Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode barier adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma
dengan sel telur yang sifatnya sementara mulai dari masuknya sperma melalui vagina sampai
kanalis servikalis sehingga dapat dijadikan alat untuk mencegah kehamilan dan penularan
penyakit kelamin pada saat bersenggama. Adapun alat kontrasepsi yang termasuk dalam metode
ini adalah kondom bagi pria dan barier intra vagina. Kondom adalah alat kontrasepsi yang
terbuat dari karetl lateks, berbentuk tabung dan tidak tembus cairan yang salah satu ujungnya
tertutup rapat dengan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Sedangkan barier intra
vagina terdiri dari : diafragma, kap serviks, spons dan kondom bagi wanita (Hartanto, Hanafi,
2013).
Penggunaan metode barier terutama kondom bagi pria sudah banyak dimanfaatkan
dewasa ini. Selain efektif dalam mencegah kehamilan dan penularan penyakit, kondom mudah
didapat, dijual di pasaran dan penggunaannya yang mudah. Namun demikian, masih ada
beberapa kerugian dari penggunaan metode kontrasepsi ini, antara lain terjadinya alergi bagi
beberapa kulit yang sensitif terutama dari bahan kimia pembuatan kondom yang berbahan lateks,
kemungkinan terlepasnya kondom apabila tidak digunakan secara hati-hati, masih ada asumsi
negatif yang melekat pada kondom dimana seringkali kondom diasosiasikan sebagai
ketidakbersihan seseorang, seks gelap, ketidaksetiaan, dan berbagai perilaku immoral lainnya.
Selain itu, terdapat anggapan bahwa kondom akan mengurangi sensasi dan rasa nikmat pada saat

Page7

bersenggama (Hartanto, Hanafi, 2013).


Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang
merupakan peserta KB baru yang 6,09% dari PUS tersebut menggunakan kontrasepsi
kondom. Apabila dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang digunakan jauh
KONDOM DAN BARRIER

lebih besar yaitu sebanyak 93,66% dibanding metode kontrasepsi laki-Iaki yaitu sebanyak
6,34%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam menggunakan kondom masih
sangat kecil. Sedangkan untuk cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Selain itu,
menurut data Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa pada wanita usia 15-49 tahun dengan status
kawin sebesar 59,3% menggunakan metode KB modem (imp lan, MOW, MOP, IUD, kondom,
suntikan, pil), 0,4% menggunakan metode KB tradisional (menyusuil MAL, kalender, senggama
terputus, dll), 24,7% pemah melakukan KB dan 15,5% tidak pemah melakukan KB (Infodatin
Kemenkes Rl, 2014).
Jika ditinjau dari data di atas, penggunaan metode barier terutama dengan kondom
masih sangat rendah. Padahal, manfaat dan efektifitas alat kontrasepsi ini sangat tinggi bila
dipakai secara benar dan disiplin, dengan tingkat keberhasilan mencapai 95% dalam
pencegahan kehamilan. Bahkan menurut Prawirohardjo (2010), efek samping pada alat
kontrasepsi ini tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan karet/Jateks. Maka dari itu,
pentingnya pemberian edukasi tentang metode barier ini terutama bagi PUS untuk
memberikan pemahaman yang tepat berkaitan dengan alat kontrasepsi ini. Selain itu,
mengingat kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat dijadikan pilihan

Page7

untuk meningkatkan partisipasi laki-laki dalam ber-KB.

BAB II
KONDOM DAN BARRIER

TINJAUAN TEORI

2.1

Gambaran Umum Alat kontrasepsi Kondom dan Barrier


a. Gambaran Umum KB Kondom Berdasarkan Survey SDKI Tahun 2012.
Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana merupakan salah
satu aspek penting ke arah pemahaman tentang berbagai alatlcara kontrasepsi, yang
selanjutnya berpengaruh terhadap pemakaian alat/cara KB yang tepat dan efektif.
Pengetahuan mengenai alat/cara KB perlu diketahui oleh semua individu baik pria
maupun wanita.
Data tentang pengetahuan mengenai alat/cara KB pada SDKI 2012 diperoleh sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Pengetahuan Tentang Alat/cara KB
Presentase semua wanita umur 15-49, wanita kawin umur 15-49, dan pria kawin umur 15-54 yang
mengetahui paling sedikit satu alat/cara KB, Indonesia 2007

Page7

Metode

Semua
wanita

Wanita berstatus
menikah

Wanita umur subur


belum menikah

Pria berstatus
menikah

Suatu alat/cara KB

98,0

99,0

90,7

97,3

Suatu cara modern

98,0

98,9

89,0

97,2

Sterilisasi wanita

61,4

67,0

44,4

40,3

Sterilisasi pria

33,7

37,7

25,4

30,6

Pil

95,6

97,3

87,7

93,0

IUD

75,8

82,3

68,2

65,1

Suntikan

95,9

98,0

83,0

92,5

Susuk KB

81,8

89,0

54,1

63,1

Kondom

83,1

84,4

84,9

87,0

Diafragma

10,7

10,5

9,5

7,8

Metode
amenore
laktasi (MAL)

21,6

23,8

22,8

7,7

Kontrasepsi darurat

11,0

11,3

10,6

6,9

Suatu
tradisional

56,8

62,6

62,9

46,7

42,8

47,2

32,1

33,6

cara

Pantang berkala
KONDOM DAN BARRIER

Senggama terputus

42,1

48,1

54,3

34,6

Lain-lain

8,4

9,5

3,7

4,1

Rata-rata alat/cara
yang diketahui

6,6

7,1

5,8

5,7

45.607

33.465

34

9.306

Jumlah wanita/pria

Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana rnerupakan salah


satu aspek penting kearah pemahaman tentang berbagai at/cara kontrasepsi, yang selanjutnya
berpengaruh terhadap pemakaian alat/cara hl3 yang tepat dan efektif. Tabel di atas menyajikan
pengetahuan pria mengenai alat/cara KB. Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan
mengenai alat/cara KB telah meluas di kalangan pria. Hampir seluruh pria kawin engetahui satu
jenis alat/cara KB (97 persen). Pengetahuan mereka tentang sedikitnya satu alat/cara KB
modem juga tinggi, mencapai 97 persen. Sementara iru pengetahuan pria tentang alat/cara KB
tradisional masih cukup rendah (47 rsen). Jika dibandingkan dengan hasil SDKI tahun 2007,
pengetahuan pria .awin mengenai alat/cara KB mengalami peningkatan baik alat/cara KB
modem maupun tradisional. Pengetahuan pria tentang alat/cara KB bila dirinci menurut jenisnya
maka alat/cara KB yang paling dominan dikenal pria adalah pil dan suntikan, dengan persentase
yang hampir sarna yaitu 93 persen. Pengetahuan tentang cara KB kondom cukup tinggi, yaitu
87 persen, hal ini cukup beralasan mengingat kondom merupakan cara KB pria yang sangat
popular di kalangan masyarakat dan relatif mudah untuk mendapatkannya. Pengetahuan tentang
IUD dan susuk KB di kalangan pria masing-masing tercatat 65 persen dan 63 rsen. Sementara
itu sterilisasi wanita (MOW) dan sterilisasi pria (MOP) terbukti masih rendah, karen a masingmasing hanya diketahui oleh 40 persen dan 31 rsen pria. Pengetahuan pria mengenai sterilisasi

Page7

pria yang rendah ini sangat emprihatinkan, mengingat sterilisasi pria merupakan salah satu
alat/cara KB jangka panjang bagi pria. Temuan ini perlu mendapatkan penanganan yang serius
dari para pengelola program. Sementara itu berdasarkan jumlah jenis alat/cara KB :. yang
diketahui, secara umum tercatat 6 jenis alat/cara KB yang dikenal oleh pria. Pada wanita,
temyata juga menunjukkan adanya kesamaan bahwa sebagian besar wanita sudah mengetahui
KONDOM DAN BARRIER

tentang alat/cara KB (99 persen). Hampir semua wanita juga sudah mengetahui suatu alat/cara
KB modern (99 persen). Sehingga dapat dikatakan bahwa pria dan wanita mengetahui paling
sedikit satu alat/cara KB.
Tabel 2.2 Pengetahuan tentang sumber pelayanan alat/cara KB (kondom)
Distribusi persentasi pria berstatus kawin
mendapatkan alat/cara KB, Indonesia 2012
Sumber Pelayanan
KB

menurut

pengetahuan

tempat

Jumlah pria yang


tahu sumber
pelayanan

Persen pria tahu


sumber pelayanan

Jumlah pria

473
899
151
151
*
*

8,9
16,8
2,8
2,8
0,0
0,4

5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343

128
*
*
98
98
(45)
347
(31)
266
4.529
(38)

2,4
0,2
0,2
1,8
1,8
0,8
6,5
0,6
5,0
84,8
0,7

5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343

51
109
80
(45)
1.933
50

1,0
2,0
1,5
0,8
36,2
0,9

5.343
5.343
5.343
5.343
5.343
5.343

PEMERINTAH
-

RS
Puskesmas
Klinik
PLKB
TKBK/TMK
Lainnya

SWASTA
-

RS
RS ibu dan anak
Klinik maternity
Klinik
Dokter praktek
Obgyn
Bidan
Perawat
Bidan di desa
Apotik/toko obat
Lainnya

LAINNYA
-

Polindes
Posyandu
Pos KB/PPKBD
Teman/keluarga
Toko
Lainnya

Page7

*) tanda bintang menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 25 dan tidak disajikan
(...) tanda kurung menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 49 tetapi lebih dari 25

Pegetahuan tentang sumber pelayanan KB dalam hal ini kondom, satu aspek yang perlu
diketahui oleh para pria. Pengetahuan pria tentang sumber pelayanan KB yang benar, akan
dapat membantu individu untuk memilih tempat pelayanan KB yang tepat dan sesuai dengan
KONDOM DAN BARRIER

keinginanmereka atau pasangan menginginkan pelayanan KB.


Dalam SDKI 2012 ini terlihat secara umum sumber pelayanan KB yang diketahui oleh
pria adalah apotik / toko obat. Delapan puluh pria kawin mengetahui bahwa puskesmas
merupakan salah satu - mendapatkan pelayanan KB. Sumber pelayanan KB lain seperti dokter
praktek swasta, rumah sakit swasta maupun posyandu, nampaknya kurang diketahui oleh para
pria. Pengetahuan pria mengenai sumber pelayanan KB secara umum yang tersedia baik di jalur
pemerintah, swasta, maupun lainnya, nampak beragam. Sumber pelayanan KB di jalur
pemerintah yang paling banyak diketahui puskesmas (17 persen). Pengetahuan pria mengenai
tempat memperoleh kondom secara umum yang tersedia baik di jalur pemerintah, swasta, nampak
beragam. Tempat memperoleh kondom di jalur swasta yang diketahui pria adalah apotik/toko obat (85
persen). pelayanan di jalur lain yang tersedia di masyarakat, jumlah paling banyak yang diketahui adalah
toko (36 persen)

Gambar 2.1 Trend Persentase Pria Kawin Yang Mendengar Atau Membaca Pesan dia Elektronik Atau
Media Cetak Dalam 6 Bulan Sebelum Survei (SDKI 2002/2003 -2012)

Jika dibandingkan dengan hasil SDKI 200212003 dan SDKI 2007, proporsi endapatkan

Page7

informasi KB melalui TV, surat kabar majalah, poster dan SDKI 2012 mengalami peningkatan,
sementara proporsi pria yang informasi KB melalui radio mengalami penurunan jika dengan
hasil SDKI 2007. Akan tetapi hasil SDKI 2012 jika

dibandingkan

dengan hasil SDKI

2002/2003, maka terjadi penurunan pada TV, Ua1ah dan radio. Menurut umur, pria kawin yang
pemah mendapatkan informasi KB dari suatu media mempunyai pola seperti huruf "U"terbalik,
KONDOM DAN BARRIER

yaitu relative rendah pada mereka yang berusia muda (15-19 tahun), kemudian meningkat pada
pria kawin usia 35-39 tahun, untuk selanjutnya mengalami penurunan kernbali. Secara umum
akses informasi KB melalui suatu media lebih baik di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di
wilayah pedesaan.
Tabel 2.3 Sikap pria terhadap beberapa pernyataan tentang KB
Presentase sikap pria kawin terhadap beberapa pernyataan tentang KB menurut
karakteristik latar belakang Indonesia 2012
Karakteristik latar
belakang

KB
urusan
wanita

Wanita yang
disterilisasi
dapat bergantiganti pasangan
seksual

Sterilisasi
pria sama
dengan
dikebiri

Wanita
seharusnya
disterilisasi

jumlah

(47,9)
36,0
38,7
38,8
39,1
41,2
47,4
46,2

(3,2)
2,8
1,5
1,7
1,6
1,0
2,5
1,0

(21,9)
8,8
13,5
12,3
13,4
16,7
14,8
14,8

(29,6)
30,2
30,9
27,2
31,3
28,5
31,2
32,9

28
345
1.126
1.668
1.771
1.692
1.371
1.289

35,5
47,7

1,8
1,4

16,6
11,4

29,4
30,9

4.731
4.558

41,6
57,5
55,9
44,6
25,1

0,4
1,8
1,6
1,6
1,6

10,5
9,1
13,1
13,2
17,2

22,0
30,5
36,0
30,0
27,2

265
1.369
2.114
1.976
3.565

46,6
51,0
44,8
38,8
27,0

2,1
1,6
1,5
1,3
1,6

10,0
11,5
14,4
14,9
18,8

23,8
33,2
34,7
31,2
26,6

1.594
1.865
2.001
1.960
1.870

41,5

1,6

14,1

30,2

9.289

Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
Daerah tempat
tinggal
Perkotaan
Pedesaan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
SMTA+

Page7

Kuintil kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah atas
Teratas
Jumlah (persen)

(...) tanda kurung menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 49 tetapi lebih dari 25 kasus

KONDOM DAN BARRIER

Selain pengetahuan tentang KB yang dimiliki, sikap pria terhadap KB juga ikut berperan dalam
menentukan apakah seorang pria bersedia menjadi peserta KB atau mengijinkan pasangannya untuk
menggunakan salah satu alat/cara KB. Pada umumnya sikap yang positif terhadap program KB akan
lebih memudahkan mereka untuk dapat menerima program KB. Penerimaan program KB dapat
berdampak pada partisipasi mereka terhadap program yang ditandai dengan kesertaan mereka menjadi
peserta KB. Dilain pihak, kurangnya pengetahuan dapat menimbulkan persepsi atau sikap yang keliru
terhadap program KB. Persepsi yang kurang benar akan menghambat penerimaan mereka terhadap
program KB, sehingga mereka cenderung menolak untuk menjadi peserta KB. Pada SDKI 2012, hasil
tentang informasi mengenai sikap pria tersebut disajikan pada tabel 2.3. Diantara berbagai pernyataan
yang mencerminkan sikap pria terhadap keluarga berencana, pernyataan sikap yang paling banyak
disampaikan oleh pria adalah bahwa KB urusan wanita (42%). Wanita seharusnya yang disterilisasi
(30,2%). "Sterilisasi Pria sarna dengan Dikebiri" Dikemukakan oleh pria dengan persentase yang lebih
rendah yaitu 14 %. Sedang pernyataan paling sedikit dikernukakan oleh pria kawin adalah bahwa wanita
yang disterilisasi dapat Berganti-ganti Pasangan" (2 %).
Temuan di atas khususnya rnengenai pemyataan yang paling banyak bahwa "KB Urusan Wanita"
rnengindikasikan bahwa pada umumnya pria masih

mempunyai persepsi atau anggapan bahwa

sebaiknya yang KB adalah wanita. Lebih jauh dapat pula diartikan bhwa pemakaian KB lebih tepat kalau
ditujukan untuk wanita. Secara umum, beberapa pernyataan yang mencerminkn sikap pria terhadap KB
terlihat beragarn daerah tern pat tinggal, tingkat pendidikan, rnaupun kuintil kekayaan.
Tabel 2.4 Pemakaian Alat/Cara KB Pria (pengakuan pria)
Distribusi persentase pria kawin menurut alat/cara KB yang dipakai dan karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Karakteristik

Suatu

Suatu

latar belakang

cara

cara
modern

Cara modern

Cara tradisional

Tidak

Jumlah

pakai
Kondom

MOP

Pantang

Senggama

berkala

terputus

Jumlah
pria

lainnya

Page7

Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54

0,0
0,6
3,9
4,6
4,9
5,5
5,2
4,6

0,0
0,4
2,6
2,3
2,5
3,3
2,8
3,4

0,0
0,4
2,3
2,3
2,4
3,0
2,8
2,3

0,0
0,0
0,3
0,0
0,1
0,3
0,0
1,1

0,0
0,0
0,1
0,4
0,4
1,1
0,6
0,3

0,0
0,3
1,1
1,7
1,9
1,0
1,4
0,9

0,0
0,0
0,1
0,1
0,0
0,1
0,3
0,0

100,8
99,4
96,1
95,4
95,1
94,5
94,8
95,4

100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

28
345
1.127
1.674
1.775
1.693
1.371
1.292

6,5

4,1

3,8

0,3

0,7

1,6

0,1

93,5

100,0

4.739

Daerah tempat
tinggal
Perkotaan

KONDOM DAN BARRIER

Pedesaan

2,7

1,3

1,0

0,2

0,4

1,0

0,1

97,3

100,0

4.567

1,7

1,1

0,0

1,1

0,1

0,3

0,3

98,3

100,0

265

2,3

1,5

0,6

0,9

0,3

0,3

0,2

97,3

100,0

1.371

2,1
3,0

0,9
1,8

0,8
1,7

0,1
0,1

0,2
0,3

1,0
0,9

0,0
0,0

97,9
97,0

100,0
100,0

2.118
1.979

8,2

4,9

4,8

0,2

1,0

2,2

0,1

91,8

100,0

3.572

2,2
4,7

1,8
2,8

1,6
2,5

0,2
0,3

0,0
0,5

0,4
1,4

0,0
0,1

97,8
95,3

100,0
100,0

303
8.999

0,9
4,1
6,1
5,3

0,6
2,4
3,7
2,7

0,6
2,1
3,4
2,4

0,0
0,3
0,2
0,3

0,1
0,4
0,6
1,0

0,1
1,2
1,7
1,6

0,0
0,0
0,1
0,1

99,1
95,9
93,9
94,7

100,0
100,0
100,0
100,0

888
3.935
3.101
1.382

2,6
2,7

0,9
1,6

0,8
1,2

0,1
0,4

0,6
0,3

0,8
0,6

0,2
0,1

97,4
97,3

100,0
100,0

1.596
1.866

4,0
5,6

2,0
3,8

1,7
3,5

0,3
0,4

0,5
0,4

1,4
1,3

0,0
0,1

96,0
94,4

100,0
100,0

2.008
1.962

8,1

4,9

4,8

0,1

0,8

2,4

0,0

91,9

100,0

1.875

Pendidikan
Tidak
sekolah
Tidak tamat
SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
SMTA+
Status kerja
Tidak bekerja
Bekerja
Jumlah anak
masih hidup
0
1-2
3-4
4+
Kuintil
kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah
atas
Teratas
Jumlah

4,7

2,7

2,5

0,3

0,5

1,3

0,1

95,3

100,0

9.306

*) tanda bintang menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 25 dan tidak disajikan

Tabel diatas menyajikan informasi tentang pemakaian alat/cara KB pria saat ini. Tabel tersebut
memberikan gambaran bahwa kesertaan pria dalam ber KB masih relative rendah baik pemakaian suatu
alat/cara KB modem maupun disional. Hal yang kurang menggembirakan, pemakaian suatu alat KB
modern di antara pria kawin menurun menjadi 2,7 persen dibandingkan dengan 2,8 persen menurut
SDKI 2007, walaupun pengetahuan rondom dan MOP cukup besar yaitu masing-masing 87 persen.
Penuruan pemakaian kontrasepsi pria terse but terjadi pada MOP ,dari 0,4 persen SDKI 2007 menjadi 0,3
persen SDKI 2012). Sedangkan pemakaian kontrasepsi kondom sedikit meningkat menjadi 2,5 persen

Page7

(SDKI 2007)

Apabila ditinjau dari pemakaian kondom, pria yang memakai suatu alat/cara meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur pria sampai 40-44 si ini menurun pad a pria berumur 45- 49
tahun. Pria yang tinggal di eccerung lebih banyak menggunakan kondom namun untuk MOP
cenderung sama antara sarna antara perdesaan dan perkotaan. Pola pemakaian kondom tampak
KONDOM DAN BARRIER

semakin tinggi pendidikan pria cenderung semakin banyak pada pria yang menggunakan
kondom. Proporsi pria yang mengunakan baik kondom maupun MOP lebih banyak ditemui pada
pria yang berkerja. Pria yang menggunakan kondom cenderung meningkat pada mereka yang
memiliki anak 3-4 dan proporsi ini menurun setelah memiliki lebih dari 4 anak. Apabila
pemakaian kondom ditinjau dari indeks kekayaan, tampak suatu pola kecenderungan, pemakaian
kondom cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kuintil kekayaan pria.
Pada SDKI 2012, menunjukkan bahwa harga rata-rata kondom mencapai Rp. 11,715 per
paket.
Tabel 2.5 Harga kondom
Rata-rata harga kondom per paket, Indonesia 2012
Harga kondom (Rp)
11.715
Median
11.000
Minimum
2.000
Maximum
70.000
Jumlah pria
202

Distribusi presentase pria kawin yang pernah dengar kondom dan pakai kondom menurut pendapat tentang keterjangkauan harga
kondom dan karakteristik latar belakang, Indonesia 2012

Karakteristi
k latar
belakang

Harga kondom
Tidak mahal

terjangkau

Jumlah

Jumlah pria

Terlalu mahal

Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54

*
*
15,1
18,2
14,5
52,3
17,4
*

*
*
74,4
78,0
79,0
38,0
77,0
*

*
*
10,5
3,2
6,5
9,1
6,0
*

*
*
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
*

1
23
30
39
40
33
23
8

22,5
19,8

71,2
73,5

6,3
6,6

100,0
100,0

166
36

*
*

*
*

*
*

*
*

0
7

*
20,0

*
73,8

*
0,3

*
100,0

11
29

22,1

73,1

4,8

100,0

155

*
20,8

*
73,0

*
6,2

*
100,0

5
197

Daerah tempat
tinggal
Perkotaan
Pedesaan

Page7

Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat
SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
SMTA+
Status kerja
Tidak bekerja
Bekerja

KONDOM DAN BARRIER

Jumlah anak masih


hidup
0
1-2
3-4
4+

*
23,7
16,2
37,0

*
69,0
77,4
56,5

*
6,5
6,4
5,7

*
100,0
100,0
100,0

1
71
100
30

*
*

*
*

*
*

*
*

11
18

18,2
15,8

79,4
77,7

2,3
6,5

100,0
100,0

33
58

25,2

71,5

3,3

100,0

82

22,0

71,6

6,3

100,0

202

Kuintil kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah
atas
Teratas
Jumlah

*) tanda bintang menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 25 dan tidak disajikan

Secara umum pria berpendapat bahwa harga kondom yang beredar dipasaran merupakan
harga yang terjangka (72%), berikutnya berpendapat bahwa harga kondom tidak mahal (22%) ,
dan selebihnya (6%) berpendapat harga kondom terlalu mahal. Hal ini menunjukkan pada
dasarnya sebagian besar pria dapat menjangkau harga kondom di pasaran.
Tabel 2.7 Masalah dengan penggunaan kondom

Page7

Distribusi presentase pria kawin yang pernah dengar kondom dan pernah memakai
kondom menurut masalah yang dialami dalam menggunakan kondom
Masalah dalam pemakaian
Persen
Jumlah pria
kondom
Masalah
20,3
1644
Terlalu mahal
1,1
90
Malu membelinya
1,4
113
Sulit membuangnya
0,5
40
Sulit memakainya
0,5
40
Menurunkan gairah
0,8
65
Mengurangi kenyamanan
102
826
Istri tidak suka
0,0
0
Istri jadi hamil
0,0
0
Tidak nyaman
4,2
340
Kondom robek
1,6
130

Tidak ada masalah

79,7

6452

Total

100

8096

Hasil survey menunjukkan dari 8096 pria yang yang pemah mendengar kondom dan
KONDOM DAN BARRIER

pernah memakai kondom, 80 persen pria mengaku tidak menjumpai permasalahan berkaitan
dengan kondom yang digunakan, angka ini lebih tinggi hasil SDKI 2007 (69 persen). Sedangkan
sisanya 20,3 mengaku menemukan masalah dalam penggunaan kondom. Sebagian besar pernah
mendengar dan menggunakan kondom mengatakan kondom mengurangi kenyamanan (10,2
persen). Selain itu, juga diantara mereka yang mengakui bahwa penggunaan kondom dirasa tidak
nyaman (6,2%). Sedangkan sisanya antara lain alasan terlalu mahal, malu membuangnya, sulit
memakainya, menurunkan gairah, istri tidak suka, istri hamil dan kondom robek.
Tabel 2.8 beberapa pernyataan pria kawin tentang penggunaan kondom
Distribusi persentase pria kawin yang setuju dengan beberapa pernyataan tentang
penggunaan kondom menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Karakteris Menguran Tidak
Dapat
Dapat
Wanita
Jumlah
tik latar
gi
nyaman
dipakai
melindun
tidak
pria
belakang
kenikmat
dipakai
ulang
gi dari
berhak
an dalam
penyakit
mengatak
hubungan
an agar
seksual
pria pakai
kondom
Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54

52,6
54,8
54,3
54,3
54,7
56,2
51,0
49,3

69,4
54,1
52,4
49,9
52,1
49,2
47,5
48,3

5,2
1,8
2,7
1,9
2,9
3,0
3,3
3,0

82,6
78,9
80,0
79,8
81,3
75,4
74,3
71,8

43,4
34,6
30,8
30,4
31,4
27,6
24,0
29,4

28
303
1.014
1.507
1.603
1.476
1.136
1.006

56,5
50,2

51,8
48,3

2,7
2,8

82,4
71,6

30,0
28,7

4.431
3.641

50,4

49,2

5,8

62,4

25,7

108

41,1

43,8

3,2

59,3

26,2

891

50,7
50,5

50,7
51,8

3,0
3,1

72,8
77,4

32,4
30,3

1.750
1.814

59,0

50,8

2,2

85,0

28,4

3.509

47,4
53,9

42,9
50,5

2,6
2,7

82,3
77,4

29,2
29,4

249
7.818

49,9
53,1
56,4
51,6

46,1
50,4
52,6
46,7

2,5
2,5
2,8
3,5

80,5
78,5
78,1
71,0

28,2
31,8
27,5
27,7

766
3.464
2.698
1.124

Daerah tempat
tinggal
Perkotaan
Pedesaan
Pendidikan
Tidak
sekolah
Tidak tamat
SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
SMTA+

Page7

Status kerja
Tidak bekerja
Bekerja
Jumlah anak
masih hidup
0
1-2
3-4
4+

KONDOM DAN BARRIER

Kuintil
kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah
atas
Teratas

41,4
51,8

40,9
52,6

4,5
2,4

63,4
72,3

27,3
32,4

1.121
1.509

53,4
55,9

50,8
50,8

2,1
2,7

79,7
80,5

31,3
30,6

1.769
1.838

60,8

52,7

2,6

85,4

25,3

1.834

Jumlah
53,7
50,2
2,7
77,5
29,4
8,072
*) tanda bintang menunjukkan bahwa estimasi didasarkan pada jumlah kasus kurang dari 25 dan tidak disajikan

Berbagai persepsi mengenai kondom yang mungkin saja muncul dari para pria dapat
digunakan sebagai masukan bagi pengelola program dalam menyempunakan KIE khususnya
mengenai kondom. Hal ini mengingat berbagai persepsi yang muncul bisa saja salah atau kurang
tepat sehingga perIu untuk dibenarkan. Secara umum, diantara pria pernah mendengar tentang
alat/cara KB kondom, sebagian berpendapat bahwa kondom dapat melindungi dari penyakit.
Pendapat berikutnya adalah bahwa kondom dapat mengurangi kenikmatan dalam hubungan
seksual (54%) dan kondom tidak nyaman dipakai (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Michael Flood dalam studinya , Trust and Latex: Why Young Heterosexual men
do not use mengatakan bahwa pria muda yang heteroseksual tidak menggunakan kondom dengan
alasan susah digunakan dan dapat mengurangi senasasisaat sedang berhubungan seksual. Namun
disisi lain, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yang C, dkk, 2010 tentang "Peer
sczststent condom use with female sex workers among male clients in China", menemukan
bahwa diantara lelaki yang pro kondom makan kondom disaat berhubungan seks dengan para
pekerja seks kmersial. Selanjutnya sisanya 29 persen pria berpendapat bahwa wanita mengatakan
kepada pria agar pakai kondom.

Page7

Presentase pria yang berpendapat bahwa kondom dapat melindungi dari penyakit
meningkat dari dari 55% pada SDKI 2007. Begitu juga dengan pendapat pat mengurangi
kenikmatan dalam hubungan seksual, kondom tidak nyaman dipakai dan wanita tidak berhak
mengatakan kepada pria agar pria pakai kondom yang juga meningkat dibanding SDKI 2007
dengan persentase 39%; 36% dan 20%. Sedangkan yang berpendapat bahwa kondom dapat
KONDOM DAN BARRIER

dipakai ulang cenderung tidak berubah dibandingkan dengan SDKI yaitu tiga persen.
Kondom mempunyai dua fungsi dalam kaitannya dengan KB dan kesehatan reproduksi
yaitu sebagai alat KB dan untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS. Pertanyaan tentang
hubungan seks dengan imbalan serta pemakaian kondom untuk mengetahui sejauh mana
perilaku seksual pria yang berisiko serta disiplinan pria dalam menggunakan kondom.
Diantara seluruh pria kawin, pria yang melaporkan pemah melakukan dengan memberi imbalan
berupa uang relatif rendah, walaupun menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan sekitar satu persen
(SDKI 2002- 2003) dan 2 persen (SDKI 2007) menjadi sekitar tiga persen. Sementara itu, pria yang
melakukan aktifitas tersebut dalam waktu 12 bulan terakhir di antara seluruh pria juga meningkat dari 0,1
persen (SDKI 2002-2003) dan 0,3 persen (SDKI 2007) menjadi dua persen. Pemakaian kondom pada
saat melakukan hubungan dengan memberikan imbalan dalam 12 bulan terakhir diantara semua pria
meningkatmenjadi satu persen dari 0,2 persen (SDKI 2007). Hal ini memperlihatkan bahwa masih
dijumpai pria yang kurang disiplin dalam penggunaan kondom ketika melakukan hubungan berisiko
dalam waktu 12 bulan terakhir.
b.

Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang AIDS masih relatif rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar, tahun 2007, bahwa hanya 11persen masyarakat
Indonesia yang tahu dan paham akan HIV-AIDS. Masih rendahya pengetahuan an pemahaman
yang benar akan HIV/AIDS membuat pencegahan belum maksimal serta memunculkan stigma
dan diskriminasi bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA).
Tabel dibawah ini memperlihatkan persentase pria kawin yang pemah mendengar tentang
HIV / AIDS dan persentase yang percaya ada cara untuk menghindari tertular AIDS. Tabel

Page7

memperlihatkan bahwa secara keseluruhan 82,3 persen pria mengatakan mereka pernah
mendengar tentang AIDS, sedangkan yang percaya ada cara untuk menghindari HIV/AIDS
sebesar 62,8 persen.
Presentase pria kawin yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS dan yang percaya
ada cara untuk menghindari tertular AIDS menurut karakteristik latar belakang,
Indonesia 2012
Karakteristik latar
Pernah mendengar Percaya ada satu
Jumlah pria
KONDOM DAN BARRIER

belakang
Umur
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-54
Daerah tempat
tinggal
Perkotaaan
Pedesaan
Status kerja
Tidak bekerja
Bekerja
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
SMTA+
Kuintil kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah atas
Teratas
Jumlah

HIV/AIDS

cara untuk
menghindari
HIV/AIDS

(79,6)
84,1
85,4
88,9
79,6
68,2

(62,3)
63,3
63,8
69,6
60,1
49,8

28
345
1.127
3.449
3.065
1.292

91,5
72,8

72,0
53,2

4.739
4.567

78,1
62,5

61,1
62,8

303
8.999

28,9
51,8
74,9
89,5
98,4

14,5
31,8
51,6
68,1
81,9

265
1.371
2.118
1.979
3.572

59,4
74,0
85,9
90,9
97,2

40,4
52,3
62,6
72,8
81,8

1.596
1.866
2.008
1.962
1.875

82,3

62,8

9.306

Indikator kedua untuk pengetahuan HIV/AIDS yang disajikan pada table 2.10 menunjukkan pada
kepercayaan bahwa ada cara menghindari tertularnya HIV/AIDS . secara umumpola untuk indikator ini
serupa dengan pola yang terjadi pada pria yang pernah mendengar HIV/AIDS, yaitu persentase paling
tinggi ada ur 30-39 tahun (89,6 persen). Pria yang tinggal diperkotaan lebih banyak percaya ada satu cara
untuk menghindari HIV/AIDS (72,0 persen berbanding 53,2 persen),semakin tinggi tingkat pendidikan
pria maka presentase kepercayaan ada cara untuk menghindari HIV/AIDS juga semakin meningkat dan

Page7

pria dengan indeks kekayaan kuintil tertinggi persentase

kepercayaan bahwa ada satu cara untuk

menghindari HIV/AIDS juga paling tinggi (81,1 persen) Tren pengetahuan pria kawin tentang HIV/AIDS
dari tahun 2002/2003 -2012 tersaji pada gambar berikut ini.

KONDOM DAN BARRIER

Gambar 2.2 presentase Pria Kawin Yang Pernah Mendengar Tentang AIDS, Indonesia 2002/2003 2012

Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa persentase pria kawin yang pernah mendengar tentng AIDS
mengalami penurunan dari 73 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 71 persen pada SDKI 007, akan
tetapi mengalami kenaikan cukup signifikan menjadi 82,3 persen pada SDKI 2012.
Gambar dibawah ini memperlihatkan presentase pria kawin yang pernah mendengar tentang AIDS

Page7

menurut pendidikan.

Gambar 2.3 : Presentase Pria Kawin Yang Pernah Mendengar Tentang AIDS Menurut Pendidikan
Indonesia, 2002/2003- 2012

KONDOM DAN BARRIER

Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan, hal ini seperti terlht pada gambar 2.3 dimana
tingkat pengetahuan pria kawin pada SDKI 2012, meningkat seiring degan semakin tinggnya
tingkat pendidikan pria.
C.

KB Kondom dan Barrier


Keluarga berencana KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,


peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(BKKBN, 2007)
Kontrasepsi merupakan cara menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, 1999). Upaya tersebut
dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi atau anti kontrasepsi
adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakaicara, alat aau obat-obatan.
Kondom adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet dan
pemakaiannnya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan
bersenggama (diknas.go.id) kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan
atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan
karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum
bersanggama atau berhubungan suami-istri.
Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal
dari sebuah kota bemama "Condom" yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya
Perancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal sifatnya yang menyukai seks. Pendapat lain

Page7

mengatakan kata kondom dari nama Dr. Condom, seorang dokter asal Inggris pada pertengahan
1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King
Charles II dari penularan penyakit kelamin. Kondom di abad 17 bertuk tebal dan dibuat dari usus
binatang, selaput ikan atau bahan linen yang licin. Namun karena kondom dipandang mengurangi
kenikmatan seksual dan selalu manjur mencegah penularan penyakit (akibat penggunaan berulang
KONDOM DAN BARRIER

tanpa dicuci), kondom pun menjadi tidak populer dan jadi bahan olok-olok .
Mekanisme kerja kondom adalah menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina,
sehingga pembuahan dapat dicegah yaitu mencegah sperma masuk ke alat reproduksi wanita.
Manfaat, keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wan ita, hampir sarna
dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara
menggunakannya benar. Jadi cara kerja kondom pria adalah menghentikan aliran sperma ke
dalam saluran vagina sehingga mencegah pertemuan ovum dan sperma. Cara kerja kondom
adalah memblokir aliran sperma masuk ke vagina.
Indikasi pemakaian kondom adalah pada masa laktasi sebelum pil sampai -air susu kurang,
pasca vasektomi, sebagai pencegahan sexual transmitted eases, Ejakulasi praecox, Vagina kering
(pakai kondom berminyak) Allergi terhadap sperma/semen (urticaria, reaksi anaphylaxis).
Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan 100 perempuan
per tahun. Secara teoritis 3% dan praktis 5-20%.
Berikut dijelaskan secara lebih mendalam mengenai KB kondom laki-Iaki dan KB Barrier
Perempuan.
2.2 KB Kondom Laki-Laki
a.

Pengertian
Kontrasepsi merupakan menghindari atau mencegah terjadinya keharnilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes RI, ] 999). Upaya
tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi atau
antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-

Page7

obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) merupakan penggunaan alat-alat atau cara-cara
dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah
salah satu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah danjarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi (Kusmarjadi, 2008).
Manfaat kondom masih belum disadari penuh oleh masyarakat umum, menyebabkan
KONDOM DAN BARRIER

penggunaan kondom sebagai metode KB di Indonesia masih sangat rendah, yaitu 0.7% dari
peserta KB yang ada. Salah satu faktor adalah citra negative yang melekat pada kondom.
Seringkali kondom disosialisakan sebagai ketidak bersihan seseorang, seks gelap,
ketidaksetiaan, dan berbagai perilaku immoral lainnya. Untuk itu dialakukan upaya
merubah persepsi kondorn ke arah citra positif dalam keluarga sehingga diperlukan
komunikasi dan saling percaya.
Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu.
Kondom berfungsi sebagai barrier yang membungkus penis untuk melindungi dari penyakit
yang telah digunakan sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah keham
ilan sekitar abad ke-I 6 (Lubis, 2008). Kondom merupakan selubunglsarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat
dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila digulung berbentu rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Berbagai bahan
telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut
dilakukan dalam hal: Bentuk, Warna, pelumnas, ketebalan, bahan (Saifuddin, 2003).
b.

Jenis-jenis
Kondom pria merupakan selubunglsarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga
tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk

Page7

berputing ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma setelah ejakulasi. Cara kerja
kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita (USU, 2009).
Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau pengaman saja. Kondom juga
bisa digunakan sebagai bagian dari foreplay agar suasana bereinta menjadi berbeda. Apalagi saat ini
kondom tersedia dalam beragam tekstur dan aroma.
KONDOM DAN BARRIER

Jenis-jenis kondom berdasarkan bahan dan jenisnya diantaranya sebagai berikut:


1.

Kondom lateks. Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder
bulat, umumnya memiliki panjang 15-20 em, tebal 0,03- 0,08 mm, garis tengah sekitar 3,03,5 em, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka
bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih
keeil dari standar.

2.

Kondom berpelumas. Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan


variasi kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa, dan
beraroma.

3.

Kondom anti alergi. Kondom anti alergi terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan
tidak dipralubrikasi.

4.

Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan terutama untuk hubungan intim
per-anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan
HIV/AIDS (USU, 2009).

Berikut jenis-jenis kondom yang banyak beredar di pasaran (Yuniico, 2009).


1.

Kondom dengan aroma dan rasa. Aroma favorit yang bisa dipilih seperti cokelat, stroberi,
durian, pisang dan mint.

Gambar 2.4 Kondom dengan aroma dan rasa

Page7

2.

Kondom berulir (Ribbed Condom).


Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang berulir untuk menambah
kenikmatan pada saat bersenggama .

KONDOM DAN BARRIER

Gambar 2.5 kondom berulir


3.

Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom).


Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis. Pada saat melakukan senggama,
pasangan seakan-akan senggama tanpa menggunakan kondom.

Gambar 2.6 Kondom ekstra tipis


4.

Kondom bintik (Dotted Condom)


Tipe ini disertai dengan bintik-bintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan

Page7

bagi wanita.

Gambar 2.7 Kondom bintik


5.

Kondom ekstra pengaman (Extra Safe Condom).


jenis ini memiliki tambahan lubrikan, serta mengandung perlindungan ekstra untuk mencegah
kehamilan.

KONDOM DAN BARRIER

Gambar 2.8 Kondom ekstra pengaman


6.

Kondom wanita (Female Condom).


Kondom berbahan lateks atau polyurethan, sehingga bersifat elastis dan fleksibel, kondom ini
lebih menimbulkan sensasi atau rangsangan. Terutama bagi pria yang kurang suka memakai
kondom.

Gambar 2.9 kondom wanita


7.

Kondom twist

Page7

Tipe ini didesain secara khusus untuk menstimulasi area sensitif pada saat bersenggama.

Gambar 2.10 kondom twist


8.

Kondom getar (Vibrating Condom).


Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya Kondom yang menggunakan
baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit.

KONDOM DAN BARRIER

Gambar 2.11 Kondom getar


9.

Kondom baggy.
tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki ulir di . bagian badannya,
untuk memaksimalkan gerakan saat bersenggama .

Gambar 2.12 kondom baggy


10.

Kondom dengan tambahan obat kuat (Condoms with extra strong medicine) en.s kondom
yang satu ini dilengkapi dengan lubrikan yang mengandung obat kuat (Yuniico, 2009).

Page7

Gambar 2.13 Kondom dengan tambahan obat kuat

11.

Pleasure-Shaped Kondom

KONDOM DAN BARRIER

Jenis kondom ini dapat mempertinggi sensitivitas untuk kedua mitra karena memiliki ujung
yang longgar dan besar

Gambar 2.14 Pleasure-Shaped Kondom


12.

Glow in the dark kondom


Kondom ini bisa ketika terkena cahaya selama 30 detik, kondom ini dapat bersinar dalam
gelap. Jangan khawatir, kondom ini sarna sekali tidak beracun dan memiliki tiga lapisan.
Bagian dalam dan lapisan terluar terbuat dari lateks dan yang tengah berisi pigmen yang aman
yang membuatnya bisa bersinar.

Gambar 2.15 Kondom glow in the dark

C.

Fungsi
Keuntungan sebagai alat kontrasepsi :
a)

Efektif bila digunakan dengan benar. Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar
pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom

Page7

tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
b)

Tidak mengganggu produksi ASI

c)

Tidak mengganggu kesehatan klien. Penggunaan kondom tidak menyakitkan seperti


kontrasepsi terse but. Tindakan medis seperti disuntik, dipasang IUD, atau dipasang

KONDOM DAN BARRIER

implan terkadang menimbulkan efek sam ping seperti infeksi nosokomial, gangguan
saraf, dan kerusakan.
d)

Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

e)

Murah dan dapat dibeli secara umum, mudah dipakai, mudah dibawa kemana-mana,
tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus. Mendapatkan kondom gratisdi
puskesmas

terdekat.

Kontrasepsi

lain

memerIukan

bantuan

medis

dalam

penggunaannya, sedangkan untuk memakai kondom pria bisa dilakukan sendiri. Jadi
perlu repot-repot mendatangi fasilitas kesehatan.
f)

Metode kontrasepsi sementara, sedangkan metode kontrasepsi lainnya harus ditunda


jika :
Istri sedang masa subur bila menggunakan KB kalender Sementara menunggu istri
memasang kontrasepsi IUD Sementara menunggu istri mencabut kontrasepsi implant
Keuntungan sebagai alat non kontrasepsi :
a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB. Menggunakan kondom
adalah salah satu bukti adanya peranan pria dalam mendukung keluarga
berencana. Jika sebagian besar program KB diperankan oleh wanita, maka
memilih kontrasepsi kondom memunculkan persepsi baru bahwa pria juga perlu
terlibat aktif dalam mengatur kehamilan
b) Dapat mencegah penularan IMS. Seperti: Vaginitis yang disebabkan oleh infeksi
seperti trichomoniasis, Pelvic inflamotori deasis (PID), Gonorrhea, Clamidia,
Sipilis, Chancroid, HIV, HPV, Herpes simplek virus. Virus hepatitis B.

Page7

c) Mencegah ejakulasi dini.


d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks).
e) Saling berinteraksi sesama pasangan. Dapat memperpanjang waktu dan
menambah kenikmatan dalam hubungan seksual.
KONDOM DAN BARRIER

f) Condom Therapy. Bagi pasangan infertile yang disebabkan oleh antibody sperma,
yang diduga sebagai salah satu penyebab kegagalan potensi rnembuahi sel telur
atau ovum dalam tubuh perempuan. Metode ini selain mencegah pembuahan, juga
mencegah kontak antigen pihak laki dengan Sistem imun perempuan. Memakai
kondon secara terus-rnenerus kurang lebih selama 6-8 bulan, diharapkan kadar
antibody telah menurun pada reproduksi perempuan. Sehingga sperma yang
selama ini di aglutinasi atau dimobilisasi oleh antibodi menjadi bebas dan mampu
bergerak untuk bermigrasi sampai disaluran falopii dan bertemu dengan ovum
tanpa halangan apapun pada saat masa subur yang telah ditentukan.
c. Cara kerja
1. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, memungkinkan tidak
terjadinya pertemuan antara sperma dengan sel dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang dipasang pada penis, sehingga sperma tercurah kedalam saluran
reproduksi wanita.
2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk Hepatitis B dan HIV / AIDS) dari

Page7

pasangan kepada pasangan yang lain

KONDOM DAN BARRIER

e.

Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.
Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karen a tidak dipakai secara
konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.

f. Efek samping
Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya
tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi
terhadap latex, bisa menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex kondornnya ditambahi dengan
bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. Guna menghindari
reaksi alergi ini, maka sebaiknya memakai kondom dari bahan polyurethane atau kondom
natural skin serta tidak memakai bahan spermicidal (Kusmarjadi, 2009).
Banyak pria mengeluhkan kurang sensisitif jika memakai kondom, sementara yang
lainnyna merasa sulit untuk mempertahankan ereksi saat memakai kondom atau saat
intercourse. Pada beberapa kasus, baik pria maupun partner-nya, memakai kondom bisa
menghancurkan spontanitas mereka dalam ML. Tetapi hal tersebut bukan merupakan efek
samping (Kusmarjadi,2009).
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan) atau kondom
bocor saat pemakaian sehingga dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Segera pertimbangkan pemberian Morning After Pil atau kontrasepsi darurat (Saifuddin,
2003).
g. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
a)

Indikasi Khusus.
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum
menginginkan kehami1an. Selain itu, untuk periindungan maksimum terhadap

infeksi menular seksual (IMS).


b) Indikasi Umum

(1) Kalau ada kontra indikasi medis untuk cara KB lainnya, sementara klien belum
menginginkan sterilisasi
(2) Klienjarang melakukan hubungan
(3) Sebagai kontrasepsi sementara, pada keadaan-keadaan :
-

Selama amenore laktasi

Beberapa waktu setelah vasektomi

Ketika benang IUD tidak terlihat atau tidak teraba

Ketika perempuan minum obat yang mempengaruhi khasiat kontrasepsi


oral (pil)

Selama menunggu cara lain (misal pada prosedur sterilisasi atau IUD)

Selama mengamati gejala ginekologi

Sebagai cara alternatif sementara "back up" cara lain

Bagi penggunaa cara pemantauan kesuburan, untuk digunakan selama


masa kesuburan (BKKBN, 2003)

2.

Kontra indikasi
a)

Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini.

b)

Malformasi penis.

c)

Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks (Puspitasari,
2009)

h. Kekurangan
Menurut Saifuddin (2003), kekurangan pemakaian kondom secara umum :
1.

Efektifitas tidak terlalu tinggi.

2.

Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

3.

Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).

4.

Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.

5.

Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

6.

Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum.

7.

Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal Iimbah.

Kekurangan pemakaian kondom berdasakan klasifikasinya :


1.

Pria:
Penurunan kenikmatan seks lebih besar daripada kondom wanita

2.

Wanita:

- Kenikmatan bisa terganggu karen a timbul suara gemerisik saat berhubungan intim.
- Penampilan kurang menarik.
- Pada awal menggunakan alat ini, proses pemasangannya agak sui it.
- Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya ke dalam vagina.
I

Kegagalan Menggunakan Kondom


Menurut Saifuddin (2003), kegagalan dalam menggunakan kondom diantaranya adalah:

Penggunaan kondom kurang baik Pemakaian kondom sudah kadaluwarsa

Kondom robek ketika dibuka dari bungkusan

Pemakaian kondom tidak tepat pemakaiannya

Kondom tertinggal di dalam vagina oleh karena penis baru dikeluarkan setelah kendor.

Tidak memakai kondom sejak permulaan coitus.

Hanya memakai kondom bila istri disangka berada dalam masa subur.

Pedoman Menggunakan Kondom


Dibawah ini merupakan pedoman-pedoman dalam menggunakan kondom, antara lain:
1. Beri penjelasan yang lengkap dan jelas tentang kondom dan cara penggunaannya
2. Tekankan keharusan menggunakan kondom baru setiap berhubungan seksual
3. Nasehatkan untuk menggunakan spermisida sebagai tambahan supaya lebih efektif bila tidak
alergi
4. Upayakan agar klien kembali untuk mendapatkan petunjuk kalau ada keraguan atau ada
masalah dalam penggunaan
5. Sarankan kepada klien bila perempuan tidak mendapatkan haid, maka ia harus ke klinik untuk
memastikan kehamilan dan penanganan lebih lanjut.

k.

Petunjuk Bagi Pengguna


Menurut Saifuddin (2003) sebagai tenaga kesehatan harus menjelaskan epada
klien akan pentingnya petunjuk pemakaian dan alasannya setiap angkah, antara lain:
1.

Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.

2.

Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermicidal ke dalam kondom.


Jangan gunakan bahan-bahan lain seperti vaselin, lotion, atau produk minyak
bahan lainnya, karena dapat meningkatkan kemungkinan robekan kondom.

3.

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya, pada saat membuka kemasan.

4.

Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glan penis
dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan
karetnya dengan jalan menggeser gulungan terse but ke arah pangkal penis.

5.

Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.

6.

Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperm a pada bagian


ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak
terjadi robekan pada saat ejakulasi.

7.

Kondom dilepas sebelum penis melembek.

8.

Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak
terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak
terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina.

9.

Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

10.

Bila kondom robek atau pecah selama bersenggama, segera gunakan soermisida
(gel atau busa), dan pertimbangkan menggunakan alat kontrasepsi darurat untuk
mencegah kehamilan

11.

Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.

12.

Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan ditempat
yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek
saat digunakan.

13.

jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh
atau kusut.

14.

Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom.

15.

Pastikan klien betul-betul memahami dengan memintanya mengulang aruran


pakai diatas.

Gambar 2.16 petunjuk penggunaan kondom


I.

Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan kalau ada rnasalah dalam
penggunaan kondom dan kepuasan klien dalam menggunakannya. Kalau masalah
timbul karena kekurang tahuan dalam cara penggunaan sebaiknya informasi diulangi
lagi kembali kepada klien dan pasangannya. Kalau maslah menyangkut ketidak

nyamanan dan kemajuan dalam menggunakan kondom sebaiknya dianjurkan untuk


memilih metode kontrasepsi lainnya.
m.

Tips Memilih dan Membeli Kondom


Menurut BKKBN (2003) ada beberapa tips memilih dan membeli ~ondom, antara
lain:
1.

Jenis beragam (transparan, bergerigi, polos, berulir, berwarna, kering ,


berpelumas, dengan spermisaida)

2.

Panjang kondom beragam: ukuran, diameter, dan ketipisan

3.

Kondom bisa dibeli ditoko obat, apotek, praktek bidan, klinik, kios, bar, warung

4.

Jangan malu datang ke toko atau apotik membeli kondom, kita hams bangga
membeli kondom, anda berarti bertanggung jawab dan mersakan hubungan
seksual dengan kondom sebagai sesuatu yang normal.

2.3

KB Barrier

2.3.1

Diafragma

a.

Pengertian
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya,
diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji;
di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cern bung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila
sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sarna, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan
selama

6-8 jam setelah sanggama

selesai, pembilasan

(douching) tidak

diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah


sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. Ukuran
diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyat "3.meter antara 55 sampai
100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing 5mm.
Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara
individual.

Gambar 2.17 SILCS diaphragm tampak samping (kiri) and tampak dari atas (kanan)
b.

Jenis- Jenis
Jenis diafragma antara lain:
1. Flat Spring (diafragma pegas datar).
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian rtama kali.
Memiliki pagas jam yang kuat dan mudah dipasang.
2. Coil spring (diafragma pegas kumparan).
Jenis ini cocok untuk wan ita yang vaginanya kencang dan peka terhadap cekanan.
Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak clan pegas datar.
3. Arching spring.
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan
posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari
Flat spring dan Coil spring, dan menimbulkan rexanan yang kuat pada dinding
vagina.
C.

Fungsi
Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara kontrasepsi/non

kontrasepsi, yaitu:
1. Manfaat secara kontrasepsi
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI
c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya
d. Tidak mengganggu kesehatan klien
e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2. Manfaat non kontrasepsi:

d.

a.

Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual

b.

Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid Cara Kerja

Cara Kerja
dibawah ini merupakan cara kerja dari diafragma, yaitu:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur.
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

e.

Efek Samping
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragnma dipakai
dengan benar. Tetapi kadang-kadang dapat terjadi :

f.

1.

Reaksi alergi

2.

Iritasi vagina

3.

Infeksi, termasuk infeksi traktus urinerius

Kontraindikasi
Dibawah ini juga dijelaskan kontraindikasi dari pemakaian diafragma, antara
lain:
1. Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus
2. infeksi traktus urinarius yang erulang-ulang
3. Alergi terhadap lateks
4. Syndrome soktaksik
5. Nyeri pelvis atau nyeri introitus yang disebabkan oleh herpes, episiotomy,

introitus yang sangat sempit atau ketat.


6. Post partum (bayi aterm 6-12 minggu).
7. Ketidak mampuan calon akseptor atau pemasangannya untuk mempelajari
dan melaksanakan teknhik insersi yang benar
g.

Keuntungan dan kerugian


Dibawah akan dijelaskan keuntungan dan kerugian dari pemakaian diafragma,
antara lain:
1.

Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai

2.

Wanita belum memegang atau manipulasi genetalianya sendiri

3.

Untuk pemakaian awal, perlu instruksi dan cara pemasangan dari tanaga
yang terlatih

h.

4.

Menjadi mahal bila sering dipakai

5.

Insersi relative singkat

6.

Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama

7.

Beberapa wanita mengeluh prihal kebasahan atau becek

Pemasangan Diafragma
Berikut ini adalah langkah-Iangkah dalam pemasangan diafragma, antara lain
Tahap 1 : Kosongkan kandung kern ih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Olehkan spermisida
pada kap difragma secara merata.
Tahap 2 : Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma.
Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di
tepi kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva.
Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan
jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida

harus berada di dalam kap.


Tahap 3 : Masukan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggir ke atas, dibalik tulang pubis. Masukan jari ke
dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan
pastikan serviks telah terlindungi.
Perhatian: diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah
berakhir hunbungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam
setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan
meninggalkan diafragma ke dalam vagina lebih dari 24 jam.
i.

Pelepasan Diafragma
Berikut ini adalah langkah-Iangkah dalam pelepasan diafragma, antara lain:
- Tahap 1 : Sebelum melepas difragma cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Kait bagian ujung diafragma dengan bagian telunjuk dan tengah untuk
mmemegang penampung.
- Tahap 2 : Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air
kemudian keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.

j.

Sebab-sebab Kegagalan
Dibawah ini merupakan penyebab yang sering menimbulkan adanya kegagalan
dalam pemakaian diafragma, antara lain:
1. Ketidaktahuan cara pemasangan yang benar
2. Ukuran diafragma tidak tepat
3. Terjadinya perubahan letak diafragma selama senggama
4. Adanya cacat atau kerusakan diafragma
2.3.2 Cervical Caps
a. Definisi
Cervical caps atau kap serviks adalah kap karet yang lembut berbentuk bulat

cern bung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam vagina kirakira enam jam
sebelum berhubungan seksual (tetapi tidak lebih dari 3 hari setelah hubungan seks).
Kap serviks ini akan menutup serviks dan akan menahan sperma masuk dengan
suction. Kap serviks sekarang telah digantikan dengan Fern cap dan Lea's Shield.
Fam cap yaitu kap yang terbuat dari silikon bentuknya seperti topi pelaut, dan lebih
terjamin menutup serviks. Sedangkan Lea's Shield yaitu kap silikon yang dilengkapi
dengan katup udara dan loop untuk melepaskan kap.
b.

Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan sevick sehingg menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alatt reproduksi bagian atas dan
sebagai alat tempat spermisidasenjata sperma tambahan untuk membunuh
sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.

c.

Efektivitas
Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat
kegagalan pada pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27 kehamilan
pada setiap 100 wanita dan berkisar 20%. Untuk lebih detailnya, pada wanita
yang belum pernah meahirkan atau mempunyai anak jika menggunakan
cervical caps tingkat gagalnya 16% tetapi pada wanita yang sudah pernah
melahirkan atau mempunyai anak tingkat kegagalannya sekitar 32%. Dari data
tersebut, efektvitas cervical caps lebih akurat pada waita yang sudah perah
melahirkan akan menjadi lebih besar dari ukuran semula karena pengaruh
proses melahirkan. Sehingga cervical cap kurang cocok diguakan untuk wanita
yang telah melahirkan.

d.

Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin
menunda mempunyai anak.

e.

Kontraindikasi
Cervical caps tidak boleh digunakan oleh wanita yang mempunyai riwayat
dibawah ini:
1. Bentuk serviks yang abnormal( ukuran, posisi)
2. Riwayat PID (pelvic inflammatory disease)
3. Papsmear yang abnormal
4. Radang serviks (cervicitis) yang kronis
5. Otot vagina yang sensitive
6. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstruasi

f.

Keuntungan

Dibawah ini merupakan keuntungan dad pemakaian cervical caps, an tara lain:
1. Kaps serviks bersifat reversible.
Kap servik dapat digunakan lagi setelah dipakai dengan mencucinya menggunakan
air hangat dan sabun yang lembutl tidak bersifat asam. Selain itu, kap serviks tidak
mempunyai efek yang berbahaya terhadap fungsi reproduksi baik wan ita ataupun
pria. Jika kap serviks tidak digunakan lagi, kemungkinan untuk hamil tetap ada.
2. Harganya tidak terlalu mahal, namun tidak dijual disembarang tempat.
3. Ukurannya kecil dan ringan, sehingga mudah untuk dibawa kemanamana.
4. Hanya membutuhkan sedikit spermicide (jika dibandingkan dengan diafragma)
5. Kap serviks dapat dipakai selama 48 jam karena ukurannya yang kecil sehingga
tidak menyebabkan tekanan pada VU dan tambahan ulang spermicide juga tidak
dibutuhkan
6. Kap serviks merupakan metode non-hormonal barrier
7. Metode kap seviks ini dapat tetap digunakan pada Ibu yang sedang menyusui
8.Kap serviks aman dan dapat digunakan pada wan ita yang merokok. Hal ini
dikarenakan wan ita yang merokok akan berisiko terganggu kesehatannya jika

menggunakan kontrasepsi hormonal.


9. Membantu para wan ita untuk lebih mengetahui dan mempelajari anatomi tubuh
wanita, khususnya organ reproduksi
10. Tidak mempengaruhi siklus mentruasi
11. Tidak mempengaruhi kesuburan untuk ke depannya
g. Kerugian
Dibawah ini merupakan kerugian dari pemakaian cervical caps, antara lain:
1. Dapat menyebabkan cervicitis.
2. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung
pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
yang signifikan > 20lbs (naik/ turun).
3.

Membuat infeksi pada saluran perkemihan.

4. Tidak boleh digunakan pada wan ita yang sedang menstruasi.


5. Penggunaannya cukup sulit. Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam
memasang/memasukkan cervical caps ke dalam vagina dengan benar.
6. Beberapa wanita akan merasa nyeri dan pasangannya akan merasa tidak nyaman
ketika sedang melakukan hubungan intim.
7. Cervical caps dapat terlepas sewaktu-waktu dari dalam vagina ketika sedang
melakukan hubungan intim ataupun sedang defekasi.
8. Tidak bebas dijual di sembarang tempat dan penggunaannya pun harus sesuai
dengan petunjuk dokter.
9. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual)
10. Tidak dapat mencegah penyebaran HIV AIDS
h.

Efek samping
Dibawah ini merupakan efek samping dari pemakaian cervical caps, antara lain:
1. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina

2. . Menyebabkan infeksi pada sa luran kemih


3. Menimbulkan rasa tidak nyaman pada pemakainya dan juga pasangannya terutama
ketika sedang berhubungan intim
4. Menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada daerah vaginal
5.
i.

Menimbulkan reaksi alergi terhadap kap-nya dan juga pada spermatisidanya.

Komplikasi
Dibawah ini merupakan komplikasi dari pemakaian cervical caps, antara lain:
1. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi j ika pemakaian
cervical caps dilakukan pada saat menstruasi.
2. Dapat menyebabkan reaksi alergi yang sangat mengganggu.
3. Dapat menyebabkan iritasi pada serviks karena kontak yang terlalu lama dengan karen (kap) dan
spermicide-nya.

j.

Cara Pemakaian
Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah
mencuci tangan, untuk menghindari masuknya bakteri berbahaya ke dalam liang
vagina. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit dan sebelum
melakukan hubungan seksual. Ada beberapa saran yang menyarankan penggunaan
spermisida bersamaan dengan kap serviks. Pemakai harus mempertahankan kap
serviks selama 6 jam setelah ejakulasi intravagina terakhir untuk memastikan bahwa
sperma yang tertinggal di dalam vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun waktu 48 jam.
Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan air hangat
dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat digunakan
kembali.
Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus
diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi
kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera menggantinya

k.

Beberapa Tips Untuk Memasukkan Kap Serviks


Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida.
Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain menjangkau sekeliling
pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari telunjuk.Masukkan kap ke dalam vagina
dan dorong kap sepanjang dinding vagina sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa
dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke atas, posisi jongkok,
berbaring. Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di
sekitar serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah
tertutupi.Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.

l.

Perbedaan Antara Kap Serviks Dengan Diafragma


Kap Serviks atau tutup serviks adalah alat kontrasepsi yang dipasang di vagina.
Bentuknya seperti topi pesulap dan terbuat dari lateks atau silikon. Diafragma juga alat
kontrasepsi yang ditanamkan di vagina dan terbuat dari karet tipis berbentuk kubah yang
kenyal dan fleksibel. Kedua alat kontrasepsi bertindak sebagai penghalang untuk
mencegah sperma mencapai rahim dan harus digunakan dengan sperm isida.
Kap srviks merupakan uatu alat yang hanya menutupi serviks saja , Dibandingkan
dengan diafragmaa,kap serviks Lebih dalam atau tinggi kubanya,tetapi diametemya lebih
kecil umumnya lebih kaku Menutupi serviks kare na hisapan bukan karena pegas. Zaman
dahulu, kap serviks terbuat dari logtam atau plastic,sekarang yang banyak adalah dari
karet.

m.

Ukuran
Kap serviks berukuran lebih kecil, lebih kaku dan kurang terlihat dibandingkan
diafragma. Kap serviks bervariasi dalam 3 atau 4 ukuran (tergantung merek) sedangkan
diafragma memiliki banyak variasi ukuran.

n.

Macam- macam Cervical Caps


Dibawah ini merupakan macam-macam dari cervical caps, antara lain adalah:
1. Prentif Cavity Rim Cap
a. Paling sering dipakai.
b. Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter-dalam 22, 25, 28, dan 31

Gambar 2.18 Prentif Cavity Rim Cap


2. Dumas atau Vault Cap
a. Relatif dangkal, berbentuk mangkok dengan pinggir alas yang tebal dan bagian tengah yang
tipis
b. Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm.
c. Cocok untuk wan ita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot-otot
vagina yang kurang baik atau wan ita dengan servis yang terlalu pendek

Gambar 2.19 Dumas cap


3. Vimule Cap
a. Berbentuk lonceng yang panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk memperkuat
hubungan dengan sekitamya
b. Cocok untuk wan ita dengan:
1)

Tonus otot-otot vagina yang kurang baik

2)

Sistokel

3)

Serviks yang lebih panjang dari rata-rata c. Tersedia dalam ukuran 42-55 mm

Gambar 2.20 Vimule cap

2.3.3 Spons
a. Pengertian Kontrasepsi Spons
Kontrasepsi spons adalah kontrasepsi yang berbentuk bulat menyerupai donat (tanpa
lubang) yang terbuat dari busa polyurethane dan mengandung spermisida jenis aqueous
solution of nonoxynol 9 (N9) (Connell, 2000). Berdasarkan hasil evaluasi laboratorium FDA
dan data klinis, Nonoxynol 9 (surfaktan yang tidak mengandung ion) dinyatakan aman dan
efektif untuk digunakan sebagai kontrasepsi vaginal dengan pengaturan dosis yang sesuai
(Connell, 2000).
Dalam tiap spons mengandung 1000 mg nonoxynol 9 yang akan membunuh sperma yang
kontak. Dari 1000 mg, sekitar 125-150 mg yang akan dieluarkan dalam 24 jam pemasangan di
vagina atau sekitar 10-20% dari total dosis yang ada, angka ini lebih kecil jika dibandingkan
dengan kontrasepsi vaginal jenis lain terlebih jika digunakan bersamaan dengan jenis
kontrasepsi yang lain (Connell, 2000).
b. Komponen Kontrasepsi Spons
Kontrasepsi spons didesain dalam satu ukuran diameter saja. Tersusun atas beberapa
komponen yang memberikan efek kontraseptif dan efek kenyamanan serta kemudahan dalam
penggunaannya.

2
1
3

Gambar 2.21 kontrasepsi sponn


1. Bagian spons yang mengandung nonoxynol 9 yang akan dikeluarkan secara bertahap
dalam waktu 24 jam selama pemasangan.
2. Busa polyurethane yang lembut yang didesain dengan menyesuaikan tekstur normal
epitel vagina
3. Pita yang terbuat dari bahan katun yang didesain untuk menarik keluar spons pasca
penggunaan.
c.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Spons


Dalam Connell (2000), spons memberikan proteksi terhadap kehamilan melalui 3
cara yang merupakan gabungan antara teknik proteksi secara fisik (mekanik dari bentuk
dan posisi penempatan spons dalam vagina) dan secara kimia dengan adanya kandungan
spermisida dalam spons . mekanisme kerja spons dilakukan dalam tiga cara yakni pertama
spons mengeluarkan spermisida jenis Nonoxynol 9 (N9) di dalam vagina yang akan
membunuh sperma. Kedua spons melakukan blocking pada lubang serviks sehingga
sperma tidak dapat masuk kedalam uterus dan tidak dapat mencapai tuba falopii.
Mekanisme blocking ini terjadi karena spons diposisikan di dalam vagina dengan posisi
menutup lubang serviks. Dan ketiga spons menjebak dan menyerap sperma yang
diejakulasikan oleh pria selama berhubungan seksual.

Gambar 2.22 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Spons


d.

Efektivitas Kontrasepsi Spons


Efektifitas spons sebagai alat kontrasepsi dalam mencegah kehamilan masih terus
diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan spons rnemiliki tingkat efektifitas
yang berbeda jika dibandingkan antar wanita pengguna spons yang para dengan wanita
pengguna spons yang nulipara. Trussell (2007) mengenai tingkat efektifitas kontrasespi
spons juga disampaikan dari hasil clinical trial produk kontrasepsi spons TodayR Sponge
yang mendapatkan lisensi dari FDA. Rasio kehamilan per 100 wanita selama satu tahun
penggunaan kontrasepsi ini adalah sekitar 1 kemungkinan kehamilan dari 10 atau 9-11%
jika kontrasepsi digunakan dengan cara dan waktu yang tepat. Dan rasio kemungkinan
hamil menjadi meningkat menjadi 1 kemungkinan kehamilan dari 7 wanita atau 13-16%
jika kontrasepsi tidak digunakan dengan cara dan waktu yang tepat.
e.

Keuntungan Kontrasepsi Spons


Beberapa keuntungan penggunaan kontrasepsi spons menurut Connell (2000) adalah :
1. Tersedia bebas tanpa memerlukan resep dokter
2.Tersedia dalam satu ukuran saja, sehingga tidak perlu menyesuaikan ukuran penggunaan.
3. Mudah untuk diinsersikan ke dalam vagina dan mudah untuk dikeluarkan.
4. Dapat diinsersikan dalam waktu 24 jam sebelum melakukan hubungan seksual.

5. Efektifpenggunaan adalah 24-30 jam sejak spons diinsersikan, walaupun terjadi


pengulangan hubungan seksual selama masih dalam rentang waktu tersebut maka tidak
perlu menambahkan krim atau jeli sperm is ida.
6. Memiliki efek samping yang minimum.
7. Lebih rapi penggunaanya dibanding dengan jenis kontrasepsi barier lainnya.
8. Hanya satu kali pakai
f.

Kerugian Kontrasepsi Spons


Beberapa kerugian penggunaan kontrasepsi spons menurut Connell (2000) adalah :
1. Efektifitasnya lebih rendah jika dibandingkan dengan IUD dan kontrasepsi hormonal.
2. Untuk hasil proteksi yang maksimal, spons harus dipasang dengan tepat dan dipastikan
tidak berubah posisi saat hubungan seksual berlangsung.
3. Bagi sebagian pasangan, spons dirasa menimbulkan ketidaknyamanan selama
berhubungan seksual
4. Sekitar 1-4% pria dan wanita memiliki respon hipersensitivitas terhadap Nonoxynol9
5. Bagi beberapa pengguna baru biasanya mengalami kesulitan untuk mengeluarkan
spons
6. Meninggalkan spons dalam vagina dengan jangka waktu yang lebih lama yang tidak
sesuai dengan anjuran produsen, dapat menyebabkan timbulnya discharge pada
vagina.
7. Dimungkinkan memiliki hubungan dengan kejadian Toxic Shock Syndrome (TSS).
Beberapa kasus TSS dialami oleh wanita pengguna kontrasepsi barier termasuk
kontrasepsi spons. TSS jarang terjadi, namun termasuk penyakit serius yang dapat
menyebabkan kematian.

8. Dapat menimbulkan iritasi lokal disekitar vagina


g.

Indikasi Penggunaan Kontrasepsi Spons


Tidak ada indikasi khusus penggunaan kontrasepsi spons. Kontrasepsi spons dapat
dipilih sebagai metode kontrasepsi barier dimana para pengguna dan pasangan tidak ingin
mengalami fase terputus selama berhubungan seksual sebab spons telah terpasang 24 jam
sebelum berhubungan seksual. Selain itu, kontrasepsi ini cocok digunakan bagi para
wanita yang tidak menghendaki penggunaan kontrasepsi hormonal denga berbagai efek
sampingnya.
h.

Kontraindikasi Penggunaan Kontrasepsi Spons


Kontrasepsi spons tidak boleh digunakan pada wanita dengan kondisi :
1. Berada dalam masa 6 minggu pertama pasca melahirkan
2. Memiliki riwayat Toxic Shock Syndrome
3. Sedang menstruasi
4. Alergi terhadap sulfat. Spons mengandung sodium metabisulfat.
5. Memiliki riwayat alergi pad a bahan nonoxynol

i.

Kontroversi Efek Sam ping Kontrasepsi Spons


Kontrasepsi spons telah dinyatakan aman o1eh lembaga FDA (Food and Drug
Administration). Namun, berdasarkan Connell (2000) beberapa hal yang menjadi
kekhawatiran para pengguna kontrasepsi spons adalah adanya efek samping yang
dikaitkan dengan penggunaan kontrasepsi spons yang hingga sekarang masih dalam
pemantauan penelitian:
1. Toxic Shock Syndrome (TSS).
Kasus TSS dimulai sejak adanya laporan pengguna tampon penyerap

menstruasi yang mengalami infeksi pada tahun 1970. Infeksi dari TSS ini
disebabkan keberadaan strain dari bakteri Staphylococcus aureus yang
memproduksi eksotoksin yang spesifik, Tidak ada laporan kejadian kasus TSS
pada uji klinis penggunaan kontraspesi spons yang dilakukan pada 1847 wanita.
Namun, pada tahun-tahun selanjutnya ditemukan beberapa laporan kejadian
kasus TSS yang dikaitkan dengan penggunaan kontrasepsi spons. Beberapa
kasus TSS dialami oleh wanita pengguna kontrasepsi barier termasuk kontrasepsi
spons. TSS jarang terjadi, namun termasuk penyakit serius yang dapat
menyebabkan kematian. Tanda gejala terjadinya TSS adalah:
a. Demam
b. Mual
c. Muntah
d. Diare
e. Nyeri otot
f. Sakit kepala
g. Kemereaha pada wajah dan kulit
Pada penelitian lain, menunjukkan uji laboratorium (USP Antimicrobial Test)
dinyatakan bahwa N9 memiliki efek bakteriostatik terhadap pertumbuhan
staphylococcus aureus dan memperlabat produksi toksin . Jadi tidak selalu kasus
TSS disebabkan oleh penggunaan kontraspesi spons. Namun untuk mereduksi
kemungkinan kejadian TSS, FDA menyarankan untuk menghindari penggunaan
kontrasepsi spons selama menstruasi.
2. Carcinogenecity.

Beberapa pernyataan berkembang tentang kemungkinan efek malignansi pada


penggunaan kontrasepsi spons. Beberapa penyataan yang berkembang yang
sebenarnya tidak disertai bukti adalah :
a. Urethane bersifat karsinogenik pada tikus. Ada beribu jenis urethane dan
urethane yang digunakan dalam bahan baku pembuatan spons telah dipilih
yang sesuai untuk perangkat biomedi yang aman dan tidak memiliki efek baik
pada jantung, pembuluh darah dan organ tubuh lainnya. Lebih lanjut, test
karsinogenik dan mutagenik melalui metode Ames Salmonela Mutagenicity
Test dan Mouse Lymphoma Forward Mutation Assay dilakukan pada
kontrasepsi spons dan menunjukkan hasil negatif untuk efek karsinogenik dan
efek mutagenik.
b. 2,4 Toluene Diamine yang diklaim sebagai agen karsinogen yang dicurigai
terkandung dalam bahan spons temyata tidak terdeteksi pada spons.
c. Ethylene oxide ditemukan pada N9 dengan kadar 0,7 ppm, dan ini masih
ditoleransi karena batasannya adalah tidak lebih dari 250 ppm.
d. Penelitian yang dilakukan pada tikus, kelinci, dan anjing menunjukkan hasil
yang negatif terhadap potensi perkembangan efek malignansi akibat
penggunaan kontrasepsi spons.
3.

Efek samping local.


Penggunaan nonoxynol 9 bagi sebagian pengguna menyebabkan 1-4% kejadian
iritasi pada vagina. Beberapa pengguna mengeluhkan adanya efek gatal pada
vagina, dan terasa lembab yang menyebabkan rasa kurang nyaman. Hal ini bisa
berdampak pada kejadian transmisi penyakit menular seksual, namun pendapat ini

masih kontroversi karena tidak disertai dengan bukti-bukti kIinik dan dokumen
pendukung. Pada dasarnya, kontrasepsi spons didesain sedemikian rupa untuk
memperkecil resiko iritasi pada vagina pengguna melalui penggunaan busa yang
lembut. Satu kontrasepsi spons dapat digunakan hingga 30 jam tanpa perlu diganti
setiap kali akan berhubungan seksual selama masih dalam jangka waktu 30 jam
pasca insersi ke dalam vagina. Sebenarnya yang menyebabkan efek
samping lokal adalah penggunaan yang melebihi jangka waktu yang telah
ditetapkan dan aksi hubungan seksual yang berlebihan.
j. Prosedur Penggunaan Kontrasepsi Spons
Kontrasepsi spons telah didesain sedemikian rupa agar lebih mudah dan nyaman dalam
penggunaanya. Selain itu, kontrasepsi ini juga tidak menyebabkan interuptus selama
berhubungan seksual sebab telah digunakan 24 jam sebelum memulai berhubungan
seksual. Prosedur penggunaan kontrasepsi spons adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Keluarkan spons dari kemasan
3. Basahi spons dengan air bersih yang mengalir
4. Peras atau tekan dengan lembut beberapa kali hingga spons menjadi berbusa.
5. Lipat bagian dalam spons menjadi dua bagian.
6. Masukkan perlahan-Iahan spons ke bagian dalam vagina. Pita kain harus terletak
dibagian bawah agar mudah saat mengeluarkannya.
7. Jaga spons dalam posisi yang benar selama 24 jam sebelum memulai berhubungan
seksual.
8. Tunggu hingga 6 jam setelah berhubungan seksual, selanjutnya keluarkan spons

perlahan lahan dengan menarik pita kainnya.


9. Segera setelah dikeluarkan dari dalam vagina, buang spons ke dalam tempat
sampah.
Beberapa hal yang menjadi perhatian bagi para pengguna kontrasepsi spons adalah :
I. Kontrasepsi spons ini hanya digunakan pada vagina, bukan pada anus atau rectum.
2. Kontrasepsi spons hanya digunakan satu kali pakai, setelah itu buang setelah dikeluarkan dari
vagina.
3. Kontrasepsi spons tidak mencegah terhadap penularan penyakit menular seksual dan tidak
memproteksi terhadap paparan HIV/AIDS.
4. Pada awal penggunaan kontrasepsi spons, mungkin beberapa wan ita akan mengalami iritasi
pada vagina (merasa terbakar atau panas, gatal, dan tidak nyaman). Segera hentikan penggunaan
dan atau hubungi dokter jika terjadi
a. Timbul rasa panas, terbakar, gatal disekitar vagina atau penis pasangan
b. Timbul rasa sakit atau kesulitan berkemih
c. Timbul nyeri perut, demam, atau pengeluaran discharge pada vagina
d. Dalam kondisi hamil
5. Jauhkan dari jangkauan anak-anak sebab kandungan spermisida bisa jadi berbahaya pada
sebagian anak-anak atau seseorang.
2.3.4

Kondom Wanita

a.

Pengertian
Kondom wanita adalah kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan
yang berbentuk tabung silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan
wanita. Kondom khusus kaum hawa tersebut memiliki dua ujung di mana ujung yang satu

yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung
yang lain ke arah luar terbuka.
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane dengan panjang 15 em dan
garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cine in polyurethane lentur.
Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom di
vagina. Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar silikon dan tidak
memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai. Efektivitas dari penggunaan
kondom uu menunjukkan sama dengan efektivitas dari penggunaan diafragma.
b.

Jenis-Jenis Kondom Wanita Tipe kondom terdiri dari :


1. Kondom biasa. Kondom yang terbuat dari bahan lateks yang divulkanisir tipis tapi kuat
(Hartono, 2003).
2. Kondom bergerigi. Kondom yang terbuat dari silikon yang berbentuk ring dan lentur
seperti karet dan luarnya ada bintik-bintik (Panji, 2008).
3. Kondom beraroma. Kondom yang terbuat dari bahan karet atau plastik yang beraroma
berbagai rasa seperti coklat, strawberi (Saifudin, 2006).
4. Kondom tidak beraroma. Kondom yang terbuat dari bahan karet atau plastik yang tidak
beraroma (Saifudin, 2006).
Dibawah ini merupakan macam-macam dari kondom menurut Handayani (2010), antara
lain:
1. Kulit. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut,
menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
senggama, lebih mahal, jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom.
2. Lateks. Paling bayak dipakai, murah, elastic.

3. Plastik. Sangat tipis (0, 025-0,035 mm), juga menghantarkan panas tubuh, lebih mahal
dari kondom lateks.
c.

Fungsi Kondom Wanita


Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit
menular seksual. Fungsi kondom sebenarnya bukan sekadar sebagai alat KB atau
pengaman saja. Kondom juga bisa digunakan sebagai bagian dari foreplay agar suasana
bercinta menjadi berbeda. Apalagi saat ini kondom tersedia dalam beragam tekstur dan
aroma.

d.

Cara Pemakaian Kondom Wanita


Adapun cara pemakaian kondom wanita adalah sebagai berikut :
1) Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah.
Jangan menggunakan gigi atau benda tajam saat membuka kemasan.
2) Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita punya ring
yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian
dalam.
3) Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari
lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang
berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.
4) Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi,
jongkok maupun berbaring.
5)

Masukkan inner ring ke dalam vagoina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke
dalm vagina, gunakan jari telunjuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam

vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar dan outer ring (ring yang besar) tetap
berada di luar.
6) Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom.
7) Pastikan kondom terpasang benar dan terasa nyaman.
8) Bantu penis masuk ke dalam kondom.
9) Pasca coitus,keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring
untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan
kondom secara hati-hati.
10) Buang kondom bekas pakai ke tempat yang
e.

Efek Samping Kondom


Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya tidak akan
mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex,
bisa menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan
spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. Guna menghindari reaksi alergi
ini, maka sebaiknya memakai kondom dari bahan polyurethane atau kondom natural skin
serta tidak memakai bahan spermicidal (Kusmarjadi, 2009).
Selain beberapa efek samping di atas, berikut ini dampak negatif serta efek samping
kondom yang lainnya:
1. Mempengaruhi Kenikmatan.
Bahan kondom yang elastis dengan bentuknya yang tipis serta tahan lama seringkali
membuat penggunanya merasakan tidak nyaman ketika sedang melakukan hubungan
intim.
2. Tidak Sehat.

Meskipun demi menghindari kehamilan dan penyakit menular seksual, penggunaan


kondom bisa menyebabkan depresi pada wanita.
3. Mengurangi Spontanitas Seks.
Kebanyakan pasangan yang akan melakukan hubungan seksual memang sudah setuju
untuk menggunakan kondom. Namun lain halnya untuk mereka yang menggunakan
kondom tanpa mendapat persetujuan dari salah satu pasangan, ini akan mempengaruhi
spontanitas yang ada.
4. Menyakitkan.
Umumnya semua kondom memiliki pelumas berbasis air untuk mencegah rasa sakit
ketika digunakan. Meskipun begitu, penggunaan kondom tetap saja menimbulkan rasa
sakit dan tidak nyaman ketika sedang melakukan hubungan seks. aman (tempat sampah).
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi
kondom. Penanganan efek samping sebagai berikut :

Efek Sam ping Atau Masalah


Kondom rusak atau bocor sebelum
pemakaian
Kondom bocor saat berhubungan
Adanya reaksi alergi
Mengurangi kenikmatan
berhubungan seksual

f.

Penanganan
Buang dan pakai kondom yang baru
atau gunakansQermisida
Pertimbangkan pemberian Morning
Afjer Pil
Berikan kondom jenis alami atau ganti
metodekontraseQsi lain
Gunakan kondom yang lebih tipis atau
ganti metode kontraseQsi lain

Indikasi dan Kontra Indikasi Pemakaian Kondom Wanita


Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi
dan nonkontrasepsi. Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
1.

Efektifbila pemakaian benar

2. Tidak mengganggu produksi ASI


3. mengganggu kesehatan klien
4.

Tidak mempunyai pengaruh sistemik

5.

Murah dan tersedia di berbagai tempat

6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus


7.

Metode kontrasepsi sementara

Sedangkan manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:


1. Peran serta suami untuk ber-KB
2. Mencegah penularan PMS
3. Mencegah ejakulasi dini
4. Mengurangi insidensi kanker serviks
5. Adanya interaksi sesama pasangan
6. Mencegah imuno infertilitas
Kontra indikasi pemakaian kondom antara lain :
1. Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini.
2. Malformasi penis
3. Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks
g.

Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Kondom Wanita


Keuntungan pemakaian kondom wanita yaitu :
1. Memberikan perlindungan yang tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS)
2. Tidak mengganggu produksi
3. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten

4. Bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil dibandingkan kondom laki
laki.
5. Tidak memerlukan pengawasan

Sedangkan kerugian pemakaian kondom wanita antara lain:


1. Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat berhubungan intim
2. Penampilan kurang menarik
3. Pada awal menggunakan alat ini, proses pemasangannya agak sulit
4. Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya ke dalam vagina
5. Harganya masih mahal

2.4 Jurnal Mengenai KB Kondom Dan Barrier

a.

Prostate-specific antigen as a biomarker of condom failure: comparison of three


laboratory assays and self-reported condom use problems in a randomized trial of
female condom performance
Terri Walsh, Lee Warner, Maurizio Macaluso, Ron Frezieres, Margaret Snead, Brian Wraxall
Abstract
Background:
Prostate-specific antigen (PSA), a biomarker for semen exposure, may provide a more
objective measure of condom failure than subject selfreports. Methods for measuring PSA
vary and their comparability with respect to assessing condom performance has not been
adequately evaluated. This study compared results from three different PSA assays of vaginal

samples collected by subjects in a randomized clinical trial which compared the performance
of female condoms. Study Design:

We selected 30 pairs of pre- and post-coital vaginal samples from subjects who reported
condom functionality problems or
whose original PSA assay was positive. Samples were retested using three different PSA
assays [quantitative enzyme-linked immunoassay (EIA), rocket immune-electrophoresis (RlE)
and chromatographic immunoassay (CIA)). We compared the proportion of condom uses
wherethe post-coital PSA result indicated semen exposure for each of the three assays.
Results:
Despite varying levels of sensitivity, the results from all three assays were remarkably
consistent. Self-reported condom failures did not correlate well with positive PSA results,
suggesting that exclusive reliance on either PSA or user self-report may be inadequate for
assessing condom functionality. Conclusion:
In combination with user self-report of condom failure, PSA testing provides a reliable,
objective marker of condom functionality. Studies based on PSA testing may improve on
conventional contraceptive clinical trials by offering a more direct assessment of a condom
product's ability to prevent semen exposure.

Ulasan Jurnal :
Prostate-specific antigen (PSA) merupakan biomarker dari adanya paparan semen yang dapat
diambil dari sampel spesimen vagina. Ada banyak objek yang dapat dijadikan ukuran dari
kegagalan penggunaan kondom wanita selain dari laporan diri penggunanya. Dalam penelitian

ini, ingin melihat kegagalan penggunaan kondom dengan ditemukan atau tidaknya biomarker
PSA. Hasilnya menunjukkan bahwa laporan pengguna yang menyatakan kegagalan dalam
penggunaan kondom wanita tidak berhubungan dengan hasil positif pada pemeriksaan PSA.
Artinya kondom wanita belum efektif dalam mencegah paparan semen. Penelitian yang
didasarkan pada test PSA ini dapat menjadi masukan produsen untuk assessment lebih lanjut
kemampuan produk kondom dalam mencegah paparan semen.
b.

Hormonal And Barrier Contraception And Risk Of Upper Genital Tract Disease In
The PID Evaluation And Clinical Health (PEACH) Study
Roberta B. Ness MD, MPH,a David E. Soper, MD,e Robert L. Holley, MD,f Jeffrey
Peipert, MD,h
Hugh Randall, MD,d Richard L. Sweet, MD,b Steven J. Sondheimer, MD,c Susan L.
Hendrix, DO,g
Antonio Amortegui, MD,a,b Giuliana Trucco, MD,a,b Debra C. Bass, MS,a and Sheryl F.
Kelsey, PhD,a
for the PID Evaluation and Clinical Health (PEACH) Study Investigators Pittsburgh and
Philadelphia, Pa, Atlanta, Ga, Charleston, SC, Birmingham, Ala, Detroit, Mich, and
Providence, Rl
Objective:
Among women diagnosed with pelvic inflammatory disease, we examined the associations
between hormonal or barrier methods of contraception and upper genital tract infection
or inflammation.
Methods:
Participants were 563 patients from a treatment trial for pelvic inflammatory disease. All
had pelvic pain; pelvic organ tenderness; and leukorrhea, mucopurulent cervicitis, or
untreated cervicitis. Contraceptive use within the prior 4 weeks was compared among
women with baseline upper genital tract gonorrhea or chlamydia, women with

endometritis without upper genital tract gonorrhea or chlamydia, and women with neither
upper genital tract gonorrhea or chlamydia nor endometritis.
Result :
Inconsistent condom use was significantly and independently associated with a 2 to 3
times elevated risk for upper genital tract infection. Upper genital tract gonorrhea or
chlamydia was not significantly associated with use of oral contraceptives, use of
medroxyprogesterone, condoms used consistently, nor other barrier methods.
Conclusion:
No hormonal or barrier contraceptive method was related to a reduction in upper genital
tract disease among women with clinical pelvic inflammatory diseases.
Ulasan Jurnal :
Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan antara metode kontrasepsi non hormonal
maupun hormonal dengan infeksi saluran kelamin bagian atas atau peradangan. Peserta
563 pasien dari percobaan pengobatan untuk penyakit radang panggul semua memiliki
nyeri panggul, nyeri panggul organ, dan leukorrhea, servisitis mukopurulen, atau servisitis
tidak diobati menggunakan kontrasepsi selama atau sebelum 4 minggu dibandingkan
antara perempuan dengan dasar kencing nanah saluran genital atas atau klamidia, wanita
dengan endometritis tanpa gonore atas saluran genital atau klamidia, dan wanita dengan
bukan gonore atas saluran genital atau klamidia atau endometritis. Penggunaan kondom
yang tidak konsisten secara signifikan dan secara independen berhubungan dengan 2-3
kali peningkatan risiko infeksi saluran kelamin bagian atas. Sedangkan gonore atau
klamidia saluran kelamin tidak signifikan berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi
oral, penggunaan medroxyprogesterone, kondom digunakan secara konsisten, atau metode

penghalang lainnya. Tidak ada metode hormonal atau kontrasepsi penghalang (barier)
terkait dengan pengurangan penyakit saluran genital atas an tara perempuan dengan
penyakit radang panggul klinis.
c.

SILCS diaphragm : postcoital testing of a new single-size contraceptive device

Jill L. Schwartza, Susan A. Ballaghb,l, Mitchell D. Creininc, Robert W. Rountreed,


Maggie Kilbourne-Brooke, Christine K. Maucka, Marianne M. Callahana
Abstract
Background:
This study was conducted to compare the effectiveness of a new, single-size silicone
contraceptive diaphragm used with either spermicide [2% nonoxynol-9 (N-9)} or
lubricant in preventing sperm from penetrating midcycle cervical mucus.
Study design:
A crossover postcoital test (PCT) in healthy, sexually active women not at risk for
pregnancy due to tubal occlusion was conducted. Couples had a baseline PCT without a
device to verify normal fertility parameters. Qualified couples underwent up to two test
cycles using the SILCS diaphragm with a metal spring. A subgroup of couples underwent
a third test cycle with the SILCS polymer spring diaphragm used with N-9 gel.
Results:
Fifteen couples completed a baseline cycle and were randomized to order of study gel. Of
these, 14 couples completed a baseline cycle and at least one test cycle, 12 couples
completed a baseline cycle and two test cycles and 8 couples completed a third test cycle
with the polymer spring prototype. Sperm was detected in the vaginal pool in all
completed test cycles. The S1LCS metal spring diaphragms used with N-9 gel reduced the
average number of progressively motile sperm per high power field in the cervical mucus

from a baseline of 12.5 to 0, while use of this device with lubricant reduced the number to
0.5. The SILCS polymer spring diaphragm used with N-9 performed the same as the metal
spring used with N-9.
Conclusion:
The SILCS diaphragm used with N-9 gel performed well. It is likely that the SILCS
diaphragm will give acceptable results in a contraceptive effectiveness study but that
adjunctive use of a chemical barrier such as N-9 gel will be necessary for it to be most effective.

Ulasan Jurnal :
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan keefektivitasan baru, kontrasepsi
diafragma menggunakan spermisida (2% nonoxynol-9 (N-9) atau pelumas dalam
mencegah sperma dari penetrasi lendir serviks pertengahan siklus. Crossover tes
kesehatan postcoital (PCT), wanita yang aktif secara seksual tidak berisiko untuk hamil
selama oklusi tuba dilakukan. Pasangan memiliki PCT dasar tanpa alat untuk
memverifikasi parameter kesuburan normal. Pasangan yang memenuhi syarat menjalani
sampai dua uji tahap menggunakan diafragma SILCS dengan metal spring. Sebuah
kelompok pasangan menjalani tahap tes ketiga dengan polimer semi SILCS. Diafragma
digunakan dengan N-9 gel. Lima belas pasangan menyelesaikan tahap awal dan diacak
untuk penelitian gel. Dari jumlah tersebut, 14 pasangan menyelesaikan tahap awal dan
setidaknya satu tahap tes, 12 pasangan menyelesaikan tahap awal dan tahap kedua dan 8
pasangan menyelesaikan tahap tes ketiga dengan prototipe semi polimer. Sperma
terdeteksi di vagina dalam semua tahap tes selesai. Diafragma semi logam SILCS
digunakan dengan N-9 gel mengurangi jumlah rata-rata jumlah kematian sperma dalam
lendir serviks dari awal 12,5 ke 0, sedangkan penggunaan alat ini dengan pelumas
mengurangi jumlah menjadi 0,5. SILCS polimer semi diafragma digunakan dengan N-9
menunjukkan kesamaan dengan semi logam dengan N-9. SILCS Diafragma dengan N-9
gel menunjukkan kegunaannya dengan baik. SILCS diafragma akan memberikan
penerimaan hasil dalam penelitian kontrasepsi yang efektif tetapi penggunaan barier
kimia seperti N-9 gel akan dibutuhkannya untuk menjadi paling efektif.
Dari penelitian tersebut menunjukkan perbedaan keefektifan SILCS diafragma dalam
mencegah sperma menjangkau mukus serviks. Tetapi penggunaan SILCS diafragma

dengan penggunaan N-9 gel merupakan diafragma yang paling efektif.

BAB III

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2007).
Kontrasepsi merupakan cara menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
(Depkes RI, 1999). Upaya terse but dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat
permanen. Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan
memakai cara, alat, atau obat-obatan.
Kondom adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet
dan pemakaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika
akan bersenggama. Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah
kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Kondom biasanya
dibuat dari bahan karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wan ita pada
keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri.
Metode kontrasepsi barier merupakan metode baik secara mekanik maupun
kimiawi untuk mencegah masukknya sperma ke dalam serviks sehingga sperma tidak
mampu mencapai uterus dan tuba falopii dengan demikian tidak akan terjadi fertilisasi.
Beberapa metode juga mampu memproteksi terhadap serangan penyakit infeksi
menular seksual.

Dalam ACOG (2014) disebutkan terdapat beberapa tipe dari metode


kontraspesi barier dalam keefektifannya mencegah kehamilan adalah diafagma, spons,
cervical cap, kondom pria, kondom wanita, spermisida 3.2 Saran
Metode kontrasepsi kondom dan barier merupakan metode baik secara
mekanik maupun kimiawi untuk mencegah masuknya sperma ke dalam serviks
sehingga sperma tidak mampu mencapai uterus dan tuba falopii namun hal ini masih
ban yak kekurangannya antara lain efektifitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan
sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksual
(mengurangi sentuhan langsung), pad a beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan
untuk mempertahankan ereksi, harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual,
beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum, pembuangan kondom
bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal lim bah sehingga sangat diperlukan
peran penting dari petugas kesehatan untuk selalu memberikan konseling terkait dengan
metode kontrasepsi kondom dan barrier.
Pemberian konseling KB tidak hanya ditujukan pada wanita tetapi juga pada
pria. Keikutsertaan pria dalam ber-KB berdasarkan data SDKI 2012 masih perlu
ditingkatkan. Hal ini merupakan bentuk upaya promotif dan preventif yang dapat bidan
lakukan untuk mendukung program KB melalui metode kontrasepsi kondom dan
barrier dan mencegah penularan penyakit menular seksual yang hingga saat ini
angkanya terus meningkat di kalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai