Pendahuluan
Facial cleft
Suatu kelainan kongenital dalam bentuk
malformasi pada wajah dan tengkorak
yang mencakup spektrum kelainan
yang luas dan bermanifestasi menjadi
berbagai macam bentuk.
Definisi
kegagalan pembentukan jaringan
wajah baik parsial, maupun lengkap,
sehingga dapat berupa true facial cleft
atau pseudo cleft.
True facial cleft adalah sebuah
pembukaan atau celah diwajah karena
kegagalan penyatuan atau fusi bagian
dari wajah.
Pseudocleft terjadi karena kegagalan
diferensiasi jaringan setelah terjadi fusi
Epidemiologi
Craniofacial cleft merupakan kelainan
congenital yang jarang ditemukan
dengan angka kejadian 1,43 sampai
dengan 4,85 tiap 100000 kelahiran.
Kelainan ini pertama kali ditemukan
pada tahun 1976 oleh Tessier berupa
Oblique facial cleft. 20 kasus yang
dilaporkan selama tahun 1981 sampai
dengan 1999
Etiologi
Ambroise (1575) penyebab kelainan kongenital, meliputi
faktor lingkungan, herediter, psikologis, dan religious.
William Havey (1578-1657), mengenalkan konsep
keterhambatan perkembangan selama proses embrionik
sebagai penyebabnya.
Pada awal abad ke 19, meckel dan Geoffry St. Hilaire teori
pita amnion/ amniotic band (Versnel, 2010).
Mekanisme nongenetik antara lain:
radiasi, infeksi (toxoplasmosis, human influenza), abnormalitas
metabolism, seperti metabolism fenilalanin maternal yang
abnormal, obat- obatan (antikonvulsan, tretinoin, talidomid).
Selain itu, hematoma, oligohidramnion, dan sindrom rupture
amnion juga dapat menjadi penyebabnya (Versnel, 2010).
Faktor Risiko
Faktorrisikoterjadinya facial cleft ini, dapat berasal dari
bayi sendiri maupun dari ibunya. Faktor risiko tersebut
antara lain:
Bayi yang memilikicacatlahirlainnya
Memilikisaudara kandung,orang tua,atausaudara
dekatlain yang lahir dengan sumbing wajah.
Ibu mengkonsumsi alkoholselama kehamilan
Memilikipenyakitatauinfeksi saat hamil
Kekuranganasamfolatpadapembuahanatauselama
kehamilanawal
Patofisiologi
Pembentukan cleft terjadi ketika
embrio mengalami pertumbuhan, dan
terdapat pola untuk tipe dasar dari
berbagai cleft yang berbeda. Oleh
karena itu, merupakan hal yang
penting untuk mengetahui
embryogenesis wajah sebagai prinsip
dasar untuk memahami kompleksitas
malformasi ini (Ortiz-Monasterio,
2008).
Etiologi cleft
kraniofasial
Teori Kegagalan
Fusi
Dursy dan His (abad XIX) teori klasik.
Dalam teori itu dijelaskan bahwa terdapat
kegagalan fusi berbagai processus sehingga
menyebabkan terpisahnya bagian wajah dan
terbentuk cleft.
Kegagalan fusi tersebut dapat disebabkan
perubahan lapisan ectoderm atau kegagalan pada
lapisan tersebut dimana seharusnya lapisan
tersebut menghilang (sehingga memberi tempat
bagi mesoderm untuk berkembang dan
membentuk penyatuan antar bagian).
Teori Migrasi
Mesoderm
Pohlmann dan Veau (abad XX),
kurangnya migrasi mesodermal dan
penetrasi menyebabkan kolapsnya
ectoderm karena tidak ada penyangga.
Kolaps ini akhirnya menimbulkan cleft
Klasifikasi
Morian (1887) Morian yang mengklasifikasikan facial
cleft menjadi dua tipe yaitu:
tipe I yang merupakan oculonasal cleft
tipe II, dari foramen infraorbita hingga aspek luar wajah.
Klasifikasi Tessier
Paulus Tessier mengklasifikasikan facial cleft
berdasarkan posisi anatomis dari celah.
Berbagai jenis celah Tessier diberi nomor 0
sampai 14.
Berbagai jenis facial cleft ini dapat
dimasukkan ke dalam 4 kelompok
berdasarkan posisinya, yaitu midline cleft,
paramedian cleft, orbital cleft dan lateral cleft.
Midline Cleft
Midline cleft mencakup Tessier nomor 0
dan 14.Terdapat celah vertikal yang
dimulai dari garis tengah wajah.
Tessier 0 berawal dari rahangdan
hidung, sedangkan Tessier 14 berawal
dari daerah antara hidung dan
tulang frontal (Ghareeb & Hanafy,
2007).
Paramedian Cleft
Yang termasuk paramedian cleft : Tessier nomor 1, 2, 12
dan 13. Celah ini sangat mirip dengan celah garis
tengah, tetapi secara anatomis tidak terletak tepat di
tengah garis tengah.
Tessier nomor 1 dan 2 berawal dari rahang dan hidung,
namun Tessier 2 terletak lebih jauh dari garis tengah
( lebih lateral) dibanding nomor 1.
Tessier nomor 12 berada sejauh Tessier 2 bila dilihat dari
garis tengah, namun pada Tessier 12 celah berawal dari
daerah antara hidung dan tulang frontal.
Tessier 13, letaknya setingkat dengan Tessier 1, yang juga
berjalan antara hidung dan tulang frontal atau dahi.Baik
Tessier 12 dan 13, berjalan di antara garis tengah dan
orbit (Versnel, 2010).
Orbital Cleft
Tessier nomor 3, 4, 5, 9, 10 dan 11 adalah orbital
cleft.
Celah ini memiliki keterlibatanorbita.Tessier nomor
3, 4, dan 5 terletak pada rahang dan lantai orbital.
Tessier nomor 9, 10 dan 11 terletak di antara sisi
atas orbit dan dahi atau antara sisi atas orbit dan
kulitkepala.
Seperti cleft lain, Tessier 11 memiliki luas seperti
Tessier 3, Tessier 10 seluas Tessier 4 dan Tessier 9
seluas Tessier 5 (Freitas et al., 2010; Versnel, 2010).
Lateral Cleft
Lateral cleft terbentuk dengan arah horizontal pada
wajah. Pada lateral cleft ada Tessier nomor 6, 7 dan 8.
Tessier nomor 6 berjalan dari orbita ke tulang pipi.
Tessier nomor 7 terletak pada baris antara sudut mulut
dan telinga.Celah lateral yang mungkin berasal dari
sudut mulut menuju telinga, dapat memberikan kesan
bahwa mulut lebih besar.Hal juga menandakan
adanya cleft yang berjalan mulai dari telinga ke arah
mulut.
Tessier nomor 8 berjalan dari sudut luar mata ke arah
telinga.
internasal,
nasal,
nasomaxillar,
maxillar
Lokasi di maxillar dapat dibagi menjadi belahan median
dan lateral (van der Meulen, 1985; Versnel, 2010).
Displasia
Internasal
Displasia internasal disebabkan oleh
penghentian perkembangan sebelum
penyatuan kedua bagian hidung.
Celah ini ditandai dengan celah bibir median,
lekukan yang median atau duplikasi labial
frenulum.
Selain bibir sumbing median, Hypertelorism
dapat dilihat dalam belahan ini. Atau juga
kadang-kadang menjadi bagian
perkembangan premaxilla (Versnel, 2010).
Internasal Displasia
Displasia Nasal
Displasia hidung atau nasoschisis
disebabkan oleh terhentinya
pengembangan dari sisi lateral hidung,
sehingga celah di salah satu bagian
hidung, Septum hidung dan rongga
dapat terlibat, meskipun ini jarang
terjadi.Nasoschisis juga dapat ditandai
dengan adanya hypertelorism (Versnel,
2010).
Nasal Displasia
Displasia
Nasomaxillary
Displasia nasomaxillary disebabkan oleh
terhentinya perkembangan tulang di
persimpangan sisi lateral dari hidung dan rahang.
Terhentinya perkembangan ini menghasilkan
celah yang lengkap atau tidak lengkap antara
hidung dan lantai orbital (sumbing nasoocular)
atau timbul celah antara mulut, hidung dan lantai
orbital (sumbing oronasal-okular).
Pada kasus ini, perkembangan bibir adalah
normal (Theoret et al., 1997).
Nasomaxillary
Displasia
Displasia Maksila
Displasia rahang atas dapat bermanifestasi di 2
lokasi yang berbeda di rahang atas: di tengah atau
bagian lateral rahang atas.
Displasia rahang medial, disebabkan oleh
kegagalan pengembangan dari bagian medial rahang
ataspusat penulanganmaxila.Hal ini menyebabkan
celah sekunder, bibirphiltrumdan langit-langit.
Displasia rahanglateral, disebabkan oleh
kegagalan pengembangan bagian lateral pada pusat
penulangan maxilla, yang juga menghasilkan celah
sekunder pada bibir dan langit-langit.Adanya celah
pada bagian lateral kelopak mata bawah merupakan
tanda khas untuk displasia rahang atas lateral.
Maksila Displasia
Terapi
Terapi pada
Anomali
Orbital/Mata
Anomali pada orbital/mata yang paling umum
terlihat pada anak dengan sumbing adalah
coloboma dan distopia vertikal.
Coloboma
Coloboma yang sering terjadi di sumbing
adalah celah yang terdapat pada kelopak
mata bawah atau atas.Ini harus ditutup
sesegera mungkin, untuk mencegah
kekeringan mata dan hilangnya penglihatan
berturut-turut (Coruh & Gunay, 2003).
Distopia Orbit
Vertikal
Distopia orbital vertikal dapat terjadi di
sumbing pada lantai orbital dan/atau rahang
atas.Distopia orbit vertikal berarti bahwa mata
tidak terletak pada garis horizontal yang sama
di wajah (satu mata lebih rendah dari yang
lain).
Pengobatan ini didasarkan pada rekonstruksi
lantai orbital, dengan menutup celah Boney
atau merekonstruksi lantai orbital
menggunakangraft tulang (Coruh & Gunay,
2003).
Hypertelorism
Ada banyak jenis operasi yang dapat dilakukan untuk
mengobati hypertelorism.
osteotomy dan
bipartition wajah(juga disebut sebagai fasiotomi median).
Box Osteotomy
Facial Bipartition
Terapi pada
Anomali Hidung
Anomali hidung yang ditemukan pada kelainan
sumbing bervariasi.Tujuan utama dari
perawatan ini adalah untuk merekonstruksi
hidung untuk mendapatkan hasil yang diterima
secara fungsional dan estetika.
Rekonstruksi hidungdengan flap dahi didasarkan
pada reposisi penutup kulit dari dahi ke hidung.
Kelemahan rekonstruksi ini adalah bahwa setelah
dilakukan pada usia yang lebih muda, flap tidak
dapat diperpanjang pada tahap berikutnya.
Terapi pada
Anomali Midface
Perlakuan bagian jaringan lunak dari anomali midface sering
merupakan rekonstruksi dari skin flap pipi.
Skin flap ini dapat digunakan untuk operasi lain di lain waktu,
karena dapat dibangkitkan lagi dan dialihkan lagi.Pada
pengobatan anomaly midface umumnya operasi lebih banyak
dibutuhkan.
Metode yang paling umum untuk merekonstruksi midface
adalah dengan menggunakan garis fraktur sayatan atau yang
seperti dijelaskan olehRen Le Fort.
Bila sumbing melibatkan rahang atas, kemungkinan bahwa
terhambatnya pertumbuhan akan menghasilkan tulang
rahang yang lebih kecil di seluruh 3 dimensi (tinggi, proyeksi,
lebar) (Agarwal, 2003; Figueroa & Polley, 2007).
Terapi pada
Anomali Mulut
Ada beberapa pilihan untuk
pengobatan anomali mulut seperti
sumbing Tessier 2-3-7.Celah ini juga
terlihat dalam berbagai gejala seperti
sindrom Treacher Collins dan
microsomia hemifacial, yang membuat
perawatan jauh lebih rumit.Dalam hal
ini, perlakuan terhadap anomali mulut
merupakan bagian dari pengobatan
sindrom.
Pencegahan
Karena penyebab sumbing masih tidak jelas, sulit untuk mengatakan
apa yang mungkin mencegah anak-anak yang lahir dengan
sumbing.
Terdapat faktor genetik dan lingkungan yang mendasari. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh U.S. National Institute of Health
adalah bahwa ibu yang mengkonsumsi asam folat pada masa
kehamilannya, akan menurunkan resiko memiliki anak dengan facial
cleft secara signifikan. Jadi, asam folatmemberikan kontribusi untuk
risiko yang lebih rendah dari anak yang lahir dengan facial cleft.
Diagnosis prenatal terhadap facial cleft dapat dilakukan melalui
pemeriksaan ultrasound. Untuk mempersiapkan orangtua secara
optimal, terutama dalam masa mempertahankan kehamilan dan
menyambut kelahiran bayi, perlu dilakukan konseling prenatal
mengenai efek malformasi terhadap kualitas hidup anak (Rey-Bellet
& Hohlfeld, 2004).
Kesimpulan
Facial cleft meliputi suatu variasi yang luas dari
dismorfogenesis kraniofasial.
Semua bagian fasial dan lapisan jaringan pada wajah
dapat terkena dampak dismorfogenesis tersebut.
Cleft dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral,
di midline wajah, paramedian, maupun oblique.
Jaringan lunak atau elemen tulang yang terkena
menunjukkan pola pertumbuhan yang terganggu dan
menunjukkan deformitas yang makin jelas dan
bertambah berat dari seiring pertambahan umur.
Terima Kasih