Anda di halaman 1dari 6

1.

Ca Cervix
a. Pemeriksaan:
- Tes HPV
Pemeriksaan DNA
- Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes
Pap) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannya melebihi 90%.
-

IVA Test
pemeriksaan

inspeksi

visual

mata

telanjang(tanpa

pembesaran) dengan bantuan asam asetat. tidak dilakukan jika


sedang hamil/haid. Jika (+) lesi prakanker, bisa jd kanker 3-17 tahun
kemudian
-

Kolposkopi
Tes

diagnostik

kolposkop

bila

lain

sarana

ialah

kolposkopi,

memungkinkan.

dengan
Kolposkopi

bantuan
adalah

pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, suatu alat yang


dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah
dengan sumber cahaya di dalamnya (pembesaran 6-40 kali). Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola
epitel dan vaskular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia
dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.

Biopsi
Biopsi

dilakukan

di

daerah

abnormal

jika

sambungan

skuamosa-kolumnar (SSK) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi.

Jika SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian


sehingga kelainan di dalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai,
maka

contoh

jaringan

diambil

secara

konisasi.

Biopsi

harus

dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10 %. Dikenal ada beberapa
prosedur biopsy, yaitu:

Cone biopsy (atau cold cone biopsy atau cold knife cone biopsy):
prosedur yang menggunakan laser atau scalpel bedah untuk
mengambil jaringan.

Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): prosedur yang


menggunakan kabel yang berbentuk ikal untuk mengambil
jaringan.

Endocervical curettage: prosedur yang menggunakan instrument


kecil berbentuk sendok, yang disebut kuret untuk mengikis
jaringan dari dalam serviks.

b. Faktor resiko kanker leher rahim

Usia > 35 tahun. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada


usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen
serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia < 18
tahun. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang
terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya
sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 18 tahun ke
atas. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum
matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga

tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat


kimia yang dibawa sperma.

Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering


berganti-ganti pasangan. Berganti- ganti pasangan akan
memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak
sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.

Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan


menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan
mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya
kanker.

Wanita yang merokok..

Riwayat penyakit kelamin

Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita


dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang
terlalu pendek.

Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama.


Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama
yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher
rahim 1,5-2,5 kali.

Ibu atau saudara kandung menderita Ca servix

c. Klasifikasi stadium kanker serviks


The International Federation Of Gynecologi And Obstetric (FIGO)
tahun 1976. Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik,
radiologi, suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan tahapan
tersebut yaitu :
a. Karsinoma pre invasive
b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel
c. Kasinoma invasive
Stadiu
Kriteria
m
0
Carsinoma In Situ (CIS) atau karsinoma intraepitel:
membrana basalis masih utuh
I
Karsinoma masih terbatas pada serviks walaupun ada

Ia

Ia1
Ia2
Ib
Ib1
Ib2
II

IIa
IIb
III

IIIa
IIIb
IV
IVa
IVb

perluasan ke korpus uteri.


Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara
mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung
walau
dengan
invasi
yang
sangat
superficial
dikelompokkan sebagai stadium Ib. kedalaman invasi ke
stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak lebih
dari 7 mm.
Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm
dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi
kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari
Ia
Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah
atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding
panggul
Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan
parametrium
Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding
panggul
Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya
perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan
hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan
dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat
dibuktikan oleh sebab lain
Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium
belum mencapai dinding panggul
Perluasan sampai dinding panggul atau adanya
hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal
Perluasan ke luar organ reproduktif
Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum
Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

2. Indikasi Pemeriksaan Ginekologi

Adnexal mass;
Vulvar or cervical lesion with undetermined cause;
Possible anomaly of the genital tract, such as imperforate
hymen, duplicated upper tracts, or absent vagina or uterus;
Abnormal Papanicolaou test result requiring colposcopy;
Acute pelvic pain possibly resulting from ovarian torsion, ectopic
pregnancy, tubo-ovarian abscess, or adnexal mass;
Pelvic inflammatory disease when the primary care provider is
not comfortable with management;

Chronic pelvic pain;


Dysmenorrhea unrelieved by pharmacotherapy;
Abnormal vaginal bleeding unrelieved by pharmacotherapy or
causing severe anemia;
Intrauterine device insertion; or pregnancy.

Indikasi Pemeriksaan Panggul


Persistent vaginal discharge;
Dysuria or other urinary symptoms in a sexually active
adolescent girl;
Dysmenorrhea unrelieved by treatment with NSAID
Amenorrhea;
Abnormal vaginal bleeding;
Lower abdominal pain;
Contraceptive counseling regarding use of an intrauterine device
or diaphragm;
Performing a Papanicolaou test;
Evaluating suspected or reported rape or sexual abuse; or
Pregnancy.

3. Indikasi, Syarat, Hasil PAP SMEAR


a. Indikasi Pap Smear
American Cancer Society (ACS) merekomendasikan pemeriksaan
Pap Smear dilakukan pada:
1. Wanita yang telah menikah/seksual aktif selama tiga tahun
dan/atau sebelum berusia 21 tahun.
2. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang
dilakukan pemeriksaan setiap 6 bulan.
3. Wanita yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun.
4. Wanita yang mempunyai banyak partner ( multiple partner)
seharusnya melakukan tes Pap setiap tahun
American College of Obstetry and Gynecology dan National Cancer
Institute, US Preventive Task Force (USPSTF) menganjurkan
pemeriksaan Pap Smear untuk skrinning kanker mulut rahim saat 3
tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun.
Program pemeriksaan/skrinning yang dianjurkan untuk kanker
serviks (WHO), skrinning pada setiap wanita minimal satu kali pada
usia 35-40 tahun.
1. Kalau fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia
35-55 tahun.
2. Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita
usia 35-55 tahun.
3. Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60

tahun
Pemeriksaan rutin Pap Smear dapat dihentikan pada usia 70 tahun
pada wanita yang tidak memiliki abnormalitas pada hasil
pemeriksaan Pap Smearnya
b. Syarat Syarat Pemeriksaan Pap Smear
1. Mengisi blanko permintaan secara lengkap.
2. Menyiapkan botol atau tempat untuk etil alkohol 95% yang
dipakai untuk fiksasi.
3. Jangan lakukan pemeriksaan lainnya sebelum pengambilan
sampel.
4. Jangan gunakan lubrikan pada spekulum.
5. Sebaiknya dilakukan diluar menstruasi, kecuali pada perdarahan
vagina abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon
vagina sebelum mengambil sampel.
6. Bila pasien menggunakan obat berupa vagina ovule, harus
dihentikan
1 minggu sebelum pengambilan sampel.
7. Untuk pasien pasca persalinan, pasca pembedahan, atau pasca
radiasi hanya bisa dilakukan setelah penyembuhan untuk
menghindari adanya sel inflamasi yang dapat menganggu
interpretasi pemeriksaan sitologi.
8. Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan endometrium,
disarankan untuk mengambil sampel pada fornik posterior atau
melakukan kerokan pada endometrium secara langsung.
9. Tidak melakukan pemeriksaan lain sebelum pengambilan sampel
untuk pemeriksaan Pap smear.
10. 2 hari sebelum pemeriksaan, dianjurkan untuk tidak melakukan
douching (mencuci vagina).
11. Sebelum melakukan pemeriksaan, mengosongkan kandung
kemih.
12. Tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear saat sedang hamil,
sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan atau
darah nifas sudah bersih. 13. Tidak melakukan hubungan seksual
minimal 3x24 jam

4. Solutio plasenta

Anda mungkin juga menyukai