Anda di halaman 1dari 7

JTM Vol. XIX No.

4/2012

STUDI SEISMIK HAZARD DAN ANALISIS RISIKO DENGAN


PENDEKATAN PROBABILITAS DI PULAU JAWA
Ruben Damanik1, Wahyu Triyoso2, Andri Dian Nugraha2*, M.T. Zen3
1

Magister Student of Earth Sciences, Faculty of Earth Sciences and Technology, ITB, email:
rubendamanik@me.com
2
Geophysical Engineering Program, ITB
3
(Em) Proffessor of the Geophysical Engineering School, ITB; Head of Research and Development
Department, PT Asuransi Maipark Indonesia

Sari
Pulau Jawa berada di dalam Kepulauan Indonesia, diatas Lempeng Eurasia oleh tunjaman ke utara Lempeng
Australia di bawah Lempeng Eurasia. Konvergensi penunjaman membentuk sudut ortogonal terhadap palung di
sepanjang selatan Pulau Jawa. Pada bencana gempa bumi yang diakibatkan oleh penunjaman lempeng, studi dan
evaluasi tentang bahaya dan risiko gempa bumi perlu dilakukan. Salah satu metode untuk menganalisis probabilitas
risiko gempa adalah dengan melakukan studi seismic hazard. Studi tentang seismic hazard dilakukan dengan
pendekatan probabilitas menggunakan metode event based approach. Ini berarti bahwa gerakan tanah dihitung secara
tiap peristiwa dan hasilnya dikumpulkan secara terpisah untuk membentuk estimasi probabilitas. Metode event based
approach berbeda dari pendekatan PSHA yang mengintegrasikan seluruh kombinasi besar dan jarak. Penelitian ini
menyajikan klasifikasi site (jenis tanah) untuk Pulau Jawa dengan menggunakan kecepatan gelombang geser
kedalaman 30 m (Vs30) dari data USGS. Selanjutnya, analisis risiko probabilitas seismik hazard dilakukan untuk
memetakan bahaya seismik dalam hal percepatan tanah maksimum di batuan dasar dan pada batuan permukaan
dengan mempertimbangkan klasifikasi site. Berdasarkan pada potensial sumber gempa, sejarah kegempaan, kondisi
geologi, dan kurva kerentanan maka model risiko dari Pulau Jawa dapat digambarkan.
Kata kunci: Seismic hazard, event based approach, site classification, PSHA
Abstract
The island of Java, within the Indonesian archipelago, sits atop the Eurasian plate,the Australian plate was moved
northward and subducted under the Eurasian plate. Convergence is nearly orthogonal to the trench axis along south of
Java Island. By the chains of disaster caused by the earthquakes, so the study and evaluation about earthquake hazard
and risk is needed. One of the methods to analyze the earthquake risk probability is to begin with conducting a seismic
hazard study. The study of seismic hazard is conducted by using probabilistic seismic hazard assessment method using
an event based approach. This means that the ground motions are computed for each event individually and the results
are separately aggregated to form probabilistic estimates. The event based approach differs from the traditional
approach to PSHA which integrates over all magnitude and distance combination. This study presents the site
classification using shear wave velocity for 30 m depth (Wald and Allen,2007). Further, probabilistic seismic risk
analysis has been carried out to map the seismic hazard in terms peak ground accelerations at rock and the ground
level considering the site classes. Based on the potential earthquake sources, recent earthquake records, geological
condition, and vulnerability curvethen model of earthquake source zone of Java can be depicted.
Keywords: Seismic hazard, event based approach, site classification, PSHA
*Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, No Telp: +62-22 2534137, Fax: +62-22 2534137, Email: nugraha@gf.itb.ac.id

I. PENDAHULUAN
Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki
populasi penduduk paling besar diantara pulaupulau lainnya yang ada di Indonesia, dimana
lebih dari 65% populasi Indonesia. Dalam
beberapa katalog gempa maupun literatur,
tercatat berbagai kejadian gempa di Pulau Jawa
yang merusak, Gempa Jogja (2006), Gempa
Pangandaran (2007), Gempa Tasikmalaya
(2009), dan tsunami Banyuwangi (1994). Namun
penelitian kebencanaan yang lebih intensif
dilakukan khususnya pulau Jawa masih sangatlah
kurang, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai
korban jiwa.

Dengan kejadian serentetan bencana yang


ditimbulkan oleh gempa bumi, maka dalam tesis
ini studi dan evaluasi mengenai risiko bahaya
bencana gempa bumi perlu dilakukan. Salah satu
cara untuk menganalisis dan mengetahui
kemungkinan risiko kegempaan biasanya diawali
dengan melakukan studi seismic hazard. Studi
tentang risiko kegempaan dengan pembuatan
peta hazard kegempaan perlu dilakukan sebagai
salah satu bahan masukan dalam melakukan
mitigasi bencana kegempaan.
II.

KEADAAN
TEKTONIK
DAN
SEJARAH KEGEMPAAN
Tektonik Jawa didominasi oleh tunjaman ke
utara Lempeng Australia di bawah Lempeng
Eurasia yang relatif diam, dan diperkirakan
177

Ruben Damanik, Wahyi Triyoso, Andri Dian Nugraha, M.T. Zeno.4/2009

kecepatan pergerakannya sebesar 6 cm/tahun


dengan arah mendekati normal terhadap palung.
Lempeng
Australia
menunjam
dengan
kedalaman berkisar 100-200 km dibawah pulau
Jawa dan sekitar 600 km di utara Jawa.
Konsekuensi tunjaman lempeng tersebut
mengakibatkan kegempaan yang tinggi dan lebih
dari 20 gunung api aktif di zona ini.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
untuk daerah selatan Jawa mempunyai rata-rata
sudut penujaman antara 30o-80o. Usia lantai
samudra di bawah Pulau Jawa diperkirakan lebih
tua dari Kapur (>65 Juta tahun lalu/Jtl)
(Hamilton, 1979). Bila lempeng berusia tua,
maka daya apungnya tidak begitu tinggi,
sehingga densitasnya relatif lebih berat dan
lantainya lebih curam. Kawasan perairan selatan
Jawa mewakili tipe klasik penunjaman lempeng
frontal (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Karig
dkk., 1980).
Secara spasial, daerah Pantai Selatan Jawa
bagian tengah memiliki nilai-b paling rendah.
Nilai rendah ini berarti stress yang tinggi
(Kanamori, 1981; Wyss, 1973). Nilai stress ini
berarti sangat banyak mengingat pemunculan
gempa besar di area tersebut sangat jarang
padahal daerah-daerah lainnya (nila-b tinggi)
sudah terkena gempa besar belakangan ini:
gempa Banyuwangi (1994), gempa Pangandaran
(2007) dan gempa Tasikmalaya (2009).

ini yang mencerminkan bencana gempa (Seismik


hazard).
Studi tentang bahaya gempa dilakukan dengan
menggunakan metode penilaian bahaya gempa
secara probabilistik dengan menggunakan
pendekatan berbasis peristiwa (event based
approach). Ini berarti bahwa gerakan tanah
dihitung secara tiap individu kejadian dan
hasilnya dikumpulkan secara terpisah untuk
membentuk estimasi probabilistik.
Komponen inti dari metode analisis berbasis
peristiwa adalah membuat simulasi gempa.
Katalog gempa yang dihasilkan bergantung pada
model yang sudah ada untuk kegempaan di
wilayah tersebut. Langkah pertama dalam
menganalisis
sejarah
kegempaan
dan
menciptakan katalog gempa sintetis adalah
menentukan sumber gempa.
Teknik
Monte-Carlo
digunakan
untuk
menetapkan magnitudo simulasi kejadian. Sifat
stratifikasi dari teknik ini menjamin bahwa
berbagai magnitudo terakomodasi didalam
sampel.
Lebar dan panjang rupture dihitung dengan
menggunakan persamaan empiris berdasarkan
moment magnitudo dari simulasi kejadian.
Dimensi bidang rupture dihitung dengan
menggunakan persamaan empiris dari Wells dan
Coppersmith (1994).
102.870 +0.82
103.997+0.91
=
103.420+0.90
103.497+0.91

=
=
=
=

Dimana rm adalah magnitudo dari rupture event.

Gambar 1. Catatan gempa yang terjadi di


Pantai Selatan Jawa pada 1800an sampai
dengan awal 1900an.(Berdasarkan Newcomb
dan McCan, 1987).

Dari katalog sejarah kegempaan hasil pencatatan


Newcomb dan McCan (1987) disebutkan bahwa
pernah terjadi gempa dan tsunami di daerah
Pantai Selatan Jawa pada tahun 1840, 1859,
1867, 1875 dan 1921.
III. METOGOLOGI
Peristiwa gempa bumi merupakan gejala alam
yang bersifat acak yang tidak dapat ditentukan
dengan pasti, baik besar, tempat maupun waktu
kejadiannya. Konsep Probabilitas, terjadinya
gempa dengan intensitas dan periode ulang
tertentu dapat diperkirakan. Angka kemungkinan
178

Prediksi hubungan empiris untuk parameter


gempa
yang melemah sejalan dengan
bertambahnya jarak, seperti percepatan puncak
dikenal sebagai fungsi atenuasi. Sejak percepatan
puncak secara umum digunakan untuk
mendeskripsikan parameter gerakan tanah
(ground shaking), banyak persamaan atenuasi
yang dikembangkan dan diusulkan oleh para
peneliti, antara lain Boore dkk.,(2008), Chiou
dan Youngs (2008), dan Campbell (2003).
Dasar terpenting pemilihan fungsi atenuasi
adalah mekanisme kejadian gempa (Ringkasan
Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia,
2010).
Fungsi atenuasi batuan (rock) - tanah (soil) untuk
gempa mekanisme shallow crustal yang
diusulkan Boore (2008), berdasarkan data gempa
Amerika Utara bagian barat dengan magnitudo
gempa 5.0 - 7.7 dalam jarak 100 km dari
proyeksi pada permukaan. Bentuk persamaan

Studi Seismik Hazard dan Analisis Risiko dengan Pendekatan Probabilitas di Pulau Jawa
empiris dari fungsi atenuasi tersebut (Boore,
2008):
ln = 1 + 0.527 6.0
0.778 ln 0.371 ln

dimana:
R
rjb
h
Vs
b1

1396

= (rjb2 + h2)
= jarak (km)
= kedalaman (km)
= kecepatan rata-rata gelombang geser
= -0.313 untuk gempa mekanisme strike
slip

IV. KATALOG GEMPA


Dalam penelitian ini menggunakan katalog
gempa dari tahun 1964 2009 untuk diterapkan
di sepanjang area Pulau Jawa dengan batasan
longitude pada 1040 sampai 115.50 dan latitude 5.80 sampai -9.20. Katalog gempa telah dilakukan
declustered, sehingga menampilkan kejadiankejadian independent yang berjumlah 2298
kejadian gempa dengan magnitudo diatas 3.1.
Kejadian gempa dikumpulkan dari berbagai
sumber seperti, National Earthquake Information
Center U.S. Geological Survey (NEIC-USGS),
ISC Comprehensive Catalogue, dan katalog EHB
(Engdahl, van der Hilst dan Buland).

Kondisi geologi dekat permukaan yang


mendasari sebuah site akan mempengaruhi
parameter gerakan tanah, dan pengaruh kondisi
tersebut perlu diterapkan dalam analisis seismic
hazard. Faktor amplifikasi dapat digunakan
untuk mentransfer gerakan gempa dari batuan
dasar ke permukaan tanah. Pengakuan
pentingnya amplifikasi telah menyebabkan
pengembangan sistematis pendekatan untuk
pemetaan kondisi lokasi gempa (Park dan Elrick,
1998; Wills et al, 2000; Holzer dkk, 2005).
Pendekatan yang sekarang menjadi acuan standar
untuk pemetaan klasifikasi tanah dengan
pengukuran atau pemetaan VS30. Wald Allen
(2007) menggambarkan suatu teknik untuk
mendapatkan peta klasifikasi tanah secara
langsung dari analisis data geomorfologi dan
kemiringan lereng dari data topografi.
Tabel 1. Ringkasan kemiringan lereng untuk
klasifikasi siteVS30(WalddanAllen,2007)
Class

E
D

Vs30
Range
(m/sec)
<180
180-240
240-300
300-360
360-490
490-620
620-760
>760

Slope Range (m/m)


Active Tectonic
Stable
Continent
<1.0E - 4
<2.0E - 5
2.0E-5 2.0E-3
1.0E-3 2.2E-3
2.0E-3 4.0E-3
2.2E-3 6.3E-3
4.0E-3 7.2E-3
6.3E-3 0.018
7.2E-3 0.013
0.018-0.050
0.013-0.018
0.050-0.10
0.018-0.025
0.1-0.138
> 0.138
> 0.025

Gambar 2. Peta klasifikasi site (jenis tanah)


berdasarkan data kecepatan gelombang geser 30 detik
(Custom Vs30 Mapping USGS,2012).

Gambar 3. Posisi hiposenter katalog gempa

Validitas dan akurasi dari analisis seismic hazard


sangat krusial dan tergantung pada pengetahuan
tentang keberadaan dan karakteristik dari sumber
gempa di sekitar site tertentu (Sieh dan
Natawidjaja, 2001). Berdasarkan penelitian
terakhir untuk sesar lembang (Meilano, 2012)
maka slip rate yang digunakan sebesar 6 mm/yr.
Tabel 2. Parameter Sesar wilayah Pulau Jawa yang
telah diketaui. (Tim-9)
Fault
Name
Cimandiri

Slip-Rate
Bottom
mm/yr

Width

Weight

Mmax
Design

18

15.00

7.20

2.4

18

15.00

6.80

Lembang

18

15.00

6.60

Lasem

18

15.00

6.50

Sunda

20

17.00

7.60

Opak

Persamaan frekuensi dan magnitudo (Gutenberg


dan Richter, 1944) sangat umum digunakan
dalam pemodelan bencana gempa, terutama
hubungannya pada prekursor gempa dan
perhitungan probabilistic seismic hazard
assessments. Persamaan nilai b diatas dapat
dihitung dengan persamaan linier least squares
regression atau dengan maximum likelihood
dengan persamaan (Aki, 1965; Utsu, 1965;
Bender, 1983; Nuannin, 2006).

179

Ruben Damanik, Wahyi Triyoso, Andri Dian Nugraha, M.T. Zeno.4/2009



=
=

bumi.

Dimana menunjukan magnitudo rata-rata dan


adalah minimum magnitudo dari data
katalog daerah yang diteliti.
Gambar 5. Vulnerability Curves yang
diturunkan dari penelitian kerusakan akibat
Gempa Sumatra Barat. (Sengara,2010)

Berdasarkan data BPS 2010 diperoleh sebaran


jumlah rumah tangga berdasarkan luas lantai.
Kesediaan data jumlah rumah berdasarkan tipe
luas lantai di Pulau Jawa, diperlukan untuk
menghitung besarnya biaya dalam membangun
rumah di tiap kabupaten dan kotamadya.
Gambar 4. Hubungan persamaan GutenbergRitcher log N = a bM . Dari kurva diatas
diperoleh Mc=4.5, nilai-b=1.02, nilai-a=6.05.

Dalam hal probabilitas, Annual Exceedance Rate


diasumsikan bahwa gempa bumi terjadi sebagai
proses distibusi Poisson (McGuire, 2004). Ini
berarti bahwa proses gempa tidak memiliki
keterkaitan, atau dengan kata lain, kemungkinan
gempa hari ini tidak tergantung pada apakah atau
tidak gempa bumi terjadi pada masa lampau.
Secara
matematis,
Asumsi
ini
dapat
direpresentasikan sebagai berikut:
Dimana t adalah interval waktu dalam beberapa
tahun (biasanya 1 tahun) dan 1 adalah Annual
Exceedance Rate. Periode ulang (Return Period)
ditentukan oleh persamaan:

Kerentanan
(vulnerability)
merupakan
kemampuan keterhancuran struktur bangunan
pada berbagai intensitas dari ground motion.
Dalam menentukan kerentanan tiap jenis
konstruksi harus diperhatikan, karena memiliki
tingkat kerentanan berbeda. Dalam perhitungan
risiko bangunan maka perlu memperlakukan
tiap-tiap jenis konstruksi bangunan tersebut
sesuai dengan tingkat risiko.
Dalam penelitian ini, digunakan kurva
vulnerability yang diturunkan dari penelitian
lapangan kerusakan bangunan akibat Gempa
Sumatra Barat pada tanggal 30 September 2009
dengan moment magnitudo 7.6. (Sengara, 2010).
Dari kurva tersebut kemudian dijadikan input
dalam perhitungan kerugian (Loss) akibat gempa
180

Gambar 6. Sebaran harga rumah tinggal


perkabupaten dan kotamadya untuk Pulau Jawa.
(BPS,2010)

Berdasarkan data nilai bangunan dari Puslitbang


Perumahan dan Pemukiman (2005), ditetapkan
harga tiap bangunan pada tahun 2010 dengan
asumsi kenaikan harga bangunan sebesar 1.6%,
sesuai dengan besar inflasi pertahunnya untuk
Indonesia.
Kerugian ekonomi akibat gempa bumi adalah
angka yang akan dihitung berdasarkan ratio
kerusakan bangunan terhadap parameter gerakan
tanak untuk tiap kabupaten dan kota. Perhitungan
kerugian berdasarkan persamaan sederhana
dengan atribut dari inventori :
Kerugian Ekonomi = bcd x fa x sf x loss Ratio
dimana :
bcd
= Harga bangunan per m2
fa
= Luas area
sf
= Jumlah rumah tinggal/bangunan
Dari semua data inventori dan hasil perhitungan
bahaya, maka ratio kerugian ekonomi dapat
dihitung dan kemudian menghasilkan kurva
risiko dengan kemungkinan terlampaui (PML)
serta peta risiko untuk wilayah Pulau Jawa.

Studi Seismik Hazard dan Analisis Risiko dengan Pendekatan Probabilitas di Pulau Jawa
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahaya gempa yang diestimasi dalam penelitian
ini dikaitkan dengan salah satu parameter
gerakan tanah, yaitu peak ground acceleration
(PGA) dan spektrum respon. Untuk penilaian
seismic hazard, perangkat lunak EQRM
(Earthquake Risk Model) dari Geoscience
Australia
digunakan
untuk
menghitung
percepatan tanah maksimum di batuan dasar dan
di permukaan tanah.
Nilai seismic hazard ditampilkan sebagai kontur
percepatan yang diharapkan akan dapat
terlampaui pada periode ulang tertentu. Program
ini didasarkan pada asumsi bahwa percepatan
pada lokasi penelitian memiliki distribusi
Poisson dengan tingkat tahunan rata-rata. Secara
umum periode perulangan dipertimbangkan
untuk desain bangunan sesuai dengan
probabilitas 10% dalam waktu 50 tahun setara
dengan periode ulang sekitar 500 tahun dan
kemungkinan terlampaui 2% dalam 50 tahun
sesuai dengan kira-kira 2500 tahun. Analisis
probabilitas gerakan tanah untuk seluruh wilayah
Pulau Jawa dengan rentang 0.010x0.010.

Kurva hazard untuk kemungkinan periode


perulangan terlampaui merupakan suatu teknik
untuk memvisualisasikan bahaya gempa pada
satu lokasi.

Gambar 8. Hazard Curves pada beberapa lokasi


penelitian.

Kurva Hazard merupakan gambaran dari fungsi


bahaya gempa dikaitkan yang dengan salah satu
parameter gerakan tanah di satu lokasi. Dalam
kurva hazard tidak seperti peta bahaya, dimana
menyajikan Hazard sesuai dengan seluruh
rentang dari tingkat probabilitas (periode ulang).
Hasil estimasi jumlah kerugian ekonomi (rumah
tinggal) untuk wilayah Pulau Jawa diperoleh dari
hasil perkalian parameter gerakan tanah dengan
kerentanan dan besarnya inventory, periode
perulangan 500 tahun. Hasil yang diperoleh
ditunjukan pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta sebaran risiko kerugian ekonomi


(rumah tinggal) untuk periode perulangan 500 tahun.

Gambar 7. Percepatan puncak di permukaan tanah


untuk probabilitas terlampaui dalam (a)500, (b)1000,
(c)2500 tahun.

Kota Bandung, dan Kabupaten Bantul memiliki


estimasi jumlah kerugian ekonomi relatif lebih
besar dibanding dengan daerah lain, karena
parameter gerakan tanah di wilayah tersebut
yang besar. Sedangkan Provinsi Jakarta dan Kota
Surabaya memiliki estimasi jumlah kerugian
ekonomi relative lebih besar, dikarenakan jumlah
rumah tinggal dan harga bangunan per m2 di
wilayah tersebut besar.

181

Ruben Damanik, Wahyi Triyoso, Andri Dian Nugraha, M.T. Zeno.4/2009

5.

6.
Gambar 10. Kurva risiko (PML) untuk semua
portofolio bangunan di Kota Bandung.

Kurva probabilitas exceedance untuk risiko


analog dengan kurva probabilitas exceedance
untuk bahaya. Kurva tersebut merupakan
kerugian maksimum yang diharapkan akan
terlampaui untuk tingkat probabilitas tertentu.
Pada kurva risiko mewakili persentase kerugian
untuk seluruh portofolio bangunan pada satu
wilayah.

7.

8.

9.
VI. KESIMPULAN

Peta kontur bahaya gempa yang diwakili oleh


nilai peak ground acceleration (PGA) Pulau Jawa
pada kemungkinan periode terlampaui 2%50
untuk 2500 tahun, 5%50 untuk 1000 tahun, dan
10%50 untuk 500 tahun dianalisis menghasilkan
tren nilai pemusatan zona-zona dengan nilai
PGA besar pada wilayah yang dekat dengan zona
sumber gempa dan pada jenis batuan lunak.
Wilayah dengan nilai PGA tersebut, kemudian
digunakan dalam membuat model kerugian yang
dapat ditimbulkan oleh bahaya gempa.
Secara umum jumlah kerugian semakin
meningkat seiring dengan peta seismic hazard
yang nilai parameter gerakan tanah nya
meningkat. Sehingga semakin besar nilai
parameter gerakan tanah serta jumlah rumah
tinggal akan meningkatkan jumlah kerugian.
Untuk menentukan nilai kerugian ekonomi akibat
gempabumi
diperlukan
beberapa
faktor
pendukung inventori yang penting antara lain:
tipe bangunan dan luas lantai untuk tiap tipe
bangunan, serta harga bangunan per m2 untuk
tiap-tiap wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aki, K., 1965. Maximum lilkelihood
estimate of b in the formula logN=a-bM
and its confidence limits, Bull. Earthq. Res.
Inst., 43, 237-239.
2. Biro Pusat Statistik, 2010. Data Penduduk
dan RumahTinggal.
3. Boore, D.M., dan G.M. Atkinson, 2008.
Ground Motion Prediction Equations,
MEERI, Earthquake Spectra, Vol. 24.
4. Bender, B., 1983. Maximum likelihood
182

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

estimation of b values for magnitude


grouped data, Bull. Seismol. Soc. Am.,
73(3), 831-851.
Campbell, K.W., 2003. Strong motion
attenuation. In W.H K.Lee, H. Kanamori, P.
C. Jennings and C. Kisslinger (Eds.),
International Handbook of Earthquake and
Engineering Seismology, Volume B,
Chapter 60, pp. 10031012. London:
Academic Press.
Chiou, B., dan Youngs, R.R., 2008. NGA
Model for Average Horizontal Component
of PGA and Response Spectra, PEER.
CustomVs30Mapping,http://earthquake.usg
s.gov/hazards/apps/vs30/custom.php,
Diaksespadatanggal 1 Maret 2012.
Engdahl, E.R., van der Hilst, R.D. dan
Buland, R., 1998. Global teleseismic
earthquake relocation with improved travel
times
and
procedures
for
depth
determination.
Bulletin
of
the
Seismological Society of America, 88, 722743.
Gutenberg, B., dan C. Richter, 1944.
Frequency of earthquakes in California.
Bulletin of the Seismological Society of
America, 34, 185-188.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of the
Indonesia region, U.S Geological Survey,
Prof. Pap. 1078,345 pp.
Holzer, T.L., Padovani, A.C., Bennett, M.J.,
Noce, T.E., dan Tinsley, J.C., 2005.
Mapping Vs30 site classes: Earthquake
Spectra, v. 21, no. 2, p. 353370.
Meilano, I., Hasanuddin, A.Z., Andreas, H.,
Gumilar, I., Sarsito, D., Hanifa,R., Rino.,
Harjono, H., Kato, T., Kimata, F., dan
Fukuda, Y., 2012. Slip Rate Estimation of
the Lembang Fault West Java from
Geodetic Observation, Journal of Disaster
Research Vol.7 No.1.
Kanamori, H., 1981. The nature of seismic
patterns before large earthquakes. In
Earthquake Prediction: An International
Review (eds. Simpson, D.W., and Richards,
P.G.) (Maurice Ewing Series, vol.4, AGU,
Washington D.C., 1-19.
Karig, D.E., Lawrence, M.B., Moore, G.F.
dan Curray, J.R., 1980. Structural
framework of the fore-arc basin, NW
Sumatra, J. Geol. Soc. Lodon, 137, 1-15.
Katili, J.A., Sumatra, in MesozoicCenozoic Orogenic Belts, Data for
Orogenic Studies, Specs, Publ, 4, edited A.
M. Spencer, pp 317-331.
Mcguire, R.K., 2004. Seismic Hazard dan
Risk Analysis, EERI, Oakland, California
94612-1934.
Newcomb dan McCan., 1987. Seismic
History and Seismotectonics of the Sunda
Arc.In Special Edition of Jurnal

Studi Seismik Hazard dan Analisis Risiko dengan Pendekatan Probabilitas di Pulau Jawa

18.

19.

20.
21.

22.

23.

Geofisika.Himpunan
Ahli
Geofisika
Indonesia.
Nuannin, P., 2006. The Potential of b-value
Variations as Earthquake Precursors for
Small and Large Events. Digital
Comprehensive Summaries of Uppsala
Dissertations from the Faculty of Science
and Technology.
Park, S., dan Elrick, S., 1998. Predictions of
shear-wave velocities in southern California
using surface geology: Bull. Seism. Soc.
Am., v. 88, p. 677685.
Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta
Gempa Indonesia, 1 Juli 2010, Bandung.
Robinson, D., Horspool, N., Ghasemi, H.,
dan Gray, D., 2012. EQRM: GeoScience
Australias Earthquake Risk Model,
Technical Manual 4.0 - Draft.
Sengara, I.W., Suarjana, M., Beetham, D.,
Corby, N., Edwards, M., Griffith, M.,
Wehner, M., Weller, R., 2010. The 30TH
September 2009 West Sumatra Earthquake.
Geoscience Australia.
Sieh, K. dan D.H. Natawidjaja, 2001. The
Seismic Threat Posed by Faults in Sumatra
To Singapore and Its Neighbors. The Eight
East Asia-Pacific Conference on Structural

24.

25.

26.

27.

28.

Engineering and Construction, Singapore, 5


- 7 Dec. Technical paper in the proceeding
of the conference.
Utsu, T., 1965. A method in determining
the value of b in a formula logn =a-bM
showing the magnitude frequency for
earthquakes. Geophys. Bull. Hokkaido
Univ., 13, 99-103.
Wald, D.J. dan Allen, T.I., 2007.
Topographic Slope as a Proxy for Seismic
Site Conditions and Amplification. Bulletin
of the Seismological Society of America,
Vol. 97, No 5, pp. 1379 1395.
Wells, D.L. dan Coppersmith, K.J., 1994.
New
empirical
relationship
among
magnitude, rupture length, rupture width,
rupture area, and surface displacement.
Bulletin of the Seismological Society of
America 84 (4), 9741002.
Wills, C.J., Petersen, M., Bryant, W.A.,
Reichle, M., Saucedo, G.J., Tan, S., Taylor,
G., dan Treiman, J., 2000. A site-conditions
map for California based on geology and
shear-wave velocity: Bull. Seism. Soc. Am.,
v. 90, no. 6B, p. S187S208.
Wyss, M., 1973. Towards a physical
understanding of earthquake frequency
distribution. Geophys. J. R. astron. Soc., 31,
341 359.

183

Anda mungkin juga menyukai