Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

DSP 7
Medical Emergency & Shock

Pendarahan dan Trauma Jaringan Lunak

Disusun oleh :

Kelompok 1
Ruang Tutor VI
Dea Ayu Nastiti

160110110065

Fanny Silvira

160110110066

Raiandri Fajri

160110110070

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah
DSP 7ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah dari Materi mengenai Pendarahan dan Trauma Jaringan
Lunakini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DSP 7.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini benar-benar dibuat oleh penulis, oleh karena itu penulis
bertanggung jawab terhadap semua isi dari makalah ini.

Jatinangor,Februari2014

Penulis

ii

Daftar Isi

ii

BAB I
PENDAHULUAN

Pendarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah ke dalam ruang


extra vaskuler, karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah. Pendarahan ini bisa
diklasifikasikan berdasarkan banyaknya jumlah darah yang hilang, WHO, dan asal
pendarahannya.
Dalam kedokteran gigi apabila, pendarahan ini dapat terjadi pada saat
setelah dilakukan ekstraksi. Darah keluar setelah ekstraksi merupakan suatu hal
yang wajar, namun apabila sangat banyak darah yang keluar dan terjadi dalam
waktu lama maka hal ini merupakan suatu komplikasi. Bisa juga terjadi
pendarahan akibat infeksi ataupun trauma pada rongga mulut. Komplikasi
pendarahan ini apabila terjadi, hendaknya seorang dokter gigi tetap tenang dan
cekatan dalam mengatasinya. Kemudian melakukan penanganan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Trauma jaringan lunak adalah hilang atau rusaknya jaringan lunak yang
meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh darah akibat trauma.Trauma jaringan
lunak dapat disebabkan oleh benda tumpul atau tajam, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan.
Cedera

jaringan

lunak

biasanya

dibagi

beberapa

kelompok

dan

karakteristiknya pun beragam.Cedera ini bisa dilihat di luar (kulit) dan di dalam
mulut (gingival dan mukosa oral).Trauma jaringan lunak atau luka secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu luka terbuka dan luka tertutup. Luka terbuka

terbagi atas luka lecet / abrasion, luka robek / laceration, dan luka avulsi /
avulsion. Sedangkan luka tertutup tebagi atas luka memar dan hematoma.
Dalam perawatan trauma jaringan lunak harus diperhatikan golden rule:
Examine from outside toward insidetreat from inside toward outside. Empat
langkah utama pada manajemen gawat darurat trauma jaringan lunak adalah
cleansing, debridement, hemostasis, dan closure.

ii

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendarahan
Pendarahan adalah hilangnya darah dari sistem sirkulasi.
2.1.1

Klasifikasi perdarahan
2.1.1.1 Berdasarkan banyaknya jumlah darah yang hilang
Perdarahan dikelompokkan menjadi empat macam oleh

American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support


1. Kelas 1
Jumlah darah yang hilang mencapai 15% dari volume darah
dalam tubuh.Dalam hal ini tidak ada perubahan pada tanda vital
dan resusitasi cairan tidak diperlukan.
2. Kelas 2
Jumlah darah yang hilang mencapai 15-30% dari volume
darah dalam tubuh.Dapat diberikan resusitasi cairan kristaloid
(larutan saline).Transfusi darah tidak diperlukan.
3. Kelas 3
Jumlah darah yang hilang mencapai 30-40% dari volume
darah dalam tubuh.Tekanan darah pasien menurun, denyut jantung
menigkat, syok peripheral hipoperfusi. Resusitasi cairan dan
transfuse darah perlu diberikan.
4. Kelas 4
Jumlah darah yang hilang mencapai >40 % dari volume
darah dalam tubuh. Tubuh memerlukan kompensasi transfuse dan
resusitasi cairan yang tinggi untuk menghindari kolaps system
kardiovaskular.

2.1.1.2 Berdasarkan respon fisiologis terhadap perdarahan


Hilangnya darah
15% (ringan)
30% (sedang)

Respon vascular
Tanda dan Gejala
Kontraksi vena besar
Biasanya sementara
Kontraksi arteriole, dengan Haus, hipotensi, ortostatik,
menurunnya aliran darah takut, lemah, pucat, kulit
ke

kulit

dan

Menurunnya
jantung,

otot. dingin, hiperventilasi


keluaran

denyut

nadi

meningkat, takikardi.
Semua yang terjadi pada Sesak napas, tidak sadar.

45% (parah)

kelas 3. Keluaran jantung


kurang dari 50% normal.
Hipotensi

2.1.1.3 Berdasarkan WHO


Grade 0
Grade 1
Grade 2
Grade 3

Tidak ada perdarahan


Petechiae
Kehilangan darah ringan
Kehilangan darah banyak
Kehilangan darah fatal dikaitkan dengan perdarahan retinal atau

Grade 4
cerebral

2.1.1.4 Berdasarkan asalnya


a. Mulut
Hematemesis: muntah darah segar
Hemoptysis: batuk darah yang berasal dari paru-paru
b. Rectal (Hematochezia)
c. Urin (Hematuria)
d. Kepala
Hemoragi intracranial
Hemoragi cerebral

ii

- Hemoragi intracerebral
- Hemoragi subarachnoid
e. Paru-paru
f. Ginekologi
g. Gastro intestinal tract

2.1.2 Etiologi dari perdarahan


Etiologi perdarahan dapat dikelompokkan menjadi:
a.

Perdarahan karena kondisi medis

b.

Pendarahan karena kondisi surgical

2.1.2.1 Pendarahan karena kondisi medis


Perdarahan terjadi karena kerusakan pada:
1.

Dinding sel darah

2.

Trombosit, baik kualitas maupun kuantitas

3.

Factor pembekuan

Tampilan klinis

Gangguan factor koagulasi

Gangguan system vasku

Petechiae

Jarang

Karakteristik

Hematom

Karakteristik

Jarang

Ekimosis

Sering, besar, soliter

Karakteristik, kecil, multip

Hemarthrosis

Karakteristik

Jarang

Perdarahan occult

Sering

Jarang

Gambar: Petechie pada mukosa oral

Ekimosis
Petechiae

Gambar: Petechiae dan ekimosis


ii

Kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan pasien


rentan terhadap perdarahan.Kondisi tersebut merupakan kondisi
yang mengganngu fungsi hemostatis dari tubuh yang terdiri dari
system hemostasis termasuk platelet dan system koagulasi.
Platelet merupakan komponen yang bertanggung jawab pada
pembekuan

darah.Platelet

memproduksi

substansi

yang

menstimulasi produksi dari bekuan darah.Klasifikasi perdarahan


akibat kelainan platelet dikelompokkan menjadi jumlah platelet
normal yaitu nontrombositopeni purpura dan tombositopeni
purpura.Nontrombositopeni

purpura

dapat

disebabkan

oleh

perubahan pada dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi,


kimiawi, dan alergi. Penyebab lain adalah gangguan fungsi platelet
akibat defek genetik (Bernard-Soulier disease), obat-obatan
(aspirin, NSAIDs, alkohol, antibiotik beta laktam, penisilin, dan
cephalosporin), alergi, penyakit autoimun, von Willebrands
disease, dan uremia.
Trombositopeni purpura terbagi menjadi primer/idiopatik dan
sekunder.Penyebab sekunder akibat faktor kimia, fisik (radiasi),
penyakit-penyakit

sistemik,

metastase

kanker

pada

tulang,

splenomegali, obat-obatan (alkohol, obat diuretika, estrogen, dan


gold salts), vaskulitis, alat pacu jantung, infeksi virus dan bakteri.

Sedangkan

faktor

koagulasi

merupakan

faktor

yang

berinteraksi dengan proses yang kompleks untuk membentuk


bekuan darah. Gangguan koagulasi ini dapat menganggu
pembekuan darah. Kelainan faktor koagulasi dapat bersifat
diturunkan seperti hemofili A yaitu difisiensi faktor VIII, hemofili
B defisiensi faktor IX atau Christmass disease dan dapatan
(penderita

penyakit

antikoagulasi,

liver,

defisiensi

vitamin,

obat-obat

disseminated intravascular coagulation, dan

fibrinogenolisis primer).

2.1.2.2 Perdarahan surgical


Yaitu perdarahan karena trauma diantaranya abrasi,
excoriasi, hematoma, laserasi, insisi, kontusi, puncture, kecelakaan.

2.1.3 Penatalaksanaan di Bidang Kedokteran Gigi


Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi saat
mengidentifikasi pasien dengan kelainan perdarahan adalah membuat
riwayat penyakit secara lengkap, pemeriksaan fisik, skrining laboratoris, dan
observasi terjadinya perdarahan yang luas setelah tindakan pembedahan.
Riwayat

penyakit

mungkin.Pertanyaan-pertanyaan

pasien

harus

hendaknya

dibuat

disusun

secara

selengkap
berurutan

dimulai dari pengalaman-pengalaman pasien terdahulu. Beberapa penyakit

ii

gangguan perdarahan dapat diturunkan, sehingga pertanyaan juga perlu


diarahkan ke anggota keluarga

yang lain.

Pengelompokan pertanyaan

dilakukan sesuai dengan jenis-jenis penyakit gangguan perdarahan yang


mungkin dapat terjadi. Adapun pertanyaan tersebut meliputi: apakah ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan perdarahan, apakah pernah
mengalami perdarahan yang cukup lama setelah dilakukan tindakan
pembedahan seperti operasi dan cabut gigi, apakah pernah terjadi
perdarahan yang cukup lama setelah mengalami trauma, apakah sedang
meminum obat-obatan untuk pencegahan gangguan koagulasi atau sakit
kronis, riwayat penyakit terdahulu, dan apakah pernah mengalami
perdarahan spontan.

2.1.3.1 Cara mendeteksi pasien dengan riwayat pendarahan


Berikut ini adalah cara mendeteksi pasien dengan riwayat
perdarahan :
1. Riwayat Penyakit Lengkap
a.

Riwayat keluarga yang memiliki gangguan perdarahan

b.

Gangguan

perdarahan

setelah

dilakukan

operasi

dan

pencabutangigi
c.

Gangguan perdarahan setelah mengalami trauma

d.

Konsumsi obat-obatan yang menimbulkan masalah perdarahan


seperti aspirin, antikoagulan, pemakaian antibiotika jangka
panjang, dan obat-obat herbal

e.

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan perdarahan


seperti leukemia, penyakit liver, hemofilia, penyakit jantung
bawaan, penyakit ginjal

f.

Perdarahan spontan dari hidung, mulut, telinga, dan lain-lain

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Jaundice dan pallor

b.

Spider angiomas

c.

Ecchymosis

d.

Ptechiae

e.

Oral ulcers

f.

Hyperplastic gingival tissues

g.

Hemarthrosis

3.Skrining laboratoris
a.

PT

b.

aPTT

c.

TT

d.

PFA-100

e.

Jumlah Platelet

4.Tindakan pembedahan yang pernah dialami sehingga menimbulkan


gangguan perdarahan

2.1.3.2 Tindakan untuk mengontrol perdarahan

ii

Cara untuk mengontrol pendarahan yaitu:


a. Penekanan adalah tindakan segera, baik tekanan dengan tanganatau
tekanan tidak langsung dengan perban.
b. Menutupnya dengan spons kasa atau Gelfoam bertekanan.
c. Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol peradarahan dari
pembuluh darah.
d. Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari
pembuluh yang sulit diikat.
e. Elektrokauterisasi, untuk perdarahan dari pembuluh darah kecil atau
rembesan

Adapun

bahan-bahan

hemostatik

yang

dipakai

untuk

menghentikan perdarahan yaitu


a. Spons gelatin penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan
aksi kapiler dan menimbulkan beku darah.
b. Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat
pembentukan bekuan darah.
c. Hemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu
agregasi platelet.
d. Thrombin hewan

topical

(Thrombinar,

Thrombostat)

yang

membekukan fibrinogen dengan segera

2.1.4 Pendarahan akibat Komplikasi Pencabutan Gigi


Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang
Bedah Mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh
seorang dokter gigi.Walaupun merupakan tindakan yang biasa dilakukan,

tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat


terjadi setiap saat.
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi
gigi adalah perdarahan.Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa
perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun
karena faktor sistemik.Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam
melakukan pencegahan dan penatalaksanaannya.

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal,


seperti :
a.
b.
c.
d.

trauma yang berlebihan pada jaringan lunak


mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan

menghisap-hisap
e. kumur-kumur yang berlebihan
f. memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi

2.1.4.1 Faktor lokal


Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma
pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah
pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,
disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah.Selain itu juga ada
vasokonstriksi pembuluh darah.Luka ekstraksi juga memicu

ii

clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari


prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi
fibrin.
Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh
faktor lokal, tetapi kadang adanya perdarahan ini dapat menjadi
tanda adanya penyakit hemoragik.
2.1.4.2 Perawatan Perdarahan Pasca Ekstraksi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap
tenang dan jangan panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa
segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar
oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi.
Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan
langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan
supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan
melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan
penekanan dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang
mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau
pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa
kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat
ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge
(alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan
penjahitan biasa.

Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan


penjahitan

pada

soket

gigi

yang

mengalami

perdarahan

tersebut.Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras


horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi
luka.Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0,
vicryl 3.0, dan catgut 3.0.
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya
arteri, maka kita lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi,
yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan
kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap
bersikap tenang dan siapkan segera hemostatic agent seperti asam
traneksamat.Injeksikan asam traneksamat secara intravena atau
intra muskuler.

2.1.5 Pendarahan akibat kelainan sistemik


2.1.5.1 Penyakit sistemik yang mempengaruhi pendarahan
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan :
2.1.5.1.1Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien
meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan

ii

darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi


perdarahan.
2.1.5.1.2 Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung
vasokonstriktor,

pembuluh

darah

akan

menyempit

menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah


kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita
menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi
perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada
pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti
obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obatobatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

2.1.5.1.3Hemofilli
Pada

pasien

hemofilli

(hemofilli

klasik)

ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B


(penyakit

Christmas)

terdapat

defisiensi

faktor

IX.

Sedangkan pada von Willebrands disease terjadi kegagalan


pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan
2.1.5.1.4Diabetes Mellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan


sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan berjalan
lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun,
diapedesis

dan

kemotaksis

juga

terganggu

karena

hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan


terjadinya perdarahan.
2.1.5.1.5Malfungsi Adrenal
Ditandai

dengan

pembentukan

glukokortikoid

berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan


diabetes dan hipertensi.
2.1.5.1.6Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan
(heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan APTT
memanjang.Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan
sebelum pencabutan gigi.

2.1.5.2 Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan


karena faktor-faktor sistemik
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit
pasien yang memiliki tendensi perdarahan yang meliputi :
1. bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan

ii

2. mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan


gangguan hemostasis (pembekuan darah)
3. pernah dirawat di RS karena perdarahan
4. spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis

atau

menorrhagia dari penyebab kecil


5. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah
disebutkan di atas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari
pasien itu sendiri
6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau
aspirin
7. Penyebab

sistemik

seperti

defisiensi

faktor

pembekuanherediter,misalnya von Willebrands syndrome dan


hemofilia

Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi


sebelumnya, dan apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48
jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui bagaimana
penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya.
Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan
menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca
ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat
transfusi maka kita perlu berhati-hati akan adanya penyakit
hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage)
didalam otot, persendian atau kulit dapat kita curigai pasien

memiliki defek pembekuan darah (clotting defect).Adanya tanda


dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan
spontan dari gingiva, petechiae.
2.1.6 Pendarahan akibat Infeksi
Infeksi pascabedah maupun pascaekstraksi merupakan penyebab
utama terhambatnya penyembuhan luka.Infeksi merupakan komplikasi yang
jarang terjadi pada ekstraksi gigi namun biasanya ditemukan pada
pengambilan tulang.
Sebagai upaya kontrol infeksi pascabedah, teknik asepsis dan
debridmen luka pascaoperasi harus dilakukan sebaik mungkin dengan cara
memberikan irigasi larutan saline pada daerah operasi dan seluruh debris
harus dihilangkan dengan menggunakan kuret.
Antibiotik dapat diberikan sebagai

profilaksis

pada

pasien

immunocompromised.
2.1.7 Pendarahan Trauma pada Rongga Mulut
Salah satu komplikasi pada proses ekstraksi gigi adalah terjadinya
trauma jaringan lunak rongga mulut. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh
gaya yang tidak terkontrol dan berlebihan pada saat proses ekstraksi gigi.
Beberapa jenis trauma jaringan lunak yang sering ditemukan
pascaekstraksi adalah:
1. Flap mukosa yang tersobek akibat flap envelope yang tidak cukup
lebar.
2. Trauma akibat instrumen yang selip (contoh: bein)
3. Luka abrasi atau terbakar pada bibir atau sudut mulut karena
penggunaan bor.
Trauma jaringan lunak ini dapat diatasi dengan penjahitan, namun
biasanya

trauma

jaringan

lunak

ii

ini

memperlama

waktu

penyembuhan.Luka abrasi dapat ditangani dengan pemberian salep


antibiotik dengan waktu penyembuhan yang relatif lebih singkat.

2.2 Trauma Jaringan Lunak


Trauma jaringan lunak atau sering disebut luka, adalah hilang atau
rusaknya jaringan lunak yang meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh darah
akibat trauma.Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan,
kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan
beratnya trauma yang didapat.
Pada kedokteran gigi
Sejumlah besar dental trauma berhubungan dengan luka pada bibir,
gingiva, dan mukosa oral.Sepertiga dari semua pasien cedera oral dirawat pada
keadaan dental emergensi dan lebih dari setengah semua pasien yang dirawat di
rumah sakit pada keadaan darurat berhubungan dengan cedera pada jaringan
lunak.
Gigi geligi terlindung oleh bibir. Energi trauma akan diserap oleh jaringan
lunak sehingga cedera pada gigi tidak terlalu parah. Namun, hal ini akan
mengakibatkan berbagai jenis trauma pada jaringan lunak tergantung dari
kekuatan, bentuk dan ukuran dari benda yang menyebabkan trauma.
Apalagi, ketika seorang pasien mengalami trauma, gigi juga bisa
menyebabkan cedera pada jaringan lunak sekitarnya, yang paling sering
ditemukan yaitu menembus ke bibir, tapi terkadang juga tembus pada pipi dan

lidah. Ketika gigi dislokasi, gingival sewaktu-waktu akan robek.Pengobatan


utama yang tidak benar akan menyebabkan bekas luka yang buruk.
2.2.1 Etiologi
Trauma jaringan lunak dapat disebabkan oleh benda tumpul atau
tajam, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan
hewan.
2.2.1.1 Trauma fisik
Luka ini biasanya disebabkan oleh benda-benda
tumpul, tajam, kecelakaan lalu lintas, tembakan olahraga dan
tawuran/perkelahian.Biasanya lukanya berupa sobekan, sayatan
dan memar.

Gambar
Trauma Fisik
2.2.1.2 Trauma akibat zat kimia
Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka
bakar.Ini dapat terjadi akibat kelengahan, pertengkaran, kecelakaan
kerja, dan kecelakaan di industri atau di laboratorium, dan akibat
penggunaan gas beracun dalam peperangan. Kerusakan yang terjadi
ii

sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh,


cara dan lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia
tersebut. Zat kimia akan tetap merusak jaringan sampai bahan
tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh.
Zat kimia seperti kaporit, kalium permanganate, dan
asam kromat dapat bersifat oksidator.Baham korosif seperti fenol
dan fosfor putih, serta larutan basa, seperti kalium hidroksida dan
natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein.Denaturasi
akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat,
tanat, fluorat, dan klorida.Asam sulfat merusak sel karena bersifat
cepat

menarik

air.Gas

yang

dipakai

dalam

peperangan

menimbulkan luka bakar dan menyebabkan anoksia sel bila


berkontak

dengan

kulit

atau

mukosa.Beberapa

zat

dapat

menyebabkan keracunan sistemik.Asam fluoride dan oksalat dapat


menyebabkan hipokalsemia.Asam tanat, kromat, formiat, pikrat,
dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorbsi.Lisol
menyebabkan methemoglobinemia.

Gambar
Trauma akibat Zat Kimia
2.2.1.3 Luka radiasi dan ionisasi
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui
ruang dari suatu sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa
atau kekuatan listrik. Energi ini dapat berupa radiasi electromagnet,
seperti cahaya, sinar Rontgen, sinar gamma, dan radiasi partikel
yang merupakan sinar alfa, beta, proton, neuron atau positron.
Pemindahan energi, selain menimbulkan panas yang tidak
berarti, juga merangsang molekul sel dan menimbulkan reaksi
ionisasi yang bersifat destruktif bagi sel, terutama bagi DNA.
Gejala dan tanda luka radiasi ini berupa luka bakar.Luka
bakar ini dapat menyebabkan eritem ringan sementara yang
berlangsung 2-3 jam.Eritem ini menimbulkan rasa hangat.Eritem
yang menetap timbul setelah gejala ringan ini hilang, dan
disebabkan oleh radiasi kekuatan sedang.Kerusakan subkutan
serupa dengan luka bakar derajat tiga.Ujung saraf, folikel rambut,
kelenjar keringat, dan pembuluh kapiler hilang.

ii

Gambar
Luka akibat radiasi

2.2.2 Klasifikasi
Cedera jaringan lunak biasanya dibagi beberapa kelompok dan
karakteristiknya pun beragam.Cedera ini bisa dilihat di luar (kulit) dan di
dalam mulut (gingival dan mukosa oral).
Trauma jaringan lunak atau luka secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan/terputusnya jaringan kulit
yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan bawah kulit.Luka
terbuka dapat diklasifikasikan sesuai dengan objek yang menyebabkan
luka. Jenis luka terbuka adalah:
a. Luka lecet / abrasion
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata.
Cedera ini biasanya dilihat pada lutut dan siku pada anak-anak dan pada
bibir, pipi, dagu atau ujung hidung.Gesekan antara objek dan permukaan
jaringan lunak menghilangkan lapisan epitel dan papiler, dan juga lapisan
retikuler.Abrasi superficial cukup menyakitkan karena mengenai ujung
saraf.

b. Luka robek / laceration


Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat
tumbukan dengan benda yang relatif tumpul dan tajam.Luka sobek
melibatkan jaringan epitel dan subepitel dan jika lebih dalam bisa
mengganggu pembuluh darah, saraf, otot dan kelenjar saliva.Luka robek
yang banyak pada mulut disebabkan oleh trauma yang terlihat pada bibir,
mukosa oral dan gingival.Paling jarang terlibat yaitu lidah.

c. Luka avulsi / avulsion


Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada
bagian yang menempel. Cedera avulsi (hilangnya jaringan) jarang
ditemukan, tapi terlihat karena gigitan ataupun abrasi yang dalam. Cedera
ini sangat kompleks dari cara pemilihan perawatan pada fase darurat,

ii

apakah dipotong dan ditutup dengan cangkokan primer (jika cacat yang
besar) atau menunggu untuk sembuh dengan sendirinya (jika cacat kecil).

2. Luka Tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit,
yang rusak hanya jaringan di bawah kulit. Jenis luka tertutup, yaitu:
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah
permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah
hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan. Luka
memar juga disebabkan oleh gangguan tulang fraktur pada cedera
maksilofasial.Luka memar bisa menunjukkan sebuah fraktur tulang.

b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)


Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang
rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga
yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.

2.2.3 Perawatan
Perawatan terhadap trauma jaringan lunak membutuhkan pendekatan yang
sistematis. Perawatan intraoral dilakukan terlebih dahulu, kemudian penjahitan
ekstraoral (bibir) dilakukan setelah perawatan intraoral dilakukan.Hal ini kontras
dengan prosedur pemeriksaan dimana kita memulai dengan pemeriksaan ekstra
oral sebelum kita melakukan pemeriksaan intraoral. Terdapat suatu golden rule:
Examine from outside toward insidetreat from inside toward outside.
Sebaiknya menggunakan anastesi lokal untuk memanipulasi luka tanpa rasa
sakit.Anastesi topikal lebih sering digunakan.Laporan baru-baru ini menyatakan
bahwa anastesi topikal yang engandung kombinasi prilocaine/lidocaine efektif
untuk mengurangi rasa sakit, jadi mungkin untuk menutup laserasi minor tanpa
menggunakan injeksi.
Terdapat empat langkah utama pada manajemen gawat darurat trauma
jaringan lunak: cleansing, debridement, hemostasis, dan closure.
2.2.3.1 Prinsip Umum Perawatan :
- Luka memar tidak harus dirawat, namun mungkin menandakan adanya
patah tulang tertutup.
ii

Luka abrasi dan laserasi harus dibersihkan sebaik-baiknya dan seluruh

benda asing dibuang.


- Luka avulsi yang besar harus dirawat oleh spesialis.
2.2.3.2 Prosedur Perawatan :
a. Pembersihan luka (cleansing &debridement)
Salah satu tujuan pembersihan luka adalah untuk membuang atau
menetralisir mikroorganisme, yang mengkontaminasi permukaan luka, agar
supaya tidak terjadi infeksi.Detergen luka membantu menghilangkan kotoran
biologis.
Keberadaan benda asing dalam luka meningkatkan resiko infeksi dan
menghambat penyembuhan luka.Benda asing juga berpengaruh pada
menimbulkan bekas luka. Hal ini menunjukkan pentingnya pembersihan yang
adekuat akan semua benda asing sebelum penjahitan.

b. Penutupan Luka (closure)


Jahitan dan strip adalah metode tradisional untuk menutup luka pada
kulit wajah.
Prinsip umum penutupan luka pada perawatan luka adalah
mendekatkan tepi luka pada tepi lainnya supaya jaraknya berkurang dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan. Pejahitan dengan jumlah yang lebih
sedikit dan diameter benang yang lebih kecil, dan terakhir, pelepasan jahitan
yang awal (3-4 hari untuk jaringan mulut)m biasanya dalam dua tahap, 3 dan 6
hari dianjurkan. Tape dan strips dapat digunakan untuk mengurangi tegangan
atau menjadi alternatif untuk menutup luka yang dangkal dan kecil.

c. Profilaksis antibiotik
Berdasarkan penemuan, profilaksis antibiotik digunakan untuk pada
luka jaringan lunak pada situasi sebagai berikut:
-

saat luka terkontaminasi berat dan pembersihan luka tidak optimal


saat pembersihan luka tertunda (lebih dari 24 jam)
luka tusuk yang mengenai jaringan bibir
ketika terdapat fraktur rahang pada dan reduksi terbuka dilakukan

sebagai tahap perawatan


ketika sistem pertahanan umum pasien terganggu (Compromised,

penyakit sistemik)
gigitan manusia atau hewan
Antibiotik yang pertama diusulkan adalah penisilin, pada orang

dewasa dianjurkan 2 juta unit (1,2g) secara oral dalam sekali waktu,
kemudian 2 juta unit(1,2g) secara oral 3 kali dalam 1 hari. Untuk anakanak diberikan berdasarkan berat badan.Jika pasien memiliki alergi
penisilin, maka klindamisin dianjurkan sebagai alternatif.Dosisnya 600 mg
secara oral dalam sekali minum, kemudian 300 mg 3 kali satu hari. Pada
anak-anak dosisnya 15mg/kg BB diberikan 3 kali 1 hari.

d. Tetanus profilaksis
Profilaksis tetanus harus selalu diberikan pada kasus luka yang
terkontaminasi.Pada pasien yang telah diimunisasi (lebih dari 10 tahun
sebelum terluka) dosis dari 0.5 ml tetanus toxoid harus diberikan. Pada pasien
yang sama sekali belum pernah diimunisasi, wajib diberi imunisasi tetanus.
e. Laserasi Gingiva
- Basuh luka dan sekitarnya dengan detergent untuk luka.

ii

Reposisi dari gingiva.


Menjahit dengan jumlah jahitan yang sedikit. (4.0 atau 5.0 Vircryl,

Dexon, atau PDS)


Menginstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut yang baik,

termasuk kumur-kumur dengan chlorhexidine 0.1%


Melepaskan jahitan setelah 4-5 hari

f. Laserasi Bibir
Menentukan apakah luka tersebut adalah luka penetrasi atau laserasi
dengan batas merah (split-lip wound)

1. Luka penetrasi pada bibir


a) Memberi antibiotik jika diperlukan
b) Mengambil radiografi pada bibir dengan mengurangi waktu eksposure.
c) Menggunakan anastesi lokal.
d) Membasuh luka dan sekitarnya dengan sabun pencuci luka.
e) Membuang benda asing dan otot serta kelenjar ludah yang memar.
f) Menjahit mukosa labial (4.0 atau 5.0 Vircryl, Dexon, atau PDS)
g) Membasuh luka lagi dengan saline.
h) Menjahit luka kutaneus dengan jahitan yang baik (6.0 nylon atau
Prolene). Fokuskan pada batas merah bibir.
i) Melepas jahitan setelah 4 sampai 5 hari.
2. Luka sobek pada bibir
Menggunakan prosedur yang sama dengan luka penetrasi. Namun pada
kasus ini diindikasikan digunakan jahitan yang dapat diserap (contoh Dexon
4.0/5.0)

g. Laserasi Lidah

Memeriksa apakah luka merupakan luka penetrasi atau lesi pada tepi
lidah lateral.
1. Luka penetrasi pada Lidah
a) Memberi antibiotik bila diperlukan
b) Mengambil radiograf pada lidah dengan mengurangi waktu eksposure
c) Menggunakan anastesi lokal atau general.
d) Membasuh luka dengan saline
e) Membuang benda asing
f) Membasuh luka lagi dengan saline.
g) Menjahit luka mukosa
h) Membuang jahitan setelah 4-5 hari.
2. Luka pada tepi lateral lidah
Setelah administrasi anastesi lokal, luka dibersihkan dan dijahit.Jahitan
yang menyerap terkadang diindikasikan supaya dapat mengira-ngira tepi
luka dan menolong mengurangi tegangan pada jahitan mukosa.

ii

BAB III
KESIMPULAN

Apabila terjadi pendarahan pada saat prosedur kedokteran gigi, hendaknya


doketer tetap tenang dan kemudian menekan luka pendarahan tersebut dengan
tampon. Namun apabila tidak kunjung berhenti, maka patut dicurigai pasien
menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi lamanya pendarahan. Untuk
menghindari hal seperti itu, maka dalam pelaksanaan anamnesis harus
dilaksanakan dengan baik dan secermat mungkin.
Sedangkan pada trauma jaringan lunak prinsipnya adalah dilakukan
pembersihan pada luka tersebut agar tidak terjadi infeksi dan kemudian dilakukan
penjahitan. Penjahitan luka adalah tidakan mendekatkan tepi-tepi luka dan
mempertahankannya dengan benang atau jahitan sampai tensile strength luka
tersebut dapat bersambung. Sehingga disini diharapkan tidak terjadi infeksi dan
luka akan cepat sembuh.

Anda mungkin juga menyukai