Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MODUL 5
GERAK HARMONIK SEDERHANA

Nama

: Nova Nurfauziawati

NPM

: 240210100003

Tanggal / jam

: 11 November 2010 / 13.00-15.00 WIB

Asisten

: Dicky Maulana

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan ini begitu banyak benda yang mengalami berbagai
gaya yang tidak sedikit kemungkinan menyebabkan benda tersebut bergetar
atau berosilasi, seperti senar gitar yang dipetik, garpu tala yang digetarkan,
roda penyeimbang pada jam tua ketika jam berdentang, laba-laba mendeteksi
mangsanya dari getaran sarangnya, mobil berosilasi ke atas dan ke bawah
ketika menabrak sesuatu, bangunan dan jembatan bergetar ketika truk yang
berat berlalu di atasnya atau ketika angin bertiup cukup kencang, sebuah
benda di ujung pegas, dan hal-hal lain sebagainya yang serupa.
Pada beberapa bahasan mengenai gaya, benda yang mengalami gaya
dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Pada kenyataannya setiap benda
akan mengalami perubahan bentuk ketika diberi gaya seperti halnya pada
waktu pegas ditarik dengan gaya F, pegas mengadakan gaya yang besarnya
sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya berlawanan (Faksi = Freaksi). Maka gaya ini dapat dikatakan sebagai gaya pegas. Hukum Hooke
menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang pegas x pada daerah elastis pegas. Setiap sistem yang
memenuhi hukum Hooke akan bergetar dengan cara yang unik dan sederhana.
Ketika kita melihat gagang telepon yang terlepas lalu tergantung maka
gagang telepon tersebut akan melakukan sebuah gerakan. Jika kita perhatikan
gerakannya, gagang telepon tersebut akan mengalami gerak yang berbeda
dengan gerak lurus ataupun gerak melingkar. Gerak tersebut merupakan gerak
bolak-balik yang melalui titik keseimbangannya dan berlangsung secara
periodik.
Pada saat suatu benda menjalani gerak periodik, maka posisi kecepatan,
dan percepatannya akan berulang dalam interval waktu yang sama. Salah satu
jenis gerak periodik memiliki persamaan gerak sebagai fungsi waktu
berbentuk sinusoidal yang disebut gerak harmonik atau gerak selaras. Gerak
Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : Gerak

Harmonik Sederhana Linier seperti gerak horizontal/vertikal dari pegas dan


Harmonik Sederhana Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis.
Dengan demikian, sangat jelaslah bahwa untuk banyak bidang ilmu
fisika, pengetahuan mengenai gerak harmonik ini amat penting untuk
dipelajari.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengungkapkan Hukum Hooke.
1.2.2 Menyelesaikan soal-soal gerak harmonik sederhana.
1.2.3 Menentukan tetapan pegas dan massa efektif pegas dengan
melaksanakan percobaan ayunan pegas yang dibebani.
1.2.4 Menentukan percepatan gravitasi dengan mengukur perpanjangan
pegas yang dibebani.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak Harmonik Sederhana


Gerak harmonik sederhana yang selanjutnya disingkat GHS adalah gerak
bolak-balik suatu benda di sekitar titik keseimbangan. Gerak Harmonik
Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan
digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik
adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval
waktu tetap. Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu : Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam
silinder gas, gerak osilasi air raksa/air dalam pipa U, gerak horizontal/vertikal
dari pegas, dan sebagainya. Sementara, Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Angular, misalnya gerak bandul/bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan
sebagainya. Beberapa contoh gerak pada harmonik pada benda adalah sebagai
berikut, Gerak harmonik pada bandul: Sebuah bandul adalah massa (m) yang
digantungkan pada salah satu ujung tali dengan panjang l meter dan membuat
simpangan dengan sudut kecil. Gaya yang menyebabkan bandul ke posisi
kesetimbangan dinamakan gaya pemulih yaitu dan panjang busur adalah
kesetimbangan gayanya. Bila amplitudo getaran tidak kecil namun tidak
harmonik sederhana sehingga periode mengalami ketergantungan pada
amplitudo dan dinyatakan dalam amplitudo sudut.
Gerak harmonik pada pegas: Sistem pegas adalah sebuah pegas dengan
konstanta pegas (k) dan diberi massa pada ujungnya dan diberi simpangan
sehingga membentuk gerak harmonik. Gaya yang berpengaruh pada sistem
pegas adalah gaya Hooke. Gaya yang bekerja pada pegas yang ditarik atau
ditekan disebut gaya pemulih (restoring force).
Apabila gaya tarik yang diberikan pada pegas tidak menyebabkan pegas
mengalami deformasi plastis atau tidak melewati batas elastisitasnya,
besarnya gaya pemulih akan berbanding lurus dengan pertambahan panjang
pegas atau jarak benda ke kondisi keseimbangannya. Secara matematis, gaya
pemulih F pada pegas dirumuskan:

F = -kx
dengan F = gaya pemulih (N), x = jarak benda ke kondisi keseimbangan (m),
dan k = konstanta pegas (N/m). Tanda minus pada persamaan di atas dipakai
untuk menunjukkan bahwa gaya pemulih memiliki arah yang selalu
berlawanan dengan arah gerakan. Jarak x bernilai bernilai positif bila pegas
ditarik tetapi gaya pemulih akan mengarah ke kiri (negatif) dan jarak x
bernilai negatif bila pegas ditekan, tetapi gaya pemulih akan mengarah ke
kanan (positif).
Gerak harmonik sederhana mempunyai beberapa besaran yang saling
terkait. Untuk memahami arti besaran tersebut kita dapat memperhatikan
gerak tanpa gesekan yang dilakukan oleh sebuah benda pada ujung sebuah
pegas.

(a) F maksimum dan v = 0

(c) F = 0 dan v berharga maksimum


dalam arah negatif (ke kiri)

(e) F = maksimum dan v = 0

(g) F = 0 dan v berharga maksimum dalam arah positif (ke


kanan)

(i) F = maksimum dan v = 0


Gambar 2.1. Getaran pada pegas horizontal

Pada gambar 2.1 (a), balok kayu dengan massa m ditarik sejauh x
sehingga posisinya mencapai x = A, kemudian balok dilepaskan. Pada saat
dilepas, pada benda bekerja gaya pemulih (F), sementara kecepatan benda =
0. Gaya pemullih ini akan menarik balok untuk kembali ke kondisi
keseimbangan. Setelah dilepas, gaya pemulih akan menyebabkan balok
dipercepat sehingga mencapai kecepatan maksimum di titik keseimbangan,
dan gaya pemulih akan berkurang besarnya dan bernilai nol pada titik
keseimbangan (gambar 2.1.b). Pada saat melewati titik keseimbangan balok
mengalami percepatan sehingga balok akan terus bergerak ke kiri dan
menekan pegas. Akibatnya timbul gaya perlawanan pada pegas dan gaya ini
memperlambat balok sehingga benda berhenti pada x = -A (gambar 2.1.c).
Pada titik ini, gaya pemulih akan bernilai maksimum dan menyebabkan balok
kembali bergerak ke titik keseimbangan dengan arah yang berlawanan
(gambar 2.1.d) dan balok akhirnya kembali mencapai titik awal gerak
(gambar 2.1.e). Selanjutnya, balok mengulangi gerakan secara periodik.
Gerak dari posisi x = A menuju x = -A dan kembali ke x = A disebut satu
getaran. Berdasarkan gerakan benda pada gambar 1 dapat diketahui beberapa
besaran yang terkait dengan gerak harmonik pada pegas, yaitu simpangan (x),
amplitudo (A), periode (T) dan frekuensi (f ).

Persamaan gerak harmonik sederhana yang meliputi persamaan


simpangan, kecepatan dan percepatan dapat diperoleh dengan cara
memodifikasi persamaan gaya pemulih F = -kx. Dengan menerapkan hukum
II Newton dapat diperoleh persamaan simpangan, dan persamaan kecepatan
dengan cara mendiferensiasi persamaan simpangan. Demikian dengan
persamaan

percepatan

diperoleh

dengan

mendiferensiasi

persamaan

kecepatan.
Persamaan gaya pemulih untuk gerak benda pada ujung sebuah pegas
adalah F = -kx atau ma = -kx. Sementara itu,
2

a=

sehingga diperoleh persamaan

d 2x
+ kx =
dt 2

2
2

+mx =0

Bila persamaan diferensial ini diselesaikan maka akan diperoleh solusi


sebagai berikut:
x = A sin

dengan A dan adalah tetapan yang dapat dipilih sembarang.


Apabila harga

ditulis sebagai (kecepatan sudut), persamaan di atas

dapat ditulis menjadi


x = A sin (t + )
Persamaan di atas merupakan persamaan simpangan untuk gerak
harmonik. Dapat kita lihat bahwa simpangan merupakan fungsi sinus
terhadap waktu. Maka persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai
x = A sin

2
t+
T

atau
x = A sin (2 t + )
dengan x = simpangan (m), t = waktu tempuh (s), f = frekuansi (Hertz), A =
amplitudo (m), T = periode (s) dan = sudut awal pada saat t = 0.
Persamaan kecepatan gerak harmonik sederhana dapat diperoleh dengan
mendiferensiasi persamaan simpangannya.

x = A sin (t + ) ; v =
v = A cos (t + )
Dapat terlihat bahwa kecepatan gerak harmonik sederhana berubah
terhadap waktu dan persamaannya berbentuk gungsi kosinus.
Persamaan percepatan gerak harmonik sederhana dapat diperoleh dengan
mendiferensiasi pwesamaan kecepatannya.
v = A cos (t + ) ; a =
a = - 2 A sin (t + )
a = - 2 x
Dapat terlihat pula bahwa percepatan gerak harmonik sederhana berubah
terhadap waktu dan persamaannya berbentuk fungsi sinus. Fungsi sinus dan
kosinus mempunyai nilai antara +1 dan -1 sehingga simpangan akan bernilai
maksimum dan minimum sebesar +A dan A.
Kecepatan mempunyai nilai maksimum sebesar A sedangkan
percepatan mempunyai nilai maksimum + 2 A. Pada saat t=0 maka
simpangan bernilai nol, kecepatan mempunyai nilai maksimum v

maks=

dan percepatan bernilao nil. Pada saat simpangan bernilai maksimum (A),
kecepatan bernilai nol dan percepatan mencapai nilai maksimum (amaks) =
2A.
Apabila nilai kecepatan maksimum dimasukkan ke dalam persamaan
v = A cos (t + ) maka akan diperoleh persamaan berikut:
v = vmaks cos (t + )
dan apabila nilai percepatan maksimum dimasukkan ke dalam peersamaan
a = - 2 A sin (t + ) maka akan diperoleh persamaan berikut:
a = amaks (t + )

2.2 Periode
Periode merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan
penuh. Persamaan periode untuk pegas dapat diperoleh dengan cara
mengkaitkannya dengan massa (m) dan konstata pegas (k). Dengan
memperhatikan gaya pemulih pada pegas F = -kx atau ma = -kx dan a = - 2x,
diperoleh

-m 2x = -kx
2 =

;=

;=

sehingga diperoleh persamaan periode getar (T), yaitu


2

T = 2

2.3 Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya getaran yang terjasi dalam waktu satu
detik. Persamaan periode untuk pegas dapat diperoleh dengan cara
mengkaitkannya dengan massa (m) dan konstata pegas (k). Dengan
memperhatikan gaya pemulih pada pegas F = -kx atau ma = -kx dan a = - 2x,
diperoleh
-m 2x = -kx
2 =

;=

;=

T = 2
Karena hubungan periode dan frekuensi berbanding terbalik, maka
persamaan frekuens getar

adalah sebagai berikut:

f=

2.4 Hukum Hooke


Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori
elastisistas. Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan
dalam bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan
bahwa keelastisitasan benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita
ambil contoh grafik keelastisitasan suatu logam kenyal.

Tegangan

Regangan

Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan bersifat proporsional


sampai titik a tercapai. Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan
dalam daerah ini sesuai dengan Hukum Hooke.
Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (Marthen Kanginan :
2004), hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu
Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali
gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666.
Beliau menyatakan bahwa:
Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya.
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan
dapat ditulis melalui persamaan:

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Statip
3.1.2 Skala pelengkap statif
3.1.3 Pegas spiral
3.1.4 Tabung tempat menaruh beban
3.1.5 Beban tambahan
3.1.6 Stopwatch
3.1.7 kertas grafik

3.2 Prosedur
3.2.1 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
3.2.2 Mengaitkan pegas spiral pada statif.
3.2.3 Mengaitkan tabung tempat menaruh beban pada pegas yang telah
terpasang pada statif.
3.2.4 Memasang skala pelengkap statif pada statif dengan ujung tabung
tempat menaruh beban menunjukkan skala 0 pada skala tersebut.
3.2.5 Meregangkan pegas dengan menarik tabung tempat menaruh beban
sejajar, lalu lepaskan.
3.2.6 Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 10 getaran.
3.2.7 Mencatat hasil pengamatan.
3.2.8 Memasukkan beban 1 dan 2 ke dalam tabung tempat menaruh beban,
lalu meregangkan pegas dengan menarik tabung tempat menaruh
beban tersebut sekitar 2 cm, kemudian melepaskannya.
3.2.9 Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 10 getaran.
3.2.10 Mencatat hasil pengamatannya.
3.2.11 Melakukan percobaan yang sama untuk langkah 3.2.8 sampai dengan
3.2.10 dengan menambahkan dua buah beban setiap kali percobaan
hingga 10 beban yang masuk ke dalam tabung tempat menaruh beban.
3.2.12 Mengeluarkan semua beban pada tabung tempat menaruh beban.

3.2.13 Mengolah data yang diperoleh sesuai dengan tabel data yang tersedia.
3.2.14 Membuat grafik antara T2 terhadap massa total beban yang digunakan.
3.2.15 Menentukan nilai rata-rata tetapan pegas dari grafik.
3.2.16 Menentukan massa efektif pegas.
3.2.17 Mengatur skala sedemikian rupa hingga jarum menunjuk pada bagian
skala itu. Kemudian mencatat secara berturut-turut penunjukkan jarum
ketika tabung masih kosong.
3.2.18 Memasukkan beban 1 pada tabung tersebut, lalu mengamati
pergerakannya dan melihat angka yang ditunjuk ujung tabung pada
skala pelengkap statif.
3.2.19 Mencatat hasil pengamatan.
3.2.20 Memasukkan beban ke-2 hingga beban ke-10 secara satu persatu lalu
mengamati pergerakannya dan melihat angka yang ditunjuk ujung
tabung pada skala pelengkap statif.
3.2.21 Mencatat hasil setiap pengamatan.
3.2.22 Mengurangi beban satu persatu hingga tabung kosong, mengamati
pergerakannya dan melihat angka yang ditunjuk ujung tabung pada
skala pelengkap statif.
3.2.23 Mencatat hasil pengamatan.
3.2.24 Mengolah data dengan melengkapi tabel yang tersedia.
3.2.25 Membuat grafik antara simpangan dengan massa beban.
3.2.26 Menentukan nilai percepatan gravitasi dari grafik tersebut.
3.2.27 Membandingkan percepatan gravitasi tersebut dengan literatur yang
ada (percepatan gravitasi di Bandung 9,78 ms-2).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data: mpegas = 5,63 x 10-3

member = 64,57 x 10-3

kg

m1

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m2

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m3

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m4

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m5

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m6

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m7

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m8

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m9

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

m10

= 5 x 10-3 5 x 10-4 kg

Tabel 1
Beban

m ...

T (10) ...

T = t/10

T2

(kg)

(s)

(s)

(s2)

member

64,57 x10-3

6,33

0,633

0,400689

member + m1 + m2

74,57 x 10-3

6,78

0,678

0,459684

member

84,57 x 10-3

7,41

0,741

0,549081

member

94,57 x 10-3

7,85

0,785

0,616225

member

104,57 x 10-3

8,29

0,829

0,687241

member

114,57 x 10-3

8,94

0,894

0,779236

Grafik T terhadap mtotal


Grafik T2 terhadap mtotal
0,9
y = 0,075x + 0,317
R = 0,996

0,8
0,7

T2

0,6
0,5
0,4

T2

0,3

Linear (T2)

0,2
0,1
0
64,57 x10-3

74,57 x 10-3

84,57 x 10-3

94,57 x 10-3 104,57 x 10-3 114,57 x 10-3

Dengan perhitungan kalkulator didapatkan nilai dari y = a+ bx dan r,


sebagai berikut :
a = -0,116
b = 7,836
r = 0,996
maka diperoleh lah nilai rata-rata tetapan pegas
K=

4 2

4 (3,142 )
7,836

a) mpegas =

a.K
4 2

= 5,033 Nm-1
=

0,116 (5,033)
4 (3,142 )

= 0,148 kg

b) Teori

massa efektif lebih kecil dari massa sebenarnya.

c) Hasil praktikum

massa efektif lebih kecil dari massa sebenarnya.

Tabel 2
X (ember) = X0 = 4,5 x 10-2 m
Beban

F = m.g

(X+ ...)

(X - ...)

(<X> ...)

(X=<X>-X0)

(N)

m1

0,0489

5,5 x 10-2

5,0 x 10-2

5,25 x 10-2

0,75 x 10-2

m1+m2

0,0978

6,5 x 10-2

6,3 x 10-2

6,4 x 10-2

1,9 x 10-2

m1+m2+m3

0,1467

7,5 x 10-2

7,3 x 10-2

7,4 x 10-2

2,9 x 10-2

m1+...+ m4

0,1956

8,7 x 10-2

8,5 x 10-2

8,6 x 10-2

4,1 x 10-2

m1+...+ m5

0,2445

9,7 x 10-2

9,6 x 10-2

9,65 x 10-2

5,15 x 10-2

m1+...+ m6

0,2934

10,8 x 10-2

10,8 x 10-2

10,8 x 10-2

6,3 x 10-2

m1+...+ m7

0,3423

12,0 x 10-2

11,8 x 10-2

11,9 x 10-2

7,4 x 10-2

m1+...+ m8

0,3912

13,0 x 10-2

13,2 x 10-2

13,1 x 10-2

8,6 x 10-2

m1+...+ m9

0,4401

14,0 x 10-2

14,2 x 10-2

14,1 x 10-2

9,85 x 10-2

m1+...+ m10

0,4890

15,5 x 10-2

15,5 x 10-2

15,5 x 10-2

11 x 10-2

Grafik X terhadap mbeban

Grafik X terhadap mbeban


0,12

y = 0,011x - 0,004
R = 0,999

0,1
0,08
X 0,06

0,04

Linear (X)
0,02
0
5 x 10 x 15 x 20 x 25 x 30 x 35 x 40 x 45 x 50 x
10-3 10-3 10-3 10-3 10-3 10-3 10-3 10-3 10-3 10-3
m

Dengan perhitungan kalkulator didapatkan nilai dari y = a+ bx dan r,


sebagai berikut :
a = -0,045
b = 2,272
r = 0,999
maka diperoleh lah nilai nilai percepatan gravitasi melalui persamaan
b

g
atau g b k
k

dengan b = nilai b kalkulator, k = tetapan pegas (N/m), g = percepatan


garvitasi (m/s2).
Perbandingan percepatan gravitasi dari hasil perhitungan dengan
percepatan gravitasi pada literatur yang ada.
Percepatan gravitasi melalui perhitungan:
g = bk
= (2,272) (5,033)
= 11,434976 ms-2
Sedangkan percepatan gravitasi berdasarkan literatur adalah g = 9,78 ms-2 .

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui
hubungan kuantitatif antara gaya yang dikerjakan pada pegas dengan
pertambahan panjangnya. Setiap panjang pegas ketika diberi gaya tarik
dengan panjang awalnya disebut pertambahan panjang. Dari data yang
diperoleh pada percobaan ini bahwa pertambahan panjang yang dipengaruhi
oleh massa beban yang tergantung secara vertikal dapat mempengaruhi besar
nilai periode (T) dan frekuensi (f) getaran benda pada pegas. Hal ini dapat
dibuktikan antara percobaan pertama saat tabung tempat menaruh beban
kosong dan saat tabung tersebut berisi sepuluh buah lempengan beban. Pada
saat tabung tersebut kosong periodenya adalah 0,633 sekon, sedangkan saat
tabung tersebut berisi 10 buah lempengan beban maka pariodenya berubah
menjadi 0,894 sekon. Hal ini disebabkan semakin besar berat beban yang
diberikan maka waktu yang dibutuhkan untuk satu getaran akan semakin
dibutuhkan waktu yang lama (besar) dan periodenya akan semakin besar pula,
sedangkan frekuensinya akan semakin kecil. Pertambahan panjang yang
dipengaruhi oleh massa beban yang tergantung secara vertikal berbanding
lurus dengan periode dan berbandingan terbalik dengan frekuensi.
Pada saat praktikum untuk menentukan periode dari pegas tersebut,
dilakukan perhitungan dengan cara mencatat waktu ketika pegas telah
bergetar selama sepuluh kali kemudian waktu yang dicatat tersebut di bagi
sepuluh. Hal ini dilakukan karena dengan mengamati sepuluh getaran
memberikan hasil yang lebih teliti dari pada satu getaran saja. Jika kita
mengamati hanya satu getaran saja maka kemungkinan kesalahannya relatif
besar.
Jika dituangkan ke dalam bentuk grafik antara periode kuadrat terhadap
perubahan panjang, maka akan didapatkan sebuah grafik yang berbentuk
garis linier. Dari grafik tersebut kita pun dapat memperoleh nilai tetapan
pegas. Melalui persamaan K =

maka didapatlah tetapan pegas senilai

5,033 Nm-1.
Tetapan pegas (k) dipengaruhi oleh periode, frekuensi, dan massa beban.
Semakin besar nilai periode, maka nilai tetapan pegas akan semakin kecil.

Semakin besar nilai frekuensi, maka nilai tetapan pegas akan semakin besar
pula, sedangkan semakin besar nilai massa beban, maka nilai tetapan pegas
akan semakin besar. Hal ini disebabkan tetapan pegas berbanding lurus
dengan frekuensi dan massa beban, sedangkan berbanding terbalik dengan
periodenya. Namun, nilai tetapan pegas pada percobaan ini ditentukan
melalui perhitungan kalkulator

yang telah dijelaskan pada bagian

perhitungan.
Massa efektif adalah massa yang mempengaruhi gerak pegas dengan
nilai sangat kecil. Nilai massa efektif pada percobaan ini ditentukan melalui
perhitungan kalkulator yang telah dijabarkan pada bagian perhitungan. Massa
efektif dipengaruhi oleh tetapan pegas dan nilai a kalkulator. Semakin besar
nilai dari tetapan pegas (k) dan nilai a kalkulator, maka semakin besar pula
nilai massa efektif tersebut. Dalam teorinya massa efektif akan selalu lebih
kecil dari massa sebenarnya. Perhitungan massa efektif melalui persamaan
mpegas =

a.K
4 2

dalam percobaan ini didapatkan hasil yang sesuai dengan

teorinya yaitu massa efektif perhitungan lebih kecil dari massa sebenarnya
dengan nilai massa efektif perhitungan 0,148 kg dan nilai massa sebenarnya
5,63 x 10-3 kg.
Pertambahan massa beban yang diberikan mempengaruhi pertambahan
panjang (X) pegas. Hal ini disebabkan gaya yang diberikan terhadap pegas
semakin besar juga. Pengurangan beban akan menyebabkan timbulnya gaya
pemulih. Gaya pemulih adalah gaya yang bekerja pada gerak harmonik yang
selalu mengarah pada titik keseimbangan dan besarnya sebanding dengan
simpangannya.
Gravitasi bekerja pada benda bermassa yang dikaitkan pada ujung pegas.
Pegas akan meregang atau mengerut jika diberi gaya luar baik berupa sebuah
tarikan maupun sebuah dorongan. Akibatnya, walaupun tidak ditarik ke
bawah pegas dengan sendirinya akan meregang sejauh X0. Pada keadaan ini
benda yang digantungkan pada pegas berada pada posisi seimbang. Total
kedua gaya ini tidak sama dengan nol karena terdapat pertambahan jarak
sejauh x, sehingga gaya pegas bernilai lebih besar dari gaya berat. Karena

terdapat gaya pegas (gaya pemulih) yang berarah ke atas maka benda akan
bergerak ke atas menuju titik keseimbangan.
Nilai percepatan gravitasi (g) pada percobaan ini diperoleh melalui
persamaan g = kb, dengan k adalah konstanta pegas yang nilainya didapatkan
dari perhitungan

sebelumnya

dan b

merupakan

hasil

perhitungan

menggunakan regresi linear pada kalkulator. Maka didapatkan nilai


percepatan gravitasi sebesar 11,434976 ms-2, nilai tersebut cukup mendekati
nilai percepatan gravitasi yang terdapat dalam literatur sebesar 9,78 ms-2. Jika
kita bandingkan, maka percepatan gravitasi hasil perhitungan lebih besar
daripada percapatan gravitasi pada literatur. Terjadinya hal tersebut dapat
disebabkan oleh kesalahan terhadap alat yang digunakan dalam praktikum
terutama pada pegas. Pegas yang digunakan mungkin sifat keelastisitasannya
sudah berkurang, sehingga ketika suatu gaya yang diberikan dihilangkan,
kemampuan untuk kembali ke keadaan semula sudah berkurang. Dalam
proses pengamatan, terjadi kesalahan dalam melihat skala yang dihasilkan.
Hal ini berdasarkan terhadap ketidakpastian dalam pengukuran, bahwa setiap
pengukuran terhadap suatu benda berpeluang terjadi kesalahan dalam
pembacaan skala sehingga menyebabkan data yang didapat menjadi kurang
akurat. Selain itu, Kesalahan dalam perhitungan juga dapat menjadi penyebab
dari hal ini.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik suatu benda di
sekitar titik keseimbangan. Dalam gerak harmonik sederhana, ketika akan
menentukan periode dari sebuah pegas, mengamati sepuluh getaran akan
memberikan hasil yang lebih teliti dari pada satu getaran saja. Jika kita
mengamati hanya satu getaran saja maka kemungkinan kesalahannya relatif
besar.
Pegas sangat erat kaitannya dengan regangan, tegangan dan juga
keelastisitasan. Ketika berbicara tentang keelastisitasan maka akan terkait
dengan hukum Hooke yang berbunyi Jika gaya tarik tidak melampaui batas
elastisitas pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus
(sebanding) dengan gaya tariknya.
Tetapan pegas dapat diperoleh melalui persamaan K =

4 2

sedangkan

massa efektif pegas dapat diperoleh meaui persamaan mpegas =

a.K
4 2

Berdasarkan teori, massa efektif pegas akan selalu lebih kecil daripada massa
sebenarnya, dalam percobaan ini didapatkan hasil yang sesuai dengan
teorinya yaitu massa efektif perhitungan lebih kecil dari massa sebenarnya
dengan nilai massa efektif perhitungan 0,148 kg dan nilai massa sebenarnya
5,63 x 10-3 kg.
Dengan mengukur perpanjangan pegas yang dibebani kita dapat
menentukan percepatan gravitasi. Percepatan gravitasi yang diperoleh dari
hasil perhitungan pada saat praktikum ternyata lebih besar dari pada literatur
yang ada. Percepatan gravitasi hasil perhitungan adalah 11,434976 ms-2
sedangkan percepatan gravitasi pada literatur adalah 9,78 ms-2.

5.2 Saran
Peralatan yang akan digunakan untuk praktikum terutama pegas
hendaknya tidak bekas (baru) karena pegas yang terlalu sering digunakan

akan mengurangi keelastisitasannya sehingga data yang diperoleh kurang


akurat.
Selain itu, ketika praktikum hendaknya mengidentifikasikan tiap
kepingan beban berdasarkan massanya, dalam mengunakan kepingan beban
tersebut memperhatikan urutan berat beban agar memudahkan pengukuran.
Untuk mendapatkan data yang akurat, dalam membaca skala utama
dibutuhkan ketelitian. Serta pengolahan data dilakukan secara cermat dan
teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga


Kanginan, Marthen.2005. Seribu Pena Fisika SMA untuk Kelas XI. Cimahi:
Erlangga
Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup Pelajaran Fisika Untuk
SMA/MA. Jakarta: Ganeca Exact
Zaida. 2008. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai