Anda di halaman 1dari 105

Heat Transfer Equipment

SATRIYA DWI PERMANA 03121003029


CHRISTIAN SAMUEL BS 03121003052

Heat Transfer Equipment


Heat of
Perpindahan
Rule
Basic
Shell
Exchanger
&
Design
Thumb
Tube Heat
Procedure
Heat
Exchanger
Exchanger
& Theory

Perpindahan Panas
Ilmu termodinamika yang berkaitan dengan

transisi kuantitatif dan penyusunan ulang


energi sebagai panas dalam tubuh materi.
Transfer panas telah dicapai dari fluida
panas ke dinding atau permukaan tube
secara konveksi , melalui dinding tube atau
plate secara konduksi dan kemudian oleh
konveksi ke fluida dingin .

Perpindahan Panas
Radiasi
Konveksi
Konduksi

Heat Exchanger

Shell & Tube Exchangers

Spiral Heat Exchangers

Double Pipe Exchangers

Fired Heater

Plate & Frame Exchangers

Condenser

Exchanger type
Fixed tubesheet (tubesheet tetap)

Keuntungan dari tipe fixed tubesheet adalah :


Harganya murah karena konstruksinya sederhana sepanjang tidak membutuhkan expansion
joint (sambungan tambahan).
Tube bisa dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover channel atau bonet.
Kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada flange joint (sambungan
flange).

Fixed tubesheet (tubesheet tetap)


Kerugian dari tipe fixed tubesheet adalah :
Bundle tidak dapat dilepas dari shell jadi sisi luar tube tidak dapat
dibersihkan secara mekanis.
Aplikasi hanya terbatas pada clean service (fluida yang bersih) pada shell
side.
Apabila akan digunakan pada fouling service (kemungkinan ada
kotoran) pada shell side maka shell side dibersihkan dengan chemical
cleaning.

Exchanger type
U-tube

Keuntungan dari U-tube heat exchanger adalah :


Bundle dapat meregang atau menkerut jika ada perbedaan tegangan
(differential stress).
Bagian luar dari tube bisa dibersihkan.
Tube bundle juga bisa dilepas.
Kerugian dari U-tube heat exchanger adalah :
Bagian dalam dari U-tube tidak dapat dibersihkan secara efektif,
memerlukan drill shaft yang fleksibel untuk membersihkannya.
U-tube heat exchanger sebaiknya tidak digunakan untuk tube dengan
fluida yang kotor.

Exchanger type
Floating Head

Exchanger type
Floating Head

Keuntungan dari floating head heat exchanger adalah :


Tube bundle dapat dilepas dari shell tanpa melepasn shell ataupun cover
floating-head, sehingga mengurangi lama waktu maintenance.
Desain ini biasanya dipasangkan dengan kettle reboiler yang mempunyai
media pemanas kotor, dimana tipe U-tube tidak dapat digunakan.

Exchanger type
Floating Head
Kerugian dari floating head heat exchanger adalah :
Harganya paling mahal diantara tipe heat exchanger
lainnya karena ukuran shell-nya yang besar.

Rule of Thumb Heat Exchanger


Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube

karena tube standar cukup kuat menahan


tekanan yang tinggi.
Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube
agar pembersihan lebih mudah dilakukan.
Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena
pengaliran di dalam shell membutuhkan bahan
konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan
untuk memanfaatkan panasnya dialirkan di
dalam tube karena dengan ini kehilangan panas
dapat dihindarkan.

Rule of Thumb Heat


Exchanger
Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di

dalam tube karena pengaliran fluida dengan viscositas


tinggi di dalam penampang alir yang kecil membutuhkan
energi yang lebih besar.
Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell
karena dapat digunakan baffle untuk menambah laju
perpindahan.
Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube.
Diameter tube yang kecil menyebabkan kecepatan linier
fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan
panas.
Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan
melalui tube, karena adanya cukup ruangan.

1. Kecepatan maksimum pada


shellside
Kecepatan harus dijaga tidak
terlalu cepat, hal ini ditujukan
untuk mencegah terjadinya erosi
ketika terdapat moisture dan
partikel dalam aliran.

Untuk mengurangi pressure drop yang tinggi


dapat menggunakan kecepatan aliran di bawah
maksimum pada kondisi operasi tertentu
Kecepatan pada nozzle boleh diizinkan sampai
1,2 dan 1,4 kali lipatnya

2. Kecepatan maksimum pada nozzle


Penurunan tekanan dalam
heat exchanger harus
selalu diperhatikan ,
terutama pada sistem
yang menggunakan aliran
bertekanan rendah

3. Jangan digunakan untuk menurunkan temperatur yang


terlalu tinggi
Ilustrasi : pada pencairan Hidrogen dan neon
Udara (umpan dimana mengandung hidrogen dan neon), tidak
langsung didinginkan menggunakan nitrogen cair, akan tetapi
didinginkan secara bertahap dahulu, yaitu didinginkan dengan air pada
kondisi normal, lalu kemudian didinignkan menggunakan cairan
nitrogen.
4. Penempatan fluida pada heat exchanger
Fluida korosif ditempatkan pada bagian tubeside
Fluida yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi diletakkan
dalam tubeside
Fluida yang memiliki kecepatan tinggi ditempatkan dalam tubeside
Fluida yang memiliki kekotoran, ditempatkan pada bagian tubeside
Aliran yang memiliki debit besar diletakkan pada bagian yang
berdiameter lebih besar, begitu sebaliknya

Penentuan fluida dalam shell


atau tube
Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam

tube karena tube standar cukup kuat


menahan tekanan yang tinggi.
Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam
tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
Fluida korosif dialirkan di dalam tube
karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang
mahal yang lebih banyak.

Penentuan fluida dalam shell


atau tube
Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk

memanfaatkan panasnya dialirkan di dalam tube karena


dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam
tube karena pengaliran fluida dengan viscositas tinggi di
dalam penampang alir yang kecil membutuhkan energi yang
lebih besar.
Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena
dapat digunakan baffle untuk menambah laju perpindahan.
Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube.
Diameter tube yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida
(velocity) masih cukup tinggi, sehingga menghambat fouling
dan mempercepat perpindahan panas.
Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui
tube, karena adanya cukup ruangan.

Basic Design Procedure and Theory


Persamaan umum untuk perpindahan panas
yang melewati suatu permukaan adalah :
Q = U A Tm
(1)
Dimana,

= panas yang ditransfer per satuan waktu , W

= keseluruhan dari heat transfer coefficient,

= Area Perpindahan Panas, m2

W/m2 0C
Tm
force, 0C.

= rata-rata perbedaan suhu, suhu driving

Heat exchanger analysis: the effectiveness


NTU method
The effectivenessNTU method merupakan prosedur untuk
mengevaluasi performa dari Heat exchanger dengan tidak
menggunakan evaluasi dari perbedaan temperatur rata-rata
(Tm).
Heat exchanger analysis mengunakan plot exchanger
effectiveness VS NTU. The effectivenessNTU method
tersebut tidak akan sesuai dengan bukub tersebut tetatpi
harus melalui banyak usah dalam mendesain He dan
pengalaman dalam mendesain HE.

Overall Heat-Transfer Coefficient


Seperti yang kita ketahui bahwa nilai dari overall coeficient hanya
bisa didapat dengan trial and eror. Namun data yang terdapat buku
Perry and Green (1984), TEMA (1988) dan Ludwig (1965) berdasarkan
eksperiment.
Shell and Tube Exchangers

Hot fluid

Cold fluid

U (W/m2 0C)

Heat exchangers
Water

Water

800-1500

Organic solvents

Organic solvents

100-300

Light oils

Light oils

100-400

Heavy oils

Heavy oils

50-300

Gases

Gases

10-50

Organic Solvents

Water

250-750

Light oils

Water

350-900

Heavy oils

Water

60-300

Gases

Water

20-300

Organic solvents

Brine

150-500

Water

Brine

600-1200

Gases

Brine

15-250

Coolers

Shell and Tube Exchangers


Hot fluid

Cold fluid

U (W/m2 0C)

Heaters
Steam

Water

1500-400

Steam

Organic solvents

500-1000

Steam

Light oils

300-900

Steam

Heavy oils

60-450

Steam

Gases

30-300

Dowtherm

Heavy oils

50-300

Dowtherm

Gases

20-200

Flue gases

Steam

30-100

Flue

Hydrocarbon vapours

30-100

Condensers
Aqueous vapours

Water

1000-1500

Organic vapours

Water

700-1000

Organics (some non-condensibles)

Water

500-700

Vacuum condensers

Water

200-500

Vaporisers
Steam

Aqueous solutions

1000-1500

Steam

Light organics

900-1200

Steam

Heavy organics

600-900

Aircooled exchangers
Process fluid

U (W/m2 0C)

Water

300-450

Light organics

300-700

Heavy organics

50-150

Gases, 5-10 bar

50-100

10-30 bar

100-300

Condensing hydrocarbons

300-600
Immersed coils

Coil

Pool

Natural circulation
Steam

Dilute aqueous solutions

500-1000

Steam

Light oils

200-300

Steam

Heavy oils

70-150

Aqueous solutions

Water

200-500

Light oils

Water

100-150

Agitated
Steam

Dilute aqueous solutions

800-1500

Steam

Light oils

300-500

Steam

Heavy oils

200-400

Aqueous solutions

Water

400-700

Jacketed vessels
Jacket

Vessel

Steam

500-700

Steam

250-500

Water

200-500

Water

200-300

OVERALL HEAT-TRANSFER COEFICIENT


Overall coefient adalah hubungan timbal-balik terhadap seluruh koefisien yang
ada pada Heat exchanger. Persamaannya sebagai berikut:

(2)
Dimana :
Uo = the overall coefficient based on the outside area of the
ho = outside fluid film coefficient, W/m 2 0C,
hi = inside fluid film coefficient, W/m 2 0C,
hod = outside dirt coefficient (fouling factor), W/m 2 0C,
hid = inside dirt coefficient, W/m 2 0C,
kw = thermal conductivity of the tube wall material, W/m 2 0C,
di = tube inside diameter, m,
do = tube outside diameter, m.

tube, W/m2 0C,

FOULING FACTORS (DIRT FACTOR)


Fouling merupakan faktor yang tidak dapat dihindari dalam
mendesain HE apabila diabaikan dapat berakibat fatal pendesainan
HE.
Fouling dapat mengakibatkan penumpukan material yang
menempel pada HE sehingga konduktivisas termal rendah akan
menurunkan overall coeficient (U).
Ada 6 kategori dalam fouling thermal yang dikemukakan oleh
Somerscales (1980)
1.
Precipitation Fouling (substansi terlarut)
2.
Particulate Fouling ( padatan tersuspensi)
3.
Chemical Reaction Fouling (deposit karena reaksi kimia)
4.
Corrosion Fouling ( transfer panas permukaan)
5.
Biological Fouling (organisme biologi )
6.
Freezing Fouling (pemadatan pada cairan)

Kita dapat menentukan nilai overall


coeficient deri melihat grafik dibawah ini:

FOULING FACTORS (DIRT FACTOR)


Berdasarkan data fouling factor yang didapatkan dari hasil
eksperiment TEMA standards (1978) dan Ludwig (1965). Dapat kita
lihat nilai faktor fouling pada gambar dibawah ini:

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)
Persamaan logarithmic temperature untuk aliran countercurrent:
Tlm

T1 t2 (T2 t1 )
T t
ln 1 2
(T2 t1 )

Dimana:
Tlm = log mean temperature difference
T1 = temperatur fluida masuk shell
T2 = temperatur fluida keluar shell
t1 = temperatur fluida masuk tube
t2 = temperatur fluida keluar tube

(4)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)
Menentukan perbedaan temperatur sebenarnya dengan
menggunakan persamaan desain (1) dengan bantuan faktor
koreksi untuk aliran counter-current.

Dimana:

Tm Ft Tlm

(5)

Tm = true temperature difference


Ft = faktor koreksi temperatur
Sedangkan Ft sendiri memiliki persamaan:
Ft

1 ln 1 S / 1 RS

R 1 ln

2 S[ R 1

R (T1 T2 ) /(t 2 t1 )
S (t 2 t1 ) /(T1 t1 )

2 S[ R 1

R
R

2
2

1 ]

1 ]

(6)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

Tubeside heattransfer coefficient


(Single Phase)
Turbulent flow

Nu C Re a Pr b ( / w) c

(7)

hi d e
kf
ut d e Gt d e

Cp

Dimana Nu = Nusselt number =


Re = Reynolds number =
Pr = Prandtl number =
Dan hi = koefisien dalam , W/m

kf

2 0

de = equivalent (or hydraulic) diameter, m


Untuk nilai reynold number adalah 0.8. nilai Prandtl number bisa 0.3 untuk
cooling sampai 0.4 for heating. Faktor viskositas yang normal 0.14 untuk
aliran tube, dikemukakan oleh Sieder and tate (1936).
Dimana C = 0.021 untuk gases,
0.023 untuk non-viscous liquids,
0.027 untuk viscous liquids.

Tubeside heattransfer coefficient


(Single Phase)
Laminar flow
Nu 1.86(Re Pr) 0.33 ( d e / L) 0.33 ( / w ) 0.14

(8)

Dimana L adalah panang tube, metres


Ika Nusselt number pada persamaan (8) kurang dari 3.5, maka harus
dianggap 3.5. In laminar flow panjang tube memiliki dampak terhadap Heat
transfer dimana rasio antara panjang dan diameter kurang dari 500.

Heattransfer factor, jh

jh St Pr 0.67 / w

0.14

(9)

Penggunaan faktor jh untuk mengetahui data aliran laminar dan aliran


turbulen yang dapat diwakili dengan grafik yang sama.

TUBESIDE HEATTRANSFER
COEFFICIENT (SINGLE PHASE)
Koefisien untuk air
Persamaan ini berdasarkan data dari Eagle dan Ferguson
(1930):
hi 4200(1.35 0.02t )ut

0.8

/ di

Dimana:
hi = koefisien dalam untuk air W/m2 0C
t = temperatur air, 0C
ut = kecepatan air, m/s
di = diameter dalam tube, mm

0.2

TUBESIDE HEATTRANSFER
COEFFICIENT (SINGLE PHASE)
Tube-side pressure drop
Persamaan dasar untuk isothermal flow pada pipa (temperatur
konstan):
ut2
P 8 j f ( L' / d i )
2

Diamana jf adalah dimensi dari faktor friksi dan L adalah panang


pipa efektif
karena aliran Heat exchanger bukan isothermal dan merupakan aliran
normal maka perubahan viskositasnya dipertimbangkan:
ut2
m
P 8 j f ( L' d i ) / w
2

m = 0.25 untuk aliran laminar Re < 2100,


= 0.14 untuk aliranturbulen Re >2100.
Nilai dari jf untuk heat exchanger tubes dapat diperoleh dari grafik
selanutnya.

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)
Persamaan logarithmic temperature untuk aliran countercurrent:
Tlm

T1 t2 (T2 t1 )
T t
ln 1 2
(T2 t1 )

Dimana:
Tlm = log mean temperature difference
T1 = temperatur fluida masuk shell
T2 = temperatur fluida keluar shell
t1 = temperatur fluida masuk tube
t2 = temperatur fluida keluar tube

(4)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)
Menentukan perbedaan temperatur sebenarnya dengan
menggunakan persamaan desain (1) dengan bantuan faktor
koreksi untuk aliran counter-current.

Dimana:

Tm Ft Tlm

(5)

Tm = true temperature difference


Ft = faktor koreksi temperatur
Sedangkan Ft sendiri memiliki persamaan:
Ft

1 ln 1 S / 1 RS

R 1 ln

2 S[ R 1

R (T1 T2 ) /(t 2 t1 )
S (t 2 t1 ) /(T1 t1 )

2 S[ R 1

R
R

2
2

1 ]

1 ]

(6)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

MEAN TEMPERATURE DIFFERENCE


(TEMPERATURE DRIVING FORCE)

DESIGN METHODS
Dalam mendesain Hedapat menggunakan 2 metode yakni:
1. Metode Kern (1950)
dimana metode ini bagus untuk mendesain tube pada HE
dikarenakan pada tube merupakan cross-flow
2. Metode Bell (1960,1963)
dimana metode ini bagus untuk mendesain Shell HE.

Kern Method

Kern Method

Bell Method
Heat-transfer coefficient
Shell-side heat transfer coeficient dapat ditulis:

hs hoc Fn Fw Fb FL
Dimana:
hoc = heat transfer coefficient calculated for cross-flow over
an ideal tube bank, no leakage or bypassing,
Fn = correction factor to allow for the effect of the number
of vertical tube rows,
Fw = window effect correction factor
Fb = bypass stream correction factor
FL = leakage correction factor
Desain HE jelek apabila nilai koreksi total dari 0-0.6, desain
HE baik apabila lebih besar dari 0.6 dan nilai koreksi
terbesar 0.9.

untuk cross-flow tube banks

hoc, ideal cross-flow coefficient


1
hoc d o
0.14
jh Re Pr 3 / w
kf

Fn, tube row correction factor

Ncv is number of constrictions crossed = number of tube rows between the baffle
tips.
1. Re > 2000, turbulent; take Fn from fig. above
2. Re > 100 to 2000, transition region, take Fn = 1.0
3. Re < 100; laminar region, Fn (Nc)-0.18
dimana Nc adalah jumlah baris melewati secara seri dari ujung ke ujung shell, dan
tergantung pada jumlah baffle.

Window Correction Factor (Fw)

Fb, by pass correction factor

1
A
Fb exp b 1 2 N s / N cv 3
As

= 1.5untuk aliran laminar , Re < 100,


= 1.35 untuk aliran tansisi dan turbulen Re > 100
Ab = clearance area between bundle & shell
As = maximum area untukcross-flow
Ns = number of sealing strips encountered by the
bypass stream in the cross-flow zone
Ncv = number of constrictions, tube rows,
encountered in the cross-flow section.

By-pass correction factor

Coefficient for FL, heat transfer

Langkah-langkah yang diperlukan dalam


mendesain Heat exchanger:
1. Menetapkan data awal heat exchanger: laju Heat-transfer, laju aliran fluida,
dan temperature.
2. Mengumpulkan data fisik fulida: densitas, viskositas, dan kondutivitas termal.
3. Menentukan tipe HE yang akan digunakan.
4. Megunakan nilai trial untuk menentukan overall coeficient, U.
5. Menghitung nilai perbedaan temperatur, rata-rata Tm.
6. Menghitung luas permukaan yang diperlukan dengan menggunakan
persamaan (1).
7. Menentukan rancangan HE.
8. Menghitung individual coeficient.
9. Menghitung overall coeficient dan membandingkan dengan nilai trial. Jika
perbedaan sangat auh dari nilai estimasi, ulangi perhitungan nilai estimasi dan
kembali ke langkah 6.
10. Menghitung Pressure drop He, jika hasilnya tidak memuaskan maka ulang
dari langkah 7 atau 4 atau 3 dengan cara berurutan.
11. Nilai optimum dari Desain HE: ulangi langkah 4 sampai 10 sesuai
kebutuhan. Apabila HE murah maka akan memuaskan, ini berhubungan
dengan luas area yang kecil dari HE.

Shell and Tube Design Flowsheet

Determining R,S

Determining Temperature Difference

Determining Physical Properties

Determining Heat Transfer Overall


Coefficient

Determining Uo

Determining Tube Side Coefficient

Determining Bundle Diameter

Shell Diameter and Baffle Spacing

Colborn Coefficient (jH)

Overall Coefficient

Tube Side Friction Factor

Shell Friction Factor

Check Pressure Drop

SHELL AND TUBE


HEAT EXCHANGER

Konsep

Definisi
Komponen Utama
Standar dan Kode pada Heat Exchanger
Tube
Shell
Layout Tube-sheet
Tipe Shell (Passes)
Baffle
Tube-sheet (Plate)
Nozzle pada Shell dan Header
Flow-induced tube vibrations

Definisi

Shell & Tube Heat Exchanger terdiri dari


beberapa tube yang dibungkus oleh silinder shell
dengan posisi tube yang sejajar dengan shell.

Fluida satu akan mengalir pada tube dan fluida


lainnya mengalir di shell.

Shell & Tube Heat Exchanger dapat memberikan


luas area perpindahan panas yang besar dan
efisiensi perpindahan panas yang besar.

Dapat digunakan pada kondisi tekanan tinggi


dan suhu tinggi

Definisi

Keuntungan:
a)

b)

c)
d)
e)

f)

Memiliki konfigurasi permukaan


perpindahan panas persatuan volume
yang lebih besar.
Mempunyai susunan mekanik yang baik
dengan bentuk yang cukup baik untuk
operasi bertekanan.
Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
Prosedur pengopersian lebih mudah
Metode perancangan yang lebih baik
telah tersedia
Pembersihan dapat dilakukan dengan

Definisi

Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi


fixed tube sheet artinya pelat pemegang
pipa-pipa pada kedua ujung pipa, keduanya
memiliki konstruksi yang tetap (tidak dapat
bergeser secara aksial dalam arah sumbu tabung
relative antara satu sisi dengan sisi lainnya).
Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi
floating tube sheet artinya salah satu pelat
pemegang pipa-pipa pada kedua ujung pipa
dapat bergerak relatif terhadap satunya karena
tidak terjepit oleh flens (mengambang).

Definisi

Shell and tube heat exchanger dengan


konstruksi pipa U (U tube type).
Shell and tube heat exchanger dengan
konstruksi dua pipa (double pipe type).
Pada jenis ini setiap tabung berisi berkas
pipa masing-masing.

Komponen Utama
Nomenclature
1. Shell
15. Floating-head support
2. Shell cover
16. Weir
3. Floating-head cover 17. Split ring
4. Floating-tube plate 18. Tube
5. Clamp ring
19. Tube bundle
6. Fixed-tube sheet (tube plate) 20. Pass partition
7. Channel (end-box or header) 21. Floating-head gland (packed gland)
8. Channel cover 22. Floating-head gland ring
9. Branch (nozzle) 23. Vent connection
10. Tie rod and spacer 24. Drain connection
11. Cross baffle or tube-support plate 25. Test connection
12. Impingement baffle
26. Expansion bellows
13. Longitudinal baffle 27. Lifting ring
14. Support bracket

Internal floating head without


clamp ring

Tube

Tube merupakan pemisah dan sebagai


pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam
suatu alat. Pemilihan tube ini harus
sesuai dengan suhu, tekanan, dan sifat
korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu tube polos
(bare tube) dan tube bersirip (finned
tube)

Standar dan Kode pada Heat Exchanger

TEMA

American Petroleum Institute (API)

TEMA

Dimensi

Standar diameter tube berkisar diantara 5/8 inch


(16 mm) sampai 2 inch (50 mm).
Desain Heat Exchanger dengan tabung
berdiameter kecil (5 /8- ke - 1 di OD ) lebih
ekonomis daripada desain dengan tabung yang
lebih besar, karena tabung kecil menyediakan unit
yang lebih kompak.
Diameter tabung dari 5/8 sampai dengan 1 dalam
O.D. adalah tabung yang terkecil sehingga
dipertimbangkan untuk proses pada Heat
Exchanger , tetapi ada beberapa aplikasi di mana
tabung kecil mungkin lebih baik.

Dimensi

Tabung dengan diameter yang lebih


besar digunakan ketika terjadi Heavy
fouling yang didapatkan, dan bagian
dalam tabung akan dibersihkan secara
mekanis.
Karena tabung dengan diameter dari 5/8
- 1 dalam O.D. Kisaran atau jangkauan
biasanya digunakan untuk penukar
panas shell dan tube, tabung dalam
ukuran ini lebih mudah tersedia dalam
berbagai bahan konstruksi.

Standar diameter dan ketebalan dinding


untuk tabung baja.

Pengaturan Tube
Square (90
Triangular
Rotated
Triangular
Square
(30 (45(60

Tube Sheet Layout


Disini kita akan menentukan number tube dan bundle diameter
dengan menggunakan persamaan triangular dan square patterns
sebagai berikut:

N t K1 ( Db / d o ) n1 ,

(3a)

Db d o ( N t / K1 )1/ n1

(3b)

Dimana:
Nt = Number of tubes,
Db = bundle diameter, mm,
do = diameter luar tube, mm

Tube
Tube-side passes
Channel merupakan tempat keluar
masuknya fluida pada tube, sedangkan
pass partition merupakan pembatas
antara fluida yang masuk dan keluar
tube.

Tube
Tube-side passes

Shell
The British standard BS3274 untuk shell pada HE dari 6 in (15 0 mm)
sampai 42 in

(1067 mm) diameter; dan untuk TEMA standards ,Untuk HE mulai dari
60 in,(1520 mm). Sampai dengan 24 in (610 mm) merupakan shell yang
standard untuk konstruksi normal, pipa mendekati tolerasi diatas 24 in
(610 mm) dan merupakan gulungan plate.

Shell : Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligus


sebagai wadah mengalirnya zat.

Minimum shell thickness, mm

Tipe-tipe Shell

Tipe Shell (Passes)


Single Pass
Multiple Passes :
a) Two Pass
b) Four Pass
c) Six Pass
d) Eight Pass

Tube-side Multipass arrangements

A. Two Pass

B. Four Pass

C. Six Pass

D. Eight Pass

Baffle
Sekat digunakan untuk membelokkan
atau membagi aliran dari fluida dalam
alat penukar panas. Untuk menentukan
sekat diperlukan pertimbangan teknis
dan operasional.

Macam-macam baffle
Horizontal cut baffle
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell. Baik ada dissolves gas dalam
liquid yang dapat dilepaskan dalam heat exchanger maka perlu diberi notches
dalam baffle.
Vertical cut baffle
Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy fouling fluida.
Disc and doughtnut baffle
Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan doughtnut.
Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bisa dilepaskan melalui top
dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak dapat di drain tanpa large ports pada
doughtnut.
Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan lubanglubang untuk semua tube.
Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua atau
beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan
panas yang lebih baik.

Jenis-jenis Baffle

Buffle cuts for single segmental Baffles

Buffle cuts for double segmental Baffles

Buffle cuts for triple segmental Buffles

Segmental Baffle detail

Strip Baffle

Disk and Doughnut Baffle

Oriffice Buffle

Single Segmental

2
1

w
1

Double Segmental

2
1

w
w

Triple Segmental

w
w

No-Tube-in window (NTIW)


2
2
int

w
1

w
int

Tube-sheet (Plate)

Berfungsi sebagai tempat duduk tube


bundle pada shell.

Flow-induced tube
vibrations

Getaran yang disebabkan oleh cairan


fluida selama bundle tabung, utamanya
disebabkan oleh vortex shedding dan
hentakan turbulent.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai