media,
dana dan evaluasinya. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan
lokal.
b.
1)

Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :


Sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

2)
Tidak bertentangan dengan Pancasila dan berbagai peraturan adat yang
berlaku.
3)

Letaknya terjangkau dari sekolah.

4)

Ada narasumber baik di dalam maupun di luar sekolah.

5)

Bahan/kegiatan tersebut merupakan ciri khas di daerah itu.

c.

Menyusun GBPP yang bersangkutan.

d.

Mencari sumber bahan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

e.

Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.

2.

Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal

Pembinaan muatan lokal perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan
dilakukan secara kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang
siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel,
peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu
dan biaya.
Meskipun kurikulum muatan lokal telah direncanakan dengan serapi mungkin, tetapi
dalam pelaksanaannya tentu akan mengalami berbagai hambatan. Atas dasar
berbagai pengalaman bagi si pelaksana dan berbagi sarana, kritik dan tanggapan
yang merupakan bahan masukan yang sangat berguna bagi revisi bahan muatan
lokal selanjutnya. Dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang siswa bahkan
lebih mahir daripada gurunya, karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatankegiatan yang dimaksud setiap harinya.
Misalnya anak petani diajari bertani oleh guru yang tidak biasa bertani. Anak
pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya diajari oleh guru yang tidak mengenal
dan memiliki kemampuan berbagai kegiatan tersebut, yang akibatnya akan terjadi
pembuangan tenaga, waktu dan biaya yang sia-sia. Oleh karenanya, pembinaan
perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional yang dilakukan
secara continue.

3.

Pengembangan Muatan Lokal

Ada dua pengembangan dalam muatan lokal, yakni (1) pengembangan untuk
jangka panjang dan (2) pengembangan untuk jangka pendek.
a.

Pengembangan untuk jangka panjang

Pengembangan jangka panjang dilaksanakan secara berurutan atau


berkesinambungan dari berbagai muatan lokal yang pernah ada di sekolah-sekolah
bawahnya. Sedang di perguruan tinggi akan lebih tepat kalau diistilahkan dengan
program khusus, yang akan menyebabkan adanya ciri khas bagi setiap perguruan
tinggi yang bersangkutan. Kalau ada istilah muatan lokal kiranya akan didapatkan
juga muatan regional, muatan nasional, dan muatan internasional. Batasan untuk
berbagai istilah tersebut seolah-olah dibatasi oleh tebanya (scobe) yang
menyangkut batas daerah atau lokasi.
Muatan lokal mungkin tebatasnya berada di beberapa kabupaten, muatan regional
untuk satu provinsi sedang muatan nasional untuk seluruh negara. Kurikulum yang
diperuntukkan di Dinas Depdiknas dibedakan antara bidang studi yang dikoordinasi
oleh pusat (kurikulum nasional) akan dijadikan bahan Ujian Nasional, sedang
berbagai mata pelajaran yang dikoordinasi oleh lokal dijadikan bahan Ujian Sekolah.
Dengan adanya arus globalisasi, kiranya perlu diperhatikan adanya kemungkinan
masuknya muatan internasional. Muatan internasional bukannya perkembangan
dari muatan nasional, muatan nasional bukannya perkembangan dari muatan

regional dan sebagainya. Jadi perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang,
agar para siswa dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan
harapan nantinya. Dapat membantu dirinya sendiri, keluarga, masyarakat yang
akhirnya dapat membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karenanya,
perkembangan muatan lokal dalam jangka waktu panjang harus direncanakan
secara sistematik oleh sekolah, keluarga dan masyarakat setempat dengan
perantara pakar-pakar pada instansi terkait, baik negeri maupun swasta.
Perkembangan dapat dilaksanakan dengan pola Tri Con Teorin oleh Ki Hajar
Dewantara yaitu muatan lokal di ambil dari daerah setempat(concentris), kemudian
berjalan terus meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik menuju ke
daerah daerah lain akhirnya meskipun setiap sekolah memulai dari centris-nya
masing-masing, tapi kalau semua sekolah melaksanakan secara continue akibatnya
akan terjadi kesamaan bahan yang dipelajari oleh semua peserta didik di Indonesia
(convergensi). Jadi, dengan kata lain untuk muatan lokal di sekolah dasar masih
bersifat concentriskemudian dilaksanakan secara continue di sekolah menengah
pertama dan akan terjadi convergensi di sekolah menengah atas.
b.

Pengembangan untuk jangka pendek

Pengembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara: menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun
GBPP-nya dan di revisi setiap saat. Dalam pengembangan selanjutnya ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu (1) perluasan muatan local, dan (2) pendalaman
muatan local.
1)

Perluasan muatan lokal

Dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada didaerahnya itu yang terdiri dari
berbagai jenis muatan lokal, misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti
peternakan, perikanan, kerajinan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasardasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan paa
periode selanjutnya.
2)

Pendalaman muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatn lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai
misalnya: masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana
cara memupuk, memelihara, mengembangkannya, penyakitnya, pemasarannya
dan sebagainya. Oleh karena itu, pelajaran ini diberikan pada siswa yang sudah
dewasa.

Gambarnya sebagai berikut:


Bahan Muatan
Lokal
Pendalaman

Perluasan

Berhasil tidaknya pengembangan di sekolah tergantung pada:


1.

Kekreatifan guru

2.

Kesesuaian program

3.

Ketersediaan sarana/prasarana

4.

Cara pengelolaan

5.

Kesiapan siswa

6.

Partisipasi masyarakat setempat

7.

Pendekatan kepala sekolah dengan instansi dan narasumber yang berkait.

Pada buku penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar Depdiknas


mengungkapkan bahwa cara pengembangan pembelajaran dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mempelajari GBPP
2. Mengetahui tujuan pengajaran
3. Mengetahui bahan yang akan di ajarkan
4. Memilih kegiatan proses pembelajaran
5. Melakukan penilaian
Adapun cara menentukan bahan pengajaran muatan lokal untuk satu bidang studi
dapat dilaksanakan dengan empat cara, yaitu:
1.
Bagi bidang study yang sudah punya GBPP, disusun pokok
bahasan/subbahasan,kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal
2.
GBPP yang telah dipilih, mana yang sesuai dengan pola kehidupan. Dari pola
kehidupan ini dipisah antara pola-pola kehidupan yang sesuai dengan pokok
bahasan yang dijadikan pelajaran. Sedangkan yang tidak sesuai dengan pokok
bahasan tidak digunakan sebagai bahan pelajaran.
3.
Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber yang mungkin
sesuai dengan GBPP yang telah ada.
4.
Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu
dalam program pendidikan, kemudian dibuat GBPP.

B.

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Model konsep dan pengembangan kurikulum adalah suatu konstruksi dasar sebuah
kurikulum , yang merupakan lambang acuan teoritik dalam melakukan
pengembangan sebuah kurikulum. Berikut dikemukakan beberapa model kurikulum,

yang sering dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : (1) model
kurikulum Roger, (2) model kurikulum Robert S. Zais, (3) model kurikulum Gree
Root, (4) G. A. Beauchamp.
1.
a.

Model Kurikulum Roger


Model I

Model ini menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas


kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran/Materi Pelajaran) dan ujian (Evaluasi),
maka kurikulum pun dikembangkan mengacu kepada dua hal tersebut. Dari model
ini, akan dapat dimunculkan 2 pertanyaan pokok, yaitu :
1)

Apa yang saya ajarkan ?

2)

Bagaimana hasil pengajaran saya ?

b.

Model II

Model ini merupakan penyempurnaan dari model I, dimana dalam


pengembangannya disamping pengembangan materi dan evaluasi juga dipikirkan
pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran secara sistematis.
Dari model ini, akan muncul empat pertanyaan pokok bagi seorang pengajar, yaitu :
1)

Apa yang saya ajarkan ?

2)

Bagaimana hasil pengajaran saya ?

3)

Bagaimana saya mengajar ?

4)

d)Bagaimana organisasi bahan yang akan saya ajarkan ?

c.

Model III

Model ketiga merupakan penyempurnaan model II, yaitu dengan memasukkan


unsur teknologi pendidikan, dimana dalam mengembangkan sebuah kurikulum
disamping pengembangan materi dan evaluasi juga dipikirkan pemilihan metode
dan penyusunan organisasi bahan pelajaran secara sistematis serta penggunaan
teknologi yang tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
d.

Model IV

Model keempat merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan memasukkan


unsur Tujuan pendidikan, dimana Tujuan merupakan arah utama dalam
mengembangkan sebuah kurikulum baik dalam pengembangan materi , evaluasi ,
pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran serta penggunaan
teknologi yang tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
2.

Model Pengembangan Kurikulum Robert S. Zais

Model pengembangan kurikulum Robert S.Zais ini sering disebut model administratif
atau model garis dan staf atau bisa juga disebut model dari bawah ke atas. Disebut
demikian karena dalam pengembangannya, adalah sebagai berikut. :

a.

Pejabat pendidikan yang berwenang membentuk panitia pengarah

b.
Panitia pengarah merencanakan, mengarahkan dan menyiapkan rumusan
falsafah dan tujuan umum pendidikan (terdiri dari pengawas, kepala sekolah dan
guru inti)
c.
Panitia pengarah membentuk Panitia kerja yang terdi dari staf pengajar dan
ahli kurikulum.
d.

Komisi-komisi dari panitia kerja melakukan uji coba.

e.
Hasil uji coba dievaluasi oleh panitia pengarah untuk kemudian diuji cobakan
lagi, baru diputuskan untuk dilaksanakan
3.

Model Pengembangan Kurikulum Gree Roots

Pengembangan model kurikulum ini ingin dilakukan secara demokratis, yaitu


berawal dari bawah, sbb. :
a.

Inisiatif rancangan kurikulum datang dari bawah (dari pelaksana dilapangan)

b.

Diarahkan para administrator

c.

Diseminarkan/ dilokakaryakan dengan melibatkan semua pihak

d.

Baru dilaksanakan hasilnya.

4.

Model Pengembangan Kurikulum G.A.Beauchamp

Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu
:
a.
Penentuan arena pengembangan (kelas, sekolah, kawasan pemakai regeonal
atau nasional)
b.
Menentukan para pengembang (specialis kurikulum, wakil kelompok
profesional dan wakil masyarakat umum )
c.
Menentukan prosedur perencanaan kurikulum dan membentuk dewan
kurikulum yang bertugas menyusun kurikulum
d.
e.
5.

Melaksanakan kurikulum di sekolah


Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang dilaksanakan
Model Pengembangan Kuikulum terbalik Hilda Taba

Berdasarkan model ini, ada 5 langkah pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu
:
a.

Menyusun unit unit kurikulum

b.

Uji coba kurikulum oleh staf pengajar

c.

Menganalisis dan merevisi hasil uji coba

d.

Menyusun kerangka kerja teoritis

e.

Menyusun kurikulum secara menyeluruh

Model Mata Pelajaran Muatan Lokal


Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan,
keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus
selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan,
sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih
mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan
melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam
Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam
kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian
dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di
lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin
dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran
yang berbasis pada muatan lokal.

PENUTUP
A.

SIMPULAN

B.

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo.2012. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal.Semarang:UNNES.


Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Nana Syaodih Sukmadinata, 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya
Yufiarti. 1999. Pengembangan Mulok. Depdikbud Ditjen Dikti PPGSD
http://1lmu.blogspot.com/2009/05/model-mata-pelajaran-muatan-lokal.html
http://www.smpn1singaraja.sch.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=63&Itemid=39

Anda mungkin juga menyukai